Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No.

2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

STRATEGI PERBAIKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DAN PENGGUNAAN


OBAT BERBASIS STANDAR AKREDITASI DENGAN METODE MATRIKS DI
INSTALASI FARMASI RSU AULIA LODOYO BLITAR

Desi Alviolina1*, Jason Merari Peranginangin2, Chairun3


1,2,3
Fakutas Farmasi, Universitas Setia Budi, Surakarta
*
Korespondensi : violina66.vl@gmail.com - 08973250700

ABSTRAK
Akreditasi merupakan penilaian KARS untuk meningkatkan keselamatan dan
mutu pelayanan Rumah Sakit. Penelitian dilakukan di IFRSU Aulia Lodoyo Blitar yang
merupakan Rumah Sakit tipe C, pada Maret 2017 lulus akreditasi paripurna sesuai
standar akreditasi KARS versi 2012, secara garis besar standar pelayanan
kefarmasian di Rumah Sakit belum sepenuhnya tercapai. Penelitian ini untuk
mengetahui tingkat kesesuaian tujuh standar PKPO terhadap SNARS 2018 dan
strategi perbaikan masalah menggunakan skala prioritas dengan metode matriks.
Penelitian dianalisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Pengumpulan data
menggunakan kuesioner dan wawancara kepada Kepala IFRS serta observasi untuk
mendukung kuesioner. Subyek penelitian yaitu Apoteker, TTK, dan administrasi
farmasi. Hasil data diolah dalam bentuk tabel dan dilakukan perbaikan dengan skala
prioritas masalah menggunakan metode matriks. Tingkat kesesuaian PKPO di IFRSU
Aulia Lodoyo Blitar belum sepenuhnya memenuhi SNARS. Persentase didapatkan :
pengorganisasian 67,2%, seleksi dan pengadaan 63,3%, penyimpanan 77,1%,
peresepan dan penyalinan 74,7%, persiapan dan penyerahan 71,8%, pemberian obat
78,2%, pemantauan 62,2%. Strategi perbaikannya berdasarkan skala prioritas
masalah menggunakan metode matriks : PKPO 7 pemantauan efek obat, PKPO 2
seleksi dan pengadaan, PKPO 1 pengorganisasian yang melakukan supervisi sesuai
dengan penugasannya, PKPO 5 persiapan dan penyerahan obat, PKPO 4 peresepan
dan penyalinan, PKPO 3 penyimpanan obat, dan PKPO 6 pemberian obat.

Kata kunci : standar akreditasi, SNARS, PKPO, metode matriks.

PENDAHULUAN Rumah Sakit (KARS), dan dalam upaya


Rumah Sakit adalah institusi meningkatkan daya saing, Rumah
pelayanan kesehatan yang Sakit dapat mengikuti akreditasi
menyelenggarakan pelayanan internasional sesuai kemampuan
kesehatan perorangan secara (Permenkes RI, 2012).
paripurna yang menyediakan Akreditasi merupakan proses
pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan asessment terhadap Rumah Sakit oleh
gawat darurat (Permenkes 72, 2016). suatu lembaga yang independen
Dalam upaya peningkatan mutu (KARS) untuk menentukan pemenuhan
pelayanan Rumah Sakit, harus terlebih standar yang dirancang guna
dahulu lulus akreditasi nasional yang memperbaiki keselamatan dan mutu
dilakukan oleh Komite Akreditasi pelayanan, serta menunjukkan

26
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No. 2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

komitmen nyata sebuah Rumah Sakit Indonesia menggunakan standar


dalam meningkatkan kualitas asuhan akreditasi berdasarkan tahun berapa
pasien, memastikan bahwa lingkungan standar tersebut mulai dipergunakan
pelayanannya aman dan Rumah Sakit untuk penilaian, sehingga selama ini
senantiasa berupaya mengurangi belum pernah ada Standar Nasional
resiko bagi para pasien dan staf Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia,
(KARS, 2017). sedangkan status akreditasi saat ini
Manajemen Penggunaan Obat ada status akreditasi nasional dan
(MPO) merupakan standar akreditasi status akreditasi internasional, maka di
Rumah Sakit versi 2012 yang disusun Indonesia perlu ada Standar Nasional
oleh Kementerian Kesehatan Republik Akreditasi Rumah Sakit (KARS, 2017).
Indonesia Tahun 2011 dengan Komisi Dalam SNARS dijelaskan bahwa
Akreditasi Rumah Sakit (KARS) yang praktik penggunaan obat yang tidak
saat ini MPO berubah nama menjadi aman (unsafe medication practices)
Pelayanan Kefarmasian Penggunaan dan kesalahan penggunaan obat
Obat (PKPO) pada standar baru. (medication errors) adalah penyebab
Standar Nasional Akreditasi Rumah utama cedera dan bahaya yang dapat
Sakit (SNARS Edisi 1 efektif pada 1 dihindari dalam sistem pelayanan
Januari 2018) merupakan standar baru kesehatan di seluruh dunia. Oleh
yang berfokus pada pelayanan pasien karena itu, Rumah Sakit diminta untuk
untuk meningkatkan mutu dan mematuhi peraturan perundang-
keselamatan pasien dengan undangan, membuat sistem pelayanan
pendekatan manajemen risiko di kefarmasian, dan penggunaan obat
Rumah Sakit. Dalam standar baru yang lebih aman yang senantiasa
tersebut dijelaskan bahwa hasil kajian berupaya menurunkan kesalahan
elemen penilaian dan hasil survei dari pemberian obat (KARS, 2017).
standar akreditasi Rumah Sakit versi Penelitian ini dilakukan di
2012 sulit dipenuhi oleh Rumah Sakit di Instalasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo
Indonesia, sehingga disusun Standar Blitar. Rumah Sakit Umum Aulia
Nasional Akreditasi Rumah Sakit oleh Lodoyo Blitar merupakan Rumah Sakit
KARS. Sebelum adanya SNARS tipe C yang telah lulus akreditasi
akreditasi Rumah Sakit yang sudah paripurna bintang 5 pada bulan Maret
mulai dilaksanakan sejak tahun 1995 di 2017 sesuai dengan standar akreditasi

27
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No. 2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

versi 2012, secara garis besar METODE PENELITIAN


Manajemen Penggunaan Obat (MPO) Penelitian ini terdiri dari 15
dalam standar lama belum sepenuhnya responden yaitu Apoteker sejumlah 5
tercapai khususnya pelayanan orang, Tenaga Teknis Kefarmasian
kefarmasian di Rumah Sakit. Hal dengan lulusan SMF sebanyak 3
tersebut dapat dilihat dari beberapa orang, dan 7 orang petugas
gambaran yang ada di Rumah Sakit administrasi farmasi (administration)
misalnya kurangnya tenaga farmasis yang ada di Instalasi Farmasi RSU
dan pengontrolan efek samping obat Aulia Lodoyo Blitar. Data secara
pada pasien yang belum efektif. deskripsi kuantitatif dengan cara
Adanya perubahan standar akreditasi pengumpulan data dilakukan dengan
Rumah Sakit tersebut perlu menggunakan bahan instrumen
penyesuaian dengan standar terbaru kuesioner. Data secara deskripsi
yaitu SNARS Edisi 1. Oleh sebab itu, kualitatif dilakukan wawancara kepada
dilakukan penelitian ini karena peneliti Kepala Instalasi Farmasi untuk
tertarik untuk melihat kesesuaian mendukung data kuantitatif yang
pelayanan kefarmasian di Instalasi berupa hasil dari jawaban kuesioner.
Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar Kuesioner yang dibagikan berisi 74
dengan standar akreditasi terbaru. pertanyaan dari tujuh standar
Rumah Sakit tersebut bertekad untuk pelayanan farmasi berdasarkan
memenuhi dan meningkatkan standar SNARS Edisi 1 tahun 2017 yaitu
pelayanan kefarmasian agar sesuai Pelayanan Kefarmasian Penggunaan
dengan SNARS Edisi 1, sehingga Obat. Terdapat sub bab standar dalam
penelitian ini dapat digunakan untuk PKPO, dan ada 5 pilihan jawaban
meningkatkan mutu dan melihat dengan skor antara 1 sampai dengan 5
perkembangan dengan meninjau dari dalam masing-masing pertanyaan.
segi pelayanan yang berfokus pada
keselamatan pasien. Salah satu Bahan dan Alat
strategi perbaikan yang dapat Bahan yang digunakan dalam
dilakukan yaitu menggunakan skala penelitian ini adalah data-data hasil dari
prioritas masalah dengan metode kuesioner yang berisi daftar pertanyaan
matriks. terstruktur sebanyak 74 pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tentang

28
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No. 2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

