Anda di halaman 1dari 21

Laporan Tutorial

Pusing

Kelompok 3 :

Ketua : Marta Nababan NPM:11000018


Sekretaris : Sarana Christin saragih NPM:11000023

Anggota Kelompok : Ifantri Pramana NPM: 11000003


Vetty Novembrin Sijabat NPM:11000042
Yenni Feronika Simbolon NPM:11000008
Gregorius Raja Purba NPM:11000027
Rikky Rinaldo Pakpahan NPM:11000013
Maria Rully Stella NPM:11000032
Laura nova chyntia NPM:11000047
Lorentina Panjaitan NPM:11000037

Fakutas Kedokteran
Universitas HKBP Nommensen Medan
Pemicu
Wanita, berinisial S 28 tahun datang dengan keluhan adanya rasa berputar yang timbul
mendadak apabila pasien pada saat posisi tubuh dari tempat tidur ke duduk atau pada saat pasien
membelikkan tubuhnya dari kanan ke kiri pada saat tidur. Hal ini terjadi kurang lebih 30 detik.
Pada saat serangan pasien mengeluh mual dan terkandung muntah.

More info :
 Tekanan darah 120/80 mmHg
 Nadi 80/menit
 Pernafasan 20/menit
 Suhu tubuh 360C
 Pada pemeriksaan Dix Hallpike timbul Nistagmus postitional yang lamanya kurang dari
30 detik, lamanya Nistagmus sama dengan lamanya rasa kepala berputar, kepala rasa
berputar berkurang. Pada setiap pada pemeriksaan telinga tidak dijumpai kelainan.

Unfamilliar terms
 Nistagmus
Gerak bola mata
 Uji Dix Hallpike
Untuk pemeriksaan versibular melihat adanya Nistagmus di bola mata

Masalah
 Keluhan adanya rasa berputar yang timbul mendadak apabila pasien pada saat posisi
tubuh dari tempat tidur ke duduk atau pada saat pasien membelikkan tubuhnya dari kanan
ke kiri pada saat tidur.
 Terjadi kurang lebih 30 detik.
Analisa masalah
Trauma kepala, Penuaan

Otolit terlepas dari posisnya

Berpindah ke semisirkularis

Cell rambut bergetar

Salah mengirimkan informasi ke otak

Rasa berputar terutama pada saat perubahan posisi tubuh

BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo)

Hipotesa
BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo)
Learning issue
1. Anatomi dan Fisiologi telinga bagian dalam
2. Fisiologi organ keseimbangan
3. Diagnosa Banding pemicu
4. Vertigo
 Definisi
 Etiologi dan Faktor resiko
 Klasifikasi
5. BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo)\
 Definisi
 Faktor resiko
 Etiologi
 Epidemiologi
 Patofisiologi
 Gejala klinis
 Penegakan diagnose
 Penatalaksanaan
 Komplikasi dan prognosis
 SKDI
Pembahasan Learning Issue

1. Anatomi dan Fisiologi Telinga Bagian Dalam


Anatomi Telinga Bagian Dalam
Fisiologi Telinga dalam (Auris interna)
Rongga telinga dalam itu terdiri atas berbagai rongga yang menyerupai saluran-saluran dalam
tulang temporalis. Rongga-rongga itu disebut labirin tulang dan dilapisi membrane.sehingga
membentuk labirin membranosa. Saluran-saluran bermembran ini mengandung cairan dan ujung-
ujung akhir saraf pendengaran dan keseimbangan.
a. Labirin tulang terdiri atas tiga bagian:

