Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam
khususnya hasil pertambangan. Dalam bidang pertambangan, Indonesia
berperan penting sebagai salah satu penghasil bahan tambang terbesar di
dunia. Bahan tambang yang umum dijumpai yaitu batuan. Batuan
diklasifikasikan menjadi 4(empat) kelompok yaitu batuan beku, batuan
sedimen, batuan metamorf dan batuan piroklastik. Batuan beku merupakan
jenis batuan yang melimpah diantara jenis batuan yang lain. Batuan beku
mempunyai kerapatan yang tinggi dan terbentuk dari pendinginan dan
pengerasan magma.
Batuan beku sangat penting dipelajari karena memberikan banyak
manfaat dalam kehidupan sehari-hari, misalnya sebagai bahan bangunan,
bahan desain interior, campuran paving block, sebagai perhiasan, dan
masih banyak lagi. Oleh karena itu, pengembangan tentang peng

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud:
 Memenuhi tugas Geologi Dasar dan lebih memahami seputar batuan
beku.
Tujuan
1.2.1 Mengetahui apa yang dimaksud dengan batuan beku
1.2.2 Mengetahui klasifikasi batuan beku
1.2.3 Mengetahui tekstur batuan beku
1.2.4 Mengetahui struktur batuan beku
1.3 Rumusan Masalah
1.3.1 Apa yang dimaksud dengan batuan beku?
1.3.2 Apa saja klasifikasi batuan beku?
1.3.3 Bagaimana tekstur batuan beku?
1.3.4 Bagaimana struktur batuan beku?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Batuan Beku


Menurut Turner (1974) batuan beku adalah batuan yang terbentuk
langsung dari magma baik dibawah permukaan bumi maupun diatas
permukaan bumi. Batuan beku disebut juga batuan igneus yang berasal
dari bahasa Latin yaitu Ignis yang berarti api. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa batuan beku merupakan jenus batuan yang terbentuk
dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses
kristalisasi, baik dibawah permukaan sebagai batuan intrusif (lutonik)
maupun diatas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik).
Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan
yang sudah ada, baik dimantel maupun kerak bumi. Umumnya, proses
pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut: kenaikan
temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari
700 tipe batuan beku telah menghasil dideskripsikan, sebagian besar
terbentuk dibawah permukaan kerak bumi. Adapun ciri khas dari batuan
beku adalah penampakannya yang kristalin,yaitu kenampakkan suatu
massa dari unit-unit kristal yang saling mengunci kecuali gelas yang
bersifat kristalin.
Kemudian, apa itu magma? Menurut para ahli seperti Turner dan
Verhoogen (1960), F. F Groun (1947), Takeda (1970), magma
didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar terbentuk secara
alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.500 °C dan
bersifat mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian
bawah. Dalam magma tersebut terdapat beberapa bahan terlarut yang
bersifat volatil (air, karbon dioksida, klorin, fluorin, besi, belerang, dan
lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas magma, dan non-volatil
(non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang lazim dijumpai
dalam batuan beku. Batuan beku dan metamorf membentuk sekira 90-
95% volume bagian atas kerak bumi atau sedalam 15 km.

2.2 Klasifikasi Batuan Beku


Untuk membedakan berbagai jenis batuan beku yang terdapat di
bumi, dilakukan berbagai cara pengelompokkan terhadap batuan beku.
Pengelompokkan ini dilakukan untuk memudahkan proses identifikasi
terhadap batuan tersebut.

2.2.1 Berdasarkan Genetika


Penggelompokan secara genetika sebenarnya mendasarkan
pada bagaimana asal mulanya terjadi atau sering di sebut dengan
istilah genesa. Berdasarkan genetikanya, batuan beku dibedakan
menjadi 2 antara lain:

1. Batuan Beku Ekstrusi (vulkanik)


Batuan ekstrusi adalah batuan beku yang dikeluarkan ke
permukaan bumi baik yang di daratan maupun yang ada di
permukaan laut. Dalam proses pembentukan batuan beku
ekstrusif dipengaruhi oleh tekanan, temperatur dan komposisi
lava. Terdapat 2 tipe lava yaitu lava basaltic (mempunyai
kandungan silika yang rendah dan viskositasnya relatif rendah)
dan lava asam (mempunyai kandungan silika yang tinggi dan
viskositas tinggi). Contohnya obsidian, riolit dan batu apung.