tingkat kesesuaian pelaksanaan tujuh Analisis data pada penelitian


standar nasional akreditasi Rumah kualitatif dilakukan observasi dan
Sakit tentang pelayanan kefarmasian wawancara kepada Apoteker dan
dan penggunaan obat di Instalasi Kepala Instalasi Farmasi untuk
Farmasi. mendukung data kuantitatif dari hasil
Alat yang digunakan dalam jawaban kuesioner. Wawancara
penelitian ini adalah kertas kuesioner dilakukan seputar pelaksanaan dan
yang berisi daftar pertanyaan proses yang dilakukan dalam
terstruktur sebanyak 74 pertanyaan pelayanan kefarmasian di Instalasi
yang diambil dari elemen penilaian Farmasi Rumah Sakit. Observasi
standar nasional akreditasi Rumah dilakukan untuk melihat keberadaan
Sakit edisi 1 untuk mendapatkan dan kelengkapan data/dokumen,
informasi tentang tingkat kesesuaian literatur, buku laporan, catatan dan
pelaksanaan tujuh standar nasional laporan kasus digunakan untuk
akreditasi Rumah Sakit tentang menggali hal-hal yang berhubungan
pelayanan kefarmasian dan dengan standar akreditasi pelayanan
penggunaan obat di Instalasi Farmasi. farmasi, serta untuk menambah dan
melengkapi data yang diperlukan
Pengelolaan data kuantitatif dalam penulisan penelitian ini.
Pengelolaan data dilakukan
dengan melakukan tahapan sebagai Perbaikan PKPO dengan metode
berikut : matriks
a. Editing yaitu melakukan Menurut NACCHO (2012)
pemeriksaan kelengkapan maupun tentang prioritizing issues cara
kesalahan jawaban pada kuesioner. menggunakan metode matriks adalah
b. Koding yaitu melakukan mengambil topik/isu dan bertanya
pengelompokan dan perhitungan apakah x memberikan kontribusi lebih
data sesuai dengan variabel dan sub dari y dalam mencapai tujuan. X dan Y
variabel. dalam penelitian ini adalah skor
c. Penyajian data yaitu menyajikan kuesioner dari masing-masing PKPO 1
data yang telah ditabulasi ke dalam sampai dengan PKPO 7. Dari hasil
tabel. jawaban kuesioner dalam bentuk
Pengelolaan data kualitatif persentase tersebut dibandingkan

29
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No. 2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

dengan PKPO lain, apakah PKPO 1 RSU Aulia Lodoyo Blitar


lebih penting dari PKPO 2, 3, 4, 5, 6, 7, berdasarkan SNARS Edisi 1.
dan seterusnya. Setelah itu hasil 2. Instalasi Farmasi adalah bagian dari
jawaban kuesioner dibandingkan Rumah Sakit yang
dalam bentuk tabel apakah : menyelenggarakan pelayanan
1 = sama pentingnya medik dan penunjang medik,
5 = siginifikan lebih penting mengkoordinasikan, mengatur, dan
10 = sangat lebih penting mengawasi seluruh kegiatan
1/5 = signifikan kurang penting pelayanan farmasi di RSU Aulia
1/10 = sangat kurang penting Lodoyo Blitar.
Menetapkan nilai yang telah 3. Pelayanan Kefarmasian dan
disepakati untuk setiap masalah Penggunaan Obat adalah sistem
dengan menggunakan nilai total skor dan proses yang digunakan di
dan memprioritaskan masalah dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit
tinggi ke rendah. Total skor tertinggi Umum Aulia Lodoyo Blitar dalam
merupakan prioritas utama dalam memberikan farmakoterapi kepada
penanganan masalah. Dari semua 7 pasien meliputi implementasi dan
PKPO masing-masing diperbaiki peningkatan pelayanan kefarmasian
dengan beberapa solusi atau strategi dan penggunaan obat terhadap
penanganan masalah atas temuan- seleksi, pengadaan, penyimpanan,
temuan masalah yang ada di Instalasi peresepan dan penyalinan,
Farmasi Rumah Sakit Umum Aulia persiapan dan penyerahan,
Lodoyo Blitar yang belum sesuai pemberian obat, serta pemantauan
dengan standar akreditasi terbaru yaitu terapi obat.
SNARS Edisi 1 efektif pada 1 Januari 4. Metode matriks adalah metode yang
2018. digunakan untuk menentukan
prioritas masalah dalam upaya
perbaikan pelayanan kefarmasian
Definisi Operasional dan penggunaan obat di Instalasi
1. Akreditasi Rumah Sakit adalah Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar.
proses dimana suatu lembaga yang 5. Srategi perbaikan adalah upaya
independen yaitu KARS melakukan yang digunakan untuk memperbaiki
asessment terhadap Rumah Sakit di masalah yang belum memenuhi

30
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No. 2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

standar akreditasi sesuai Standar 7 standar belum memenuhi standar


Nasional Akreditasi Rumah Sakit akreditasi sesuai dengan SNARS Edisi
Edisi 1 di RSU Aulia Lodoyo Blitar. 1 Tahun 2018 yang ditetapkan oleh
KARS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada 15
responden yang terdiri dari Apoteker 5
orang, Tenaga Teknis Kefarmasian Tabel 1. Persentase hasil kuesioner
Skor yang
dengan pendidikan SMF sebanyak 3 Standar pelayanan
No didapat
farmasi
orang dan 7 orang administrasi farmasi IFRS (%)
1 Pengorganisasian 67,2
(administration) dengan lulusan diluar
2 Seleksi dan pengadaan 63,3
farmasi. Cara pengumpulan data 3 Penyimpanan 77,1
Peresepan dan
dilakukan dengan menggunakan 4 74,7
penyalinan
kuesioner. Data dianalis secara Persiapan dan
5 71,8
penyerahan
deskripsi kuantitatif berupa hasil 6 Pemberian obat 78,2
jawaban kuesioner responden, dan 7 Pemantauan 62,2
Skor akreditasi rata-rata
deskripsi kualitatif yang dilakukan 70,7
pencapaian
wawancara kepada Kepala Instalasi Melalui metode analisis Hanlon,
Farmasi untuk mendukung data Hasanuddin (2014) meneliti indikator
kuantitatif terserbut. penilaian Instalasi Farmasi RSUP Dr.
Observasi dilakukan untuk Wahidin Sudirohusodo Makasar,
melihat keberadaan dan kelengkapan memerlukan strategi dan rencana
data/dokumen, literatur, buku laporan, pengembangan yang terdiri dari
catatan dan laporan kasus digunakan pengembangan staf dan program
untuk menggali hal-hal yang pendidikan, meningkatkan evaluasi dan
berhubungan dengan standar monitoring terhadap semua standar
akreditasi pelayanan farmasi, serta kinerja, menempatkan apoteker
untuk menambah dan melengkapi data penanggungjawab di setiap bangsal,
yang diperlukan dalam penulisan pelaporan kesalahan pengobatan,
penelitian ini. serta meningkatkan kerjasama dan
Hasil penelitian menunjukkan komunikasi antara dokter, apoteker,
nilai di bawah 80% dapat dilihat pada perawat yang berada di bangsal untuk
tabel 1. Semua standar yang terdiri dari meningkatkan keselamatan pasien.

31
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No. 2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

Penelitian Ningrum (2015) yaitu penggunaan obat yang telah ditelitinya


dengan judul strategi pengembangan ada 7 yang belum memenuhi standar
Instalasi Farmasi berbasis evaluasi maksimal dan memiliki kekurangan.
akreditasi dengan metode matrik di Analisis prioritas masalah elemen
RSUD Kraton Pekalongan, Rumah penilaian menggunakan metode
Sakit perlu melakukan peningkatan Hanlon yaitu prioritas secara berturut-
pelayanan kefarmasian dan turut pertama elemen penilaian
penggunaan obat sesuai dengan identifikasi petugas untuk memberikan
standar akreditasi, serta upaya strategi obat, monitoring efek obat, identifikasi
yang dapat dilakukan untuk mengarah petugas kompeten, pelayanan
ke akreditasi yang lebih tinggi (JCI). penggunaan informasi obat,
Dari penelitian-penelitian yang penyimpanan produk nutrisi, penyiapan
telah diteliti tersebut maka Rumah Sakit produk steril, dan terakhir pencatatan
perlu mengikuti akreditasi guna atau pelaporan obat yang tidak
meningkatkan kualitas asuhan pasien, diharapkan dalam status pasien.
memastikan bahwa lingkungan
pelayanannya aman dan Rumah Sakit Strategi perbaikan
senantiasa berupaya mengurangi Dalam PKPO 1 standar
resiko bagi para pasien dan staf. pengorganisasian disebutkan bahwa
Dengan demikian akreditasi diperlukan pelayanan kefarmasian dilakukan oleh
sebagai cara efektif untuk apoteker yang melakukan pengawasan
mengevaluasi mutu suatu Rumah dan supervisi semua aktivitas
Sakit, yang sekaligus berperan sebagai pelayanan kefarmasian serta
sarana manajemen. penggunaan obat di Rumah Sakit. Dari
Urutan skala prioritas masalah hasil kuesioner seluruh apoteker
dapat digunakan untuk mengetahui memiliki izin STRA dan SIPA tetapi
standar PKPO yang memerlukan belum melakukan supervisi sesuai
strategi perbaikan lebih dulu dalam dengan penugasannya, diperkuat hasil
pelayanan kefarmasian dan wawancara kepada Kepala Instalasi
penggunaan obat di IFRSU Aulia Farmasi yang menyebutkan jumlah
Lodoyo Blitar sesuai SNARS Edisi 1. Apoteker terdiri dari 5 orang, Tenaga
Menurut Noval (2016) dari 24 Teknis Kefarmasian yang
elemen penilaian standar manajemen berpendidikan SMF sejumlah 3 orang,

32
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No. 2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

dan lain-lain sebagai administrasi medis habis pakai ditata secara baik,
farmasi dengan lulusan bukan farmasi benar, serta aman. Dari hasil kuesioner
sejumlah 7 orang. penyimpanan dan pemeliharaan
Seleksi dan pengadaan dalam sediaan farmasi dan alat kesehatan
standar PKPO 2 proses seleksi obat disimpan sesuai dengan regulasi,
harus dengan benar, dan obat termasuk pengelolaan obat emergency
senantiasa tersedia dalam stok di yang tersedia di unit-unit perawatan,
Rumah Sakit baik bersumber dari serta pemusnahan yang tidak layak
dalam maupun luar Rumah Sakit. karena rusak. Pada poin penyimpanan
Tetapi Rumah Sakit belum narkotika dan psikotropika dilakukan
menerapkan pengelolaan sediaan dengan baik dan benar, tetapi relatif
farmasi dan bahan medis habis pakai kurang aman. Hal tersebut diperkuat
dengan sistem satu pintu. Pelayanan saat observasi langsung adanya
farmasi dengan sistem satu pintu dapat tempat penyimpanan narkotika dan
meminimalisir medication error, psikotropika yang dapat dilihat oleh
meningkatkan pelayanan asuhan pasien. Kepala Instalasi
kefarmasian yang mengarah pada menyampaikan penyimpanan narkotika
keamanan pasien. Kepala Instalasi dan psikotropika dengan sistem
Farmasi menjelaskan pelayanan UDD alfabetis, FIFO dan FEFO. Untuk yang
(Unit Dose Dispensing) dan ODD (One harus disimpan dalam lemari es harus
Daily Dose) belum sepenuhnya diberi penandaan khusus, karena
berjalan pada seluruh pasien rawat narkotika dan psikotropika merupakan
inap. Hal tersebut disampaikan saat bahan terkontrol.
wawancara dan observasi langsung Standar peresepan dan
belum adanya kebijakan atau regulasi penyalinan pada PKPO 4 pelaksanaan
yang diterbitkan dari Surat Keputusan pencatatan obat yang diberikan pada
Direktur dalam mengidentifikikasi pasien dalam rekam medis belum
petugas yang berwenang untuk berjalan sesuai dengan regulasi. Hal
pengelolaan dengan sistem satu pintu. tersebut dijelaskan oleh Kepala
Pada PKPO 3 yaitu standar Instalasi Farmasi dalam wawancara
penyimpanan dijelaskan bahwa bahwa Rumah Sakit belum
pengaturan penyimpanan sediaan menetapkan individu yang kompeten
farmasi, alat kesehatan, dan bahan dalam bidangnya yang berfokus pada

33
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No. 2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

farmasi klinik, sehingga pelaksanaan kewenangan individu dalam melakukan


apoteker melakukan rekonsiliasi obat pemberian obat, seperti pemberian
pada saat pasien masuk, pindah unit obat narkotika dan psikotropika,
pelayanan, dan sebelum pulang masih radioaktif, atau obat penelitian. Dalam
kurang maksimal. keadaan darurat ditetapkan
PKPO 5 tentang standar penyerahan obat tersebut oleh staf
persiapan dan penyerahan obat klinis yang diberi izin. Hasil observasi
kepada pasien dikaji sesuai dengan langsung diketahui bahwa pengecekan
standar operasional prosedur Rumah ulang belum sepenuhnya dilakukan
Sakit meliputi identitas pasien, nama untuk menghindari medication error,
obat, dosis atau konsentrasi, cara terutama untuk obat yang memiliki
pemakaian, waktu pemberian, tanggal resiko tinggi seperti obat high alert dan
disipakan dan tanggal kadaluarsa LASA (Look Alike Sound Alike).
dalam lingkungan yang bersih dan Standar terakhir yaitu PKPO 7
aman. Dalam penyerahan obat kepada tentang pemantauan obat terhadap
pasien oleh tenaga administrasi efek obat dan efek samping obat
farmasi memiliki resiko medication memiliki resiko yang besar. Kurangnya
error lebih besar. Hal tersebut kerjasama antara Apoteker dengan
dijelaskan oleh Kepala Instalasi dokter, perawat, dan tenaga kesehatan
Farmasi karena kurangnya tenaga lainnya untuk memantau pasien yang
farmasi baik Apoteker maupun Tenaga diberi obat. Rumah Sakit telah
Teknis Kefarmasian. menetapkan regulasi untuk efek
Dalam standar PKPO 6 yaitu samping obat yang harus dicatat dan
pemberian obat untuk pengobatan dilaporkan. Penjelasan Kepala Instalasi
pasien memerlukan pengetahuan Farmasi dalam wawancara bahwa
spesifik dan pengalaman. Rumah Sakit proses monitoring pada pasien belum
bertanggung jawab menetapkan staf bersifat aktif karena Rumah Sakit
klinis dengan pengetahuan dan belum menetapkan apoteker yang
pengalaman yang diperlukan, memiliki fokus dalam farmasi klinik.
izin, dan sertifikat berdasar atas Hasil penelitian yang diperoleh
peraturan perundang-undangan untuk dari penelitian ini kurang memenuhi
memberikan obat. Wawancara standar baru tersebut, dapat diperbaiki
dihasilkan bahwa ada batasan dengan strategi perbaikan sesuai skala

34
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No. 2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

prioritas metode matriks dari 7 PKPO Beberapa masalah yang


dalam penanganan masalah untuk ditemukan dan saran strategi perbaikan
peningkatan pelayanan kefarmasian yang dapat dilakukan di Instalasi
penggunaan obat di Instalasi Farmasi Farmasi RSU Aulia Lodoyo Blitar untuk
RSU Aulia Lodoyo Blitar sesuai dengan meningkatkan Pelayanan Kefarmasian
standar akreditasi terbaru yaitu SNARS Penggunaan Obat sesuai SNARS Edisi
Edisi 1. Untuk mencapai standar 1 tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 3.
akreditasi perlu dilakukan perbaikan Hasil yang didapat dari
pada semua standar yang belum kuesioner dan wawancara serta
terpenuhi. Dengan metode matriks observasi langsung oleh peneliti
dapat dilakukan untuk menentukan merupakan gambaran sehari-hari dari
prioritas masalah sesuai dengan urutan standar pelayanan kefarmasian di
hasil dari total seperti tabel 2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
Aulia Lodoyo Blitar.

Tabel 2. Metode matriks untuk penentuan prioritas masalah


PKPO 1 2 3 4 5 6 7 Total Urutan
1 1/5 10 5 5 10 1/5 30,4 3
2 5 10 10 5 10 1 41 2
3 1/10 1/10 1 1/5 1 1/10 2,7 6
4 1/5 1/10 1 1 1 1/10 3,4 5
5 1/5 1/5 5 1 5 1/10 11,3 4
6 1/10 1/10 1 1 1/5 1/10 2,5 7
7 5 1 10 10 10 10 46 1
1 = sama pentingnya
5 = signifikan lebih penting
10 = sangat lebih penting
1/5 = siginifikan kurang penting
1/10 = sangat kurang penting

Tabel 3. Saran strategi perbaikan


Saran strategi
No Standar PKPO Masalah yang ditemukan
perbaikan

35
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No. 2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

Diharapkan Rumah
Sakit memiliki
apoteker yang fokus
farmasi klinik untuk
membantu proses
Pemanta Pada proses monitoring yang
PKPO pemberian dan
1 uan dilakukan apoteker belum bersifat
7 monitoring obat,
(Monitor) aktif.
sehingga efek obat
dan efek samping
obat terhadap pasien
dapat dipantau
dengan baik.
Ada proses seleksi obat yang Rumah Sakit
menghasilkan formularium dan diharapkan memiliki
digunakan untuk permintaan obat kebijakan atau
serta instruksi pengobatan. Obat regulasi yang
Seleksi dalam formularium senantiasa diterbitkan dari Surat
PKPO dan tersedia dalam stok di Rumah Sakit Keputusan Direktur
2
2 Pengada atau sumber di dalam dan di luar dalam
an Rumah Sakit. Tetapi Rumah Sakit mengidentifikikasi
belum menerapkan pengelolaan petugas yang
sediaan farmasi dan bahan medis berwenang untuk
habis pakai dengan sistem satu pengelolaan dengan
pintu. sistem satu pintu.
Diharapkan tenaga
kefarmasian Rumah
Pengaturan pembagian tanggung
Sakit sesuai dengan
jawab bergantung pada struktur
PERMENKES RI No
organisasi dan staffing. Pelayanan
56 tahun 2014 tentang
kefarmasian dilakukan oleh
Klasifikasi dan
apoteker yang melakukan
Perizinan Rumah
pengawasan dan supervisi semua
Sakit untuk Rumah
aktivitas pelayanan kefarmasian
Sakit tipe C meliputi :
PKPO Pengorg serta penggunaan obat di Rumah
3 1 orang apoteker
1 anisasian Sakit. Tenaga kefarmasian di dalam
sebagai kepala
IFRSU Auliaterdiri dari 5 Apoteker,
Instalasi Farmasi
dan 3 orang TTK yang
Rumah Sakit, 2
berpendidikan SMK Farmasi, serta
apoteker yang
7 orang karyawan non farmasi yang
bertugas di rawat inap
membantu dalam penyiapan
yang dibantu oleh
pelayanan kefarmasian untuk
paling sedikit 4 orang
pasien.
tenaga teknis
kefarmasian, 4 orang

36
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No. 2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

apoteker di rawat inap


yang dibantu oleh
paling sedikit 8 orang
tenaga teknis
kefarmasian, 1 orang
apoteker sebagai
koordinator
penerimaan, distribusi
dan produksi yang
dapat merangkap
melakukan pelayanan
farmasi klinik di rawat
inap atau rawat jalan
dan dibantu oleh
tenaga teknis
kefarmasian yang
jumlahnya
disesuaikan dengan
beban kerja
pelayanan
kefarmasian Rumah
Sakit. Sehingga
seluruh tenaga
kefarmasian terutama
apoteker memiliki izin
dan melakukan
supervisi sesuai
dengan
penugasannya.
4 PKPO Persiapa Kesalahan pengobatan dapat Diharapkan persiapan
5 n dan terjadi dimana saja dalam rantai dan penyaluran obat
Penyalur pelayanan obat kepada pasien dan alat kesehatan di
an mulai dari peresepan, pembacaan IFRS dilakukan oleh
resep, peracikan, penyerahan dan Apoteker atau tenaga
monitoring pasien. Di dalam setiap farmasi yang
mata rantai ada beberapa tindakan, berkompeten dalam
sebab tindakan mempunyai potensi bidangnya dan
sebagai sumber kesalahan. Setiap diterapkan sistem
tenaga kesehatan dalam mata double check untuk
rantai ini dapat memberikan menghindari
kontribusi terhadap kesalahan, medication error.
terutama tenaga non farmasi yang

37
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No. 2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

membantu dalam pelayanan


kefarmasian di IFRSU Aulia.
5 PKPO Peresep Ada regulasi peresepan/permintaan Diharapkan Rumah
4 an dan obat dan instruksi pengobatan. Sakit menetapkan
Penyalin Tetapi Rumah Sakit belum apoteker yang
an menetapkan individu yang sesuai memiliki izin
kompetensinya yang dapat melakukan supervisi
diberikan kewenangan untuk sesuai dengan
menulis rekonsiliasi obat yang penugasannya untuk
diresepkan dan diberikan pasien melakukan
dalam catatan rekam medis. rekonsiliasi pada
pasien rawat jalan dan
rawat inap sesuai
dengan tupoksi
masing-masing.
6 PKPO Penyimp Lemari narkotika dan psikotropika di Menurut
3 anan IFRS terletak di bagian farmasi PERMENKES No 3
dengan lokasi yang dapat dilihat tahun 2015, narkotika
pasien sehingga relatif kurang dan psikotropika
aman dari jangkauan pengunjung harus disimpan pada
Instalasi Farmasi. tempat yang baik,
benar dan aman
sesuai dengan
peraturan UU yang
berlaku. Sediaan
narkotika dan
psikotropika disimpan
di lemari khusus yang
memiliki dua pintu
yang selalu terkunci
dan kunci dibawa oleh
apoteker atau TTK
yang diserahi tugas
dan tanggung jawab
untuk mengelola kunci
tersebut. Narkotika
dan psikotropika
merupakan bahan
terkontrol. Bahan
yang terkontrol
dilaporkan secara
akurat sesuai dengan
UU melalui SIPNAP.

38
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No. 2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

7 PKPO Pemberi Proses pemberian obat termasuk Disarankan dilakukan


6 an proses verifikasi apakah obat yang double check untuk
akan diberikan telah sesuai memastikan
resep/permintaan obat sudah keamanan
sesuai dengan SOP, tetapi pengobatan terutama
pengecekan ulang belum pada obat LASA dan
sepenuhnya dilakukan untuk high alert, karena obat
menghindari medication error. dalam kategori LASA
(Look Alike Sound
Alike) atau NORUM
(Nama Obat Rupa
Ucapan Mirip) dan
High Alert dapat
beresiko mengalami
medication error.

Faktor yang mempengaruhi kurang maksimal, sehingga jawaban


belum tercapainya kesesuaian kuesioner dari responden kurang
terhadap standar akreditasi terbaru akurat, disarankan dilakukan
yaitu SNARS Edisi 1 Tahun 2018 yang sosialisasi terkait standar terbaru.
meliputi tujuh standar yaitu : SNARS Edisi 1 yang merupakan
pengorganisasian, seleksi dan standar akreditasi Rumah Sakit versi
pengadaan, penyimpanan, peresepan baru yang mudah dipahami sehingga
dan penyalinan, persiapan dan mudah diimplementasikan
penyerahan, pemberian dibandingkan dengan standar versi
(administration) obat, serta lama. SNARS Edisi 1 lebih mendorong
pemantauan (monitor), diantaranya peningkatan mutu keselamatan pasien
yaitu : dan manajemen resiko, serta
✓ Akreditasi dan survey ulang tahunan mendukung program nasional bidang
yang dilakukan oleh KARS pada kesehatan.
Rumah Sakit tersebut menggunakan
standar akreditasi versi lama tahun KESIMPULAN
2012, sehingga hasil yang Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan sedikit berbeda. yang dilakukan dapat disimpulkan :
✓ Pemahaman responden terhadap 1. Tingkat kesesuaian PKPO di IFRS
standar akreditasi yang baru yaitu Aulia Lodoyo Blitartahun 2018 belum
SNARS Edisi 1 Tahun 2018 masih sepenuhnya memenuhi standar
39
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No. 2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

akreditasi SNARS Edisi 1. DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 2006, Standar Pelayanan
Persentase yang didapat sebagai
Farmasi di Rumah Sakit, Direktorat
berikut : Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik
• Pengorganisasian : 67,2% Indonesia, Jakarta.
• Seleksi dan pengadaan : 63,3% Anonim, 2009, Undang-Undang
Republik Indonesia no 44 Tahun
• Penyimpanan : 77,1% 2009 Pasal 33 tentang Rumah Sakit,
• Peresepan dan penyalinan : Jakarta.
Anonim, 2014, Undang-Undang
74,7% Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
• Persiapan dan penyerahan : 2014 Tentang Tenaga Kesehatan,
Jakarta.
71,8% Anonim, 2016, Peraturan Menteri
• Pemberian obat : 78,2% Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 72 Tahun 2016 tentang
• Pemantauan : 62,2% Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia,
2. Strategi perbaikan pelayanan Jakarta.
kefarmasian dan penggunaan obat Hamdani. A.S., 2013, Strategi
Pengembangan Instalasi Farmasi
di Instalasi Farmasi RSU Aulia berbasis Evaluasi Akreditasi dengan
Lodoyo Blitar berdasarkan skala Metode Hanlon di RSUD dr.
Moewardi Surakarta, tesis,
prioritas masalah menggunakan Universitas Stia Budi, Surakarta.
metode matriks yaitu : Hanlon and Hyman (2010), Hanlon and
Basic Priority Rating System
• PKPO 7 Pemantauan (monitor) (BPRS). Public Health:
Administrasion and Practive (Hanlon
efek obat
and Hyman, Aspen Publishers).
• PKPO 2 Seleksi dan pengadaan, Harvey, 2013, Strategi Pengembangan
Instalasi Farmasi berbasis Evaluasi
PKPO 1 Pengorganisasian yang
Akreditasi Rumah Sakit dengan
melakukan supervisi sesuai Metode Hanlon di RSUD H. M. Djafar
Harun Kabupaten Kaloka Utara
dengan penugasannya
Sulawesi Tenggara, tesis,
• PKPO 5 Persiapan dan Universitas Setia Budi, Surakarta.
Jaluri, 2016, Strategi Pengembangan
penyerahan obat Instalasi Farmasi berbasis evaluasi
• PKPO 4 Peresepan dan Akreditasi Manajemen Penggunaan
Obat (MPO) dengan Metode Hanlon
penyalinan di Instalasi Farmasi RSUD Sultan
• PKPO 3 Penyimpanan obat Imanuddin Pangkalan BUN
Kalimantan Tengah, tesis,
• PKPO 6 Pemberian Universitas Setia Budi, Surakarta.
(administration) obat. KARS, 2017, Standar Nasional
Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1
Efektif 1 Januari 2018, Jakarta.
40
Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, November 2018 Vol. 1 No. 2
ISSN 2621-9360 http://journal.akfarnusaputera.ac.id/

Kemenkes, 2011, Standar Akreditasi Sulawesi Selatan, tesis, Universitas


Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Setia Budi, Surakarta.
Bina Upaya Kesehatan Kementerian Shaw, C, D, et al, 2010, Sustainable
Kesehatan Republik Indonesia. healthcare acceditation : message
Kemenkes, 2012, Peraturan Menteri from Europe in 2009, InternationaL
Kesehatan Republik Indonesia Journal for Quality in Health Care
Tahun 2012 tentang Akreditasi 2014 (22): 341-350.
Rumah Sakit, Jakarta. Siregar & Amalia L., 2011, Farmasi
Lovianie. M.M., Strategi Rumah Sakit dan Penerapan, EGC,
Pengembangan Instalasi Farmasi Jakarta.
berbasis Evaluasi Akreditasi dengan Tripujiati I., 2016, Strategi
Metode Hanlon di RSUD dr. Doris Pengembangan Instalasi Farmasi
Sylvanus Palangkaraya, tesis, berbasis evaluasi Akreditasi
Universitas Setis Budi, Surakarta. Manajemen Penggunaan Obat
National Association of Country & City dengan Metode Matrik di RSUD Dr.
Health Officials (NACCHO), 2012, Moewardi Surakarta, tesis,
Prioritizing Issues. Universitas Setia Budi, Surakarta.
Ningrum W.A., 2015, Strategi (WHO) World Health Organization,
Pengembangan Instalasi Farmasi 2009, Buku Saku Pelayanan
berbasis evaluasi Akreditasi dengan Kesehatan Anak di
Metode Matrik di RSUD Kraton RumahSakit,diterjemahkan dari
Pekalongan, tesis, Universitas Setia Bahasa Inggris oleh Tim Adaptasi
Budi, Surakarta. Indonesia, WHO Indonesia, Jakarta.
Noval, 2016, Strategi Pengembangan Yunita, 2013, Strategi Pengembangan
Instalasi Farmasi berbasis evaluasi Instalasi Farmasi berbasis Evaluasi
Akreditasi Manajemen Penggunaan Akreditasi dengan metode Hanlon di
Obat (MPO) dengan Metode Hanlon Rumah Sakit Benyamin Guluh
di Instalasi FarmasiRumah Sakit Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi
PKU Muhammadiyah Surakarta, Tenggara, tesis, Universitas Setia
tesis, Universitas Setia Budi, Budi, Surakarta.
Surakarta.
Nurwahida, 2014, Strategi
Pengembangan Instalasi Farmasi
berbasis evaluasi Akreditasi dengan
metode Hanlon di RSUD Kraton
Pekalongan, tesis, Universitas Setia
Budi, Surakarta.
Puspita S., 2017, Strategi
Pengembangan Instalasi Farmasi
berbasis akreditasi Manajemen
Penggunaan Obat (MPO) dengan
metode Hanlon di Instalasi Farmasi
RS PKU Muhammadiyah Unit II
Yogyakarta, tesis, Universitas Setia
Budi, Surakarta.
Resmy. R.F., 2014, Strategi
Pengembangan Instalasi Farmasi
berbasis Evaluasi Akreditasi dengan
Metode Hanlon di RSUP dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar Provinsi
41

Anda mungkin juga menyukai