 Vestibula yang merupakan bagian tengah, dan tempat bersambungnya bagian-bagian


yang lain, ibarat sebuah pintu yang menuju ruang tengah (vestibula) pada sebuah rumah.
 Kanalis semisirkularis (saluran setengah lingkaran) bersambung dengan vestibula.
Kanalis semisirkularis merupakan saluran setengah lingkaran yang terdiri dari tiga
saluran. Saluran satu dengan yang lainnya membentuk sudut 900, saluran tersebut yaitu
kanalis semisirkularis superior, kanalis semisirkularis posterior, dan kanalis
semisirkularis lateralis.
 Koklea adalah sebuah tabung berbentuk spiral yang membelit dirinya seperti sebuah
rumah siput. Belitan-belitan itu melingkari sebuah sumbu berbentuk kerucut yang
memiliki bagian tengah dari tulang, dan disebut modiulus. Ada dua tingkap dalam ruang
melingkar (koklea), yaitu: Fenestra vestibule (tingkap jorong) disebut juga fenestra
ovalis, karena bentuknya yang bulat panjang. Ditutupi oleh tulang stapes. Fenestra koklea
disebut juga fenestra rotunda, karena bentuknya yang bulat ditutupi oleh sebuah
membran. Kedua-duanya menghadap ke telinga dalam. Adanya tingkap-tingkap ini
dalam labirin tulang bertujuan agar getaran dapat dialihkan dari rongga telinga tengah,
guna dilangsungkan dalam perilimfa. Getaran dalam perilimfa dialihkan menuju
endolimfa, dan dengan demikian merangsang ujung-ujung akhir saraf pendengaran.
Endolimfa adalah cairan dalam labirin membranosa, sementara perilimfa adalah cairan di
luar labirin membranosa dan dalam labirin tulang. Jika terjadi ketidakseimbangan antara
endolimfa dan perilimfa, maka akan menimbulkan kelainan.

b). Labirin membranosa terdiri dari:

 Utrikulus, bentuknya seperti kantong lonjong dan agak gepeng terpaut pada
tempatnya oleh jaringan ikat.
 Sakulus bentuknya agak lonjong lebih kecil dari utrikulus, terletak pada bagian depan
dan bawah dari vestibulum dan terpaut erat oleh jaringan ikat, tempat terdapat nervus
akustikus.
 Duktus semisirkularis. Ada tiga cabang selaput semisirkularis yang berjalan dalam
kanalis semisirkularis (superior, posterior, dan lateralis).
 Duktus koklearis, merupakan saluran yang bentuknya agak segitiga seolah-olah
membuat batas pada koklea timpani

2. Fisiologi Organ Keseimbangan


keseimbangan
 Kanalis semisirkularis, sakulus dan utrikulus
 Kanalis semisirkularis berperan pada gerakan kepala berputar, gerakan endolimfe
dalam kanalis semisirkularis yang merangsang sel-sel rambut.
 Otolit sakulus dan utrikulus; bergerak oleh perubahan posisi kepala
 Rangsangan ditransmisikan sepanjang serat saraf nervus kranisalis kedelapan
(auditorius) pars vestibularis ke otak tengah, medulla oblongata, serebelum dan
medulla spinalis.
 Rangsangan ini melalui perubahan refleks pada otot-otot leher, mata, badan dan
ekstremitas untuk mempertahankan keseimbangan dan postur dan mata dapat
difiksasi pada objek yang bergerak.
Fisiologi
 Informasi keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibular, visual dan
propioseptik
 Dari ketiga jenis reseptor tersebut reseptor vestibular yang punya kontribusi
paling besar (>50%) disusul kemudian reseptor visual dan paling kecil
kontribusinya adalah propioseptik.
 Bila ada gerakan atau perubahan dari kepala atau tubuh perpindahan cairan
endolimfe di labirin hair cells menekuk
 Tekukan hair cells permeabilitas membrane sel berubah sehingga ion kalsium
menerobos masuk kedalam sel (influx)
 Influx Ca menyebabkan depolarisasi dan juga merangsang pelepasan NT
eksitator (glutamate) saraf aferen (vestibularis) pusat-pusat
keseimbangan di otak.
 Pusat integrasi alat keseimbangan tubuh pertama di inti vestibularis (menerima
implus aferen dari propioseptik, visual dan vestibular), serebelum merupakan
pusat integrasi kedua juga pusat komparasi informasi yang sedang berlangsung
dengan informasi gerakan yang sudah lewat.
 Informasi tentang gerakan juga tersimpan di pusat memori prefrontal korteks
serebri.