2. Batuan Instrusi (plutonik)


Jika didefinisikan,,instrusi berarti suatu proses
terobosan magma pada pelapisan bumi, dimana magma
tersebut tidak sampai ke permukaan bumi. Jadi batuan beku
instrusif adalah batuan beku yang terbentuk jauh berada di
bawah permukaan bumi dan mengalami proses pedinginan
yang sangat lambat. Contohnya yaitu granit, gabro, dan
granodiorit.

2.2.2 Berdasarkan Indeks Warna


Klasifikasi batuan beku didasari oleh susunan mineral
dikarenakan analisis kimia pada batuan beku membutuhkan waktu.
Dengan menggunakan klasifikasi berdasarkan mineralogi dan tekstur
dapat lebih mencerminkan sejarah pembentukan batuan dari pada atas
dasar kimia saja. Menurut S.J.Shand,1943 batuan beku dibagi menjadi
empat macam berdasarkan indeks warna/komposisi mineral gelapnya
(mafic), yaitu:

1. Leucrocratic rock, bila batuan beku tersebut mengandung


mineral 30%mafic.
2. Mesocratic rock, bila batuan beku mengandung 30%-60%
mineral mafic.
3. Melanocratic rock, bila batuan tersebut mengandung 60%-
90% mineral mafic.
4. Hipermelanuc rock, bila batuan beku tersebut menggandung
lebih dari 90%mineral mafic.
2.2.3 Berdasarkan Komposisi Kimia
Menurut Hulburt (1977) pembagian batuan beku berdasarkan
komposisi ini telah lama menjadi standar dalam geologi, dan di bagi dalam
empat golongan yaitu :

1. Batuan Beku Asam


Batuan beku asam merupakan batuan beku yang terbentuk pada
suhu rendah, mempunyai kandungan silika yang sangat tinggi.
Termasuk golongan ini bila batuan beku tersebut mengandung silika
(SiO2) lebih dari 66%. Batuan yang tergolong kelompok ini mempunyai
warna terang (cerah). Contoh batuan beku asam intrusif yaitu granit
sedangkan batuan beku asam ekstrusif yaitu ryolit.

Gambar Ryolit dan Granit

2. Batuan Beku Menengah (intermediat)


Apabila batauan tersebut mengandung 52 – 66% silika maka
termasuk dalam kelas ini. Batuan ini akan berwarna gelap karena
tingginya kandungan mineral feromagnesia. Batuan ini dapat terbentuk
dari proses ekstrusif yaitu andesit, dan proses intrusif yaitu diorit. Diorit
dan andesit merupakan batu yang memiliki komposisi mineral yang
sama namun berbeda dalam ukuran butir dan proses keterbentukannya.
Diorit terbentuk akibat proses kristalisasi yang secara perlahan sehingga
membentuk mineral yang sempurna, sedangkan andesit mengkristal
dengan cepat sehingga menghasilkan kristal yang kecil.

Gambar Diorit dan Andesit

3. Batuan Beku Basa


Yang termasuk kelompok batuan beku ini adalah bataun yang
mengandung 45 – 52% silika. Batuan beku basa adalah batuan beku
yang memiliki ciri khas gelap yang diakibatkan oleh komposisi mineral
mafik, contohnya adalah piroksin, ampibol, labradotit. Batuan beku
basa dapat terbentuk secara plutonik maupun vulkanik. Batuan beku
basa yang terbentuk secara intrusif yaitu gabro, sedangkan yang
terbentuk secara ekstrusif yaitu basalt.

Gambar Basalt dan Gabro


4. Batuan Beku Ultra Basa
Batuan beku ultrabasa merupakan jenis batuan beku yang
terbentuk pada suhu tinggi dan mempunyai karakteristika berwarna
gelap, disusun mineral olivin, anortit dan bitownit. Golongan batuan
beku ini adalah apabila bataun beku mengandung 45% SiO2 . Warna
batuan ini adalah hijau kelam karena tidak terdapat silika bebas sebagai
kuarsa. Contoh batuan ini adalah Peridotit dan Dunit.

Gambar Periodit dan Dunit

2.3 Tekstur Batuan Beku

Tekstur dalam batuan beku dapat diartikan sebagai hubungan


antara massa mineral dan massa gelas yang membentuk massa yang
menata dari batuan. Tekstur berkaitan dengan ukuran, bentuk, dan
susunan butir mineral dalam batuan. Tekstur ini sangat ditentukan oleh
kecepatan dan aode kristalisasi (dimana keduanya sangat dipengaruhi
oleh komposisi kandungan gas, temperature, tekanan dan viskositas
magma). Maka dari itu, Williams (1982) menyatakan tekstur dapat
menggambarkan derajat kristalisasi (degree of cristallinity), ukuran
butir (grain size) atau granularitas dan kemas (fabric) atau hubungan
antar unsur-unsur itu.

2.3.1 Derajat Kristalisasi


Derajat krsitalisasi adalah keadaan proporsi antara
massa kristal dan massa gelas dalam batuan. Adapun 3 kelas
derajat kristalisasi, antara lain:
1. Holokristalin, apabila massa batuan tersusun seluruhnya
oleh massa kristal .
2. Hipokristalin, apabila batuan tersusun oleh massa gelas
dan massa kristal.
3. Holohyalin, apabila batuan seluruhnya tersusun oleh
massa gelas.

2.3.2 Granularitas
Granularitas merupakan ukuran butiran kristal dalam
batuan beku, dapat sangat halus, tidak dapat dikenal meskipun
menggunakan mikroskop, tetapi dapat pula sangat kasar.
Umumnya dapat pula dikenal 2 kelompok tekstur ukuran butir
yaitu Fanerik dan Afanatik.

1. Fanerik
Ukuran butir individu kristal relatif besar (fanerik)
sehingga dapat dibedakan dengan mata telanjang (tanpa
lup atau mikroskop). Kristal individu yang termasuk
kristal fanerik dapat dibedakan menjadi ukuran – ukuran :
a. Halus, ukuran diameter rata-rata kristal individu <1 mm
b. Sedang, ukuran diameter rata-rata kristal individu 1 mm
– 5 mm
c. Kasar,ukuran diameter rata – rata kristal individu 5 mm
– 30 mm
d. Sangat kasar,ukuran diameter rata – rata kristal individu
>30 mm
2. Afanatik, yaitu apabila ukuran butir individu kristal relatif
sangat halus sehingga tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang.

2.3.3 Kemas
Kemas meliputi bentuk butir dan susunan hubungan
kristal dalam suatu batuan.
1. Bentuk Butir
a. Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral
mempunyai bidang kristal yang sempurna.
b. Subhedral, bentuk kristalnya kurang sempurna
c. Anhedral, bentuk kristal yang tidak sempurna.
2. Relasi (hubungan antar butir)
Relasi merupakan hubunga antar kristal satu dengan
yang lain dalam suatu batuan. Dari segi ukuran, relasi
dikenal:
a. Granural
Granular yaitu apabila mineral-mineral penyusun batuan
beku mempunyai ukuran butir yang relatif seragam, dimana
terdiri atas:
1) Parnidiomorfik granular
2) Hipidiomorfik granular
3) Allotromorfik granular

b. innequigranular

Disebut innequigranular apabila mineral mineralnya


mempunyai ukuran butir tidak sama, antara lai terdiri atas

1) Parfiritik
Tekstur batuan buku dimana Kristal besar (ferokris) tertanam
dalam massa dasar yang lebih halus, dapat berupa butiran
Kristal halus. Dibedakan menjadi:
 Faneroparfiritik
Bila butiran-butiran mineral yang besar (fenoris)
dikelilingi mineral-mineral yang berkuran butir lebih kecil
(massa dasar) yang dapat dkenal dengan mata telanjang.
 Forfiroafanitik
Bila butiran-butiran mineral sulung/fenokris dikelilingi
massa dasar yang afanatik.

2) Vitroverik
a. Gelasan (glassy)
Adalah tekstur pada batuan beku yang tersusun semuanya
oleh mineral-mineral gelas. Keterbukaannya diluar
permukaan bumi dengan suatu proses pembekuan magma
yang sangat cepat sehingga tidak sampai terjadinya
pengkristalan.

b. Fragmental
a) Tekstur pada batuan beku yang tersusun oleh fragmen-
fragmen batuan beku hasil letusan (erupsi) gunung api yang
bersifat eksplosif ( missal: batuan piroklasik).
b) Tekstur fanerik granular, dicirikan dengan ketampakan
butiran-butiran Kristal mineral yang ukurannya relatif
seragam dan besar-besar.
c) Tekstur faneroporfiritik, dicirikan dengan ketampakan
butiran-butiran Kristal yang tidak seragam, yang besar
(feroktis) dikelilingi oleh massa dasar yang juga masih
dapat terlihat dengan mata telanjang.
d) Tekstur porfiro afanitik, dicirikan dengan penampakan
ferokris dengan massa dasar yang sangat lembut, tidak
dapat dilihat dengan mata telanjang.
e) Tekstur afanitik, dicirikan dengan butiran-butiran Kristal
yang sangat halus. Kadang juga sudah hadir mineral gelas.
Diperkirakan merupakan batuan vulkanik yang terbentuk
akibat pendinginan yang sangat cepat.

c. Tekstur khusus
Tekstur khusus adalah suatu tekstur batuan beku yang
tidak hanya menunjukan hubungan antara bentuk dan ukuran
butir, tetapi juga menunjukan arah serta pertumbuhan bersama
antara mineral-mineral yang berbeda. Tekstur khusus terdiri
dari:
a) Intergranular
Dimana dala tekstur ini ruang antar Kristal-kristal plagioklas
ditempati oleh krital-kristal piroksen, Olivine atau bijih besi.
b) Trakkitik
Dimana dalam tekstur ini piroksen dan sanidin tertanam
dalam massa dasar. Kristal sanidin yang relative tampak
berjajar dengan isian butir-butir piroksen, oksidan besi dan
asesori mineral.
c) Diabasik
Dimana dalam tekstur ini plagioklas tumbuh bersama
piroksen, disini piroksen tidak terlihat jelas dan plagioklas
hadir terhadap piroksen.

2.4 Struktur Batuan Beku


Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang
meliputi kedudukan lapisan yang jelas/umum dari lapisan batuan.
Struktur batuan beku sebagian besar hanya dapat dilihat dilapangan
saja, misalnya:

2.4.1 Struktur Batuan Ekstrusif


1. Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari
batuan vulkanik bawah laut, membentuk struktur seperti
bantal.
2. Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya
kekar-kekar yang tersusun secara teratur tegak lurus arah
aliran. Sedangkan struktur yang dapat dilihat pada contoh-
contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
3. Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat
aliran, jejak gas (tidak menunjukkan adanya lubang-
lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain yang
tertanam dalam tubuh batuan beku.
4. Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang
disebabkan oleh keluarnya gas pada waktu pembekuan
magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah yang
teratur.
5. Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler
tetapi lubang-lubangnya besar dan menunjukkan arah yang
tidak teratur.
6. Amigdaloidal, yaitu struktur di mana lubang-lubang gas
telah terisi oleh mineral-mineral sekunder, biasanya
mineral silikat atau karbonat.
7. Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya
fragmen/pecahan batuan lain yang masuk dalam batuan
yang mengintrusi.
2.4.2 Struktur Batuan Instrusif
Berdasarkan kontak dengan batuan sekitarnya, tubuh
batuan beku intrusi dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu:
1) Konkordan, yaitu intrusi yang sejajar dengan perlapisan
batuan di sekitarnya, antara lain:
a. Sill: intrusif yang berbentuk lembaran (sheetlike)
sejajar dengan lapisan batuan disekitarnya.
b. Laccolith: batuan beku yang berbentuk kubah,
dimana lapisan batuan asal adalah datar menjadi
melengkung di bagian atas.
c. Lopolith: merupakan kebalikan dari laccolith yaitu
melengkung ke bawah dengan ukuran lebih besar
dari laccolith.

2) Diskordan, intrusif yang memotong perlapisan batuan di


sekitarnya, antara lain:
a. Dike: intrusif yang berbentuk tabular yang
memotong struktur lapisan batuan sekitarnya.
b. Batholith: intrusif yang tersingkap di permukaan,
berukuran sangat besar yaitu >100km, berbentuk tak
beraturan, dan tak diketahui dasarnya.
c. Stock: intrusi yang mirip dengan batholith, dengan
ukuran yang lebih kecil.

Anda mungkin juga menyukai