Anda di halaman 1dari 82

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Farmasi Skripsi Sarjana

2018

Pengkajian Resep Pasien Rawat Jalan


di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

Audina, Tia

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/3976
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
PENGKAJIAN RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH
SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

SKRIPSI

OLEH :
TIA AUDINA
NIM131501028

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


PENGKAJIAN RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH
SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperolehgelar


Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara

OLEH :
TIA AUDINA
NIM 131501028

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

Universitas Sumatera Utara


Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Pengkajian Resep Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selakuDekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan fasilitas dan masukan selama

masa pendidikan dan penelitian,kepada Prof. Dr. Wiryanto, M.S., Apt., selaku

dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan

bantuan selama masa penelitian dan penulisan skripsi ini. Penulis juga

menyampaikan ucapan terima kasih kepada Khairunnisa, S.Si., M.Pharm., Apt.,

Dadang Irfan Husori, S.Si., M.Sc., Apt., dan Prof. Dr. Wiryanto, M.S., Apt., Apt.,

selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi

ini, kepada Dra. Nazliniwaty, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing akademik

yang selalu membimbing selama masa pendidikan, serta Bapak dan Ibu staf

pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah mendidik penulis selama perkuliahan.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

tulus kepada kedua orangtua tersayang, Ayahanda Adi S.Pd.,dan Ibunda Poni,

Nenek tersayang Almh. Keruduk, Abangda Ilham Rahmanda dan Iswanda Fauza

S.Pd., Kakanda Ade Annisa S.Pd., serta keponakan tersayang Luthfiansyah

Zaidan atas doa, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil yang tak

iv
Universitas Sumatera Utara
ternilai dengan apapun. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-

teman yang tak bisa disebut satu persatu namanya, yang selalu memberikan

motivasi dan segala bantuan dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga Allah SWT

memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bidang farmasi.

Medan, Maret 2018


Penulis,

Tia Audina
NIM 131501028

v
Universitas Sumatera Utara
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Tia Audina

Nomor Induk Mahasiswa : 131501028

Program Studi : S-1 Reguler Farmasi

Judul Skripsi : Pengkajian Resep Pasien Rawat Jalan di Rumah


Sakit Universitas Sumatera Utara

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini ditulis berdasarkan data dan hasil
pekerjaan yang saya lakukan sendiri, dan belum pernah diajukan orang lain untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di perguruan tinggi lain, dan bukan plagiat karena
kutipan yang ditulis telah disebutkan sumbernya di dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari ada pengaduan dari pihak lain karena di dalam
skripsi ini ditemukan plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia
mendapat sanksi apapun oleh Program Studi Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara, dan bukan menjadi tanggung jawab pembimbing.
Demikianlah surat pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya untuk
dapat digunakan jika diperlukan sebagaimana mestinya.

Medan, Maret 2018


Penulis,

Tia Audina
NIM 131501028

vi
Universitas Sumatera Utara
PENGKAJIAN RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ABSTRAK

Pengkajin resep merupakan aspekpenting dalam upaya mengurangi


terjadinya medication error. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahuikelengkapan persyaratan administrasi, farmasetik dan klinis pada
resep serta gambaraninteraksi obat pada resep pasien rawat jalan di instalasi
farmasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara pada bulan Oktober 2017.
Penelitianbersifat deskriptif dan pengambilan data dilakukan secara
prospektif. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan
consecutive sampling,sebanyak 350 resep.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan resep secara administrasi
yaitu data pasien yang meliputi nama pasien 99,7%, usia 100%, jenis kelamin
100%, berat badan 3,4%, tinggi badan 0%. Keterangan dokter meliputi nama
dokter 100%, SIP 100%, paraf dokter 100% dan tanggal resep 97,1%. Secara
farmasetik yaitu nama obat 89,1%, bentuk sediaan 26,3%, jumlah obat 100%,
aturan dan cara penggunaan obat 83,4%, kesesuaian formularium 92,6%. Secara
klinis yaitu ketepatan indikasi 100%, dosis/kekuatan sediaan obat 90,9%, waktu
penggunaan obat 98,9% dan adanya interaksi obat sebanyak 36,3%. Dapat
disimpulkan bahwa resep pasien rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara masih banyak ditemukan adanya kejadian ketidaksesuaian dalam penulisan
resepmenurut PERMENKES RI No. 72 tahun 2016.

Kata Kunci : Resep, Kajian administrasi, kajian farmasetik, kajian klinis.

vii
Universitas Sumatera Utara
ASSESSMENT OF OUTPATIENT PRESCRIPTIONS AT UNIVERSITY
OFSUMATERA UTARAHOSPITAL MEDAN

ABSTRACT

The prescription assessment is an important aspect in reducing the


occurrence of medication error. This study aims to determine the completeness of
administrative, pharmacetic and clinical requirements on prescriptions and
illustration of drug interactions on outpatient prescriptions at pharmacy
installation University of Sumatera Utara Hospital in October 2017.
The research is descriptive and the data were taken prospectively. The
sampling method was conducted using consecutive sampling, as many as 350
prescriptions.
The results showed that the completeness of prescription adminally are
patient data covering patient name 99.7%, age 100%, gender 100%, weight 3.4%,
height 0%. Doctors' information includes 100% doctor's name, 100% SIP, 100%
physician and prescription date of 97.1%. Pharmacetics aredrug name 89.1%,
dosage form 26.3%, amount of drug 100%, rules and method of drug usage
83.4%, suitability of formulary 92.6%. Clinically are 100% accuracy, 90.9% dose
/ strength of drug preparation, 98.9% medication time and 36.3% of drug
interactions. It can be concluded that the outpatient prescriptions at University of
Sumatera Utara Hospital are still found to be inconsistent in prescribing according
to PERMENKES RI no. 72 year 2016.

Keywords : Prescriptions, Administration Studies, Pharmacetic Studies, Clinical


Studies.

viii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................. ii
ABSTRAK ......................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .............................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 4
1.3Hipotesis ............................................................................. 4
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................. 4
1.6 Kerangka Pemikiran............................................................ 5
BAB II TINAUAN PUSTAKA ............................................................ 6
2.1 Pengertian Rumah Sakit ...................................................... 6
2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian........................................... 6
2.3 Pengkajian Resep ................................................................ 8
2.4Resep .................................................................................. 9
2.4.1 Jenis-jenis Resep ......................................................... 12
2.4.2 Penulisan Resep........................................................... 12
2.4.3Penulis Resep ............................................................... 14
2.4.4Kerahasiaan dalam Penulisan Resep .............................. 14
2.4.5Prinsip Penulisan Resep ................................................ 15
BAB III METODE PENELITIAN ...................................................... 16
3.1 Jenis Penelitian .................................................................. 16

ix
Universitas Sumatera Utara
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 16
3.2.1 Lokasi Penelitian ........................................................ 16
3.2.2 Waktu Penelitian ........................................................ 16
3.3 Populasi dan Sampel .......................................................... 17
3.3.1 Populasi ..................................................................... 17
3.3.2 Sampel ....................................................................... 17
3.4 Definisi Operasional .......................................................... 18
3.5 Tata cara Penelitian ............................................................ 22
3.6 Cara Kerja Penelitian .......................................................... 23
3.7Analisis Data ...................................................................... 24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................. 26
4.1 Hasil Penelitian................................................................... 26
4.1.1 Analisis Kelengkapan Administrasi Resep .................... 26
4.1.2 Analisis Kelengkapan Farmasetik Resep....................... 27
4.1.3 Analisis Kelengkapan Klinis Resep .............................. 28
4.2Pembahasan ......................................................................... 31
4.2.1 Analisis Kelengkapan Administrasi Resep .................... 31
4.2.2 Analisis Kelengkapan Farmasetik Resep....................... 33
4.2.3 Analisis Kelengkapan Klinis Resep .................................. 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 40
5.1 Kesimpulan ....................................................................... 40
5.2 Saran ................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 41
LAMPIRAN........................................................................................ 43

x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.4Definisi Operasional ..................................................................... 18

4.1 Data Analisis Kelenegkapan Administrasi Resep ....................... 27

4.2 Data Analisis Kelenegkapan Farmasetik Resep ........................... 28

4.3 Data Analisis Kelenegkapan Klinis Resep................................... 29

4.4 Data Interaksi Obat .................................................................... 30

xi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1Skema Kerangka Pikir Penelitian ................................................ 5

xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat Pengajuan Judul .......................................................... 44


2 Surat Izin Melaksanakan Penelitian ........................................ 45
3 Surat Pernyataan Telah Melakasanakan Penelitian ................ 46
4 Data Kelengkapan Resep ...................................................... 47
5 Data Distribusi Interaksi Obat ................................................. 48
6 Output SPSS Analisis Univariat .............................................. 59
7 Output SPSS Analisis Bivariat ................................................ 67

xiii
Universitas Sumatera Utara
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016, Bab I Pasal 1 Ayat 4

menyebutkan bahwa “ Resep adalah permintaan tertulis dari dokter atau dokter

gigi kepada apoteker, baik dalam bentuk paper maupun electronic untuk

menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan yang berlaku.

Resep merupakan salah satu bagian pelayanan yang berasal dari

kefarmasian di apotek atau rumah sakit yang berfungsi untuk mengurangi

kesalahan saat memberikan obat kepada pasien. Hal ini dilakukan untuk

memaksimalkan pengobatan rasional kepada penderita penyakit.Kesalahan

tersebut meliputi kelalaian pencantuman informasi yang diperlukan, penulisan

resep yang salah (yang mungkin dapat mengakibatkan kesalahan pemberian dosis

obat), serta penulisan obat yang tidak tepat untuk situasi yang spesifik (Katzung,

2004).

Kenyataannya, masih banyak permasalahan yang ditemui dalam

peresepan. Beberapa contoh permasalahan dalam peresepan adalah kurang

lengkapnya informasi pasien, kesalahan penulisan dosis, tidak dicantumkannya

aturan pemakaian obat, tidak menuliskan rute pemberian obat, dan tidak

mencantumkan tanda tangan atau paraf penulis resep (Cahyono, 2008).

Banyak faktor yang mempengaruhi permasalahan dalam peresepan,

sehingga diperlukan kepatuhan dokter dalam melaksanakan aturan-aturan

penulisan resep sesuai dengan undang-undang yang berlaku (Gibson, 1996 )

1
Universitas Sumatera Utara
Bentuk kesalahan pengobatan yang terjadi adalah pada fase prescribing

(error terjadi pada penulisan resep) yaitu kesalahan yang terjadi selama proses

peresepan obat atau penulisan resep. Dampak dari kesalahan tersebut sangat

beragam, mulai yang tidak memberi risiko sama sekali hingga terjadinya

kecacatan atau bahkan kematian (Dwiprahasto dan Kristin, 2008).