3. Diagnosa Banding Pemicu


Keluhan BPPV Neuronitis Penyakit Vertigo
Vestibular Miniere Sentral
vertigo + + + +
Mual + + + +
Muntah + + + +
Tinitus - + + -
Gangguan - + + -
pendengaran
Gangguan + - - +
penglihatan
Demam - + - -
Kelemahan - + - +
Kesemutan - - - +
Rasa penuh/ + - + -
rasa berat/ rasa
tertekan
Serangan 10-30 detik Hari sampai Menit ke jam Beberapa detik
berlangsung minggu
Perubahan + + + -
posisi
BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo)

Perasaan seolah-olah penderita bergerak/berputar yang biasanya di sertai dengan mual dan
kehilangan keseimbangan.

Gejala klinis :

 Vertigo
 Mual
 Muntah
 Keringat dingin
 Dipicu oleh perubahan posisi kepala terhadap gaya gravitasi tanpa adanya keterlibatan
lesi di susunan saraf pusat.
 Terjadi pada pagi hari
 Rasa berat
 Rasa menekan
 Berakhir kurang dari 1 menit
 Penglihatan kabur
 Gangguan keseimbangan
 Berlangsung beberapa detik 10 - 30 detik

Neuronitis Vestibular

Disfungsi system vestibular perifer yang bersifat akut.

Gejala klinis :

 Vertigo
 Tinitus
 Gangguan pendengaran
 Mual
 Muntah
 Demam tinggi
 Malaise
 Nistagmus spontan
 Sakit pada sendi-sendi
 Beberapa hari sampai beberapa minggu
Penyakit Miniere

Penambahan volume endolimfe pada koklea dan vestibulum.

Gejala klinis :

 Ketajaman pendengaran menurun


 Vertigo
 Tinitus
 Rasa penuh telinga
 Mual
 Muntah
 Berlangsung beberapa menit ke jam

Vertigo Sentral

Gangguan di batang otak atau serebelum.

Gejala klinis :

 Pandangan ganda
 Kesemutan
 Kelemahan
 Gangguan koordinasi
 Gangguan pendengaran
 Gangguan kesadaran
 Mual
 Muntah
 Tidak mampu berkata-kata
 Sukar menelan
 Kelumpuhan otot-otot wajah
 Sakit kepala yang parah
 Kesadaran terganggu
 Serangan beberapa detik
4. Vertigo
Defenisi

Suatu sensasi abnormal berupa gerakan berputar (dirinya sendiri atau lingkungannya yang
berputar). Seringkali vertigo terjadi dengan seketika maupun kadang-kadang. Ketika berat
umumnya dibarengi mual, muntah dan jalanya terhuyung-huyung.

Etiologi dan faktor predisposisi

 Perubahan posisi tubuh (Benign Paroxymal Positional Vertigo)


 Iskemia vestibular (terkenanya arteri vertebralis karena osteofit yang menonjol ke dalam
foramen intervertebrale sewaktu leher berputar)
 Idiopatik
 Keadaan seperti setelah sembuh dari penyakit demam, operasi dan malnutrisi
 Labirintus(adanya inflamasi pada saraf vestibular)
 Penyakit meniere(menumpuknya cairan di telinga)
 Iskemik serebrovaskular(pada pasien stroke)
 Trauma kepala, telinga
 Akibat keadaan umum:
 Anemia
 Hipotensi
 Hipertensi
 Sewaktu mendapat menstruasi
 Minum alkohol terlalu banyak
 Intoksikasi obat-obatan :
 Intoksikasi antikonvulsan (barbiturate, phenytoin, carbamazepine)
 Intoksikasi salisilat
 Intoksikasi aminoglikosidam(streptomycin, kanamycin, gentamycin)

Klasifikasi

Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang


mengalami kerusakan, yaitu vertigo perifer dan vertigo sentral. Saluran vestibular adalah salah
satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke
otak untuk menjaga keseimbangan biasanya ada gangguan dibatang otak atau serebelum. Vertigo
perifer terjadi jika terdapat gangguan disaluran yang disebut kanalis semisirkularis, yaitu telinga
bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan biasanya ada gangguan pada telinga
dalam atau saraf vestibular.
Gejala yang sering menyertai vertigo

No Vertigo perifer Vertigo sentral


1 Pandangan gelap Penglihatan ganda
2 Rasa lelah dan satamina menurun Sukar menelan
3 Jantung berdebar Kelumpuhan otot-otot wajah
4 Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah
5 Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu
6 Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata
7 Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi
8 Mual dan muntah-muntah Mual dan muntah-muntah
9 Memori dan daya berpikir menurun Tubuh terasa lemah
10 Sensitif pada cahaya terang dan suara
11 Berkeringat

Ciri-ciri Vertigo perifer Vertigo sentral


Lesi Sistem vestibuler (telinga Sistem vertebrobasiler dan
dalam, saraf perifer) gangguan vascular(otak,
batang otang, serebelum)
Penyebab Vertigo posisional paroksimal Iskemik batang otak,
jinak (BPPN), penyakit vertebrobasiler
meniere, neuronitis vestibuler, insufisiensi, neoplasma,
labirinitis, neuroma akustik, mingren basiler
trauma
Gejala gangguan SSP (-) Diantaranya : Diplopia,
parestesis, gang.
Sensibilitas, dan fungsi
motorik, disartria, gang.
Serebelar.
Masa laten 10-40 detik (-)
Intensitas vertigo Berat Ringan
Telinga berdenging Kadang-kadang Tidak ada
Nistagmus spontan (+) (-)
5. BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo)
Definisi

BPPV adalah gangguan organ vestibular telinga dalam yang paling banyak ditemukan.
BPPV adalah perasaan berputar disebabkan gangguan mekanik pada bagian telinga dengan
karakteristik vertigo yang muncul singkat dan periodic ketika posisi kepala relatif berubah
terhadap gravitasi.

Etiologi dan Faktor resiko

 50% idiopatik
 17% Trauma kepala
 15% Neuritis vestibularis
 Migren
 Implantasi gigi
 Operasi telinga
 Dapat juga sebagai akibat dari posisi tidur yang lama pada pasien post operasi atau bed
rest total lama.

Epidemiologi

Vertigo adalah gangguan keseimbangan yang sering dijumpai. Di Amerika kira-kira 64


kasus per 100.000 penduduk, dan dengan kecenderungan terjadi pada wanita (64%). BPPV
diperkirakan sering terjadi pada usia rata-rata 51-57 tahun dan jarang pada usia dibawah 35 tahun
tanpa riwayat trauma kepala.

Patofisiologi

Terdapat hipotesa yang menerangkan patofisiologi BPPV

 Hipotesis kupulolithiasis
 Hipotesis kanalilithiasis
Hipotesis kulupolithiasis

 Adanya debris yang berisi kalsium karbonat berasal dari fragmen otokonia yang terlepas
dari macula utriculus yang berdegenerasi, menempel pada permukaan kupula kanalis
semisirkularis posterior yang letaknya paling bawah. Penyebab terlepasnya debris dari
macula belum diketahui secara pasti diduga terjadi karena pasca trauma atau infeksi.
Penderita BPPV usia tua diduga berkaitan dengan timbulnya osteopenia dan osteoporosis
sehingga debris mudah terlepas sehingga menimbulkan serangan BPPV yang berulang.

 Bilamana pasien berubah posisi dari duduk ke berbaring dengan kepala tergantung, sperti
Tes Dix Hallpike, kanalis posterior berubah posisi dari inferior ke superior, kupula
bergerak secara centrifugal, dan menimbulkan nistagmus dan keluhan vertigo.

 Pergeseran masa otokonia tersebut membutuhkan waktu, hal ini yang menyebabkan
adanya masa laten sebelum timbulnya nistagmus dan keluhan vertigo.

 Gerakan posisi kepala yang berulang akan menyebabkan otokonia terlepas dan masuk ke
dalam endolimf, hal ini yang menyebabkan timbulnya fatigue, yaitu berkurangnya atau
menghilangnya nistagmus/vertigo, disamping adanya mekanisme kompensasi sentral.
Nistagmus tersebut timbul secara paroksismal pada bidang kanalis posterior telinga yang
berada pada posisi di bawah, dengan arah komponen cepat ke atas.

Hipotesis kanalithiasis

Kristal kalsium karbonat bergerak di dalam kanalis semisirkularis (kanalithiasis) menyebabkan


endolimf bergerak dan akan menstimulasi ampula dalam kanal, sehingga menyebabkan vertigo.
Nistagmus dibangkitkan oleh saraf ampularis yang tereksitasi di dalam kanal yang berhubungan
langsung dengan muskulus estra okuler.

Gejala klinis

Vertigo timbul mendadak pada perubahan posisi misalnya miring ke satu sisi pada waktu
berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk atau waktu menegakkan kembali badan, menunduk
atau menengadah. Serangan berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 10-30 detik.
Vertigo pada BPPV dirasakan berputar, bisa disertai rasa mual, kadang-kadang muntah. Setelah
rasa berputar menghilang pasien bisa merasa melayang dan diikuti disekulibrium selama
beberapa hari sampai minggu. BPPV dapat muncul kembali.
 Vertigo
 Mual
 Muntah
 Keringat dingin
 Dipicu oleh perubahan posisi kepala terhadap gaya gravitasi tanpa adanya keterlibatan
lesi di susunan saraf pusat.
 Terjadi pada pagi hari
 Rasa berat
 Rasa menekan
 Berakhir kurang dari 1 menit
 Penglihatan kabur
 Gangguan keseimbangan
 Berlangsung beberapa detik 10 - 30 detik

Penegakan diagnosa

Anamnesis

1. Apakah pasien mengeluhkan vertigo (rasa berputar), gejala sekunder (seperti mual dan
muntah0, gejala non spesifik (pusing atau kepala terasa berat)
2. Pengaruh terhadap perubahan posisi
3. Waktu, apakah gejela menetap atau episodik. Apabila episodik beberapa lama baru
berakhirnya.
4. Pencetus atau faktor eksaserbasi
5. Riwayat gangguan pendengaran
6. Riwayat menderita penyakit lain
7. Riwayat obat-obatan, termasuk obat atotoksik, obat antiepilepsi, obat antihipertensi,
sedatif dan paparan zat ototoksik.

Pemeriksaan fisik

Ditujukan untuk meneliti factor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik atau
meurologik-vestibular atau sereberal, dapat berupa pemeriksaan fungsi pendengaran dan
keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi serebelum.

Pendekatan klinis terhadap kelainan vertigo adalah untuk menentukan penyebab; apakah
akibat kelainan sentral-yang berkaitan dengan susunan saraf pusat-korteks serebri, serebelum,
batang otak atau berkaitan dengan system vestibular/otologik, selain itu harus dipertimbangkan
pula factor psikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut.

Pemeriksaan fisik umum

Pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan darah diukur


dalam posisi berbaring; duduk dan berdiri; bising karotis; irama (denyut jantung) dan pulsasi
nadi perifer juga perlu diperiksa.

Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan Neurologis dilakukan dengan :

1. Fungsi vestibuler/sereberal
a. Uji Romberg, mula-mula dengan kedua meta terbuka kemudian tertutup. Biarkan
pada posisi demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak
dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya atau suara
tertentu). Pada kelainan vestibular hanya pada mata tertutup badan penderita akan
bergoyang menjauhi garis tengah kemudian kembali lagi, pada mata terbuka badan
penderita tetap tegak. Sedangkan pada kelainan sereberal badan penderita akan
bergoyang baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
b. Tandem gait
Penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada ujung jari kaki
kanan/kiri ganti bergantian.
c. Uji unterberger
Berdiri dengan kedua lengan lurus horizontal ke depan dan jalan ditempat dengan
mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit. Pada kelainan vestibular posisi
penderita akan menyimpang atau berputar kearah lesi dengan gerakan seperti orang
melempar cakram; kepala dan badan berputar kearah lesi; kedua lengan bergerak
kearah lesi dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini
disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
d. Past-pointing test (uji tunjuk barany)
Dengan jari telunjuk ekstensi dengan lengan lurus ke depan, penderita disuruh
mengangkat lengannya keatas, kemudian diturunkan sampai menyentuh telunjuk
tangan pemeriksa. Hal ini dilakukan berulang-ulang dengan mata terbuka atau
tertutup.
Pada kelainan vestibular akan terlihat penyimpangan lengan penderita kearah lesi.
e. Uji Babinsky-Weil
Pasien dengan mata tertutup berulang kali berjalan lima langkah kedepan dan lima
langkah kebelakang selama setengah menit, jika ada gangguan vestibular unilateral,
pasien akan berjalan dengan arah berbentuk bintang.

Pemeriksaan khusus Oto-Neurologis

Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.

1. Fungsi vestibular
a. Uji Dix Hallpike
Perhatikan adanya nistagmus; lakukan uji ini ke kanan dan kiri
1. Kepala putar kesamping
2. Secara cepat gerakkan pasien kebelakang (dengan posisi duduk ke posisi
terlentang)
3. Kepala harus menggantung kebawah dari meja periksa
b. Elektronistagmogram
Pemeriksaan ini hanya dilakukan di rumah sakit, dengan tujuan untuk merekam
gerakan mata pada nistagmus, dengan demikian nistagmus tersebut dapat dianalisis
secara kuantitatif.

2. Fungsi pendengaran
a. Tes garpu tala
Tes ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif. Dengan tes
Rinne, weber dan schwabach.
Pada tuli konduktif tes Rinne negative, Weber lateralisasi ke sisi yang tuli, dan
Schwabach memendek.
b. Audiometric

Pemeriksaan penujang

1. Pemeriksaan laburatorium terdiri atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain sesuai
dengan indikasi.
2. Foto Rontgen tengkorak, Stenvers (pada neurinoma akustik)
3. Neurofisiologi : Elektroensefalografi (EEG), Elektromiografi (EMG)
4. Pencitraan : CT Scan, Arteriografi, MRI
Penatalaksanaan

1. Pengobatan simtomatik

2. Pengobatan rehabilitatif
Pemeriksaan ini terutama untuk menentukan apakah letak lesinya di sentral atau perifer.
1. Fungsi Vestibuler
Uji Dix Hallpike
Dari posisi duduk di atas tempat tidur, penderita dibaring-kan ke belakang
dengan cepat, sehingga kepalanya meng-gantung 45º di bawah garis horisontal, kemudian
kepalanya dimiringkan 45º ke kanan lalu ke kiri. Perhatikan saat timbul dan hilangnya
vertigo dan nistagmus, dengan uji ini dapat dibedakan apakah lesinya perifer atau sentral.
Perifer (benign positional vertigo): vertigo dan nistagmus timbul setelah periode laten 2-
10 detik, hilang dalam waktu kurang dari 1 menit, akan berkurang atau menghilang bila
tes diulang-ulang beberapa kali (fatigue).
Sentral: tidak ada periode laten, nistagmus dan vertigo ber-langsung lebih dari 1 menit,
bila diulang-ulang reaksi tetap seperti semula (non-fatigue).

Komplikasi dan prognosis

Komplikasi

1. Cidera fisik
2. Kelemahan otot

Prognosis

Pada pasien dengan vertigo tipe perifer vestibular umumnya baik, dapat terjadi remisi
sempurna, sebalignya pada tipe sentral prognosisnya tergantung dari penyakit yang
mendasarinya misalnya : infrak arteri basilar atau vertebral, menandakan prognosis buruk.

SKDI

4A : Mampu menangani hingga tuntas.

Kesimpulan
Berdasarkan pemicu S, umur 28 tahun dengan keluhan rasa berputar mengalami vertigo
jenis BPPV (Benign Paroxysmal Positional Vertigo). Penatalaksanaan dengan obat untuk
menghilangkan rasa berputar.
Daftar Pustaka
 Price, S. A., & Wilson, L. M. 2012. PATOFISIOLOGI, Ed. 6, Vol. 2. Jakarta: EGC.

 W.Sudoyo, A., Setiyohadi, B., Alwi, I., K, M. S., & Setiati, S. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam; Jilid III; Ed.5. Jakarta: Interna Publishing.

 Junqueira, liuz carlos, Jose Carneiro. 2007. Histologi Dasar. Edisi 10. Jakarta : EGC.

 Guyton & hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai