sakit muntaber
Penyakit Muntaber atau Vibrio Parahaemolyticus Enteritis adalah keadaan di mana seseorang
menderita muntah-muntah disertai buang air besar berkali-kali. Kejadian itu dapat berulang tiga
sampai lebih sepuluh kali dalam sehari. Terjadi perubahan bentuk dan konsistensi dari tinja,
melembek sampai mencair, yang kadang juga mengandung darah atau lendir. Lazimnya,
penyakit muntaber memang menyerang anak-anak, terutama pada usia dua hingga delapan
tahun. Mereka mudah tertular karena daya tahan tubuhnya belum sekuat orang dewasa.
Penyebab Muntaber
Penyebab utama penyakit muntaber adalah peradangan usus oleh bakteri, virus, parasit lain
(jamur, cacing, protozoa), keracunan makanan atau minuman yang disebabkan oleh bakteri
maupun bahan kimia serta kurang gizi, misalnya kelaparan atau kekurangan protein. Penyakit
yang dapat disebabkan oleh bakteri Escherichia coli ini dapat mewabah akibat lingkungan
sekitar tempat tinggal yang kurang bersih serta makanan yang dikonsumsi terkontaminasi
bakteri. Sistem sanitasi yang tidak terjaga dengan baik juga memudahkan kuman untuk
berkembang biak. Hujan yang terus menerus sehingga menimbulkan banjir dan lingkungan yang
kotor, sangat potensial menimbulkan wabah muntaber.
Selain itu, penyakit muntaber juga dapat disebabkan oleh virus Vibrio parahaemolyticus yang
termasuk jenis vibrio halofilik dan telah diidentifikasi ada 12 grup antigen “O” dan sekitar 60
tipe antigen “K” yang berbeda. Strain patogen pada umumnya (tetapi tidak selalu) dapat
menimbulkan reaksi hemolitik yang khas (fenomena Kanagawa). Masa inkubasi Vibrio
parahaemolyticus biasanya antara 12 – 24 jam, tetapi dapat berkisar antara 4 – 30 jam.
Banyak diantara penderita muntaber yang melakukan terapi-terapi dalam mengatasi penyakit
yang dialaminya. Baik sendiri maupun dengan ditangani dokter. Beberapa metode dalam
penatalaksanaan muntaber pada penderita ialah dengan terapi pencegahan dan terapi
pengobatan. Terapi pencegahan dilakukan dengan perbaikan kebiasaan-kebiasaan hidup
masyarakat terhadap lingkungan tempat tinggalnya sebelum terjadinya penyakit muntaber
tersebut. Sedangkan terapi pengobatan berupa terapi yang diberikan pada penderita muntaber
yang sudah terjangkit penyakit muntaber agar penyakit tersebut dapat diatasi dan tidak terjadi
sakit yang lebih parah
Pengertian Tsunami
Tsunami
Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh macam-macam gangguan di
dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa gempa bumi, pergeseran lempeng, atau gunung meletus.
Tsunami tidak kelihatan saat masih berada jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai wilayah
dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin membesar.
Tsunami juga sering disangka sebagai gelombang air pasang. Ini karena saat mencapai daratan,
gelombang ini memang lebih menyerupai air pasang yang tinggi daripada menyerupai ombak biasa yang
mencapai pantai secara alami oleh tiupan angin. Namun sebenarnya gelombang tsunami sama sekali
tidak berkaitan dengan peristiwa pasang surut air laut. Karena itu untuk menghindari pemahaman yang
salah, para ahli oseanografi sering menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic sea wave)
untuk menyebut tsunami, yang secara ilmiah lebih akurat.
Langkah yang harus dilakukan Sinoman Sadar Bencana ini antara lain :
1. Petakan daerah rawan genangan tertinggi tsunami, jalur evakuasi, dan tempat penampungan
sementara yang cukup aman.
2. Berkoordinasi dengan Badan Meterologi dan Geofisika (BMG), kepolisian, pemerintah daerah,
dan rumah sakit. Jika data dari BMG mengenai peringatan dini bencana tak bisa diharapkan
kecepatannya, komunitas ini harus menghimpun gejala-gejala alam yang tidak biasa terjadi.
3. Melakukan pertemuan rutin untuk menambah pengetahuan mengenai gempa dan tsunami. Jika
perlu, mendatangkan ahli.
4. Melakukan latihan secara reguler, baik terjadwal maupun tidak terjadwal.
5. Buat deadline waktu respon evakuasi untuk diterapkan saat latihan agar dalam bencana
sesungguhnya telah terbiasa merespon secara cepat.
6. Buat kode tertentu yang dikenali masyarakat sekitar untuk menandakan evakuasi. Semisal di
Pulau Simeuleu yang paling dekat dengan episentrum gempa Aceh, memiliki istilah Semong
yang diteriakkan berulang kali untuk menunjukkan adanya tsunami. Dengan kode ini, otomatis
harus dilakukan evakuasi secepatnya ke tempat yang lebih tinggi.Menyebarkan gambar peta
evakuasi di pelosok daerah tempat anggota komunitas tinggal.
7. Menyebarkan gambar peta evakuasi di pelosok daerah tempat anggota komunitas tinggal.
1. Siapkan satu tas darurat yang sudah diisi keperluan-keperluan mengungsi untuk 3 hari. Di
dalamnya termasuk, pakaian, makanan, surat-surat berharga, dan minuman secukupnya.
Jangan membawa tas terlalu berat karena akan mengurangi kelincahan mobilitas.
2. Selalu merespon tiap latihan dengan serius sama seperti saat terjadinya bencana.
3. Selalu peka dengan fenomena alam yang tidak biasa.
Untuk membaca tanda-tanda alam sebelum terjadinya tsunami, Amien Widodo memberikan sejumlah
petunjuk berdasarkan pengalaman tsunami-tsunami sebelumnya.
1. Terdengar suara gemuruh yang terjadi akibat pergeseran lapisan tanah. Suara ini bisa didengar
dalam radius ratusan kilometer seperti yang terjadi saat gempa dan tsunami di Pangandaran
lalu.
2. Jika pusat gempa berada di bawah permukaan laut dikedalaman dangkal dan kekuatan lebih
dari 6 skala richter, perlu diwaspadai adanya tsunami.
3. Jangka waktu sapuan gelombang tsunami di pesisir bisa dihitung berdasarkan jarak
episentrumnya dengan pesisir.
4. Garis pantai dengan cepat surut karena gaya yang ditimbulkan pergeseran lapisan tanah.
Surutnya garis pantai ini bisa jadi cukup jauh.
5. Karena surutnya garis pantai, tercium bau-bau yang khas seperti bau amis dan kadang bau
belerang.
6. Untuk wilayah yang memiliki jaringan pipa bawah tanah, terjadi kerusakan jaringan-jaringan
pipa akibat gerakan permukaan tanah.
7. Dalam sejumlah kasus, perilaku binatang juga bisa dijadikan peringatan dini terjadinya tsunami.
Sesaat sebelum tsunami di Aceh, ribuan burung panik dan menjauhi pantai, sedangkan gajah-
gajah di Thailand gelisah dan juga menjauhi pantai.
Pengertian Gunung Meletus
Gunung Meletus.
Gunung meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh
gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung berapi terbentuk.
Letusannya yang membawa abu dan batu menyembur dengan keras sejauh radius 18 km atau
lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa
menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar sampai ribuan kilometer jauhnya dan
bahkan bias mempengaruhi putaran iklim di bumi ini. Hasil letusan gunung berapi berupa:
Gas Vulkanik
Lava dan Aliran Pasir serta Batu Panas
Lahar
Abu Letusan
Awan Panas (Piroklastik)
1. Gas vulkanik adalah gas-gas yang dikeluarkan saat terjadi letusan gunung berapi yang
dikeluarkan antara lain carbon monoksida (CO), Carbondioksida(Co2), Hidrogen Sulfida
(H2S), sulfurdioksida(SO2) dan nitrogen (NO2) yang membahayakan manusia.
2. Lava adalah cairan magma yang bersuhu tinggi yang mengalir ke permukaan melalui
kawah gunung berapi. Lava encer mampu mengalir jauh dari sumbernya mengikuti
sungai atau lembah yang ada sedangkan lava kental mengalir tidak jauh dari sumbernya.
3. Lahar adalah merupakan salah satu bahaya bagi masyarakat yang tingla di lereng
gunung berapi. Lahar adalah banjir Bandang di lereng gunung yang terdiri dari campuran
bahan vulkanik berukuran lempung sampai bongkah. Dikenal sebagai lahar letusan dan
lahar hujan. Lahar letusan terjadi apabila gunung berapi yang memiliki danau kawah
meletus, sehingga air danau yang panas bercampur dengan material letusan, sedangkan
lahar hujan terjadi karena percampuran material letusan dengan air hujan di sekitar
puncaknya.
4. Abu letusan gunung berapi adalah material yang sangat halus. Karena hembusan angin
dampaknya bisa dirasakan ratusan kilometer jauhnya. Dampak abu letusan permasalahan
pernafasan, kesulitan penglihatan, pencemaran sumber air bersih, menyebabkan badai
listrik, mengganggu kerja mesin dan kendaraan bermotor, merusak atap, merusak ladang,
merusak infrastruktur tubuh.
5. Awan panas bisa berupa awan panas aliran, awan panas hembusan dan awan panas
jatuhan. Awan panas aliran adalah awan dari material letusan besar yang panas, mengalir
Turun dan akhirnya mengendap di dalam dan disekitar sungai dari lembah. Awan panas
hembusan adalah awan dari material letusan kecil yang panas, dihembuskan angin
dengan kecepatan mencapai 90 km/jam. Awan panas jatuhan adalah awan dari material
letusan panas besar dan kecil yang dilontarkan ke atas oleh kekuatan letusan yang besar.
Material berukuran besar akan jatuh di sekitar puncak sedangkan yang halus akan jatuh
mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan km dari puncak karena pengaruh hembusan
angin. Awan panas bisa mengakibatkan luka bakar pada bagian tubuh yang terbuka
seperti kepala, lengan, leher atau kaki dan juga menyebabkan sesak sampai tidak
bernafas.
SEBELUM LETUSAN:
1. Cari tahu tentang system pengamanan di komunitas daerah masing-masing serta
bagan alur keadaan darurat
2. Waspadai mengenai bahaya yang menyertai letusan gunungapi yaitu :
- Lahar dan banjir bandang
- Longsor dan hujan batu (material gunung api)
- Gempa bumi
- Hujan abu dan hujan asam
- Tsunami
3. Lakukan rencana evakuasi
- Apabila anda tinggal di daerah rawan bencana gunung api,
harus ingat route mana yang aman untuk dilalui.
- Bentuk komunitas bahaya bencana gunungapi
- Apabila anggota keluarga tidak berkumpul ketika terjadi letusan (misalnya yang
dewasa sedang bekerja dan anak-anak sedang sekolah) usahakan untuk
berkumpul
dalam keluarga jangan terpisah.
- Mintalah keluarga yang tinggal berjauhan untuk saling mengontak sebagai
‘hubungan
keluarga’ sebab sehabis terjadi bencana biasanya lebih mudah untuk kontak jarak
jauh.
Tiap anggota keluarga usahakan untuk mengetahui nama, alamat dan nomor
telepon
anggota keluarga yang lain.
4. Buatlah persediaan perlengkapan darurat seperti :
- Batere/ senter dan extra batu batere
- Obat-obatan untuk pertolongan pertama
- Makanan dan air minum untuk keadaan darurat.
- Pembuka kaleng
- Masker debu
- Sepatu
- Pakailah kacamata dan gunakan masker apabila terjadi hujan abu.
5. Hubungi pihak-pihak yang berwenang mengenai penanggulangan bencana.
6. Walaupun tampaknya lebih aman untuk tinggal di dalam rumah sampai
gunungapi berhenti meletus, tapi apabila anda tinggal di daerah rawan bahaya
gunungapi akan sangat berbahaya. Patuhi instruksi yang berwenang dan lakukan
secepatnya.
SELAMA LETUSAN:
PASCA LETUSAN:
Gempa Bumi
Gempa bumi adalah pergerakan (bergesernya) lapisan batu bumi yang berasal dari dasar atau
bawah permukaan bumi.
1. Tektonisme
Keragaman muka bumi dipengaruhi oleh adanya gerakangerakan di
kerak bumi, baik gerakan mendatar maupun gerakan tegak.
Gerakangerakan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk
yang menghasilkan pola baru yang disebut struktur diastropik. Bentuk
baru yang termasuk dalam struktur diastropik adalah pelengkungan,
pelipatan, patahan, dan retakan. Pelengkungan : lapisan kulit bumi yang
semula mendatar jika mendapat tekanan vertikal akan membentuk
struktur melengkung. Lengkungan tersebut dapat mengarah ke atas yang
disebut kubah (dome) dan dapat mengarah ke bawah yang disebut basin.
2. Vulkanisme
Vulkanisme merupakan proses keluarnya magma ke permukaan
bumi. Keluarnya magma ke permukaan bumi umumnya melalui retakan
batuan, patahan, dan pipa kepundan pada gunung api. Jika magma yang
berusaha keluar tidak mencapai permukaan bumi, proses ini disebut
intrusi magma. Jika magma sampai di permukaan bumi, proses ini disebut
ekstrusi magma. Magma yang sudah keluar ke permukaan bumi disebut
lava.
Proses vulkanisme menghasilkan berbagai bentuk muka bumi antara lain:
(1) kawah, lubang berbentuk mangkuk di puncak gunung api
(2) kaldera, hasil letusan gunung api yang berbentuk seperti kawah tetapi
berukuran jauh lebih besar. Karena besar, pada sebuah kaldera dapat
terbentuk danau, emisi gas, mata air panas, dan gunung api corong kecil
(3) berbagai bentuk gunung api. Intrusi magma menghasilkan bentukan-
bentukan berikut.
(1) Retas (sill), magma yang membeku di antara dua lapisan batuan yang
ada di dalam bumi berupa batuan beku.
(2) Lakolit, bentuk cembung ke atas tetapi datar di bawah akibat magma
yang menekan ke atas di antara dua lapisan batuan sedimen.
(3) Gang atau korok, bentukan tipis dan panjang memotong lapisan
litosfer secara vertikal atau miring yang berasal dari magma yang
membeku ketika berusaha menerobos batuan sedimen.
(4) Batholit, magma yang membeku jauh di dalam bumi.
3. Seisme
Bila tumpukan energi di daerah penujaman demikian besar, energi
tersebut akan mampu menggoyang atau menggetarkan lempeng benua
dan lempeng samudera di sekitarnya. Gayangan atau getaran ini disebut
gempa bumi. Gejala ini disebut seisme. Getaran yang dihasilkan akibat
pergeseran kerak bumi tersebut dapat besar maupun kecil. Besar kecilnya
kerusakan di muka bumi disebabkan oleh besar kecilnya gempa tersebut.
4. Klasifikasi Gempa
Gempa dapat digolongkan menjadi beberapa kategori. Menurut proses
terjadinya, gempa bumi diklasifikasikan menjadi seperti berikut.
(1) Gempa tektonik: terjadi akibat tumbukan lempeng-lempeng di litosfer
kulit bumi oleh tenaga tektonik. Tumbukan ini akan menghasilkan
getaran. Getaran ini yang merambat sampai ke permukaan bumi.
(2) Gempa vulkanik: terjadi akibat aktivitas gunung api. Oleh karena itu,
gempa ini hanya dapat dirasakan di sekitar gunung api menjelang letusan,
pada saat letusan, dan beberapa saat setelah letusan.
(3) Gempa runtuhan atau longsoran: terjadi akibat daerah kosong di
bawah lahan mengalami runtuh. Getaran yang dihasilkan akibat
runtuhnya lahan hanya dirasakan di sekitar daerah yang runtuh.
Menurut bentuk episentrumnya, ada dua jenis gempa.
(1) Gempa sentral: episentrumnya berbentuk titik.
(2) Gempa linear: episentrumnya berbentuk garis. Menurut kedalaman
hiposentrumnya, ada tiga jenis gempa.
(1) Gempa bumi dalam: kedalaman hiposenter lebih dari 300 km di
bawah permukaan bumi.
(2) Gempa bumi menengah: kedalaman hiposenter berada antara 60-300
km di bawah permukaan bumi.
(3) Gempa bumi dangkal: kedalaman hiposenter kurang dari 60 km.
Menurut jaraknya, ada tiga jenis gempa.
(1) Gempa sangat jauh: jarak episentrum lebih dari 10.000 km.
(2) Gempa jauh: jarak episentrum sekitar 10.000 km.
(3) Gempa lokal: jarak episentrum kurang 10.000 km.
Menurut lokasinya, ada dua jenis gempa.
(1) Gempa daratan: episentrumnya di daratan.
(2) Gempa lautan: episentrumnya di dasar laut. Gempa jenis inilah yang
menimbulkan tsunami.
5. Pengukuran Gempa Bumi
Getaran gempa dari hiposentrum merambat dan menyebar ke segala arah.
Getaran itu berupa gelombang primer dan gelombang sekunder. Dari
episentrum, juga terjadi rambatan getaran di permukaan bumi dalam
bentuk gelombang panjang. Jadi, gelombang gempa dapat dibedakan atas:
(1) gelombang primer (P): merupakan gelombang longitudinal yang
merambat di permukaan bumi dengan kecepatan 4-7 km per detik
(2) gelombang sekunder (S): berupa gelombang transversal yang
merambat di permukaan bumi dengan kecepatan 2-6 km per detik
(3) gelombang panjang (L): merupakan gelombang permukaan dengan
kecepatan lebih lambat.
6. Kekuatan Gempa
Kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa bumi dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain kekuatan gempa, letak
hiposentrum, struktur tanah, dan struktur bangunan.
Kekuatan gempa (magnitude) diukur berdasarkan tingkat kerusakan yang
dihasilkan. Ada beberapa skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan
gempa, antara lain Skala Omari, Skala Richter, Skala Cancani, dan Skala
Mercalli.
Gejala Chikungunya
Masa inkubasi penyakit Chikungunya adalah dari dua sampai empat hari. Gejala penyakit ini
termasuk demam sampai, ruam petekie atau makulopapular dari bagasi dan sesekali anggota
badan, dan artralgia atau artritis yang mempengaruhi beberapa sendi. Gejala nonspesifik lain
dapat termasuk sakit kepala, infeksi konjungtiva, dan fotofobia ringan. Biasanya, demam
berlangsung selama dua hari dan kemudian berakhir tiba-tiba. Namun, gejala-yaitu lainnya nyeri
sendi, sakit kepala hebat, insomnia dan tingkat ekstrim sujud-berlangsung selama periode
variabel, biasanya selama sekitar 5 sampai 7 hari.
Diagnosa
Tes laboratorium umum untuk chikungunya termasuk RT-PCR, isolasi virus, dan tes serologi.
Isolasi virus menyediakan diagnosis yang paling definitif tetapi membutuhkan 1-2
minggu untuk penyelesaian dan harus dilakukan di laboratorium Biosafety tingkat 3.
Teknik ini melibatkan mengekspos garis sel khusus untuk sampel dari seluruh darah dan
mengidentifikasi virus chikungunya tanggapan khusus.
RT-PCR menggunakan pasangan primer bersarang untuk memperkuat beberapa
Chikungunya gen spesifik dari seluruh darah. Hasil dapat ditentukan dalam 1-2 hari.
Reservoir virus utama adalah monyet, tetapi spesies lain juga dapat dipengaruhi,
termasuk manusia.
Pencegahan Chikungunya
Cara yang paling efektif untuk pencegahan adalah perlindungan terhadap kontak dengan
nyamuk pembawa penyakit dan pengendalian nyamuk. Ini termasuk menggunakan penolak
serangga dengan zat seperti DEET (N, N-diethyl-meta-toluamide, juga dikenal sebagai N, n'-
diethyl-3-methylbenzamide atau NNDB), icaridin (juga dikenal sebagai picaridin dan
KBR3023), PMD (p -mentana-3, suatu zat yang berasal dari pohon eucalyptus lemon), atau
IR3535. Mengenakan gigitan-bukti lengan panjang dan celana (celana) juga menawarkan
perlindungan. Selain itu, pakaian dapat diobati dengan piretroid, kelas insektisida yang sering
memiliki sifat penolak. Piretroid menguap (misalnya dalam obat nyamuk) juga penolak
serangga. Mengamankan layar pada jendela dan pintu akan membantu untuk menjaga nyamuk
keluar dari rumah. Dalam kasus hari-aktif Aedes aegypti''''dan''''Aedes albopictus,
bagaimanapun, ini hanya akan memiliki efek terbatas, karena banyak kontak antara vektor dan
tuan rumah terjadi di luar.
Pengobatan Chikungunya
Tidak ada pengobatan khusus untuk Chikungunya. Tidak ada vaksin yang tersedia saat ini.
Sebuah uji vaksin Tahap II, yang disponsori oleh Pemerintah AS dan diterbitkan dalam
Journal''Kedokteran Amerika Tropis dan Kebersihan''pada tahun 2000, digunakan virus, hidup
dilemahkan, berkembang resistensi virus dalam 98% dari mereka yang diuji setelah 28 hari dan
85 % masih menunjukkan perlawanan setelah satu tahun.
Sebuah tes serologi untuk Chikungunya tersedia dari Universitas Malaya di Kuala Lumpur,
Malaysia.
Klorokuin adalah mendapatkan tanah sebagai pengobatan yang mungkin untuk gejala yang
berhubungan dengan Chikungunya, dan sebagai agen anti-inflamasi untuk memerangi radang
persendian yang berkaitan dengan virus Chikungunya. Sebuah studi dari University of Malaya
menemukan bahwa untuk arthritis-gejala seperti yang tidak lega oleh aspirin dan non-steroid
anti-inflammatory drugs (NSAID), klorokuin fosfat (250 mg / hari) telah memberikan hasil yang
menjanjikan. Penelitian oleh seorang ilmuwan Italia, Andrea Savarino, dan rekan-rekannya
bersama-sama dengan press release pemerintah Perancis Maret 2006 telah menambahkan
kepercayaan lebih untuk klaim bahwa chloroquine mungkin efektif dalam mengobati
chikungunya. Penelitian yang tidak dipublikasikan dalam kultur sel dan monyet tidak
menunjukkan efek pengobatan klorokuin pada pengurangan penyakit chikungunya. Lembar
Fakta
Chikungunya Prognosis
Pemulihan dari penyakit bervariasi menurut umur. Pasien yang lebih muda sembuh dalam 5
sampai 15 hari; setengah baya pasien sembuh dalam 1 sampai 2,5 bulan. Pemulihan lebih
panjang untuk orang tua. Keparahan penyakit serta durasinya kurang pada pasien yang lebih
muda dan wanita hamil. Pada wanita hamil, tidak ada efek tak diinginkan yang melihat setelah
infeksi.
Okular peradangan dari Chikungunya dapat hadir sebagai iridocyclitis, dan memiliki lesi retina
juga.
Pedal edema (pembengkakan tungkai) yang diamati pada banyak pasien, penyebab yang tetap
tidak jelas karena tidak terkait dengan apapun, kelainan kardiovaskular ginjal atau hati.
Chikungunya Epidemiologi
Chikungunya virus adalah Alphavirus erat terkait dengan virus O'nyong'nyong, Ross Sungai
virus di Australia, dan virus yang menyebabkan ensefalitis kuda timur dan ensefalitis kuda barat.
Chikungunya umumnya menyebar melalui gigitan dari''''nyamuk Aedes aegypti, tetapi penelitian
terbaru oleh Institut Pasteur di Paris telah menyarankan bahwa strain virus Chikungunya di
Pulau Reunion wabah 2005-2006 terjadi mutasi yang difasilitasi transmisi oleh''Aedes
albopictus ' '(Tiger nyamuk). Penelitian serentak oleh arbovirologists di University of Texas
Medical Branch di Galveston, Texas, menegaskan secara pasti bahwa virus chikungunya
ditingkatkan infeksi Aedes albopictus''''disebabkan oleh mutasi titik di salah satu gen amplop
virus (E1) .. Peningkatan penularan virus chikungunya oleh Aedes albopictus''''bisa berarti
peningkatan risiko wabah chikungunya di daerah lain di mana nyamuk macan Asia hadir.
Sebuah epidemi baru-baru ini di Italia itu kemungkinan diabadikan oleh Aedes albopictus''''.
Di Afrika, chikungunya menyebar melalui siklus sylvatic di mana sebagian besar virus berada
pada primata lain di antara wabah manusia.
Chikungunya Sejarah
Nama ini berasal dari arti kata Makonde "yang membungkuk sampai" mengacu pada postur
membungkuk dikembangkan sebagai hasil dari gejala penyakit rematik. Penyakit ini pertama
kali dijelaskan oleh Marion Robinson dan WHR Lumsden pada tahun 1955, menyusul wabah
pada tahun 1952 di Dataran Tinggi Makonde, di sepanjang perbatasan antara Mozambik dan
Tanganyika (bagian daratan Tanzania modern).
Menurut laporan awal 1955 tentang epidemiologi penyakit, istilah 'chikungunya' berasal dari
akar kata kerja Makonde''kungunyala'', yang berarti menjadi kering atau berkerut. Dalam
penelitian konkuren, Robinson glos istilah Makonde lebih spesifik sebagai "tikungan yang
sampai." Penulis berikutnya tampaknya diabaikan referensi ke bahasa Makonde dan
diasumsikan bahwa istilah berasal dari bahasa Swahili, lingua franca daerah. Atribusi yang salah
tentang istilah sebagai kata Swahili telah diulang dalam sumber-sumber cetak banyak. Banyak
ejaan yang salah lainnya dan bentuk istilah yang umum digunakan termasuk "Ayam percobaan",
"Ayam gunaya," dan "Chickengunya".
Sejak penemuannya pada Tanganyika, Afrika, pada tahun 1952, wabah virus chikungunya telah
terjadi sesekali di Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara, tetapi wabah baru-baru ini telah
menyebarkan penyakit rentang yang lebih luas.
Beberapa kelompok pemuda yang mengaku pecinta alam pun justru malah mencoret-coret dan
senang merusak alam pada saat melakukan pendakian di gunung atau pun wisata alam.
Karenanya, perlu digalakan pelestarian hutan agar keseimbangan alam tetap terjaga.
Melestarikan hutan pun juga tidak semudah yang diperkirakan. Ada berbagai hambatan yang
justru juga dapat membahayakan keselamatan, seperti kebakaran hutan.
Salah satu masalah yang sering dihadapi dalam rangka melestarikan hutan adalah kebakaran
hutan. Kebakaran hutan memang sulit untuk dicegah dan tidak mudah untuk ditangani.
Karenanya, perlu dilakukan sosialisasi agar masyarakat tidak melakukan berbagai hal yang
hanya akan menambah resiko kebakaran hutan, khususnya hutan yang terletak di tepi
pemukiman penduduk.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui sebagai sebab terbakarnya hutan. Kebakaran hutan juga
dapat ditangani dengan beberapa cara. Berikut ini adalah penyebab kebakaran hutan dan cara-
cara yang dapat ditempuh untuk menanganinya.
Kebakaran hutan dapat terjadi karena faktor lokasi. Hutan yang terletak di daerah tepi yang
berdekatan dengan penduduk memiliki resiko yang lebih tinggi untuk terjadi kebakaran.
Ini karena aktivitas manusia yang sering kali melakukan pembakaran lahan dan secara
sembarangan membuang sumber api, seperti puntung rokok atau pun berbagai bahan yang
mudah terbakar di hutan. Karenanya, perlu dtingkatkan kesadaran bagi penduduk yang tinggal di
sekitar hutan untuk tidak melakukan pembakaran di dekat area hutan.
Selain itu, kebakaran hutan dapat terjadi karena keberadaan lahan gambut di musim kemarau
panjang. Musim kemarau otomatis akan meningkatkan suhu menjadi jauh lebih panas. Ini juga
meningkatkan resiko munculnya titik api di hutan.
Penyebab kebakaran hutan juga dapat berasal dari aktivitas manusia yang senang berpindah
lahan dengan cara membakar hutan. Ini tentu akan sangat membahayakan keselamatan dan
kelestarian hutan. Karenanya, jangan melakukan pembakaran hutan secara sembarangan.
Penyebab lain adalah karena adanya api unggun yang masih membara. Jika ada sekelompok
pecinta alam yang berkemah di hutan dan menyalakan api unggun, terkadang api unggun
ditinggalkan dengan keadan bara yang masih menyala. Ini bisa menjadi penyebab kebakaran
hutan yang besar karena dimungkinkan daun-daun kering yang jatuh dan kembali menyulut api
yang jauh lebih besar.
Karenanya, bagi para pencinta alam, pastikan bara api yang akan ditinggalkan sudah dalam
keadaan mati. Untuk memastikannya, injak-injak bara api sampai benar- benar asap yang keluar
berhenti dan suhu bekas bara api turun.
Pembuatan arang ternyata juga bisa menyebabkan kebakaran. Arang adalah substansi alam yang
mudah terbakar. Karenanya, pembuatan arang sebaiknya tidak dilakukan di hutan karena ini bisa
meningkatkan resiko terjadinya kebakaran hutan.
Penyebab lain yang bisa menjadi faktor utama kebakaran hutan adalah puntung rokok. Tanpa
sadar, kebiasan merokok juga dapat membahayakan keselamatan hutan. Selain berbahaya bagi
kesehatan, rokok ternyata juga mampu meningkatkan resiko terjadinya kebakaran hutan. Ini
terutama dilakukan oleh orang-orang yang banyak beraktivitas di hutan.
Jika Anda sering beraktivitas di hutan, sebaiknya jangan merokok. Kalau pun Anda tetap
merokok, jangan hanya membuang puntung rokok begitu saja. Injak puntung rokok sampai
benar-benar mati.
1. Kebakaran Hutan
Penyebab kebakaran hutan sampai saat ini masih menjadi topik perdebatan, apakah karena alami atau
karena kegiatan manusia. Namun berdasarkan beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
penyebab utama kebakaran hutan adalah faktor manusia yang berawal dari kegiatan atau
permasalahan sebagai berikut:
a. Sistem perladangan tradisional dari penduduk setempat yang berpindah-pindah.
b. Pembukaan hutan oleh para pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH) ntuk insdustri kayu maupun
perkebunan kelapa sawit.
c. Penyebab struktural, yaitu kombinasi antara kemiskinan, kebijakan pembangunan dan tata
pemerintahan, sehingga menimbulkan konflik antar hukum adat dan hukum positif negara.
2. Penebangan hutan secara sembarangan
Menebang hutan sembarangan akan menyebabkan hutan menjadi gundul. Ditambah lagi akhir-akhir ini
penebangan hutan liar semakin marak terjadi,
4. Mentalitas Manusia.
Manusia sering memposisikan dirinya sebagai pihak yang memiliki otonomi untuk menyusun blue print
dalam perencanaan dan pengelolaan hutan, baik untuk kepentingan generasi sekarang maupun untuk
anak cucunya. Hal ini kemungkinan disebabkan karena manusia sering menganggap dirinya sebagai
ciptaan yang lebih sempurna dari yang lainnya. Pemikiran antrhroposentris seperti ini menjadikan
manusia sebagai pusat. Bahkan posisi seperti ini sering ditafsirkan memberi lisensi kepada manusia
untuk “menguasai” hutan. Karena manusia memposisikan dirinya sebagai pihak yang dominan, maka
keputusan dan tindakan yang dilaksanakanpun sering lebih banyak di dominasi untuk kepentingan
manusia dan sering hanya memikirkan kepentingan sekarang daripada masa yang akan datang.
Akhirnya hutanpun dianggap hanya sebagai sumber penghasilan yang dapat dimanfaatkan dengan
sesuka hati. Masyarakat biasa melakukan pembukaan hutan dengan berpindah-pindah dengan alasan
akan dijadikan sebagai lahan pertanian. Kalangan pengusaha menjadikan hutan sebagai lahan
perkebunan atau penambangan dengan alasan
untuk pembangunan serta menampung tenaga kerja yang akan mengurangi jumlah pengangguran.
Tetapi semua itu dilaksanakan dengan cara pengelolaan yang exploitative yang akhirnya menimbulkan
kerusakan hutan. Dalam struktur birokrasi pemerintahan mentalitas demikian juga seakan-akan telah
membuat aparat tidak serius untuk menegakkan hukum dalam mengatasi kerusakan hutan bahkan
terlibat di dalamnya.
LONGSOR
Bencana alam tanah longsor biasanya terjadi ketika musim penghujan. Kapan terjadinya
bencana alam tanah longsor ini hampir bisa dipastikan kapan dan tempatnya di kawasan
perbukitan terjal dengan ketebalan lapisan tanah yang tebal. Kawasan-kawasan perbukitan terjal
yang sudah gundul karena penebangan pohon merupakan salah indikasi kawasan yang rawan
bencana alam tanah longsor. Dalam upaya pengurangan risiko bencana alam tanah longsor,
berikut ini ada beberapa tips dan hal yang harus dilakukan sebelum, ketika, dan sesudah bencana
alam tanah longsor terjadi.
1. Ketika musim penghujan tiba, tetaplah terjaga karena banyak korban tanah longsor yang
terjadi pada malam hari karena mereka tertidur. Usahakan membuat jadwal piket selama
musim penghujan.
2. Dengarkan informasi terkini dari radio, jadi bagi masyarakat yang tinggal di kawasan
rawan longsor harus memiliki radio baterai.
3. Segera menuju ke tempat evakuasi yang telah anda rencanakan sebelumnya
4. Hindari kawasan-kawasan lebah sungai.
Semoga beberapa tip menghadapi bencana alam tanah longsor ini bermanfaat dan Salam Siaga.
Indonesia merupakan salah satu Negara tropis yang memiliki wilayah hutan terluas kedua di dunia.
Keberadaan hutan ini tentunya merupakan berkah tersebdiri. Hutan merupakan ekosistem alamiah
yang keanekaragaman hayatinya sangat tinggi. Keberadaan hutan di Indonesia sangat penting tak hanya
untuk bangsa Indonesia tetapi juga bagi semua makhluk hidup di bumi. Hutan di Indonesia sering
dijuluki sebagai paru-paru dunia. Hal ini wajar mengingat jumlah pepohonan yang ada di dalam
kawasan hutan ini bisa mendaur ulang udara dan menghasilkan lingkungan yang lebih sehat bagi
manusia. Sayangnya, akhir-akhir ini kebakaran hutan di Indonesia semakin sering terjadi. Penyebabnya
bisa beragam yang dibagi ke dalam dua kelompok utama, alam dan campur tangan manusia. Menurut
data statistik, kebakaran hutan di Indonesia sebanyak 90 % disebabkan oleh manusian dan selebihnya
adalah kehendak alam.
Kebakaran hutan di Indonesia adalah peristiwa dimana hutan yang digologkan sebagai ekologi alamiah
mengalami perubahan bentuk yang disebabkan oleh aktfitas pembakaran secara besar-besaran. Pada
dasarnya, peristiwa ini memberi dampak negatif maupun positif. Namun, jika dicermati, dampak negatif
kebakaran hutan jauh lebih mendominasi ketimbang dampak positifnya. Oleh sebab itu hal ini penting
untuk dicegah agar dampak negatifnya tidak merugikan manusia terlalu banyak. Salah satu upaya
pencegahan yang paling mendasar adalah dengan memahami penyebab terjadinya kebakaran hutan di
Indonesia. Di dalam Kamus Kehutanan yang diterbitkan oleh Kementrian Kehutanan RI, disebutkan
bahwa kebakaran hutan disebabkan oleh alam dan manusia. Konteks alam mencakup musim kemarau
yang berkepanjanganjuga sambaran petir. Sementara faktor manusia antara lain kelalaian membuang
punting rokok, membakar hutan dalam rangka pembukaan lahan, api unggun yang lupa dimatikan dan
masih banyak lagi lainnya.
Kebakaran hutan di Indonesia perlu ditanggulangi secara tepat sebab peristiwa ini memiliki dampak
buruk bagi kehidupan manusia. Apa saja? Berikut uraiannya:
1. Kebakaran hutan akan menyebarkan sejumlah emisi gas karbon ke wilayah atmosfer dan
berperan dalam fenomena penipisan lapisan ozon.
2. Dengan terbakarnya hutan, satwa liar akan kehilangan rumah tempat mereka hidup dan
mencari makan. Hilangnya satwa dalam jumlah yang besar tentu akan berakibat pada
ketidakseimbangan ekosistem.
3. Hutan identik dengan pohon. Dan pepohonan identik sebagai pendaur ulang udara serta
akarnya berperan dalam mengunci tanah serta menyerap air hujan. Jika pepohonan berkurang,
dipastikan beberapa bencana akan datang seperti bajir atau longsor.
4. Kebakaran hutan di Indonesia akan membuat bangsa kita kehilangan bahan baku industri yang
akan berpengaruh pada perekonomian.
5. Jumlah hutan yang terus berkurang akan membuat cuaca cenderung panas.
6. Asap dari hutan akan membuat masyarakat terganggu dan terserang penyakit yang
berhubungan dengan pernapasan.
7. Kebakaran hutan bisa berdampak pada menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke
sebuah Negara.
8. Dll
Kebakaran liar
Kebakaran hutan, kebakaran vegetasi, atau kebakaran semak, adalah sebuah kebakaran
yang terjadi di alam liar, tetapi juga dapat memusnahkan rumah-rumah dan lahan pertanian
disekitarnya. Penyebab umum termasuk petir, kecerobohan manusia, dan pembakaran.
Musim kemarau dan pencegahan kebakaran hutan kecil adalah penyebab utama kebakaran hutan
besar.
Kebakaran hutan dalam bahasa Inggris berarti "api liar" yang berasal dari sebuah sinonim dari
Api Yunani, sebuah bahan seperti-napalm yang digunakan di Eropa Pertengahan sebagai senjata
maritim
Perancis: 21.100 hektar (211 km², 52.140 acres, 81 mile² ; 0,04% Perancis
Portugal:
o 1991 : 182.000 ha (1.820 km², 449.732 acres, 703 mile²; 2% wilayah negara)
o 2003 : 424.900 ha (4.249 km², 1,05 juta acres, 1.641 mile²; 4,6% wilayah negara; 20
meninggal)
o 2004 : 120.530 ha (1.205,3 km², 297.836 acres, 465 mile²; 1,3% wilayah negara)
o 2005: 286.400 ha (2.864 km², 707.668 acres, 1.106 mile²; 3.1% wilayah negara; 17
meninggal)
Amerika Serikat: 1,74 juta hektare (17.400 km², 4,3 juta acres, 6.718 mile²; 0,18% wilayah
negara)
Indonesia - Sumber data: sebelum 1997 dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
(BAPEDAL) dan Canadian International Development Agency (CIDA) - Collaborative
Environmental Project in Indonesia (CEPI). Data 1997/1998 dari Asian Development Bank (ADB)
. Data 1999-2005 berasal dari Departemen Kehutanan Indonesia.
o 1982 dan 1983: 3,6 juta hektare ( 36.000 km², 8,9 juta acres, 13.900 mile²).
o 1987: 49.323 hektare ( 492 km², 121.880 acres, 190 mile²).
o 1991: 118.881 hektare (1.189 km², 293.761 acres, 459 mile²).
o 1994: 161.798 hektare (1.618 km², 399.812 acres, 625 mile²).
o 1997 dan 1998: 9,8 juta hektare ( 97.550 km², 24,1 juta acres, 37.664 mile²). Sumber
data dari ADB.
o 1999: 44.090 hektare (441 km², 108.989 acres, 170 mile² ).
o 2000: 8.255 hektare ( 83 km², 20.399 acres, 32 mile²).
o 2001: 14.351 hektare (144 km², 35.462 acres, 55 mile²).
o 2002: 36.691 hektare (367 km², 90.665 acres, 142 mile²).
o 2003: 3.745 hektare ( 37 km², 9.254 acres, 14 mile²).
o 2004: 13.991 hektare (140 km², 34.573 acres, 54 mile²).
o 2005: 13.328 hektare (133 km², 32.934 acres, 51 mile²).
Penyebab
Penyebab Kebakaran hutan, antara lain:
Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang.
Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa mematikan
api di perkemahan.
Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi.
Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan
pertanian baru dan tindakan vandalisme.
Kebakaran di bawah tanah/ground fire pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut
kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.
Dampak
Dampak yang ditimbulkan dari kebakaran liar antara lain:
1. Menyebarkan emisi gas karbon dioksida ke atmosfer. Kebakaran hutan pada 1997 menimbulkan
emisi / penyebaran sebanyak 2,6 miliar ton karbon dioksida ke atmosfer (sumber majala Nature
2002). Sebagai perbandingan total emisi karbon dioksida di seluruh dunia pada tahun tersebut
adalah 6 miliar ton.
2. Terbunuhnya satwa liar dan musnahnya tanaman baik karena kebakaran, terjebak asap atau
rusaknya habitat. Kebakaran juga dapat menyebabkan banyak spesies endemik/khas di suatu
daerah turut punah sebelum sempat dikenali/diteliti.
3. Menyebabkan banjir selama beberapa minggu di saat musim hujan dan kekeringan di saat
musim kemarau.
4. Kekeringan yang ditimbulkan dapat menyebabkan terhambatnya jalur pengangkutan lewat
sungai dan menyebabkan kelaparan di daerah-daerah terpencil.
5. Kekeringan juga akan mengurangi volume air waduk pada saat musim kemarau yang
mengakibatkan terhentinya pembangkit listrik (PLTA) pada musim kemarau.
6. Musnahnya bahan baku industri perkayuan, mebel/furniture. Lebih jauh lagi hal ini dapat
mengakibatkan perusahaan perkayuan terpaksa ditutup karena kurangnya bahan baku dan
puluhan ribu pekerja menjadi penganggur/kehilangan pekerjaan.
7. Meningkatnya jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan kanker
paru-paru. Hal ini bisa menyebabkan kematian bagi penderita berusia lanjut dan anak-anak.
Polusi asap ini juga bisa menambah parah penyakit para penderita TBC/asma.
8. Asap yang ditimbulkan menyebabkan gangguan di berbagai segi kehidupan masyarakat antara
lain pendidikan, agama dan ekonomi. Banyak sekolah yang terpaksa diliburkan pada saat kabut
asap berada di tingkat yang berbahaya. Penduduk dihimbau tidak bepergian jika tidak ada
keperluan mendesak. Hal ini mengganggu kegiatan keagamaan dan mengurangi kegiatan
perdagangan/ekonomi. Gangguan asap juga terjadi pada sarana perhubungan/transportasi
yaitu berkurangnya batas pandang. Banyak pelabuhan udara yang ditutup pada saat pagi hari di
musim kemarau karena jarak pandang yang terbatas bisa berbahaya bagi penerbangan. Sering
terjadi kecelakaan tabrakan antar perahu di sungai-sungai, karena terbatasnya jarak pandang.
9. Musnahnya bangunan, mobil, sarana umum dan harta benda lainnya
Pengertian Konflik
Konflik adalah adanya pertentangan yang timbul di dalam seseorang (masalah intern) maupun
dengan orang lain (masalah ekstern) yang ada di sekitarnya. Konflik dapat berupad perselisihan
(disagreement), adanya keteganyan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di
antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antar kedua belah pihak, sampai
kepada mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai pengahalang dan
pengganggu tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.
Emotional conflicts terjadi akibat adanya perasaan marah, tidak percaya, tidak simpatik, takut dan
penolakan, serta adanya pertantangan antar pribadi (personality clashes).
Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun sekelompok pekerja saling berkait dengan
pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu
diidentifikasikan dengan komunikasi yang tidak efektif yang menjadi kambing hitam.
Seorang wirausahaan harus memandang sebuah persoalan dari berbagai sudut dan mencari cara
baru untuk memecahkan masalahnya. Jika kelompok karyawan perusahaan mengurangi jumlah pilihan
masalahnya, maka wirausahawan harus memperimbangkan masalahnya agar menjadi luas dan
mendalam.
Jika wirausaha meninjau lagi pemecahan masalah yang mungkin terkait di dalam, maka beberapa
pemecahan itu dapat digabungkan, sedangkan pemecahan masalah lainnya dapat dikesampingkan.
Berikut ini beberapa kriteria yang mungkin sangat berguna jika seorang wirausahawan ingin
mengevaluasi pemecahan masalah yang diusulkan.
1. Apakah pemecahan masalah itu dapat diterapkan dengan baik?
2. Apakah pemecahan itu sudah logis?
3. Apakah persoalan-persoalan tambahan yang timbul dapat diselesaikan dengan baik?
Permasalahan yang dihadapi oleh oleh para wirausahawan hendaknya aktual dan menarik serta
mengandung beberapa kemungkinan tindakan, di antara beberapa alternatif pemecahan masalah, salah
satunya cara penerapan Teori Dewey tentang berpikir positif, bahwa seorang wirausahawan
hendaknya:
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis,
konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok)
dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan
kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri.
Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.
perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri
individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat
dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau
dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya
masyarakat itu sendiri.
Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di
masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang
tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
Definisi konflik
Ada beberapa pengertian konflik menurut beberapa ahli.
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan
sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan
ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara
berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan
saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen
organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama
lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu
atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara
umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di
dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Dipandang sebagai perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan
individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi (Muchlas, 1999). Konflik ini
terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
5. Menurut Minnery (1985), Konflik organisasi merupakan interaksi antara dua atau lebih pihak
yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan
tujuan.
6. Konflik dalam organisasi sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan
memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan adanya pihak
lain yang telah atau akan menyerang secara negatif (Robbins, 1993).
7. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan
kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian menunjukkan adanya
perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan, diingat, dan dialami (Pace &
Faules, 1994:249).
8. Konflik dapat dirasakan, diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi (Folger &
Poole: 1984).
9. Konflik senantisa berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai,
alokasi sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap
pihak yang terlibat (Myers,1982:234-237; Kreps, 1986:185; Stewart, 1993:341).
10. Interaksi yang disebut komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat
disangkal akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda (Devito, 1995:381)
1. Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal
yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan
istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional
akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan
kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
2. Pandangan hubungan manusia (The Human Relation View. Pandangan ini menyatakan bahwa
konflik dianggap sebagai suatu peristiwa yang wajar terjadi di dalam kelompok atau organisasi.
Konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak dapat dihindari karena di dalam kelompok atau
organisasi pasti terjadi perbedaan pandangan atau pendapat antar anggota. Oleh karena itu,
konflik harus dijadikan sebagai suatu hal yang bermanfaat guna mendorong peningkatan kinerja
organisasi. Dengan kata lain, konflik harus dijadikan sebagai motivasi untuk melakukan inovasi
atau perubahan di dalam tubuh kelompok atau organisasi.
3. Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini cenderung mendorong suatu
kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang
kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak
inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat
minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap
semangat, kritis – diri, dan kreatif.
1. Pandangan tradisional. Pandangan tradisional menganggap bahwa konflik dapat dihindari. Hal
ini disebabkan konflik dapat mengacaukan organisasi dan mencegah pencapaian tujuan yang
optimal. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan yang optimal, konflik harus dihilangkan.
Konflik biasanya disebabkan oleh kesalahan manajer dalam merancang dan memimpin
organisasi. Dikarenakan kesalahan ini, manajer sebagai pihak manajemen bertugas
meminimalisasikan konflik.
2. Pandangan modern. Konflik tidak dapat dihindari. Hal ini disebabkan banyak faktor, antara lain
struktur organisasi, perbedaan tujuan, persepsi, nilai – nilai, dan sebagainya. Konflik dapat
mengurangi kinerja organisasi dalam berbagai tingkatan. Jika terjadi konflik, manajer sebagai
pihak manajemen bertugas mengelola konflik sehingga tercipta kinerja yang optimal untuk
mencapai tujuan bersama.
1. Dalam pandangan tradisional, konflik dianggap sebagai sesuatu yang buruk yang harus
dihindari. Pandangan ini sangat menghindari adanya konflik karena dinilai sebagai faktor
penyebab pecahnya suatu kelompok atau organisasi. Bahkan seringkali konflik dikaitkan dengan
kemarahan, agresivitas, dan pertentangan baik secara fisik maupun dengan kata-kata kasar.
Apabila telah terjadi konflik, pasti akan menimbulkan sikap emosi dari tiap orang di kelompok
atau organisasi itu sehingga akan menimbulkan konflik yang lebih besar. Oleh karena itu,
menurut pandangan tradisional, konflik haruslah dihindari.
2. Pandangan kontemporer mengenai konflik didasarkan pada anggapan bahwa konflik
merupakan sesuatu yang tidak dapat dielakkan sebagai konsekuensi logis interaksi manusia.
Namun, yang menjadi persoalan adalah bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana
menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi bahkan merusak
tujuan organisasi. Konflik dianggap sebagai suatu hal yang wajar di dalam organisasi. Konflik
bukan dijadikan suatu hal yang destruktif, melainkan harus dijadikan suatu hal konstruktif untuk
membangun organisasi tersebut, misalnnya bagaimana cara peningkatan kinerja organisasi.
Teori-teori konflik
Ada tiga teori konflik yang menonjol dalam ilmu sosial. Pertama adalah teori konflik C. Gerrtz,
yaitu tentang primodialisme, kedua adalah teori konflik Karl. Marx, yaitu tentang pertentangan
kelas, dan ketiga adalah teori konflik James Scott, yaitu tentang Patron Klien.
penyebab konflik
Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan
perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan
sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab
dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya.
Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap
warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang
merasa terhibur.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian
kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan
perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh
sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki
kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi
untuk tujuan yang berbeda-beda. Sebagai contoh, misalnya perbedaan kepentingan dalam hal
pemanfaatan hutan. Para tokoh masyarakat menanggap hutan sebagai kekayaan budaya yang
menjadi bagian dari kebudayaan mereka sehingga harus dijaga dan tidak boleh ditebang. Para
petani menbang pohon-pohon karena dianggap sebagai penghalang bagi mereka untuk membuat
kebun atau ladang. Bagi para pengusaha kayu, pohon-pohon ditebang dan kemudian kayunya
diekspor guna mendapatkan uang dan membuka pekerjaan. Sedangkan bagi pecinta lingkungan,
hutan adalah bagian dari lingkungan sehingga harus dilestarikan. Di sini jelas terlihat ada
perbedaan kepentingan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya sehingga akan
mendatangkan konflik sosial di masyarakat. Konflik akibat perbedaan kepentingan ini dapat
pula menyangkut bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Begitu pula dapat terjadi antar
kelompok atau antara kelompok dengan individu, misalnya konflik antara kelompok buruh
dengan pengusaha yang terjadi karena perbedaan kepentingan di antara keduanya. Para buruh
menginginkan upah yang memadai, sedangkan pengusaha menginginkan pendapatan yang besar
untuk dinikmati sendiri dan memperbesar bidang serta volume usaha mereka.
Jenis-jenis konflik
Menurut Dahrendorf, konflik dibedakan menjadi 6 macam :
Konflik antara atau dalam peran sosial (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam
keluarga atau profesi (konflik peran (role))
Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
Konflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
Konflik antar atau tidak antar agama
Konflik antar politik.
konflik individu dengan kelompok
Akibat konflik
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan
kelompok lain.
keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan
respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan
kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa
sebagai berikut:
Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk
mencari jalan keluar yang terbaik.
Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk
"memenangkan" konflik.
Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang
memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari
konflik.
Contoh konflik
Konflik Vietnam berubah menjadi perang.
Konflik Timur Tengah merupakan contoh konflik yang tidak terkontrol, sehingga timbul
kekerasan. hal ini dapat dilihat dalam konflik Israel dan Palestina.
Konflik Katolik-Protestan di Irlandia Utara memberikan contoh konflik bersejarah lainnya.
Banyak konflik yang terjadi karena perbedaan ras dan etnis. Ini termasuk konflik Bosnia-Kroasia
(lihat Kosovo), konflik di Rwanda, dan konflik di Kazakhstan.
A. Pengertian Globalisasi
Kata ‘globalisasi’ berasal dari kata ‘global’, dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti secara
keseluruhan. Beberapa pergertian lain:
1. Malcolm Waters
Sebuah proses social yang berakibat bahwa pembatasan geografis pada keadaan social budaya
menjadi kurang penting yang terjelma dalam kesadaran seseorang.
2. Emmanuel Ritcher
Jaringan kerja global yang secara bersamaan menyatukan masyarakat yang sebelumnya
terpencar dan terisolasi ke dalam saling ketergantungan dan persatuan dunia.
3. Selo Soemarjan
Terbentuknya system organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti
system dan kaidah yang sama.
5. Wikipedia
Istilah untuk menjelaskan perubahan dalam masyarakat dan perekonomian dunia yang dihasilkan
oleh meningkat pesatnya perdagangan dan pertukaran kebudayaan.
6. Arti Literal
Sebuah perubahan social, berupa bertambahnya keterkaitan antara msyarakat dan
elemennya……….
Kekuatan globalisasi ekonomi atau globalisasi kapitalisme adalah liberalisme ekonomi. Ilmuwan
menyebutnya kapitalisme pasar bebas. Berbeda dengan kapitalisme kesejahteraan, yaitu kapitalisme
yang diregulasi dan direformasi, kapitalisme ini tidak membiarkan pasar berjalan sebebas-bebasnya
tanpa kendali, tapi perlu diatur agar kapitalismememberikan keuntungan dan keadilan sampai orang-
orang dibawah tingakat kesejahteraan.
a. Kapitalisme
Suatu system ekonomi yang mengatur proses produksi dan distribusi barang dan jasa. Cirri-cirinya:
sebagian besar sarana produksi dimiliki individu, barang dan jasa diperdagangkan di pasar bebas
(free market) yang kompetitif (terbuka untuk siapa saja) dan modal diinvestasikan dalam usaha intik
hasilkan laba.
b. Kenyataanya
Abad ke-19, kapitalisme pasar bebas hanya menguntungkan Negara kaya. Banyak orang yang
menjadi semakin miskin karena kapitalisme ini. Kapitalisme ini telah melampaui kesederhanaan dan
tenaga kerja menjadi roda dan mesin kapitalis raksasa. Pada akhir abad 20, kapitalisme
mengendalikan hamper seluruh perekonomian internasional. Kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi mendukung kapitalisme pasar bebas.
Aspek produksi
Perusahaan dapat berproduksio di berbagai Negara dengan sasaran agar biaya prosuksi
lebih rendah.
Aspek tenaga kerja; perusahaan global punya manfaat tenaga kerja dari seluruh dunia.
Globalisasi dapat memperluas kawasan budaya. Globalisasi dapat timbulkan dampak negative. Akibat
dari pengaruh globalisasi:
Meningkatnya individualitas
Individualisme adalah orang secara aktif dan bebar membentuk diri mereka sendiri dan
menentukan identitas mereka sendiri. Tradisi dan nilai-nilai masyarakat perlahan ditinggalkan.
Pola kerja
Pola kerja pun berubah dalam era globalisasi ini. System kerja, tujuan kerja dan proses kerja
nerubah pada era global.
Kebudayaan pop
Globalisasi melahirkan homogenitas atau kesamaan budaya yang lebih besar.
Globalisasi politik merupakan pergulatan global dalam mewujudkan kepentingan para pelaku yang
menjalankannya. Pelaku globalisasi bidang politik:
Semua Negara
Pemerintah nasional yang dipilih secara demokratis, tidak lagi dapat mengontrol batas-batas Negara
mereka.
1. Lingkungan
Masalah hutan: populasi dunia terlalu cepat dan banyak, sehingga lahan untuk
perumahan dan bahan mentah untuk memenuhi kebutuhan sudah mulai langka.
Pemanasan global (global warming). Peningkatan jumlah emisi
(penyinaran/pemancaran) dari industri ke atmosfer meningkatkan suhu global.
2. Kesehatan
Perubahan pola pekerjaan, mundurnya tradisi dan adapt-istiadat dalam identitas diri.
1. Aspek Positif
Globalisasi Teknologi
Berkembangnya teknologi informasi, komunikasi dan transportasi menjadi lebih efektif dan
efisien.
Globalisasi Perdagangan
Setiap Negara membuka peluang industri dan jasa sehingga tenaga ahli dari suatu negara
dapat bekerja di negara lain.
Globalisi Politik
Kesenjangan ekonomi
Kadar kualitas kejahatan semakin tinggi dengan bantuan teknologi informasi dan
komunikasi.
Mundurnya Sumber Daya Alam vital: air, hutan dan terjadinya pencemaran global.
1. Politik
Menguatnya nilai politik dengan semangat individualitas, kelompok, oposisi, dictator atau
tirani.
Semakin banyaknya lahir partai politik, LSM sebagai sponsor atau penyaluran aspirasi
rakyat.
2. Ekonomi
Berlakunya the survival of the best, siapa yang memiliki modal besar akan semakin kuat.
Sector-sektor rakyat yang diberi subsidi semakin berkurang dan sulit berkembang.
Gempa Bumi
Gempa bumi adalah pergerakan (bergesernya) lapisan batu bumi yang berasal dari dasar atau
bawah permukaan bumi.
1. Tektonisme
Keragaman muka bumi dipengaruhi oleh adanya gerakangerakan di
kerak bumi, baik gerakan mendatar maupun gerakan tegak.
Gerakangerakan tersebut mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk
yang menghasilkan pola baru yang disebut struktur diastropik. Bentuk
baru yang termasuk dalam struktur diastropik adalah pelengkungan,
pelipatan, patahan, dan retakan. Pelengkungan : lapisan kulit bumi yang
semula mendatar jika mendapat tekanan vertikal akan membentuk
struktur melengkung. Lengkungan tersebut dapat mengarah ke atas yang
disebut kubah (dome) dan dapat mengarah ke bawah yang disebut basin.
2. Vulkanisme
Vulkanisme merupakan proses keluarnya magma ke permukaan
bumi. Keluarnya magma ke permukaan bumi umumnya melalui retakan
batuan, patahan, dan pipa kepundan pada gunung api. Jika magma yang
berusaha keluar tidak mencapai permukaan bumi, proses ini disebut
intrusi magma. Jika magma sampai di permukaan bumi, proses ini disebut
ekstrusi magma. Magma yang sudah keluar ke permukaan bumi disebut
lava.
Proses vulkanisme menghasilkan berbagai bentuk muka bumi antara lain:
(1) kawah, lubang berbentuk mangkuk di puncak gunung api
(2) kaldera, hasil letusan gunung api yang berbentuk seperti kawah tetapi
berukuran jauh lebih besar. Karena besar, pada sebuah kaldera dapat
terbentuk danau, emisi gas, mata air panas, dan gunung api corong kecil
(3) berbagai bentuk gunung api. Intrusi magma menghasilkan bentukan-
bentukan berikut.
(1) Retas (sill), magma yang membeku di antara dua lapisan batuan yang
ada di dalam bumi berupa batuan beku.
(2) Lakolit, bentuk cembung ke atas tetapi datar di bawah akibat magma
yang menekan ke atas di antara dua lapisan batuan sedimen.
(3) Gang atau korok, bentukan tipis dan panjang memotong lapisan
litosfer secara vertikal atau miring yang berasal dari magma yang
membeku ketika berusaha menerobos batuan sedimen.
(4) Batholit, magma yang membeku jauh di dalam bumi.
3. Seisme
Bila tumpukan energi di daerah penujaman demikian besar, energi
tersebut akan mampu menggoyang atau menggetarkan lempeng benua
dan lempeng samudera di sekitarnya. Gayangan atau getaran ini disebut
gempa bumi. Gejala ini disebut seisme. Getaran yang dihasilkan akibat
pergeseran kerak bumi tersebut dapat besar maupun kecil. Besar kecilnya
kerusakan di muka bumi disebabkan oleh besar kecilnya gempa tersebut.
4. Klasifikasi Gempa
Gempa dapat digolongkan menjadi beberapa kategori. Menurut proses
terjadinya, gempa bumi diklasifikasikan menjadi seperti berikut.
(1) Gempa tektonik: terjadi akibat tumbukan lempeng-lempeng di litosfer
kulit bumi oleh tenaga tektonik. Tumbukan ini akan menghasilkan
getaran. Getaran ini yang merambat sampai ke permukaan bumi.
(2) Gempa vulkanik: terjadi akibat aktivitas gunung api. Oleh karena itu,
gempa ini hanya dapat dirasakan di sekitar gunung api menjelang letusan,
pada saat letusan, dan beberapa saat setelah letusan.
(3) Gempa runtuhan atau longsoran: terjadi akibat daerah kosong di
bawah lahan mengalami runtuh. Getaran yang dihasilkan akibat
runtuhnya lahan hanya dirasakan di sekitar daerah yang runtuh.
Menurut bentuk episentrumnya, ada dua jenis gempa.
(1) Gempa sentral: episentrumnya berbentuk titik.
(2) Gempa linear: episentrumnya berbentuk garis. Menurut kedalaman
hiposentrumnya, ada tiga jenis gempa.
(1) Gempa bumi dalam: kedalaman hiposenter lebih dari 300 km di
bawah permukaan bumi.
(2) Gempa bumi menengah: kedalaman hiposenter berada antara 60-300
km di bawah permukaan bumi.
(3) Gempa bumi dangkal: kedalaman hiposenter kurang dari 60 km.
Menurut jaraknya, ada tiga jenis gempa.
(1) Gempa sangat jauh: jarak episentrum lebih dari 10.000 km.
(2) Gempa jauh: jarak episentrum sekitar 10.000 km.
(3) Gempa lokal: jarak episentrum kurang 10.000 km.
Menurut lokasinya, ada dua jenis gempa.
(1) Gempa daratan: episentrumnya di daratan.
(2) Gempa lautan: episentrumnya di dasar laut. Gempa jenis inilah yang
menimbulkan tsunami.
5. Pengukuran Gempa Bumi
Getaran gempa dari hiposentrum merambat dan menyebar ke segala arah.
Getaran itu berupa gelombang primer dan gelombang sekunder. Dari
episentrum, juga terjadi rambatan getaran di permukaan bumi dalam
bentuk gelombang panjang. Jadi, gelombang gempa dapat dibedakan atas:
(1) gelombang primer (P): merupakan gelombang longitudinal yang
merambat di permukaan bumi dengan kecepatan 4-7 km per detik
(2) gelombang sekunder (S): berupa gelombang transversal yang
merambat di permukaan bumi dengan kecepatan 2-6 km per detik
(3) gelombang panjang (L): merupakan gelombang permukaan dengan
kecepatan lebih lambat.
6. Kekuatan Gempa
Kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa bumi dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain kekuatan gempa, letak
hiposentrum, struktur tanah, dan struktur bangunan.
Kekuatan gempa (magnitude) diukur berdasarkan tingkat kerusakan yang
dihasilkan. Ada beberapa skala yang digunakan untuk mengukur kekuatan
gempa, antara lain Skala Omari, Skala Richter, Skala Cancani, dan Skala
Mercalli.
Berdasarkan Penyebab
Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng-lempeng
tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat
besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di Bumi, getaran
gempa Bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian Bumi. Gempa bumi tektonik
disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan plat tektonik
seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-tiba.
Gempa Bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh ke Bumi, jenis
gempa Bumi ini jarang terjadi
Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah pertambangan,
gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti
peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke permukaan bumi.
Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api
meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang
juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar
gunung api tersebut.
Berdasarkan Kedalaman
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di
bawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya.
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai
300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan
kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa.
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km dari
permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.
Gelombang Primer
Gelombang primer (gelombang lungitudinal) adalah gelombang atau getaran yang merambat di
tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. Getaran ini berasal dari hiposentrum.
Gelombang Sekunder
Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang merambat,
seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang,yakni 4-7 km/detik.
Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.
Gempa Bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan-lempengan tersebut. Gempa Bumi yang
paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa
Bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit
kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km.
Beberapa gempa Bumi lain juga dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung
berapi. Gempa Bumi seperti itu dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi.
Beberapa gempa Bumi (jarang namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat
besar di balik dam, seperti Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga
dapat terjadi karena injeksi atau akstraksi cairan dari/ke dalam Bumi (contoh. pada beberapa
pembangkit listrik tenaga panas Bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga
dapat terjadi dari peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes
rahasia senjata nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa Bumi yang disebabkan oleh manusia
seperti ini dinamakan juga seismisitas terinduksi.
Sejarah gempa Bumi besar pada abad ke-20 dan 21
2 Juli 2013, Gempa Bumi Sumatra 2013 di sepanjang NAD berskala 6.2 SR
11 April 2012, Gempa bumi di sepanjang Pulau Sumatera berskala 8.6 SR, berpotensi sampai
Aceh, Sumatera Utara, Bengkulu, dan Lampung. Gempa terasa sampai India.
11 Maret 2011, Gempa Bumi di Jepang, 373 km dari kota Tokyo berskala 9,0 Skala Richter yang
sebelumnya di revisi dari 8,8 Skala Richter, gempa ini juga menimbulkan gelombang tsunami di
sepanjang pesisir timur Jepang
26 Oktober 2010, Gempa Bumi di Mentawai berskala 7.2 Skala Richter, korban tewas
ditemukan hingga 9 November ini mencapai 156 orang. Gempa ini kemudian juga menimbulkan
tsunami.
16 Juni 2010, Gempa Bumi 7,1 Skala Richter menggguncang Biak, Papua.
7 April 2010, Gempa Bumi dengan kekuatan 7.2 Skala Richter di Sumatera bagian Utara lainnya
berpusat 60km dari Sinabang, Aceh. Tidak menimbulkan tsunami, menimbulkan kerusakan fisik
di beberapa daerah, belum ada informasi korban jiwa.
27 Februari 2010, Gempa Bumi di Chili dengan 8.8 Skala Richter, 432 orang tewas (data 30
Maret 2010). Mengakibatkan tsunami menyeberangi Samudera Pasifik yang menjangkau hingga
Selandia Baru, Australia, kepulauan Hawaii, negara-negara kepulauan di Pasifik dan Jepang
dengan dampak ringan dan menengah.
12 Januari 2010, Gempa Bumi Haiti dengan episenter dekat kota Léogâne 7,0 Skala Richter
berdampak pada 3 juta penduduk, perkiraan korban meninggal 230.000 orang, luka-luka
300.000 orang dan 1.000.000 kehilangan tempat tinggal.
30 September 2009, Gempa Bumi Sumatera Barat merupakan gempa tektonik yang berasal dari
pergeseran patahan Semangko, gempa ini berkekuatan 7,6 Skala Richter (BMG Indonesia) atau
7,9 Skala Richter (BMG Amerika) mengguncang Padang-Pariaman, Indonesia. Menyebabkan
sedikitnya 1.100 orang tewas dan ribuan terperangkap dalam reruntuhan bangunan.
2 September 2009, Gempa Tektonik 7,3 Skala Richter mengguncang Tasikmalaya, Indonesia.
Gempa ini terasa hingga Jakarta dan Bali, berpotensi tsunami. Korban jiwa masih belum
diketahui jumlah pastinya karena terjadi Tanah longsor sehingga pengevakuasian warga
terhambat.
Jangan panik dan jangan berlari keluar, berlindunglah dibawah meja atau tempat tidur.
Bila tidak ada, lindungilah kepala dengan bantal atau benda lainnya.
Jauhi rak buku, lemari dan kaca jendela.
Hati-hati terhadap langit-langit yang mungkin runtuh, benda-benda yang tergantung di dinding
dan sebagainya.
Jauhi bangunan tinggi, dinding, tebing terjal, pusat listrik dan tiang listrik, papan reklame,
pohon yang tinggi dan sebagainya.
Usahakan dapat mencapai daerah yang terbuka.
Jauhi rak-rak dan kaca jendela.
Jangan panik dan jangan berlari keluar karena kemungkinan dipenuhi orang.
Jauhi benda-benda yang mudah tergelincir seperti rak, lemari, kaca jendela dan sebagainya.
Bila sedang berada di pusat perbelanjaan, bioskop, dan lantai dasar mall:
Jangan menggunakan lift saat terjadi gempabumi atau kebakaran. Lebih baik menggunakan
tangga darurat.
Jika anda merasakan getaran gempabumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah semua
tombol.
Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah.
Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone jika
tersedia.
Bila sedang berada di dalam kereta api:
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta
dihentikan secara mendadak
Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta
Salah mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan kepanikan
Ada kemungkinan lonsor terjadi dari atas gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman.
Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika Anda merasakan getaran dan tanda-tanda
tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.
Beri pertolongan:
Karena petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke tempat
kejadian maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang berada di
sekitar Anda.
Evakuasi:
Tempat-tempat pengungsian biasanya telah diatur oleh pemerintah daerah. Pengungsian perlu
dilakukan jika kebakaran meluas akibat gempa bumi. Pada prinsipnya, evakuasi dilakukan
dengan berjalan kaki dibawah kawalan petugas polisi atau instansi pemerintah. * * * Bawalah
barang-barang secukupnya.
Dengarkan informasi:
Saat gempa bumi terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya. Untuk mencegah kepanikan,
penting sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan informasi yang
benar. Anda dapat memperoleh informasi yang benar dari pihak berwenang, polisi, atau
petugas PMK. Jangan bertindak karena informasi yang tidak jelas.
Tsunami
Untuk Tsunami, karakter dalam serial manga dan anime Inazuma Eleven, lihat Tsunami Jousuke.
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara harafiah berarti
"ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang disebabkan oleh perubahan
permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan permukaan laut tersebut bisa
disebabkan oleh gempa bumi yang berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut,
longsor bawah laut, atau atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke
segala arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap fungsi
ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat merambat dengan
kecepatan 500-1000 km per jam. Setara dengan kecepatan pesawat terbang. Ketinggian
gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter. Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa
oleh kapal yang sedang berada di tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang
tsunami menurun hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga
mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga puluhan kilometer
dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi karena Tsunami bisa diakibatkan
karena hantaman air maupun material yang terbawa oleh aliran gelombang tsunami.
Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan,
tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan,
pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih.
Sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang mengaitkan tsunami
dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20, pengetahuan mengenai penyebab tsunami
masih sangat minim. Penelitian masih terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami.
geologi, geografi, dan oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut
seismik".
Beberapa kondisi meteorologis, seperti badai tropis, dapat menyebabkan gelombang badai yang
disebut sebagai meteor tsunami yang ketinggiannya beberapa meter di atas gelombang laut
normal. Ketika badai ini mencapai daratan, bentuknya bisa menyerupai tsunami, meski
sebenarnya bukan tsunami. Gelombangnya bisa menggenangi daratan. Gelombang badai ini
pernah menggenangi Burma (Myanmar) pada Mei 2008.
Wilayah di sekeliling Samudra Pasifik memiliki Pacific Tsunami Warning Centre (PTWC) yang
mengeluarkan peringatan jika terdapat ancaman tsunami pada wilayah ini. Wilayah di sekeliling
Samudera Hindia sedang membangun Indian Ocean Tsunami Warning System (IOTWS) yang
akan berpusat di Indonesia.
Bukti-bukti historis menunjukkan bahwa megatsunami mungkin saja terjadi, yang menyebabkan
beberapa pulau dapat tenggelam
Terminologi
Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti gelombang.
Tsunami sering terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya 196 tsunami telah terjadi.
Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam tahun-tahun
terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama dalam komunitas peneliti,
karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan tsunami. Persepsi ini dahulu populer
karena penampakan tsunami yang menyerupai gelombang pasang yang tinggi.
Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke
daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih lama,
sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi. Meskipun pengartian
yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi "kemiripan" atau "memiliki kesamaan
karakter" dengan gelombang pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya
terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak
merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini.
Hanya ada beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang merusak ini.
Aazhi Peralai dalam Bahasa Tamil, ië beuna atau alôn buluëk (menurut dialek) dalam Bahasa
Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam bahasa Tagalog versi Austronesia, bahasa utama
di Filipina, alon berarti "gelombang". Di Pulau Simeulue, daerah pesisir barat Sumatra,
Indonesia, dalam Bahasa Defayan, smong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa Sigulai,
emong berarti tsunami.
Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-
tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini
mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang
besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.
Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi,
dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai,
kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah
pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga
beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter
karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan
jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa
kilometer.
Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi
di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua.
Tanah longsor yang terjadi di dasar laut serta runtuhan gunung api juga dapat mengakibatkan
gangguan air laut yang dapat menghasilkan tsunami. Gempa yang menyebabkan gerakan tegak
lurus lapisan bumi. Akibatnya, dasar laut naik-turun secara tiba-tiba sehingga keseimbangan air
laut yang berada di atasnya terganggu. Demikian pula halnya dengan benda kosmis atau meteor
yang jatuh dari atas. Jika ukuran meteor atau longsor ini cukup besar, dapat terjadi megatsunami
yang tingginya mencapai ratusan meter.
Perekam tekanan di dasar laut bersama-sama denganperangkat yang mengapung di laut buoy,
dapat digunakan untuk mendeteksi gelombang yang tidak dapat dilihat oleh pengamat manusia
pada laut dalam. Sistem sederhana yang pertama kali digunakan untuk memberikan peringatan
awal akan terjadinya tsunami pernah dicoba di Hawaii pada tahun 1920-an. Kemudian, sistem
yang lebih canggih dikembangkan lagi setelah terjadinya tsunami besar pada tanggal 1 April
1946 dan 23 Mei 1960. Amerika serikat membuat Pasific Tsunami Warning Center pada tahun
1949, dan menghubungkannya ke jaringan data dan peringatan internasional pada tahun 1965.
Salah satu sistem untuk menyediakan peringatan dini tsunami, CREST Project, dipasang di
pantai Barat Amerika Serikat, Alaska, dan Hawai oleh USGS, NOAA, dan Pacific Northwest
Seismograph Network, serta oleh tiga jaringan seismik universitas.
Hingga kini, ilmu tentang tsunami sudah cukup berkembang, meskipun proses terjadinya masih
banyak yang belum diketahui dengan pasti. Episenter dari sebuah gempa bawah laut dan
kemungkinan kejadian tsunami dapat cepat dihitung. Pemodelan tsunami yang baik telah
berhasil memperkirakan seberapa besar tinggi gelombang tsunami di daerah sumber, kecepatan
penjalarannya dan waktu sampai di pantai, berapa ketinggian tsunami di pantai dan seberapa
jauh rendaman yang mungkin terjadi di daratan. Walaupun begitu, karena faktor alamiah, seperti
kompleksitas topografi dan batimetri sekitar pantai dan adanya corak ragam tutupan lahan (baik
tumbuhan, bangunan, dll), perkiraan waktu kedatangan tsunami, ketinggian dan jarak rendaman
tsunami masih belum bisa dimodelkan secara akurat.
Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi
pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga non-pemerintah.
Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi (RISTEK).
Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA
dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu
paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.
Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko,
Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut), Integrasi
dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.
Cara Kerja
Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit
dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di
Masyarakat.
Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat
gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui satelit ke
BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan
melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk
memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan
dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian,
BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan
diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU,
Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah
terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan
tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media).
Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG
juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar
dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui
SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai
fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id).
Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak peralatan
canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem Peringatan
Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang tinggal didaerah rawan
Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita
peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar
Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia).
Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu tidak ada
listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-
bawa (mobile). Radius komunikasinyapun relatif cukup memadai.
Abrasi
Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat
merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis pantai akibat abrasi ini
dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa
disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi.
Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove.
Erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel lainnya) akibat
transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain di bawah
pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini
disebut bio-erosi. Erosi tidak sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan
proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan
keduanya.
Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di kebanyakan tempat
kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna lahan yang buruk, penggundulan
hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan
yang tidak tertata dengan baik dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk
menghasilkan tanaman pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah
dengan vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan erosi,
karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan dengan struktur akar
tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik tata guna lahan yang maju dapat
membatasi erosi, menggunakan teknik semisal terrace-building, praktik konservasi ladang dan
penanaman pohon.
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan
menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi adalah
menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan kemampuan lahan
meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpasan air permukaan yang akan
mengakibatkan banjir di sungai. Selain itu butiran tanah yang terangkut oleh aliran permukaan
pada akhirnya akan mengendap di sungai (sedimentasi) yang selanjutnya akibat tingginya
sedimentasi akan mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga akan memengaruhi kelancaran
jalur pelayaran.
Erosi dalam jumlah tertentu sebenarnya merupakan kejadian yang alami, dan baik untuk
ekosistem. Misalnya, kerikil secara berkala turun ke elevasi yang lebih rendah melalui angkutan
air. erosi yang berlebih, tentunya dapat menyebabkan masalah, semisal dalam hal sedimentasi,
kerusakan ekosistem dan kehilangan air secara serentak.
Banyaknya erosi tergantung berbagai faktor. Faktor Iklim, termasuk besarnya dan intensitas
hujan / presipitasi, rata-rata dan rentang suhu, begitu pula musim, kecepatan angin, frekuensi
badai. faktor geologi termasuk tipe sedimen, tipe batuan, porositas dan permeabilitasnya,
kemiringn lahan. Faktor biologis termasuk tutupan vegetasi lahan,makhluk yang tinggal di lahan
tersebut dan tata guna lahan ooleh manusia.
Umumnya, dengan ekosistem dan vegetasi yang sama, area dengan curah hujan tinggi, frekuensi
hujan tinggi, lebih sering kena angin atau badai tentunya lebih terkena erosi. sedimen yang
tinggi kandungan pasir atau silt, terletak pada area dengan kemiringan yang curam, lebih mudah
tererosi, begitu pula area dengan batuan lapuk atau batuan pecah. porositas dan permeabilitas
sedimen atau batuan berdampak pada kecepatan erosi, berkaitan dengan mudah tidaknya air
meresap ke dalam tanah. Jika air bergerak di bawah tanah, limpasan permukaan yang terbentuk
lebih sedikit, sehingga mengurangi erosi permukaan. Sedimen yang mengandung banyak
lempung cenderung lebih mudah bererosi daripada pasir atau silt. Dampak sodium dalam
atmosfer terhadap erodibilitas lempung juga sebaiknya diperhatikan
Faktor yang paling sering berubah-ubah adalah jumlah dan tipe tutupan lahan. pada hutan yang
tak terjamah, mineral tanah dilindungi oleh lapisan humus dan lapisan organik. kedua lapisan ini
melindungi tanah dengan meredam dampak tetesan hujan. lapisan-lapisan beserta serasah di
dasar hutan bersifat porus dan mudah menyerap air hujan. Biasanya, hanya hujan-hujan yang
lebat (kadang disertai angin ribut) saja yang akan mengakibatkan limpasan di permukaan tanah
dalam hutan. bila Pepohonan dihilangkan akibat kebakaran atau penebangan, derajat peresapan
air menjadi tinggi dan erosi menjadi rendah. kebakaran yang parah dapat menyebabkan
peningkatan erosi secara menonjol jika diikuti denga hujan lebat. dalam hal kegiatan konstruksi
atau pembangunan jalan, ketika lapisan sampah / humus dihilangkan atau dipadatkan, derajad
kerentanan tanah terhadap erosi meningkat tinggi.
jalan, secara khusus memungkinkan terjadinya peningkatan derajat erosi, karena, selain
menghilangkan tutupan lahan, jalan dapat secara signifikan mengubah pola drainase, apalagi jika
sebuah embankment dibuat untuk menyokong jalan. Jalan yang memiliki banyak batuan dan
hydrologically invisible ( dapat menangkap air secepat mungkin dari jalan, dengan meniru pola
drainase alami) memiliki peluang besar untuk tidak menyebabkan pertambahan erosi.
Sedimentasi
Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin,
es, atau gletser di suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah hasil dan
proses pengendapan material-material yang diangkut oleh air sungai, sedangkan bukit pasir
(sand dunes) yang terdapat di gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-
material yang diangkut oleh angin. sedimentasi dapat dibedakan: a.sedimentasi air terjadi di
sungai. b.sedimentasi angi biasanya disebut sedimentasi aeolis c.sedimentasi gletser
mengahasilkan drumlin,moraine,ketles,dan esker
Tornado
Sebuah pusaran tornado di pusat Oklahoma. Tornado tersebut membentuk pusaran yang menyentuh
tanah dari dasar awan. Bagian dasar tornado dikelilingi oleh awan puing transparan yang terlempar
akibat angin permukaan tornado yang kencang
Tornado adalah kolom udara yang berputar kencang yang membentuk hubungan antara awan
cumulonimbus atau dalam kejadian langka dari dasar awan cumulus dengan permukaan tanah.
Tornado muncul dalam banyak ukuran namun umumnya berbentuk corong kondensasi yang
terlihat jelas yang ujungnya yang menyentuh bumi menyempit dan sering dikelilingi oleh awan
yang membawa puing-puing.
Umumnya tornado memiliki kecepatan angin 177 km/jam atau lebih dengan rata-rata jangkauan
75 m dan menempuh beberapa kilometer sebelum menghilang. Beberapa tornado yang mencapai
kecepatan angin lebih dari 300-480 km/jam memiliki lebar lebih dari satu mil (1.6 km) dan
dapat bertahan di permukaan dengan lebih dari 100 km.
Meskipun tornado telah diamati di tiap benua kecuali Antartika, tornado lebih sering terjadi di
Amerika Serikat.[4] Tornado juga umumnya terjadi di Kanada bagian selatan, selatan-tengah dan
timur Asia, timur-tengah Amerika Latin, Afrika Selatan, barat laut dan tengah Eropa, Italia,
barat dan selatan Australia, dan Selandia Baru.[5]
Cuaca
Musim
Iklim sedang
Musim kemarau
Musim hujan
Badai
Meteorologi
Prakiraan cuaca
Iklim · Pencemaran udara
Portal Cuaca
l
b
s
Definisi
Corong Kondensasi
Tornado tidak harus tampak; namun, intensitas tekanan rendah yang disebabkan oleh
kecepatan angin yang tinggi (lihat Prinsip Bernoulli) dan berputar cepat (berkaitan dengan
keseimbangan siklostrofik) sering menyebabkan uap air di udara berkondensasi yang
menyebabkan tampak corong kondensasi. Tornado merupakan pusaran angin bukan awan
kondensasi.
awan corong merupakan perwujudan dari corong kondensasi yang tanpa disertai angin kencang
di permukaannya. Tidak semua awan corong menjadi sebuah tornado. Namun, banyak tornado
yang didahului oleh awan corong seperti pusaran mesosiklon yang mendarat di permukaan
tanah. Tornado pada umumnya menghasilkan angin kencang di permukaannya ketika corong
yang tampak itu bertahan di atas permukaan tanah. Hal ini menyebabkan sulitnya menemukan
perbedaan antara awan corong dan tornado dari suatu jarak tertentu.
Keluarga Tornado
Kadang, sebuah badai tunggal menghasilkan berbagai tornado dan mesosiklon. Proses ini
dikenal sebagai siklus tornadogenesis. Tornado yang terbentuk dari badai yang sama dikenal
sebagai keluarga tornado. Kadang-kadang sejumlah tornado dari mesosiklon yang berbeda
terjadi secara bersamaan.
Serangan Tornado
Kadang, beberapa tornado terbentuk dari sistem bada berskala luas yang sama. Jika terdapat
aktivitas tornado yang merusak, hal ini dianggap menjadi suatu serangan tornado, meskipun
ada bermacam-macam definisi. Periode beberapa hari berturut-turut dengan serangan tornado
di lokasi yang sama (terbentuk oleh beberapa sistem cuaca) merupakan rentetan serangan
tornado, yang kadang disebut serangan tornado luas.
Jenis
Etimologi
Kata "tornado" merupakan perubahan dari kata dalam Bahasa Spanyol tronada, yang berarti
"badai petir". Kemudian, kata tornado juga diambil dari Bahasa Latin tonare, yang berarti
"gemuruh". Kata ini sangat mungkin merupakan kombinasi dari bahasa Spanyol tronada dan
tornar ("berputar"); namun, kata ini mungkin juga merupakan suatu etimologi rakyat. Tornado
juga secara umum dikenal sebagai twisters.
Sebuah tornado multivortex di bagian luar Dallas, Texas pada 2 April 1957.
Tornado sejati
Tornado multi-pusaran
Tornado multi-pusaran adalah suatu jenis tornado dimana dua atau lebih kolom udara yang
menggumpal berputar mengelilingi pusat. Struktur multi-pusaran dapat terjadi di hampir setiap
sirkulasi, namum sangat sering teramati dalam tornado dahsyat.
Satelit tornado
Satelit tornado adalah suatu istilah untuk tornado lemah yang terbentuk dekat tornado besar
kuat yang terjadi dalam mesosiklon yang sama. Satelit tornado muncul dari "orbit" tornado
besar (sebagai namanya), yang memperlihatkan wujud pusaran yang multi-pusaran. Namun,
satelit tornado merupakan corong yang berbeda, dan lebih kecil dibandingkan corong utama.
Puting Beliung
Puting Beliung secara resmi digambarkan secara singkat oleh National Weather Service Amerika
Serikat seperti tornado yang melintasi perairan. Namun, para peneliti umumnya mencirikan
puting beliung "cuaca sedang" berasal dari puting beliung tornado.
Puting beliung cuaca sedang sedikit perusak namun sangat jauh dari umumnya dan
memiliki dinamik yang sama dengan setan debu dan landspout.[18] Mereka terbentuk
saat barisan awan cumulus congestus menjulang di perairan tropis dan semitropis.[18]
Angin ini memiliki angin yang secara relatif lemah, dinding berlapis lancar, dan
umumnya melaju sangat pelan.[18] Angin ini sangat sering terjadi di Florida Keys.[19]
Puting Beliung Tornado merupakan secara harafiah sebutan untuk "tornado yang
melintasi perairan". Angin ini dapat terbentuk melintasi perairan seperti tornado
mesosiklon, atau menjadi tornado darat yang melintas keluar perairan. Sejak angin ini
terbentuk dari badai petir perusak dan dapat menjadi jauh lebih dahsyat, kencang, dan
bertahan lebih lama daripada puting beliung cuaca sedang, angin ini dianggap jauh
lebih membahayakan.
Gunung meletus
Gunung meletus merupakan peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi
yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi.
Magma adalah cairan pijar yang terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi,
yakni diperkirakan lebih dari 1.000 °C. Cairan magma yang keluar dari dalam bumi disebut
lava. Suhu lava yang dikeluarkan bisa mencapai 700-1.200 °C. Letusan gunung berapi yang
membawa batu dan abu dapat menyembur sampai sejauh radius 18 km atau lebih, sedangkan
lavanya bisa membanjiri sampai sejauh radius 90 km.
Tidak semua gunung berapi sering meletus. Gunung berapi yang sering meletus disebut gunung
berapi aktif.
Gas vulkanik
Gas yang dikeluarkan gunung berapi pada saat meletus. Gas tersebut antara lain Karbon
monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Hidrogen Sulfida (H2S), Sulfur dioksida (S02), dan
Nitrogen (NO2) yang dapat membahayakan manusia.
Lava dan aliran pasir serta batu panas
Lava adalah cairan magma dengan suhu tinggi yang mengalir dari dalam Bumi ke permukaan
melalui kawah. Lava encer akan mengalir mengikuti aliran sungai sedangkan lava kental akan
membeku dekat dengan sumbernya. Lava yang membeku akan membentuk bermacam-macam
batuan.
Lahar
Lahar adalah lava yang telah bercampur dengan batuan, air, dan material lainnya. Lahar sangat
berbahaya bagi penduduk di lereng gunung berapi.
Hujan Abu
Yakni material yang sangat halus yang disemburkan ke udara saat terjadi letusan. Karena sangat
halus, abu letusan dapat terbawa angin dan dirasakan sampai ratusan kilometer jauhnya. Abu
letusan ini bisa menganggu pernapasan.
Awan panas
Yakni hasil letusan yang mengalir bergulung seperti awan. Di dalam gulungan ini terdapat
batuan pijar yang panas dan material vulkanik padat dengan suhu lebih besar dari 600 °C. Awan
panas dapat mengakibatkan luka bakar pada tubuh yang terbuka seperti kepala, lengan, leher
atau kaki dan juga dapat menyebabkan sesak napas.
Vulkanologi
Vulkanologi merupakan studi tentang gunung berapi, lava, magma, dan fenomena geologi yang
berhubungan. Seorang ahli vulkanologi adalah orang yang melakukan studi pada bidang ini.
Istilah vulkanologi berasal dari Bahasa Latin Vulcan, dewa api Romawi.
Para ahli vulkanologi sering mengunjungi gunung berapi, terutama yang masih aktif, untuk
mengamati letusan gunung berapi, mengumpulkan produk letusan termasuk contoh tephra
(seperti abu, ash atau batu apung, pumice), batuan, dan lava. Tujuan utama dari penyelidikan
adalah perkiraan letusan; pada saat ini belum ada cara yang akurat untuk melakukan hal ini,
tetapi memperkirakan letusan, seperti halnya memperkirakan gempa bumi, dapat
menyelamatkan banyak jiwa. Seorang ahli vulkanologi mempelajari pembentukan gunung
berapi dan letusannya saat ini serta sejarah letusannya.
Agung
Api Siau
Argopuro
Arjuno
Awu
Barujari
Batur
Gunung Batutara
Bromo
Bur ni Telong
Ciremai
Galunggung
Gamkonora
Gede
Guntur
Ibu
Ine Like
Iya
Kawah Ijen
Kelimutu
Kelud
Kerinci
Krakatau
Lawu
Leuser
Lokon
Lurus
Mahameru
Merapi
Merbabu
Papandayan
Raung
Rinjani
Sago
Salak
Semeru
Sibayak
Sinabung
Singgalang
Sirung
Soputan
Talamau
Talang
Tambora
Tandikat
Tangkuban Perahu
Welirang
Banjir
Banjir dekat Key West, Florida, Amerika Serikat akibat banjir badai Wilma pada Oktober 2005.
Sebuah banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam daratan.
Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman sementara oleh air pada
daratan yang biasanya tidak terendam air. Dalam arti "air mengalir", kata ini juga dapat berarti
masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh volume air di suatu badan air seperti sungai atau
danau yang meluap atau menjebol bendungan sehingga air keluar dari batasan alaminya.
Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan dan pencairan
salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air mencapai daerah yang
dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman lain.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran air, terutama di
kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan pertokoan yang dibangun di
dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah
menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk
mencari nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar
dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai
menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik.
Mitos banjir besar adalah kisah mitologi banjir besar yang dikirimkan oleh Tuhan untuk
menghancurkan suatu peradaban sebagai pembalasan agung dan sering muncul dalam mitologi
berbagai kebudayaan di dunia.
Lusinan desa terendam ketika hujan meluapkan sungai di barat laut Bangladesh pada awal Oktober
2005. Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) di satelit Terra NASA menangkap citra
banjir Sungai Ghaghat dan Atrai pada 12 Oktober 2005. Sungai biru gelap tersebar di seluruh pedesaan
pada citra banjir ini.
Sungai
Lama: Endapan dari hujan atau pencairan salju cepat melebihi kapasitas saluran sungai.
Diakibatkan hujan deras monsun, hurikan dan depresi tropis, angin luar dan hujan panas yang
mempengaruhi salju. Rintangan drainase tidak terduga seperti tanah longsor, es, atau puing-
puing dapat mengakibatkan banjir perlahan di sebelah hulu rintangan.
Cepat: Termasuk banjir bandang akibat curah hujan konvektif (badai petir besar) atau
pelepasan mendadak endapan hulu yang terbentuk di belakang bendungan, tanah longsor, atau
gletser.
Muara
Biasanya diakibatkan oleh penggabungan pasang laut yang diakibatkan angin badai. Banjir badai
akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.
Pantai
Diakibatkan badai laut besar atau bencana lain seperti tsunami atau hurikan). Banjir badai
akibat siklon tropis atau siklon ekstratropis masuk dalam kategori ini.
Malapetaka
Diakibatkan oleh peristiwa mendadak seperti jebolnya bendungan atau bencana lain seperti
gempa bumi dan letusan gunung berapi).
Manusia
Lumpur
Banjir lumpur terjadi melalui penumpukan endapan di tanah pertanian. Sedimen kemudian
terpisah dari endapan dan terangkut sebagai materi tetap atau penumpukan dasar sungai.
Endapan lumpur mudah diketahui ketika mulai mencapai daerah berpenghuni. Banjir lumpur
adalah proses lembah bukit, dan tidak sama dengan aliran lumpur yang diakibatkan pergerakan
massal.
Lainnya
Banjir dapat terjadi ketika air meluap di permukaan kedap air (misalnya akibat hujan) dan tidak
dapat terserap dengan cepat (orientasi lemah atau penguapan rendah).
Rangkaian badai yang bergerak ke daerah yang sama.
Berang-berang pembangun bendungan dapat membanjiri wilayah perkotaan dan pedesaan
rendah, umumnya mengakibatkan kerusakan besar.
Dampak
Dampak primer
Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan, mobil,
bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal.
Dampak sekunder
Pengendalian
Di berbagai negara di seluruh dunia, sungai yang rawan banjir dikendalikan dengan hati-hati.
Pertahanan seperti bendungan,[6] bund, waduk, dan weir digunakan untuk mencegah sungai
meluap, peralatan darurat seperti karung pasir atau tabung apung portabel digunakan. Banjir
pantai telah dikendalikan di Eropa dan Amerika melalui pertahanan pantai, seperti tembok laut,
pengembalian pantai, dan pulau penghalang.
Eropa
Mengingat penderitaan dan kehancuran yang diakibatkan Banjir Besar Paris 1910, pemerintah
Perancis membangun serangkaian waduk bernama Les Grands Lacs de Seine (atau Danau-
Danau Besar) yang membantu mengurangi tekanan dari Sungai Seine ketika terjadi banjir,
khususnya banjir rutin pada musim dingin.
London terlindungi dari banjir laut oleh Thames Barrier, sebuah perintang mekanis besar
melintasi Sungai Thames yang dinaikkan ketika permukaan air laut mencapai ketinggian
tertentu.
Venesia memiliki perintang sejenis, namun kota ini sudah tidak mampu menangani pasang laut
yang sangat tinggi; sistem tanggul baru sedang dibangun. Pertahanan banjir London dan Venesia
dapat dianggap tidak berguna jika permukaan laut terus naik.
Sungai Adige di Italia Utara memiliki kanal bawah tanah yang memungkinkan sebagian
alirannya dialihkan ke Danau Garda (di daerah aliran sungai Po) untuk mengurangi risiko banjir
muara. Kanal bawah tanah ini digunakan dua kali, pada 1966 dan 2000.
Sungai Berounka, Republik Ceko, menumpahkan aliran sungainya dalam banjir Eropa 2002 dan
merendam rumah-rumah di desa Hlásná Třebaň, Distrik Beroun.
Pertahanan banjir terbesar dan tercanggih di dunia dapat ditemukan di Belanda yang disebut
Delta Works dengan bendungan Oosterschelde yang menjadi pencapaian terbesar dalam
pembangunan sistem pengendalian banjir ini. Sistem ini dibangun sebagai tanggapan terhadap
banjir Laut Utara 1953 di bagian barat daya Belanda. Belanda telah membangun salah satu
bendungan terbesar di dunia di utara negara ini, yaitu Afsluitdijk (ditutup tahun 1932).
Komplek Fasilitas Pencegahan Banjir Saint Petersburg di Rusia selesai dibangun tahun 2008
untuk melindungi Saint Petersburg dari banjir badai. Komplek ini juga memiliki fungsi lalu
lintas, yaitu melengkapi jalan lingkar yang mengelilingi kota ini. Sebelas bendungan
membentang sepanjang 25,4 kilometer dan berdiri delapan meter di atas permukaan laut.
Di Austria, banjir selama 150 tahun dikendalikan melalui berbagai tindakan sesuai regulasi
Danube Wina, termasuk pengerukan sungai utama Danube pada 1870–75 dan pembentukan
Danube Baru pada 1972–1988.
Amerika Utara
Puing-puing dan erosi tepi sungai yang tersisa setelah Banjir Sungai Red 2009 di Winnipeg, Manitoba.
Sistem pertahanan banjir dapat ditemukan di provinsi Manitoba, Kanada. Sungai Red mengalir
ke utara dari Amerika Serikat, melintasi kota Winnipeg (sungai ini kemudian bertemu dengan
Sungai Assinibone) menuju Danau Winnipeg. Sebagaimana semua sungai yang mengalir ke
utara di zona sedang belahan Bumi utara, pencairan salju di bagian selatan dapat mengakibatkan
permukaan sungai naik sebelum bagian utara mencair sepenuhnya. Ini dapat menyebabkan
banjir bandang, seperti yang terjadi di Winnipeg selama musim semi 1950. Untuk melindungi
kota ini dari banjir masa depan, pemerintah Manitoba melakukan pembangunan sistem
pengalihan sungai, tanggul, dan jalur banjir massal (termasuk Red River Floodway dan Portage
Diversion). Sistem ini melindungi Winnipeg dari banjir 1997 yang merendam banyak
permukiman di hulu Winnipeg, termasuk Grand Forks, North Dakota dan Ste. Agathe,
Manitoba. Sistem ini juga melindungi Winnipeg dari banjir 2009.
Di AS, 35% Wilayah Metropolitan New Orleans yang berada di bawah permukaan laut
dilindungi oleh bendungan dan pintu banjir sepanjang ratusan mil. Sistem ini gagal sepenuhnya
di beberapa bagian ketika Badai Katrina menerjang kota dan bagian timur wilayah metropolitan.
Akibatnya sekitar 50% wilayah metropolitan terendam, mulai dari beberapa sentimeter hingga
8,2 meter (beberapa inci hingga 27 kaki) di permukiman pesisir.[8] Dalam upaya pencegahan
banjir, pemerintah federal Amerika Serikat menawarkan pembelian properti rawan banjir di
Amerika Serikat untuk mencegah bencana terulang setelah banjir 1993 di seluruh Midwest.
Beberapa permukiman menerima tawaran ini dan pemerintah federal bekerjasama dengan
pemerintah negara bagian membeli 25.000 properti yang diubah menjadi lahan basah. Lahan
basah ini berperan sebagai penyerap air ketika badai terjadi dan pada 1995, banjir terjadi dan
pemerintah tidak perlu mengerahkan sumber daya di daerah-daerah tersebut.[9]:)
Asia
Di India, Bangladesh dan Cina (tepatnya di kawasan Kanal Besar Cina), daerah pengalihan
banjir adalah kawasan pedesaan yang sengaja ditenggelamkan ketika keadaan darurat untuk
melindungi wilayah perkotaan.[10]
Afrika
Di Mesir, Bendungan Aswan (1902) dan Bendungan Tinggi Aswan (1976) telah mengendalikan
berbagai banjir di sepanjang Sungai Nil.
Keselamatan pembersihan
Aktivitas pembersihan setelah banjir biasanya mengancam pekerja dan relawan yang terlibat.
Bahaya-bahaya mengancam tersebut yaitu air berpolusi yang tercampur dengan selokan bawah
tanah, bahaya listrik, terpapar karbon monoksida, bahaya otot tengkorak, hipertermia atau
hipotermia, bahaya kendaraan bermotor, kebakaran, tenggelam, dan terpapar bahan berbahaya.
Karena daerah banjir tidak stabil, pekerja pembersih bisa saja menemukan puing-puing tajam,
bahan biologis dalam air banjir, kabel listrik, darah atau cairan tubuh lain, dan sisa-sisa hewan
dan manusia. Dalam merencanakan dan merespon bencana banjir, manajer harus menyediakan
helm keras, kacamata, sarung tangan kerja, jaket keselamatan, dan sepatu bot kedap air berlapis
besi kepada para pekerja.
Keuntungan
Ada berbagai dampak negatif banjir terhadap permukiman manusia dan aktivitas ekonomi.
Namun, banjir (khususnya banjir rutin/kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti
mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada tanah. Air banjir
menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering yang curah hujannya tidak
menentu sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan peran penting dalam menyeimbangkan
ekosistem di koridor sungai dan merupakan faktor utama dalam penyeimbangan keragaman
makhluk hidup di dataran banjir. Banjir menambahkan banyak sekali nutrisi untuk danau dan
sungai yang semakin memajukan industri perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu juga
karena kecocokan dataran banjir untuk pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak
nutrisi). Ikan seperti ikan cuaca memanfaatkan banjir untuk berenang mencari habitat baru.
Selain itu, burung juga mendapatkan manfaat dari produksi pangan yang meledak setelah banjir
surut.
Banjir rutin biasa terjadi di permukiman-permukiman kuno sepanjang Sungai Tigris-Eufrat, Nil,
Indus, Gangga, dan Sungai Kuning. Kelangsungan sumber energi air terbarukan sangat tinggi di
daerah rawan banjir.
Pemodelan komputer
Meski pemodelan banjir merupakan praktik yang baru diterapkan, upaya untuk memahami dan
mengelola mekanisme kerja di dataran banjir telah dilakukan selama enam milenium.
Pengembangan terkini dalam pemodelan banjir melalui komputer telah membantu para insinyur
menghentikan uji coba pendekatan "tahan atau biarkan" dan kecenderungannya
memperkenalkan struktur tahan banjir. Berbagai model banjir melalui komputer telah
dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir, yaitu model 1D (permukaan banjir yang diukur di
saluran) dan model 2D (kedalaman banjir yang diukur sepanjang dataran banjir). HEC-RAS,
model Hydraulic Engineering Centre, saat ini merupakan pemodelan banjir yang paling terkenal
karena gratis. Model lain seperti TUFLOW menggabungkan komponen 1D dan 2D untuk
mendapatkan informasi kedalaman banjir di dataran banjir. Sejauh ini, pemodelan lebih
difokuskan pada pemetaan banjir pasang dan banjir sungai, namun karena banjir 2007 di
Britania Raya pemodelan lebih diutamakan pada dampak yang muncul akibat banjir air
permukaan.
2.500.000–
Banjir Cina 1931 Cina 1931
3.700.000[21]
100.000 Banjir Hanoi dan Delta Sungai Merah Vietnam Utara 1971
Perang
Perang adalah sebuah aksi fisik dan non fisik (dalam arti sempit, adalah kondisi permusuhan
dengan menggunakan kekerasan) antara dua atau lebih kelompok manusia untuk melakukan
dominasi di wilayah yang dipertentangkan. Perang secara purba di maknai sebagai pertikaian
bersenjata. Di era modern, perang lebih mengarah pada superioritas teknologi dan industri. Hal
ini tercermin dari doktrin angkatan perangnya seperti "Barang siapa menguasai ketinggian maka
menguasai dunia". Hal ini menunjukkan bahwa penguasaan atas ketinggian harus dicapai oleh
teknologi. Namun kata perang tidak lagi berperan sebagai kata kerja, namun sudah bergeser
pada kata sifat. Yang memopulerkan hal ini adalah para jurnalis, sehingga lambat laun
pergeseran ini mendapatkan posisinya, namun secara umum perang berarti "pertentangan".
Perbedaan ideologi
Keinginan untuk memperluas wilayah kekuasaan
Perbedaan kepentingan
Perampasan sumber daya alam (minyak, hasil pertanian, dll)
Politik adu domba atau fitnah
Memang perang membuat sebuah negara atau wilayah mengalami kemiskinan. Faktor
kemiskinan karena perang adalah : 1. Kelangkaan Kebutuhan Makanan 2. Kalau pun ada harga
kebutuhan tersebut mahal 3. Dendam, sebuah negara yang diserang maupun terserang akan
mengalami sebuah dendam baik yang berkepanjangan maupun hanya sementara 4.
Berkurangnya jumlah penduduk 5. Kelainan genetik generasi atau keturunan, yaitu perang yang
menggunakan senjata kimia
Jenis-jenis peperangan
Perang Dingin adalah perang yang tidak ada penggunaan kekerasan bersenjata secara terbuka,
namun kondisi dan suasana antara dua pihak yang bertentangan sangat mirip dengan keadaan
perang.
Perang Umum adalah perang yang mengejar tujuan luas dengan menggunakan seluruh
kemampuan negara dan dilakukan di seluruh dunia.[3]
1. Perang Dunia
2. Perang Ekonomi
3. Perang Politik
4. Perang Agama
5. Perang Nuklir
Perang Terbatas adalah perang yang terjadi antara dua bangsa saja atau perang yang tidak
melibatkan banyak bangsa secara luas dilihat dari sudut tujuan, penggunaan kekuatan, dan
linkup wilayah.[4]
1. Perang Saudara
2. Perang Teluk
3. Perang Suku
4. Perang Antar Negara
5. Perang Ekspansi
Perang-perang besar
Ekspansi Romawi (202 SM-476 M)
Perang Teluk
Perang Israel-Palestina
Perang Lebanon
Pencemaran udara
Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di
atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan,
mengganggu estetika dan kenyamanan, atau merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia.
Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas, radiasi atau polusi cahaya dianggap
sebagai polusi udara. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat
langsung dan lokal, regional, maupun global.
Belakangan ini tumbuh keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks global dan
hubungannya dengan pemanasan global (global warming) yg memengaruhi;
Kegiatan manusia
Transportasi
Industri
Pembangkit listrik
Pembakaran (perapian, kompor, furnace,[insinerator]dengan berbagai jenis bahan bakar
Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)
Sumber alami
Gunung berapi
Rawa-rawa
Kebakaran hutan
Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi
Sumber-sumber lain
Transportasi amonia
Kebocoran tangki klor
Timbulan gas metana dari lahan uruk /tempat pembuangan akhir sampah
Uap pelarut organik
Dampak
Dampak kesehatan
Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem
pernapasan. Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar.
Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan
partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar
diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISNA (infeksi saluran napas atas),
termasuk di antaranya, asma, bronkitis, dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat
pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik.
memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur,
perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISNA pada tahun 1998 senilai
dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun 2015.
Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu
pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat
yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis.
Hujan asam
pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan
NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari
hujan asam ini antara lain:
Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan
troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi.
Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomena pemanasan
global.
Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi
yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian
molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai
stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih
cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.
Kelaparan
Kelaparan adalah suatu kondisi di mana tubuh masih membutuhkan makanan, biasanya saat
perut telah kosong baik dengan sengaja maupun tidak sengaja untuk waktu yang cukup lama.
Kelaparan adalah bentuk ekstrem dari nafsu makan normal. Istilah ini umumnya digunakan
untuk merujuk kepada kondisi kekurangan gizi yang dialami sekelompok orang dalam jumlah
besar untuk jangka waktu yang relatif lama, biasanya karena kemiskinan, konflik politik,
maupun kekeringan cuaca.
Bencana kelaparan di Indonesia yang terbaru dilaporkan terjadi pada Desember 2005 di
Kabupaten Yahukimo, Papua.
Kelaparan di dunia
Jumlah orang kurang gizi (juta) pada 2000-2002, menurut FAO, negara-negara berikut memiliki
lebih dari 5 juta orang kurang gizi:
Pemanasan global
Anomali suhu permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004 dengan dibandingkan pada suhu
rata-rata dari 1940 sampai 1980.
Pemanasan global (Inggris: global warming) adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata
atmosfer, laut, dan daratan Bumi.
Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F)
selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan
abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca
akibat aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan
oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari
negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan
beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.
Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan
meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan
angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-
gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda.
Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan
kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun
walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya kapasitas kalor
lautan.
Beberapa hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang
diperkirakan akan terjadi pada masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-
perubahan yang terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat
ini masih terjadi perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang
harus dilakukan untuk mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk
beradaptasi terhadap konsekuensi-konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-
negara di dunia telah menandatangani dan meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada
pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.
Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi
tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba
permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan
Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya. Sebagian dari panas
ini berwujud radiasi infra merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas
tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah kaca antara lain
uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang menjadi perangkap gelombang radiasi
ini. Gas-gas ini menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi
dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini terjadi terus
menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana gas dalam rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang terperangkap di bawahnya.
Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi, karena
tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin. Dengan suhu rata-rata sebesar 15 °C (59 °F),
bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah
kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi. Akan tetapi
sebaliknya, apabila gas-gas tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan mengakibatkan
pemanasan global.
Anasir penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang
dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus pemanasan akibat
bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan
lebih banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah
kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya
suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya lebih besar bila
dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan
air absolut di udara, kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun karena
udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak secara perlahan-lahan karena
CO2 memiliki usia yang panjang di atmosfer.
Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat
dari bawah, awan akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan
meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan
memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek
pendinginan. Apakah efek netto-nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung
pada beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut. Detail-detail ini
sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain karena awan sangat kecil bila
dibandingkan dengan jarak antara batas-batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125
hingga 500 km untuk model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat).
Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila dibandingkan dengan
umpan balik uap air dan dianggap positif (menambah pemanasan) dalam semua model yang
digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat.
Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh
es. Ketika suhu global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan
yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di bawahnya
akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit
bila dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi Matahari. Hal
ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi
suatu siklus yang berkelanjutan.
Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari melunaknya tanah beku (permafrost)
adalah mekanisme lainnya yang berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh
juga akan melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat, hal ini
diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic sehingga membatasi
pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.
Variasi Matahari
Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari Matahari, dengan kemungkinan
diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini.
Perbedaan antara mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah
meningkatnya aktivitas Matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya efek rumah kaca akan
mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer bagian bawah paling tidak telah diamati sejak
tahun 1960, yang tidak akan terjadi bila aktivitas Matahari menjadi kontributor utama
pemanasan saat ini. (Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan tersebut
tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.) Fenomena variasi Matahari
dikombinasikan dengan aktivitas gunung berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan
dari masa pra-industri hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.
Ada beberapa hasil penelitian yang menyatakan bahwa kontribusi Matahari mungkin telah
diabaikan dalam pemanasan global. Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa
Matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu rata-rata global
selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya
mengemukakan bahwa model iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan
berlebihan terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh Matahari; mereka
juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu vulkanik dan aerosol sulfat juga telah
dipandang remeh. Walaupun demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan
meningkatkan sensitivitas iklim terhadap pengaruh Matahari sekalipun, sebagian besar
pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh gas-gas rumah kaca.
Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat, Jerman dan Swiss menyatakan
bahwa mereka tidak menemukan adanya peningkatan tingkat "keterangan" dari Matahari pada
seribu tahun terakhir ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07% dalam
tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu kecil untuk berkontribusi
terhadap pemansan global. Sebuah penelitian oleh Lockwood dan Fröhlich menemukan bahwa
tidak ada hubungan antara pemanasan global dengan variasi Matahari sejak tahun 1985, baik
melalui variasi dari output Matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.
Pada awal 1896, para ilmuwan beranggapan bahwa membakar bahan bakar fosil akan mengubah
komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan suhu rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi
tahun 1957 ketika para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International
Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna Loa di Hawai.
Para ilmuwan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin menghangat, tetapi mereka
tidak mampu memberikan bukti-bukti yang tepat. Suhu terus bervariasi dari waktu ke waktu dan
dari lokasi yang satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk
memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang jelas. Catatan pada
akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan penghangatan ini, akan tetapi data statistik
ini hanya sedikit dan tidak dapat dipercaya.
Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah perkotaan sehingga pengukuran suhu
akan dipengaruhi oleh panas yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas
yang disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh dari stasiun
cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari satelit. Data-data ini memberikan
pengukuran yang lebih akurat, terutama pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan.
Data-data yang lebih akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan
Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa sepuluh tahun
terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun 1980, dan tiga tahun terpanas terjadi
setelah tahun 1990, dengan 1998 menjadi yang paling panas.
Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) menyimpulkan bahwa suhu udara global telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat
Fahrenheit) sejak 1861. Panel setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh
aktivitas manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC memprediksi
peningkatan suhu rata-rata global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara
tahun 1990 dan 2100.
IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di atmosfer tidak bertambah
lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang
telah dilepaskan sebelumnya. karbon dioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus
tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali.
Jika emisi gas rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi karbondioksioda
di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada awal abad ke-22 bila dibandingkan masa
sebelum era industri. Akibatnya, akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun
sebenarnya peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah Bumi,
manusia akan menghadapi masalah ini dengan risiko populasi yang sangat besar.
Model iklim
Perhitungan pemanasan global pada tahun 2001 dari beberapa model iklim berdasarkan scenario SRES
A2, yang mengasumsikan tidak ada tindakan yang dilakukan untuk mengurangi emisi.
Dengan memasukkan unsur-unsur ketidakpastian terhadap konsentrasi gas rumah kaca dan
pemodelan iklim, IPCC memperkirakan pemanasan sekitar 1.1 °C hingga 6.4 °C (2.0 °F hingga
11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Model-model iklim juga digunakan untuk menyelidiki
penyebab-penyebab perubahan iklim yang terjadi saat ini dengan membandingkan perubahan
yang teramati dengan hasil prediksi model terhadap berbagai penyebab, baik alami maupun
aktivitas manusia.
Model iklim saat ini menghasilkan kemiripan yang cukup baik dengan perubahan suhu global
hasil pengamatan selama seratus tahun terakhir, tetapi tidak mensimulasi semua aspek dari
iklim. Model-model ini tidak secara pasti menyatakan bahwa pemanasan yang terjadi antara
tahun 1910 hingga 1945 disebabkan oleh proses alami atau aktivitas manusia; akan tetapi;
mereka menunjukkan bahwa pemanasan sejak tahun 1975 didominasi oleh emisi gas-gas yang
dihasilkan manusia.
Sebagian besar model-model iklim, ketika menghitung iklim pada masa depan, dilakukan
berdasarkan skenario-skenario gas rumah kaca, biasanya dari Laporan Khusus terhadap Skenario
Emisi (Special Report on Emissions Scenarios / SRES) IPCC. Yang jarang dilakukan, model
menghitung dengan menambahkan simulasi terhadap siklus karbon; yang biasanya
menghasilkan umpan balik yang positif, walaupun responnya masih belum pasti (untuk skenario
A2 SRES, respon bervariasi antara penambahan 20 dan 200 ppm CO2). Beberapa studi-studi
juga menunjukkan beberapa umpan balik positif.
Pengaruh awan juga merupakan salah satu sumber yang menimbulkan ketidakpastian terhadap
model-model yang dihasilkan saat ini, walaupun sekarang telah ada kemajuan dalam
menyelesaikan masalah ini. Saat ini juga terjadi diskusi-diskusi yang masih berlanjut mengenai
apakah model-model iklim mengesampingkan efek-efek umpan balik dan tak langsung dari
variasi Matahari.
Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di
Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih
sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami
salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis,
bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam
akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung
untuk meningkat.
Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap dari lautan.
Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan meningkatkan atau
menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas
rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan
tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan
memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, dimana hal ini akan menurunkan proses
pemanasan (lihat siklus air). Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara
rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh
dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan menjadi
lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah
akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin
dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari
penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa
periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih
ekstrem.
Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil secara geologi.
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga akan
mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume
air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi) selama
abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 - 35
inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai. Kenaikan
100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen daerah
Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat.
Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan.
Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah
pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari
daerah pantai.
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi ekosistem pantai. Kenaikan
50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat.
Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah
dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida Everglades.
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian
Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah
hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di
beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang
menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack
(kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum
puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan
serangga dan penyakit yang lebih hebat.
Gangguan ekologis
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini
karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung
untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah
pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan
tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang
bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian
mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju
kutub mungkin juga akan musnah.
Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air
(Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases).
Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru
untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya perubahan iklim ini maka ada beberapa
spesies vektor penyakit (eq Aedes aegypti), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten
terhadap obat tertentu yang target nya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksi kan
bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan
perbuhan ekosistem yang ekstreem ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate
change)yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau
panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu)
Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi
pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil
emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-
penyakit saluran pernapasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru
kronis, dan lain-lain.
Kurangnya pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnya polusi udara yang
menyebarkan partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke atmosfer. Partikulat ini, juga dikenal
sebagai aerosol, memantulkan sebagian sinar Matahari kembali ke angkasa luar. Pemanasan
berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini, sebagian lagi karena adanya kontrol terhadap polusi
yang menyebabkan udara menjadi lebih bersih.
Keadaan pemanasan global sejak 1900 yang ternyata tidak seperti yang diprediksi disebabkan
penyerapan panas secara besar oleh lautan. Para ilmuwan telah lama memprediksi hal ini tetapi
tidak memiliki cukup data untuk membuktikannya. Pada tahun 2000, U.S. National Oceanic and
Atmospheric Administration (NOAA) memberikan hasil analisis baru tentang suhu air yang
diukur oleh para pengamat di seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut
memperlihatkan adanya kecenderungan pemanasan: suhu laut dunia pada tahun 1998 lebih
tinggi 0,2 derajat Celsius (0,3 derajat Fahrenheit) daripada suhu rata-rata 50 tahun terakhir, ada
sedikit perubahan tetapi cukup berarti.[22]
Kerusakan yang parah dapat di atasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi
dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah
dapat membantu populasi di pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara,
seperti Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga
koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara.
Spesies-spesies dapat secara perlahan-lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke
habitat yang lebih dingin.
Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau
komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan
karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
Menghilangkan karbon
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan
memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan
cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui
fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan
hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh
kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan
yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk
mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi
semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan
(menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi
keluar ke permukaan (lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk
mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer.
Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, dimana
karbon dioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan
kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil.
Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18.
Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak
bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia
sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak
langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke udara, karena gas
melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila
dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi
nuklir lebih mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun
kontroversial karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya, tetapi tidak melepas
karbon dioksida sama sekali.
Persetujuan internasional
Kerjasama internasional diperlukan untuk mensukseskan pengurangan gas-gas rumah kaca. Pada
tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil, 150 negara berikrar untuk menghadapi
masalah gas rumah kaca dan setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian
yang mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan persetujuan yang lebih kuat
yang dikenal dengan Protokol Kyoto.
Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih, George W. Bush
mengumumkan bahwa perjanjian untuk pengurangan karbon dioksida tersebut menelan biaya
yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa negara-negara berkembang
tidak dibebani dengan persyaratan pengurangan karbon dioksida ini. Kyoto Protokol tidak
berpengaruh apa-apabila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55
persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya. Persyaratan itu berhasil
dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini,
memberikan jalan untuk berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005.
Banyak orang mengkritik Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan
segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-gas rumah kaca di
atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan nanti, terutama karena negara-negara
berkembang yang dikecualikan dari perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas
rumah kaca pada 2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan
terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh industri minyak, industri
batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya yang produksinya tergantung pada bahan bakar
fosil. Para penentang ini mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan
Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan oleh biaya energi.
Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa biaya yang diperlukan hanya sebesar 88
milyar dollar AS dan dapat lebih kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan
uang setelah mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih effisien.
Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat, ekonominya dapat terus tumbuh
walaupun berbagai macam polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida
terbukti sulit dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor
lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi
targetnya dalam mengurangi produksi karbon dioksida.
Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan Protokol Kyoto bertemu secara reguler
untuk menegoisasikan isu-isu yang belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti
yang wajib diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah kaca. Para
negoisator merancang sistem dimana suatu negara yang memiliki program pembersihan yang
sukses dapat mengambil keuntungan dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara
lain. Sistem ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit meningkatkan
lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi di pasar, yang dapat diperoleh
dengan biaya yang lebih rendah. Rusia, merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila
sistem ini diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas rumah
kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong emisinya lebih dari 5 persen
di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi untuk menjual kredit emisi ke negara-negara
industri lainnya, terutama mereka yang ada di Uni Eropa.
Gerhana
Gerhana matahari
Gerhana Matahari terjadi ketika posisi bulan terletak di antara Bumi dan Matahari sehingga
menutup sebagian atau seluruh cahaya Matahari. Walaupun Bulan lebih kecil, bayangan Bulan
mampu melindungi cahaya Matahari sepenuhnya karena Bulan yang berjarak rata-rata jarak
384.400 kilometer dari Bumi lebih dekat dibandingkan Matahari yang mempunyai jarak rata-
rata 149.680.000 kilometer.
Ketika gerhana Matahari sedang berlangsung, umat Islam yang melihat atau mengetahui gerhana
tersebut disunnahkan untuk melakukan salat gerhana (salat khusuf).[rujukan?]
Gerhana total terjadi apabila saat puncak gerhana, piringan Matahari ditutup sepenuhnya oleh
piringan Bulan. Saat itu, piringan Bulan sama besar atau lebih besar dari piringan Matahari.
Ukuran piringan Matahari dan piringan Bulan sendiri berubah-ubah tergantung pada masing-
masing jarak Bumi-Bulan dan Bumi-Matahari.
Gerhana sebagian terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup
sebagian dari piringan Matahari. Pada gerhana ini, selalu ada bagian dari piringan Matahari
yang tidak tertutup oleh piringan Bulan.
Gerhana cincin terjadi apabila piringan Bulan (saat puncak gerhana) hanya menutup sebagian
dari piringan Matahari. Gerhana jenis ini terjadi bila ukuran piringan Bulan lebih kecil dari
piringan Matahari. Sehingga ketika piringan Bulan berada di depan piringan Matahari, tidak
seluruh piringan Matahari akan tertutup oleh piringan Bulan. Bagian piringan Matahari yang
tidak tertutup oleh piringan Bulan, berada di sekeliling piringan Bulan dan terlihat seperti cincin
yang bercahaya.
Gerhana hibrida bergeser antara gerhana total dan cincin. Pada titik tertentu di permukaan
bumi, gerhana ini muncul sebagai gerhana total, sedangkan pada titik-titik lain muncul sebagai
gerhana cincin. Gerhana hibrida relatif jarang.
Melihat secara langsung ke fotosfer matahari (bagian cincin terang dari Matahari) walaupun
hanya dalam beberapa detik dapat mengakibatkan kerusakan permanen retina mata karena
radiasi tinggi yang tak terlihat yang dipancarkan dari fotosfer. Kerusakan yang ditimbulkan
dapat mengakibatkan kebutaan. Mengamati gerhana Matahari membutuhkan pelindung mata
khusus atau dengan menggunakan metode melihat secara tidak langsung. Kaca mata sunglasses
tidak aman untuk digunakan karena tidak menyaring radiasi inframerah yang dapat merusak
retina mata. Karena cepatnya peredaran Bumi mengitari matahari, gerhana matahari tak
mungkin berlangsung lebih dari 7 menit dan 58 detik jadi jika ingin melihatnya lakukan sesegera
mungkin.
Gerhana bulan
Gerhana Bulan
Gerhana bulan terjadi saat sebagian atau keseluruhan penampang bulan tertutup oleh bayangan
bumi. Itu terjadi bila bumi berada di antara matahari dan bulan pada satu garis lurus yang sama,
sehingga sinar Matahari tidak dapat mencapai bulan karena terhalangi oleh bumi.
Dengan penjelasan lain, gerhana bulan muncul bila bulan sedang beroposisi dengan matahari.
Tetapi karena kemiringan bidang orbit bulan terhadap bidang ekliptika sebesar 5, maka tidak
setiap oposisi bulan dengan Matahari akan mengakibatkan terjadinya gerhana bulan.
Perpotongan bidang orbit bulan dengan bidang ekliptika akan memunculkan 2 buah titik potong
yang disebut node, yaitu titik di mana bulan memotong bidang ekliptika. Gerhana bulan ini akan
terjadi saat bulan beroposisi pada node tersebut. Bulan membutuhkan waktu 29,53 hari untuk
bergerak dari satu titik oposisi ke titik oposisi lainnya. Maka seharusnya, jika terjadi gerhana
bulan, akan diikuti dengan gerhana Matahari karena kedua node tersebut terletak pada garis
yang menghubungkan antara Matahari dengan bumi.
Sebenarnya, pada peristiwa gerhana bulan, seringkali bulan masih dapat terlihat. Ini dikarenakan
masih adanya sinar Matahari yang dibelokkan ke arah bulan oleh atmosfer bumi. Dan
kebanyakan sinar yang dibelokkan ini memiliki spektrum cahaya merah. Itulah sebabnya pada
saat gerhana bulan, bulan akan tampak berwarna gelap, bisa berwarna merah tembaga, jingga,
ataupun coklat.
Gerhana bulan dapat diamati dengan mata telanjang dan tidak berbahaya sama sekali.
Ketika gerhana bulan sedang berlangsung, umat Islam yang melihat atau mengetahui gerhana
tersebut disunnahkan untuk melakukan salat gerhana bulan (salat khusuf).
Jenis-jenis gerhana bulan
Gerhana bulan total
Pada gerhana ini, bulan akan tepat berada pada daerah umbra.
Pada gerhana ini, tidak seluruh bagian bulan terhalangi dari Matahari oleh bumi. Sedangkan
sebagian permukaan bulan yang lain berada di daerah penumbra. Sehingga masih ada sebagian
sinar Matahari yang sampai ke permukaan bulan.
Pada gerhana ini, seluruh bagian bulan berada di bagian penumbra. Sehingga bulan masih dapat
terlihat dengan warna yang suram.
Galeri
16 Mei 2003
7 November 2003
28 Oktober 2004
14 Maret 2006
3 Maret 2007
21 Februari 2008
16 Agustus 2008
15 Juni 2011
PENYAKIT DAN GANGGUAN PADA SISTEM REPRODUKSI MANUSIA
Kehamilan di luar kandungan adalah kehamilan dimana sel telur (ovum) yang sudah di buahi (oleh
spermatozoon) tidak berada (implantasi) di rongga rahim (endoterium).
FAKTOR PENYEBAB :
Kehamilan di luar kandungan dapat terjadi karena gangguan transport hasil pembuahan dari tuba ke
rongga rahim. Dapat pula sebagai akibat kelainan hasil pembuahan itu sendiri yang memang memiliki
potensi kehamilan di luar kandungan.
PENGOBATAN :
Pertolongan harus segera, yang paling penting adalah membawa ke RS untuk stabilisasi penderita.
Langkah selanjutnya sesuai protocol penatalaksanaan kehamilan ekcopik ( teknik medis)
Kanker payudara atau Carcinoma mammae adalah kanker pada jaringan payudara. Salah satu penyakit
neoplasma yang ganas yang berasal darii parenchyma.
Gejala klinis :
Faktor penyebab :
1. Factor reproduksi
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya kanker payudara adalah
nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause pada umur lebih tua. Secara anotomi dan
fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya umur. Kurang dari 25% kanker
payudara terjadi pada masa sebelum menopause.
2. Penggunaan hormone
Hormone esterogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Suatu metaanalisis menyatakan
bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral. Wanita yang
menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko tinggi untuk mengalami kanker
payudara sebelum menopause. Sel-sel yang sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin
mengalami perubahan degenerasi menjadi jinak atau menjadi ganas.
3. Penyakit fibrokistik
Pada wanita dengan hiperplasis dan papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan
pada hyperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
4. Obesitas
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh dengan kanker payudara pada
wanita pasca menopause.
5. Konsumsi lemak
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu factor risiko terjadinya kanker payudara.
6. Radiasi
Eksposur dengan radiasi ionisasi selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker
payudara.
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat penderita yang akan dilaksanakan
skrining untuk kanker payudara. Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara.
Cara pengobatan:
1. Mastektomi
2. Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada daerah yang terkena kanker dengan menggunakan
sinar X dan sinar gamma.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk pil, cair atau kapsul yang
bertujuan membunuh sel.
3. VULVOVAGANITIS
PENYEBAB :
1. Infeksi
- Deodorant
- Pembilas vagina
- Tinja
4. Terapi penyinaran
5. Obat-obatan
6. Perubahan hormonal
PENGOBATAN :
Pengobatan secara khusus dilakukan tergantung dengan penyebabnya. Jika penyebabnya infeksi, di
berikan antibiotic, anti jamur atau anti viru. Jika akibat infeksi labia (lipatan kulit di sekitar vagina dan
uretra) menjadi menempel satu sama lain, bisa dioleskan krim esterogen selama 7-10 hari. Selain
antibiotic, untuk infeksi bakteri jugadiberikan jeli asam propionate agar cairan vagina lebih asam
sehingga mengurangi pertumbuhan bakteri.
Selain obat-obatan, penderita juga sebaiknya memakai pakaian dalam tidak terlalu dan menyerap
keringat sehingga sirkulasi udara tetap terjaga serta menjaga kebersihan vulva.
4. IMPOTEN
Impoten atau difungsi ereksi merupakan ketidakmampuan seorang pria untuk ereksi atau
mempertahankan ereksi.
Faktor penyebab :
- Kadang impotensi terjadi akibat rendahnya kadar hormone testosterone. Tetapi penurunan kadar
hormone pria, biasanya lebih sering menyebabkan penurunan gairah seksual (libido).
- Depresi, kecemasan, perasaan bersalah, perasaan takut akan keintiman, kebimbangan tentang jenis
kelamin.
- Penyakit lain
- Factor-faktor lain
Pengobatan :
2. Berhenti merokok
3. Hindari stress
c. Terapi suntikan
d. Terapi obat-obatan
e. Vacuum pump
f. Penile prostheses
g. Ramu-ramuan tradisional
5. GANORRHEA
Gonorrhea adalah salah satu penyakit kelamin yang disebabkan oleh infeksi kuman.
PENYEBAB : Kuman Neisseria gonorrhea
6. PROSTATITIS
Prostatitis adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan peradangan prostate. Prostatitis
adalah peradangan prostat, dapat bersifat akut atau kronis.
Factor penyebab : infeksi dapat terjadi karena kuman naik ke atas melalui uretra refluks kemih yang
terinfeksi, atau penyebaran langsung melalui aliran limfe atau darah. Penyakit ini di sebabkan oleh
beberapa bakteri yang sama yang menyebabkan infeksi kantong kemih.
Pengobatan :
4. Istirahat
6. Terapi
7. INFERTILITAS
Infertilitas atau mandul mengistilahkan ketidakmampuan pasangan atau salah satu di antara pasangan
untuk memiliki keturunan.
Faktor Infertilitas :
2. Konsumsi makanan dan minuman yang tidak sesuai dengan metabolisme reproduksi
3. Merokok
5. Usia
6. Stress
7. Kurang gizi
9. Alcohol
10. Polusi udara yang tinggi
11. narkoba
Pengobatan :
Pengobatan tergantung pada penyebab infertilitas. Oleh karena itu disarankan untuk konsultasi kepada
dokter kandungan.
8. ENDOMETRIOSIS
Endometriosis atau yang lebih dikenal dengan kista adalah jaringan yang semestinya terletak di dalam (
endo ) rahim metrium), tumbuh di tempat lain seperti pada lapisan oto rahim, luar rahim, saluran telur,
ovarium, usus, kulit, bahkan oatk wanita tersebut.
PENYEBAB :
Penyebab endometriosis yang pasti belum diketahui, walaupun sudah ada beberapa teori yang
berusaha menjelaskan penyebabnya. Factor keturunan menjadi salah satu factor risiko terjadinya
endometriosis.
PENGOBATAN :
beberapa pereda nyeri yang dijual bebas dapat dikonsumsi sesuai dengan dosis yang di anjurkan. Pada
kasus-kasus endometrium dengan kista yang berukuran besar, anti nyeri tidak dianjurkan karena hanya
akan menutupi gejala dan tidak mengatasi penyebab.
2. Penggunaan hormone
Untuk menekan ovulasi sehingga menstrusi tidak terjadi. Obat-obatan yang digunakan merupakan jenis
kontrasepsi.
3. Pembedahan
Dilakukan untuk mengangkat kista yang berukuran besar atau sudah mengganggu fungsi organ-organ
dengan gangguan terhadap aktifitas penderita. Pada beberapa kasus berat, pengangkatan rahim,
saluran telur dan ovarium penderita mungkin di lakukan.
9. KANKER SERVIKS
Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk kea rah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang
senggama (vagina).
PENYEBAB :
6. Pemakaian pil KB
PENGOBATAN :
2. Cone biopsy, yaitu dengan cara mengambil sedikit dari sel-sel leher rahim, termasuk sel yang
mengalami perubahan.
4. Radioterapi, yaitu dengan menggunakan sinar X berkekuatan tinggi yang dapat dilakukan secara
internal dan eksternal.
10. SIFILIS
Di tandai dengan adanya luka pada alat kelamin dan jika tidak di obati, bakteri dapat merusak sel otak,
melumpuhkan tulang atau merusak jantung dan pembuluh darah.
PENYEBAB :
PENGOBATAN :
1. Terapi
4. Antibiotic penisilin
5. Benzipenisilin
NON-GONOCOCCAL URETHRITIS (NGU) adalah peradangan pada saluran kencing yang tidak disebabkan
oleh infeksi gonorrhea.
PENYEBAB :
PENGOBATAN :
Pengobatan didasarkan pada resep dan penentuan antibiotic yang tepat tergantung pada strain dari
ureaplasma.
HERPES SIMPLEX GENITALIS adalah suatu penyakit menular seksual di daerah kelamin, kulit di sekeliling
rectum atau daerah di sekitarnya yang disebabkan oleh virus.
PENYEBAB :
Penyebabnya adalah virus herpes simplex. Ada 2 jenis virus herpes yaitu HSV-1 dan HSV-2. HSP-2
biasanya ditularkan melalui hubungan seksual, sedangkan HSV-1 menginfeksi mulut.
PENGOBATAN :
Tidak ada pengobatan yang dpat menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan bisa memperpendek
lamanya serangan. Jumlah serangan dapat dikurangi dengan mengonsumsi secara terus-menerus obat
anti virus dosis rendah
Infeksi menular seksual atau IMS adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual
dengan pasangan yang sudah tertular yang menyebabkan infeksi pada alat reproduksi laki-laki
maupun wanita, baik hubungan seks melalui senggama (vaginal), lewat mulut (oral/karaoke)
ataupun lewat dubur (anal). Dalam Bahasa Inggris sering disebut Sexual Transmitted Desease
(STD).IMS sudah sangat umum, yang paling banyak dikenali adalah GO (Gonorrhea), Sifilis
dan AIDS. Menurut WHO diperkirakan di seluruh dunia terdapat 333 juta kasus IMS baru setiap
tahunnya dan sekitar 1 juta kasus terjadi setiap harinya. Infeksi Menular seksual akan lebih
berisiko apabila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui
vagina, anal maupun oral.
Bila tidak diobati dengan tepat, infeksi dapat menjalar dan menyebabkan penderitaan, sakit
berkepanjangan, kemandulan dan kematian. Untuk remaja perempuanperlu disadari mereka
lebih rentan terkena IMS, sebab alat reproduksinya lebih rentan. Dan sering berakibat lebih
parah karena gejala awal tidak segera dikenali. Infeksi Menular Seksual dapat mempermudah
penularan HIV begitu juga sebaliknya
Gejala IMS pada laki-laki mudah dikenali, dilihat dan dirasakan karena bentuk alat kelaminnya
yang menonjol, sedangkan pada perempuan sebagian besar tanpa gejala dan seringkali tidak
disadari.
Rasa sakit atau nyeri pada saat kencing dan berhubungan seksual
Rasa nyeri pada perut bagian bawah
Pengeluaran lender pada alat kelamin/vagina
Keputihan berwarna putih susu, bergumpal dan disertai rasa gatal dan kemerahan pada
alat kelamin dan sekitarnya
Keputihan yang berbusa, kehijauan, berbau busuk dan gatal
Timbul bercak-bercak darah setelah berhubungan seks
Binti-bintil berisi cairan, lecet atau borok pada alat kelamin
Penularan dan Pencegahan IMS
Hubungan Seksual : Hubungan seksual yang tidak aman merupakan jalur utama
penularan
Penggunaan jarum suntik, misalnya HIV dan Hepatitis B
Kontak fisik selama hubungan seksual, misalnya luka-luka pada alat kelamin seperti
herpes dan sifilis
Melalui darah dan produk darah, misalnya HIV,Sifilis dan Hepatitis B dapat ditularkan
melalui transfusi darah
Menyusui, dapat menularkan HIV ke bayi
Tindakan medis dan benda tajam
Ditularkan melalui kehamilan dari ibu ke bayinya seperti HIV dan Sifilis
Ditularkan saat proses kelahiran, seperti GO dan HIV
1. A-Abstinensia : Bagi Kamu yang belum menikah, cara yang paling ampuh adalah tidak
melakukan hubungan seksual serta hindarilah hubungan seks yang berisiko.
2. B-Be faithful : Setia pada pasangan bagi yang sudah menikah
3. C-Condom : Selalu menggunakan kondom untuk mencegah penularan IMS
4. D : Don’t inject : jangan menggunakan jarum suntik yang tidak steril.
5. Selalu menjaga kebersihan dan kesehatan alat kelamin.
Jenis-jenis IMS
Keluar cairan tidak normal dari saluran kencing pria : GO dan Chlamydia
Keluar cairan abnormal dari kemaluan wanita : GO, Chlamydia dan Trichomoniasis
Adanya luka pada alat kelamin pria dan wanita : Sifilis, Limfogranuloma venereum,
Herpez Genitalis, Chancroid.
Adanya pembengkakan testis : GO dan Chlamydia
Adanya nyeri perut bagian bawah wanita: GO, Chlamydia, bakteri anaerob.
IMS yang disebabkan oleh bukan virus seperti bakteri, jamur dan protozoa sangat bisa
disembuhkan dengan obat sedangkan yang disebabkan oleh virus tidak dapat disembuhkan
hanya bisa meminimalisir gejalanya.
Yang paling penting bagi remaja adalah apabila mengalami gejala-gejala seperti yang telah
disebutkan di atas serta memiliki riwayat atau faktor risiko maka segeralah berkonsultasi dengan
dokter atau tenaga kesehatan lainnya untuk memperoleh penanganan secara dini. Ingatlah selalu
MENCEGAH LEBIH BAIK DARI MENGOBATI.
Secara teoritis pemanasan global terjadi akibat terakumulasinya emisi Gas Rumah Kaca (GRK)
seperti karbondioksida (CO2) dan metana (NH4) di langit yang dihasilkan oleh berbagai
aktivitas manusia termasuk aktivitas pertanian sehingga GRK yang naik kelangit terhalang dan
terpantul kembali kebumi menyebabkan panas yang dirasakan seluruh mahluk dipermukaan
bumi semakin tinggi.
Untuk menghindari hal tersebut maka teknologi yang mengurangi produksi CO2 dan NH4 harus
terus dikembangkan oleh seluruh petani. Beberapa teknologi yang sudah terbukti mengurangi
emisi GRK adalah dengan pemanfaatan pupuk organic menggantikan pupuk kimia seperti Urea,
pospor, kalium dan lain-lain. Keuntungannya dengan pupuk organic adalah selain menyediakan
hara bagi tanaman yang lebih seimbang unsur-unsurnya, juga secara bertahap memperbaiki
kesuburan tanah.
Persoalannya adalah pupuk organic yang masih sulit tersedia di pasaran, padahal sesungguhnya
dapat dibuat dengan mudah oleh petani itu sendiri.
Produksi Emisi GRK lainnya adalah pada proses pelapukan sisa-sisa tanaman atau ternak secara
alami. Oleh karena itu sisa-sisa tanaman dan ternak tersebut perlu diolah dengan teknologi
sederhana yaitu teknologi pelapukan yang menggunakan activator misalnya; MDEC sehingga
proses pelapukan dapat berlangsung cepat dan yang terpenting GRK tersebut sebagian
termanfaatkan dalam proses pelapukan oleh mikroorganisme. Dan itu berarti dapat mengurangi
GRK melayang kelangit.
Persoalan yang paling besar adalah budaya petani kita yang sudah manja dengan pupuk kimia
dan kurangnya pemahaman terhadap manfaat pupuk organic sehingga mereka tidak tertarik
meluangkan waktu dan tenaga untuk membuat pupuk organic. Ada kesan di kalangan mereka
bahwa pekerjaan membuat pupuk organic dari kotoran ternak adalah pekerjaan yang menjijikan.
Untuk menuju kearah itu, BPTP Sulawesi Utara bersama dengan Bank Indonesia dan Jajaran
Korem 131 Santiago mencoba memperaktekkan pemanfaatan pupuk organic pada tanaman
sayuran khususnya cabe di Paslaten Dua, kecamatanTomohonTimur. Kegiatan tersebut sebagai
ajang pembuktian bahwa pemanfaatan pupuk organic dapat menghasilkan produksi pertanian
yang jauh lebih tinggi kualitasnya dari pada produksi yang dihasilkan dengan penggunaan pupuk
kimia. Hasil daripraktek lapangan nantinya akan digunakan untuk mempropokasi masyarakat
agar tertarik membuat pupuk organic untuk kebutuhan usahataninya sendiri.
Kebijakan yang diperlukan dalam mendorong dan memotivasi petani untuk memproduksi pupuk
organic dan menggunakan sendiri padalahan usahataninya adalah; adanya pasar hasil produksi
pertanian organic yang lebih tinggi harganya, dan cara yang paling memungkinkan mewujudkan
itua dalah dimulai darikalangan pemerintah sendiri untuk mengkonsumsi produk tersebut.
Benar harapan Komandan Korem 131 Santiago (Brigjed Jony Tobing) ketika mencanagkan
kerjasama BI, Korem dan BPTP dalam program pertanian ramah lingkungan (26/06/13) bahwa:
untuk mengajak masyarakat hidup secara baik misalnya dengan TAGLINE BERENTI
BAGATE, maka kita harus lebih dahulu menunjukkan sikap yang tidak mentolerir BAGATE
atau dengan kata lain untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi produk organic lebih dahulu,
bukan sekedar bicara.
Demikian juga ajakan yang disampaikan oleh Kepala Perwakilan Bank Indonesia Manado (Ir.
Suhaedi) bahwa: menyerap dan menghargai produk petani kita, adalah hal yang sangat mulia.
Tentu kita harus memulainya dari diri dan instansi kita. Kalau semua unsure pemerintah
mempunyai pandangan dan sekaligus mempraktekkan seperti itu maka dengan sendirinya cepat
berkembang produk organic tersebut tanpa susah mencari pasar dari luar. Dampak positif dari
kebijakan itu adalah secaraotomatis petani pasti mengusahakannya karena tersedia pasar yang
menggiurkan. dan yang paling utama kita berinvestasi untuk penyelamatan BUMI (*art)
LAST_UPDATED2
Limbah
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan
dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas
domestik lainnya (grey water). [1]
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya
karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan
kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu,
kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan
manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan
yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah.
Pengolahan limbah
Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan bahan
pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini diperlukan
pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini dapat dibedakan
menjadi:
1. pengolahan menurut tingkatan perlakuan
2. pengolahan menurut karakteristik limbah
Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan permukiman
membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak dapat selalu diartikan
sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga layanan sanitasi yang harus
disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau penghuni rumah, seperti jamban
misalnya.
1. Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air kakus.
2. Jamban yang layak harus memiliki akses air bersih yang cukup dan tersambung ke unit
penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka masyarakat perlu
memiliki akses ke jamban bersama atau MCK.[1]
3. Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan pengumpulan
sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau truk sampah. Layanan
sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan sementara (TPS), tempat
pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya. Di beberapa wilayah
pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan secara kolektif oleh masyarakat.
Beberapa ada yang melakukan upaya kolektif lebih lanjut dengan memasukkan upaya
pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-ulang.
4. Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan menggunakan saluran
drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan mengalirkannya ke badan
air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup besar agar dapat menampung limpasan air
hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran drainase harus memiliki kemiringan yang cukup
dan terbebas dari sampah.
5. Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara berkelanjutan dalam
jumlah yang cukup, karena air bersih memang sangat berguna di masyarakat
Karakteristik limbah
1. Berukuran mikro
2. Dinamis
3. Berdampak luas (penyebarannya)
4. Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Limbah industri
Berdasarkan karakteristiknya limbah industri dapat dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1. Limbah cair biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran air pada
umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan buangan
anorganik
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
Proses Pencemaran Udara Semua spesies kimia yang dimasukkan atau masuk ke atmosfer yang
“bersih” disebut kontaminan. Kontaminan pada konsentrasi yang cukup tinggi dapat
mengakibatkan efek negatif terhadap penerima (receptor), bila ini terjadi, kontaminan disebut
cemaran (pollutant).Cemaran udara diklasifihasikan menjadi 2 kategori menurut cara cemaran
masuk atau dimasukkan ke atmosfer yaitu: cemaran primer dan cemaran sekunder. Cemaran
primer adalah cemaran yang diemisikan secara langsung dari sumber cemaran. Cemaran
sekunder adalah cemaran yang terbentuk oleh proses kimia di atmosfer.
Sumber cemaran dari aktivitas manusia (antropogenik) adalah setiap kendaraan bermotor,
fasilitas, pabrik, instalasi atau aktivitas yang mengemisikan cemaran udara primer ke atmosfer.
Ada 2 kategori sumber antropogenik yaitu: sumber tetap (stationery source) seperti: pembangkit
energi listrik dengan bakar fosil, pabrik, rumah tangga, jasa, dan lain-lain dan sumber bergerak
(mobile source) seperti: truk, bus, pesawat terbang, dan kereta api.
Lima cemaran primer yang secara total memberikan sumbangan lebih dari 90% pencemaran
udara global adalah:
Selain cemaran primer terdapat cemaran sekunder yaitu cemaran yang memberikan dampak
sekunder terhadap komponen lingkungan ataupun cemaran yang dihasilkan akibat transformasi
cemaran primer menjadi bentuk cemaran yang berbeda. Ada beberapa cemaran sekunder yang
dapat mengakibatkan dampak penting baik lokal,regional maupun global yaitu:
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun
yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau
mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk limbah
B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak digunakan lagi karena
rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas kapal yang memerlukan penanganan
dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih
karakteristik berikut: mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan
infeksi, bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat diketahui
termasuk limbah B3.
Notoadmojo (2007) mendefinisikan bahwa air buangan / air limbah adalah air yang tersisa dari
kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan
sebagainya. Meskipun merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena lebih kurang 80% dan air
yang digunakan bagi kegiatan – kegiatan manusia sehari – hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk
kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan mengalir ke sungai dan akan digunakan oleh
manusia lagi. Oleh karena itu, air buangan ini harus dikelola dan diolah secara baik.
B. Detergen
Deterjen merupakan produk teknologi yang strategis, karena telah menjadi bagian dari
kehidupan sehari-hari masyarakat modern mulai rumah tangga sampai industri. Di sisi lain, detergen
harus memenuhi sejumlah persyaratan seperti fungsi jangka pendek (short therm function) atau daya
kerja cepat, mampu bereaksi pada suhu rendah, dampak lingkungan yang rendah dan harga yang
terjangkau (Jurado et al, 2006)
Produksi deterjen Indonesia rata-rata per tahun sebesar 380 ribu ton. Sedangkan tingkat
konsumsinya, menurut hasil survey yang dilakukan oleh Pusat Audit Teknologi di wilayah Jabotabek
pada tahun 2002, per kapita rata-rata sebesar 8,232 kg (Anonimous, 2009).
Dibandingkan dengan produk terdahulu, sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain
mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Pada umumnya
detergen bersifat surfaktan anionik yang berasal dari derivat minyak nabati atau minyak bumi
(Chantraine F et all, 2009).
Setelah Perang Dunia II, detergen sintetik mulai dikembangkan dengan gugus utama surfaktant
adalah ABS (Alkyl Benzene Sulfonate) yang sulit di biodegradabel, maka pada tahun 1965 industri
mengubahnya dengan yang biodegradabel yaitu dengan gugus utama surfaktant LAS (Linier Alkyl
Benzene Sulfonate). Menurut Asosiasi Pengusaha Deterjen Indonesia (APEDI), surfaktan anionik yang
digunakan di Indonesia saat ini adalah alkyl benzene sulfonate rantai bercabang (ABS) sebesar 40% dan
alkyl benzene sulfonate rantai lurus (LAS) sebesar 60%. Alasan penggunaan ABS antara lain karena
harganya murah, stabil dalam bentuk krim pasta dan busanya melimpah. Dibandingkan dengan LAS,
ABS lebih sukar diuraikan secara alami sehingga pada banyak negara di dunia penggunaan ABS telah
dilarang dan diganti dengan LAS. Sedangkan di Indonesia, peraturan mengenai larangan penggunaan
ABS belum ada. Beberapa alasan masih digunakannya ABS dalam produk deterjen, antara lain karena
harganya murah, kestabilannya dalam bentuk krim pasta dan busanya melimpah (Anonimous, 2009).
1. Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung
berbeda yaitu hydrophile (suka air) dan hydrophobe (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi
menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel
pada permukaan bahan. Surfaktant terbagi atas jenis anionic (Alkyl Benzene Sulfonate/ABS,
Linier Alkyl Benzene Sulfonate/LAS, Alpha Olein Sulfonate/AOS), sedangkan jenis kedua bersifat
kationik (Garam Ammonium) dan jenis yang ketiga bersifat non ionic (Nonyl phenol
polyethoxyle) serta Amphoterik (Acyl Ethylenediamines).
2. Builder (Permbentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara
menonaktifkan mineral penyebab kesadahan air, dapat berupa Phosphates (Sodium Tri Poly
Phosphate/STPP), Asetat (Nitril Tri Acetate/NTA, Ethylene Diamine Tetra Acetate/EDTA), Silikat
(Zeolit), dan Sitrat (asam sitrat).
3. Filler (pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak mempunyai kemampuan
meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas atau dapat memadatkan dan
memantapkan sehingga dapat menurunkan harga, misal Sodium sulfate
4. Additives adalah bahan suplemen/ tambahan untuk membuat produk lebih menarik, misalnya
pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dan sebagainya yang tidak berhubungan langsung dengan
daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud komersialisasi produk.
Contohnya enzyme, borax, sodium chloride, Carboxy Methyl Cellulose (CMC) dipakai agar
kotoran yang telah dibawa oleh detergent ke dalam larutan tidak kembali ke bahan cucian pada
waktu mencuci (anti Redeposisi). Wangi – wangian atau parfum dipakai agar cucian berbau
harum, sedangkan air sebagai bahan pengikat.
Menurut kandungan gugus aktifnya detergen diklasifikasikan sebagai deterjen jenis keras dan
jenis lunak. Deterjen jenis keras sukar dirusak oleh mikroorganisme meskipun bahan deterjen tersebut
dibuang akibatnya zat tersebut masih aktif. Jenis inilah yang menyebabkan pencemaran air. Salah satu
contohnya adalah Alkil Benzena Sulfonat (ABS). Sedangkan detergen jenis lunak, bahan penurun
tegangan permukaannya mudah dirusak oleh mikroorganisme, sehingga tidak aktif lagi setelah dipakai,
misalnya Lauril Sulfat atau Lauril Alkil Sulfonat. (LAS).
Pada awalnya deterjen dikenal sebagai pembersih pakaian, namun kini meluas dan
ditambahkan dalam berbagai bentuk produk seperti personal cleaning product (sampo, sabun cuci
tangan), laundry sebagai pencuci pakaian merupakan produk deterjen yang paling populer di
masyarakat, dishwashing product sebagai pencuci alat rumah tangga baik untuk penggunaan manual
maupun mesin pencuci piring, household cleaner sebagai pembersih rumah seperti pembersih lantai,
pembersih bahan-bahan porselen, plastik, metal, gelas (Arifin, 2008).
Tanpa mengurangi makna manfaat deterjen dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, harus
diakui bahwa bahan kimia yang digunakan pada deterjen dapat menimbulkan dampak negatif baik
terhadap kesehatan maupun lingkungan. Dua bahan terpenting dari pembentuk deterjen yakni
surfaktan dan builders, diidentifikasi mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap
manusia dan lingkungannya.
Senyawa sodium lauryl sulfate (SLS) diketahui menyebabkan iritasi pada kulit, memperlambat
proses penyembuhan dan penyebab katarak pada mata orang dewasa.
Keberadaan busa-busa di permukaan air juga menjadi salah satu penyebab kontak udara dan
air terbatas sehingga menurunkan oksigen terlarut. Dengan demikian akan menyebabkan organisme air
kekurangan oksigen dan dapat menyebabkan kematian (Ahsan et al, 2005).
Selain itu pencemaran akibat deterjen mengakibatkan timbulnya bau busuk. Bau busuk ini
berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh
bakteri anaerob.
Fosfat memegang peranan penting dalam produk deterjen, sebagai softener air dan Builders.
Bahan ini mampu menurunkan kesadahan air dengan cara mengikat ion kalsium dan magnesium. Berkat
aksi softenernya, efektivitas dari daya cuci deterjen meningkat. Fosfat pada umumnya berbentuk
Sodium Tri Poly Phosphate (STPP). Fosfat tidak memiliki daya racun, bahkan sebaliknya merupakan
salah satu nutrisi penting yang dibutuhkan mahluk hidup. Tetapi dalam jumlah yang terlalu banyak,
fosfat dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan di badan air
sungai/danau, yang ditandai oleh ledakan pertumbuhan algae dan eceng gondok yang secara tidak
langsung dapat membahayakan biota air dan lingkungan. Di beberapa negara Eropa, penggunaan fosfat
telah dilarang dan diganti dengan senyawa substitusi yang relatif lebih ramah lingkungan (Anonimous,
2009).
Ahsan et al (2005) menyatakan bahwa penghilangan jumlah fosfat dapat dilakukan dengan
adsorpsi sederhana serta efisiensi penghilangan ion fosfat dengan concentrate menurun dengan
peningkatan suhu, sementara peningkatan suhu pada shell (kerang) cenderung dapat meningkatkan
efisiensi ion fosfat dari 20% menjadi 55%. Oleh karena itu, penghilangan ion fosfat dengan shell
dilakukan pada suhu yang relatif tinggi.
Deterjen sangat berbahaya bagi lingkungan karena dari beberapa kajian menyebutkan bahwa
detergen memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan dan bersifat karsinogen, misalnya 3,4
Benzonpyrene, selain gangguan terhadap masalah kesehatan, kandungan detergen dalam air minum
akan menimbulkan bau dan rasa tidak enak. Deterjen kationik memiliki sifat racun jika tertelan dalam
tubuh, bila dibanding deterjen jenis lain (anionik ataupun non ionik).
Terdapat dua ukuran yang digunakan untuk melihat sejauh mana produk-produk kimia
(deterjen) aman di lingkungan yaitu daya racun (toksisitas) dan daya urai (biodegradable). ABS dalam
lingkungan mempunyai tingkat biodegradable sangat rendah, sehingga deterjen ini dikategorikan
sebagai ‘non-biodegradable’.
Dalam pengolahan limbah konvensional, ABS tidak dapat terurai, sekitar 50% bahan aktif ABS
lolos dari pengolahan dan masuk dalam sistem pembuangan. Hal ini dapat menimbulkan masalah
keracunan pada biota air dan penurunan kualitas air sehingga pada perkembangannnya digantikan
dengan LAS mempunyai karakteristik lebih baik, meskipun belum dapat dikatakan ramah lingkungan.
LAS mempunyai gugus alkil lurus/ tidak bercabang yang dengan mudah dapat diurai oleh
mikroorganisme.
LAS relatif mudah didegradasi secara biologi dibanding ABS. LAS bisa terdegradasi sampai 90
persen. Akan tetapi prorsesnya sangat lambat, karena dalam memecah bagian ujung rantai kimianya
khususnya ikatan o-mega harus diputus dan butuh proses beta oksidasi, karena itu perlu waktu.
Penelitian Heryani dan Puji (2008 ) mendapatkan hasil bahwa alam membutuhkan waktu 9 hari untuk
menguraikan 50% LAS.
Detergen ABS sangat tidak menguntungkan karena ternyata sangat lambat terurai oleh bakteri
pengurai disebabkan oleh adanya rantai bercabang pada spektrumya. Dengan tidak terurainya secara
biologi deterjen ABS, lambat laun perairan yang terkontaminasi oleh ABS akan dipenuhi oleh busa,
menurunkan tegangan permukaan dari air, pemecahan kembali dari gumpalan (flock) koloid,
pengemulsian gemuk dan minyak, pemusnahan bakteri yang berguna, penyumbatan pada pori – pori
media filtrasi.
Kerugian lain dari penggunaan deterjen adalah terjadinya proses eutrofikasi di perairan. Ini
terjadi karena penggunaan deterjen dengan kandungan fosfat tinggi. Eutrofikasi menimbulkan
pertumbuhan tak terkendali bagi eceng gondok dan menyebabkan pendangkalan sungai. Sebaliknya
deterjen dengan rendah fosfat beresiko menyebabkan iritasi pada tangan dan kaustik. Karena diketahui
lebih bersifat alkalis. Tingkat keasamannya (pH) antara 10 – 12 (Ahsan S et al, 2005).
Tabel 2. Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kawasan Industri
D. Bahaya Surfactan
Surfaktan adalah bahan yang paling penting pada produk deterjen (hingga 15-40 % dari total
formulasi deterjen). Zat ini dapat mengaktifkan permukaan, karena cenderung untuk terkonsentrasi
pada permukaan (antar muka), atau zat yang dapat menaikkan dan menurunkan tegangan permukaan.
Dengan surfaktant dapat terjadi perubahan dalam tegangan permukaan yang menyertai proses
pembasahan, daya busa yang stabil, daya emulsi yang stabil (Scheibel, 2004).
Efek negatif dari Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembaban
alami yamg ada pada permukan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian
memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kima
dengan kandungan 1 % LAS dan AOS dengan akibat iritasi ‘sedang’ pada kulit. Surfaktan kationik bersifat
toksik jika tertelan dibandingkan dengan surfaktan anionik dan non-ionik. Sisa bahan surfaktan yang
terdapat dalam deterjen dapat membentuk chlorbenzene pada proses klorinisasi pengolahan air minum
PDAM. Chlorbenzene merupakan senyawa kimia yang bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan.
Pengaruh lain yaitu penghambatan pertumbuhan dalam tumbuhan, ikan, dan budding dalam hidra,
kerusakan organ sensoris luar yang peka sehingga dapat mengganggu pemilihan makanan,
mempengaruhi sinergis zat – zat dan surfaktan subletal menyebabkan pengambilan zat lipofilik yang
lebih cepat dan memperkuat toksisitas zat ini. Air yang mengandung surfaktan (2 – 4 ppm) tidak dapat
dideteksi perubahannya (Heryani dan Puji, 2008).
E. Sabun
Lain halnya dengan deterjen, sabun relatif mudah tersuspensi dalam air karena membentuk
micelles, yakni kumpulan (50 – 150) molekul sabun yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan
ujung – ujung ionnya menghadap ke air. Sabun yang masuk kedalam buangan air atau suatu sistem
ekuatik biasanya langsung terendap sebagai garam – garam kalsium dan magnesium. Oleh karena itu
beberapa pengaruh dari sabun dalam larutan dapat dihilangkan. Sehingga dengan biodegradasi, sabun
secara sempurna dapat dihilangkan dari lingkungan. Sabun pertamakali diciptakan sekitar 2700 SM,
terbuat dari berbagai lemak dengan menggunakan kaustik dari abu kayu untuk menghidrolisis ester
(Scheibel, 2004).
BAB III
A. Manajemen Pengolahan Limbah Deterjen
Detergen merupakan suatu derivatik zat organik sehingga akumulasinya menyebabkan
meningkatnya COD (Chemichal Oxygen Demand) dan BOD (Biological Oxigen Demand) dan angka
permanganat, maka dalam pengolahannya sangat cocok menggunakan teknik biologi.
Proses biologis dapat pula dikelompokkan atas dasar proses operasinya yaitu proses kontinu
dengan atau tanpa daur ulang, proses batch, proses semi batch. Proses kontinu biasa digunakan untuk
pengolahan aerobik, sedangkan proses batch atau semi batch lebih banyak digunakan untuk sistem
anaerobic. Apabila BOD tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis
dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah
oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau
mendekomposisi bahan organik dalam kondisi aerobik. Bahan organik yang terdekomposisi dalam BOD
adalah bahan organik yang siap terdekomposisi (readily decomposable organic matter). BOD
merupakan suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung dalam
perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat diurai. Dari pengertian ini dapat
dikatakan bahwa walaupun nilai BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga
diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang ada di
perairan. Sedangkan COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air. Hal ini karena bahan organik yang ada
sengaja diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat pada kondisi asam
dan panas dengan katalisator perak sulfat, sehingga segala macam bahan organik, baik yang mudah urai
maupun yang kompleks dan sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan
BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada di perairan. Bisa saja nilai
BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah
total bahan organik yang ada. Air yang bersih kandungan BOD kurang dari 1 mg/l atau 1ppm, jika BOD
nya di atas 4 ppm maka air dikatakan tercemar (Hariyadi, 2004).
Pada beberapa penelitian membuktikan bahwa alkyl benzena sulfonat (ABS) dapat diuraikan
dengan bakteri Staphylococcus epidermis, Enterobacter gergoviae, Staphylococcus aureus,
Pseudomonas facili, Pseudomonas fluoroscens, Pseudomonas euruginosa, Kurthia zopfii, dan
sebagainya. Bakteri ini akan merombak detergen yang juga merupakan zat organik sebagai bahan
makanan menjadi energi.
Penggunaan alat Trickling Filter, yaitu teknik untuk meningkatkan kontak dari air limbah dengan
mikroorganisme pemakan bahan-bahan organik yang mengambil oksigen untuk metabolismenya dapat
dipergunakan sebagai pengolahan limbah deterjen skala rumah tangga. Diawali dengan
mengembangbiakkan bakteri pada media pecahan genteng selama 40 hari dalam limbah rumah tangga
yang ada di selokan, kemudian dilakukan treatment/sirkulasi terhadap limbah deterjen sintetik pada
Trickling Filter dan dianalisa nilai konsentrasi LAS dengan pengujian MBAS (Metylene Blue Active
Surfactan). media pertumbuhan mikroorganisme adalah pecahan genteng yang direndam dalam
selokan 40 hari. Jenis mikroorganisme yang ada di selokan antara lain Crenothrix & Sphaerotilus,
Chromatium & Thiobacillus, mikroalgae hijau & biru, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Shigella
shigae, Eschericia Coli. Pengamatan langsung dengan menggunakan mikroskop dan pengecatan gram
menunjukkan bahwa komunitas mikroba didominasi oleh bakteri gram negatif, menemukan komunitas
bakteri dari golongan Proteobacteria mendominasi komunitas bakteri yang mampu mendegradasi
deterjen. Pertumbuhan mikroorganisme ini berlangsung cukup lama karena dipengaruhi oleh suhu dan
nutrisi yang diperlukannya. Deterjen akan mengalami penurunan kadar LAS dengan semakin
bertambahnya waktu. Hal ini disebabkan mikroorganisme aerobik yang memakan zat yang terkandung
dalam deterjen. Kemampuan mikroba terutama bakteri dalam menggunakan deterjen sebagai sumber
karbon utama menunjukkan bahwa bakteri memegang peran penting. Deterjen dengan kadar LAS yang
besar membutuhkan waktu peruraian yang lebih lama dan deterjen dengan kadar LAS yang kecil akan
lebih cepat terurai. Dan semakin lama waktu sirkulasi limbah deterjen maka kadar LAS pada ketiga
merek deterjen yang diteliti akan semakin mengalami penurunan, karena waktu kontak antara air
deterjen dan mikroorganisme aerob semakin lama sehingga memberikan waktu yang cukup lama pula
bagi bakteri untuk menguraikan deterjen (Heryani dan Puji, 2008).
Penanganan dengan cara lumpur aktif juga dapat dikembangkan , dan dapat menurunkan COD,
BOD 30 – 70 %, bergantung pada karakteristik air limbah yang, diolah dan kondisi proses lumpur aktif
yang dilakukan. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain
oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation
ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90%
(dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi
(90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih
pendek (4-6 jam).
Dengan tangki septic-filter up flow yang berisi pecahan batu bata sebagai media hidup mikroba
sanggup mereduksi kandungan Metylene Blue Active Surfactan atau MBAS (untuk mendeteksi
kandungan detergen) hingga mencapai efesiensi 87,93 persen. Dari sampel, air limbah yang sebelum
dimasukkan tangki memiliki kandungan MBAS sekitar 2,7 mg per liter. Setelah keluar tangki, air hanya
mengandung MBAS sekitar 0,326 mg per liter, atau lebih rendah dari baku mutu yang digariskan, yakni
0,5 mg per liter. Adapun BOD yang didapat adalah 483,75 mg per liter (sebelum proses) dan 286,25 mg
per liter (setelah proses) atau kandungan BOD berkurang 40 persen lebih.
Pengurangan muatan elektris dilakukan dengan menambahkan koagulan seperti PAC. Di dalam
air PAC akan terdisposisi melepaskan kation Al3+ yang akan menurunkan zeta potensial dari partikel.
Sehingga gaya tolak-menolak antar partikel menjadi berkurang, akibatnya penambahan gaya mekanis
seperti pengadukan akan mempermudah terjadinya tumbukan yang akan dilanjutkan dengan
penggabungan partikel-partikel yang akan membentuk flok yang berukuran lebih besar. Flok akan
diendapkan pada unit sedimentasi maupun klarifikasi. Lumpur yang terbentuk akan dibuang
menggunakan scraper. Cara koagulasi umumnya berhasil menurunkan kadar bahan organik (COD,BOD)
sebanyak 40-70 %.
Detergen mampu memecah minyak dan lemak membentuk emulsi sehingga dapat diendapkan
dengan menambahkan inhibitor garam alkali seperti kapur dan soda. Buih yang terbentuk akan dapat
dihilangkan dengan proses skimming (penyendokan buih) atau flotasi.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung juga dapat
digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur
endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).
Adsorpsi menggunakan karbon aktif dapat digunakan untuk mengurangi kontaminasi detergen.
Detergen yang merupakan molekul organik akan ditarik oleh karbon aktif dan melekat pada
permukaannya dengan kombinasi dari daya fisik kompleks dan reaksi kimia. Karbon aktif memiliki
jaringan porous (berlubang) yang sangat luas yang berubah-ubah bentuknya untuk menerima molekul
pengotor baik besar maupun kecil. Zeolit dapat menurunkan COD 10-40%, dan karbon aktif dapat
menurunkan COD 10-60 %.
Detergen mempunyai ikatan – ikatan organik. Proses khlorinasi akan memecah ikatan tersebut
membentuk garam ammonium khlorida meskipun akan menghasilkan haloform dan trihalomethans jika
zat organiknya berlebih (Arifin, 2008).
Air limbah deterjen tidak dapat dibuang ke septic tank seperti pada kotoran manusia (black
water) karena memiliki kandungan detergen yang dapat membunuh bakteri pengurai yang dibutuhkan
septic tank. Karena itu, diperlukan pengolahan khusus yang dapat menetralisasi kandungan detergen
dan juga menangkap lemak.
Cara yang paling sederhana mengatasi pencemaran air limbah adalah dengan menanami
selokan dengan tanaman air yang bisa menyerap zat pencemar. Tanaman yang bisa digunakan, antara
lain jaringao, Pontederia cordata (bunga ungu), lidi air, futoy ruas, Thypa angustifolia (bunga coklat),
melati air, dan lili air. Cara ini sangat mudah, tapi hanya bisa menyerap sedikit zat pencemar dan tak
bisa menyaring lemak dan sampah hasil dapur yang ikut terbuang ke selokan.
Cara yang lebih efektif adalah membuat instalasi pengolahan yang sering disebut dengan sistem
pengolahan air limbah (SPAL) dengan cara mudah, bahan murah dan tidak sulit diterapkan di rumah
Anda. Instalasi SPAL terdiri dari dua bagian yaitu bak pengumpul dan tangki resapan. Di dalam bak
pengumpul terdapat ruang untuk menangkap sampah yang dilengkapi dengan kasa 1 cm persegi, ruang
untuk penangkap lemak, dan ruang untuk menangkap pasir. Tangki resapan dibuat lebih rendah dari
bak pengumpul agar air dapat mengalir lancar. Di dalam tangki resapan ini terdapat arang dan batu
koral yang berfungsi untuk menyaring zat-zat pencemar yang ada dalam air limbah deterjen
(greywater). Mekanisme kerja SPAL dengan cara air bekas deterjen atau bekas sabun dialirkan ke ruang
penangkap sampah yang telah dilengkapi dengan saringan di bagian dasarnya. Sampah akan tersaring
dan air akan mengalir masuk ke ruang di bawahnya. Jika air mengandung pasir, pasir akan mengendap
di dasar ruang ini, sedangkan lapisan minyak, karena berat jenisnya lebih ringan, akan mengambang di
ruang penangkap lemak. Air yang telah bebas dari pasir, sampah, dan lemak akan mengalir ke pipa yang
berada di tengah-tengah tangki resapan. Bagian bawah pipa tersebut diberi lubang sehingga air akan
keluar dari bagian bawah. Sebelum air menuju ke saluran pembuangan, air akan melewati penyaring
berupa batu koral dan batok kelapa. Limbah deterjen atau air sabun yang telah diolah dapat digunakan
lagi untuk menyiram tanaman, mengguyur kloset, dan untuk mencuci mobil. Di Singapura dan negara-
negara maju bahkan diolah lagi menjadi air minum (Anonimous, 2009).
Salah satu cara pengolahan limbah deterjen dan air sabun yang diterapkan di perusahaan
produsen deterjen adalah dengan pembuatan bak pengumpulan air limbah sisa deterjen. Di dalam bak
pengumpulan limbah tersebut diletakkan pompa celup yang harus terendam air untuk menghindari
terbentuknya gelembung/buih detrejen. Pompa celup ini berfungsi sebagai sirkulasi limbah. Selanjutnya
di luar bak penampungan dibuat bak kecil dan pompa dosing yang berisi larutan anti deterjen, misalnya
jika deterjen yang terbuang banyak mengandung deterjen anionik, maka untuk menetralisir diberikan
larutan deterjen kationik sebagai anti deterjennya, demikian pula sebaliknya. Kemudian larutan anti
deterjen ini dimasukkan ke dalam bak penampungan dan dilakukan proses penetralan. Pada proses
penetralan, perlu ditentukan kadar deterjen di dalam bak penampungan dengan analisis deterjen
sistem MBAS (Metilen Blue Active Surfactan) atau dengan sistem Titrasi Yamin yang secara khusus
untuk mengetahui kadar deterjen. Misalnya kadar deterjen 50 ppm dapat dilakukan uji coba dengan
pemberian larutan anti deterjen sebanyak 5 ml per menit dengan pompa dosing sampai kadar deterjen
0 ppm. (Arifin, 2008).
Bagi pemilik usaha binatu/laundry dapat melakukan upaya pemilihan deterjen dengan
kandungan fosfat yang rendah karena dapat menjadi pencemaran air disekitarnya. Serta dapat
melakukan pengelolaan limbah deterjen secara sederhana dengan pembuatan bak penampungan
khusus, atau dengan penambahan arang aktif (Anonimous, 2010).
B. Biosurfactan
Savarino et al (2010) pada penelitian terbarunya membandingkan antara biosurfactan, yang
merupakan perkembangan terbaru dari formula deterjen dengan surfaktan anionik/non ionik yang
sering dipakai perusahaan deterjen. Biosurfactan diisolasi dari residu makanan dan limbah hijau yang
disimpan pada kondisi aerobik selama 0-60 hari dan diteliti komposisi kimia,aktivitas sifat permukaan
(surface activity) dan daya kerja deterjen dalam mencuci kain. Limbah perkotaan merupakan sumber
yang kaya bahan organik dengan sifat surfaktan yang sangat baik. Bahan ini sudah tersedia dari fasilitas
perkotaan dengan biodegradasi aerobik residu biomassa. Khususnya, untuk dua biosurfaktan terisolasi
dari limbah, yaitu cHAL (compost humic acid-like matter) yang terisolasi dari campuran makanan dan
residu kompos hijau (green residues) selama 15 hari dan cHAL 2 terisolasi hanya dari residu hijau segar
(fresh green residue). Kedua biosurfactan tersebut mengandung rantai alifatik panjang, gugus aromatik,
asam karboksilat dan kelompok fenol.
Biosurfactan menghasilkan berbagai macam komposisi kimia dan aktivitas sifat permukaan yang
erat kaitannya dengan sumber biomassa yang berbeda.
Ditemukan bahwa biosurfactan memiliki kinerja yang sama dengan commercial surfactan yang umum
digunakan (anionik maupun non ionik) ketika digunakan secara murni, jika pada campuran 1:1
biosurfactan dan commercial surfactan menghasilkan sinergi yang signifikan. Sangat sensitivitas
terhadap kesadahan air dan menyebabkan kain menjadi kuning merupakan kekurangan utama untuk
biosurfactan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa bila digunakan di atas konsentrasi micelles
tidak ada perbedaan kinerja yang signifikan pada seluruh kelompok biosurfactan atau campuran antara
biosurfactan dan commercial surfactan. Fakta ini memberikan harapan bagi produksi industri dan
komersialisasi Biosurfactan sebagai komponen dari formulasi deterjen. Serta penggunaan surfaktan
yang ramah lingkungan yang berasal dari sumber daya terbaru yang murah dalam komposisi deterjen
bagi tren industri deterjen.
Isolasi biosurfactan diperoleh dari limbah green atau dari 1:1 limbah makanan dan green fresh
residue yangdikumpulkan dan disimpan selama 0-60 hari secara aerobik. sampel sampah yang
terkumpul diteliti selama 24 jam pada 650C dengan perbandingan N2 dan NaOH 0.1 mol-1 L dan 0,1 mol
L-1 Na4P2O7. Selanjutnya suspensi yang dihasilkan didinginkan sampai suhu kamar dan disentrifugasi
pada kecepatan 6.000 rpm. Residu padat dipisahkan dan
dicuci berulang kali dengan air suling sampai terpisah cair supernatannya.Semua cairan supernatan
dikumpulkan dan diasamkan dengan asam sulfat 50%
pada pH 1.5. Endapan padat disentrifugasi seperti cara di atas, dicuci dengan air sampai akhir pH
netral, dikeringkan pada 600C dan ditimbang. Produk akhir (cHALi) menghasilkan adalah 12-15% dari
bahan kering sampah awal. Dari hasil percobaan biosurfactan mampu menurunkan tegangan
permukaan hampir 50% lebih rendah dibandingkan commercial surfactan.
C. Biofilter
Limbah domestik baik rumah tangga atau limbah usaha skala kecil seperti air sisa deterjen dan
air sisa sabun mandi harus diolah dan tidak boleh membuangnya melalui septic-tank, guna mengindari
pencemaran air tanah disekitarnya.
Badan Pengelola Lingkungan Hidup (BPLHD) Jakarta, mengisyaratkan warga agar menyediakan
alat pengolahan limbah, yaitu Biofilter. Alat ini mampu menghasilkan air olahan sesuai dengan baku
mutu, dan aman bagi lingkungan. Dengan menggunakan sistem biofilter, dan umumnya terbuat dari
fiberglass. maka limbah cucian dan limbah septic tank sudah terolah hingga mencapai baku mutu. Dan
menggantikan septic tank yang cara kerjanya merembeskan limbah ke tanah sehingga tidak ada lagi ada
rembesan. Namun masih diperlukan sosialisasi kepada pemilik rumah yang sudah memiliki septic tank,
subsidi alat bagi perumahan kumuh dan harga alat yang mahal (Anonimous, 2009).
A. KESIMPULAN
Detergen merupakan salah satu polutan air yang harus dihilangkan atau diminimalisir
penggunaannya. Risiko deterjen yang paling ringan pada manusia berupa iritasi (panas, gatal bahkan
mengelupas) pada kulit terutama di daerah yang bersentuhan langsung dengan produk. Hal ini
disebabkan karena kebanyakan produk deterjen yang beredar saat ini memiliki derajat keasaman (pH)
tinggi. Dalam kondisi iritasi/terluka, penggunaan produk penghalus apalagi yang mengandung pewangi,
justru akan membuat iritasi kulit semakin parah. Dalam jangka panjang, air minum yang telah
terkontaminasi limbah deterjen berpotensi sebagai salah satu penyebab penyakit kanker (karsinogenik).
Proses penguraian deterjen akan menghasilkan sisa benzena yang apabila bereaksi dengan klor akan
membentuk senyawa klorobenzena yang sangat berbahaya. Kontak benzena dan klor sangat mungkin
terjadi pada pengolahan air minum, mengingat digunakannya kaporit (dimana di dalamnya terkandung
klor) sebagai pembunuh kuman pada proses klorinasi. Saat ini, instalasi pengolahan air milik PAM dan
juga instalasi pengolahan air limbah industri belum mempunyai teknologi yang mampu mengolah
limbah deterjen secara sempurna.
Kerugian lain dari penggunaan deterjen adalah terjadinya proses eutrofikasi di perairan. Ini
terjadi karena penggunaan deterjen dengan kandungan fosfat tinggi. Eutrofikasi menimbulkan
pertumbuhan tak terkendali bagi eceng gondok dan menyebabkan pendangkalan sungai. Sebaliknya
deterjen dengan rendah fosfat beresiko menyebabkan iritasi pada tangan dan kaustik karena diketahui
lebih bersifat alkalis dengan tingkat keasaman (pH) antara 10 – 12.
B. SARAN
Sebagai alternatif, telah dikembangkan penggunaan zeolite dan citrate sebagai pengganti fosfat
(builder) dalam deterjen karena fosfat dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang
berlebihan di badan air, sehingga badan air kekurangan oksigen akibat dari pertumbuhan algae
(phytoplankton) yang berlebihan dan pada akhirnya justru membahayakan kehidupan mahluk air dan
sekitarnya.
Teknik pengolahan detergen dapat dilakukan menggunakan berbagai macam teknik misalnya
biologi yaitu dengan bantuan bakteri, koagulasi-flokulasi-flotasi, adsorpsi karbon aktif, lumpur aktif,
khlorinasi dan teknik penampungan dalam bak yang murah dan efektif (Arifin, 2008).
Bagi pemilik usaha binatu/laundry dapat melakukan upaya pemilihan deterjen dengan
kandungan fosfat yang rendah serta mengelola limbah deterjen secara sederhana dengan pembuatan
bak penampungan khusus, atau dengan penambahan arang aktif (Anonimous, 2010).
Penggunaan deterjen seminimal mungkin. Untuk mencegah dampak lebih parah diperlukan
kesadaran konsumen agar hanya memilih produk deterjen ramah lingkungan. Deterjen ramah
lingkungan dapat dilihat dari logo pada kemasan produk deterjen, walaupun untuk membuktikan
produk tersebut benar-benar ramah lingkungan harus melalui uji laboratorium. Konsumen juga dapat
meminimalikan pemakaian deterjen karena pemakaian dalam kadar kurang atau maksimal sama
dengan takaran yang dianjurkan sudah cukup.