Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PERBANDINGAN TEGANGAN BAUT SAMBUNGAN

BALOK KOLOM ANTARA METODE MANUAL DENGAN METODE


NUMERIK (ANSYS)

Handi Utama Thomas1, dan Johannes Tarigan 2


1
Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No,.1 Kampus USU Medan
Email : handi1996@yahoo.com
2
Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU
Medan

Abstract : Steel construction is a construction that has been widely used now because of the rapid development
process. Connections in steel construction are things that cannot be eliminated now and due to faulty joints this
construction usually fails. With the development of the method in analyzing the connection, the purpose of this
final project is to analyze the shear stress and pull the bolt on the column beam joint with the finite element
method using the Ansys Workbench 15.0 program which is then compared to the manual calculation method
with the LRFD concept. The results obtained by the authors of the stresses that occur in each bolt through the
finite element method (Ansys) both compressive stress and tensile stress under both compressive and tensile
stress resistances are calculated using the manual method. Deformation results obtained from the Ansys
program tend to decrease from the top row to the bottom line where maximum deformation occurs in the top row
bolt.
Keywords: Deformation, Ansys, Displacement.

Abstrak : Konstruksi baja adalah konstruksi yang telah banyak digunakan sekarang karena proses pembangunan
yang cepat. Sambungan pada konstruksi baja adalah hal yang tidak dapat ditiadakan sekarang dan akibat
kesalahan sambungan juga konstruksi ini biasanya mengalami kegagalan/keruntuhan. Dengan berkembangnya
metode dalam menganalisis sambungan, maka tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk menganalisis
tegangan geser dan tarik baut pada sambungan balok kolom dengan metode elemen hingga menggunakan
program Ansys Workbench 15.0 yang kemudian dibandingkan dengan metode perhitungan secara manual
dengan konsep LRFD. Hasil yang di dapat penulis tegangan yang terjadi pada masing masing baut melalui
metode elemen hingga (Ansys) baik tegangan tekan maupun tegangan tarik dibawah tahanan tegangan tekan
maupun tegangan tarik yang dihitung menggunakan metode manual. Hasil deformasi yang didapat dari program
ANSYS adalah cenderung menurun dari baut baris teratas hingga terbawah dimana deformasi maksimum terjadi
pada baut baris teratas.
Kata kunci: Sambungan balok kolom, ANSYS, LRFD, Metode elemen hingga

1. Pendahuluan fungsi yang sangat penting dan seringkali menjadi


Konstruksi bangunan tidak terlepas dari masalah utama yang menyebabkan kegagalan
elemen elemen seperti kolom dan balok, baik yang struktur.Banyak penyebab terjadinya kegagalan
terbuat dari baja, kayu dan beton. Pada tempat sambungan baut pada suatu konstruksi baja
tempat tertentu elemen elemen tersebut harus diantaranya adalah kesalahan pada saat design,
disambung. Hal ini disebabkan karena ketersediaan kesalahan pada saat operasi dan perakitan.
material di lapangan serta kemudahan dalam Saat ini ada 2 metode yang paling sering
pengerjaan konstruksi tersebut. digunakan untuk menganalisis sambungan pada
Komponen sambungan dalam konstruksi konstruksi baja yaitu metode tegangan kerja yang
struktur baja merupakan komponen yang paling diacu oleh American institute of Steel Construction
berbahaya. Kegagalan struktur paling banyak (AISC) sebagai Allowable Stress Design ( ASD )
disebabkan oleh design sambungan yang buruk dan dan juga metode keadaan batas yang diacu oleh
kurang layak, serta besarnya ketidakcocokan antara AISC sebagai Load and Resistance Factor Design (
prilaku yang di analisis dan prilaku aktual sehingga LRFD ). Tetapi pada beberapa tahun terakhir
perencanaan dan detail dari elemen sambungan prinsip perencanaan struktur baja mulai bergeser ke
merupakan salah satu kepentingan utama dalam konsep LRFD yang dianggap jauh lebih rasional
perencanaan struktur rangka baja. dengan berdasarkan konsep probabilitas
Sambungan berfungsi mengalihkan gaya Penggunaan LRFD dengan berdasarkan
momen internal dari satu komponen struktur ke metode batas limit terutama pada sambungan baut
komponen lainnya sehingga pembebanan dapat pastinya masih memiliki beberapa kekurangan
diteruskan ke pondasi (Dewobroto, 2016). dimana pada metode LRFD distribusigaya yang
Pada jurnal ini penulis akan membahas diterima baut akibat pembebanan masih
tentang sambungan baut. Sambungan baut terdistribusi merata pada setiap bautnya padahal
kelihatannya sangatlah sederhana, namun memiliki kenyataanya distribusi gaya pada setiap baut pada
suatu sambungan baja bisa saja mengalami itu fungsi dari sambungan tersebut adalah untuk
perbedaan distribusi. Pada tahun 2012, Yonathan memudahkan dalam penyetelan konstruksi baja
Aditya Santoso dan Noek Santoso mengeluarkan dilapangan, memudahkan pergantian bila suatu saat
jurnal tentang studi pendahuluan simulasi bagian/batang konstruksi mengalami rusak dan
numerical metode elemen hingga sambungan balok mendapatkan ukuran baja sesuai kebutuhan.
kolom dimana hasil output yang dihasilkan terdapat
perbedaan displacement pada setiap baut di 2.2. Baja
sambungan berarti gaya yang terjadi di masing- Baja adalah logam paduan antara besi
masing baut tersebut berbeda – beda. Pada tahun (Fe) sebagai unsur dasar dan karbon(C) sebagai
2015, P. Primasari melakukan penelitian dan unsur paduan utamanya. Dimana kandungan besi
melakukan tentang kajian distribusi tegangan pada dalam baja berkisar antara 0,2%C sampai 1,7% C
sambungan FRP dengan elemen hingga, hasil berat sesuai kelasnya. Di dalam proses
output dari penelitian tersebut menyatakan P. pembuatannya akan terdapat unsurunsur lain selain
Primasari memperoleh perbedaan distribusi gaya karbon yang akan tertinggal di dalam baja seperti
pada setiap baut. Dengan mencermati kekurangan mangan (Mn), silikon (Si), Kromium (Cr),
pada metode LRFD tersebut , penulis akan Vanadium (V), dan unsur lainnya. Fungsi karbon
melakukan analisis dengan metode elemen hingga pada baja untuk sebagai unsur pengeras dengan
yang menggunakan program ANSYS 15.0 mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal
Menganalisissuatu sambungan baja dengan (crystal lattice) atom besi.
metode elemen hingga dapat dilakukan dengan Baja karbon ini dikenal sebagai baja hitam
membuat model sambungan menggunakan program karena berwarna hitam, banyak digunakan untuk
komputer yaitu program SolidWork V14 yang peralatan pertanian misalnya sabit dan cangkul.
kemudian di masukkan ke program peganalis Penambahan kandungan karbon pada baja dapat
struktur yaitu program ANSYS 15.0. Metode meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan
pendekatan ini merupakan suatu metode numerik tariknya (tensile strength), namun di sisi lain
sebagai alternatif selain membuat percobaan di membuatnya menjadigetas (brittle) serta
laboratorium dimana metode pendekatan ini lebih menurunkan keuletannya (ductility) (Salmon dan
ekonomis, menghemat waktu dan memudahkan Jhonson 1992). Menurut Bowles (1985) ductility
dalam membuat variasi tipe sambungan untuk (keliatan) adalah kemampuan untuk berdeformasi
dianalisis. secara nyata baik dalam tegangan maupun dalam
kompresi sebelum terjadi kegagalan.
2. Tinjauan Pustaka Pengujian sifat mekanis dari baja dapat
2.1. Umum dilakukan melalui uji tarik dikarenakan bila melalui
Baja merupakan material yang sering uji tekan pengujian tidak akan efektif memberikan
digunakan dalam konstruksi bangunan di masa data yang akurat terhadap sifat-sifat mekanis baja,
sekarang. Material baja unggul jika ditinjau dari karena disebabkan oleh adanya terjadi tekuk pada
segi kekuatan, kekakuan dan daktilitasnya. Jadi benda uji tersebut, selain itu perhitungan tegangan
tidak mengherankan jika di setiap proyek-proyek yang terjadi pada benda uji lebih mudah dilakukan
konstruksi bangunan (jembatan atau gedung) maka untuk uji tarik dibandingkan dengan uji tekan.
baja selalu ditemukan, meskipun tentu saja Pada gambar 1 menunjukan suatu hasil uji
volumenya tidak harus mendominasi. tarik material baja pada suhu kamar serta
Adapun dikarenakan sifat materialnya memberikan laju regangan yang normal . Tegangan
yang ringan sehingga mampu mempercepat proses nominal () yang terjadi pada benda uji diplot pada
konstruksi dan kelebihan material baja sumbu vertical ,sedangkan regangan () yang
dibandingkan material beton atau kayu adalah merupakan perbandingan antara pertambahan
karena buatan pabrik, yang tentunya mempunyai panjang dengan panjang mula–mula (∆L/L) di plot
kontrol mutu yang baik. Oleh karena itu dapat pada sumbu horizontal .
dipahami bahwa kualitas material baja yang
dihasilkannya relatif homogen dankonsisten
dibanding material lain, yang berarti juga lebih
dapat diandalkan mutunya
Dalam konstruksi baja tentunya tidak
terlepas dari sambungan antar elemen elemen baja
tersebut hal itu dikarenakan terbatasnya panjang
elemen yang dapat di fabrikasi dan pengangkutan
ke lokasi proyek.
Sambungan berfungsi mengalihkan gaya
momen internal dari satu komponen struktur ke
Gambar 1. Hasil uji tarik benda uji sampai
komponen lainnya sehingga pembebanan dapat
mengalami keruntuhan (Agus Setiawan, Struktur
diteruskan ke pondasi (Dewobroto, 2016). Selain
Baja Metode LRFD, 2008).
Ada beberapa jenis kekuatan baja yang Keterangan :
tersebar dilapangan yaitu dijelaskan pada tabel 1  Ø adalah faktor reduksi kekuatan
Tabel 1. Sifat Mekanis Baja Struktural (SNI 03-  Rn adalah kuat nominal baut
1729-2002) Sambungan baut mutu tinggi dapat didesain
Jenis Tegangan Tegangan Peregangan menjadi 2 tipe, yaitu :
Baja putus leleh minimum a. Sambungan tipe tumpu ( jika dikehendaki tidak
minimum minimum (%) ada slip)
Fu (MPa) Fy (MPa) Adalah sambungan yang dibuat dengan
BJ 34 340 210 22 menggunakan baut yang dikencangkan dengan
BJ 37 370 240 20 tangan atau baut mutu tinggi yang dikencangkan
BJ 41 410 250 18 untuk menimbulkan gaya tarik minimum yang
BJ 50 500 290 16 disyaratkan, yang kuat rencananya disalurkan oleh
BJ 55 550 410 13 gaya geser pada baut dan tumpuan pada bagian-
bagian yang disambungkan. Sambungan ini
2.3 Alat Sambung Baut Mutu Tinggi digunakan apabila kelebihan beban tidak penting
Baut merupakan alat sambung dalam walaupun menyebabkan tangkai baut mendesak sisi
konstruksi baja yang paling sering digunakan, oleh lubang.Untuk pembebanan lainnya, beban
karena itu maka harus benar benar diperhitungkan dipindahkan oleh gesekan bersama dengan desakan
desainnya. pelat. Gelinciran hanya akan terjadi sekali asalkan
Baut mutu tinggi mampu mengatasi slip pembebanan bersifat statis dan tak berubah arah
antar dua elemen baja yang disambung pada dan setelah itu baut akan bertumpu pada bahan di
struktur rangka batang yang memikul gaya aksial sisi lubang.
dimana kekuatan leleh minimal baut ini adalah 372 b. Sambungan Tipe Friksi
MPa. Baut mutu tinggi terdiri dari dua yaitu A325 Adalah sambungan yang dibuat dengan
dan A490 yang dibuat dengan bahan yang berbeda menggunakan baut mutu tinggi yang dikencangkan
dan tentunya memiliki kuat tarik yang berbeda untuk menimbulkan tarikan baut minimum yang
pula. disayaratkan sedemikian rupa sehingga gaya-gaya
Baut A325 terbuat dari baja karbon sedang geser rencana disalurkan melalui jepitan yang
yang diberi perlakuan panas sekitar 558 sampai 634 bekerja dalam bidang kontak dan gesekan yang
MPa sedangkan baut A490 juga diberikan ditimbulkan antara bidang-bidang kontak.Tipe ini
perlakuan panas tetapi terbuat dari baja paduan digunakan apabila gelinciran pada beban kerja tidak
(alloy) dengan kekuatan leleh sekitar 793 sampai dikehendaki.Pada tipe ini daya tahan gelincir
896 MPa yang tergantung dengan diameter memadai pada kondisi beban kerja harus disediakan
bautnya. di samping kekuatan sambungan yang memadai.
Dalam pemasangan baut mutu tinggi
memerlukan gaya tarik awal yang cukup yang 2.4. Tahanan Nominal Baut
diperoleh dengan pengencangan awal. Gaya inilah Nilai-nilai tahanan nominal baut dapat
yang memberikan friksi sehingga cukup kuat untuk direncanakan berdasarkan tahanan kekuatan baut
memikul beban yang bekerja. Gaya ini disebut berdasarkan :
dengan proof load yang dapat diperoleh melalui 1. Tahanan tarik rencana
perkalian luas daerah tegangan tarik (As) dengan
kuat leleh yang besarnya 70% fuuntuk baut A325
sedangkan untuk baut A490 besarnya 80%fu.
Dimana rumus As adalah tertera pada pers 1 :
* + (1)

Dimana db adalah diameter nominal baut Gambar 2. Kegagalan tarik baut (Charles G.Salmon
dan n adalah jumlah ulir per mm (Agus Setiawan, dan John E. Johnson, 1997).
2008). Sesuai dengan keadaan batas retak dalam
Proof load adalah beban diperoleh dengan tarik dan bentuk kegagalan yang terlihat dalam
mengalikan luas tegangan tarik dengan tegangan gambar 2, kekuatan nominal Rn pada suatu
leleh yang ditetapkan berdasarkan regangan tetap penyambung dalam tarik adalah (SNI 03-1729-
0,2% atau perpanjangan 0,5% akibat beban 2002) :
(Charles G. Salmon dan John E. Johnson, 1997) Rn = 0,75.fub.Ab (3)
Berdasarkan SNI 03-1729-2015, suatu Dengan : fub adalah kuat tarik baut(MPa)
baut yang memikul gaya terfaktor Ru, harus : Ab adalah luas bruto penampang baut
memenuhi syarat sebagai berikut : daerah tak berulir
Ru ≤ Ø Rn (2)
2. Tahanan geser rencana
Gaya yang terjadi tegak lurus pada baut
akan mengakibatkan baut mengalami gaya geser
seperti yang tampak pada gambar 3. Berdasarkan
gambar tersebut baut mengalami geser tunggal
yang artinya gaya tegak lurus yang terjadi pada
baut dan 2 pelat mengakibatkan kecenderungan 2
pelat saling menggelincir pada bidang kontak yang
dimana menyebabkan baut mengalami geser pada
satu bidang saja
Gambar 5. Grafik Klasifikasi Sambungan

Menurut AISC-1.2 tentang perencanaan


tegangan kerja (working stress) dan AISC-
2.1tentang perencanaan plastis, konstruksi baja
dibedakan atas tiga kategori sesuai dengan jenis
Gambar 3. Baut yang mengalami geser tunggal sambungan yang dipakai. Ketiga jenis ini adalah
(Charles G.Salmon dan John E. Johnson, 1997) sebagai berikut (Charles G. Salmon dan John E.
Johnson, 1995) :
1. Jenis 1 AISC. Sambungan portal kaku (rigid
connection)
2. Jenis 2 AISC. Sambungan kerangka
sederhana (simple framing)
3. Jenis 3 AISC. Sambungan kerangka semi-
Gambar 4. Baut yang mengalami geser rangkap kaku (semi-rigid connection)
(Charles G.Salmon dan John E. Johnson, 1997) Dimana kriteria sambungan tersebut
Berdasarkan gambar 4 baut mengalami geser adalah sebagai berikut :
rangkap yang artinya gaya tegak lurus yang terjadi 1. Sambungan kaku umumnya harus memikul
pada baut dan 3 pelat mengakibatkan momen ujung M1, yang sekitar 90% dari MFa
kecenderungan 3 pelat saling menggelincir pada atau lebih, jadi derajat pengekangannya dapat
bidang kontak yang dimana menyebabkan baut dikatakan 90%.
mengalami geser pada dua bidang. 2. Sambungan sederhana hanya dapat menahan
Kapasitas pikul beban atau kekuatan desain 20% dari momen MFaatau kurang, seperti yang
sebuah baut yang mengalami geser tunggal maupun ditunjukkan oleh momen M2
rangkap sama dengan hasil kali antara jumlah 3. Sambungan semi-kaku diperkirakan
bidang geser dengan tegangan geser putus di menahan momen sebesar M3, yang mungkin
seluruh luas bruto penampang melintangnya, sekitar 50% dari momen primer MFa
sehingga(SNI 03-1729-2015) :
Rn = fnv.Ab (4) 2.6. ANSYS
Dengan keterangan sebagai berikut : Metode elemen hingga adalah suatu alat
Fnv = tegangan geser nominal baut ( MPa) numerik yang digunakan dalam menyelesaikan
Ab = luas bruto penampang baut masalah teknik seperti persamaan diferensial dan
integral dengan metode pendekatan.Metoda itu
2.5. Tata Letak Baut mula-mula dikembangkan untuk mempelajari
Tata letak baut pada sambungan diatur tentang struktur dan tekanan (Clough 1960) dan
dalam SNI 03-1729-2015 yang berisi bahwa : kemudian berkembang pada masalah mekanika
a. Jarak antar pusat lubang baut tidak boleh kurang kontinu (Zienkiewicz dan Cheung 1965).
dari 2.667 kali diameter nominal baut ANSYS adalah program paket yang dapat
b. Jarak titik pusat lubang standar ke tepi dari memodelkan elemen hingga untuk menyelesaikan
bagian sambungan st ≥ 1.25d, tetapi tidak boleh masalah yang berhubungan dengan mekanika,
lebih dari 12 kali tebal pelat atau 150mm. termasuk di dalamnya masalah statik, dinamik,
analisis struktural (baik linier maupun nonlinier),
2.6. Sambungan Berdasarkan Kekakuan masalah perpindahan panas, masalah fluida dan
Pada gambar 5, kekakuan (rigidity) sama dengan juga masalah yang berhubungan dengan akustik
kekakuan rotasi dimana kurva 1, 2, 3, dan 4 dan elektromagnetik.
menunjukkan sambungan rigid. Sedangkan kurva 5 Dalam aplikasinya ANSYS dapat dibagi
termasuk dalam klasifikasi sambungan semi-rigid. menjadi dua menurut dimensinya, yaitu:
Dalam peraturan BS5950 dijelaskan bahwa garis a. ANSYS Classic
putus-putus antara rigid dengan semi-rigid ANSYS ini menyelesaikan problema dalam
diperolehdari rumus 2EI/L. 2 dimensi seperti sistem solid dalam bidang
2 dimensi dan perpindahan panas dalam 2 dimensi daerah yang dianalisis,
dimensi. ie.,1D, 2D, axisymetric dan 3D.
b. ANSYS Workbench 2. Solution / Assigning Loads, Constraints,
ANSYS ini menyelesaikan problema dalam and Solving
3 dimensi seperti sistem solid dalam 3 Pemecahan masalah adalah suatu proses
dimensi dan masalah aliran fluida pada pipa terencana yang perlu dilaksanakan agar
dalam 3 dimensi. memperoleh penyelesaian tertentu dari
ANSYS merupakan salah satu software sebuah masalah yang mungkin tidak
yang digunakan untuk menganalisis berbagai didapat dengan segera (Saad & Ghani,
macam struktur, aliran fluida, dan perpindahan 2008:120).
panas dari beberapa software analisisis yang lain Pada tahap ini, perlu dilakukan penentuan
yaitu Nastran, CATIA, Fluent, dan yang lain. Ada beban, model pembebanan (titik atau
tiga analisis utama yang dibahas pada buku ini luasan), constraints (translasi dan rotasi)
yaitu analisis struktur, aliran fluida, dan dan kemudian menyelesaikan hasil
perpindahan panas yang sangat sering dijumpai persamaan yang telah diset pada objek.
dalam keilmuteknikan.Agar materi yang dibahas di 3. Postprocessing/ Further Processing and
buku ini dapat diikuti dengan baik, maka sebaiknya Viewing of The Results
pembaca harus memiliki dasar (basic) tentang Postprocessing adalah langkah akhir
keilmuan di atas. dalam suatu analisis berupa visualisasi
Penyajian materi dilakukan secara yang memungkinkan penganalisis untuk
bertahap yaitu mulai dari menggambar benda mengeksplor data.Hal yang dilakukan
(objek) sampai dilakukannya penganalisisan dan pada langkah ini adalah mengorganisasi
diperoleh hasilnya. Secara umum penyelesaian dan menginterpretasi data hasil simulasi
elemen hingga menggunakan ANSYS dapat dibagi yang bisa berupa gambar, kurva, dan
menjadi tiga tahap, yaitu : animasi.
1. Preprocessing (Pendefinisian Masalah) Dalam bagian ini pengguna mungkin dapat
Masalah adalah bagian terpenting dalam melihat :
suatu proses riset, karena masalah dapat (i) daftar pergeseran nodal,
menghadirkan petunjuk berupa jenis (ii) gaya elemen dan momentum,
informasi atau defenisi yang nantinya akan (iii) plot deflection dandiagram kontur
sangat kita butuhkan. tegangan (stress) atau pemetaan
Jika diartikan kedalam bahasa indonesia suhu
Pre- artinya sebelum dan Processor-
artinya pemroses. Preprocessing 3. Metode Penelitian
merupakan tahapan awal dalam mengolah
data input sebelum memasuki proses
tahapan utama. Pada tahap pertama ini,
dilakukan pendefinisian dari objek yang
nantinya akan diproses pada tahap
selanjutnya.
Langkah umum dalam preprocessing
terdiri dari :
(i) mendefinisikan
keypoint/lines/areas/volume dari
objek,
Dalam hal ini, pendefinisian
diatas harus dilakukan setelah
dilakukannya pemodelan terlebih
dahulu. Pemodelan merupakan
proses menggambar ataupun
mengimport gambar benda atau
objek yang akan didefinisikan
kedalam lembar kerja.
(ii) mendefinisikan tipe elemen dan
bahan yang digunakan/sifat
geometric dari objek, dan
(iii) mendefinisikan mesh
lines/areas/volumes sebagaimana
dibutuhkan. Jumlah detil yang Gambar 6. Flowchart Penelitian
dibutuhkan akan tergantung pada
3.1. Umum 3. Analisa dengan program Ansys
Metode yang digunakan dalam ANSYS adalah salah satu perangkat lunak
menyelesaikan masalah ini adalah dengan analisis berbasiskan metode elemen hingga yang dipakai
manual dan analisis dengan pemodelan sambungan untuk menganalisa masalah-masalah rekayasa
dengan menggunakan perangkat lunak Ansys yang (engineering). ANSYS juga dapat berintegrasi
berbasis pada metode elemen hingga. Tahapan dengan perangkat lunak CAD sehingga
penelitian berdasarkan gambar 6 dijelaskan oleh memudahkan pengguna dalam membangun
penulis lebih rinci pada subbab berikut. model geometri dengan berbagai perangkat
lunak CAD. Dari data awal yang telah diambil,
3.2. Urutan Proses Analisis kemudian dilakukan pembuatan model dengan
3.2.1 Studi Literatur menggunakan program berbasis CAD.
Studi literatur dimulai dengan Pembuatan model dilakukan dengan prosedur
mengumpulkan berbagai informasi dan data data antara lain :
tentang teori sambungan baja yang meliputi teori 1. Preprocessing: pendefinisian masalah
umum baja, analisis sambungan baut dengan a. Input engineering data
metode LRFD, data-data peraturan sambungan baja b. Membuat geometri dari objek yang
di Indonesia.Selain itu penulis juga mempelajari akan dianalisa. Proses ini biasa
tata cara dalam penggunaan program Solid Work dilakukan dengan program AutoCad
yang digunakan untuk pemodelan sambungan baja 3d, dalam format IGES. Yang akan
dalam bentuk 3D dan tata cara penggunaan di export ke program ANSYS
program Ansys Workbench dalam mendesain c. Pembuatan model elemen hingga
sambungan baja yang telah dimodelkan secara 3D adalah pembuatan jaring-jaring
tersebut melalui buku-buku, jurnal-jurnal dan elemen yang saling terhubung oleh
pengguna ANSYS Workbench itu sendiri. nodal
d. Pengecekan model dengan Check
3.2.2 Pembuatan Data Awal model
Pada tahap ini dilakukan pembuatan data e. Pengecekan model dengan Check
sambungan balok kolom, data-data yang diperlukan f. Pendefinisian jenis elemen. Yaitu
seperti spesifikasi sambungan, dan standar yang pembuatan meshing pada elemen
digunakan. 2. Solution: assigning loads, constraints, and
solving
3.2.3 Metode Pengerjaan Pemecahan masalah adalah suatu proses
Metode pengerjaan yang dilakukan dalam terencana yang perlu dilaksanakan agar
penilitian ini adalah sebagai berikut : memperoleh penyelesaian tertentu dari
sebuah masalah yang mungkin tidak didapat
1. Penggambaran Sambungan dengan segera (Saad & Ghani, 2008:120).
Penggambaran sambungan balok kolom Pada tahap ini, perlu dilakukan penentuan
dilakukan dengan program Solid Work V14 beban, model pembebanan (titik atau
dengan data-data yang telah ditentukan luasan), constraints (translasi dan rotasi) dan
sebelumnya. kemudian menyelesaikan hasil persamaan
2. Analisis manual yang telah diset pada objek.
Pada analisa manual dikerjakan dengan 3. Processing / Further Processing and Viewing
mengikuti peraturan SNI 03-1729-2015 dengan of The Result
beberapa metode yaitu metode kekuatan batas, a. daftar pergeseran nodal
metode luasan transformasi, metode langsung b. gaya elemen dan momentum
dan metode garis leleh. Dengan didukung data- c. plot deflection
data yang ada maka akan menghasilkan output d. diagram kontur tegangan (stress).
tegangan geser dan tegangan tarik yang akan
dibandingkan dengan metode analisis perangkat
lunak Ansys.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1. Analisis Sambungan Secara Manual
Pemodelan sambungan yang dibuat penulis tertera pada gambar 7

Gambar 7. Konfigurasi Sambungan Balok Kolom Tipe Flush End Plate Lokal

Data-data :
Data sambungan:
a. Vu : 250000 N
b. Mu : 25000000 Nmm
c. Tipebaut : A-325
d. fub(tegangan tarik putus baut) : 620 MPa
e. diameter baut : 16 mm
f. Jarak antar baut (a) : 50 mm
g. Jumlah baut dalam satu baris : 2 bh
h. Jumlah baris baut : 5 baris
i. Faktor reduksi kekuatan tarik baut : 0.75
j. Faktor reduksi kekuatan geser baut : 0.75
k. Tegangan leleh pelat : 240 MPa
l. Tegangan tarik putus pelat : 370 MPa
m. Lebar pelat sambung : 125mm
n. Tebal pelat sambung : 10mm

4.1.1 Metode Luasan Transformasi


1. Letak Garis Netral = 42.85
 Jumlah baut total Bx = - b' * h
n = nx * ny = -30000
= 10 bh Cx = ½ * b * h2
 Tinggi pelat sambung = 4800000
h = ny * a Dx = (Bx)2 – 4 * Ax * C
= 250 mm = 77208000
 Lebar plat sambung ekivalen sebagai x = [ -Bx -Dx ] / ( 2 * Ax )
pengganti baut tarik = 247.506 mm
 = nx * (/ 4 * db2 ) / a 2. Tegangan yang terjadi pada baut
= 8.0425 mm  Persamaan hubungan tegangan,
 Lebar efektif plat sambung bagian tekan σ3 = (h-x)/x* σ1 (5)
b' = 0.75 * b σ2 = (x-a/2)/x*σ1 (6)
= 93.75mm  Persamaan momen
 Misal garis netral terletak pada jarak x dari 1/2 * (h - x) * b' * σ3 * 2/3 * ( h - x ) + 1/2
sisi atas plat sambung. * x *  * σ1 * 2/3 * x = Mu (7)
 Momen statis luasan terhadap garis netral  Substitusi pers 5 ke pers 7, maka
σ1 = 3 * Mu / [ ( h - x )3 / x * b' + x2
1/2 * b' * (h - x)2 = 1/2.* x2 * ] (8)
 Tegangan tarik pada sisi atas plat sambung
(b' - ) / 2 * x2 - b' * h * x + 1/2 * b' * h2 = 0
Dari pers 8 :
(b' -) / 2 * x2 - b' * h * x + 1/2 * b' * h2= 0 σ1 = 3 * Mu / [ ( h - x )3 / x * b' + x2
Ax = (b' - ) / 2 *d ]
= 172.91 MPa 5. Tegangan Kombinasi Geser dan Tarik
 Tegangan tekan pada sisi bawah plat F´nt = 1.3 Fnt – (Fnt / φ Fnv ) * frv
sambung, = 1.3 * 620 – (620/0.75*457) *
Dari pers 5 : 124.34
σ3 = (h-x) / x * σ1 = 581 MPa ≤ Fnt
= 56.50 MPa = 581 MPa ≤ 620 MPa…....(OK!)
 Tegangan tarik pada baut baris teratas,
Dari pers 6 : 4.1.2 Metode Teori Garis Leleh
σ2 = ( x - a / 2 ) / x * σ1 mp = ¼ * Fpy * tp2
= 173.42 MPa = ¼ * 250 * 102 = 6250 Nmm
 Tegangan tarik pada baut baris kedua s = pf
σ4 = σ3 * [(x-(a/2+a)] * (h – x) = 41mm
= 96.906 Mpa Mpl = 4mp [ * ( ) ( )+
 Tegangan tarik pada baut baris ketiga
[ ( )
σ5 = σ3 * [(x-(a/2+a+a)] * (h – x)
= 72.794 Mpa ( )]
 Tegangan tarik pada baut baris keempat
= [ * ( )
σ6 = σ3 * [(x-(a/2+a+a+a)] * (h – x)
= 48.682 Mpa ( )+ [ (
 Tegangan tarik putus pada baut, ) (
fub = 620 Mpa
)]
 Tegangan geser putus pada baut,
fub = 457 Mpa = 52.3 kNm
3. Tegangan Tarik Pada Baut Syarat : φ Mpl ≥ Mu
 Gaya tarik yang terjadi pada baut baris (0.9)*52.3 KNm ≥ 25 KNm
teratas, 47.07 KNm ≥ 25 KNm. (OK!)
Tu = σ2 * a * d
= 67544 N 4.1.2 Metode Langsung
 Gaya tarik yang ditahan satu baut,
Tu1 = Tu / nx
= 33772 N
 Luas penampang baut,
Ab = π / 4 * d2
= 201 mm2
 Tahanan tarik nominal satu baut,
Tn = 0.75 * Ab * fub
= 94248 N
 Tahanan tarik satu baut,
t * Tn = 70686 N
Gambar 8. Penentuan Garis Netral
 Syarat yang harus dipenuhi a. Menentukan Garis Netral
Tu t * Tn berdasarkan gambar 7
33772 N70686 N………… (OK!!) ( )= ∑ ( )
4. Tegangan Geser Pada Baut
62.5 = [( ) ( )
 Gaya geser yang ditahan oleh satu baut,
( ) ( )
Vs1 = Vu / n
= 25000 N ( )]
 Tegangan geser yang terjadi pada satu 62.5 = ( )
baut, Maka didapat a = 84.9 mm dari ujung
Ps = Vs1/Ab end plate bawah
= 124.34 Mpa b. Perhitungan kapasitas sambungan end
plate didasarkan pada kekuatan baut
 Tahanan geser nominal baut,
dengan efek prying
Vn = Ab * fub
= 91857 N a´ = (a + ) ≤ (1.25b + )
 Tahanan geser baut, = 30 + ≤ 1.25 * 29.5 +
f * Vn = 68892.75 N = 38 mm ≤ 44.9 mm (OK !)
 Syarat yang harus dipenuhi
b´ = b – = 29.5 – = 21.5mm
Vs1 f * Vn
25000 N 68892.75 N………..(OK!) δ =1– = 1- = 0.775
Mpl = [82.6 x (241.7+91.7) +47.7 x
tmin = √ = √ (181.7+121.7)]
= 16.7 mm = (27538.84 + 14472.18)/1000
= 44.01 KNm
b.1 Baut baris pertama Syarat : φ Mpl ≥ Mu
Karena tmin > tf yaitu 10mm, pelat akan 39.6 KNm ≥ 25 KNm…….. (OK!)
berdeformasi dan terjadi efek prying. terhadap
kapasitas baut maka kondisi pelat adalah 4.2 Metode Perhitungan dengan Ansys
α = ( ) 4.2.1 Tegangan Geser
 Baut baris 1
( )
= 3.89
Nilai α ≥ 1 pelat profil tee mencapai leleh. Itu
berarti pelat lebih lemah dari baut. Kapasitas tarik
ditentukan oleh leleh pada pelat.
( )
T = (p*Fy*t2f )
( ) Gambar 9. Tegangan Geser Max Baut Baris 1
=
= 41.3 KN Berdasarkan gambar 9, tegangan geser maksimum
Jadi kuat tarik baut untuk baris pertama ditentukan yang terjadi pada baut baris pertama adalah sebesar
oleh kekuatan pelat yaitu 2T = 2*41.3 = 82.6 KN 59.846 Mpa
b.2 Baut baris kedua,  Baut baris 2
Lebar tributary adalah p2 = =50mm
a´ = 38mm
b´ = 21.5mm
δ =1– = 1-
= 0.64
α = ( )

( ) Gambar 10. Tegangan Geser Max Baut Baris 2


= 8.48
Berdasarkan gambar 10, tegangan geser maksimum
Nilai α ≥ 1 pelat profil tee mencapai leleh. Itu
yang terjadi pada baut baris kedua adalah sebesar
berarti pelat lebih lemah dari baut. Kapasitas tarik
27.126 MPa
ditentukan oleh leleh pada pelat.
( )
T = (p*Fy*t2f )  Baut baris 3
( )
=
= 23.84 KN
Jadi kuat tarik baut untuk baris kedua ditentukan
oleh kekuatan pelat yaitu
2T = 2*23.84
= 47.7 KN

b.3 Baut baris ketiga,


Lebar tributary , a´ dan b´ sama dengan baut baris Gambar 11. Tegangan Geser Max Baut Baris 3
ke 2, sehingga kuat tarik baut untuk baris ketiga
adalah 47.7 KN Berdasarkan gambar 11, tegangan geser maksimum
yang terjadi pada baut baris ketiga adalah sebesar
b.4 Baut baris keempat, 29.885 Mpa
Lebar tributary hampir sama dengan baut baris ke 1
, sehingga kuat tarik baut untuk baris keempat
adalah 82.6 KN
Resultan gaya tekan dari momen kopel berada di
28.3 mm dari end plate bawah sehingga kapasitas
sambungan sebagai jumlah kumulatif statis momen
gaya tarik baut (Fi) terhadap dimana resultan gaya
tekan itu terjadi ( ), yaitu :
 Baut baris 4  Baut baris 3

Gambar 16. Tegangan Tarik Max Baut Baris 3


Gambar 12. Tegangan Geser Max Baut Baris 4
Berdasarkan gambar 16, tegangan geser maksimum
Berdasarkan gambar 12, tegangan geser maksimum yang terjadi pada baut baris ketiga adalah sebesar
yang terjadi pada baut baris keempat adalah sebesar 12.184 Mpa
45.904 Mpa
 Baut baris 4
 Baut baris 5

Gambar 17. Tegangan Tarik Max Baut Baris 4

Gambar 13. Tegangan Geser Max Baut Baris 5 Berdasarkan gambar 17, tegangan tarik maksimum
yang terjadi pada baut baris keempat adalah sebesar
Berdasarkan gambar 13, tegangan geser maksimum 55.989 Mpa
yang terjadi pada baut baris kelima adalah sebesar
68.018 MPa 4.3 Grafik Deformasi Baut
Grafik deformasi baut bila di konversikan
4.2.2 Tegangan Tarik Pada Baut menjadi tabel adalah sebagai berikut
 Baut baris 1 Deformasi
3 (mm) 2.65
2,5 2.41
2.14
2 1.80
1.49
1,5
1
0,5 Defor…
Gambar 14. Tegangan Tagnrik Max Baut Baris 1
Baut
0 baris ke-
Berdasarkan gambar 14, tegangan tarik maksimum 1 2 3 4 5 n
yang terjadi pada baut baris pertama adalah sebesar
102 Mpa Gambar 18. Deformasi Baut

 Baut baris 2 4.7 Tabel Perbandingan Tegangan Geser dan


Tegangan Tarik Pada Baut Antara Perhitungan
Manual dengan Program ANSYS
Perbandingan tegangan geser baut yang
terjadi dengan program Ansys dengan tahanan
geser baut yang dihitung berdasarkan metode
manual dijelaskan pada tabel 2

Gambar 15. Tegangan Tarik Max Baut Baris 2

Berdasarkan gambar 15, tegangan tarik maksimum


yang terjadi pada baut baris kedua adalah sebesar
10.66 MPa
Tabel 2 Tabel Perbandingan Tegangan Geser Baut 3. Akibat dari adanya gaya geser dan momen yang
Baris Tahanan Tegangan Geser disebabkan oleh beban terfaktor pada
Baut Tegangan yang Terjadi sambungan tipe flush end plate, dimana
Geser dengan Program besarnya gaya geser adalah 250000 N dan
(Mpa) ANSYS (MPa) besarnya momen adalah 25000000 Nmm,
1 301.5 59.846 mengakibatkan deformasi pada baut dimana
deformasi tersebut cenderung mengalami
2 301.5 27.126 penurunan dari baut baris pertama hingga baut
baris ketujuh bila dihitung menggunakan
3 301.5 29.885 program ANSYS Workbench 15.0. Besaran
deformasi maksimum yang terjadi pada baut
4 301.5 45.904 adalah sebesar 2.6535 mm
5 301.5 68.018
5.2 Saran
Dari hasil penelitian penulis tentang
Perbandingan tegangan tarik baut yang perbandingan tegangan pada baut antara
terjadi dengan program Ansys dengan tahanan perhitungan numerik melalui program ANSYS
geser baut yang dihitung berdasarkan metode Workbench 15.0 dengan perhitungan secara
manual dijelaskan pada tabel 3 manual, penulis menyarakan beberapa hal yaitu :
Tabel 3 Tabel Perbandingan Tegangan Tarik Baut 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai tegangan yang terjadi pada baut
Baris Tahanan Tegangan Tarik
Baut Tegangan yang Terjadi dengan pengaplikasian secara nyata (
eksperimental )
Tarik dengan Program
(Mpa) ANSYS (MPa) 2. Perlu diperhitungan proof stress pada baut
di dalam program ANSYS Workbench
1 205.14 102
15.0 dengan harapan mendapatkan hasil
yang lebih akurat lagi.
2 118.631 10.66
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
3 118.631 12.184 menggunakan program ANSYS
Workbench 15.0 dengan jarak baut yang
4 205.14 55.989 berbeda untuk melihat apakah terjadi
perbedaan pada tegangan geser dan
tegangan tarik tersebut.
5. Kesimpulan dan Saran 6. Daftar Pustaka
5.1. Kesimpulan
Azhari, Ghinan 2015.Analisis Sambungan Batang
1. Akibat dari adanya gaya geser dan momen yang
Tarik Struktur Baja Dengan Metode ASD
disebabkan oleh beban terfaktor pada
dan Metode LRFD. Jurnal Konstruksi :
sambungan tipe flush end plate tipe lokal,
Sekolah Tinggi Teknologi Garut.
dimana besarnya gaya geser adalah 250000 N
Badan Standardisasi Nasional, (2015), SNI
dan besarnya momen adalah 25000000 Nmm,
1729:2015 “Spesifikasi Untuk Bangunan
mengakibatkan tegangan geser pada baut
Gedung Baja Struktural”, Badan
dimana tegangan geser terbesar di baut paling
Standardisasi Nasional, Jakarta.
ujung yaitu baut baris pertama dan kelima bila
Balc,Roxana, Alexandru Chira, dan Nicolae Chira.
dihitung menggunakan program ANSYS
2012. Finite element analysis of beam to
Workbench 15.0. Tahanan tegangan geser baut
column end plate bolted connection.
yang dihitung berdasarkan metode manual
Romania :Technical University of Cluj-
semuanya melebihi tegangan geser yang terjadi.
Napoca, Faculty of Civil Engineering.
2. Akibat dari adanya gaya geser dan momen yang
Charles G. Salmon, John E. Johnson. 2009, Steel
disebabkan oleh beban terfaktor pada
Structures Design and Behavior Fifth
sambungan tipe flush end plate, dimana
Edision, Pearson Prentice Hall, New
besarnya gaya geser adalah 250000 N dan
Jersey.
besarnya momen adalah 25000000 Nmm,
Departemen Pekerjaan Umum. 2002. Tata Cara
mengakibatkan tegangan tarik terbesar pada
Perencanaan Struktur Baja Untuk
baut pertama dan keempat bila dihitung
Bangunan Gedung. Jakarta : Departemen
menggunakan program ANSYS Workbench
Pekerjaan Umum.
15.0 dan bila dihitung secara manual tahanan
Dewobroto,W., (2016), Struktur Baja Perilaku,
tegangan tarik terbesar juga terletak pada baut
Analisis & Desain-AISC 2010 Edisi ke-2,
baris tersebut dan melebihi tegangan yang
Penerbit Jurusan Teknik Sipil UPH,
terjadi
Tangerang.
Krysiewicz, Agnieszka Jablonska. 2015. Finite
Element Modelling Of The Behaviour Of
Steel End-Plate Connections. Bialystok:
Bialystok University of
Technology,Faculty of Civil and
Environmental Engineering.
Purba,Muti D. 2009.Perancangan Profil Rangka
Batang Jembatan Baja dan Analisa Momen
Sekunder Pada Sambungannya(Alat
Sambung Baut). Tugas Akhir. Jurusan
Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.
Tayu Billina, Banu Dwi Handono, dan Ronny
Pandaleke. 2017. Perilaku Sambungan Baut
Flush End-Plate Balok Kolom Baja Pada
Kondisi Batas. Manado : Fakultas Teknik
Jurusan Sipil Universitas Sam Ratulangi
Manado.
Santoso Yonathan Aditya, NoekSulandari, dan
Yosafat AjiPranata. 2012.Studi
Pendahuluan Simulasi Numerikal Metode
Elemen Hingga Sambungan Balok-Kolom
Baja Tipe Clip-Angle. Bandung: Fakultas
Teknik Universitas Kristen Marantha.
Setiawan, Agus. 2008. Perencanaan Struktur Baja
Metode LRFD 2nd Edition Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai