Anda di halaman 1dari 56

8

BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia keluarga

adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga

serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu atap dalam

keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007).

Keluarga merupakan kumpulan individu yang mempunyai

ikatan perkawinan, keturunan/hubungan darah atau adopsi, yang tinggal

dalam satu rumah, mengadakan interaksi dan komunikasi melalui peran

sosial yang di jalankan (Supartini, 2005).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu

rumah tangga karena pertalian darah, ikatan perkawinan atau adopsi

(Friedman, Bowden, & Jones, 2010).

Jadi menurut beberapa pengeritian diatas, keluarga merupakan

dua orang atau lebih yang tergabung karena hubungan darah dan

perkawinan dan tinggal di suatu tempat dan di bawah satu atap yang

disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan sering berintraksi satu

sama lain (Sudiharto, 2007).


9

2.1.2 Tipe Keluarga

Beberapa bentuk keluarga menurut Sudiharto (2007) adalah sebagai

berikut:

a. Keluarga inti (Nuclear family), adalah keluarga inti yang terdiri

dari ayah, ibu, dan anak

b. Keluarga besar (Extended family), adalah keluarga inti di tambah

dengan sanak saudara, nenek, kakek, bibi, paman, sepupu dan

sebagainya.

c. Keluarga berantai (sosial falily), adalah keluarga yang terdiri

wanita dan peria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan

satu keluarga inti.

d. Keluarga duda atau janda (single family), adalah keluarga yang

terbentuk dari perceraian dan kematian.

e. Keluarga kabitas (cohabitation), dan dua orang menjadi keluarga

tanpa pernikahan, tetapi membentuk satu keluarga.

2.1.3 Struktur Keluarga

Setiap anggota keluarga mempunyai struktur peran formal

dan informal. Misalnya, ayah mempunyai peran formal sebagai

kepala keluarga dan pencari nafkah. Peran informal ayah adalah

sebagai panutan dan pelindung keluarga.

Struktur keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi,

kemampuan keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem


10

pendukung antara anggota keluarga, kemampuan perawatan diri, dan

kemampuan menyelesaikan masalah.

Struktur keluarga menurut Sudiharto, (2007) terdiri dari

bermacam-macam, diantaranya adalah:

a. Patrilinea : adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak

saudara sederhana dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu

disusun melalui garis ayah.

b. Martilinea : adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak

saudara sederhana dalam beberapa generasi dimana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ibu.

c. Martiloka : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah istri.

d. Patriloka : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah suami

e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar

bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang

menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami

atau istri.

f. Berdasarkan kemampuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar,

psikososial, ekonomi, dan aktualisasi keluarga dalam masyarakat.

Keluarga di kelompokkan menjadi 5 tahap Sudiharto, (2007)

yaitu sebagai berikut :


11

1) Keluarga pra sejahtera

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan

secara minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, pangan,

sandang, papan, dan kesehatan atau keluarga yang belum dapat

memenuhi salah satu atau lebih indicator keluarga sederhana

tahap I.

2) Keluarga sejahtera tahap I

Adalah keluarga yang telah memenuhi kebutuhan dasar secara

minimal serta memenuhi kebutuhan sosial psikologinya, yaitu

kebutuhan pendidikan, Keluarga Berencana (KB), interaksi

dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal atau

teransportasi.

3) Keluarga sejahtera tahap II

Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan secara

minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan untuk

menabung dan memperoleh informasi.

4) Keluarga sejahtera tahap III

Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh

kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikososial dan

pengembangan, tapi belumdapat memberikan sumbangan baik

interal atau keluarga, serta berfikir dengan menjadi pengurus

lembaga masyarakat, yayasan sosial, keagamaan, kesenian,

olahraga, pendidikan dan sebagainya.


12

5) Keluarga sejahtera tahap III (plus)

Adalah keluarga yang telah memenuhi kebutuhan baik yang

bersifat dasar, sosial, psikologis, pengembangan, serta telah

mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan

bagi masyarakat.

2.1.4 Fungsi Keluarga

Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga menurut

Effendy (2009) sebagai berikut :

a. Fungsi Biologis

Untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan

anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan

merawat anggota keluarga, memberikan identitas keluarga.

b. Fungsi Fisikologis

Memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian

diantara anggota keluarga, membina pendewasaan peribadi

anggota keluarga, memberikan identitas keluarga.

c. Fungsi Sosialisasi

Membian sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma

tingkahlaku sesuai dengan tingkat perkembangan anak,

meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.

d. Fungsi Ekonomi

Untuk mencari sumber-sumber penghasilan dan memenuhi

kebutuhan keluarga, pengaturan pembangunan penghasilan


13

keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga di masa

yang akan datang, misalnya pendidikan anak jaminan hari tua,

dan sebagainya.

e. Fungsi Pendidikan

Meliputi menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,

keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat

dan minant yang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk

kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya

sebagai orang dewasa, mendidik anak sesuai tingkat

perkembanngannya.

2.1.5 Ciri – ciri keluarga

Ciri-ciri keluarga menurut Effendy, (2009) sebagai berikut :

a. Diikat dalam suatu tali perkawinan

b. Ada hubungan darah

c. Ada ikatan batin

d. Ada tanggung jawab masing-masing anggota keluarganya

e. Ada pengambilan keputusan

f. Kerjasama di antara anggota keluarga

g. Komunikasi intaraksi antar keluarga

h. Tinggal dalam satu rumah


14

2.1.6 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga mempunyai

tugas di bidang kesehatan yang perlu di pahami dan dilakukan

menurut Notoatmodjo (2000) meliputi :

1. Mengenal masalah kesehatan keluarga, kesehatan merupakan

kebutuhan keluarga yang tidak boleh di abaikan karena tanpa

kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatan

kadang seluruh kekuatan sumberdaya dan dana keluarga habis.

2. Meneruskakn tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga. Tugas

ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keluarga dengan

pertimbangan siapa di antara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan pertimbangan

keluarga.

3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

4. Memodivikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan

keluarga.

5. Memamfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi

keluarga.

2.1.7 Peran Perawat Keluarga

a. Pengertian

Bailon dan Maglaya mendefinisikan Keperawatan kesehatan

keluarga adalah tingkat perawat masyarakat yang di tunjukkan atau


15

di putuskan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat,

dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai

saran/penyalur (Sudiharto, 2007).

b. Keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawat

Keluarga di jadikan sebagai unit pelayanan, karena masalah

kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi

antara sesama anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula

keluarga-keluarga di sekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan.

