Anda di halaman 1dari 9

Metode Pemeriksaan

1. Refleks biceps ( BPR )


a. Stimulus : ketokan pada jari pemeriksa pada tendon m.biceps brachii
posisi lengan setengah ditekuk pada sendi siku.
b. Respon : fleksi pada siku sendi
c. Afferent : n.musculucutaneus ( C 5-6 )
d. Efferent : n.musculucutaneus ( C 5-6 )
2. Refleks triceps ( TPR )
a. Stimulus : ketukan pada tendon otot triceps bracii, posisi lengan fleksi pada
sendi siku dan sedikit pronasi.
b. Respon : ekstensi lengan bawah disendi siku
c. Afferent : n.radialis ( C 6-7-8 )
d. Efferent : n.radialis ( C 6-7-8 )
3. Refleks patella ( KPR )
a. Stimulus : ketukan pada tendon patella
b. Respon : ekstensi tungkai bawah karena kontraksi m.quadriceps femoris
c. Afferent : n.femoralis ( L 2-3-4 )
d. Efferent : n.femoralis ( L 2-3-4 )
4. Refleks achilles ( APR )
a. Stimulus : ketukan pada tendon achilles
b. Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.gastrocnemius
c. Afferent : n.tibialis ( L-5; S 1-2 )
d. Efferent : n.tibialis ( L-5; S 1-2 )

Metode Pemeriksaan Visus

a. Visus Optotype Snelen/straub


Visus Normal 5/5, penderita bisa membaca huruf pada optotipe pada jarak 5 meter
yang seharusnya dapat dibaca oleh orang normal pada jarak 5 meter.
b. Visus Hitung Jari
Penderita hanya bisa menghitung jari pada jarak 1 meter yang seharusnya orang
normal pada jarak 6 meter.
c. Visus Gerakan Lambaian Tangan
Penderita hanya bisa melihat lambaian atau gerakan tangan pada jarak 1 meter yang
seharusnya bisa dilihat orang normal pada jarak 300 meter.
d. Visus Gelap dan Terang
Penderita hanya bisa membedakan gelap dan terang. Perlu diperiksa apakah masih
dapat membedakan arah datangnya sinar dan membedakan warna merah hijau.
Alat Dan Bahan

1. Refleks Fisiologis dan Refleks Patologis


a. Palu refleks
b. Hammer
c. Bangku atau kursi
2. Tes Garpu Tala
a. Ruang sunyi (tingkat kebisingan 30 dB)
b. Penala berfrekuensi 512 Hz
3. Visus
a. Optotype van snellen
b. Gambar kipas Lancaster regan
c. Sejumlah lensa sferis dan silindris dengan bermacam-macam kemampuan daya
bias
d. Mistar
e. Ruangan dengan pencahayaan cukup tapi tidak menyilaukan
4. Adaptasi Warna
a. Buku pseudo isokhromatik dan ishihara
Cara Kerja

Refleks Fisiologi Ekstermitas Atas

1. Refleks Bisep
a. Probandus duduk di kursi
b. Lengan rileks, posisi anatara fleksi dan ekstensi sedikit pronasi kemudian lengan
diletakkan di atas lengan pemeriksa
2. Refleks Bisep
a. Probandus duduk dikursi dengan keadaan rileks
b. Lengan probandus diletakkan di atas lengan pmeriksa
c. Pukullah tendon trisep melalui fosa olekrani
3. Refleks Periosteum Ulnaris
a. Lengan probandus sedikit di fleksikan pada siku, sikap tangan antara supinasi dan
pronasi
b. Ketukan pasa periosteum os. Ulnaris
c. Respon yang terjadi adalah pronasi tangan
4. Refleks Brakhioradialid
a. Posisi paien sama dengan pemeriksa refleks bisep
b. Pukullah tendo brakhioradialis pada radius distal dengan palu refleks
c. Respon yang terjadi muncul terakan menyentak pada lengan
5. Refleks Periosteum Radialis
a. Lengan bawah sedikit difleksikan pada sendi siku dan tangan sedikit dipronasikan
b. Ketuk periosteum ujung distal os. Radialis
c. Respo yang terjadi adalah lengan bawah dan supinasi lengan

Refleks Fisiologi Ekstremitas Bawah

1. Refleks Patela
a. Probandus duduk santai dengan tungkai menjuntai
b. Raba daerah kanan-kiri tendo untuk menentukan daerah yang tepat
c. Tangan pemeriksa memegang paha pasien
d. Ketuk tendo patela dengan palu refleks menggunakan tangan yang lain
e. Respon yang terjadi adalah merasakan kontraksi otot kuadrisep, ekstensi tungkai
bawah
2. Refleks Kremaster
a. Ujung tumpul palu refleks digoreskan pada paha bagian medial
b. Respon yang terjadi adalah elevasi testis ipsilateral
3. Refleks Plantar
a. Telapak kaki pasien digores dengan ujung tumpul palu refleks
b. Respon yang terjadi adalah plantar fleksi kaki dan fleksi semua jari kaki
4. Refleks Gluteal
a. Bokong pasien digores dengan ujung tumpul palu refleks
b. Respon yang terjadi adalah otot gluteus ipsilateral
5. Refleks Anal Eksterna
a. Kulit perianal digores dengan ujung tumpul palu refleks
b. Respon yang terjadi adalah kontraksi otot sfinger ani eksterna

Refleks Patologis

1. Reflek hoffmann romer


Tagan pasien ditumpu oleh tangan pemeriksa. Keudian ujung jari tangan pemeriksa
yang lain disentilkan ke ujung jari tengah tangan penderita. Reflek positif terjadi
fleksi jari yang lain dan adduksi ibu jari.
2. Grasping reflek
Menggores palmar atau bagian antara telunjuk dan ibu jaripenderita. Maka akan
timbul genggaman dari jari penderita menjepit jari pemeriksa. Jika reflek ini ada maka
penderita dapat membebaskan jari penderita. Normal masih terdapat pada anak kecil.
Jika positif pada dewasa maka kemungkinan terdapat lesi di area premotorik cortex.
3. Reflek palmomental
Garukan pada telapak tangan pasien meyebabkan kontraksi musculus mentali
ipsilateral atau dagu yang berkontraksi.
4. Refleks snouting
Ketukan hammer pada tendo insrtio m. Orbicularis oris makan akan menimbulkan
refleks menyusu. Menggaruk bibir dengan tongu spetel akan timbul reflek menyusu.
Normal jika pada bayi tetapi jika posistif pada dewasa akan menandakan UMN
bilateral.
5. Reflek babinski
Lakukan goresan pada telapak kaki dari arah tumit ke arah jari melalui sisi lateral.
Orang normal akan memberikan respon fleksi jari-jari dan penarikan tungkai. Pada
lesi UMN maka akan timbul respon jempol kaki akan dorsofleksi, sedangkan jari0jari
lain akan myebar atau membuka. Normal pada bayi masih ada.
6. Reflek oppenheim
Lakukan goresan pada sepanjang tepi depan tulang tibia dari atas ke bawah dengan
kedua kedua jari telunjuk dan tengah. Jika positif maka akan timbul reflek babinski.
7. Reflek gordon
Lakukan goresan atau memencet otot gastrocnemius jika positif maka akan timbul
reflek babinski.
8. Reflek schaefer
Lakukan pemencetan pada tend achiles. Jika positif maka akan timbul reflek seperti
babinski.
9. Reflek caddock
Lakukan goresan sepanjang tepilateral punggung kaki di luar telapak kaki dari tumit
ke depan. Jika positif maka akan timbul reflek sperti babinski.
10. Reflek rossolimo
Pukullah pada tulang cuboid atau dekat ibu jari bagian belakang. Reflek akan terjadi
fleksi jari-jari kaki.
11. Reflek mendel-bacctrerew
Pukulan telapak kaki bagian depan akan memberikan respn fleksi jari-jari kaki.

Tes Pendengaran

A. TES GARPU TALA


1. RINNE
a. Penala digetarkan pada punggung tangan atau siku, dengan ttujuan supaya
tidak terlalu keras (meja, besi). Frekuensi yang dipakai biasanya 512, 1024
dan 2048 Hz.
b. Tekankan ujung tungkai penala pada prosessis mastoideus salah satu telinga
OP tangan pemeriksa tidak boleh menyentuh jari-jari penala.
c. Tanyakan kepada OP apakah ia mendengar bunyi penal mendengung di
telinga yang diperiksa. Bila mendengar OP disuruh mengacungkan jari
telunjuk. Begitu tidak mendengar lagi, jari telunjuk diturunkan.
d. Apakah saat itu pemeriksa mengangkat penala dari prosesus mastoideus OP
dan kemudian ujung jari penala ditempatkan sedekat-dekatnya ke depan
telinga OP. Tanyakan apakah OP mendengar dengungan itu.
e. Catat hasil pemeriksaan Rinne sebgai berikut
AC lebih lama atau sama dengan BC
AC lebih kecil daripada BC
2. SCHWABACH
a. Getarkan penala berfrekuensi 512 seperti diatas.
b. Tekan ujung tangkai penala opada prosesus mastoideus salah satu telinga OP.
c. Suruh OP mengancungkan jarinya saat dengungan bunyi menghilang.
d. Pada saat itu dengan seera pemeriksaan menindahkan penala dari prosesus
matoideus OP ke prosesus mastoideus sendiri. Bila dengungan penala masih
dapat didengar oleh pemeriksa maka hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH
MEMENDEDK (BC penderita kecil/pendek BC pemeriksa SNHL)
Catatan : pada pemeriksaan menurut schwabach, telinga pemeriksa
dianggap normal.
e. Apabila dengungan penala yang telah dinyatakan berhenti oleh OP, juga tidak
terdengar oleh pemeriksa, maka hasil pemeriksaan mungkin SCHWABACH
NORMAL ATAU SCHWABACH MEMANJANG. Untuk memastikan,
dilakukan pemeriksaan sebagai berikut :
 Penala digetarkan, ujung tangkai penala mula-mula ditekankan ke
prosesus mastoideus pemeriksa samapi tidak terdengar lagi dengungan.
 Kemudian ujung tangkai penala seger ditekankan ke prosesus
mastoideus OP
 Bila dengungan masih dapat didengar oleh OP hasil pemriksaan ialah
SCHWABACH MEMANJANG ( BC penderita panjang BC
pemeriksa adlah CHL)
 Bila dengungan setelah dinyatakan berhenti oleh pemeriksa, juga tidak
dapat didengar oleh OP maka hasil pemeriksaan ialah SCHWABACH
NORMAL ( BC penderita= BC pemeriksa )
3. WEBBER
a. Getarkan penala yang berfrekuensi 512 seperti pada butir sebelumnya
b. Tekankan ujung penala pada dahi OP di garis median
c. Tanyakan kepada OP , apakah ia mendengar dengungan bunyi penala sma
kuat di telinga atau terjadi lateralisas?
Jawab : peristiwa terdengarnya dengungan penala lebih kuat pada salah satu
telinga. Bila dengungan kuat terdengar di telinga kiri disebut lateralisasi ke
kiri.
 AD = AS
Normal AD/AS
 AD lebih keras dari AS
LATERASLISASI KANAN – CHL AD /SNHL AS
 AD lebih kecil dari AS
LATERALISASI KIRI – CHL AS / SNHL AD

Tes Penglihatan

1. Visus ( ketajaman penglihatan )


a. Probandus berdiri/duduk pada jarak 6 meter dari Optotype van snelen.
b. Tinggi mata horisontal dengan Optotype van snelen.
c. Mata diperiksa satu persatu, dengan memasang bingkai kacamata khusus pada
orang percobaan dan tutup mata irinya dengan penutup hitam khusus yang
tersedia dalam kotak lensa.
d. Periksa visus mata kanan orang percobaan dengan menyuruhnya membaca huruf
saudara tunjuk. Dimlai dari barus huruf yang terbesar (seluruh huruf) sampai baris
huruf yang terkecil (seluruh huruf) yang masih dapat dibaca OP dengan lancar
tanpa kesalahan.
e. Catat visus mata kanan orag percobaan.
f. Ulangi pemeriksaan ini pada mata kiri.
g. Catat hasil pemeriksaan.
2. Adaptasi Warna
a. Pada ruangan dengan penerangan cukup, probandus disuruh membaca nomor atau
huruf dalam gambaran-gambaran uku ishihara.
b. Tiap gambar harus dapat dibaca dalam waktu maksimal 10 detik.
c. Catat hasilnya dan tentukan kelainan yang ditemukan menurut petunjuk yang
terdapat dalam buku tersebut.
d. Bila tidak ada yang buta warna, maka keadaan itu dapat distimulasi dengan
memakai kaca mata merah, hijau atau biru dengan melihat langit selama 1 menit.
e. Kemudian segera disuruh membaca gambar-gambar dalam buku ishihara.
f. Hasil percobaan ditemukan / tidak ditemukan kelainan ( buta warna ).

Anda mungkin juga menyukai