HIPERTENSI
Disusun Oleh:
MATARAM
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
karunia-Nyalah, tugas ini dapat terselesaikan dengan baik tepat pada waktunya. Adapun
tujuan penulisan ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB I pada semester III.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat diselsaikan tepat pada waktunya. Tulisan ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan tulisan ini.
Akhirnya kami dengan kerendahan hati meminta maaf jika terdapat kesalahan dalam
penulisan atau penguraian, dengan harapan tulisan ini dapat di terima oleh Ibu, dan dapat
di jadikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran kami.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1 Definisi Hipertensi
2.1.2 Anatomi Patologi
2.1.3 Etiologi
2.1.4 Patofisiologi
2.1.5 Klasifikasi
2.1.6 Tanda dan Gejala
2.1.7 Manifestasi Klinis
2.1.8 Penatalaksanaan
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
2.1.10 Komplikasi
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
2.2.2 Diagnosa dan Rencana Keperawatan
2.2.4 Implementasi
2.2.5 Evaluasi
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik ≥90 mmHg. (Mansjoer, A, 1999)
Hipertensi adalah tekanan darah tingi yang bersifat abnormal dan diukur paling tidak
pada tiga kesempatan yang berbeda. (Corwin, E. J, 2001)
Hipertensi dapat ditetapkan sebagai tingginya tekanan darah secara menetap di mana
tekanan sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg untuk pada polutan lansia
hipertensi ditetapkan sebagai tekanan sistolik di atas 160 mmHg dan tekanan diastolic di
atas 90 mmHg. (Boughman, 2000)
Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan bahwa hipertensi adalah tekanan darah tinggi di dalam arteri yang
bersifat abnormal, terjadi secara menetap di mana tekanan sistolik ≥140 mmHg dan
diastolic` ≥ 90 mmHg, pada lansia hipertensi ditetapkan sebagai tekanan sistolik di atas
160 mmHg dan tekanan diastolic di atas 90 mmHg.
2.2.3 Etiologi
2.2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusatvasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf
simpatif,yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis keganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis.Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin, yang akan
merangsang serabutsaraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
norepinefrinmengakibatkan konstruksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhi renspon pembuluh darah terhadap rangsangan
vasokonstriktor. Individu dengan Hipertensi sangat sensitive terhadap
noepinifrin,meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada
saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
responrangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitsvasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang
dapatmemperkuat respons vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran darah keginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirnnya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteksadenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal,menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua factor tersebut
mencetuskankeadaan hipertensi. (Bruner & Suddhart, 2001)
Penyakit ini memungkinkan banyak faktor dan termasuk:
1. Aterosklerosis
2. Meningkatnya pemasukan sodium
3. Baroreseptor
4. Renin secretion
5. Renal excretion dari sodium dan air
6. Faktor genetic dan lingkungan
2.2.5 Klasifikasi
Klasifikasi Stadium hipertensi Menurut Sjaifoellah Noer, (2001) terdiri dari:
1) Stadium 1 (ringan)
Tekanan sistolik antara 140/159 mmHg. Tekanan diastolik antara 90-99
mmHg.
2) Stadium 2 (sedang)
Tekanan sistolik antara 160 /179 mmHg. Tekanan diastolik antara 100-109
mmHg.
3) Stadium 3 (berat)
Tekanan sistolik antara 180/209 mmHg. Tekanan diastolik antara 110-119
mmHg.
4) Stadium 4 (sangat berat)
Tekanan sistolik lebih atau sama dengan 210 mmHg. Tekanan diastolik antara
> 120mmHg..
Klasifikasi ini tidak untuk seseorang yang memakai obat anti hipertensi dan tidak
sedang sakit akut. Apabila tekanan sistolik dan diastolik terdapat pada kategori yang
berbeda. Maka harus dipilih kategori yang tinggi untuk mengklasifikasi status tekanan
darah seseorang.
2.2.8 Penalaksaan
Menurut Engram (1999), penatalaksanaanya antara lain :
1) Pengobatan hipertensi sekunder mendahulukan pengobatan kausal.
2) Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah
denganobat hipertensi.
3) Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang bahkan seumur hidup.
4) Pengobatan dengan menggunakan standar triple therapy (STT) terdiri dari:
a. Diuretik, misalnya : tiazid, furosemid, hidroklorotiazid.
b. Betablocker : metildopa, reserpin.
c. Vasodilator : dioksid, pranosin, hidralasin.
d. Angiotensin, Converting Enzyme Inhibitor.
5) Modifikasi gaya hidup, dengan :
a. Penurunan berat badan.
b. Pengurangan asupan alkohoL.
c. Aktivitas fisik teratur.
d. Pengurangan masukan natrium.
e. Penghentian rokok
2.2.10 Komplikasi
Komplikasi menurut Tambayong (2000) yang mungkin terjadi pada hipertensi
adalahsebagai berikut :
1. Payah jantung (gagal jantung)
2. Pendarahan otak (stroke)
3. Hipertensi maligna : kelainan retina, ginjal dan cerabrol
4. Hipertensi ensefalopati : komplikasi hipertensi maligma dengan gangguan otak.
5. Infark miokardium
Dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerotik tidak dapat menyuplai
cukupoksigen kemiokardium atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran
darahmelalui pembuluh darah tersebut.
6. Gagal ginjal
Karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada kapiler-kapiler
ginjal,glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus darah akan mengalir ke unit-unit
fungsionalginjal. Nefron terganggu dan dapat berlanjut menjadi hipoksia dan
kemataian. Denganrusaknya membran glomerulus,proteinakan keluar melalui urin
sehingga tekananosmotik koloid plasma berkurang,menyebabkan edema,yang sering
dijumpai padahipertensi kronik.
2.2.1 Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemaha, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda :Frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner dan
penyakit serebrovaskuler, episode palpitasi, respirasi.
Tanda : Kenaikan TD, hipertensi postural, nadi dan denyutan jelas dari
karotis, jugularis dan radialis, desiran vaskuler terdengar di atas vena karotis,
ektremitas, perubahan warna kulit, suhu dingin, kulit pucat, sianosis dan
diaphoresis.
3. Integritas ego
Gejala : Perubahan lepribadian, ansietas, depresi, euphoria.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, tangisan yang meledak, gerak tangan
empati, otot muka tegap.
4. Eliminasi
Gejala : Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi, tinggi
lemak, mual, muntah, perubahan berat badan.
Tanda : Berat badan normal, perubahan berat badan
5. Neurosensori
Gejala : Keluhan pusing, berdenyut, sakit kepala sub oksipital, episode bebas /
kelemahan pada satu sisi tubuh, gangguan penglihatan, episode epistaksis.
Tanda : Perubahan keterjagaan, orientasi, proses berpikir, respon memori,
penurunan kekuatan genggaman tangan.
6. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipitalis
berat, nyeri abdomen.
7. Pernafasan
Gejala : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea
nocturnal paroksimal, batuk dengan / tanpa sputum, riwayat merokok.
Tanda : Distress respirasi, bunyi nafas tambahan, Sianosis.
8. Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi / cara berjalan / episode parestesia, Hipotensi
postural
2.2.2 Diagnosa dan Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Pola nafas tidak Setelah diberikan asuhan 1. Kaji frekwensi
efektif keperawatan diharapkan kedalamam pernafasan
berhubungan pola nafas pasien kembali dan ekspansi dada. Catat
dengan penurunan efektif, dengan kriteria upaya pernafasan
ekspansi paru hasil : termasuk penggunaan
akibat oedem paru RR 16-20 x/mnt otot-otot bantu.
Tidak ada pernafasan 2. Askultasi bunyi nafas
cuping hidung, dan dan catat adanya bunyi
retraksi dada. nafas adventisius, spt
Bunyi nafas normal :krekels,mengi, gesekan
(vesikuler) tidak ada pleural.
bunyi nafas tambahan 3. Berikan posisi semi
spt : krakels, ronchi. fowler bila tidak ada
2.2.3 Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat
mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan
dimonitor kemajuan kesehatan klien
2.2.4 Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan
dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan
rencana kegiatan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan.
BAB III
PENUTUP
3.3.1 Kesimpulan
Penyakit hipertensi adalah tekanan darah sistolik < 140 mmHg dan tekanan
distolik > 90 mmHg. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak di
jumpai pada orang yang lanjut usia. Pada penerapan asuhan keperawatan pada
kenyataannya hampir seluruhnya ada pada tinjauan kasus. Pada tahap evaluasi dan
diagnosa keperawatan tertentu memerlukan tindakan keperawatan dalam proses
penyembuhan.
3.3.2 Saran
1. Pendekatan yang baik pada pasien hendaknya dilakukan oleh semua tim kesehatan
terutama perawatan sehari-hari, hubungan yang dekat pasien agar pasien merasa
diperhatikan.
2. Didalam proses keperawatan perlu adanya motivasi atau bimbingan dan perawat,
berharap px agar keperawatan berjalan efektif dengan menggunakan tujuan
pelaksanaan dari tindakan yang dibuat seperti hasil dari tujuan yang diberikan
dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
3. Catatan perawatan di dokumentasikan dengan menggunakan implementasi dan
tindakan tersebut.
4. Perlu adanya peningkatan kerjasama yang baik antara perawat dan keluarga pasien,
tim medis dalam proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aziza, Lucky. 2007. Hipertensi The Silent Killer. Jakarta: Yayasan Penerbitan Ikatan
Dokter Indonesia.
Smeltzer dan Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Alih Bahasa Yasmin
Asih. Jakarta: Buku Kedokteran EGC