Menurut Sudiharto, (2007) alasan keluarga sebagai unit pelayanan

yang dirawat:

1) Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan

lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat

2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan,

mencegah, mengembalikan atau memperbaiki masalah-

masalah kesehatan dalam kelompoknya

3) Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan

dan apabila salahsatu anggota keluarga mempunyai masalah

kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang

lainnya

4) Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai

individu (pasien), tetap berperan sebagai pengambilan

keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya


16

5) Keluarga merupakan perantara yang efektif dan mudah untuk

berbagai upuaya kesehatan masyarakat

c. Setatus penyakit dan kemiskinan dalam keluarga

Dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap keluarga lebih di

tekankan kepada keluarga-keluarga dengan keadaan sosial ekonomi

yang rendah. Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya

berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka

hadapi, disebabkan karena ketidak pahaman dan ketidak mampuan

dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi. Masalah

kemiskinan akan sangat mempengaruhi kemampuan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga mereka terhadap gizi,

perumahan dan lingkungan yang sehat, pendidikan dan kebutuhan

lainnya. Jelas kesemuaannya itu akan dengan mudah dapat

menimbulkan penyakit.

d. Keluarga kelompok Resiko tinggi

Prioritas utama adalah keluarga. Keluarga yang tergolong resiko

tinggi dalam bidang kesehatan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi meliputi :

1) Keluarga dengan anggota keluarga dalalm masa usia subur

dengan masalah sebagai berikut :

a) Tingkat sosial ekonomi rendah

b) Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi kesehatan

sendiri
17

c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga

dengan penyakit keturunan

2) Keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan waktu

hamil:

a) Umur ibu 16 tahun atau lebih 35 tahun

b) Menderita kekurangan gizi/anemia

c) Menderita hipertensi

d) Perimpra atau multipora

e) Riwayat persalinan dengan komplikasi

3) Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi, karena :

a) Lahir prematur/BBLR

b) Berat badan sukar naik

c) Lahir dengan cacat bawaan

d) ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi

e) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam jiwa

bayi

4) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota

keluarga :

a) Anak yang tidak di hendaki dan pernah dicoba untuk di

gugurkan

b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan

seringtimbul ketegangan
18

c) Ada anggota keluarga yang sering sakit

d) Salah satu anggota keluarga meninggal atau cerai

2.1.8 Prinsip- Prinsep Keperawatan Keluarga

Ada beberapa perinsip yang perlu diperhatikan dalam memberikan

asuhan keperawatan keluarga menurut Sudiharto (2007) sebagai

berikut:

a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan

kesehatan

b. Asuhan keperawatan yang di berikan sebagai saran dalam

mencapai peningkatan kesehatan keluarga

c. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat

sebagai tujuan utama

d. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga,

perawat melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam

merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi

masalah kesehatannya

e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif

dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kreatif dan

rehabilitatif

f. Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga

memamfaatkan sumberdaya keluarga semaksimal mungkin untuk

kepentingan kesehatan keluarga


19

g. Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga secara

keseluruhan

h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan

keperawatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah

dengan menggunakan peroses keperawatan

i. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan

keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan keperawatan

kesehatan dasar/perawatan di rumah

j. Di utamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi

2.1.9 Keluarga Sebagai Suatu Sistem

Alasan keluarga di sebut suatu sistem menurut Sudiharto (2007)

sebagai berikut :

a. Keluarga mempunyai subsistem anggota peran, aturan, budaya dan

lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan

keluarga

b. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antara subsistem

c. Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang

mempengaruhi supra-sistemnya.

Keluarga sbagai system mempunyai karakteristik dasar

yang dapat di kelompokkan sebagai berikut :

a. Keluarga sebagai sistem terbuka yang mempunyai kesempatan

dan mau menerima/memperhatikan lingkungan (masyarakat)

sekitarnya
20

b. Keluarga sebagai sistem tertutup merupakan suatu system yang

kurang mempunyai kesempatan, kurang atau mau

menerima/memberi perhatian kepada lingkungan (masyarakat)

sekitar.

2.1.10 Peran dan Fungsi Perawat Dalam Keluarga

Perawat yang memberikan asuhan keperawatan keluarga

mempunyai peran dan fungsi menurut Effendy (2009) sebagai

berikut:

a. Sebagai pemberi asuhan keperawatan lansung kepada klien

(keluarga) dengan menggunakan peroses keluarga

b. Sebagai advokad klien (keluarga) perawat berfungsi sebagai

penghubung antara klien dengan tenaga kesehatan lain dalam

upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien

dan membantu keluarga untuk memenuhi semua informmasi dan

upaya kesehatan yang di berikan oleh tim kesehhatan dengan

pendekatan teradisional maupun perofesional

c. Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien

memningkatkan kesehatannya, pemberian pengetahuan yang

terkait dengan keperawatan dan kesehatan/tindakan medik yang

diterima sehingga keluarga dapat menerima dan bertanggung

jawab terhadap hal-hal yang diketahui

d. Sebagai koordinator, perawat memamfaatka sumber-sumber dan

potensi yang ada baik mareri maupun kemampuan keluarga


21

secara terkoordinir sehingga tidak ada intervensi yang

terlewatkan maupun tumpang tindih

e. Sebagai kolabolator, perawat bekerjasama dengan tim kesehatan

lain dengan keluarga dalam menemukan rencana maupun

pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenuhi kebutuhan

dasar keluarga

f. Sebagai pembaharu, perawat menyebabkan inovasi dalam cara

berfikir, bersikap, bertingkahlaku dan meningkatkan

keterampilan keluarga agar mampu sehat

g. Sebagai pengelola, perawat menata kegiatan dalam upaya

mencapai tujuan yang di harapkan yaitu terpenuhinya kebutuhan

dasar keluarga dan keputusan perawat dalam melaksanakan

tugas.

2.2 Konsep Dasar Penyakit

2.2.1 Pengertian

Thypoit Abdominalis (demam tifus) ialah penyakit infeksi akut

yang biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam

lebih dari I minggu, gangguan pada pencernaan dan gangguan pada

kesadaran. (Ngastiyah : 2005).

Thypoit Abdominalis adalah penyakit infeksi yang terjadi pada

usus halus dengan yang disebabkan oleh Salmonella Typhosa.

(Hidayat, A, Aziz Alimul : 2005).


22

Thypoit Abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang

biasanya terdapat pada saluran cerna. dengan gejala demam lebih dari

satu minggu dan terdapat gangguan kesadaran (Rampengan : 2005).

Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa Thypoit Abdominalis adalah infeksi akut pada saluran

pencernaan yang di sebabkan oleh Salmonella Typhosa.

2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Saluran Pencernaan

a. Anatomi Sistem pencernaan

1. Mulut

Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang

terdiri atas 2 bagian yaitu :

a) Bagian luar yang sempit atau vestibula yaitu ruang di

antara gusi, gigi, bibir, dan pipi.

b) Bagian rongga mulut/bagian dalam yang sisi-sisinya di

batasi oleh tulang maxillaris, palatu, dan mandibularis

di sebelah belakang yang bergabung dengan faring

(Evelyn C. Pearce : 2002).


23

2. Faring

Merupakan organ yang menghubungkan rongga

mulut dengan kerongkongan ( esofagus), di dalam lengkung

faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar

limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan

pertahanan terhadap infeksi (Evelyn C. Pearce : 2002).

3. Esofagus

Merupakan saluran yang menghubungkan tekak

dengan lambung, panjangnya 25 cm. Esofagus terletak

di belakang trakhea (Syaifuddin : 1997).

4. Lambung

Merupakan bagian dari saluran yang dapat

mengembang paling banyak terutama di daerah

epigaster. Fungsi lambung terdiri dari :

a. Menampung makanan, menghancurkan dan

menghaluskan makanan oleh peristaltik lambung

dan getah lambung.

b. Sekresi getah lambung

1. Pepsin

2. Asam garam (HCl)

3. Renin

Sekresi getah lambung mulai terjadi

pada awal orang makan, bila melihat makanan


24

dan mencium makanan maka sekresi lambung

akan terangsang, sehingga akan menimbulkan

rangsangan kimiawi yang menyebabkan

dinding lambung melepaskan hormon yang di

sebut sekresi getah lambung (Syaifuddin:

1997).

5. Usus halus

a) Dedunum

Di sebut juga usus 12 jari panjangnya 25 cm,

berbentuk sepatu kudayang melengkung ke kiri.

Pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan pada

bagian kanan dedunum ini terdapat lendir yang

membukit yang di sebut papila valeri yang bermuara

pada saluran empedu dan saluran pankreas

(Syaifuddin : 1997).

b) Yeyenum dan Ileum

Yeyenum dan ileum mempunyai panjang 6

meter. Dua per lima adalah yeyenum (2-3 meter),

dan ileum 4-5 meter. Sambungan antara yeyenum

dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas. Ujung

bawah ileum berhubungan dengan seikum.7 Pada

mukosa usus halus terdapat penampang melintang

vili di lapisi oleh epitel dan kripta yang


25

menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan

dan enzime yang berperan aktif dalam pencernaan.

Absorbsi makanan seluruhnya berlangsung di usus

halus (Syaifuddin : 1997).

Fungsi usus halus terdiri dari :

1) Menerima zat-zat makanan yang sudah di cerna

untuk di serap melalui kapiler-kapiler darah dan

saluran-saluran limfe.

2) Menyerap protein dalam bentuk asam amino.

Karbohidrat di serap dalam bentu monosakarida

(Syaifuddin : 1997).

Di dalam usus halus terdapat kelenjar yang

menghasilkan getah usus yang menyempurnakan

makanan :

1) Enterokinase, mengaktifkan enzime proteolitik

2) Eripsin menyempurnakan pencernaan protein

menjadi asam amino.

a. Laktase mengubah laktase menjadi

monosakarida.

b. Maltosa mengubah maltosa menjadi

monosakarida. Sukrosa mengubah sukrosa

menjadi monosakarida (Syaifuddin :1997).

6. Usus besar
26

a. Kolon assenden

Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen

sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke hati

(Syaifuddin : 1997).

b. Kolon transversum

Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon assenden

terdapat sampai ke kolon dessenden berada di bawah

abdoment, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika

dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis

(Syaifuddin : 1997).

c. Kolon dessenden

Panjangnya 25 cm, terletak di bawah abdoment

bagian kiri membujur dari atas ke bawah fleksura

lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung

dengan kolon sigmoid. (Syaifuddin : 1997)

d. Kolon sigmoid

Merupakan lanjutan dari kolon dessenden yang

terletak miring. Dalam rongga pelvis sebelah kiri

berbentuk menyerupai huruf S, ujung bawahnya

berhubungan dengan rektum. (Syaifuddin : 1997).

7. Rektum

Terletak di bawah kolon sigmoid yang menghubungkan

intestinum mayor dengan anus, terletak di dalam


27

rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.

(Syaifuddin : 1997).

8. Anus

Bagian saluran pencernaan terakhir yang

menghubungkan rektum dengan dunia luar (udara luar).

Terletak di dasar pelvis, dindingnya di perkuat oleh 3

sfingter :

a) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak

menurut kehendak.

b) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut

kehendak. Sfingter ani eksternus (sebelah bawah),

bekerja menurut kehendak (Syaifuddin : 1997).


28

Gambar 2.1 system pencernaan pada manusia (Sloane, Etel 2004).

b. Fisiologi Sistem Saluran Pencernaan

Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus)

berfungsi sebagai berikut :

1) Menerima makan.

2) Memecah makanan menjadi zat-zat gizi. (suatu proses yang

disebut pencernaan).

3) Menyerp zat-zat gizi ke dalam aliran darah.

4) Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari

tubuh.
29

Jumlah makanan yang dicerna seseorang dan jenisnya

adalah tergantung dari kemauan dan seleranya.Mekanisme ini

ada dalam tubuh seseorang dan merupakan sistem pengaturan

yang otomatis.

Makanan masuk melalui mulut kemudian dikunyah

oleh gigi, gigi anterior (insisivus) menyediakan kerja

memotong yang kuat dan gigi posterior (molar), kerja

menggiling. Semua otot rahang yang bekerja dengan

bersama-sama dapat mengatupkan gigi dengan kekuatan

sebesar 55 pound pada insisivus dan 200 pound pada molar.

