Anda di halaman 1dari 1

<html><head></head><body><p style="text-decoration: none; font-size: 16px; box-

sizing: border-box; margin-top: 0px; margin-bottom: 15px; caret-color: rgb(88, 88,


88); color: rgb(88, 88, 88); font-family: acumin-pro, sans-serif; -webkit-text-
size-adjust: 100%;">Ekonom senior INDEF Faisal Basri menuturkan, sebelum bicara
soal dampak kerusuhan Wamena terhadap pertumbuhan ekonomi, perlu dilihat terlebih
dahulu kontribusi Papua terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS) pusat, pertumbuhan ekonomi Maluku dan Papua pada
triwulan-II 2019 sebesar minus 13,12 persen&nbsp;<em style="box-sizing: border-
box;">year-on-year</em>&nbsp;(YoY).</p><p style="text-decoration: none; font-size:
16px; box-sizing: border-box; margin-top: 0px; margin-bottom: 15px; caret-color:
rgb(88, 88, 88); color: rgb(88, 88, 88); font-family: acumin-pro, sans-serif;
-webkit-text-size-adjust: 100%;">“Kontribusinya cuma 2,17 persen. Kalau Jawa yang
bergejolak, dia kontribusinya 59,11 persen (pasti besar dampaknya),” kata Faisal,
Senin (30/9). Namun, sambung Faisal, kecilnya andil tersebut bukan lantas berarti
pemerintah boleh abai terhadap kondisi di Wamena.</p><p style="text-decoration:
none; font-size: 16px; box-sizing: border-box; margin-top: 0px; margin-bottom:
15px; caret-color: rgb(88, 88, 88); color: rgb(88, 88, 88); font-family: acumin-
pro, sans-serif; -webkit-text-size-adjust: 100%;">Dari sisi produksi, kontraksi
pertumbuhan disebabkan karena kategori pertambangan dan penggalian yang mengalami
penurunan hingga -57,48 persen. Dari sisi pengeluaran, kontraksi pertumbuhan
disebabkan oleh oleh Komponen Ekspor Luar Negeri yang mengalami penurunan sebesar
-84,34 persen.</p><p style="text-decoration: none; font-size: 16px; box-sizing:
border-box; margin-top: 0px; margin-bottom: 15px; caret-color: rgb(88, 88, 88);
color: rgb(88, 88, 88); font-family: acumin-pro, sans-serif; -webkit-text-size-
adjust: 100%;">Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa infrastruktur yang dibangun
pemerintah belum mampu mengerek pertumbuhan ekonomi di Papua? Padahal, tidak
sedikit juga dana yang dikeluarkan pemerintah untuk itu.</p><p style="text-
decoration: none; font-size: 16px; box-sizing: border-box; margin-top: 0px; margin-
bottom: 15px; caret-color: rgb(88, 88, 88); color: rgb(88, 88, 88); font-family:
acumin-pro, sans-serif; -webkit-text-size-adjust: 100%;">Menurut Faisal, dana
pembangunan yang lari ke Papua, meski nominalnya banyak dan fisiknya juga terlihat,
tetapi bisa jadi ada&nbsp;<em style="box-sizing: border-box;">miss-match</em>.
“Artinya, orang Papua butuh menu yang beda dari saya. Saya butuh menu yang berbeda
dari orang Papua. Jadi, menunya harus cocok. Infastruktur apa yang harus dibangun
di Jawa, apa yang harus dibangun di Papua, harus cocok,” kata mantan Ketua Tim
Reformasi Tata Kelola Migas itu.</p><p style="text-decoration: none; font-size:
16px; box-sizing: border-box; margin-top: 0px; margin-bottom: 15px; caret-color:
rgb(88, 88, 88); color: rgb(88, 88, 88); font-family: acumin-pro, sans-serif;
-webkit-text-size-adjust: 100%;">Namun, di samping strategi pembangunan yang
seharusnya tepat itu, Faisal berharap pemerintah bisa lebih mengayomi Papua,
seperti memberikan jaring perlindungan sosial khusus. Akademisi Universitas
Indonesia (UI) melihat, sejauh ini pemerintah belum memikirkannya.</p><p
style="text-decoration: none; font-size: 16px; box-sizing: border-box; margin-top:
0px; margin-bottom: 15px; caret-color: rgb(88, 88, 88); color: rgb(88, 88, 88);
font-family: acumin-pro, sans-serif; -webkit-text-size-adjust: 100%;">“Kan harusnya
ada&nbsp;<em style="box-sizing: border-box;">social safety net</em>. Kok
(pemerintah ini) nggak ada<em style="box-sizing: border-box;">&nbsp;sense of
urgency, sense of empathy</em>, bentuknya apa,” tanya Faisal
heran.</p></body></html>

Anda mungkin juga menyukai