Anda di halaman 1dari 29

EKONOMI KEPENDUDUKAN

MORTALITAS, MORBIDITAS, DAN


PEMBANGUNAN EKONOMI
KELOMPOK III

Disusun Oleh :
Dwi Kurniasari 1211021038
Intan Larasati 1211021064
Nuryani 1211021090

EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

2015

0
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mortalitas atau kematian merupakan salah satu di antara tiga komponen
demografi yang dapat mempengaruhi perubahan penduduk. Dua komponen
demografi lainnya adalah fertilitas (kelahiran) dan migrasi. Informasi tentang
kematian penting, tidak saja bagi pemerintah melainkan juga bagi pihak swasta,
yang terutama berkecimpung dalam bidang ekonomi dan kesehatan.

Data kematian sangat diperlukan antara lain untuk proyeksi penduduk guna
perencanaan pembangunan.Misalnya, perencanaan fasilitas perumahan, fasilitas
pendidikan, dan jasa-jasa lainnya untuk kepentingan masyarakat.Data kematian
juga diperlukan untuk kepentingan evaluasi terhadap program-program
kebijaksanaan penduduk.

Konsep mati perlu diketahui guna mendapatkan data kematian yang benar.Dengan
kemajuan ilmu kedokteran, kadang-kadang sulit untuk membedakan keadaan mati
dan keadaan hidup secara klinik.Apabila pengertian mati tidak dikonsepkan,
dikhawatirkan bisa terjadi perbedaan penafsiran antara berbagai orang tentang
kapan seseorang dikatakan mati.

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang
kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia (kompas 2006). Derajat
kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai
generasi penerus bangsa memiliki kemampuan yang dapat di kembangkan dalam
meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut, masalah
kesehatan anak diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan
bangsa (kompas 2006).
Dalam menentukan derajat kesehatan di Indonesia, terdapat beberapa indikator
yang dapat digunakan antara lain angka kematian bayi, angka kesakitan bayi,
status gizi, dan angka harapan hidup waktu lahir. Angka kematian bayi menjadi

1
indikator pertama dalam menentukan derajat kesehatan anak (WHO, 2002) karena
merupakan cerminan dari status kesehatan anak saat ini. Angka kematian bayi dan
balita di Indonesia adalah tertinggi di negara ASEAN. Sedangkan angka kesakitan
bayi menjadi indikator ke dua dalam menentukan derajat kesehatan anak, karena
nilai kesakitan merupakan cerminan dari lemahnya daya tahan tubuh bayi dan
anak balita.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi, jika


dibandingkan dengan negara lain di kawasan ASEAN. Berdasarkan Human
Development Report 2010, AKB di Indonesia mencapai 31 per 1.000 kelahiran.
Angka itu, 5,2 kali lebih tinggi dibandingkan Malaysia. Juga, 1,2 kali lebih tinggi
dibandingkan Filipina dan 2,4 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan
Thailand.

Departemen Kesehatan (Depkes) mengungkapkan rata-rata per tahun terdapat 401


bayi baru lahir di Indonesia meninggal dunia sebelum umurnya genap 1 tahun.
Data bersumber dari survei terakhir pemerintah, yaitu dari Survei Demografi
Kesehatan Indonesia 2007 (SDKI). Selaras dengan target pencapaian Millenium
Development Goals (MDGs), Depkes telah mematok target penurunan AKB di
Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per 1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per
1.000 kelahiran hidup pada 2015. Berdasarkan SDKI telah terjadi penurunan AKB
secara signifikan selama 4 tahun survei dari 66 per 100 kelahiran hidup pada
tahun 1994 menjadi 39 per 100 kelahiran hidup pada tahun 2007. Provinsi Jawa
Barat tercatat sebagai daerah paling tinggi angka kematian bayi dan balita setelah
NTT (Nusa Tenggara Timur) dan Papua.

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian ibu
(AKI) melonjak drastis 359 per 100.000 kelahiran hidup. Sebelumnya, AKI dapat
ditekan dari 390 per 100.000 kelahiran hidup (1991) menjadi 228 per 100.000
kelahiran hidup (SDKI 2007). Selain AKI, angka kematian bayi (AKB) juga
masih tinggi, 32 per 1.000 kelahiran hidup. Angka itu hanya turun sedikit dari
AKB SDKI 2007 yang 34 per 1.000 kelahiran hidup.

2
Hasil pengumpulan data profil kesehatan oleh Dinas Kesehatan Kab/Kota di
sulawesi selatan tahun 2011 menunjukkan bahwa jumlah kematian bayi
mengalami peningkatan menjadi 868 bayi atau 5.90 per 1000 kelahiran hidup
dibandingkan 2010 yang hanya 824 kasus Sementara, untuk angka kematian ibu
pada 2011 tercatat 116 kasus. Jumlah kematian balita yang dilaporkan oleh Dinas
Kesehatan Kab/Kota di Sulawesi selatan pada tahun 2012 sebanyak 25 bayi setiap
1000 kelahiran hidup.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari morbiditas dan mortalitas penduduk ?
2. Apa saja faktor penyebab terjadinya mortalitas penduduk ?
3. Apa saja Penyakit terbesar penyebab morbiditas dan mortilitas ?
4. Dari mana saja sumber data kematian diperoleh ?
5. Apa indikator morbiditas dan mortalitas?
6. Bagaimana perkembangan angka mortalitas di indonesia ?
7. Bagaimana proporsi mortalitas menurut kelompok ?
8. Bagaimana pengaruh mortalitas terhadap kesehatan masyarakat ?
9. Apa upaya pemerintah dalam menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
penduduk ?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan makalah ini adalah:
1. Mengetahui pengertian morbiditas dan mortalitas penduduk.
2. Mengetahui faktor penyebab terjadinya mortalitas penduduk.
3. Mengetahui Penyakit terbesar penyebab morbiditas dan mortilitas.
4. Mengetahui sumber data kematian.
5. Mengetahui dan memberikan contoh indikator morbiditas dan mortalitas.
6. Mengetahui perkembangan angka mortalitas di indonesia.
7. Mengetahui proporsi mortalitas menurut kelompok.
8. Mengetahui pengaruh mortalitas terhadap kesehatan masyarakat.
9. Mengetahui upaya pemerintah dalam menurunkan angka mortalitas penduduk.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mortalitas Dan Morbiditas Penduduk


Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Still birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan
jumlah kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada
berbagai macam faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat
merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan
penduduk di suatu wilayah.

Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang
spesifik) pada suatu populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan.
Mortalitas khusus mengekspresikan pada jumlah satuan kematian per 1000
individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti pada populasi
100.000 terdapat 950 kematian per tahun.

Morbiditas dalam arti sempit dimaksudkan sebagai peristiwa sakit atau kesakitan,
sedangkan dalam arti luas morbiditas mempunyai pengertian yang jauh lebih
kompleks, tidak saja terbatas pada statistic atau ukuran tentang peristiwa-peristiwa
tersebut, tetapi juga factor yang mempengaruhinnya (determinant factors), seperti
factor sosial, ekonomi, dan budaya. Ukuran kematian merupakan angka atau
indeks, yang di pakai sebagai dasar untuk menentukan tinggi rendahnya tingkat
kematian suatu penduduk.Ada berbagai macam ukuran kematian, mulai dari yang
paling sederhana sampai yang cukup kompleks.Namun demikian perlu di catat
bahwa keadaan kematian suatu penduduk tidaklah dapat diwakili oleh hanya suatu
angka tunggal saja.Biasanya berbagai macam ukuran kematian di pakai sekaligus
guna mencerminkan keadaan kematian penduduk secara keseluruhan.

4
Ukuran morbiditas dan mortalitas digunakan sebagai dasar untuk menentukan
tinggi rendahnnya tingkat kesakitan dan kematian suatu komunitas penduduk.
Adanya beberapa ukuran kesakitan dan kematian yang dikenal,dari yang paling
sederhana sampai dengan yang cukup kompleks Angka kematian (Mortalitas) dan
angka kesakitan (Morbiditas) digunakan untuk menggambarkan pola penyakit
yang terjadi di masyarakat. Kegunaan dari mengetahui angka kesakitan dan
kematian ini adalah sebagai indikator yang digunakan sebagai ukuran derajat
kesehatan untuk melihat status kesehatan penduduk dan keberhasilan pelayanan
kesehatan serta upaya pengobatan yang dilakukan.

Data kematian yang terdapat pada komunitas dapat diperoleh melalui survei,
karena sebagian besar kematian terjadi di rumah, sedangkan data kematian pada
fasilitaspelayanan kesehatan hanya memperlihatkan kasus rujukan. Konsep-
konsep lain yang terkait dengan pengertian mortalitas adalah:
1. Neo-natal death adalah kematian yang terjadi pada bayi yang belum
berumur satu bulan.
2. Lahir mati (still birth) atau yang sering disebut kematian janin (fetal death)
adalah kematian sebelum dikeluarkannya secara lengkap bayi dari ibunya
pada saat dilahirkan tanpa melihat lamanya dalam kandungan.
3. Post neo-natal adalah kematian anak yang berumur antara satu bulan
sampai dengan kurang dari satu tahun.
4. Infant death (kematian bayi) adalah kematian anak sebelum mencapai
umur satu tahun.

2.2 Faktor Penyebab Morbiditas Dan Mortalitas


Angka kematian bayi dan balita di Indonesia adalah tertinggi di negara ASEAN.
Tiap tahun 12,9 juta anak meninggal, 28% kematian di sebabkan karna
pneumania, 23% karena penyakit diare, dan 16% karena penyakit tidak
memperoleh vaksinasi. Penyebab angka kesakitan dan kematian anak terbanyak
saat ini masih diakibatkan oleh pneumonia dan diarre. Pencegahan sederhana dan
dapat di peroleh seperti vaksin, antibiotik, terapi rehidrasi oral, kontrasepsi, dapat

5
mencegah 25-90% kematian karena penyebab spesifik. Secara keseluruhan 65%
kematian anak bisa di cegah dengan biaya murah.

Penyebab-penyebab kematian Ibu dan Bayi dipengaruhi oleh beberapa faktor


diantaranya:
1. Pendidikan
Angka Kematian Ibu yang begitu tinggi salah satunya karena tingkat pendidikan
para ibu di Indonesia yang masih sangat rendah. Jika kita melihat dari jenjang
pendidikan, data Badan Pusat Statistik tahun 2010 menyatakan bahwa mayoritas
ibu di Indonesia tidak memiliki ijazah SD, yakni sebesar 33,34 persen.
Selanjutnya sebanyak 30,16% ibu hanya memiliki ijazah SD atau sederajat. Dan
hanya terdapat 16,78% ibu yang berpendidikan setara SMA. Hanya 7,07% ibu
yang berpendidikan perguruan tinggi. Penyerapan informasi yang beragam dan
berbeda sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seorang ibu. Latar pendidikan
formal serta informal akan sangat berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan para
ibu mulai dari segi pikiran, perasaan maupun tindakannya. Dengan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi calon ayah dan calon ibu akan mampu merncanakan
kehamilan dengan baik sehingga bisa terhindar dari 4 Terlalu yaitu melahirkan
terlalu muda (dibawah 20 tahun), terlalu tua (diatas 35 tahun), terlalu dekat (jarak
melahirkan kurang dari 2 tahun) dan terlalu banyak (lebih dari 4 kali). Dalam
penanganan kehamilan dan persalinan pun pendidikan akan sangat penting agar
bisa terhindar dari faktor risiko 3 Terlambat yaitu terlambat mengambil keputusan
di tingkat keluarga, terlambat merujuk/ transportasi dan terlambat menangani dan
Terlambat mendapat pelayanan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu,
maka akan semakin tinggi pula kesadaran mereka terhadap proses pra kehamilan
dan pasca kehamilannya, sehingga untuk menjaga agar dirinya sehat dalam masa
kehamilan maka ibu tersebut pasti akan melaporkan dan memeriksakan dirinya
kepada tenaga medis yang ahli dibidangnya. Dan sebaliknya, jika pendidikan
seorang ibu rendah seperti yang banyak terjadi di Indonesia, maka kesehatannya
selama masa kehamilan tidak begitu diperhatikan. Oleh sebab itu banyak terjadi
kematian pada ibu melahirkan yang disebabkan kesadaran akan kesehatan yang
rendah.

6
2. Lingkungan
Lingkungan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi KIA. Banyak
aspek yang mempengaruhi KIA yang dapat dilihat dalam suatu lingkungan.
Dalam hubungannya dengan meningkatnya kasus kematian ibu (hamil,
melahirkan dan nifas), lingkungan yang dibahas adalah aspek geografis. Kondisi
geografis suatu lingkungan mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat di
lingkungan itu sendiri. Kondisi lingkungan yang tidak mendukung, seperti sulit
terjangkau oleh sarana transportasi tentu saja mengakibatkan sulitnya sarana dan
tenaga kesehatan untuk menjangkau daerah tersebut. Imbasnya, kondisi kesehatan
masyarakat di lingkungan tersebut akan terbengkalai, masyarakat akan minim
dalam sarana kesehatan, dan banyak ibu yang mengalami kesulitan selama masa
kehamilan, melahirkan dan juga nifas, sehingga angka kematian ibu (hamil,
melahirkan dan nifas) akan terus bertambah besar.

3. Ekonomi
Kondisi keuangan yang tidak mencukupi tentu menyulitkan para ibu (hamil,
melahirkan dan nifas) untuk memperoleh fasilitas kesehatan yang memadai. Oleh
sebab itu, mereka cenderung tidak memeriksakan kesehatan dirinya pra kehamilan
hingga pasca kehamilan. Akibatnya, banyak ibu yang meninggal saat melahirkan
karena penyakit yang baru diketahui ketika akan melahirkan.

4. Minimnya Tenaga Medis


Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif
masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen
Kesehatan menetapkan target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis
pada tahun 2010. Perbandingan dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang
ditolong oleh tenaga medis profesional meningkat dari 66 persen dalam SDKI
2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007. Angka ini relatif rendah apabila
dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand.
Dengan cukupnya tenaga medis diharapkan persoalan berupa kevalidtan data dan
kasus yang tidak tersentuh dapat dikurangi sehingga dapat mengurangi angka
AKI.

7
5. Adat Istiadat
Pada kasus kematian ibu akibat perdarahan faktor budaya yang berpengaruh
terhadap tingginya angka kematian ibu adalah kecenderungan bagi ibu di
perdesaan dan keluarga miskin untuk melahirkan dengan bantuan dukun beranak,
bukan dengan bantuan petugas medis yang telah disediakan. Ada pula tradisi suku
tertentu yang mengharuskan ibu nifas ditempatkan dalam suatu tempat yang dapat
dikatakan kurang higienis.

2.3 Penyakit Penyebab Morbiditas Dan Mortalitas Di Indonesia


A. ISPA dan Pneumonia
Di Indonesia, angka kejadian pneumonia pada balita adalah sekitar 10-20% per
tahun. Angka kematian pneumonia pada balita di Indonesia adalah 6 per 1000
balita. Ini berarti dari setiap 1000 balita setiap tahun ada 6 orang diantaranya yang
meninggal akibat pneumonia. Jika dihitung, jumlah balita yang meninggal akibat
pneumonia di indonesia dapat mencapai 150.000 orang per tahun, 12.500 per
bulan, 416 per hari, 17 orang per jam atau 1 orang balita tiap menit. Usia yang
rawan adalah usia bayi (dibawah 1 tahun), karena sekitar 60-80% kematian
pneumonia terjadi pada bayi. Secara umum, ada 3 faktor resiko ISPA, yaitu
keadaan sosial ekonomi dan cara mengasuh atau mengurus anak, keadaan gizi dan
cara pemberian makan, serta kebiasaan merokok dan pencemaran udara.
Pencegahan ISPA dan Pneumonia yaitu dengan cara pemberian imunisasi campak
dan pertusis (DPT). Dengan imunisasi campak yang efektif, sekitar 11% kematian
pneumonia balita dapat dicegah dan dengan imunisasi DPT, 6% kematian
pneumonia dapat dicegah. Secara umum dapat dikatakan bahwa pencegahan ISPA
adalah dengan hidup sehat, cukup gizi, menghindari polusi udara dan pemberian
imunisasi lengkap.

B. Diare
Diare merupakan salah satu masalah kesehatan utama di negara berkembang,
termasuk indonesia. Di Indonesia, penyakit diare adalah salah satu penyebab
kematian utama setelah infeksi saluran pernafasan. Angka kematian akibat diare
di Indonesia masih sekitar 7,4%. Sedangkan angka kematian akibat diare persisten

8
lebih tinggi yaitu 45% (solaiman, EJ, 2001). Sementara itu, pada survei
morbiditas yang dilakukan oleh depkes tahun 2001, menemukan angka kejadian
diare di indonesia adalah berkisar 200-374 per 1000 penduduk. Sedangkan
menurut SKRT 2004, angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk dan
angka kematian akibat diare pada balita adalah 75 per 100.000 balita. Insiden
penyakit diare yang berkisar antara 200-374 dalam 1000 penduduk, dimana 60-
70% diantaranya anak-anak usia dibawah 5 tahun. Penyakit diare ini adalah
penyakit yang multi faktoral, dimana dapat muncul karena akibat tingkat
pendidikan dan sosial ekonomi yang kurang serta akibat kebiasaan atau budaya
masyarakat yang salah. Oleh karena itu, keberhasilan menurunkan serangan diare
sangat tergantung dari sikap setiap anggota masyarakat, terutama membudayakan
pemakaian larutan oralit dan cairan rumah tanggapada anak yang menderita diare.
Saat ini sedang digalakkan dan dikembangkan pada masyarakat luas untuk
menanggulangi diare dengan upaya rehidrasi oral (oralit) dan ternyata dapat
menurunkan angka kematian dan kesakitan karena diare.

C. Berat Badan Rendah (BBLR)


Berat Badan Lahir Rendah (kurang dari 2.500 gram) merupakan salah satu faktor
utama yang berpengaruh terhadap kematian perinatal dan neonatal. BBLR
dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena premature dan BBLR karena
intrauterine growth retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi
berat badannya kurang. Di negara berkembang banyak BBLR karena IUGR
karena ibu berstatus gizi buruk, anemia, malaria dan menderita penyakit menular
seksual(PMS) sebelum konsepsi atau saat kehamilan.

D. Afiksia (Kesulitan Bernafas saat Lahir)


Afiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas
secara sepontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin
dalam uterus dan hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul
dalam kehamilan, persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Pernafasan spotan
BBL tergantung pada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Bila
terdapat gangguan dan pertukaran gas tau pengangkutan O2 selama kehamilan

9
atau persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan
mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
kematian.

E. Masalah nutrisi dan infeksi


Infeksi neonatus sering dijumpai sebagai gangguan neonatus dimana di Indonesia
merupakan masalah yang gawat. Infeksi neonatus adalah penyakit pada bayi baru
lahir dengan umur kurang dari 1 bulan, bayi-bayi yang terkena infeksi
menunjukan dengan kriteria-kriteria diagnosis. Infeksi neonatus merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada bayi-bayi baru lahir. Infeksi pada
neonatus merupakan salah satu penyebab tertinggi terhadap terjadinya morbiditas
dan mortalitas selama periode ini. Lebih kurang 2% janin dapat terinfeksi in utero
dan 10% bayi baru lahir terinfeksi selama persalinan atau dalam bulan pertama
kehidupan.

F. DHF
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk golongan
Arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Gejala klinis DHF
(dengue hemoragic fever) dibagi menjadi empat tingkatan, yaitu derajat I ditandai
adanya panas 2-7 hari dengan gejala umumnya tidak khas, tetapi uji tourniquet
positif; derajat II sama seperti derajat I, tetapi sudah ada tanda-tanda perdarahan
spontan, seperti petekie, ekimosa, epitaksis, hematemesis, melena, perdarahan
gusi, telinga, dan lain-lain; derajat III ditandai adanya kegagalan dalam peredaran
darah, seperti adanya nadi lemah dan cepat serta tekanan darah menurun; dan
derajat IV ditandai adanya nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, akral
dingin, berkeringat, dan adanya sianosis. Kadang-kadang dijumpai gejala seperti
pembesaran hati, adanya nyeri, asites, dan tanda-taanda ensefalopati, seperti
kejang, gelisah, sopor, dan koma.

G. Bronkitis Bronkitis
adalah infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung dan tenggorokan. Bronkus
merupakan suatu pipa sempit yang berawal pada trakea, yang menghubungkan

10
saluran pernafasan atas, hidung, tenggorokan, dan sinus ke paru. Gejala bronkitis
umumnya diawali dengan batuk pilek, akan tetapi jika infeksi ini telah menyebar
ke bronkus, maka batuknya akan bertambah parah dan bertambah sifatnya.

H. Kejang demam
Merupakan bangkitan kejang yang dapat terjadi karena peningkatan suhu akibat
proses ekstrakranium dengan ciri terjadi antara usia 6 bulan – 4 tahun, lamanya
kurang dari 15 menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah
timbulnya demam. Pada kejang demam, wajah anak akan menjadi biru, matanya
berputar-putar, dan anggota badannya akan brgetar dengan hebat. Kejang demam
sering terjadi pada anak di bawah usia satu tahun samai awal kelompok usia dua
sampai lima tahun, karena pada usia ini otak anak sangat rentan terhadap
peningkatan mendadak suhu badan. Sekitar sepuluh persen anak mengalami
sekurang-kurangnya 1 kali kejang. Pada usia lima tahun, sebagian besar anak telah
dapat mengatasi kerentanannya terhadap kejang demam i. Hiperbilirubinemia
Merupakan suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar bilirubin serum total lebih
dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus, yang dikenal
dengan ikterus neonatorum patologis.

I. Hiperbilirubinemia
yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di dalam jaringan
ekstravaskular, sehingga konjungtiva kulit dan mukosa akan berwarna kuning.
Keadaan tersebut juga berpotensi besar terjadi ikterus, yaitu kerusakan otak akibat
perlengketan bilirubin indirek pada otak. Bayi yang mengalami bilirubinemia
memiliki ciri sebagai berikut: adanya ikterus tejadi pada 24 jam pertama,
peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10 mg% atau lebih setiap 24 jam,
konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonatus yang cukup bulan dan 12,5
mg% pada neonatus yang kurang bulan, ikterus disertai dengan proses hemolisis
kemudian ikterus yang disertai dengan keadaan berat badan lahir kurang dari 2000
gram, masa gestasi kurang dari 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan
pernapasan dan lain-lain.

11
J. Tetanus neonatorum
Merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan oleh adanya
infeksi melalui tali pusat. Penyakit ini disebabkan oleh Clostridium tetani yang
bersifat anaerob, dimana kuman tersebut berkembang pada keadaan tanpa
oksigen. Tetanus pada bayi dapat disebabkan karena tindakan pemotongan tali
pusat yang kurang steril. Masa inkubasi penyakit ini antara 5-14 hari.

2.4 Sumber Data Mortalitas dan Morbiditas


1. MORTALITAS
Cara mengetahui sumber data kematian dapat diperoleh dari berbagai macam
sumber, antara lain :
1. Sistem registrasi vital Apabila sistem ini bekerja dengan baik merupakan
sumber data kematian yang ideal. Di sini, kejadian kematian dilaporkan dan
dicatat segera setelah peristiwa kematian tersebut terjadi. Di Indonesia, belum ada
sistem registrasi vital yang bersifat nasional, yang ada hanya sistem registrasi vital
yang bersifat bersifat lokal, dan inipun tidak sepenuhnya meliputi semua kejadian
kematian pada kota-kota itu sendiri. Dengan demikian di Indonesia tidak mungkin
memperoleh data kematian yang baik dari sistem registrasi vital.
2. Sensus atau survei penduduk sensus atau survei penduduk merupakan
kegiatan sesaat yang bertujuan untuk mengumpulkan data penduduk, termasuk
pula data kematian. Berbeda dengan sistem registrasi vital, pada sensus atau
survei kejadian kematian dicacat setelah sekian lama peristiwa kejadian itu terjadi.
Data ini diperoleh melalui sensus atau survei dapat digolongkan menjadi dua
bagian :
a. Bentuk langsung (Direct Mortality Data) Data kematian bentuk langsung
diperoleh dengan menanyakan kepada responden tentang ada tidaknya
kematian selama kurun waktu tertentu.Apabila ada tidaknya kematian
tersebut dibatasi selama satu tahun terakhir menjelang waktu sensus atau
survei dilakukan, data kematian yang diperoleh dikenal sebagai ‘Current
mortality Data’.
b. Bentuk tidak langsung (Indirect Mortalilty Data) Data kematian bentuk
tidak langsung diperoleh melalui pertanyaan tentang ‘Survivorship’

12
golongan penduduk tertentu misalnya anak, ibu, ayah dan
sebagainya.Dalam kenyataan data ini mempunyai kualitas lebih baik
dibandingkan dengan data bentuk langsung. Oleh sebab itu data kematian
yang sering dipakai di Indonesia adalah data kematian bentuk tidak
langsung dan biasanya yaitu data ‘Survivorship’ anak. Selain sumber data
di atas, data kematian untuk penduduk golongan tertentu di suatu tempat,
kemungkinan dapat diperoleh dari rumah sakit, dinas pemakaman, kantor
polisi lalu lintas dan sebagainya.

2. MORBIDITAS
Data morbiditas adalah data primer masukan ke sistem informasi mananjemen
institusi pelayanan kesehatan. Informasi morbiditas digunakan untuk kepentingan
manajemen pelayanan pasien, perencanaan pelayanan kesehatan, pengalokasian
sumber daya, indentifikasi kausa penyakit, evaluasi terapi dan pengkajian proyek
baru atau program kesehatan masyarakat. Pada akhir suatu episode asuhan, dokter
yang bertanggungjawab terhadap asuhan pasien harus mendokumentasikan semua
kondisi yang tersandang pasiennya berikut semua prosedur tindakan ke dalam
Rekam Medis pasien sesuai episode asuhan dan pelayanan rawatnya. Rekam
Medis – Rekam Kesehatan pasien adalah sumber primer data diagnosis utama
pasien yang harus teridentifikasi dengan nyata, setelah pasien dinyatakan pulang.

Sumber-sumber data morbiditas meliputi:


 Rekam Medis rumah sakit,
 Rekam Medis sekolah,
 Rekam Medis personel alat bersenjata,
 Rekam Medis okupasi, Rekam Medis rawat jalan,
 Rekam Medis surveilan kesehatan,
 Rekam Medis pelayanan kesehatan maternal dan anak,
 Rekam Medis cacat lahir, penyakit infeksi menular, kanker dan penyakit
kronis lain, dan juga
 Rekam Medis pelayanan follow-up pasien yang berpenyakit khusus atau
cedera, cacat, dst.

13
2.5 Indikator Morbiditas Dan Mortalitas
• Angka (rate) yang merupakan suatu ukuran yang menunjukkan terjadinya
suatu kejadian, misalnya kematian, kelahiran dan sakit dalam suatu
periode tertentu.
• Rasio merupakan suatu ukuran yang menyatakan hasil perbandingan
antara dua angka, sebagai contoh adalah rasio antara bayi lahir mati dan
bayi lahir hidup.

Harus jelas :
a) KAPAN : waktu berlakunya ukuran tersebut
b) SIAPA : ukuran untuk populasi yang mana
c) APA : ukuran untuk kejadian apa

Ukuran dasar Morbiditas, menurut insiden terdiri dari ;


• Insiden suatu penyakit didefinisikan sebagai jumlah kasus baru suatu
penyakit selama suatu kurun waktu tertentu.
• Angka insiden merupakan jumlah peristiwa per penduduk beresiko
• Penduduk beresiko merupakan jumlah lama waktu “sehat” dalam tahun
yang dijalani bersama-sama oleh semua anggota penduduk dari awal
sampai akhir suatu kurun waktu pengamatan.
• Dalam praktiknya, ukuran ini diperkirakan dengan jumlah penduduk
tengah periode, namun pada tidak mudah memperkirakan kapan tepatnya
suatu penyakit akan mulai timbul.
• Sehingga penentuan insiden suatu penyakit umumnya didasarkan pada
mulainya gejala timbul, waktu diagnosis penyakit, tanggal pelaporan, dan
tanggal dirawat.X
• Insiden  merupakan frekuensi kejadian selama suatu waktu tertentu

Ukuran dasar morbiditas , menurut pravelensi ;


Pravelensi I
• Pravalensi Titik suatu penyakit menyatakan jumlah penduduk yang sakit
pada titik waktu tertentu, tanpa memperhitungkan kapan kasus penyakit
dimulai.

14
Pravelensi II
• Angka Pravalensi Titik adalah rasio antara pravalensi dengan penduduk
atau jumlah orang beresiko pada suatu titik waktu tertentu.
• Angka pembilang adalah semua orang yang pada saat itu sedang sakit,
tanpa memandang kapan kasus tersebut dimulai
• Angka Penyebut adalah semua penduduk beresiko, baik yang sedang sakit
atau tidak
Pravelensi III
• Angka Pravalensi Periode adalah jumlah penduduk yang sakit, baik sakit
lama maupun baru selama periode tertentu.
• Merupakan jumlah antara pravalensi titik pada awal suatu periode waktu
dan insiden selama periode tertentu.

2.5.1 Indikator Morbiditas


 Incidence Rate Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang
berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat / wilayah / negara pada waktu
tertentu.
jumlah penyakit baru
IR = xk
jumlah populasi beresiko

 Prevelence Rate Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru
yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada
waktu tertentu. PR yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000)
disebut Point Prevalence Rate.
PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000 s/d 31
Desember 2000) disebut Periode Prevalence Rate.
jumlah penyakit lama + jumlah penyakit baru
PR = xk
jumlah populasi beresiko

 Attack Rate Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu
wabah yang berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara
pada waktu tertentu.

15
jumlah penyakit baru
AR = xk
jumlah populasi beresiko (dalam waktu wabah berlangsung)

2.5.2 Indikator mortalitas/kematian


 Angka Kematian Kasar ( Crude Death Rate )
adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1000 penduduk
pada tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.
D
CDR = 𝑥𝑘
P
Keterangan: D = jumlah kematian pada tahun tertentu
P = jumlah penduduk pada pertengahan tahun tertentu
K = bilangan konstan 1000
Secara umum, perhitungan CDR ini sangat kasar karena tidak
memperhitungkan pengaruh struktur umur penduduk.

 Angka Kematian Umur Tertentu ( Age Specific Death Rate )


Adalah jumlah kematian yang terjadi pada kelompok umur tertentu per 1000
penduduk kelompok umur tersebut, pada tahun tertentu.
Dx
ASDR i = 𝑥𝑘
Px
Keterangan : ASDR = Angka Kematian menurut kelompok usia
DX = jumlah penduduk yang meninggal pada kelompok
usia tertentu
PX = jumlah penduduk pada kelompok usia tertentu
K = konstanta. 1000

Dengan menggunakan ukuran ini dapat di lakukan perbandingan tingkat


kematian untuk kelompok umur yang berbeda atau melihat perubahan tingkat
kematian pada kelompok umur yang sama pada waktu yang berbeda.

16
 Angka Kematian Bayi (Infant Mortality Rate)
Adalah jumlah kematian bayi dibawah 1 tahun per 1000 kelahiran dalam tahun
tertentu.
Do
IMR = 𝑥𝑘
B
Keterangan : IMR = Angka Kematian
Do = jumlah kematian bayi berusia < 1 tahun pada tahun
tertentu
B = jumlah kelahiran hidup pada tahun tertentu
K = konstanta. 1000

Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator penting dalam


menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Angka ini sangat sensitif terhadap
perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

 Angka Kematian Baru Lahir (Neo-Natal Death Rate)


Yaitu kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari per
1000 kelahiran pada periode tertentu.
Jumlah Kematian Bayi berumur < 1 𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛
Rumus = 𝑥𝑘
Banyaknya Kelahiran

 Angka Kematian Lepas Baru Lahir (Post Neo Natal Death Rate)
Yaitu kematian yang tejadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai
dengan kurang 1 tahun per 1000 kelahirang pada periode tertentu.
Jumlah Kematian Bayi berumur 1 bulan s. d < 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Rumus = 𝑥𝑘
Banyaknya Kelahiran

 Angka Kematian Anak ( Child Mortality Rate )


Yaitu jumlah kematian anak berumur 1-4 tahun selama 1 tahun tertentu per
1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu.
Rumus
Jumlah Kematian anak umur 1 − 4 tahun selama 1 tahun pada tahun tertentu
= 𝑥𝑘
Jumlah Anak umur 1 − 4 tahun pada pertengahan tahun

17
Dibandingkan dengan angka kematian bayi, angka kematian anak lebih
mereflesikan kondisi kesehatan lingkungan yang langsung mempengaruhi
tingkat kesehatan anak. Perbedaan angka kematian anak antara berbagai
Negara atau kelompok masyarakat ini menunjukan adanya perbedaan kondisi
lingkungan social ekonomi yang mempengaruhi status kesehatan, karena
sebagian besar kematian tersebut dapat di cegah dengan adanya perbaikan
kondisi social ekonomi

 Angka Kematian Anak Di Bawah Lima Tahun ( Childhood Mortality


Rate )
Adalah jumlah anak usia di bawah lima tahun selama satu tahun per 1000 anak
usia yang sama pada pertengahan tahun tersebut.
jumlah kematian anak usia < 5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
CMR = 𝑥𝑘
jumlah anak berumur < 5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

Angka ini sekaligus mereflesikan tinggi rendahnya angka kematian bayi dan
kematian anak
.

Berikut data Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian dibawah usia 5 tahun di
Provinsi Lampung:

Angka Kematian
Tahun AKB
dibawah usia 5 tahun
1971 146 218
1980 99 143
1990 69 96
1994 38 58
1997 48 64
1999 - 60
2000 48 -
2002 55 -
2007 43 55
2010 23
2012 30 38
Sumber: BPS

18
 Proporsi Kematian Anak Di Bawah Lima Tahun ( Proportion Of
Children Dead Under 5)
Yaitu jumlah kematian anak usia di bawah lima tahun selama 1 tahun tertentu
terhadap jumlah seluruh kematian selama tahun itu.
rumus ∶
jumlah kematian anak umur < 5 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢
= 𝑥𝑘
jumlah kematian selama tahun tersebut

Merupakan indikator yang mereflesikan tingginya angka kematian anak,


tingginya angka kelahiran dan rendahnya harapan hidup.

 Angka Kematian Maternal ( Maternal Mortality Rate )


Adalah jumlah kematian wanita yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan
dan kelahiran anak per 100.000 kelahiran hidup pada tahun tertentu.
Jumlah Kematian Maternal
MMR = 𝑥𝑘
Jumlah Kelahiran hidup

 Angka Kematian Menurut Penyebab ( Cause Specific Death Rate )


Dinyatakan dalam banyaknya kematian untuk suatu sebab tertentu per 100.000
penduduk.
Jumlah Kematian Kerana Kanker
Contoh = 𝑥𝑘
Jumlah Penduduk

 Case Fatality Rate


Yaitu kematian penderita selama satu periode karena penyakit tertentu per
jumlah penderita penyakit tersebut yang mempunyai risiko mati pada periode
yang sama.
Jumlah Kematian Kerana Kanker
Contoh = 𝑥𝑘
Jumlah Penderita Kanker

Angka kematian lebih sering di gunakan untuk mengukur status kesehatan.

19
 Proporsi Kematian Karena Sebab Tertentu ( Proportion Dying Of A
Specific Causes, PDSC )
Adalah jumlah kematian yang disebabkan oleh penyebab / penyakit tertentu di
bandingkan dengan jumlah seluruh kematian.

PDSC = jumlah kematian karena sebab tertentu pada tahun tertentu XK


Jumlah seluruh kematian pada tahun tertentu

 Angka Harapan Hidup ( Life Expectancy)


Adalah perkiraan rata-rata tambahan umur seseorang yang di harapkan dapat
terus hidup. Biasanya AHH di buat terpisah menurut jenis kelamin, umur
sekarang dan suku/ras.

2.6 Angka Kematian Di Indonesia


Angka kematian masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberi gambaran
perkembangan derajat kesehatan masyarakat. Ini dapat juga digunakan sebagai
indikator penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan
kesehatan lainnya. Angka kematian pada umumnya dapat dihitung dengan survei
dan penelitian. Perkembangan tingkat kematian dan penyakit-penyakit penyebab
utama yang terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1992 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia 425 per
100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan menurun menjadi 373 per 100.000 KH pada
SKRT tahun 1995. Sedangkan pada SKRT yang dilakukan pada tahun 2001,
angka kematian maternal kembali mengalami peningkatan yaitu sebesar 396 per
100.000 KH dan dari SDKI 2002 / 2003 angka kematian maternal menjadi sebesar
307 per 100.000 KH. Hal ini menunjukkan bahwa angka kematian maternal di
Indonesia cenderung stagnan. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan
ibu hamil menjadi faktor penentu angka kematian, meskipun masih banyak faktor
yang harus diperhatikan untuk menangani masalah ini.

Persoalan kematian yang terjadi lantaran indikasi yang lazim muncul. Yakni
pendarahan, keracunan kehamilan yang disertai kejang-kejang, aborsi, dan infeksi.

20
Namun, ternyata masih ada faktor lain yang juga cukup penting. Misalnya,
pemberdayaan perempuan yang tak begitu baik, latar belakang pendidikan, sosial
ekonomi keluarga, lingkungan masyarakat dan politik, kebijakan juga
berpengaruh. Kaum lelaki pun dituntut harus berupaya ikut aktif dalam segala
permasalahan bidang reproduksi secara lebih bertanggung jawab.

Selain masalah medis, tingginya kematian ibu juga karena masalah


ketidaksetaraan gender, nilai budaya, perekonomian serta rendahnya perhatian
laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan. Oleh karena itu, pandangan yang
menganggap kehamilan adalah peristiwa alamiah perlu diubah secara
sosiokultural agar perempuan dapat perhatian dari masyarakat. Sangat diperlukan
upaya peningkatan pelayanan perawatan ibu baik oleh pemerintah, swasta,
maupun masyarakat terutama suami.

Berdasarkan data dari departemen kesehatan bahwa tiga faktor utama penyebab
kematian ibu melahirkan yakni: pendarahan, hipertensi saat hamil atau pre
eklamasi dan infeksi. Pendarahan menempati persentase tertinggi penyebab
kematian ibu (28%), anemia dan kekurangan energi kronis (KEK) pada ibu hamil
menjadi penyebab utama terjadinya pendarahan dan infeksi yang merupakan
faktor kematian utama ibu. Di berbagai negara paling sedikit seperempat dari
seluruh kematian ibu disebabkan oleh pendarahan; proporsinya berkisar antara
kurang dari 10% sampai hampir 60%. Walaupun seorang perempuan bertahan
hidup setelah mengalami pendarahan pasca persalinan, namun akan menderita
akibat kekurangan darah yang berat (anemia berat) dan akan mengalami masalah
kesehatan yang berkepanjangan.(WHO).

2.7 Upaya Pemerintah Menurunkan Angka Kematian Di Indonesia


1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan pemerintah pelayanan
kesehatan. Untuk meningkatkan mutu pelayanan serta pemerintahan pelayanan
kesehatan yang ada di masyarakat telah di lakukan berbagai upaya, salah satunya
adalah dengan meletakkan dasar pelayanan kesehatan pada sektor pelayanan
dasar. Pelayanan dasar dapat dilakukan di perpustakaaan induk, perpustakaan

21
pembantu, posyandu, serta unit-unit yang berkaitan di masyarakat. Bentuk
pelayanan tersebut dilakukan dalam rangka jangkauan pemerataan pelayanan
kesehatan. Upaya pemerataan tersebut dapat dilakukan dengan penyabaran bidan
desa, perawat komuniksi, fasilitas balai kesehatan, pos kesehatan desa dan
puskesmas keliling.

2. Meningkatkan status gizi masyarakat Peningkatkan status gizi masyarakat


merupakan merupakan bagian dari upaya untik mendorong terciptanya perbaikan
status kesehatan. Dengan pemerintah gizi yang baik diharapkan pertumbuhan dan
perkembangan anak akan baik pula, disamping dapat memperbaiki status
kesehatan anak. Upaya tersebut dapat dilakukan malalui berbagai kegiatan, di
antaranya upaya perbaikan gizi keluarga atau dikenal dengan nama UPKG.
Kegiatan UPKG tersebut didorong dan diarahkan pada peningkatan status gizi,
khususnya pada masyarakat yang rawan atau memiliki resiko tinggi terhadap
kematian atau kesakitan. Kelompok resiko tinggi terdiri anak balita, ibu hamil, ibu
menyusui, dan lansia yang golongan ekonominya rendah. Melalui upaya tersebut.
Peningkatan kesehatan akan tercakup pada semua lapisan masyarakat khususnya
pada kelompok resiko tinggi.

3. Meningkatkan peran serta masyarakat Peningktan Peran serta masyarakat


dalam membantu ststus kesehatan inin penting, sebab upaya pemerintah dalam
rangka menurunkan kematian bayi dan anak tidak dapat dilakukan hanya oleh
pemerintah, melainkan peran serta masyarakat dengan keterlibatan atau partisipasi
secara langsung. Upaya masyarakat tersebut sangat menentukan keberhasilan
program pemerintah sehingga mampu mangatasi berbagai masalah kesehatan.
Melalui peran serta masyarakat diharapkan mampu pula bersifat efektif dan
efisien dalam pelayanan kesehatan. Upaya atau program kesehtan antara lain
pelayanan imunisasi, penyedian air bersih, sanitasi lingkungan, perbaikan gizi dan
lain-lain. Upaya tersebut akan memudahkan pelaksanaan program kesehatan yang
tepat pada sasaran yang ada.

4. Meningkatkan manajemen kesehatan Upaya meningkatan program


pelayanan keshatan anak dapat berjalan dan berhasil dengan baik bila didukung

22
dengan perbaikan dalam pengelolaan pelayanan kesehatan. Dalam hal ini adalah
meningkatan manajemen pelayanan malalui pendayagunaan tenaga kesehatan
profesional yang mampu secara langsung mengatasi masalah kesehatan anak.
Tenaga kesehatan yang dimaksud antara lain tenaga perawat, bidan,dokter yang
berada diperpustakaan yang secara langsung berperan dalam pemberian pelayanan
kesehatan.

2.8 Usaha Menurunkan Angka Kematian Ibu dan Anak Di Indonesia


Pemerintah saat ini terus melakukan upaya menurunkan angka kematian ibu
diantaranya dengan memberikan Jaminan Persalinan atau Jampersal yang mulai
berlaku tahun ini. masyarakat akan mendapatkan jaminan pembiayaan pelayanan
persalinan yang meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan,
pelayanan nifas termasuk pelayanan Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan
dan pelayanan bayi baru lahir. Selain itu pemerintah juga akan memperbanyak
tenaga-tenaga medis dan juga puskesmas keliliing di daerah-daerah yang angka
kematian ibu melahirkannya tinggi. Persebaran tenaga bidan maupun dengan
dokter yang akan lebih diperkuat lagi. Pada daerah-daerah terpencil
dikembangkan yang namanya sister hospital. Di NTT misalnya dari 21 Kabupaten
Kota, sudah 14 Kabupaten Kota yang sudah dibantu oleh fakultas-fakultas
kedokteran yang mengirim perwakilannya yang sudah senior untuk menolong.
Untuk mengatasi angka kematian ibu yang tinggi di Indonesia, pemerintah mulai
tahun ini juga akan melaksanakan program Emas atau Expanding Maternal and
Newborn Survival yang bekerjasama dengan pemerintah Amerika Serikat.
Program EMAS ini merupakan kerjasama antara Indonesia dengan AS melalui
USAID yang berlangsung selama 5 tahun dari 2012-2016. Pendekatannya dengan
meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan neonatal minimal di 150
RS pemerintah dan swasta serta 300 puskesmas atau balai kesehatan masyarakat.
Dalam program ini, Amerika Serikat memberikan bantuan sebesar 55 juta dolar
Amerika. Pada tahun 2012 program tersebut dilakukan di enam provinsi yang
memiliki 70 persen kasus kematian ibu. Daerah tersebut adalah Banten, Jawa
Tengah, Jawa Timur, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat. Program
Emas intinya satu, memperkuat pelayanan di tingkat puskesmas, yang kedua,

23
pelayanan ditingkat rumah sakit dengan 24 jam. Para bidan, para dokter di
wilayah tersebut ditingkatkan kemampuan bagaimana menolong persalinan. Yang
kedua, bagamana cara pengiriman ibu yang mau melahirkan, mendiagnosis
dengan tepat. Pada dasawarsa terakhir ini, dunia internasional nampaknya benar-
benar terguncang. Bagaimana tidak jika setiap tahun hampir sekitar setengah juta
warga didunia harus menemui ajalnya karena persalinan. Dan nampaknya hal ini
menarik perhatian yang cukup besar sehingga di lakukannya berbagai usaha untuk
menanggulangi masalah kematian ibu ini. Usaha tersebut terlihat dari beberapa
program yang dilaksanakan oleh organisasi internsional misalnya program
menciptkan kehamilan yang lebih aman (making pregnanci safer program) yang
dilksanakn oleh WHO (World Health Organisation), atau program gerakan sayang
ibu (safe Motherhood Program) yang dilaksanakan di Indonesia sebagai salah satu
rekomendasi dari konferensi internasional di Mesir, Kairo tahun 1994. Selain
usaha- usaha tersebut, ada pula beberapa konferensi internasional yang juga
bertujuan untuk menurunkan angka kematian ibu seperti Internasional Conference
on Population and Development, di Cairo, 1994 dan the World Conference on
Women, di Beijing, 1995. (Rahima; Pusat Pendidikan dan Informasi Islam dan
Hak- hak perempuan, 2001). Pemerintah indonesia dan UNICEF telah membuat
kesepakatan untuk menurunkan tingkat kematian ibu di indonesia yang
merupakan prioritas nomor satu dalam persetujuan kerjasamanya. Aus AID
mendanai program Safe Motherhood di empat provinsi dengan tingkat kematian
ibu yang tinggi dan tidak dapat ditolerir, yaitu Jawa Barat, Banten, Maluku, dan
Papua. Menanggapi tingginya tingkat kematan ibu melahirkan di provinsi-
provinsi tersebut, program safe motherhood ditujukan untuk memperkuat
kapasitas masyarakat dan dinas- dinas pemerintah di tingkat kabupaten dan yang
lebih rendah, sehingga dapat mengurangi tingkat kematian ibu, bayi dan balita.
RAN PPAKI (Rencana Aksi Nasional Percepatan Penurunan Angka Kematian
Ibu) memuat berbagai program kesehatan sebagai acuan setiap perencanaan
kegiatan di tingkat pusat maupun di tingkat daerah dalam upaya menurunkan
kematian ibu. Ada tiga strategi yang disiapkan dalam RAN PPAKAI ini, yakni
peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu, peningkatan peran

24
Pemerintah Daerah terhadap Peraturan yang dapat mendukung secara efektif
pelaksanaan program dan pemberdayaan keluarga dan masyarakat.

Ketiga strategi tersebut juga dibarengi dengan tujuh program utama yang akan
dijalankan. Pertama, penyediaan pelayanan kesehatan ibu dan anak di tingkat desa
sesuai standar. Kedua, penyediaan fasilitas kesehatan di tingkat dasar yang
mampu memberikan pertolongan persalinan sesuai standar selama 24 jam 7 hari
seminggu. Ketiga, penjaminan seluruh Puskesmas Perawatan, Puskesmas
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Rumah Sakit
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (RS PONEK) selama 24
jam 7 hari seminggu berfungsi sesuai standar. Keempat, pelaksanaan rujukan
efektif pada kasus komplikasi. Kemudian, perlu adanya penguatan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dalam tata kelola desentralisasi program kesehatan,
seperti regulasi, pembiayaan, dan lain-lain. Keenam, pelaksanaan kemitraan lintas
sektor dan swasta dan terakhir, peningkatan perubahan perilaku dan
pemberdayaan masyarakat melalui pemahanan dan pelaksanaan P4K serta
Posyandu. Program Utama Pemerintah Sulawesi Selatan terkait.
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dalam Renstrakes 2008-2013
1. Peningkatan Cakupan dan kualitas antenatal, kesehatan ibu dan pencegahan
komplikasi, kesehatan ibu bersalin dan nifas, pelayanan KB, Penyuluhan
kesehatan bagi ibu hamil dari keluarga kurang mampu, monitoring, evaluasi
dan pelaporan
2. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Neonatus, Autopsi Verbal dan Audit
Maternal Perinatal, Peningkatan Pelayanan Manajemen Terpadu Balita Sakit,
Peningkatan Pelayanan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
Anak, Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita.

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda


kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran
hidup. Morbiditas dalam arti sempit dimaksudkan sebagai peristiwa sakit atau
kesakitan, sedangkan dalam arti luas morbiditas mempunyai pengertian yang
jauh lebih kompleks
2. Tiap tahun 12,9 juta anak meninggal, 28% kematian di sebabkan karna
pneumania, 23% karna penyakit diarre, dan 16% karna penyakit tidak
memeperoleh vaksinasi. Penyebab angka kesakitan dan kematian anak
terbanyak saat ini masih diakibatkan oleh pneumonia dan diare.
3. Sumber data kematian dapat diperoleh dari sistem registrasi vital dan sensus
atau survei penduduk.
4. Pengukuran tingkat kesakitan ada 3 yakni insidensi, prevelensi dan attack rate.
Sedangkan pada mortalitas yaitu angka kematian Ibu, angka kematian bayi,
angka kematian kasar, angka kematian karena penyakit tertentu, angka
kematian pada golongan umur tertentu, angka kematian karena penyakit
tertentu dan angka kematian neo-natal.
5. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012,
angka kematian ibu mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka
Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih tergolong tinggi, jika dibandingkan
dengan negara lain di kawasan ASEAN.
6. Target pencapaian Millenium Development Goals (MDGs), Depkes telah
mematok target penurunan AKB di Indonesia dari rata-rata 36 meninggal per
1.000 kelahiran hidup menjadi 23 per 1.000 kelahiran hidup pada 2015. 7.
Upaya pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu dan anak di
dindonesia diantaranya Program Imunisasi, Jaminan Persalinan
(JAMPERSAL), Kebijakan ASI Eksklusif, Jaminan Kesehatan Masyarakat

26
(JAMKESMAS), Meningkatkan Kualitas Perawat atau Pelayanan Kesehatan
dan Program Sistem Penjaminan Biaya Pelayanan Medik

3.2 Saran
Di Indonesia masih banyak bayi yang mengalami kesakitan dan kematian karena
salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah sosial ekonomi dan di indonesia
masih banyak orang indonesia yang menderita kemiskinan apalagi yang terletak di
bagian terpencil, oleh karena itu untuk mengurangi angka morbiditas dan
mortalitas pada bayi dan balita seharusnya dilakukan penambahan lapangan kerja
sehingga masyarakat di indonesia mudah dalam mencari lapangan pekerjaan, dan
apabila lapangan pekerjaan sudah dapat maka status ekonomi mereka pun akan
naik sehingga jumlah kemiskinan yang ada di Indonesia akan berkurang. Dengan
demikian mereka akan mampu membiayai kehidupan mereka dan mereka akan
mampu memberi gizi yang baik kepada anggota keluarga mereka atau pada bayi
dan balita sehingga bayi dan balita di Indonesia yang mengalami morbiditas dan
mortalitas akan berkurang.

27
DAFTAR PUSTAKA

http://oscarianieshapaserang.blogspot.com/2014/07/mortalitas-dan-morbiditas-
penduduk.html

http://ekacrudhgeograf.blogspot.com/2011/06/mortalitas.html

28

Anda mungkin juga menyukai