Kesalahan pengobatan yang terjadi dapat menyebabkan kegagalan terapi,

bahkan dapat timbul efek obat yang tidak diharapkan seperti terjadinya interaksi

obat. Interaksi obat merupakan suatu reaksi antara obat dan senyawa kimia lain

yang dapat mempengaruhi kerja obat sehingga dapat menimbulkan efek yang

tidak diinginkan. Tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah

medication error oleh seorang apoteker adalah melakukan skrining resep atau

pengkajian resep (Hartayu dan Aris, 2005).

Rumah Sakit USU Medan ini memiliki jumlah peresepan yang cukup

banyak dan untuk peresepan tiap harinya mencapai 80 hingga 100 resep.

Banyaknya resep yang masuk ke instalasi farmasi Rumah Sakit USU Medan

memerlukan proses pengolahan yang cepat. Kondisi yang terjadi memerlukan

penanganan khusus, sehingga kesalahan pengobatanyang mungkin terjadi dapat

dicegah.

Instalasi farmasi Rumah Sakit sebagai bagian dari Rumah Sakit yang

menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, harus dapat menjamin bahwa

pelayanan yang dilakukan tepat sesuai standar pelayanan kefarmasian yang telah

ditetapkan. Pelayanan kefarmasian ini harus dapat mengidentifikasi, mencegah

dan menyelesaikan masalah-masalah terkait obat.

2
Universitas Sumatera Utara
Uraian di atas dapat dijadikan pedoman untuk dilakukanpenelitian yang

berjudul Pengkajian Resep Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit USU Medan pada

bulan Oktober 2017. Penelitian ini menggunakan data resep yang diterima oleh

unit farmasi Rumah Sakit USU Medan pada bulan Oktober 2017. Dari data resep

tersebut dapat dianalisi kelengkapan resep dan diidentifikasi ada tidaknya efek

yang tidak diinginkanseperti interaksi obat, sehingga diharapkan dapat membantu

meningkatkan kualitas pelayanan kepada pasien untuk mendapatkan outcome

terapi yang optimal serta mendukung pelaksanaan keamanan pada pasiendi

Rumah Sakittersebut.

Standar yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan Peraturan

Menteri Kesehatan No.72 tahun 2016, dimana kegiatan pengkajian resep dimulai

dari persyaratan administrasi (nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi

badan pasien, nama dan paraf dokter serta tanggal resep), persyaratan farmasetik

(nama obat,bentuk dan kekuatan sediaan, jumlah obat dan aturan cara

penggunaan) dan persyaratan klinis (ketepatan indikasi, dosis obat, waktu

penggunaan obat, duplikasi dan/atau polifarmasi, reaksi obat yang tidak

diinginkan (alergi, efek samping obat, manifestasi klinis lain, kontraindikasi dan

interaksi obat)

Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah salah satu bagian dalam Rumah

Sakit yang berwenang dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, harus

dapat menjamin bahwa pelayanan yang dilakukannya tepat dan sesuai dengan

ketentuan standar pelayanan kefarmasian yang telah ditetapkan. Pelayanan

kefarmasian ini harus dapat mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan

masalah-masalah kesehatan terutama yang berkaitan dengan obat.

3
Universitas Sumatera Utara
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, maka perumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kelengkapan komponen-komponen

resep pasien rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara pada bulan

Oktober 2017.

1.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah diatas dapat diambil hipotesis bahwa resep

pasien rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara masih banyak

ditemukan adanya kejadian ketidaksesuaian dalam penulisan resepmenurut

PERMENKES RI No. 72 tahun 2016.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuikelengkapan komponen-

komponen resep pasien rawatjalan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

pada bulan Oktober 2017.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan gambaran sebenarnya

mengenai permasalahan dalam pengkajian kelengkapan komponen-komponen

pada resep.Selain itu, dapat menjadi data awal untuk memberikan penjelasan

kepada pihak yang berkait mengenai masalah yang berkaitan dengan resep

sehingga pihak-pihak terkait dapat membuat tindakan yang tepat dalam mengatasi

masalah ini.

4
Universitas Sumatera Utara
1.6 Kerangka Pikir Penelitian

Resep rawat jalan yang masuk ke apotek Rumah Sakit Universitas Sumatera
Utara bulan Oktober 2017

Pengkajian Resep

Analisis Administrasi Analisis Farmasetika Analisi Klinis


 Data Pasien  Nama Obat  Ketepatan
 Keterangan  Bentuk Sediaan Indikasi Obat
Dokter  Jumlah Obat  Dosis/Kekuat
 Tanggal Resep  Aturan dan Cara an Sediaan
Penggunaan Obat  Waktu
 Kesesuaian Penggunaan
Formularium Obat
 Interaksi Obat

Kelengkapan
Kejelasan
Ketepatan

Terpenuhi Tidak Tepenuhi

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

5
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Rumah Sakit

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 72 tahun

2016, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Tugas rumah sakit umum adalah

melaksanakan upaya kesehatan dan memberikan pelayanan kesehatan pada semua

bidang dan jenis penyakit.

2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian

Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolak ukur yang digunakan sebagai

pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan

kefarmasian. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan

bertanggung jawab kepada fasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan

maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien

(Menkes RI, 2016).

Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obattradisional dan kosmetika.

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan

untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi

dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,

peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Instalasi farmasi adalah

unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan pelayanan

kefarmasian di Rumah Sakit (Menkes RI, 2016).

6
Universitas Sumatera Utara
Pengaturan standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit bertujuan untuk :

a. Meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian

b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian

c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak

rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety)(Menkes RI,

2016).

Standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit meliputi standar :

a. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

b. Pelayanan farmasi klinik(Menkes RI, 2016).

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai

meliputi :

a. Pemilihan

b. Perencanaan kebutuhan

c. Pengadaan

d. Penerimaan

e. Penyimpanan

f. Pendistribusian

g. Pemusnahan dan penarikan

h. Pengendalian

i. Administrasi

7
Universitas Sumatera Utara
Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan

Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan

meminimalkan resiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan

keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life)

terjamin.

Pelayanan kefarmasian yang dilakukan meliputi :

1. Pengkajian dan pelayanan resep

2. Penelusurab riwayat penggunaan obat

3. Rekonsiliasi obat

4. Pelayanan Informasi Obat (PIO)

5. Konseling

6. Visiter

7. Pemantauan Terapi Obat (PTO)

8. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)

9. Evaluasi Penggunaan Obat (EPO)

10. Dispensing sediaan steril

11. Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD)(Menkes RI, 2016).

2.3 Pengkajian Resep

Pengkajian resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat,

bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis

resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan

administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien

rawat inap maupun rawat jalan (Menkes RI, 2016).

Persyaratan administrasi meliputi :

8
Universitas Sumatera Utara
a) Nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan pasien

b) Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter

c) Tanggal resep

d) Ruangan/ unit asal resep(Menkes RI, 2016).

Persyaratan farmasetik meliputi :

a) Nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan

b) Dosis dan jumlah obat

c) Stabilitas

d) Aturan dan cara penggunaan

Persyaratan klinis meliputi :

a) Ketepatan indikasi, dosis dan waktu pemggunaan obat

b) Duplikasi pengobatan

c) Alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD)

d) Kontraindikasi

e) Interaksi obat(Menkes RI, 2016).

Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan,

penyiapan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai termasuk

peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada

tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan

pemberian obat (medication error)(Menkes RI, 2016).

2.4 Resep

Penulisan resep dapat diartikan sebagai bentuk aplikasi pengetahuan dokter

dalam memberikan obat kepada pasien melalui kertas resep menurut kaidah dan

peraturan yang berlaku, diajukan secara tertulis kepada apoteker. Pihak apoteker

9
Universitas Sumatera Utara
sebagai pihak penerima resep berkewajiban melayani secara cermat memberi

informasi terutama menyangkut dengan penggunaan obat dan mengoreksi jika

terjadi kesalahan dalam penulisan. Dengan demikian pemberian obat dapat lebih

rasional (Jas, 2009).

Sistem formularium adalah suatu metode yang digunakan staf medik dari

suatu rumah sakit yang bekerja melalui TFT, mengevaluasi, menilai dan memilih

dari berbagai zat aktif obat dan produk obat yang tersedia, yang dianggap paling

berguna dalam perawatan penderita. Jadi, sistem formularium adalah sarana

penting dalam memastikan mutu penggunaan obat dan pengendalian harganya.

Sistem formularium menetapkan pengadaan, penulisan, dispensing, dan

pemberian suatu obat dengan nama dagang atau obat dengan nama generik apabila

obat itu tersedia dalam dua nama tersebut. Formularium adalah dokumen berisi

kumpulan produk obat yang dipilih TFT disertai informasi tambahan penting

tentang penggunaan obat tersebut, serta kebijakan dan prosedur berkaitan obat

yang relevan untuk rumah sakit tersebut, yang terus menerus direvisi agar selalu

akomodatif bagi kepentingan penderita dan staf profesional pelayan kesehatan,

berdasarkan data konsumtif dan data morbiditas serta pertimbangan klinik staf

medik rumah sakit (Lia, 2007).

Kesalahan obat adalah pemberian suatu obat yang menyimpang dari resep

atau orderdokter yang tertulis dalam kartu pengobatan penderita atau menyimpang

dari kebijakan, prosedur dan standar rumah sakit. Kecuali kesalahan karena

kelalaian memberikan dosis obat kepada penderita, yang dimaksud kesalahan obat

adalah jika dosis obat telah benar-benar sampai pada penderita. Misalnya, suatu

10
Universitas Sumatera Utara
kesalahan dosis yang terdeteksi dan diperbaiki sebelum pemberian kepada

penderita, bukan suatu kesalahan obat ( Charles, 2006 ).

Secara umum kesalahan pengobatan penyebabnya adalah kekuatan obat

pada etiket atau dalam kemasan membingungkan, nomenklatur sediaan obat

(nama obat kelihatan mirip atau bunyi nama obat mirip). Kegagalan atau gagal

fungsi peralatan, tulisan tangan tidak terbaca, penulisan kembali resep / order

dokter yang tidak tepat, perhitungan dosis yang tidak teliti, personil terlatih tidak

mencukupi, menggunakan singkatan yang tidak tepat dalam penulisan resep,

kesalahan etiket, beban kerja berlebihan, konsentrasi hilang dalam unjuk kerja

individu, serta obat-obatan yang tidak tersedia ( Charles, 2006 ).

Kesalahan pengobatan mencakup kesalahan administratif yang disebabkan

ketidakjelasan tulisan, ketidaklengkapan resep, keaslian resep ketidakjelasan

instruksi. Kesalahan farmasetik seperti dosis, bentuk sediaan, stabilitas,

inkompatibilitas, dan lama pemberian. Serta kesalahan klinis seperti alergi, reaksi

obat yang tidak sesuai, interaksi yang meliputi obat dengan penyakit, obat dengan

obat lain dalam hal lama terapi, dosis, cara pemberian dan jumlah obat (Tatro,

2009).

Demi keamanan penggunaan, obat dibagi dalam beberapa golongan. Secara

garis besar dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu obat bebas (OTC = Other of

the counter) dan Ethical (obat narkotika, psikotropika dan keras), harus dilayani

dengan resep dokter.jadi sebagian obat tidak bisa diserahkan langsung pada pasien

atau masyarakat tetapi harus melalui resep dokter (on medical prescription only).