Setelah itu makanan ditelan, menelan merupakan

mekanisme yang kompleks, terutama faring yang hamper

setiap saat melakukan fungsi lain disamping menelan

makanan dan hanya diubah dalam beberapa detik dalam

traktus untuk mendorong makanan.

Esophagus terutama berfungsi untuk menyalurkan

makanan dari faring kelambung dan gerakannya diatur

secara khusus untuk melakukan fungsi tersebut.

Fungsi lambung ada tiga, yaitu penyimpanan

sejumlah besar makanan sampai makanan dapat diproses

didalam duodenum, pencampuran makanan ini dengan

sekresi setengah cair yang disebut kimus. Pengosongan

makanan dengan lamat dari lambung ke usus halus pada


30

kecepatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorpsi yang

tepat oleh usus halus.

Makanan akan digerakkan dengan melakukan gerkan

peristaltik. Peristaltik usus yang normal 12 kali per menit.

Makanan akan didorong ke usus besar dan akan

diabsorpsi baik air, elektrolit, dan penimbunan bahan feces di

rektum sampai dapat dikeluarkan melalui anus melalui proses

defekasi.

2.2.3 Etiologi

Faktor Etiologi dari Typhoit Abdominalis adalah disebabkan

oleh makanan yang tercemar oleh Salmonella Typhoit dan

Salmonella Paratyphoit A, B dan C yang ditularkan melalui

makanan, jari tangan, lalat dan feses, serta muntah diperberat bila

klien makan tidak teratur. Faktor predisposisinya adalah minum air

mentah, makan makanan yang tidak bersih dan pedas, tidak

mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, dari WC dan

menyiapkan makanan. (Ngastiyah,1997).

Salmonella Typhosa, merupakan basil gram negatif yang

bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-

kurangnya tiga macam antigen yaitu antigen O (Ohne Hauch) yaitu

somatic antigen (tidak menyebar), terdiri dari zat kompleks

lipopolisakarida, antigen H (Hauch/menyebar) terdapat pada

flagella, antigen Vi merupakan polisakarida kapsul verilen. Ketiga


31

jenis antigen tersebut didalam tuibuh manusia akan menimbulkan

pembentukan tiga macam antibody yang lazim disebut aglutinin.

(Ngastiyah,1997).

Selain itu penyakit Thypoit Abdominalis juga bisa didukung

oleh faktor-faktor antara lain : pengetahuan tentang kesehatan diri

dan lingkungan yang relative rendah, penyediaan air bersih yang

tidak memadai. Keluarga dengan hygiene sanitasi yang rendah,

pemasalahan pada identifikasi dan pelaksanaan karier,

keterlambatan membuat diagnosis yang pasti, patogenesis dan

faktor virulensi yang belum dimengerti sepenuhnya serta belum

tersedianya vaksin yang efektif (Soegijanto Soegeng, 2002).

Demam Typhoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri

golongan Salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui

saluran pencernaan. Sumber utama yang terinfeksi adalah manusia

yang selalu mengeluarkan Mikroorganisme penyebab penyakit,

baik ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa penyembuhan.

Pada masa penyembuhan, penderita pada masih mengandung

Salmonella spp didalam kandung empedu atau di dalam ginjal.

Sebanyak 5% penderita demam tifoid kelak akan menjadi karier

sementara, sedang 2 % yang lain akan menjadi karier yang

menahun.Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier

intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk urinary type.

Kekambuhan yang yang ringan pada karier demam tifoid,terutama


32

pada karier jenis intestinal,sukar diketahui karena gejala dan

keluhannya tidak jelas (Arikunto, 2002)

2.2.4 Tanda dan Gejala

Gejala-gejala yang timbul bervariasi. Dalam minggu

pertama keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut

pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala , cepat lelah, pusing,

nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, konstipasi/diare, perasaan

tidak enak diperut, batuk, epistaksis, pada pemeriksaan fisik hanya

didapatkan peningkatan suhu badan.

Dalam minggu ke 2 gejala-gejalanya menjadi lebih jelas

berupa demam, bradikardi relative lida Tifoid (kotor ditengah, tepid

an ujung merah dan trimor). Hepotomegali, Splenomegali,

Meteorismus, gangguan kesadaran berupa Samnolen (Patricia A.

Porter, 1996)

2.2.5 Patofisiologi

Kuman Salmonella Typi masuk tubuh manusia melalui

mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman

dimusnakan oleh asam lambung. Sebagian lagi masuk ke usus

halus dan mencapai jaringan limfoid plaque peyeri di ileum

terminalis yang mengalami Hipertrofi. di tempat ini komplikasi

perdarahan dan perforasi intestinal dapat terjadi. Kuman

Salmonella Typi kemudian menembud ke lamina propia, masuk


33

aliran limfe dan mencapai kelenjar limfe mesenterial, yang juga

mengalami Hipertrofi. Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe

ini Salmonella Typi masuk ke aliran darah melalui duktus

thoracicus. (Isti Hardayaningsih, 2009).

Kuman Salmonella Typi lain mencapai hati melalui

sirkulasi portal dari usus. Salmonella Typi bersarang di plaque

peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain sistem

retikuloendotelial. Semula disangka demam dan gejala-gejala

toksemia pada demam Tifoid disebabkan oleh Endotoksemia.

Tapi kemudian berdasarkan penelitian ekperimental disimpulkan

bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam

dan gejala-gejala toksemia pada demam Tifoid. Endotoksin

salmonella typi berperan pada patogenesis demam Tifoid, karena

membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada jaringan

tempat Salmonella Typi berkembang biak. Demam pada Tifoid

disebabkan karena Salmonella Typi dan endotoksinnya

merangsang sintesis dan penglepasan zat pirogen oleh zat

leukosit pada jaringan yang meradang (Isti Hardayaningsih,

2009).

Masa tunas Demam Tifoid berlangsung 10-14

hari. Gejala-gejala yang timbul amat bervariasi. Perbedaaan ini

tidak saja antara berbagai bagian dunia, tetapi juga di daerah

yang sama dari waktu ke waktu. Selain itu gambaran penyakit


34

bervariasi dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis, sampai

gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian

hal ini menyebabkan bahwa seorang ahli yang sudah sangat

berpengalamanpun dapat mengalami kesulitan membuat

diagnosis klinis Demam Tifoid. (Isti Hardayaningsih, 2009).

Dalam minggu pertama penyakit keluhan gejala serupa

dengan penyakit infeksi akut pada umumnya , yaitu demam,

nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,

obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan

epistaksis. Pada pemeriksaan fisis hanya didapatkan suhu badan

meningkat . dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih

jelas dengan demam, bradikardia relatif, lidah yang khas (kotor

di tengah, tepi daan ujung merah dan tremor), hepatomegali,

splenomegali, meteroismus, gangguan mental berupa somnolen,

stupor, koma, delirium atau psikosis, roseolae jarang ditemukan

pada orang Indonesia.

Penularan Salmonella Thypi dapat ditularkan melalui

berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu Food(makanan),

Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan

melalui Feses (tinja). Feses dan muntah pada penderita typhoid

dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada orang lain.

Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana

lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang


35

yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan

kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang

tercemar kuman Salmonella Thypii masuk ke tubuh orang yang

sehat melalui mulut. (Isti Hardayaningsih, 2009).

Semula disangka demam dan gejala toksemia pada

Typhoit disebabkan oleh endotoksemia. Tetapi berdasarkan

penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia

bukan merupakan penyebab utama demam pada typhoid.

Endotoksemia berperan pada patogenesis Typhoid, karena

membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam

disebabkan karena Salmonella Thypi dan endotoksinnya

merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit

pada jaringan yang meradang. (Isti Hardayaningsih, 2009).


36

b. Cilinical Patway

(Soegijanto Soegeng, 2002).


37

2.2.6 Pemeriksaan penunjang

Untuk menegakkkan diagnosis penyakit typhus abdominalis perlu

dilakukan pemeriksaan yaitu :

a. Labolatorium

1. Darah Tepi

a) Terdapat gambaran leucopenia.

b) Limfositosi relatif dan.

c) Amiosinafila pada permulaan sakit.

d) Mungkin terdapat anemia dan tromnositopenia ringan

pemeriksaan ini berguna untuk membantu menentukan

penyakit dengan cepat.

2. Darah untuk kultur (biakan empedu) dan widal

Biakan empedu untuk menentukan diagnosis tifus

abdominalis secara pasti.

1) Biakan Empedu

Basil salmonella typosa dapat ditemukan dalam darah

penderita biasanya dalam minggu pertama sakit.

Selanjutnya lebih sering ditemukan dalam urine dan

feces dan makanan atau tetap positif untuk waktu yang

lama. Pemeriksaan yang positif dari contoh darah

digunakan untuk menegakkan diagnosa, sedangkan

perneriksaan dari urine dan feces dan 2 kali berturut-

turut digunakan untuk menentukan bahwa penderita


38

telah benar-benar sembuh dan tidak menjadi pembawa

kuman (karier).

2. Pemeriksaan widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara

antingen dan anti bodi (aglutinin).Agglutinin yang

spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam

serum klien dengan typhoid juga terdapat pada orang

yang pernah divaksinasikan.Antingen yang digunakan

pada uji widal adalah suspense salmonella yang sudah

dimatikan dan diolah di laboratorium.Tujuan dari uji

widal ini adalah untuk menentukan adanya agglutinin

dalam serum klien yang disangka menderita typhoid.

Akibat infeksi oleh salmonella typhi, klien membuat

anti bodi atau agglutinin O, H, dan Vi.

Pemeriksaan positif apabila terjadi reaksi

aglutinasi.Apabila tites lebih dari 1/80, 1/160 dan

seterusnya, semakin kecil titrasi menunjukkan semakin

berat penyakitnya (Ngastiyah, 2005)


39

2.2.7 Penatalaksanaan

Menurut Andersen paul : 2001 penatalaksanaan Typhu Abdominalis

yaitu :

1. Perawatan

Pasien dengan Typus Abdominalis perlu dirawat di

rumah sakit untuk isolasi, observasi dan pengobatan. Pasien

harus tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam

atau kurang lebih selama 14 hari.Maksud tirah baring adalah

untuk mencegah terjadi komplikasi perdarahan usus atau

perforasi usus. Mobilisasi pasien dilakuakan secara bertahap,

sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien.

Pasien dengan kesadaran yang menurun, posisi tubuhnya

harus di ubah-ubah pada waktu-waktu tertentu untuk

menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan

dekubitus.Defekasi dan buang air kecil perlu diperhatikan,

karena kadang terjadi obstipasi dan retensi air kemih.

2. Diet

Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan

tinggi protein. Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak

serat, tidak merangsang dan tidak menimbulkan gas. Susu 2

gelas sehari. Bila kesadaran menurun diberikan makanan cair

melalui sonde lambung . Jika kesadaran dan nafsu makan baik

dapat juga di berikan makanan lunak. Beberapa penelitian


40

manunjukan bahwa pemberian makanan padat dini, yaitu nasi

dengan lauk- pauk rendah selulosa (pantang sayuran dengan

serat kasar) dapat di berikan dengan aman .

3. Obat

Obat –obat anti mikroba yang sering dipergunakan ialah :

a. Kloramfenikol

Belum ada obat anti mikroba yang dapat menurunkan

demam lebih cepat dibandingkan dengan kloramfenikol.

Dosis untuk orang dewasa 4x.500 mg sehari oral atau

intravena sampai 7 hari bebas demam. Dengan penggunan

kloramfenikol, demam pada demam tifoid turun rata-rata

setelah 5 hari.

b. Ampicillin dan Amoksisilin

Indikasi mutlak pengunaannya adalah pasien demam

tifoid dengan leokopenia. Dosis yang dianjurkan berkisar

antara 75-150 mg/kg berat badan sehari, digunakan sampai 7

hari bebas demam. Dengan ampicillin dan amoksisilin

demam pada demam tifoid turun rata-rata setelah 7-9 hari.

c. Fluorokinolon

Fluorokinolon efektif untuk untuk demam typid,

tetapi dosis dan lama pemberian yang optimal belum

diketahui dengan pasti.


41

Obat-obat Simtomatik :

- Antipiretika

Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada setiap

pasien demam tifoid, karena tidak dapat berguna.

- Kortikosteroid

Pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid

oral atau parenteral dalam dosis yang menurun secara

bertahap (Tapering off) selama 5 hari. Hasilnya biasanya

sangat memuaskan, kesadaran pasien menjadi jernih dan

suhu badan cepat turun sampai normal.Akan tetapi

kortikosteroid tidak boleh diberikan tanpa indikasi, karena

dapat menyebabkan perdarahan intestina (Arif Mansjoer,

2000).
42

2.2.8 Komplikasi

a. Pada usus halus

1) Perdarahan usus, hanya sedikit ditemukan jika dilakukan

pemeriksaan tinja dengan benzidin.Jika perdarahan banyak,

terjadi melena dapat disertai nyeri perut.

2) Perforasi usus, timbul biasanya pada minggu ke 3 atau

setelahnya dan terjadi pada bagian distal ileum.

3) Peritonitis biasanya menyertai perforasi.Ditemukan gejala

abdomen akut yaitu nyeri perut hebat, dinding abdomen

tegang dan nyeri.

b. Diluar usus

Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsi

(bakterinya) yaitu meningitis, kolesistisis, enselovati dan lain-

lain (Alimul, Aziz 1996).

2.3 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Salah Satu

Anggota Keluarga Mederita Thypoid Abdominalis

Proses keperawatan adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat

yang diajukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan

yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai

sarana/penyalur (Effendy1998).

Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian yang diberikan

melalui praktek keperawatan kepada keluarga. Untuk membantu


43

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan (Effendy1998).

Asuhan keparawatan pada keluarga merupakan bagian penting

dalam upaya menyelesaikan masalah yang dihadapi sasaran, baik sebagai

sasaran keluarga sendiri, sasaran individu maupun sasaran kelompok

bahkan sasaran yang lebih luas yaitu masyarakat.

Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu

sama lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk

menggambarkan perkembangan dari tahap, dengan tahap-tahap sebagai

berikut :

2.3.1 Pengkajian

Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh

perawat untuk mengukur keadaan klien dan keluarga dengan

memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang

merupakan sistem yang berintegrasi dan kesanggupan untuk

mengatasinya.

Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu

sumber informasi dari anggota keluarga yang paling mengetahui

keadaan keluarga dan biasanya adalah ibu. Sedangkan informasi

tentang potensi keluarga dapat diperoleh dari pengambilan

keputusan dalam keluarga, biasanya adalah kepala keluarga, atau

kadang-kadang orangtua.
44

Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara :

a. Wawancara

Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik

aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan,

lingkungan, dan sebagainya.

b. Observasi

Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan,

karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya

yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi,

penerangan, keberhasilan dan sebagainya.

c. Studi Dokumentasi

Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan

dewasa, diantaranya melalui kartu menuju sehat, kartu keluarga dan

catatan-catatan kesehatan lain.

d. Pemeriksaan Fisik

Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai

masalah kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan

fisik misalnya kehamilan dan tanda-tanda penyakit. Data-data yang

dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut :

1) Data Umum

a) Kepala keluarga dan komposisi keluarga

b) Tipe keluarga

c) Suku bangsa dan agama


45

d) Status sosial ekonomi keluarga

e) Aktivitas rekreasi keluarga

2) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.

a) Tahap perkembangan keluarga

b) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

c) Riwayat kesehatan keluarga inti

3) Data Lingkungan

a) Karakteristik rumah

b) Karakteristik tetangga dan komunitasnya

c) Mobilitas geografis keluarga

d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

e) Sistem pendukung keluarga

4) Struktur keluarga

a) Struktur peran

b) Nilai dan norma keluarga

c) Pola komunikasi keluarga

d) Struktur kekuatan keluarga

5) Fungsi keluarga

a) Fungsi ekonomi.

b) Fungsi mendapatkan status sosial.

c) Fungsi pendidikan.

d) Fungsi sosialisasi.

e) Fungsi keperawatan.
46

Tujuan dari fungsi keperawatan :

1. Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal

masa kesehatan.

2. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil

keputusan mengenal tindakan kesehatan yang tepat.

3. Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga

merawat anggota keluarga yang sakit.

4. Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/

memodifikasi lingkungan rumah yang sehat.

5. Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan

fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat

f) Fungsi religious.

g) Fungsi rekreasi.

h) Fungsi reproduksi.

i) Fungsi afeksi.

6) Stress dan koping keluarga

a) Stresor jangka pendek dan jangka panjang

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor

c) Strategi koping yang digunakan

d) Disfungsi strategi adaptasi


47

7) Pemeriksaan keluarga

Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga

meliputi pemeriksaan kebutuhan dasar individu, pemeriksaan

fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu.

8) Harapan keluarga

Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat (petugas

kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan

yang terjadi.

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tentang faktor-

faktor yang mempertahankan respon/tanggapan yang tidak sehat

dan menghalangi perubahan yang diharapkan (Nanda, 2008).

Dalam menetapkan diagnosa keperawatan keluarga

ditetapkan berdasarkan faktor resiko dan faktor potensial terjadinya

penyakit atau masalah kesehatak keluarga, sertamempertimbangkan

kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan.

Diagnosa keperawatan di tegakkan dengan menggunakan

formulasi PES (Problem, Etiologi, Sign) (Potter & Perry, 2005)

a. Masalah (Peroblem) adalah kesenjangan tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia pada tingkat keluarga


48

b. Etiologi adalah suatu yang menyebabkan masalah dalam

keperawarann keluarga adalah tidak optimalnya tugas keluarga

dalam bidang kesehatan

c. Sign (Tanda) adalah sekumpulan data objektif dan subjektif,

diperoleh dari keluarga secara langsung

Tipologi masalah kesehatan keluarga ada 3 kelompok menurut Potter

& Perry, (2005) yaitu :

a. Ancaman kesehatan adalah keadaan-keadaan yang memungkinka

penyakit, kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi

kesehatan

b. Keluarga/tidak sehat adalah kegagalan dalam menetapkan

kesehatan

c. Situasi kritis adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau

keluarga dalam menyusaikan diri termasuk jugak dalam hal

sumber daya keluarga

2.3.3 Perumusan Masalah

Perumusan masalah kesehatan keluarga dapat

menggambarkan keadaan kesehatan dan status kesehatan keluarga,

karena merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang

mendalam tentang situasi kesehatan, lingkungan, nilai, norma,

kultur yang dianut oleh keluarga mengacu pada tipologi masalah

kesehatan dan keperawatan serta berbagai alasan dari


49

ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas

keluarga dalam bidang kesehatan.

Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi

tiga kelompok, yaitu:

a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang

dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat

dengan cepat. Yang termasuk didalamnya adalah :

1) Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum diagnosa.

2) Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak

yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal.

b. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) adalah masa

keperawatan yang belum terjadi tetapi tanda untuk menjadi

masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila

tidak segera mendapat bantuan perawat.

c. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dan

keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kemampuan

kesehatannya dan mempunyai suumber penunjang kesehatan

yang memungkinkan dapat ditingkatkan. (Potter & Perry, 2005)

2.3.4 Prioritas Masalah

Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan

keluarga harus didasarkan pada beberapa criteria sebagai berikut :

a. Sifat masalah dikelompokkan menjadi:

1) Keadaan tidak atau kurang sehat .


50

2) Ancaman kesehatan.

3) Keadaan sejahtera.

b. Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan

keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah

masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan

untuk menangani masalah.

2) Sumber daya keluarga : fisik, keuangan, tenaga.

3) Sumber daya perawat : pengetahuan, keterampilan, waktu.

4) Sumber daya lingkungan : fasilitas, organisasi dan

dukungan

c. Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya

masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah

melalui tindakan keperawatan dan kesehatan. Yang perlu

diperhatikan :

1) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka

waktu.

2) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk

memperbaiki masalah.

3) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak

aktual dan menjadi parah.


51

d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan

menilai masalah dalam hal beratnya dan diatasi melalui

intervensi keperawatan, perawat perlu menilai persepsi atau

bagaimana keluarga menilai masalah keluarga tersebut. Dalam

menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga

perlu disusun skala prioritas sebagai berikut :

Tabel 2.2 Skala Prioritas Dalam Menyusun Masalah Kesehatan

Keluarga (Bailon dan Maglaya, 1978)

No. Kriteria Nilai Bobot


Sifat masalah 1
Skala : - Aktual 3
1
- - Tidak atau kurang sehat 2
- - Krisis 1
Kemungkinan masalah yang dapat diubah 2
2
Skala : - Dengan mudah
2 1
- Hanya sebagian
0
- Tidak dapat
Potensi masalah dapat dicegah tinggi 1
Skala : - Tinggi 3
3
- Cukup 2
- Rendah 1
Menonjolnya masalah 1
Skala : - Masalah berat harus segera ditangani
2
4 - Masalah tidak perlu ditangani
1
- Masalah tidak dirasakan
0
52

Skoring :

a) Tentukan skor untuk setiap kriteria

b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot :

Skor
X bobot
Angka tertinggi

c) Jumlah skor untuk semua kriteria

d) Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot

2.3.5 Diagnosa Keperawatan

Adapun masalah diagnosa keperawtan yang muncul adalah sebagai

berikut :

a. Hipotermi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

mengambil keputusan yang tepat, disebabkan karena:

1) Kurang pengetahuan/ketidaktauan fakta

2) Rasa takut akibat masalah yang diketahui

3) Sifat dan falsafah hidup

b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang

sakit , disebabkan karena :

1) Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya

masalah.

2) Masalah kesehatan tidak begitu menonjol.


53

3) Keluarga tidak sanggup mememcahkan masalah karena

kurang pengetahuan dan kurangnya sumber daya

manusia.

4) Ketidakcocokan pendapat dari anggota keluarga

5) Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa

pilihan

6) Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada

7) Takut dari akibat tindakan

8) Sikap negative terhadap masalah kesehatan

9) Fasilitas kesehatan tidak terjangkau

10) Kurang percaya terhadap tenaga kesehatan

c. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan

ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit

disebabkan karena:

1) Tidak mengetahui keadaan penyakit

2) Tidak mengetahui tentang perawatan yang dibutuhkan

Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk

perawatan

4) Tidak seimbang sumber daya yang ada dalam keluarga.

5) Konflik

6) Sikap dan pandangan hidup

d. Resiko imfeksi berhubungan dengn ketidaksanggupan

memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi


54

kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga,

disebabkan karena:

1) Sumber keluarga tidak cukup

2) Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat

memelihara kebersihan rumah

3) Ketidaktauan pentingnya fasilitas lingkungan

4) Sikap dan pandangan hidup

5) Ketidak kompakan keluarga karena sifat mementingkan

diri sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh terhadap yang

mempunyai masalah

2.3.6 Rencana Tindakan Keperawatan Keluarga

Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan

yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam

pemecahan masalah kesehatan / keperawatan yang telah

diidentifikasikan (Nanda,2007).
55

Tabel 2.3Rencana Keperawatan Keluarga Pada Pasien Thypoit Abdominalis

NO Diagnosa Rencana Tujuan Intervensi


Keperawatan
(1) (2) (3) (4) (5)
1 Hipotermi Menstimulasi Keluarga mampu 1. Beripenjelasan
berhubungan kesadaran atau mengenal kepada keluarga
dengan penerimaan masalah penyakit tentang pengertian
ketidakmampua keluarga mengenai thypoid thypoid
n keluarga masalah dan abdominalis. abdominalis, faktor
mengambil kebutuhan pencetus, tanda
keputusan yang kesehatan. dan gejala, serta
tepat penanganannya.

2. Diskusikan dengan
keluarga tentang
hal-hal yang telah
dijelaskan

3. Tanyakan kembali
tentang apa yang
didiskusikan
2 Gangguan Menstimulasi Keluarga 1. Beri penjelasan
nutrisi kurang keluarga untuk sanggup pada keluarga
dari kebutuhan memutuskan cara mengambil tentang sifat, berat
berhubungan yang tepat keputusan dalam dan luasnya
dengan melakukan masalah
ketidakmampua tindakan yang
n keluarga tepat 2. Berikan beberapa
merawat pilihan kepada
anggota keluarga
keluarga yang mengenai tindakan
sakit yang tepat
3. Motivasi keluarga
untuk mengambil
keputusan yang
berkaitan dengan
pemilihan tindakan
yang tepat
56

(1) (2) (3) (4) (5)


3. Gangguan rasa Memberikan Keluarga dapat 1. Jelaskan kepada
nyaman, nyeri kepercayaan diri melakukan keluarga cara
berhubungan selama merawat perawatan penanganan
dengan anggota keluarga terhadap anggota penyakit thypoid
ketidakmampua yang sakit keluarga yang abdominalis.
n merawat mengalami
anggota thypoid 2. Anjurkan kepada
keluarga yang abdominalis penderita makan
sakit makanan yang
bergizi

3. Anjurkan kepada
penderita
memperhatikan
waktu beristirahat

4. Motivasi keluarga
untuk melakukan
apa yang telah
dijelaskan

5. Berikan
kesempatan pada
keluarga untuk
bertanya
57

(1) (2) (3) (4) (5)

4. Resiko imfeksi Membantu Keluarga dapat 1. Jelaskan pada


berhubungan keluarga untuk memodifikasi keluarga tentang
dengn memodifikasi lingkungan yang lingkungan yang
ketidaksanggupa lingkungan yang dapat berpengaruh
n memelihara dapat menunjang prose untuk menunjang
lingkungan meningkatkan s penyembuhan proses
rumah yang kesehatan keluarga dan pencegahan penyembuhan
dapat thypoid thypoid
mempengaruhi abdominalis. abdominalis.
kesehatan dan
perkembangan 2. Mendemonstrasik
pribadi anggota an kepada
keluarga, keluarga cara
menciptakan
lingkungan yang

dapat menunjang
proses
pencegahan dan
penyembuhan
penyakit thypoid
abdominalis .

3. Motivasi
keluarga untuk
melakukan apa
yang telah
dijelaskan
58

2.3.7 Pelaksanaan Tindakan keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga

didasarkan pada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun.

Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan

kesehatan dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga

disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah :

a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan.

b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh.

c. Tidak mau mengatasi situasi.

d. Adat istiadat yang berlaku

e. Mempertahankan suatu pola tingkah laku

f. Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran

g. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan

Faktor lain yang bersumber dari perawat:

a. Menggunakan pola pendekatan yang tidak tepat (kaku).

b. Kurang memberikan penghargaan, perhatian terhadap

faktor-faktor sosial budaya.Perawat kurang ahli dalam

mengambil tindakan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan

tindakan keperawatan terhadap keluarga:

a. Sumber daya keluarga (keuangan) dan tingkat

pendidikan keluarga.

b. Adat istiadat yang berlaku.


59

c. Respon dalam penerimaan keluarga.

d. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga

2.3.8 Evaluasi Tindakan Keperawatan

Merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat

keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian,

perlu disusun rencana perawatan yang baru.

Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan

keluarga sehingga penting diperhatikan waktu yang sesuai dengan

kesediaan keluarga.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga dengan

Asma diharapkan :

a. Keluarga mampu mengenal masalah Thypoid Abdominalis.

b. Keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan

tindakan yang tepat.

c. Keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat pada

anggota keluarga yang sakit.

d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk menunjang

penyembuhan dan pencegahan penyakit Thypoid Abdominalis.

e. Keluarga mampu menggunakan tempat pelayanan kesehatan

yang tepat untuk penatalaksanaan Thypoid Abdominalis.


60

2.3.9 Dokumentasi Keperawatan

Menurut Nursalam (2001)Dokumentasi adalah segala

sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai

catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang, karenanya

dokumentasi menjadi hal penting dalam perawatan kesehatan.

Menurut Nursalam (2001) dokumentasi keperawatan

mencangkup Pengkajian, Identifikasi Masalah, Perencanaan,

Tindakan dan Evaluasi.

a. Dokumentasi Pengkajian Keperawatan

Dokumentasi pengkajian ditunjukan pada data klinik

dimana perawat dapat mengumpulkan dan mengorganisir dalam

catatan kesehatan.Format pengkajian meliputi data dasar, flow

sheets, dan catatan perkembangan lainnya yang memungkinkan

dapat sebagai alat komunikasi bagi tenaga keperawatan atau

kesehatan lainnya. Petunjuk penulisan pengkajian :

1) Gunakan format yang sistematis untuk mencatat pengkajian

yang meliputi :

a) Riwayat keluarga.

b) Respon keluarga yang berhubungan dengan persepsi

kesehatan klien.

c) Riwayat pengobatan.

2) Gunakan format yang telah tersusun untuk pencatatan

pengkajian
61

3) Kelompokkan data-data berdasarkan model pendekatan

yangdigunakan .

4) Tulis data objektif tanpa bias (tanpa mengartikan), menilai,

memasukkan data pribadi.

5) Sertakan pernyatan yang mendukung interpretasi data

objektif

6) Jelaskan observasi dan temuan secara sistematis, termasuk

difinisi karakteristiknya.

7) Ikuti aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati

diinstalasi.

8) Tuliskan secara jelas dan ringkas.

b. Dokumentasi Diagnosa Keperawatan

Sebagai bukti ukuran pencatatan perawat pernyataan

diagnosa keperawatan bahwa mengidentifikasi masalah aktual

atau potensial penyebab maupun tanda dan gejala-gejala sebagai

indikasi perlu untuk pelayanan perawatan, contoh :

1) Proses dan pencatatan diagnosa keperawatan dalam

rencanadan didalam catatan perkembangan.

2) Pemakaian format Problem, Etiologi untuk tiap masalah

potensial.

3) Pengkajian data pada dokumen, semua faktor mayor untuk

tiap diagnosa .
62

4) Dokumentasi dari pengkajian atau mengikuti dignosa

keperawatan yang tepat.

5) Ulangi data salah satu informasi pengkajian perawatan,

sebagi perawt profesional dari kerjasama dengan staf

pembuat diagnosa.

c. Dokumentasi Rencana Keperawat

Dokumentasi intervensi mengidentifikasi mengapa

sesuatu terjadi terhadap klien, apa yang terjadi, kapan,

bagaimana, dan siapa yang melakukan intervensi.

1) Why : Harus dijelaskan alasan tindakan, dilaksanakan

dan data yang ada dari hasil dokumentasi

pengkajian dan diagnosa keperawatan

2) What : Ditulis secara jelas, ringkas dari

pengobatan/tindakan yang telah dilakuakan

3) When : Mengandung aspek penting dari dokumentasi

intervensi.

4) How : Tindakan dilaksanakan dalam pencatatan

secara detail

5) Who : Siapa yang melaksanakan intervensi harus

selalu dituliskan pada dokumentasi serta tanda

tangan sebagai pertanggungjawaban.


63

d. Dokumentasi Evaluasi

Pernyataan evaluasi perlu didokumentasi dalam

catatan kemajuan, direvisi dalam perencanaan perawatan

atau dimasukkan pada ringkasan khusus dan dalam

pelaksanaan dalam bentuk perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai