Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Melihat realita saat ini perkembangan zaman terutama dibidang teknologi informasi
yang semakin bekembang. Hal ini berdampak juga dibidang ekonomi termasuk dalam
ruang lingkp auditing. Teknologi seakan-akan digunakan sebagai alat untuk
mempermudah cara untuk melakukan kecurangan yan didukung oleh tiga kedaan yakni
insentif atau tekanan, kesempatan, dan sikap rasionalasasi.

Disinilah terlihat bahwa perkembangan teknologi yang semakin canggih akan


mempesulit pendekteksi kecurangan alam dunia bisnis. Dan tanggung jawab seorang
auditor akan semakin berat untuk mendeteksi kecurangan oelh pihak-pihak tertentu.

Internal auditing adalah suatu penilaian, yang dilakukan oleh pegawai yang terlatih
mengenai ketelitian, dapat dipercayainya, efisiensi dan kegunaan catatan-catatan
(akuntasi) perusahaan, serta pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan.
Tujuannya adalah untuk membantu pemimpin perusahaan (manajemen) dalam
melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilian, saran dan
komentar mengenai kegiatan yang diaudit.
BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN FRAUD AUDIT

Sebenarnya istilah kecurangan sering kita dengar sehari-hari, jadi kecurangan tidak
asing bagi kita, akan tetapi disini kecurangan didevinisikan dengan audit dalam
perusahaan. Menurut Kamus Bahasa Indonesia karangan WJS Purwadarminta,
kecurangan berarti tidak jujur, tidak lurus hati, tidak adil dan keculasan (Karni, 2000:49).
Fraud menurut Michael J.Cormer adalah bahwa kecurangan merupakan suatu perilaku
dimana seseorang mengambil atau secara sengaja mengambil manfaat secara tidak jujur
atas orang lain. Kecurangan berarti bahwa suatu item tidak dimasukkan sehingga
menyebabkan informasi tidak benar, apabila suatu kesalahan adalah disengaja maka
kesalahan tersebut merupakan kecurangan (fraudulent). Yang dimaksud dengan
kecurangan (fraud) sangat luas dan ini dapat dilihat pada butir mengenai kategori
kecurangan. Namun secara umum, unsur-unsur dari kecurangan (keseluruhan unsur harus
ada, jika ada yang tidak ada maka dianggap kecurangan tidak terjadi) adalah harus
terdapat salah pernyataan (misrepresentation) dari suatu masa lampau (past) atau
sekarang (present) fakta bersifat material (material fact) dilakukan secara sengaja atau
tanpa perhitungan (make-knowingly or recklessly) dengan maksud (intent) untuk
menyebabkan suatu pihak beraksi. Pihak yang dirugikan harus beraksi (acted) terhadap
salah pernyataan tersebut (misrepresentation) yang merugikannya (detriment).
Kecurangan dalam tulisan ini termasuk (namun tidak terbatas pada) manipulasi,
penyalahgunaan jabatan, penggelapan pajak, pencurian aktiva, dan tindakan buruk
lainnya yang dilakukan oleh seseorang yang dapat mengakibatkan kerugian bagi
organisasi/perusahaan.

Fraud auditing atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah
kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat melakukan audit
kecurangan terhadap pembukuan dan transaksi komersial memerlukan dua ketreampilan,
yaitu sebagai auditor yang terlatih dan kriminal investigator. Fraud Auditing hendaknya
disebut dengan istilah Audit atas Kecurangan, yang dapat didefinisikan sebagai Audit
Khusus yang dimaksudkan untuk mendeteksi dan mencegah terjadinya penyimpangan
atau kecurangan atas transaksi keuangan. Fraud auditing termasuk dalam audit khusus
yang berbeda dengan audit umum terutama dalam hal tujuan yaitu fraud auditing
mempunyai tujuan yang lebih sempit (khusus) dan cenderung untuk mengungkap suatu
kecurangan yang diduga terjadi dalam pengelolaan asset/aktiva.

2. KONDISI YANG MENYEBABKAN FRAUD

Terdapat tiga kondisi yang menyebabkan terjadinya kecurangan dalam laporan


keuangan dan penyalahgunaan aset sebagaimana dijelaskan dalam PSA 70 (SA 316)
dinamakan dengan sgitiga kecurangan (fraud triangle):

A. Insentif/Tekanan. Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan


untuk melakukan kecurangan.
B. Kesempatan. Situasi yang memberikan kesempatan bagi manajemen atau pegawai
untuk melakukan kecurangan.
C. Sikap/Rasionalisasi. Adanya suatu sikap, karakter, atau seperangkat nilai-nilai
etika yang memungkinkan manajemen atau pegawai untuk melakukan tindakan
yang tidak jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan
mereka tekanan yang cukup besar sehingga menyebabkan mereka membenarkan
melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.
3. FAKTOR PENDORONG KECURANGAN DAN PENCEGAHAANNYA

Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan, yang


disebut juga dengan teori GONE, yaitu:

 Greed (keserakahan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan individu


pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual).
 Opportunity (kesempatan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan
organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor
generik/umum). Kesempatan (opportunity) untuk melakukan kecurangan
tergantung pada kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan. Kesempatan untuk
melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Namun, ada yang
mempunyai kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum manajemen suatu
organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk melakukan
kecurangan daripada karyawan.
 Need (kebutuhan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan individu pelaku
kecurangan (disebut juga faktor individual).
 Exposure (pengungkapan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan
organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor
generik/umum). Pengungkapan (exposure) suatu kecurangan belum menjamin
tidak terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun oleh
pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan seharusnya dikenakan
sanksi apabila perbuatannya terungkap.
4. TUJUAN FRAUD AUDIT
1. Pemeriksaan intern bertanggung jawab untuk menguji dan menilai kecukupan
dan efektifitas dan tindakan yang di ambil oleh manajemen untuk memenuhi
kewajiban tersebut.
2. Deteksi atas penemuan kecurangan : pemerikasaan interen harus mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang kecurangan dan dapat mengidentifikasikan
indikator kemungkinan terjadinya kecurangan.
5. MANFAAT FRAUD AUDIT

Manfaat Fraud Audit dikelompokan menjadi tiga kelompok dasar yang menikmati
manfaat Fraud Audit, yaitu :

3.1 Bagi Pihak yang Diaudit


a. Menambah Kredibilitas laporan keuangannya sehingga laporan tersebut dapat
dipercaya untuk kepentingan pihak luar entitas seperti pemegang saham,
kreditor, pemerintah, dan lain-lain.
b. Mencegah dan menemukan fraud yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
yang diaudit.
c. Memberikan dasar yang dapat lebih dipercaya untuk penyiapan Surat
Pemberitahuan Pajak yang diserahkan kepaada Pemerintah.
d. Membuka pintu bagi masuknya sumber- pembiayaan dari luar.
e. Menyingkap kesalahan dan penyimpangan moneter dalam catatan keuangan.
3.2 Bagi Anggota Lain dalam Dunia Usaha
a. Memberikan dasar yang lebih meyakinkan para kreditur atau para rekanan
untuk mengambil keputusan pemberian kredit.
b. Memberikan dasar yang lebih meyakinkan kepada perusahaan asuransi untuk
menyelesaikan klaim atas kerugian yang diasuransikan.
c. Memberikan dasar yang terpercaya kepada para investor dan calon investor
untuk menilai prestasi investasi dan kepengurusan manajemen
d. Memberikan dasar yang objektif kepada serikat buruh dan pihak yang diaudit
untuk menyelesaikan sengketa mengenai upah dan tunjangan.
e. Memberikan dasar yang independen kepada pembeli maupun penjual untuk
menentukan syarat penjualan, pembelian atau penggabungan perusahaan.
f. Memberikan dasar yang lebih baik, meyakinkan kepada para langganan atau
klien untuk menilai profitabilitas atau Audit Finansial, Audit Manajemen, Dan
Sistem Pengendalian Intern rentabilitas perusahaan, efisiensi operasionalnya,
dan keadaan keuangannya.
3.3 Bagi Badan Pemerintah dan Orang-Orang yang Bergerak di Bidang
hukum
a. Memberikan tambahan kepastian yang independen tentang kecermatan dan
keandalan laporan keuangan.
b. Memberikan dasar yang independen kepada mereka yang bergerak di bidang
hukum untuk mengurus harta warisan dan harta titipan, menyelesaikan
masalah dalam kebangkrutan dan insolvensi, dan menentukan pelaksanaan
perjanjian persekutuan dengan cara semestinya.
6. PIHAK YANG BERKEPENTINGAN

Pelaku fraud biasanya tidak dapat dibedakan dengan orang-orang yang lain dilihat
dari segi karakteristik psikologi maupun demografi. Penelitian beberapa tahun yang lalu
melakukan studi dengan membandingkan pelaku fraud dengan (1) narapidana yang
dijebloskan di penjara karena pelanggaran hak properti dan (2) contoh yang non-kriminal
dari mahasiswa/pelajar. Hasilnya, para pelaku fraud sangat berbeda dengan perbandingan
nomor satu (narapidana pelanggaran hak properti).

Pelaku fraud umumnya lebih berpendidikan, lebih beragama, dan sedikit dari mereka
yang memiliki catatan kriminalitas. Mereka juga memiliki kesehatan psikologis yang
lebih baik. Sedangkan untuk perbandingan yang nomor dua, yaitu dengan pelajar, mereka
hanya berbeda tipis. Dimana pelaku fraud cenderung lebih tidak jujur, lebih mandiri,
lebih dewasa, lebih memiliki penyimpangan sosial, serta lebih empatik daripada
pelajar/mahasiswa.

Dilihat dari pelaku fraud maka secara garis besar kecurangan bisa dikelompokkan
menjadi dua jenis :

1. Oleh Pihak Perusahan, Yaitu:


a. Manajemen untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena
kecurangan pelaporan keuangan (misstatements arising from fraudulent
financial reporting).
b. Pegawai untuk keuntungan individu, yaitu salah saji yang berupa
penyalahgunaan aktiva (misstatements arising from misappropriation of
assets).
2. Oleh Pihak Di Luar Perusahaan, Yaitu
Pelanggan, mitra usaha, dan pihak asing yang dapat menimbulkan kerugian bagi
perusahaan. Salah saji yang timbul karena kecurangan pelaporan keuangan.
Kecurangan pelaporan keuangan biasanya dilakukan karena dorongan dan
ekspektasi terhadap prestasi kerja manajemen. Salah saji yang timbul karena
kecurangan terhadap pelaporan keuangan lebih dikenal dengan istilah
irregularities (ketidakberesan). Bentuk kecurangan seperti ini seringkali
dinamakan kecurangan manajemen (management fraud), misalnya berupa :
Manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan terhadap catatan akuntansi atau
dokumen pendukung yang merupakan sumber penyajian laporan keuangan.
Kesengajaan dalam salah menyajikan atau sengaja menghilangkan (intentional
omissions) suatu transaksi, kejadian, atau informasi penting dari laporan
keuangan.

7. PENGUNGKAPAN FRAUD

Anda mungkin juga menyukai