Anda di halaman 1dari 6

Apakah obat itu?

Obat yang kita gunakan ini sebenarnya adalah zat kimia yang bersumber dari sintesis (buatan) atau
semisintesis . Karena berupa zat kimia, maka penggunaannya harus hati-hati. Zat kimia identik dengan
“racun”. Dia bisa bermanfaat bagi tubuh jika digunakan pada jumlah yang tepat. Sebaliknya jika tidak
digunakan dengan tepat, maka dapat membahayakan tubuh.

Apakah bedanya dengan obat tradisional?

Apakah semua obat bersumber dari zat kimia buatan? Jawabannya tidak! Kita pasti sering dengar istilah
obat tradisional. Obat tradisional berarti obat yang mengandung zat kimia alami (bukan buatan) yang
bersumber dari bahan alam seperti tumbuhan. Obat tradisional yang paling banyak digunakan adalah
berupa ramuan atau jamu. Obat tradisional ini biasanya digunakan sebagai pertolongan pertama
sebelum ke dokter. Karena berasal dari bahan alam, maka biasanya obat tradisional lebih aman dari pada
obat biasa.

Contoh obat tradisional yang sering kita dengar seperti daun kumis kucing untuk melancarkan buang air
kecil, daun kembang sepatu untuk menurunkan demam, dan lain-lain.

Apa isi dari obat?

Obat yang kita gunakan, isinya secara umum terdiri atas 2 (dua) komponen penting yaitu:

1.Zat berkhasiat (zat aktif)

Yaitu zat yang bekerja dalam tubuh dan memberikan efek yang kita inginkan. Contohnya:

Parasetamol yang berkhasiat sebagai obat penghilang demam yang disebut dengan antipiretik

Amoksisilin yang berkhasiat membunuh bakteri/kuman yang disebut dengan antibiotik.


2.Zat tambahan (zat yang tidak aktif)

Yaitu zat yang hanya mendukung penampilan obat tapi tidak memberikan efek. Contohnya pada sirup
terdapat zat tambahan berupa:

Pemanis seperti gula, ditambahkan agar obat tidak terasa pahit

Pengental/pensuspensi agar cairan tidak terlalu encer

Pewarna agar bentuknya lebih menarik

Pengaroma agar memberi aroma menyenangkan

Pengawet agar obat bisa tahan lama

Sedangkan pada tablet terdapat zat tambahan berupa:

Pengisi sekaligus biasanya sebagai pemanis, seperti laktosa (gula)

Pengikat agar tablet bisa jadi keras dan padat

Penghancur agar tablet segera pecah jika kontak dengan cairan di lambung/usus

Pewarna, pelicin, pengkilat dan lain-lain.

Bagaimana obat dibuat?

Obat dibuat di pabrik obat di bawah pengawasan yang sangat ketat dari pemerintah, yaitu Badan
Pengawas Obat dan makanan (BPOM). Sebelum obat diproduksi, obatnya harus terdaftar dan mendapat
izin dulu dari BPOM.

Izin dari BPOM ini ditulis dalam bentuk nomor registrasi yang disingkat dengan “No Reg”. Adanya “No.
Reg” ini sebagai tanda bahwa obatnya adalah resmi atau “legal”. Nomor ini tercantum di kemasan obat.
Obat yang tidak memiliki “No.Reg” berarti adalah obat palsu atau “ilegal” dan tidak boleh digunakan.

Setelah dapat “No. Reg” ini, maka barulah obat bisa diproduksi oleh pabriknya. Untuk bisa diproduksi,
ruangan dan alat-alatnya harus bersih. Tidak boleh sembarangan orang masuk ke ruang produksi obat
ini. Orang yang bekerja di sana juga harus sehat dan menggunakan pakaian kerja khusus. Jadi,
persyaratan bangunan, ruangan, alat/bahan dan orangnya sangat ketat. Kenapa demikian? Karena obat
yang dibuat ini ditujukan untuk manusia terutama yang sedang sakit. Jadi, obat harus dibuat dengan baik
dengan menggunakan teknologi yang tinggi/modern sehingga obat yang dihasilkan betul-betul
berkualitas/bermutu, aman dan efektif.

Mari kita contohkan dalam pembuatan tablet parasetamol. Sebelum dicetak, tiap bahan dari tablet
parasetamol ini seperti zat aktif parasetamol, zat tambahan yang lainnya, ditimbang terlebih dahulu
sesuai jumlahnya. Kemudian, tiap bahan tadi diolah dengan cara dicampur sedemikian rupa sehingga
menjadi masa yang siap untuk dicetak menjadi tablet. Pencetakan menjadi tablet dilakukan secara cepat
menggunakan mesin cetak tablet berteknologi tinggi/modern.

Produk berupa tablet ini kemudian wajib diperiksa mutu atau kualitasnya di laboratorium pengujian yang
ada di pabrik tersebut. Jika tabletnya memenuhi syarat, baru dilanjutkan ke tahap pengemasan.Tablet
dikemas ke dalam bahan pengemasnya berupa strip atau blister. Tiap 10 strip/blister dimasukkan ke
dalam kotak kecil yang disebut dengan dus. Setelah diperiksa kembali kualitas kemasannya, maka jika
memenuhi syarat, baru bisa dibolehkan untuk diedarkan atau dipasarkan. Jadi, obat yang sampai di
tangan kita adalah obat yang sudah memenuhi semua syarat seperti kadar atau kandungannya,
bobotnya, volumenya dan sebagainya. Jadi, sudah aman digunakan.

a. Tujuan penggunaan obat

Obat sangat bermanfaat bagi kita jika penggunaannya sesuai dengan yang ditentukan. Obat tidak hanya
digunakan untuk orang sakit, tapi juga untuk orang sehat. Jadi obat hanya digunakan jika sakit dan jika
diperlukan saja.

Berikut ini diberikan tabel tujuan kita menggunakan obat

Tabel 1. Tujuan penggunaan obat


No Tujuan penggunaan obat Contoh obat

1 Mencegah penyakit (preventif) Vaksin, Vitamin

2 Mengobati penyakit (kuratif) Antibiotik

3 Menghilangkan gejala

(simptomatif)

Obat batuk,

Obat demam (antipiretik)

Obat sakit kepala (analgetik)

Obat alergi

4 Mengontrol gejala penyakit Antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah

Antilkolesterol untuk menurunkan kolesterol

Antidiabetes untuk menurunkan kadar gula

5 Menetapkan diagnosis Garam Inggris

b. Bagaimana obat bekerja dalam tubuh?

Obat yang kita minum tidak akan langsung terasa efek atau khasiatnya tapi melalui berbagai proses
terlebih dahulu. Seperti halnya makanan yang kita makan, makanan akan melalui saluran pencernaan
terlebih dahulu baru sampai di darah. Begitu juga dengan obat.
Obat dalam bentuk padat seperti tablet atau kapsul akan hancur dulu di lambung, kemudian terus
sampai di usus halus dan akan diserap di usus halus menuju peredaran darah. Dari darah obat akan
dibawa ke tempat kerjanya sehingga terjadi efek obat.

Obat yang mesti masuk ke darah dulu baru bisa bekerja disebut dengan kerja sistemik. Contohnya obat
parasetamol, agar bisa menimbulkan efek maka obat yang tadinya dari saluran pencernaan mesti masuk
ke dalam peredaran darah terlebih dahulu, kemudian baru didistribusikan oleh darah ke organ target
tempat kerjanya.

Tapi ada juga obat yang kerjanya langsung di lambung seperti obat maag atau kerja di usus seperti obat
cacing. Jadi obat yang seperti ini tidak sampai ke darah tapi hanya di organ tertentu saja. Kerja obat
seperti ini disebut kerja lokal. Contoh lainnya adalah obat salep/krim yang dioleskan ke kulit.

Jadi, obat tidak bisa langsung berefek setelah minum obat seperti pada iklan obat, karena obat mesti
melalui perjalanan yang cukup panjang hingga sampai ke tempat kerjanya. Obat yang sampai di tempat
kerjanya akan menghasilkan efek/khasiat yang diharapkan.

Tablet umumnya diminum dengan cara ditelan langsung, tapi ada juga yang dikunyah dulu baru ditelan,
seperti tablet antasid untuk gangguan lambung (maag). Selain melalui mulut (ditelan), ada obat yang
diberikan melalui jalur lain. Salep atau krim digunakan dengan cara diolesi di kulit. Supositoria digunakan
dengan cara disisipkan pada dubur atau anus. Obat tetes mata diteteskan ke mata, obat tetes telinga ke
telinga dan obat tetes hidung ke hidung. Ada juga obat yang diberikan dengan cara disuntik yang disebut
dengan injeksi, dan lain-lain.

Untuk bisa menimbulkan efek, jumlah obat yang digunakan harus tepat. Jumlah yang digunakan ini
disebut dengan istilah dosis. Dosis obat didasarkan atas banyak faktor, diantaranya umur atau berat
badan kita. Oleh karenanya, dosis obat untuk anak dan untuk dewasa akan jauh berbeda. Anak karena
umur atau berat badannya relatif rendah dari orang dewasa, maka dosis obat untuk anak jauh lebih kecil
dibandingkan untuk orang dewasa. Jadi obat yang sama tidak bisa digunakan untuk semua umur, kecuali
dosisnya dibedakan. Contohnya tablet parasetamol 500 mg ditujukan untuk orang dewasa. Untuk anak-
anak bisa digunakan tablet yang sama tapi harus dengan dosis yang lebih kecil, misalnya ½ tablet atau ¼
tabet. Obat yang diminum jika tidak sesuai dengan aturannya seperti dosis berlebih (overdosis), maka
dapat menimbulkan keracunan.
Selain dosis yang tepat, obat juga harus rutin digunakan sesuai jadwalnya. Jika waktu minum obat sudah
masuk, maka obat harus segera diminum. Beberapa obat bisa dihentikan penggunaannya jika gejala
sudah hilang, contohnya parasetamol. Beberapa obat yang lain, harus diminum sampai habis, contohnya
antibiotik seperti amoksisilin.

Penggunaan antibiotik harus sampai habis agar kuman atau bakteri dapat dibunuh

Langkah 4: Cek KIDS KU

Jika obat dibeli di apotek tanpa resep dokter, maka mintalah bantuan apotekernya untuk memilihkan
obat sesuai keluhan yang dirasakan. Apoteker akan membantu memilihkan obat yang tepat sesuai
dengan KIDS KU. Jika dibeli di TOB, maka perlu sekali di cek KIDS KU, terutama sekali komposisi, indikasi,
kontraindikasi dan umur simpan (tanggal kadaluarsa)nya.

Langkah 5: Pertimbangkan harganya (OGB vs OGM)

Harga perlu menjadi pertimbangan sebelum memutuskan membeli obat. Kenapa demikian? Ingat bahwa
harga tidak ada pengaruhnya dengan khasiat obat. Obat generik berlogo (OGB) lebih murah dari obat
generik bermerek (OGM), padahal khasiatnya juga sama. Jika membeli obat dengan resep dokter, maka
pasien boleh meminta mengganti OGM yang tertulis di resep dengan OGB atau jenis OGM lain yang lebih
murah. Di apotek atau toko obat biasanya tersedia obat dengan berbagai merek, mulai dari harga yang
paling murah hingga yang paing mahal.

Anda mungkin juga menyukai