Dalam sistem distribusi obat nasional, peran dokter sebagai “medical care” dan

alat kesehatan ikut mengawasi penggunaan obat oleh masyarakat, apotek sebagai

11
Universitas Sumatera Utara
organ distributor terdepan berhadapan langsung dengan masyarakat atau pasien,

dan apoteker berperan sebagai “pharmaceutical care” dan informan obat, serta

melakukan pekerjaan kefarmasian di apotek. Di dalam sistem pelayanan

kesehatan masyarakat, kedua profesi ini harus berada dalam satu tim yang solid

dengan tujuan yang sama yaitu melayanikesehatan dan menyembuhkan pasien

(Jas, 2009).

2.4.1 Jenis-jenis resep

Jenis-jenis resep terdiri dari :

1. Resep standar (R/. Officinalis), yaitu resep yang obatnya/komposisi telah

tercantum dalam buku farmakope atau buku lainnyadan merupakan standar.

2. Resep magistrale (R/. Polifarmasi), yaitu resep formula obatnya disusun

sendiri oleh dokter penulis resep dan menentukan dosis serta entuk sediaan

obat sendiri sesuai penderita yang dihadapi.

Jas 2009 menyebutkan jenis-jenis resep yaitu :

3. Resep medicinal, yaitu resep obat jadi, bisa berupa obat paten, merk dagang

maupun generik, dalam pelayanannya tidak mengalami peracikan.

4. Resep obat generik, yaitu penulisan resep obat dengan nama generik dalam

bentuk sediaan dan jumlah tertentu. Dalam pelayanannya bisa atau tiak

mengalami peracikan (Wibowo, 2010).

2.4.2 Penulisan Resep

Penulisan resep adalah pemberian obat secara tidak langsung, ditulis jelas

dengan tinta, tulisan tangan pada kop resmi kepada pasien, format dan kaidah

penulisan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang mana

permintaan tersebut disampaikan kepada farmasi atau apoteker di apotek agar

12
Universitas Sumatera Utara
diberikan obat dalam bentuk kesediaan dan jumlah tertentu sesuai permintaan

kepada pasien yang berhak (Wibowo, 2010).

Dalam Penulisan resep biasanya terdiri dari 6 bagian, yaitu:

a. Inscriptio: Nama dokter, no. SIP, alamat/ telepon/HP/kota/tempat, tanggal

penulisan resep. Untuk obat narkotika hanya berlaku untuk satu kota provinsi.

Sebagai identitas dokter penulis resep. Format inscriptio suatu resep dari rumah

sakit sedikit berbeda dengan resep pada praktik pribadi.

b. Invocatio: permintaan tertulis dokter dalam singkatan latin “R/ = resipe” artinya

ambilah atau berikanlah, sebagai kata pembuka komunikasi dengan apoteker di

apotek.

c. Prescriptio/ Ordonatio: nama obat dan jumlah serta bentuk sediaan yang

diinginkan.

d. Signatura: yaitu tanda cara pakai, regimen dosis pemberian, rute dan interval

waktu pemberian harus jelas untuk keamanan penggunaan obat dan

keberhasilan terapi.

e. Subscrioptio : yaitu tanda tangan/ paraf dokter penulis resep berguna sebagai

legalitas dan keabsahan resep tersebut.

f. Pro (diperuntukkan) : dicantumkan nama dan umur pasien. Teristimewa untuk

obat narkotika juga harus dicantumkan alamat pasien (untuk pelaporan ke

Dinkes setempat) (Jas, 2009).

Kesalahan penulisan resep sangat berkaitan dengan kesalahan medikasi

karena banyak kesalahan medikasi terjadi karena kesalahan penulisan resep (Bobb

et al., 2004). Dalam sebuah penelitian di Malaysia mengatakan bahwa salah satu

penyebab terjadinya kesalahan dalam penulisan resep adalah ketidak patuhan

13
Universitas Sumatera Utara
dalam penulisan resep (Ni, et al., 2002). Kesalahan dalam penulisan obat

(Prescribing error) terdiri dari:

a. Kesalahan karena kelalaian (error of omission) biasanya berkaitan dengan

informasi penulis resep dan pasien, selain itu berkaitan dengan tidak adanya

informasi mengenai bentuk sediaan, dosis dan cara penggunaan.

b. Kesalahan pelaksanaan/pesanan (error of commission) biasanya berkaitan

dengan klinis seperti kesalahan dosis obat, interaksi obat dan kesalahan cara

penggunaan obat.

2.4.3 Penulis Resep

Pihak yang berhak menulis resep adalah :

- Dokter Umum

- Dokter gigi, terbatas pada pengobatan gigi dan mulut

- Dokter hewan, terbatas pada pengobatan pada hewan/ pasien hanya hewan

(Syamsuni, 2006).

2.4.4 Kerahasiaan dalam Penulisan Resep

Resep menggambarkan sarana komunikasi professional antara dokter

(penulis resep), APA (penyedia/pemberi obat) dan penderita (yang menggunakan

obat). Oleh karena itu, resep tidak boleh diberikan atau diperlihatkan kepada yang

tidak berhak karena resep bersifat rahasia (Lestari,2002).

Rahasia dokter dengan apoteker menyangkut penyakit penderita, khusus

beberapa penyakit, dimana penderita tidak ingin orang lain mengetahuinya. Oleh

sebab itu, kerahasiaannya dijaga, kode etik dan tata cara (kaidah) penulisan resep

(Jas,2009).

14
Universitas Sumatera Utara
Resep asli harus disimpan di apotek dan tidak boleh diperlihatkan kecuali

oleh yang berhak, yaitu :

a. Dokter yang menulis atau merawatnya

b. Pasien atau keluarga pasien yang bersangkutan

c. Paramedis yang merawat pasien

d. Apoteker yang mengelola apotek bersangkutan

e. Aparat pemerintah serta pegawai (kepolisian, kehakiman, kesehatan) yang

ditugaskan untuk memeriksa

f. Petugas asuransi untuk kepentingan klem pembayaran (Syamsuni, 2007).

2.4.5 Prinsip Penulisan Resep di Indonesia

Setiap negara mempunyai ketentuan sendiri tentang informasi apa yang

harus tercantum dalam sebuah resep (WHO, 1994).

Prinsip penulisan resep yang berlaku di Indonesia (Jas, 2009) :

1. Obat ditulis dengan nama paten/dagang, generik, resmi atau kimia

2. Karakteristik nama obat ditulis harus sama dengan yang tercantum di label

kemasan

3. Resep ditulis dengan jelas di kop resep resmi

4. Bentuk sediaan dan jumlah obat ditentukan dokter penulis resep

5. Signatura ditulis dalam singkatan bahasa latin

6. Pro atau peruntukan dinyatakan umur pasien.

15
Universitas Sumatera Utara
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan

rancangan penelitian deskriptif yang bersifat prospektif. Penelitian deskriptif

berarti data yang telah didapatkan dideskripsikan secara objektif dengan

memaparkan fenomena yang terjadi dengan bantuan tabel atau gambar. Penelitian

ini bersifat prospektif dengan melakukan pengamatan terhadap kelengkapan

komponen-komponenresep bulan Oktober 2017.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah SakitUSU Medan. Rumah Sakit USUMedan

dipilih berdasarkan lokasi yang strategis seperti mudah dijangkau penduduk dan

pihak Rumah Sakit bersedia memberi izin untuk dilakukan penelitian.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama satu bulan yaitu dilakukan pada bulan

Oktober2017 dari jam 09.00 s/d 16.00 di Rumah SakitUSU Medan.

16
Universitas Sumatera Utara
3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia,

hewan, tumbuhan, gejala nilai tes atau peristiwa sebagai sumber data yang elah

didapatkan dan dideskriptifkan secara objektif dengan memaparkan fenomena

yang terjadi dengan bantuan tabel atau gambar (Arikunto,2010).

Pada penelitian ini populasi yang digunakan adalah semua resep pasien

rawat jalan di Rumah Sakit USU Medan.

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah resep pasien rawat jalan di Rumah Sakit

USU Medan. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive

sampling sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi serta berdasarkan

waktu pengumpulan data yang tersedia (Swarjana, 2012).

Jumlah sample yang diambil ditentukan dengan rumus Slovin digunakan

untuk menentukan ukuran sampel minimal (n) jika diketahui ukuran populasi (N)

pada taraf signifikan ɑ adalah :

𝑁𝑁
n=
1+𝑁𝑁𝑁𝑁 2

2400
n= = 343
1+2400(0.05)2

Berdasarkan hasil perhitungan, maka didapat hasil 343 lembar resep sebagai

jumlah sample minimal yang diperoleh dalam penelitian. Jumlah tersebut adalah

jumlah resep yang diambil selama bulan Oktober 2017. Untuk validasi hasil

17
Universitas Sumatera Utara
penelitian, maka jumlah lembar resep yang digunakan dalam penelitian ini adalah

350 lembar resep.

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Definisi
Variabel Cara Ukur Ukuran Skala
Operasional
1 Kelengka -Lengkap Menilai/melihat/mengob -Lengkap Nomin
pan secara servasi resep pasien bila secara al
administras rawat jalan di RS USU administras
i (data i,
pasien, farmasetik
paraf dan klinis
dokter, terpenuhi
legalitas -Tidak
narkotik lengkap
dan bila secara
kesesuaian administras
dengan i,
formulariu farmasetik
m) dan klinis
-Lengkap tidak
secara terpenuhi
Farmasetik
(bentuk
sediaan dan
ketercampu
ran obat)
-Lengkap
secara
Klinis
(nama obat,
ketepatan
dosis,
signa, rute
pemberian,
frekuensi
pemberian
dan
interaksi
obat)

18
Universitas Sumatera Utara
No. Variabel Definisi Cara Ukur Ukuran Skala
Operasional
2 Data Menilai/melihat Ukuran Nomin
Pasien Informasi kelengkapan data pasien -Lengkap al
utama (nama, alamat, tanggal bila data
mengenai lahir dan no rekam medis pasien
pasien pasien terpenuhi
seperti -Tidak
nama, lengkap
alamat, bila secara
tanggal administraS
lahir dan no i,
rekam farmasetik
medis dan klinis
pasien tidak
terpenuhi
3 Paraf Tanda Menilai/melihat -Lengkap Nomin
dokter tangan atau kelengkapan paraf dokter bila paraf al
stempel penulis resep dokter
nama dosen terpenuhi
penulis -Tidak
resep yang lengkap
berguna bila paraf
sebagai dokter tidak
legalitas terpenuhi
resep
tersebut

5 Formulari Kompilasi Menilai/melihat/mengob -Sesuai bila Nomin


um obat nama obat servasi kesesuaian resep tidak ada al
yang telah dengan formularium obat keterangan
disepakati ne det / nd
untuk pada resep
digunakan -Tidak
di Rumah sesuai bila
Sakit ada
beserta keterangan
informasi ne det / nd
dosis, pada resep
indikasi,
kontraindik
asi, efek
samping,
dll.

19
Universitas Sumatera Utara
No Variabel Definisi Cara Ukur Ukuran Skala
Operasional
6 Bentuk bentuk menilai/melihat/mengobs -Jelas bila Nomin
Sediaan tertentu ervasi kejelasan penulisan al
sesuai penulisan bentuk sediaan bentuk
dengan sediaan
kebutuhan, ditulis
mengandun dengan
g suatu zat jelas
aktif atau -Tidak
lebih dalam Jelas bila
pembawa Penulisan
yang bentuk
digunakan sediaan
sebagai ditulis
obat dalam dengan
atau obat tidak jelas
luar

8 Nama Label atau menilai/melihat/mengobs - Jelas bila Nomin


obat sebutan ervasi kejelasan penulisan al
yang penulisan nama obat nama obat
diberikan ditulis
pada obat dengan
jelas dan
terang
- Tidak
jelas bila
penulisan
nama obat
ditulis
dengan
tidak jelas
9 Dosis obat Takaran menilai/melihat/mengobs -Tepat bila Nomin
obat yang ervasi kejelasan dosis yang al
diberikan penulisan dan ketepatan diberikan
kepada dosis obat sesuai
pasien yang dengan
mendapat yang
terapi, dibutuhkan
tercantum pasien
pada resep
-Tidak
tepat bila
dosis yang
diberikan
tidak sesuai

20
Universitas Sumatera Utara
No. Variabel Definisi Cara Ukur Ukuran Skala
Operasional
10 Signa Petunjuk Menilai/melihat/mengob -Jelas bila Nomin
penggunaan servasi kejelasan penulisan al
obat bagi penulisan signa signa obat
pasien pada ditulis
bagien dengan
resep yang jelas
ditulis oleh
dokter
penulis
resep
-Tidak jelas
bila
penulisan
signa obat
ditulis
dengan
tidak jelas

11 Rute Jalur obat Menilai/melihat/mengob -Jelas bila Nomin


Pemberia masuk ke servasi kejelasan penulisan al
n dalam penulisan rute pemberian rute
tubuh obat pemberian
ditulis
dengan
jelas
-Tidak jelas
bila
penulisan
rute
pemberian
ditulis
dengan
tidak jelas
12 Frekuensi Jangka Menilai/melihat/mengob -Tepat bila Nomin
Pemberia waktu servasi kejelasan frekuensi al
n pemberian penulisan dan ketepatan pemberian
obat yang frekuesnsi pemberian obat yang
tercantum obat diberikan
pada resep sesuai
-Tidak
tepat bila
dosis yang
diberikan
tidak sesuai

21
Universitas Sumatera Utara
No. Variabel Definisi Cara Ukur Ukuran Skala
Operasional
13 Interaksi Menilai/melihat/mengob -Ada bila Nomin
obat Situasi servasi kemungkinan dalam al
dimana terjadinya interaksi obat peresepan
suatu zat berpotensi
mempengar mengalami
uhi akivitas interaksi
suatu obat, obat
yaitu -Tidak ada
meningkatk bila dalam
an atau peresepan
menurunka tidak
n efeknya, berpotensi
atau mengalami
menghasilk interaksi
an efek obat
baru yang
tidak
diinginkan
atau
direncanaka
n

3.5Tata Cara Penelitian

Terdapat tiga tahap penelitian yaitu tahap perencanaan, tahap pengambilan

data dan taham penyelesaian data.

1. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan dimulai dengan penentuan masalah dan analisis situasi.

Di dalam penentuan masalah ditetapkan masalah yang akan diteliti.

Sedangkan yang termasuk di dalam situasi adalah perijinan dan diskusi

dengan pihak Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

2. Tahap Pengambilan Data

Setelah berdiskusi dengan pihak Rumah Sakit dan mendapat izin

penelitian, maka dilakukan pengambilan data secara prospektif dengan melihat

22
Universitas Sumatera Utara
resep pasien rawat jalan bulan Oktober 2017 yang dilakukan adalah mengamati

dan mencatat semua bentuk-bentuk kelengkapan resep dan terkait obat

dariformulir yang telah dibuat.

3. Tahap Pengolahan Data

Setelah pengumpulsn data selesai dilakukan, maka dilakukan pengolahan

data. Proses pengolahan data dilakukan dengan tahapan:

a. Analisis kelengkapan resep

Setelah dilakukan sampling, selanjutnya resep tersebut dilakukan

pengamatan satu persatu dengan cara mencatat semua bentuk-bentuk

kelengkapan resep dan diamati dari formulir yang telah dibuat.

b. Data yang telah diperoleh kemudian dimasukkan ke dalam komputer

untuk melihat presentase kelengkapan resep yang sudah diamati.

c. Selanjutnya dilakukan analisa dari hasil pengamatan.

3.6 Cara Kerja Penelitian

1. Alat pengumpulan data

Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder yang diperoleh dari

resep rawat jalan yang masuk diunit farmasi Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara bulan Oktober 2017 sebanyak 350 lembar resep.

2. Pengumpulan data

Data yang dikumpulkan berupa kelengkapan resep yang meliputi

a. Keabsahan resep :

 Data pasien

 Penulisan obat

23
Universitas Sumatera Utara
 Signa obat

 Paraf dokter

 Legalitas narkotik

 Formularium obat

b. Terkait obat :

 Dosis Sediaan

 Bentuk sediaan

 Rute pemberian

 Frekuensi pemberian

 Ketercampuran obat

 Efek samping obat : untuk efek samping obat peneliti menganggap

100%, karena dalam setiap obat pasti mempunyai efek samping yang

mungkin muncul pada pasien atau bahkan tidak muncul.

 Interaksi obat

3.7 Analisi Data

Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan dan dilakukan analisis.

Analisis data dilakukan menggunakan program Microsoft Office Excel 2007 dan

program SPSS (Stastitical Package for The Social Science) 16.0.

Pengolahan data yang dilakukan meliputi analisis univariat dan bivariat.

Analisis univariat adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis setiap

variabel yang ada secara deskriptif (Notoatmojo, 2003).

Adapun data dengan menggunakan analisis univariat ialah kelengkapan

resep pada bulan Oktober 2017 di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Analisis yang dilakukan didasarkan dari pengamatan satu persatu dengan cara

24
Universitas Sumatera Utara
mencatat semua bentuk-bentuk kelengkapan resep dengan menggunakan formulir

yang telah dibuat.

Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan terhadap dua variabel

yang diduga berhubungan / berkolerasi. Adapun pengolahan data menggunakan

analisis bivariat bertujuan untuk melihat hubungan antara jumlah jenis obat dalam

satu resep dengan banyaknya kejadian interaksi obat yang ada. Dalam penelitian

ini menggunakan uji chi-square atau uji kai kuadrat dengan interpretasi hasil p

value < 0,05.

25
Universitas Sumatera Utara
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian tentang pengkajian resep ini dilakukan terhadap 350 resep

pasien rawat jalan di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara pada bulan

Oktober 2017, dengan mengamati kelengkapan persyaratan administrasi,

farmasetik dan klinis serta gambaran interaksi obat pada resep. Dalam pengkajian

resep ini digunakan parameter pedoman penulisan resep yaitu Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 72 tahun 2016 tentang standard pelayanan

kefarmasian di Rumah Sakit. Melalui hasil pengamatan dari 350 lebar resep

pasien rawat jalan diketahui masih banyak terdapat ketidaklengkapan penulisan

resep setiap harinya.

4.1.1 Analisis Kelengkapan Administrasi Resep

Pada penelitian ini, sekitar lebih dari dua ribu lembar resep pada bulan

Oktober masuk ke Instalasi Farmasi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

Berdasarkan perhitungan, sampel minimal adalah sebanyak 343 resep. Untuk

validasi hasil penelitian, jumlah lembar resep yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 350 lembar resep. Resep tersebut diamati kelengkapan Administrasi resep

mencakup kelengkapan data pasien, kelengkapan keterangan dokter, dan tanggal

resep. Data kelengkapan administrasi resep tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1

26
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Data Analisis Kelengkapan Administrasi Resep
Persyaratan Kelengkapan Resep
No Administrasi
Ya (%) Tidak (%)
1 Data Pasien
Nama 349 (99,7) 1 (0,3)
Usia 350 (100) 0
Jenis Kelamin 350 (100) 0
Berat Badan 12 (3,4) 338 (96,6)
Tinggi Badan 0 350 (100)
2 Keterangan Dokter
Nama Dokter 350 (100) 0
SIP 350 (100) 0
Paraf Dokter 350 (100) 0
3 Tanggal Resep 340 (97,1) 10 (2,9)

Pada Tabel4.1, dapat diketahui hasil analisis ketidaklengkapan persyaratan

administrasi resep yang ditulis oleh dokter terbanyak pada kelengkapan data

pasien, dimana kelengkapan data pasien ini mencakup penulisan berat badan

pasien yaitu 96,6% (338 lembar resep), penulisan tinggi badan pasien 100% (350

resep), dan penulisan nama pasien 0,3% (1 lembar resep). Ketidaklengkapan

administrasi resep yang ditulis oleh dokter terbanyak kedua adalah pada penulisan

tanggal resep yaitu 2,9% (10 lembar resep). Sedangkan untuk kelengkapan

keterangan dokter telah memenuhi persyaratan kelengkapan administrasi yaitu

penulisan nama dokter 100% (350 lembar resep), SIP dokter 100% (350 lembar

resep), dan paraf dokter 100% (350 lembar resep).

4.1.2 Analisis Kelengkapan Persyaratan Farmasetik Resep

Pada penelitian ini selanjutnya resep dilakukan analisis terhadap

kelengkapan persyaratan farmasetik resep.. Analisis kelengkapan persyaratan

farmasetik resepmeliputi nama obat, bentuk sediaan, jumlah obat, aturan dan cara

27
Universitas Sumatera Utara
penggunaan, kesesuaian formularium. Data hasil analisis tersebut dapat dilihat

pada tabel 4.2

Tabel 4.2 Data Analisis Kelengkapan Persyaratan Farmasetik Resep


Kelengkapan Resep
No Persyaratan Farmasetik
Ya (%) Tidak (%)
1 Nama Obat 312 (89,1) 38 (10,9)
2 Bentuk Sediaan 92 (26,3) 258 (73,7)
3 Jumlah Obat 350 (100) 0
Aturan dan Cara
4 Penggunaan 292 (83,4) 58 (16,6)
5 Kesesuaian Formularium 324 (92,6) 26 (7,4)

Hasil analisis pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa ketidaklengkapan

penulisan bentuk sediaan obat lebih besar dibanding dengan ketidaklengkapan

penulisan aturan dan cara penggunaan, nama obat,kesesuaian formularium dan

jumlah obat. Hasil penulisan bentuk sediaan obat yang ditulis tidak lengkap

adalah sebanyak 73,7 % (258 lembar resep), penulisan aturan dan cara

penggunaan obat yang tidak lengkap adalah sebanyak 16,6% (58 lembar resep),

penulisan nama obat yang tidak lengkap sebanyak 10,9% (38 lembar resep),

penulisan jumlah obat yang tidak lengkap sebanyak 0 % dan ketidaksesuaian

terhadap formularium adalah sebanyak 7,4% (26 lembar resep). Hasil 92 lembar

resep dengan penulisan bentuk sediaan yang ditulis dengan jelas tersebut

diketahui bahwa bentuk sediaan yang diberikan sudah tepat. Berdasarkan literatur,

aturan dan cara penggunaan obat pada 292 lembar resep tersebut sudah tepat.

4.1.3 Analisis Terkait Kelengkapan Klinis Resep

Pada penelitian ini, selanjutnya dilakukan analisis terhadap kelengkapan

persyaratan klinis resep. Data hasil analisis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.3

28
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3Data Analisis Kelengkapan Persyaratan Klinis Resep
Kelengkapan Resep
No Persyaratan Klinis
Ya (%) Tidak (%)
1 Ketepatan Indikasi 350 (100) 0
2 Dosis/Kekuatan Sediaan 318 (90,9) 32 (9,1)
3 Waktu Penggunaan Obat 346 (98,9) 4 (1,1)
4 Interaksi Obat 127 (36,3) 223 (63,7)

Hasil analisis dari Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ketidakjelasan penulisan

dosis sediaan lebih besar dibanding dengan penulisan waktu penggunaan obat dan

ketepatan indikasi. Hasil penulisan dosis sediaan yang ditulis dengan jelas adalah

sebanyak 90,9%(318 lembar resep). Hasil 318 resep dengan penulisan dosis

sediaan yang jelas tersebut diketahui bahwa dosis sediaan yang diberikan sudah

tepat. Waktu penggunaan obat yang ditulis dengan jelas adalah sebanyak 98,9%

(346 resep). Berdasarkan literatur, hasil waktu penggunaan obat pada 346 lembar

resep tersebut sudah tepat. Sedangkan penulisan ketepatan indikasi obat adalah

sebanyak 100% (350 lembar resep).

Pada Tabel 4.3 juga diketahui bahwa dari 350 lembar resep yang dianalisis,

resep yang tidak berpotensi mengalami interaksi obat lebih besar dibandingkan

resep yang berpotensi mengalami interaksi obat. Hal ini diketahui dari hasil

analisis yaitu sebanyak 63,7% (223 lembar resep) tidak berpotensi mengalami

interaksi obat,sedangkan sebanyak 36,3% (127 lembar resep) berpotensi

mengalami interaksi obat.

Pada penelitian ini, selanjutnya dilakukan analisis terhadap gambaran

jumlah obat yang berpotensi mengalami interaksi obat. Dimana resep

dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok resep yang mempunyai

jumlah obat dua hingga kurang dari lima macam obat dan resep yang mempunyai

29
Universitas Sumatera Utara
jumlah obat lebih atau sama dengan lima. Dari kelompok-kelompok resep tersebut

didapat gambaran jumlah obat yang berpotensi mengakibatkan interaksi obat yang

terdapat pada Tabel 4.4

Tabel 4.4 Gambaran Jumlah Obat Berdasarkan Ada Tidaknya Potensi Interaksi
Obat dan Gambaran Distribusi Jumlah Jenis Obat yang Diresepkan dalam Lembar
Resep dengan Kejadian Interaksi Obat
Tidak
AdaPotensi
BerpotensiInterak Total P
Interaksi
Kriteria Kategori si Value
N % N % N %
Jenis 6 27 10
Obat 2-<5Obat 5 23,4 213 76,6 8 0 0,000
6 10
>5Obat 2 86,1 10 13,9 72 0

Berdasarkan hasil analisis lembar resep tersebut, sebanyak 127 lembar resep

(36,3%) berpotensi mengalami interaksi obat dan sebanyak 223 lembar resep

(63,7%) tidak berpotensi mengalami interaksi obat. Dari Tabel 4.4 diatas dapat

dilihat bahwa potensi interaksi obat lebih banyak terjadi pada lembar resep

dengan jumlah obat dua hingga kurang dari lima macam obat, yaitu sebanyak 65

lembar resep (23,4%) dari total 278 lembar. Sedangkan yang potensi interaksi

obat lebih sedikit terjadi pada lembar resep dengan jenis obat lebih atau sama

dengan jenis obat lebih atau sama dengan lima yaitu sebanyak 62 lembar resep

(86,1%). Hal ini terjadi karena dalam resep obat yang jumlahnya >5 lebih sedikit

dibandingkan obat yang jumlahnya 2-<5. Pada dasarnya, semakin banyak jumlah

obat dalam suatu resep maka semakin besar kemungkinan terjadinya interaksi

obat.

Berdasarkan Table 4.4, hasil analisis hubungan antarajumlah jenis obat

dalam 1 resep dengan kejadian interaksi obat dengan menggunakan uji chi-square

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah jenis obat

30
Universitas Sumatera Utara
dalam satu resep dengan kejadian potensi interaksi obat. Hal ini ditunjukkan dari

nilai probabilitas sebesar 0,000 (P value <0,05).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisis Kelengkapan Persyaratan Administrasi Resep

Penelitian tentang analisis resep ini dilakukan di apotek rawat jalan Rumah

Sakit Universitas Sumatera Utara menggunakan lembar resep periode bulan

Oktober 2017, hasil inklusi didapatkan sebanyak 2400 dan sampel yang diambil

menggunakan tehnik random sampling sebanyak 350 lembar resep. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa masih banyak ketidaklengkapan resep.

Pada Tabel4.1, dapat diketahui hasil analisis ketidaklengkapan persyaratan

administrasi resep yang ditulis oleh dokter terbanyak pada kelengkapan data

pasien, dimana kelengkapan data pasien ini mencakup penulisan berat badan

pasien yaitu 96,6% (338 lembar resep), penulisan tinggi badan pasien 100% (350

resep), dan penulisan nama pasien 0,3% (1 lembar resep). Data pasien dalam

penulisan resep cukup penting., hal ini sangat diperlukan dalam proses pelayanan

peresepan sebagai pembeda ketika ada nama pasien yang sama agar tidak terjadi

kesalahan pemberian obat pada pasien. Seperti contohnya umur dan no rekam

medik pasien sangatlah penting dan harus dicantumkan. Dalam resep bentuk

ketidaklengkapan data pasien dalam resep yang diamati ini beragama, yaitu

karena tidak dituliskannya tanggal lahir atau umur pasien, alamat, no rekam

medik pasien, atau bahkan tidak dicantumkan ketiganya.

Ketidaklengkapan persyaratan administrasi resep yang ditulis oleh dokter

terbanyak kedua adalah pada penulisan tanggal resep yaitu 2,9% (10 lembar

31
Universitas Sumatera Utara
resep). Sedangkan untuk kelengkapan keterangan dokter telah memenuhi

persyaratan kelengkapan administrasi yaitu penulisan nama dokter 100% (350

lembar resep), SIP dokter 100% (350 lembar resep), dan paraf dokter 100% (350

lembar resep).

Penelitian ini tidak ditemukan adanya resep tanpa tanda tangan atau stempel

nama dokter. Dimana resep yang tidak mencantumkan tanda tangan diganti

dengan stempel nama dokter. Paraf atau tanda tangan dokter juga berperan

penting dalam resep agar dapat menjamin keaslian resep dan berfungsi sebagai

legalitas dan keabsahan resep tersebut. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian

Prawitosari (2009) yang mendapatkan hasil ketidaklengkapan pencantuman paraf

dokter sebanyak 6,8%. Pada kasus pencantuman tanda tangan/paraf dokter ini

hasil yang didapatkan sangat bagus karena 100% resep yang dikaji mencantumkan

stempel nama dokter sebagai pengganti tanda tangan. Dengan ini berarti, resep

yang diberikan kepada pasien merupakan resep yang sah yang dberi oleh dokter

yang bersangkutan.

Nama dokter, SIP, alamat, telepon, paraf atau tanda tangan dokter serta

tanggal penulisan resep sangat penting dalam penulisan resep agar Apoteker

Pengelola Apotek melakukan skrining resep kemudian terjadi kesalahan mengenai

kesesuaian farmasetik yang meliputi bentuk sediaan, dosis potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian, dokter penulis resep tersebut bisa

dapat langsung dihubungi untuk melakukan pemeriksaan kembali.

Format resep yang rasional dari rumah sakit sedikit berbeda dengan resep

pada praktik pribadi. Resep di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara tidak

tercantum Surat Izin Praktek (SIP), hal ini dikarenakan dokter-dokter yang

32
Universitas Sumatera Utara
bekerja atau melakukan praktek di rumah sakit tersebut bernaung dibawah izin

operasional rumah sakit dimana menurut PERMENKES RI No. 71 tahun 2016

izin operasional rumah sakit adalah izin yang diberikan oleh pejabat yang

bernaung sesuai kelas rumah sakit kepada penyelenggara/pengelola rumah sakit

untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan di rumah sakit setelah memenuhi

persyaratan dan standar yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan. Jadi

berbeda dengan resep dokter yang membuka praktek sendiri di luar rumah sakit

dimana resep dokter yang membuka praktek sendiri harus mencantumkan Surat

Izin Praktek (SIP) agar dapat memberikan perlindungan kepada pasien dan

memberi kepastian hukum serta jaminan kepada masyarakat bahwa dokter

tersebut benar-benar layak dan telah memenuhi syarat untuk menjalankan praktik

seperti yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang. Akan tetapi pada penelitian

ini, paraf dokter dalam resep yang diterima di Instalasi Farmas Rumah Sakit

Universitas Sumatera Utara diganti dengan stempel dokter dimana didalamnya

terdapat nama dokter dan SIP.

4.2.2 Analisis Kelengkapan Persyaratan Farmasetik Resep

Penelitian selanjutanya (Tabel 4.2),menunjukkan bahwa ketidaklengkapan

penulisan bentuk sediaan obat lebih besar dibanding dengan ketidaklengkapan

penulisan aturan dan cara penggunaan, nama obat,kesesuaian formularium dan

jumlah obat. Hasil penulisan bentuk sediaan obat yang ditulis tidak lengkap

adalah sebanyak 73,7 % (258 lembar resep), penulisan aturan dan cara

penggunaan obat yang tidak lengkap adalah sebanyak 16,6% (58 lembar resep),

penulisan nama obat yang tidak lengkap sebanyak 10,9% (38 lembar resep),

33
Universitas Sumatera Utara
penulisan jumlah obat yang tidak lengkap sebanyak 0 % dan ketidaksesuaian

terhadap formularium adalah sebanyak 7,4% (26 lembar resep).

Penulisan bentuk sediaan obat yang tidak jelas didapatkan hasil sebanyak

73,7% (258 lembar resep). Pada resep, seharusnya penulisan bentuk sediaan harus

ditulis dengan jelas agar tidak memicu terjadinya kesalahan pemberian bentuk

sediaan obat yang akan digunakan oleh pasien sesuai dengan kebutuhan, keadaan

dan kondisi pasien. Misalnya Paracetamol, dimana paracetamol memiliki bentuk

sediaan lebih dari satu. Maka dalam resep perlu dituliskan bentuk sediaan tablet

atau syrup. Hasil ketidaklengkapan penulisan bentuk sediaan ini sesuai dengan

penelitian Octavia (2011) yang mendapatkan hasil ketidakjelasan penulisan

bentuk sediaan sebanyak 60,2%.

Pada Tabel 4.2 diketahui juga hasil dari ketidakjelasan penulisan aturan dan

cara penggunaan obat yaitu sebanyak 16,6 % (58 lembar resep). Dalam resep,

penulisan aturan dan cara penggunaan obat sangat penting agar dalam proses

pelayanan tidak terjadi kekeliruan dalam pembacaan pemakaiaan obat, sehingga

pasien dapat meminum obat sesuai dengan cara dan aturan pemakaian obat.

Dengan demikian, seharusnya dokter menuliskan signa obat dengan jelas agar

terhindar dari kesalahan pemakaian obat. Hasil ketidakjelasan penulisan signa

obat ini sesuai dengan penelitian Prawitosari (2009) Yng mendapatkan hasil

ketidakjelasan penulisan signa obat sebanyak 50,8 %.

Selanjutnya hasil ketidakjelasan penulisan nama obat pada resep sebanyak

10,9 % ( 38 lembar resep ). Penulisan nama obat sangat penting dalam resep agar

ketika proses pelayanan tidak terjadi kesalahan pemberian obat, karena banyak

obat yang tulisannya hampir sama atau penyebutannya sama. Untuk itu, dokter

34
Universitas Sumatera Utara
harus menuliskan nama obat dengan jelas sehingga terhindar dari kesalahan

pemberian obat.

Selanjutnya untuk hasil ketidaksesuaian obat dengan Formularium

didapatkan hasil sebanyak 7,4 % ( 26 lembar resep). Resep yang tidak sesuai

dengan formularium ini akhirnya dilakukan perubahan agar sesuai dengan

formularium. Formularium dalam hal ini adalah formularium rumah sakit tempat

dilakukannya penelitian yang mengacu dari formularium nasional.

Formularium disusun dengan tujuan untuk penyempurnaan efektifitas,

penurunan resiko, penurunan biaya, dan penyempurnaan pengadaan obat,

sehingga formularium rumah sakit yang digunakan dengan baik dapat

membimbing dokter dalam peresepan obat yang paling aman dan paling efektif

untuk mengobati masalah medis tertentu (Siregar,2004).

Formularium rumah sakit yang telah disusun bersama harus dipatuhi oleh

seluruh praktisi rumah sakit sebagai pedoman yang digunakan dalam pemberian

terapi, hal ini seperti dijelaskan oleh Menteri Kesehatan RI dalam buku Standar

Pelayanan Minimal Rumah Sakit, tercapainya suatu pelayanan rumah sakit dapat

dilihat dari penulisan resep yang sesuai dengan formularium, dimana standar

kesesuaiannya adalah 100% (Menteri Kesehatan RI, 2008).

4.2.3 Analisis Kelengkapan Persyaratan Klinis Resep

Hasil analisis dari Tabel 4.3 menunjukkan bahwa ketidakjelasan penulisan

dosis sediaan lebih besar dibanding dengan penulisan waktu penggunaan obat dan

ketepatan indikasi. Hasil penulisan dosis sediaan yang ditulis dengan jelas adalah

sebanyak 90,9%(318 lembar resep). Hasil 318 resep dengan penulisan dosis

sediaan yang jelas tersebut diketahui bahwa dosis sediaan yang diberikan sudah

35
Universitas Sumatera Utara
tepat. Waktu penggunaan obat yang ditulis dengan jelas adalah sebanyak 98,9%

(346 resep). Berdasarkan literatur, hasil waktu penggunaan obat pada 346 lembar

resep tersebut sudah tepat. Sedangkan penulisan ketepatan indikasi obat adalah

sebanyak 100% (350 lembar resep).

Resep dianalisis terhadap kejelasan penulisan dosis sediaan dan ketepatan

dosis sediaan serta kejelasan penulisan waktu pemberian obat beserta ketepatan

indikasi obat. Analisis ketidakjelasan penulisan dosis sediaan pada resep

didapatkan hasil sebanyak 9,1% (32 lembar resep). Dengan ini, diketahui bahwa

hanya 90,9% (318 lembar resep) dosis sediaan obat yang ditulis dengan jelas.

Sebanyak 318 lembar resep yang ditulis dengan jelas tersebut setelah dilakukan

analisis berdasarkan literatur, dosis sediaan yang diberikan sudah tepat. Penulisan

dosis sediaan obat harus ditulis dengan jelas agar terhindar dari kesalahan

pemberian jumlah dosis mengingat adanya obat-obat yang memiliki dosis lebih

dari satu. Dimana dosis obat itu sendiri adalah jumlah atau ukuran yang

diharapkan dapat menghasilkan efek terapi pada fungsi tubuh yang mengalami

gangguan. Misalnya Amoxan 500 mg dan Amoxan 250 mg, maka dosis obat perlu

ditulis dengan jelas dalam peresepan. Tetapi biasanya ada kesepakatan tidak

tertulis dalam pelayanan obat tersebut bahwa jika kekuatan obat tidak tertulis

maka diberikan obat dengan kekuatan kecil. Oleh karena itu, dosis sediaan harus

ditulis dengan jelas dan harus sesuai/tepat. Hasil ketidakjelasan penulisan

kekuatan sediaan obat ini sesuai dengan penelitian Prawitosari (2009) yang

mendapatkan hasil ketidakjelasan penulisan kekuatan sediaan sebanyak 50,8%.

Selanjutnya untuk hasil ketidaksesuaian penulisan waktu penggunaan dan

pemberian obat didapatkan hasil sebanyak 1,1% (4 lembar resep). Hasil

36
Universitas Sumatera Utara
ketidakjelasan penulisan frekuensi pemberian obat ini sesuai dengan penelitian

Octavia (2011) yang mendapatkan hasil ketidakjelasan penulisan frekuensi

pemberian obat sebanyak 75,5%. Pada resep seharusnya waktu pemberian obat

ditulis dengan jelas dan lengkap. Penulisan waktu pemberian obat sangat penting

dalam resep agar ketika dalam proses pelayanan tidak terjadi kesalahan informasi

penggunaan obat, karena keadaan dan kondisi pasien menentukan waktu

penggunaan obat yang tepat. Misalnya obat diminum 3 kali sehari dan diminum

satu jam sebelum makan, atau 2 jam sesudah makan dan sebagainya. Dengan

informasi tersebut, maka diharapkan pasien akan dapat menggunakan obat dengan

benar. Sedangkan untuk hasil ketepatan waktu pemberian obat berdasarkan

literatur terhadap 98,9% (346 lembar resep) yang ditulis dengan jelas, didapatkan

hasil bahwa frekuensi pemberian obat sudah tepat.

Selain itu, pada Tabel 4.3 berdasarkan literatur diketahui adanya interaksi

obat dengan obat pada resep yang diamati yaitu sebanyak 36,3% (127 lembar

resep). Analisis interaksi obat ini berperan penting dalam terapi pengobatan agar

ketika dalam proses pengobatan tidak terjadi hal yang dapat merugikan pasien dan

terjadinya interaksi obat dapat dihindarkan.

Hasil terhadap 350 lembar resep, diperoleh bahwa terdapat interaksi obat

pada 127 lembar resep (36,3%) dan sebanyak 223 lembar resep (63,7%) tidak

mengalami interaksi obat. Dari data tersebut diketahui bahwa interaksi lebih

banyak terjadi pada pasien yang menerima obat <5 macam obat dibandingkan

dengan pasien yang menerima obat >5 macam obat. Ini terjadi karena dalam

resep obat yang jumlahnya >5 lebih sedikit dibandingkan obat yang jumlahnya 2-

<5. Pada dasarnya, semakin banyak jumlah obat dalam suatu resep maka semakin

37
Universitas Sumatera Utara
besar kemungkinan terjadinya interaksi obat. Hal ini sesuai dengan penelitian

Mega (2013) bahwa resiko terjadinya interaksi obat meningkat sejalan dengan

jumlah obat yang diresepkan (Thanacody,2012).

Dua atau lebih obat yang diberikan pada waktu yang sama dapat berubah

efeknya secara tidak langsung atau dapat berinteraksi. Interaksi bisa bersifat

potensiasi atau antagonis efek satu obat oleh obat lainnya, atau adakalanya

beberapa efek lainnya (BNF 58, 2009).

Suatu interaksi terjadi ketika efek suatu obat diubah oleh kehadiran obat

lain, obat herbal, makanan, minuman atau agen kimia lainnya dalam

lingkungannya. Definisi yang lebih relevan kepada pasien adalah ketika obat

bersaing satu dengan yang lainnya, atau apa yang terjadi ketika obat hadir

bersama satu dengan yang lainnya (Stockley, 2008).

Hasil analisis dengan uji chi-square menunjukkan bahwa terdapat hubungan

bermakna antara jumlah obat dalam satu resep dengan kejadian interaksi obat.

Hasil ini ditunjukkan oleh nilai probabilitas sebesar 0,000. Nilai ini lebih kecil

dari α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna

antara jumlah obat dalam satu resep dengan kejadian interaksi obat. Hasil yang

didapatkan ini sesuai dengan penelitian Mega (2013) dengan nilai probabilitas α =

0,000.

Berdasarkan data diatas, maka dapat diketahui bahwa kesalahan

dalampenulisan resep masihsering terjadidalam praktek sehari-hari baik dalam

satu wilayah tertentu maupun wilayah lain. Seperti data pasien yang tidak

lengkap, hal ini menyebabkan adanya hambatan ketika resep tersebutakan

diberikan kepada pasien. Tulisan tangan yang tidak jelas dari nama obat yang

38
Universitas Sumatera Utara
membingungkan, dapat mengakibatkan kesalahan pengambilan obat sehingga

berakibat fatal bagi pasien bila sampai pada tahap pemberian karena obat yang

diberikan tidak sesuai dengan penyakitnya. Penulisan signa obat yang tidak jelas,

pemberian bentuk sediaan obat yang tidak tepat, jumlah obat yang tidak tepat

sehingga dapat mengakibatkan kegagalan terapi pada saat penggunaan obat oleh

pasien. Jenis prescribing error lain adalah peresepan beberapa obat yang dapat

mengakibatkan interaksi obat sehingga tujuan terapi tidak dapat diperoleh dengan

maksimal.

Interaksi obat dianggap penting secara klinik bila berakibat meningkatkan

toksisitas dan atau mengurangi efektivitas obat yang berinteraksi terutama bila

menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang

rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan, dan obat-obat sitostatik

(Setiawati, 2007).

39
Universitas Sumatera Utara
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada resep

pasien rawat jalan di Rumah Sakit Unversitas Sumatera Utara masih banyak

ditemukan adanya ketidaksesuaian dalam penulisan resep menurut PERMENKES

RI No. 72 tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit.Hasil pengkajian resep pasien rawatjalan di Rumah Sakit Universitas

Sumatera Utara pada bulan Oktober 2017 menunjukkan bahwa ketidaklengkapan

penulisan resep terbanyakterdapat pada persyaratan farmasetik resep.

5.2 Saran

1. Kepada dokter, dalam penulisan resep diharapkan dapat menerapkan

PERMENKES RI No. 72 tahun 2016 dengan memperhatikan komponen-

komponen kelengkapan resep sehingga resiko kesalahan pada resep dapat

dihindari.

2. Kepada peneliti selanjutnyadisarankan untuk meneliti pengkajian resepbeserta

potensi terjadinya interaksi obat berdasarkan tingkat keparahan.

40
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA

Aslem, M. (2003). Farmasi Klinis. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.


Halaman 120.

Baile, G. R. (2004). Medfact Pocket Guide of Drug Interaction. Second


Edition. Middleton: Bone Care International, Nephrology Pharmacy
Associated, Inc. Halaman 20.

Baxter, E. (2008). Stockley’s Drug Interaction. Eighth Edition. London:


Pharmaceutical Press. Halaman 56.

Cahyono, J.B.S.B. (2008). Membangun Budaya Keselamatan Pasien dalam


Praktik Kedokternan. Yogyakarta: Kanisius. Halaman 46-47.

Charles J. P., dan Endang, K. (2006). Farmasi Klinik Teori dan Penerapan.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Halaman 55.

Dwiprahasto, I., dan Erna, K. ( 2008 ). Intervensi Pelatihan Untuk Meminimalkan


Resiko Medication Error di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer. Volume 3.
Edisi Ke 1. Jurnal Berkala Ilmu Kedokteran. Halaman 1-8.

Fradgley, S. (2003). Interaksi Obat, Dalam Farmasi Klinis (Clinical Pharmacy)


Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien. Jakarta:
PT. Elex Media Komputindo Gramedia. Halaman 79.

Hartayu, T.S., dan Widyati, A. (2005). Kajian Kelengkapan Resep Pediatri Yang
Berpotensi Menimbulkan Medication Error di Rumah Sakit dan 10 Apotek
di Yogyakarta. Yogyakarta. Halaman 17-18.

Iskandar, H.D. (1998). Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien. Jakarta:Sinar
Grafika. Halaman 87.

Jas, A. (2007). Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep. Edisi 1.
Medan: Universitas Sumatera Utara Press. Halaman 44-46.

Jas, A. (2009). Perihal Resep & Dosis serta Latihan Menulis Resep. Edisi 2.
Medan: Universitas Sumatera Utara Press.Halaman 33-35.

Katzung, Bertram G. (2001). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi Pertama.


Jakarta : Salemba Merdeka. Halaman 626.

Lestari, C. S. (2002). Seni Menulis Resep Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Perca.
Halaman 70.

Lia, A. (2007). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC. Halaman 99-101.

41
Universitas Sumatera Utara
Medscape.com. Drug
Interaction.CheckerAvailable:http://reference.medscape.com/drug-
interactionchecker.(diakses 15 Oktober 2017).

Mega. (2013). Analisis Potensi Interaksi Obat Antidiabetik Oral Pada Pasien
Rawat Jalan Askes Rumah Sakit DR. SOEDARSO Pontianak Periode
Januari-Maret 2013. Skripsi Fakultas KedokteranUnuversitas Tanjungpura
Pontianak. Halaman 66-67.

MenKes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 72 tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI. Halaman 3.

Notoadmodjo, S. (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rieka Cipta. Halaman


81.

Octavia, H. (2011). Analisis Kelengkapan Peresepan di Apotek KPRI RSUD DR.


Soetomo Bulan Desember 2010. Skripsi Fakultas Farmasi Unika Widya
Mandala Surabaya. Halaman 30.
Piscitelli, S. C., dan Rodvold, K. A. (2005). Drug Interaction in Infection Disease.
Second Edition. New Jersey: Human Press. Halaman 74.

Prawitasari, D. (2009). Tinjauan Aspek Legalitas dan Kelengkapan Resep di 5


Apotek Kabupaten Klaten Tahun 2007. Skripsi Fakultas Farmasi
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Halaman 23-24.

Rahmawati, F. (2002). Kajian Penulisan Resep:Tinjauan Aspek Legalitas dan


Kelengkapan Resep di Apotek-apotek Kotamadya Yogyakarta.
Yogyakarta: Majalah Farmasi Indonesia.Halaman 32.

Sandy. (2010). Study Kelengkapan Resep Obat Untuk Pasien Anak di Apotek
Wilayah Kecamatan Kartasura Bulan Oktober-Desember 2008.Skripsi
Universitas MuhammadiyahSurakarta. Halaman 6-10.

Setiawati. (2007). Interaksi Obat, dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi5.


Departemen Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta: Gaya Baru. Halaman 65-67

Siregar, C.J.P. (2004). Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 69.

Syamsuni, H.A. (2006). Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.Halaman 78-
79.

Tatro. (2009). Drug Interaction Facts. Fifth Edition. United States of America:
Wolters Kluwer Company. Halaman 76.

42
Universitas Sumatera Utara
Thanacoody. (2012). Drug Interactions. Dalam Buku: Walker R dan Whittlesea,
Editor. Clinical Pharmacyand Therapeutics. Fifth Edition. London:
Churchill Livingstone Elsevier. Halaman 78-80.

43
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1. Surat Pengajuan Judul Penelitian

44
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Surat Izin Melaksanakan Penelitian

45
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Surat Pernyataan Telah Melaksanakan Penelitian

46
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Data Kelengkapan Resep (Persyaratan
Administrasi, Persyaratan Farmasetik Persyaratan Klinis)
Bentuk/ Waktu
Data Nama Tangga Keteranga ktepata Interaks
Obat Sesuai Dosis kekuata penggunaa
Nama Pasien Obat l n n i Obat
No Signa n n obat
No Pasie
Rm Formulariu Sediaa Sediaaa
n Resep Dokter indikasi
m n n
T T T T
L L S S S S A A Y T A TA S TS A TA S TS A TA A TA

03125
Ny. 4
1 KA X X X X X - X X X X X X
Tn. 03101
2 DGS 1 X X X X X - X X X X X X
Tn. 03125
3 SM 9 X X X X X - X X X X X X
Ny. 00047
4 IL 1 X X X X X - X X X X X X
Tn. 02986
5 PS 0 X X X X X - X X X X X X
03101
6 Ny. D 1 X X X X X - X X X X X X
Ny. 03131
7 SS 9 X X X X X - X X X X X X
Ny. 03100
8 CR 9 X X X X X - X X X X X X

47

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 5. Data Distribusi Interaksi Obat
Kategori Interaksi Obat Efek
Kombinasi Lansoprazol + Sucralfate Syrup + Domperidon + Fenofibrat + Ambroxol sukralfate menurunkan tingkat
5 Obat Syrup lansoprazol dengan menghambat
penyerapan GI.
Kombinasi Cefadroxil + Na Diclofenac + Ranitidin + Domperidon cefadroxil akan meningkatkan
4 Obat tingkat atau efek dari diklofenak
oleh persaingan obat asam (anionik)
untuk pembersihan tubular ginjal.
Kombinasi Irbesartan + Bisoprolol bisoprolol, irbesartan Mekanisme:
2 Obat sinergodinamik farmakodinamik.
Resiko kepada janin jika diberikan
saat hamil.
irbesartan dan bisoprolol keduanya
meningkatkan potasium serum.
Kombinas Spironokaton + Candesartan + Domes + Xarelto + Furosemide + Digoxin candesartan dan spironolactone
6 Obat keduanya meningkatkan potasium
serum.
spironolakton meningkatkan dan
furosemid menurunkan potasium
serum.
candesartan meningkatkan dan
furosemid menurunkan potasium
serum.

48

Universitas Sumatera Utara


Kategori Interaksi Obat Efek

spironolakton akan meningkatkan


tingkat atau efek digoksin oleh
transporter eflux P-glikoprotein
(MDR1)
furosemid meningkatkan efek
digoksin dengan sinergimodinamik
farmakodinamik. Hipokalemia
meningkatkan efek digoksin
candesartan dan digoxin keduanya
meningkatkan potasium serum.
Kombinas Aptor + Furosemide +Spironolakton + NKR + Candesartan + Simvastatin spironolakton meningkat dan
6 Obat furosemid menurunkan potasium
serum.
candesartan dan spironolactone
keduanya meningkatkan potasium
serum.
candesartan meningkat dan
furosemid menurunkan potasium
serum.
Kombinasi Furosemide + Spironolakton+ Concor + Ramipril+ Simarc (warfarin) spironolakton meningkat dan
5 Obat furosemid menurunkan potasium
serum.
ramipril, furosemid. Mekanisme:
sinergodinamik farmakodinamik.
Gunakan Perhatian / Monitor.
Resiko hipotensi akut, insufisiensi.

49

Universitas Sumatera Utara


Kategori Interaksi Obat Efek

ramipril, spironolakton. Mekanisme:


sinergodinamik farmakodinamik.
Risiko hiperkalemia
spironolakton mengurangi efek
warfarin dengan mekanisme yang
tidak diketahui. Interaksi berteori
untuk menghasilkan peningkatan
konsentrasi faktor pembekuan akibat
diuresis.
Kombinasi Irbesartan + Amlodipin + NR + Bisoprolol bisoprolol, irbesartan Mekanisme:
4 Obat sinergodinamik farmakodinamik.
Resiko kepada janin jika diberikan
saat hamil.
bisoprolol dan amlodipin keduanya
meningkatkan pemblokiran saluran
anti-hipertensi.
Kombinasi Spironolakton + Micardis + Codein + NR micardis dan spironolakton
4 Obat keduanya meningkatkan potasium
serum.
Kombinas ISDN + Aspilet + Lasoprolol + Micardis + Simvastatin + Spironolacton + micardis meningkatkan toksisitas
6 Obat simvastatin oleh Lainnya.
Penghambat OATP1B1 dapat
meningkatkan risiko miopati

50

Universitas Sumatera Utara


Kategori Interaksi Obat Efek

spironolakton akan meningkatkan


tingkat atau efek digoksin oleh
transporter eflux P-glikoprotein
(MDR1)
micardis dan spironolakton
keduanya meningkatkan potasium
serum.
micardis, aspilet meningkatkan
toksisitas yang lain. Dapat
mengakibatkan kerusakan fungsi
ginjal, terutama pada orang tua atau
orang yang kehilangan volume
kombinas Micardis + Bisoprolol + Spironolakton micardis dan spironolakton
3 Obat keduanya meningkatkan potasium
serum.
bisoprolol, micardis Mekanisme:
sinergodinamik farmakodinamik.
Resiko kepada janin jika diberikan
saat hamil
Kombinasi Risperidon + Hexymar risperidone meningkatkan efek
2 Obat hexymar oleh sinergimunisme
farmakodinamik. Potensi efek
antikolinergik tambahan
Kombinasi Aspilet + bisoprolol + simvastatin + ramipril ramipril, aspilet meningkatkan
4 Obat toksisitas yang lain. Dapat
mengakibatkan kerusakan ginjal.

51

Universitas Sumatera Utara


Kategori Interaksi Obat Efek

spironolakton akan meningkatkan


tingkat atau efek digoksin oleh
transporter eflux P-glikoprotein
(MDR1)
aspilet menurunkan efek bisoprolol
oleh antagonisme farmakodinamik.
NSAID menurunkan sintesis
prostaglandin
Kombinasi Aspilet+Spironolakton+Micardis+Amlodipin+Bisoprolol+ISDN+Clopidogrel micardis dan spironolakton
7 Obat keduanya meningkatkan potasium
serum.
aspilet menurunkan efek bisoprolol
oleh antagonisme farmakodinamik.
NSAID menurunkan sintesis
Prostaglandin
bisoprolol dan amlodipin keduanya
meningkatkan pemblokiran saluran
anti-hipertensi.
aspilet, clopidogrel. meningkatkan
toksisitas yang lain dengan
sinergimodinamika farmakodinamik.
micardis, aspilet meningkatkan
toksisitas yang lain oleh Lainnya.
Dapat mengakibatkan kerusakan
fungsi ginjal.

52

Universitas Sumatera Utara


Kategori Interaksi Obat Efek

spironolakton akan meningkatkan


tingkat atau efek digoksin oleh
transporter eflux P-glikoprotein
(MDR1)
spironolakton dan aspilet keduanya
meningkatkan potasium serum.
Kombinasi Amlodipin+Allopurinol+Gabexal+Simvastatin+Vitamin B Compleks amlodipin meningkatkan tingkat
5 Obat simvastatin. Manfaat terapi
kombinasi harus dipertimbangkan
dengan hati-hati. Potensi
peningkatan risiko myopathy /
rhabdomyolysis
Kombinasi NR+Acetosal+Brilinta+Bisoprolol+Candesartan Acetosal, menurunkan efektifitas
5 Obat brilinta.
aspilet menurunkan efek bisoprolol
oleh antagonisme farmakodinamik.
NSAID menurunkan sintesis
prostaglandin.
Aspilet menurunkan efek
candesartan akibat antagonisme
farmakodinamik,menurunkan
sintesis prostaglandin vasodilatasi
ginjal,dengan demikian
mempengaruhi homeostasis fluida
dan dapat mengurangi efek
antihipertensi

53

Universitas Sumatera Utara


Kategori Interaksi Obat Efek

spironolakton akan meningkatkan


tingkat atau efek digoksin oleh
transporter eflux P-glikoprotein
(MDR1)
bisoprolol, candesartan Mekanisme:
sinergodinamik farmakodinamikr.
Resiko kepada janin jika diberikan
saat hamil
Kombinasi Cefixime+Methyl Prednisolon+Mefiral+Ambroxo Syrup+Iliadin Mefiral, Methyl prednisolon.
5 Obat meningkatkan toksisitas yang lain
dengan sinergimodinamika
farmakodinamik. Meningkatnya
risiko ulserasi Gastro Intestinal.
Kombinasi Amlodipin+Micardis+Na Diclofenac+Omeprazol Na Diklofenak menurunkan efek
4 Obat micardis oleh antagonisme
farmakodinamik. mengurangi
sintesis prostaglandin vasodilatasi
ginjal, dengan demikian
mempengaruhi homeostasis fluida
dan dapat mengurangi efek
antihipertensi
Kombinasi Metformin+Furosemid+NKR+Adalat+Lansoprazol+Sucralfate Adalat menurunkan efek metformin
6 Obat oleh antagonisme farmakodinamik.

54

Universitas Sumatera Utara


Kategori Interaksi Obat Efek

spironolakton akan meningkatkan


tingkat atau efek digoksin oleh
transporter eflux P-glikoprotein
(MDR1)
sukralfate menurunkan tingkat
lansoprazol dengan menghambat
penyerapan Gastrointestinal

spironolakton akan meningkatkan


tingkat atau efek digoksin oleh
transporter eflux P-glikoprotein
(MDR1)
Sukralfat menurunkan efek
furosemid dengan menghambat
penyerapan GI
metformin menurunkan tingkat
furosemid dengan mekanisme
interaksi yang tidak ditentukan.
Kombinasi Irbesartan + Spironolakton + As. Folat + Amitriptilin spironolakton akan meningkatkan
4 Obat tingkat atau efek amitriptyline oleh
transporter eflux P-glikoprotein
(MDR1)
irbesartan dan spironolakton
keduanya meningkatkan potasium
serum

55

Universitas Sumatera Utara


Kategori Interaksi Obat Efek

spironolakton akan meningkatkan


tingkat atau efek digoksin oleh
transporter eflux P-glikoprotein
(MDR1)
Kombinasi Acetosal + As. Folat Acetosal menurunkan kadar asam
2 Obat folat dengan menghambat
penyerapan GI.
Kombinasi Rifampisin + INH + Vitamin B6 rifampisin meningkatkan toksisitas
3 Obat isoniazid dengan meningkatkan
metabolisme. Hindari atau Gunakan
Obat Alternatif. Rifampisin
meningkatkan metabolisme isoniazid
menjadi metabolit hepatotoksik
Kombinasi Amlodipin+ Irbesartan + Simvastatin + Ranitidin+ Aspilet amlodipin meningkatkan tingkat
5 Obat simvastatin. Manfaat terapi
kombinasi harus dipertimbangkan
dengan hati-hati terhadap potensi
risiko kombinasi. Potensi
peningkatan risiko myopathy /
rhabdomyolysis
Aspilet menurunkan efek irbesartan
oleh antagonisme
farmakodinamik,mengurangi sintesis
prostaglandin vasodilatasi ginjal,
dengan demikian mempengaruhi
homeostasis fluida.

56

Universitas Sumatera Utara


Kategori Interaksi Obat Efek

spironolakton akan meningkatkan


tingkat atau efek digoksin oleh
transporter eflux P-glikoprotein
(MDR1)
Kombinasi Candesartan + Bisoprolol + Amlodipin +HCT + Simvastatin bisoprolol dan amlodipin keduanya
5 Obat meningkatkan pemblokiran saluran
anti-hipertensi.
bisoprolol, candesartan Mekanisme:
sinergodinamik farmakodinamikr.
Resiko kepada janin jika diberikan
saat hamil
amlodipin meningkatkan tingkat
simvastati, kombinasi berpotensi
peningkatan risiko myopathy /
rhabdomyolysis.
bisoprolol, candesartan meningkat
dan hydrochlorothiazide
menurunkan potasium serum.
Kombinasi Cefadroxil + Asam Mefenamat + Na Diclofenac + Vitamin B complex + cefadroxil akan meningkatkan
5 Obat Metil Prednisolon tingkat atau efek dari Na diklofenak
oleh persaingan obat asam (anionik)
untuk pembersihan tubular ginjal.
cefadroxil akan meningkatkan
tingkat atau efek asam mefenamat
dengan persaingan obat asam untuk
pembersihan tubular ginjal.

57

Universitas Sumatera Utara


Kategori Interaksi Obat Efek

spironolakton akan meningkatkan


tingkat atau efek digoksin oleh
transporter eflux P-glikoprotein
(MDR1)
asam mefenamat, metil prednisolon
meningkatkan toksisitas yang lain
dengan sinergimodinamika
farmakodinamik. Meningkatnya
risiko ulserasi GI
asam mefenamat , Na diclofenac
keduanya meningkatkan
antikoagulan dan serum potassium
Na diklofenak, prednisolon
meningkatkan toksisitas yang lain
dengan sinergimodinamika
farmakodinamik. Meningkatnya
risiko ulserasi GI.
Kombinasi Furosemide + Spironolakton+ Ramipril + Amlodipin + Allopurinol spironolakton meningkatkan dan
5 Obat furosemid menurunkan potasium
serum

58

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6. Output SPSS Analisis Univariat
Frequency Table

Nama Pasien
S Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 1 .3 .3 .3
tidak ada 349 99.7 99.7 100.0
Total 350 100.0 100.0

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 0 0 0 0
tidak ada 350 100 100 100.0
Total 350 100.0 100.0

59

Universitas Sumatera Utara


Tanggal Lahir/ Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 0 0 0 0
tidak ada 350 100 100 100.0
Total 350 100.0 100.0

Berat Badan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 88 96,6 96,6 96,6
tidak ada 12 3,4 3,4 100.0
Total 350 100.0 100.0

60

Universitas Sumatera Utara


Tinggi Badan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 0 0 0 0
tidak ada 350 100 100 100.0
Total 350 100.0 100.0
Nama Dokter
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 0 0 0 00
tidak ada 350 100 100 100.0
Total 350 100.0 100.0
SIP
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ada 0 0 0 00
tidak ada 350 100 100 100.0
Total 350 100.0 100.0

61

Universitas Sumatera Utara


Paraf Dokter

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 0 0 0 00
tidak ada 350 100 100 100.0
Total 350 100.0 100.0

Tanggal Resep
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 10 2.9 2.9 2.9
tidak ada 340 97.1 97.1 100.0
Total 350 100.0 100.0

62

Universitas Sumatera Utara


Nama Obat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 38 10.9 10.9 10.9
tidak ada 312 89.1 89.1 100.0
Total 350 100.0 100.0

Bentuk Sediaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 258 73.7 73.7 73.7
tidak ada 91 26.0 26.0 99.7
22 1 .3 .3 100.0
Total 350 100.0 100.0

63

Universitas Sumatera Utara


Jumlah Obat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 0 0 0 0
tidak ada 350 100 100 100.0
Total 350 100.0 100.0

Aturan dan Cara Penggunaan obat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 58 16.6 16.6 16.6
tidak ada 292 83.4 83.4 100.0
Total 350 100.0 100.0

64

Universitas Sumatera Utara


Kesesuaian Formularium
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 26 7.4 7.4 7.4
tidak ada 324 92.6 92.6 100.0
Total 350 100.0 100.0

Ketepatan Indikasi Obat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 0 0 0 0
tidak ada 350 100 100 100.0
Total 350 100.0 100.0

65

Universitas Sumatera Utara


Dosis/ Kekuatan Obat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 32 9.1 9.1 9.1
tidak ada 318 90.9 90.9 100.0
Total 350 100.0 100.0

Waktu Penggunaan Obat


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ada 4 1.1 1.1 1.1
tidak ada 346 98.9 98.9 100.0
Total 350 100.0 100.0

66

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 7. Output SPSS Analisis Bivariat

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
jenisobat *
interaksiobat 350 50.9% 338 49.1% 688 100.0%

jenisobat * interaksiobat Crosstabulation

interaksiobat
ada tidak ada Total
jenisobat obat<5 65 213 278
obat>5 62 10 82
Total 127 223 350

67

Universitas Sumatera Utara


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 54.610 1 .000
b
Continuity Correction 52.722 1 .000
Likelihood Ratio 53.285 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear
54.454 1 .000
Association
N of Valid Casesb 350
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 31,32.
b. Computed only for a 2x2 table

68

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai