Anda di halaman 1dari 34

TUGAS RISET KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

AMATULLAH DINAH D

BAHRI SUBANDI

DWIKI ISTANTO

FATIMAH NUR F

FIKA DWI APRILIA

IRHAM LABIB HUDA

ISTI KHOMATUL M

LISA WIDIYA I

MISTIKA NUR F

NUR IKA SYAFIRA

NURUL ANNISA

TIKA RODIATUL A
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2019

I. Hakikat Ilmu Pengetahuan dan Penelitian


Ilmu adalah hal sistematis yang membangun dan mengatur
pengetahuan dalam bentuk penjelasan serta prediksi yang dapat diuji melalui
metode ilmiah tentang alam semesta (Mirriam Webster Dictionary, 2018).
Ilmu terdiri dari 2 hal, yaitu bagian utama dari pengetahuan, dan proses
dimana pengetahuan itu dihasilkan. Proses pengetahuan memberikan individu
cara berpikir dan mengetahui dunia.
Pengetahuan adalah familiaritas, kesadaran, atau pemahaman
mengenai seseorang atau sesuatu, seperti fakta, informasi, deskripsi, atau
keterampilan, yang diperoleh melalui pengalaman atau pendidikan dengan
mempersepsikan, menemukan, atau belajar. Pengetahuan dapat merujuk pada
pemahaman teoritis atau praktis dari suatu objek. Hal ini dapat diperoleh
secara impilisit, dengan keterampilan atau keahlian praktis atau eksplisit,
dengan pemahaman teoritis terhadap suatu objek dan bisa secara disesuaikan
keformalan dan kesistematisannya ( Oxford, Dictionary, 2018). Mintaredja
(1980) berpendapat bahwa pengetahuan adalah suatu istilah untuk
menuturkan apabila seseorang mengenal sesuatu. Artinya semua pengetahuan
manusia berasal dari rasa ingin tahu, sebagai kecenderungan dasar manusia.
Rasa ingin tahu tersebut dicerna oleh panca indra serta ditampung dalam
ingatan hingga memunculkan pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara
tertentu, yaitu cara atau metode ilmiah. Jadi, dalam hal ini kata kunci yang
amat penting adalah cara atau metode ilmiah. Ilmu pengetahuan bisa dilihat
sebagai sistem, yaitu bahwa ilmu pengetahuan melibatkan berbagai abstraksi
dari kejadian atau gejala yang terjadi di alam semesta dan diatur dalam
tatanan yang logis dan sistematis.
Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode
ilmiah secara sistematis untuk memperoleh data, informasi, atau keterangan
yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau
ketidakbenaran sesuatu asumsi dan atau hipotesis dibidang ilmu pengetahuan
dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Jadi penelitian pada perinsipntya adalah metode
yang digunakan oleh ilmu untuk memperoleh kebenaran empiris. Oleh sebab
itu, penelitian pada perinsipnya adalah metode ilmu pengetahuan. Dari uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah suatu pengetahuan yang
terurai sesuai sistematis dan terorganisasi, mempunyai metode dan bersifat
universal. Sedangkan penelitian adalah suatu usaha penyelidikan yang hati-
hati secara teratur terhadap suatu objek tertentu untuk memperoleh suatu
kebenaran atau bukti kebenaran. Dari batasan ilmu dab penelitian ini dapat
ditarik suatu hubungan bahwa dalam menyusun suatu pengetahuan yang
sistematis, dan untuk mencapai sifat yang universal, ilmu memerlukan
metode tertentu yang disebut penelitian. Alma ck (1930) menyebut hubungan
ilmu dan penelitian ini sebagai tanda ‘’hasil’’ dan ‘’proses’’ . penelitian
adalah prosesnya sedangkan ilmu adalah hasil dari proses tersebut. Namun
whitney 1990 berpendapat lain bahwa ilmu dan penelitian adalah sama-sama
suatu proses, sedangkan hasil dari proses tersebut adalah ‘’kebenaran’’
(truth). Pendapat Whitney ini bearlasan karena memang ilmu itu tidak statis,
tetapi berkembang , dan dalam perkembangan ilmu selalu melalui suatu
proses, dan proses ini adalah penelitian. Oleh sebab itu dapat diambil
kesimpulan bahwa ilmu itu memang hasil, tetapi juga proses.

II. PENDEKATAN INDUKTIF-DEDUKTIF

Menurut Suriasumantri (2001: 48), “ Induktif merupakan cara


berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai
kasus yang bersifat individual.”
Contoh :
Kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, kerbau mempunyai
mata, dan harimau mempunyai mata. Dari kenyataan-kenyataan ini, kita
dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum, yaitu semua binatang yang
berkaki empat mempunyai mata.
Menurut Soedkijo (2010: 15) Induksi adalah proses penarikan
kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan
yang bersfat umum. hal ini berarti dalam berfikir induksi pembuatan
kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang
ditangkap oleh indera. kemudian disimpulkan ke dalam suatu konsep yang
memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala. karena, proses
berfikir induksi itu beranjak dari hasil pemanfaatan indera atau hal yang nyata
maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari hal-hal yang konskrit
kepada hal-hal yang abstrak. proses berfikir induksi dikelompokkan menjadi
dua, yakni induksi sempurna dan induksi tidak sempurna. induksi sempurna
terjadi apabila kesimpulan diperoleh dari penjumlahan dari kesimpulan
khusus.
Contoh :
Masing-masing tau tiap-tiap anak yang lahir prematur pertumbuhannya
lambat, jadi kesimpulannya semua anak yang lahir prematur
perkembangannya lambat.
Sedangkan induksi tak sempurna terjadi apabila kesimpulan tersebut
diperoleh dari lompatan dari pernyataan-pernyataan khusus hal ini berarti
bahwa dasar dari kesimpulan tersebut bukan penjumlahan dari tiap-tiap
subjek yang diamati, melainkan hanya beberapa subjek saja sebagai sampel.
Contoh:
Indonesia negara berkembang, IMR-nya tinggi
India negara berkembang, IMR-ny tinggi
Brazilia negata berkembang, IMR-nya tinggi
Jadi semua negara berkembang IMR-nya tinggi
Pernyataan-pernyataan khusus yanh dipakai landasan untuk membuat
keputusan tersebut hanya sebagian kecil dari negara brkembang saja, bukan
negara berkembang seluruhnya.

Selanjutnya menurut Suriasumantri (2001: 49), “ Penalaran deduktif adalah


kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif. Deduktif adalah
cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik suatu
kesimpulan yang bersifat khusus.”
Contoh :
Semua manusia akan mati. Si Polan adalah manusia. Jadi Si Polan akan mati.

Salah satu karakteristik matematika adalah bersifat deduktif. Dalam


pembelajaran matematika, pola pikir deduktif itu penting dan merupakan
salah satu tujuan yang bersifat formal, yang memberi tekanan pada penataan
nalar. Meskipun pola pikir deduktif itu sangat penting, namun dalam
pembelajaran matematika masih sangat diperlukan penggunaan pola pikir
induktif. Menurut Soedjadi (2000: 45), “ Penyajian matematika perlu dimulai
dari contoh-contoh, yaitu hal-hal yang khusus, selanjutnya secara bertahap
menuju kepada pembentukan suatu kesimpulan yang bersifat umum.
Kesimpulan itu dapat berupa definisi atau teorema.” Selanjutnya menurut
Soedjadi (2000: 46), “ Bila kondisi kelas memungkinkan, kebenaran teorema
dapat dibuktikan secara deduktif. Namun jika pembuktian dipandang berat,
pola pikir deduktif dapat diperkenalkan melalui penggunaan definisi ataupun
teorema.”

Hudoyo (2001) mengatakan bahwa pendekatan induktif berproses


dari hal-hal yang bersifat konkret ke yang bersifat abstrak, dari contoh
khusus ke rumus umum. Setelah para siswa memahami dan menangkap
suatu konsep berdasarkan sejumlah contoh konkret, mereka kemudian
sampai kepada generalisasi. Kebaikan pendekatan ini adalah siswa
mempunyai kesempatan aktif di dalam menemukan suatu formula sehingga
siswa terlibat dalam mengobservasi, berpikir dan bereksperimen. Sedangkan
kelemahannya adalah formula yang diperoleh dari cara induktif belum
lengkap ditinjau dari sudut matematika. Selain itu, pendekatan ini banyak
menggunakan waktu Pendekatan deduktif merupakan kebalikan dari
pendekatan induktif. Pendekatan ini berproses dari umum ke khusus, dari
teorema ke contoh-contoh. Teorema diberikan kepada siswa dan guru
membuktikan. Selanjutnya siswa diminta untuk menyelesaikan soal-soal
yang relevan dengan teorema yang diberikan. Kebaikan pendekatan ini
pembelajaran berjalan efisien. Sedangkan kelemahannya, siswa pasif dan
siswa akan merasakan sulit dalam memahami teorema dan konsep yang
abstrak.Untuk mengeliminasi kelemahan-kelemahan dari masing-masing
pendekatan tersebut, tampaknya gabungan dari pendekatan induktif-
deduktif layak untuk digunakan dalam pembelajaran matematika.
Struktur pembelajaran matematika yang menggunakan pendekatan
induktif- deduktif hampir sama dengan pembelajaran bersiklus pada IPA.
Pengertian pendekatan, metode mengajar, dan tehnik mengajar telah
dijelaskan oleh Ruseffendi (1988). Pendekatan adalah cara menyajikan
bahan pelajaran kepada siswa, metode mengajar adalah cara menyampaikan
bahan ajar kepada siswa yang berlaku untuk setiap pelajaran, sedangkan
tehnik mengajar adalah cara mengajar yang memerlukan keahlian khusus.
Karli (2003) mengatakan bahwa pendekatan ini terdiri dari empat
tahap kegiatan, yaitu tahap pendahuluan, tahap eksplorasi, tahap
pembentukan konsep, dan tahap penerapan konsep. Selain itu, Dewanto
(2003) mengatakan bahwa dalam pembelajaran dengan pendekatan induktif-
deduktif dimulai dengan pemberian masalah divergen, kontektual, dan open
ended kepada siswa, dengan harapan siswa dapat menyelesaikan masalah
sendiri, mencari bentuk umum atau model matematikanya, dan dapat
menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan model tersebut. Pemberian
masalah hendaknya diikuti dengan beberapa pertanyaan yang akan
menuntun siswa mencari penyelesainnya. Apabila siswa mengalami
kesulitan, gunakan tehnik probing atau posing, atau diskusi dalam
kelompok, hendaknya siswa diberi petunjuk tidak langsung untuk mencari
penyelesaiannya.
III. Pengertian Metodologi Penelitian, Berfikir dan Bersikap Ilmiah Serta
Urgensi Metodologi Penelitian dalam Pengembangan Iptek

A. Pengertian Metodologi Penelitian


Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan
metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh data, informasi atau
ketetangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian
kebenaran / ketidakbenaran suatu aaumsi dan atau hipotesis dibidang
ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpupan ilmiah bagi
keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu atau sains adalah pengetahuan yang bersifat umum dan
sistematis. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur
menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan sistematis.
Ilmu pengetahuan adalah rangkaian pengetahuan yang digali,
disusun, dan dikembangkan secara sistematis dengan menggunakan
pendekatan tertentu yang dilandasi metodologi ilmiah, baik yang bersifat
kuantitatif, kualitatif maupun eksploratif untuk menerangkan pembuktian
gejala alam dan atau gejala kemasyarakatan tertentu.
Teknologi adalah cara, metode, proses atau produk yang
dihasilkan dari penerapan dan pemanfaatan berbagai disiplin ilmu
pengetahuan yang menghasilkan nilai bagi pemenuhan kebutuhan,
kelangsungan, dan peningkatan mutu kehidupan manusia. Penelitian
disebut juga riset merupakan terjemahan dari bahasa inggris research,
yang merupakan gabungan dari kata re (kembali) dan to search
(mencari). Beberapa sumber lain menyebutkan bahwa riset adalah berasal
dari bahasa perancis recherche. Hakekat penelitian adalah "mencari
kembali". Hillway dalam bukunya berjudul introduction to Research
menambahkan bahwa penelitian adalah "studi yang dilakukan seseorang
melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu
masalah, sehingga diperoleh pemecahan yang tepat terhadap masalah
tersebut".
Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara
atau jalan yang ditempuh. Metode dalam upaya ilmiah menyangkut
masalah cara kerja untuk memahami objek yang menjadi sasaran ilmu
yang bersangkutan.
Metode Penelitian adalah cara yang digunakan peneliti untuk
mencapai tujuan dan menentukan jawaban atas masalah yang diajukan.
Metodologi berasal dari kata metodos (metode / cara) dan logos
(ilmu pengetahuan).
Metodologi penelitian adalah cara mengetahui sesuatu untuk
menemukan, mengembangkan atau menguji kebenaran secara sistematik,
logis dan empiris menggunakan metode ilmiah. Secara singkat dikatakan
metodolodi penelitian adalah ilmu yang mempelajari metode (cara)
penelitian. Hasil suatu penelitian berupa karya tulis ilmiah.
Karya tulis ilmiah adalah tulisan penelitian dan atau
pengembangan dan atau pemikiran yang disetujui oleh panitia, penelaah,
atau penyunting dalam suatu pertemuan ilmiah. Bentuknya adalah :

1. Karya Tulis Ilmiah (KTI)


2. Sripsi
3. Tesis
4. Disertasi
5. Laporan penelitian
Karya Tulis Ilmiah merupakan suatu tulisan yang membahas
suatu permasalahan yang dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamat
dan pengumpulan data yang diperoleh melalui suatu penelitian.
Skripsi bertujuan untuk menggambarkan fenomena ilmu
pengetahuan untuk menjawab pertanyaan sederhana, sehinga lebih
cenderung ke penelitian deskriptif. Kalaupun penelitiannya asosiatif,
maka variabelnya sedikit.
Tesis bertujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena ilmu
pengetahuan secara komprehensif, merumuskan hipotesis berdasarkan
teori, dan menghasilkan jawaban dari hipotesis tersebut.
Disertasi bertujuan menjawab rumusan masalah berdasarkan teori
yang disusun dalam hipotesis, dan dapat menolak atau membantah teori
yang sudah ada, dan menyusun teori baru.
Laporan penelilitian adalah karya tulis ilmiah yang disusun
melalui tahap-tahap berdasarkan teori tertentu dan mengguanakan
metode ilmiah yang sudah disepakati oleh para ilmuwan.

B. Berfikir dan bersikap ilmiah


Plato berpendapat bahwa ‘’pikir itu adalah organ yang hanya
berkaitan dengan ide-ide murni, artinya tidak ada hubungannya dengan
pengindraan karena pengindraan adalah fungsi badan rendah. Sementara
Edward DeBono berkata bahwa pikiran itu adalah sesuatu sistem
pembuat pola, sistem informasi dari pikiran pekrja untuk menciptakan
dan mengenal pola-pola tersebut, prilaku ini tergantung pada susunan
fungsional dari sel-sel urat saraf dalam otak. Sedangkan ilmiah artinya
berdasarkan ilmu pengetahuan, ilmiah adalah bentuk kata sifat dari ilmu,
ilmu berasal dari bahsa arab yang artinya tahu, jadi ilmu secara
etimologis berarti ilmu pengetahuan sedangkan secara terminologi ilmu
adalah semacam pengetahuan yang mempunyai ciri khas dan persyaratan
tertentu, berbeda dengan pengetahuan biasa. Jadi, berfikir ilmiah
merupakan tahapan ketiga setelah kita berpikir biasa dan berfikir logis.
Namun perlu dipahami bahwa pengetahuan ilmiah bukanlah sejenis
barang yang sudah siap yang muncul dari dunia fantasi akan tetapi
pengetahuan ilmiah merupakan hasil proses belajar dan proses berpikir
secara radikal terhadap sekumpulan pengetahuan-pengetahuan tertentu
yang relevan dan sejenis yang universal dan kumulatif karena begitu
rumitnya suatu ilmu dan karena persoalannya yang kompleks menuntut
untuk dipecahkan guna memperoleh kebenaran. Munurut Baharudin
mengemukakan bahwa sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang
diperlihatkan oleh para ilmuan saat mereka melakukan kegiatan sebagai
seorang ilmuan. Dengan perkataan lain kecenderungan individu untuk
bertindak atau berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara
sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Beberapa sikap ilmiah
dikemukakan oleh muyakat Brotowijoyo yang biasa dilakukan para ahli
dalam menyelesaikan masalah berdasarkan metode ilmiah, antara lain
sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap objektif, sikapmenghargai karya
orang lain, sikap terbuka, dll. Berpikir ilmiah berarti melakukan kegiatan
analisis dalam menggunakan logika secara ilmiah merupakan gabungan
antara penalaran secara deduktif dan induktif.
Urgensi metodologi penelitian dalam pengembangan IPTEK
seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia, maka dirasakan
semakin banyak dan kompleks problem yang dihadapi , yang
kesemuanya membutuhkan pemecahan sebagai solusi yang dianggap
tepat untuk permasalahan tersebut. Untuk itu diadakan lah berbagai
penelitian agar dapat dimanfaatkan hasilnya bagi kepentingan hidup
manusia. Melalui penelittian dapat dirancang sebagai tekhnologi yang
dapat membantu dan mempermudah hidup manusia, sepeti komputer,
satelit, TV dan sebagainya. Dengan hasil penelitian yang ada
berkembanglah iilmu pengetahuan yang dapat dijadikan dasar untuk
mengembangkan sebagai sektor kehidupan manusia, sehingga taraf hidup
manusia dapat meningkat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu
pengetahuan berfungsi secara praktis berfungsi sebagai perbaikan dan
kemajuan kehidupan manusia, sedangkan secara teoritis sebagaimana
yang dikemukakan Braithwaite ilmu berfungsi untuk menetapkan
hukum-hukum umum meliputi perilaku, kejadian dan objek yang dikaji.
A. Perkembangan Metodologi Ilmu dan Penelitian

Ilmu pengetahuan memiliki sifat utama yaitu tersusun secara sistematik dan runtut
dengan menggunakan metode ilmiah. Karenanya sementara orang menganggap perlunya
memiliki sikap ilmiah untuk menyusun ilmu pengetahuan tersebut atau dengan kata lain
ilmu pengetahuan memiliki tiga sifat utama tersebut, yaitu :

1) Sikap ilmiah

2) Metode ilmiah

3) Tersusun secara sistematik dan runtut

Sikap ilmiah menuntun orang untuk berpikir dengan sikap tertentu. Dari sikap
tersebut orang dituntun dengan cara tertentu untuk menghasilkan ilmu pengetahuan.
Selanjutnya cara tertentu itu disebut metode ilmiah. Jadi dengan sikap ilmiah dan metode
ilmiah diharapkan dapat disusun ilmu pengetahuan dengan sistematik dan runtut.

Periode perkembangan metodologi penelitian yang dikemukakan oleh Rummel yang


dikutip oleh Prof. Sutrisno Hadi MA digolongkan sebagai berikut :

a. Periode Trial and Error

Dalam periode ini diisyaratkan bahwa ilmu pengetahuan masih dalam keadaan
embrional. Dalam periode ini orang menyusun ilmu pengetahuan dengan cara mencoba-
coba berulang kali sampai dijumpia suatu pemecahan masalah yang diangap
memuaskan.

b. Periode Authority and Tradition

Pada periode ini kebenaran ilmu pengetahuan didasarkan atas pendapat para pemimpin
atau penguasa waktu itu. Pendapat-pendapat itu dijadikan ajaran yang harus diikuti
begitu saja oleh rakyat banyak dan mereka harus menerima bahwa ajaran tersebut benar.
Di samping pendapat para penguasa atau pemimpin, tradisi dalam kehidupan manusia
memang memegang peranan yang sangat penting di masa lampau dan menentang tradisi
merupakan hal yang tabu. Karenanya tradisi dipercaya sebagai hal yang benar, sehingga
tradisi menguasai cara berpikir dan cara kerja manusia berabad-abad lamanya. Sebagai
contoh,sampai pertengahan abad 20, petani Jawa masih memegang tradsisi bahwa
mereka akan segera turun ke aswaah apabila telah melihat bintang biduk (gubuk
penceng) sebagai pertanda mulai turun hujan.

c. Periode Speculation and Argumentation

Pada periode ini ajaran atau doktrin para pemimpin atau penguasa serta tradisi yang
bercakal dalam kehidupan masyrakat mulai menggunakan dialektika untuk mengadakan
diskusi dalam memecahkan masalah untuk memperoleh kebenaran. Dengan kata lain,
masyarakat mulai membentuk kelompok-kelompok spekulasi untuk memperoleh
kebenaran dan menggunakan argumen-argumen. Masing-masing kelompok membuat
spekulasi dan argumen yang berbeda dalam memperoleh kebenran. Oleh sebab itu, pada
saat ini orang terlalu mendewakan akal dan kepandaian silat lidahnya, yang kadang-
kadang dibuat-buta supaya tampak masuk akal.

d. Periode Hypothesis and Experimentation

Pada periode ini orang mulai mencari rangkaian tata cara untuk mnerangkan suatu
kejadian. Mula-mula membuat dugaan-dugaan (hipotesis-hipotesis), kemudian
mengumpulkan fakta-fakta kemudian dianalisis dan diolah, hingga akhirnya ditarik
kesimpulan. Fakta-fakta tersebut diperoleh dengan eksperimen atau observasi-observasi
serta dokumen-dokumen.

B. Mencari Kebenaran

Manusia pada dasaranya selalu ingin tahu yang benar. Untuk memenuhi rasa ingin
tahu ini, manusia sejak jaman dahulu telah berusahan mengumpulkan pengetahuan.
Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan
seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut
diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain. Semenjak
adanya sejarah kehidupan manusia di bumi ini, manusia telah berusaha mengumpulkan
fakta. Dari fakta-fakta ini kemudian disusun dan disimpulkan menjadi berbagai teori
sesuai dengan fakta yang dikumpulkan tersebut. Teori-teori tersebut kemudian
digunakan untuk memahami gejala-gejala alam kemasyarakatan yang lain. Sejalan
dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, teori-teori tersebut makin berkembang,
baik kualitas maupun kuantitasnya, seperti apa yang telah kita rasakan dewasa ini.
(Soekidjo Notoatmodjo 2012).

1. Berbagai cara memperoleh pengetahuan


Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu cara
tradisional atau nonilmiah yaitu tanpa melalui penelitian ilmiah. Cara yang kedua
yaitu dengan cara moderen atau cara ilmiah yaitu melalui proses penelitian.
a. Cara memperoleh kebenaran nonilmiah
Cara kuno atau tradisional ini duigunakan seseorang untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode
penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara nonilmiah, tanpa
melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain :
1) Cara coba salah (Trial and Error )
Cara memperoleh kebenaran nonilmiah, yang penah digunakan manusia
dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara trial and error. Cara ini
telah digunakan seseorang sebelum adanya kebudayaan, bahkan sebelum
adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan
atau masalah, upaya emecahannya yaitu dilakukan dengan coba-coba saja.
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan
dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan gagal pula
maka dicoba lagi dengan kemungkinan ketiga dan seterusnya, sampai masalah
trsebut dapat terpecahkan.
2) Cara kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh
orang yang bersangkutan. Salah satu contoh adalah penemuan enzim urease
oleh Summers pada tahun1926. Pada suatu hari Summers bekerja dengan
ekstrak aseton, dan karena terburu-buru bermain tennis, maka ekstrak aseton
tersebut disimpan didalm kulkas. Keesokan harinya ketijka ingin meneruskan
percobaannya, ternyata ekstrak aseton tersebut timbul kristal-kristal yang
kemudian enzim urease.
3) Cara kekusaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan
dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya
diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Misalnya,
mengapa harus ada upacara selapanan dan turun tanah pada bayi, mengapa
ibu sedang menyusui harus minum jamu dan sebagainya. Kebiasaan seperti
ini bukan terjadi pada masyarakat tradisional saja , melainkan juga terjadi
pada masyarakat moderen. Kebiasaan-kebiasaan ini seolah-olah diterima dari
sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut
dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal,
parra pemuka agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dari kata lain,
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas yakni
orang yang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas
pemerintah, otoritas pemimopin agama maupun ahli ilmu pengetahuan dan
ilmuwan.
4) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik demikian bunyi pepatah. Pepatah ini
mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan,
atau pengalaman itu metrupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai
upaya memperoleh engetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang
kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahn yang
dialami pada masal lalu. Apabila dengan cara tdigunakan tersebut orang dapat
memecahkan masalah yang dihadapi, maka untuk memecahkan msalah lain
yang sama, orang dapat pula menggunakan atau merujuk cara tersebut. Tetapi
bila ia gagal menggunakan cara tersebut, ia tidak akan mengulangi cara itu,
dan berusahan untuk mecari cara lain sehingga berhasil memecahkan masalah
tersebut
5) Cara akal sehat
Akal sehat atau Common Sense kadang-kadang dapat menemukan teori
kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua zaman
dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak
disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah,
misalnya dijewer telinganya atau dicubit. Ternyata cara menghukum anak ini
sampai sekarang berkembang menjadi teori atau kebenaran, bahwa hukuman
adalah metode (meskipun bukan yang paling baik) bagi pendidikan anak.
Pemberian hadiah atau hukuman (reward and punishment) merupakan cara
yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam
konteks pendidikan.
6) Kebenaran melalui wahyu
Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari tuhan
melalui nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-
poengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut
rasional atau tidak. Sebab kebenaran yang diterima oleh para nabi adalah
sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan
manusia
7) Kebenaran secara intuitif
Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses
diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau berfikir. Kebenaran
yang diperoleh melalui intuitf sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak
menggunakan cara-cara yang rasional dan sistematis kebenara ini diperoleh
seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati saja.
8) Melalui jalan pikiran
Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperolah
kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik
melalui induksi meupun deduksi. Induksi dan deduksi pada dasarnya
merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalu
pernyataan-pernyataan yang dikemukakan, kemudian dicari hubungannya
sehingga dapat dibuat kesimpulan. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu
melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan
induksi. Seangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-
pernyataan umum kepada yang khusus.
9) Induksi
Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, hal ini berarti dalam berpikir
induksi pembuatan kesimpulan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-
pengalaman empiris yang ditangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan
kedalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu
gejala. Karena proses berfikir induksi itu beranjak dari hasil pengamatan indra
atau hal-hal yang nyata, maka dapat dikatakan bahwa induksi beranjak dari
hal-hal yang komplit kepada hal-hal yang abstrak. Proses berfikir induksi
dikelompokkan menjadi dua, yakni induksi sempurna dan induksi tidak
sempurna. Induksi sempurna terjadi apabila kesimpulan diperoleh dari
penjumlahan dari kesimpulan khusus. Misalnya, masing-masing anak yang
lahir prematur perkembangannya lambat jadi kesimpulannya, semua anak
yang lahir prematur perkembangannya lambat. Proses berpikir induksi ini
terjadi apabila dalam proses berpikir tersebut menggunakan proses
pengamatan terhadap seluruh kejadian khusus yang berhubungan dengan
suatu hal, karena itu disebut induksi sempurna atau lengkap. Dalam hal ini
proses berpikir berusaha megidentifikasi seluruh subjek yang menjadi anggtoa
objek yang diamati secara satu-persatu kemudian seluruh objek itu
diidentifikasi pula keumumannya (kesamaannya dalam satu hal) dan ditarik
kesimpulan umumnya. Sedangkan induksi tidak sempurna terjadi apabila
kesimpulan tersebut dari lompatan, dari pernyataan-pernyataan khusus. Hal ini
berarti bahwa dasar dari kesimpulan tersebut bukan penjumlahan dari tia[-tiap
subjek yang diamati melainkan hanya beberapa subjek saja sebagai sampel.
Misalnya :
Indonesia negara berkembang IMR nya tinggi.
India negara berkembang, IMR nya tinggi.
Tanzania negara berkembang, IMR nya tinggi.
Brazil berkembang, IMR nya tinggi.
Jadi semua negara berkembang IMR nya tinggi.
Pernyataan-pernyataan khusus yang digunakan sebagai landasan untuk
membuat keputusan tersebut hanya sebagina kecil dari negara berkembang
saja, bukan negara berkembang seluruhnya.
10) Deduksi
Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke
khusus. aristoteles (384-322 SM) mengembangkan cara berpikir deduksi ini
kedalam suatu cara yang disebut “Silogisme”. Silogisme ini merupakan suatu
bentuk deduksi yang memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai
kesimpulan yang lebih baik. Didalam berpikir deduksi berlaku bahwa sesuatu
yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga
kebenarannya juga kebenarannya kepada semua perstiwa yang terjadi [ada
setiap yang termasuk pada kelas itu. Disinilah terlihat proses berpikir
berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai mencapai pengetahuan
yang khusus silogisme sebagai bentuk berpikir deduksi yang teratur terdiri
dari tiga pernyataan atau proposisi, yitu : pernyataan pertama disebut
prepismayor, yang berisi pernyataan yang bersifat umum. Pernyataan kedua
yang bersifat lebih khusus dari pada pernyataan pertama disebut dengan
premisminor. Sedangkan pernyataan ketiga yang merupakan kesimpulannya
disebut konklusi atau konsekuen.
Contoh :
Semua anak yang status gizinya baik, cerdas (premismayor)
Ruli status gizinya baik (premisminor).
Jadi ruli adalah anak yang cerdas (konklusi).
Silogismen dibagi menjadi dua macam, yakni silogisme kategoris dan
silogisme hipotesis. Silogisme kategoris adalah proses berpikir , dengan
melakukan penyelidikan identitas (kesamaan) atau diversitas (perbedaan) dua
konsep objektif, dengan membandingkan ketiga konsep secara berturut-turut
Contoh :
Semua penderita malaria mengalami kekurangan darah.
Pak Ali penderita malaria.
Pak ali kekurangan darah.
Sedangkan silogisme hitesis adalah silogisme, dimana premismayor
merupakan pernyataan hipotesis, dan premisminornya mengakui atau menolak
salah satu atau bagian dari premis mayor tersebut oleh sebab itu semua
silogisme hipotesis terdiri dari tiga macam silogisme kondisional, silogisme
disjungtif (pemisah), dan silogisme konjungtif (penghubung). Silogisme
hipotesis kondisional adalah silogisme yang premismayornya berbentuk suatu
keputusan bersyarat, yang dirummuskan dengan kata-kata : jika, apabila, atau
maka.
Contoh
Apabila Minah mendapatkan imunisasi polio, iaa tidak akan sakit.
Minah tidak cacat. Jadi Minah telah mendapatkan imunisasi polio
Silogisme pemisah ilaha silogisme dimana premismayornya berbentuk
hipotesis yang bersifat memisahkan.
Contoh :
Didi atau Dudu yang kekurangan gizi.
Didi berat badannya normal. Jadi Dudu kekurangan gizi
Sedangkan silogisme penghubung adalah silogisme yang premismayornya
berbentuk pernyataan yang mehubungkan.
Contoh :
Tidak mungkin ibu hamil yang gizinya baik menderita anemia.
Ibu Ani hamil, gizinya baik.
Jadi ibu Ani tidak menderita anemia.
C. Definisi Penelitian
Penelitian adalah suatu usaha atau cara yang sistematis untuk menyelidiki
masalah tertentu dengan tujuan mencari jawaban dari masalah yang diteliti dilakukan
secara ilmiah. Purwanto (2010 : 163) mendefinisikan penelitian adalah cara penentuan
kebenaran atau pemecahan masalah yang dilakukan secara ilmiah.
Penelitian atau riset berasal dari bahasa inggris research yang artinya adalah
proses pengumpulan informasi dengan tujuan meningkatkan, memodifikasi
ataumengembangkan sebuah penyelidikan atau kelompok penyelidikan.Pada dasarnya
riset atau penelitian adalah setiap proses yang menghasilkan ilmu pengetahuan.Adapun
pengertian penelitian menurut para ahli adalah :
1. Fellin, Tripodi & Meyer (1996)
Penelitian adalah suatu cara sistematik untuk maksud meningkatkan,
memodifikasi dan mengembangkan pengetahuan yang dapat disampaikan
(dikomunikasikan) dan diuji (diverifikasi) oleh peneliti lain
2. Kerlinger (1986: 17-18)
Penelitian adalah investigasi yang sistematis, terkontrol,empiris dan kritis
dari suatu proposisihipotesis mengenai hubungan tertentuantarfenomena.
3. Indriantoro & Supomo (1999: 16)
Penelitian merupakan refleksi dari keinginanuntuk mengetahui sesuatu
berupa fakta-fakta atau fenomena alam.

4. David H. Penny
Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis
masalah yang pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-
fakta.
5. J. Suprapto
Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuanyang
dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-
hati, serta sistematis.
6. Sutrisno Hadi
Penelitian merupakan usaha untuk menemukan, mengembangkandan
menguji kebenaran suatu pengetahuan.
7. Mohammad Ali
Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui
penyelidikan atau usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan
masalahitu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh
pemecahannya.
8. Tuckman
Penelitian merupakan suatu usaha yang sistematis untuk menemukan
jawaban ilmiah terhadap suatu masalah (a systematic attempt to provide answer
toquestion. Sistematis artinya mengikuti prosedur atau langkah-langkah tertentu.
Jawabanilmiah adalah rumusan pengetahuan, generaliasi, baik berupa teori,
prinsip baik yang bersifat abstrak maupun konkret yang dirumuskan melalui alat
primernya yaitu empirisdan analisis. Penelitian itu sendiri bekerja atas dasar
asumsi, teknik dan metode.

9. Hilway (1956)
Penelitian merupakan suatu metode studi melalui penyelidikan yanghati-
hati dan sempurna terhadap suatu masalah sehingga diperoleh pemecahan yang
tepatterhadap masalah tersebut.

10. Woody (1927)


Penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaranyang
juga merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking). Penelitian meliputi
pemberian definisi dan redefinisi terhadap masalah, merumuskan hipotesis atau
jawabansementara, membuat kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan
pengujian yanghati-hati atas semua kesimpulan untuk menentukan kecocokan
dengan hipotesis.
11. Parson (1946)
Penelitian merupakan pencarian atas sesuatu (inquiry) secarasistematis
terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan.
12. Emzir (2007:3)
Penelitian adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan
masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah.
13. Hamidi (2007:6)
Penelitian merupakan aktivitas keilmuan yang dilakukan karenaada
kegunaan yang ingin dicapai, baik untuk meningkatkan kualitas kehidupan
manusiamaupun untuk mengembangkan ilmu pengetahuan.

Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk


menemukan,mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan
menggunakanmetode-metode ilmiah. Para pakar mengemukakan pendapat yang berbeda
dalammerumuskan batasan penelitian atau penyelidikan terhadap suatu masalah, baik
sebagaiusaha mencari kebenaran melalui pendekatan ilmiah.
Secara umum, penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan
analisisdata yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan
tertentu.Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang
bersifatkuantitatif dan kualitatif, eksperimental atau noneksperimental, interaktif atau
noninteraktif. Metode-metode tersebut telah dikembangkan secara intensif, melalui
berbagaiuji coba sehingga telah memiliki prosedur yang baku.
Penelitiaan merupakan upaya untuk mengembangkan
pengetahuan,mengembangkan dan menguji teori. Dalam kaitannya dengan upaya
pengembangan pengetahuan, Welberg (1986) mengemukakan lima langkah
pengembangan pengetahuan melalui penelitian, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah
penelitian, (2)melakukan studi empiris, (3) melakukan replikasi atau pengulangan, (4)
menyatukan(sintesis) dan mereviu, dan (5) menggunakan dan mengevaluasi (McMillan
dan Schumacher, 2001: 6 ).
Penelitian dapat pula diartikan sebagai cara dan proses penemuan melalui
pengamatan atau penyelidikan yang bertujuan untuk mencari jawaban permasalahan atau
persoalan sebagai suatu masalah yang diteliti. Kerlinger (1986)
mengemukakan, penelitian ialah proses penemuan yang mempunyai karakteristik
sistematis, terkontrol,empiris, dan mendasarkan pada teori dan hipotesis atau jawaban
sementara. Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif memiliki dasar positivis
dan banyak diterapkan dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan alam, sosial, ekonomi,
dan pendidikan. Sukardi (2005) mengemukakan beberapa ciri penelitian yang memiliki
dasar positivis, antara lain sebagai berikut:
a. Menekankan objektivitas secara universal dan tidak dipengaruhi oleh ruang
dan waktu.
b. Menginterpretasi variabel yang ada melalui peraturan kuantitas atau angka.
c. Memisahkan antara peneliti dengan objek yang hendak diteliti.
d. Menekankan penggunaan metode statistik untuk mencari jawaban
permasalahan yanghendak diteliti.

Pengertian penelitian yang disarankan oleh Leedy (1997: 3) sebagai


berikut:Penelitian (riset) adalah proses yang sistematis meliputi pengumpulan dan
analisisinformas (data) dalam rangka meningkatkan pengertian kita tentang fenomena
yang kitaminati atau menjadi perhatian kita. Mirip dengan pengertian di atas, Dane
(1990: 4)menyarankan definisi sebagai berikut: Penelitian merupakan proses kritis untuk
mengajukan pertanyaan dan berupaya untuk menjawab pertanyaan tentang fakta dunia.

Pengertian yang benar tentang penelitian sebagai berikut, menurut Leedy


(1997:5): Penelitian adalah suatu proses untuk mencapai (secara sistematis dan didukung
olehdata) jawaban terhadap suatu pertanyaan, penyelesaian terhadap permasalahan, atau
pemahaman yang dalam terhadap suatu fenomena.

Proses tersebut, yang sering disebut sebagai metodologi penelitian, mempunyai


delapan macam karakteristik:

1) Penelitian dimulai dengan suatu pertanyaan atau permasalahan.

2) Penelitian memerlukan pernyataan yang jelas tentang tujuan.

3) Penelitian mengikuti rancangan prosedur yang spesifik.

4) Penelitian biasanya membagi permasalahan utama menjadi sub-sub masalah


yang lebih dapat dikelola.

5) Penelitian diarahkan oleh permasalahan, pertanyaan, atau hipotesis penelitian


yang spesifik.

6) Penelitian menerima asumsi kritis tertentu


7) penelitian memerlukan pengumpulan dan interpretasi data dalam upaya untuk
mengatasi permasalahan yang mengawali penelitian.

8) penelitian adalah secara alamiahnya berputar secara siklus; atau lebih tepatnya
helikal.

1. Klasifikasi Penelitian
Penelitian dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam. Klasifikasi tersebut dapat dilakukan
berdasarkan beberapa tinjauan yaitu : bidang ilmu, pendekatan, tempat pelaksanaan, pemakaian,
tujuan umum, taraf, metode, dan ada tidaknya intervensi terhadap variabel.
a. Klasifikasi Penelitian berdasarkan Bidang Ilmu
Ada bermacam-macam bidang ilmu dan jika penelitian dilakukan untuk bidang ilmu
tertentu maka ragam penelitian yang dilakukan disebut sesuai dengan bidang ilmu
tersebut. Dengan demikian ditinjau berdasarkan bidang-bidang ilmu yang ada penelitian
dapat dibedakanmenjadi :
- penelitian pendidikan
- penelitian kedokteran
- penelitian keperawatan
- penelitian kebidanan
- penelitian ekonomi,
- penelitian pertanian
- penelitian biologi
- penelitian sejarah, dst.

b. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan endekatan yang Dipakai


Berdasarkan pendekatan yang dipakai, penelitian dapat dibedakan menjadi penelitian
kuantitatif dan penelitian kualitatif. Masing-masing pendekatan tersebut memiliki
paradigma, asumsi, karakteristik sendirisendiri. Kedua pendekatan penelitian tersebut
dapat dilakukan dengan cara simultan dan saling mengisi sesuai dengan kebutuhan,
sehingga dapat diwujudkan proses penelitian yang komprehensif.

c. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tempat Pelaksanaannya :


Penelitian dapat dilakukan diberbagai tempat, yaitu diperpustakaan, lapangan,
laboratorium atau gabungan dari tempat-tempat tersebut. Atas dasar tinjauan tersebut
penelitian dibedakan menjadi :
- penelitian perpustakaan (library research),
- penelitian laborartorium (laboratory research), dan
- penelitian lapangan (field research)

d. Klasfikasi Penelitian Ditinjau berdasarkan Pemakaiannya


Hasil penelitian dapat dipakai untuk mengembangkan dan memverifikasi terori serta
memecahkan masalah. Atas dasar tinjauan ini penelitian dapat dibedakan menjadi :
1) Penelitian penelitian murni (pure research atau basic research)
Penelitian murni atau penelitian dasar merupakan penelitian yang dilakukan
dengan maksud hasil penelitian tersebut dipakai untuk mengembangkan dan
memverifikasi teori-teori ilmiah.
2) Penelitian terapan (applied research).
Penelitian terapan adalah ragam penelitian dimana hasilnya diterapkan berkenaan
dengan upaya pemecahan masalah .

e. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tujuan Umumnya


Berdasarkan tujuan umumnya, penelitian dibedakan menjadi : penelitian eksploratif,
penelitian pengembangan, dan penelitian verifikatif.
 Penelitian eksploratif, adalah penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk
mengekplorasi fenomena yang menjadi sasaran penelitian.
 Penelitian pengembangan (developmental research), adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengembangan suatu konsep atau prosedur tertentu.
 Penelitian verifikatif, merupakan penelitian yang dilakukan dengan tujuan
membuktikan kebenaran suatu teori pada waktu dan tempat tertentu.

f. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tarafnya


Penelitian ditinjau berdasarkan tarafnya dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian
deskriptif dan penelitian analitik. Penelitian deskriptif merupakan penelitian pada taraf
mendiskripsikan variable yang diteliti tanpa dilakukan analisis dalam keterkaitannya
dengan variable lainnya.
Sedangkan jika penelitian dilakukan bukan sekadar mendiskripsikan variable penelitian
tetapi dilakukan analisis dalam hubungannya dengan variable-variabel lainnya disebut
penelitian analitik.
g. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Metode
Berdasarkan metode yang dipakai, penelitian dibedakan menjadi penelitian
longitudinal dan penelitian cross-sectional. Penelitian longitudinal (longitudinal research)
adalah penelitian yang dilakukan dengan metode longitudinal (longituninal method),
yaitu metode penelitian yang membutuhkan waktu yang lama, berbulan-bulan bahkan
bertahun, secara berkesinambungan. Sedangkan penelitian cross-sectional (cross-
sectional research) merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode cross-sectional
(cross-sectional method), yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan mengambil
waktu tertentu yang relative pendek dan tempat tertentu.

h. Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Intervensi terhadap Variabel


Penelitian dapat dilakukan di mana peneliti melakukan intervensi atau perlakuan
terhadap variable tertentu. Jika tindakan tersebut dilakukan maka penelitian semacam itu
tergolong penelitian eksperimen. Sebaliknya jika tidak dilakukan intervensi terhadap
variabel maka penelitian tersebut tergolong penelitian eksperimen.

Klasifikasi penelitian juga terbagi menjadi 2, yaitu penelitian kualitatif dan penelitian kuantitatif.
1) Penelitian Kuantitatif
a) Definisi Penelitian Kuantitatif
Kasiram (2008: 149) dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif, mendifinisikan penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan
pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat menganalisis
keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.
b) Asumsi Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif didasarkan pada asumsi sebagai berikut (Nana Sudjana dan
Ibrahim, 2001; Del Siegle, 2005, dan Johnson, 2005).
~ Bahwa realitas yang menjadi sasaran penelitian berdimensi tunggal, fragmental,
dan cenderung bersifat tetap sehingga dapat diprediksi.
~ Variabel dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang objektif dan
baku.
c) Karakeristik Penelitian Kuantitatif
Karakteristik penelitian kuantitatif adalah sebagai berikut (Nana Sudjana dan
Ibrahim, 2001 : 6-7; Suharsimi Arikunto, 2002 : 11; Johnson, 2005; dan Kasiram
2008: 149-150) :
~ Menggunakan pola berpikir deduktif (rasional – empiris atau topdown), yang
berusaha memahami suatu fenomena dengan cara menggunakan konsep-konsep
yang umum untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang bersifat khusus.
~ Logika yang dipakai adalah logika positivistik dan menghundari halhal yang
bersifat subjektif.
~ Proses penelitian mengikuti prosedur yang telah direncanakan.
~ Tujuan dari penelitian kuantitatif adalah untuk menyususun ilmu nomotetik yaitu
ilmu yang berupaya membuat hokum-hukum dari generalisasinya.
~ Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, dan sumber data yang dibutuhkan,
serta alat pengumpul data yang dipakai sesuai dengan apa yang telah
direncanakan sebelumnya.
~ Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat yang
objektif dan baku.
~ Peneliti menempatkan diri secara terpisah dengan objek penelitian, dalam arti
dirinya tidak terlibat secara emosional dengan subjek penelitian.
~ Analisis data dilakukan setelah semua data terkumpul.
~ Hasil penelitian berupa generalisasi dan prediksi, lepas dari konteks waktu dan
situasi.

d) Prosedur Penelitian Kuantitatif


Penelitian kuantitatif pelaksanaannya berdasarkan prosedur yang telah
direncanakan sebelumnya. Adapun prosedur penelitian kuantitatif terdiri dari
tahapan-tahapan kegiatan sebagai berikut.
a. Identifikasi permasalahan
b. Studi literatur.
c. Pengembangan kerangka konsep
d. Identifikasi dan definisi variabel, hipotesis, dan pertanyaan penelitian.
e. Pengembangan disain penelitian.
f. Teknik sampling.
g. Pengumpulan dan kuantifikasi data.
h. Analisis data.
i. Interpretasi dan komunikasi hasil penelitian.

e) Tipe-tipe Penelitian Kuantitatif


Dalam melakukan penelitian, peneliti dapat menggunakan metoda dan
rancangan (design) tertentu dengan mempertimbangkan tujuan penelitian
dan sifat masalah yang dihadapi. Berdasarkan sifat-sifat permasalahannya,
penelitian kuantitatif dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai berikut
(Suryabrata, 2000 : 15 dan Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 : 69 – 78).
a. Penelitian deskriptif
b. Penelitian korelational
c. Penelitian kausal komparatif
d. Penelitian tindakan
e. Penelitian perkembangan

f) Metode Penelitian Kuantitatif


Metode yang dipergunakan dalam penelitian kuantitatif, khusunya kuantitatif
analitik adalah metode dedutif. Dalam metoda ini teori ilmiah yang telah diterima
kebenarannya dijadikan acuan dalam mencari kebenaran selanjutnya. Jujun S.
Suriasumantri dalam bukunya Ilmu dalam Perspektif Moral, Sosial, dan Politik
(2000: 6) menyatakan bahwa pada dasarnya metoda ilmiah merupakan cara ilmu
memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan : a) kerangka
pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan
pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun; b) menjabarkan hipotesis
yang merupakan deduksi dari kerangka pemikiran tersebut; dan c)
melakukanverifikasi terhadap hipotesis termaksud untuk menguji kebenaran
pernyataannya secara faktual.
Selanjutnya Jujun menyatakan bahwa kerangka berpikir ilmiah yang berintikan
proses logico-hypothetico-verifikatif ini pada dasarnya terdiri dari langkah-langkah
sebagai berikut (Suriasumantri, 2005 : 127-128).
a. Perumusan masalah, yang merupakan pertanyaan mengenai objek empiris
yang jelas batas-batasnya serta dapat diidentifikasikasi faktorfaktor yang
terkait di dalamnya.
b. Penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis yang merupakan
argumentasi yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara
berbagai faktor yang saling mengait dan membentuk konstelasi
permasalahan. Kerangka berpikir ini disusun secara rasional berdasarkan
premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya dengan memperhatikan
faktor-faktor empiris yang relevan dengan permasalahan.
c. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan
terhadap pertanyaan yang diajukan yang materinya merupakan kesimpulan
dari dari kerangka berpikir yang dikembangkan.
d. Pengujian hipotesis yang merupakan pengumpulan fakta-fakta yang relevan
dengan hipotesis, yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat
fakta-fakta yang mendukung hipoteisis tersebut atau tidak.

Langkah-langkah atau prosedur penelitian tersebut kemudian oleh Jujun S.


Suriasumantri divisualisasikan dalam bentuk bagan sebagai berikut

2) Penelitian Kualitatif
a) Definisi Penelitian Kualitatif
Moleong setelah melakukan analisis terhadap beberapa definisi penelitian kualitatif
kemudian membuat definisi sendiri sebagai sisntesis dari pokok-pokok pengertian
penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2005: 6) penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami
oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi , tindakan, dll. secara
holistic, dan dengan cara
b) Asumsi Penelitian Kualitatif
Anggapan yang mendasari penelitian kualitatif adalah bahwa kenyataan sebagai
suatu yang berdimensi jamak, kesatuan, dan berubah-ubah (Nana Sudjana dan
Ibrahim, 2001 : 7). Oleh karena itu tidak mungkin dapat disusun rancangan
penelitian yang terinci dan fixed sebelumnya. Rancangan penelitian berkembangan
selama proses penelitian.
c) Karakteristik Penelitian Kualitaif
Penelitian kualitatif disebut juga penelitian naturalistik, metode fenomenologis,
metode impresionistik, dan metode post positivistic. Adapun karakteristik
penelitian jenis ini adalah sebagai berikut (Sujana dan Ibrahim, 2001 : 6-7;
Suharsimi Arikunto, 2002: 11-12; Moleong, 2005: 8-11; Johnson, 2005, dan
Kasiram, 2008: 154-155).
a. Menggunakan pola berpikir induktif (empiris – rasional atau bottomup).
Metode kualitatif sering digunakan untuk menghasilkan grounde theory, yaitu
teori yang timbul dari data bukan dari hipotesis seperti dalam metode
kuantitatif. Atas dasar itu penelitian bersifat generating theory, sehingga teori
yang dihasilkan berupa teori substansif.
b. Perspektif emic/partisipan sangat iutamakan dan dihargai tinggi. Minat peneliti
banyak tercurah pada bagaimana persepsi dan makna menurut sudut pandang
partisipan yang diteliti, sehingga bias menemukan apa yang disebut sebagai
fakta fenomenologis.
c. Penelitian kualitatif tidak menggunakan rancangan penelitian yang baku.
Rancangan pene-litian berkembang selama proses penelitian.
d. Tujuan penelitian kualitatif adalah untuk memahami, mencari makna di balik
data, untuk menemukan kebenaran, baik kebenaran empiris sensual, empiris
logis, dan empiris logis.
e. Subjek yang diteliti, data yang dikumpulkan, sumber data yang dibutuhkan,
dan alat pengumpul data bisa berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.
f. Pengumpulan data dilakukan atas dasar prinsip fenomenologis, yaitu dengan
memahami secara mendalam gejala atau fenomena yang dihadapi
g. Peneliti berfungsi pula sebagai alat pengumpul data sehingga keberadaanya
tidak terpisahkan dengan apa yang diteliti.
h. Analisis data dapat dilakukan selama penelitian sedang dan telah berlangsung.
i. Hasil penelitian berupa deskripsi dan interpretasi dalam konteks waktu serta
situasi tertentu.

d) Prosedur Penelitian Kualitatif


Prosedur pelaksanaan penelitian kualitatif bersifat fleksibel sesuai dengan
kebutuhan, serta situasi dan kondisi di lapangan. Secara garis besar tahapan
penelitian kualitatif adalah sebagai berikut (Sudarwan Danim dan Darwis, 2003 :
80)

a. Merumuskan masalah sebagai fokus penelitian.

b. Mengumpulkan data di lapangan.

c. Menganalisis data.

d. Merumuskan hasil studi.

e. Menyusun rekomendasi untuk pembuatan keputusan.

e) Tipe-tipe Kualitatif
Penelitian dengan pendekatan kualitatif dapat dibedakan menjadi lima tipe utama,
yaiu : phenomenology, ethnography, case study research, grounded theory, dan
historical research (Johnson, 2005 : 8)
1. Phenomenology : a form of qualitative research in which the researcher
attempts to understand how one or more individuals experience a phenemenon.
2. Ethnography : is the form of qualitative research that focuses on describing the
culture of a group of people.
3. Case study research : is a form of qualitative research that focused on
providing a detailed account of one or more cases.
4. Grounded theory : is a qualitative approach to generating and developing a
theory form data that the researcher collects.Historical research : research
about events that occurred in the past.

2. Karakteristik Penelitian
Penelitian (ilmiah) mempunyai 8 karakteristik utama : ada tujuan, ada keseriusan, dapat diuji,
dapat direplikasikan, mengandung presisi dan keyakinan, obyektif, berlaku umum dan efisien.
a. Ada tujuan
Penelitian harus memiliki tujuan yang jelas. Suatu penelitian dimaksudkan untuk dapat
membantu pemecahan masalah. Walaupun penelitian tidak memberikan jawaban
langsung terhadap permasalahan akan tetapi hasilnya harus mempunyai kontribusi
terhadap pemecahan masalah. Hasil penelitian harus memberikan penjelasan akan
fenomena yang menjadi pertanyaan penelitian dan harus dapat melandasi keputusan serta
tindakan. Oleh karena itu, penelitian memiliki tujuan lebih luas daripada sekedar melihat
hubungan yang terjadi dalam suatu kelompok subyek yang terlibat sebagai sampel
b. Ada keseriusan
Keseriusan dalam penelitian berarti ada kehati-hatian , ketelitian dan ada kepastian.
Untuk itu diperlukan adanya dasar teori yang baik dan perancangan penelitian yang
mantap sehingga keseriusan penelitian meningkat pula. Oleh karena itu, jumlah sampel
yang cukup dipilih oleh metode yang benar dan daftar pertanyaan harus disusun secara
tepat.
c. Dapat diuji
Suatu penelitian sebaiknya tercermin dari hasil uji, hipotesis. Hasil uji hipotesis yang
merupakan penemuan penelitian itu harus berkali-kali didukung dengan kejadian yang
sama apabila penelitian itu dilakukan berulang-ulang dalam kondisi yang sama. Dengan
kata lain, hipotesis kita itu tidak ditolak bukan karena kebetulan
d. Dapat direplikasikan
Suatu penelitian sebaiknya menampilkan hipotesis yang dapat diuji dengan menggunakan
metode. Kalau hal itu terjadi (penemuan yang sama dalam kondisi berulang kali terjadi)
maka kita mempunyai keyakinan bahwa penelitian kita bersifat ilmiah.
e. Presisi dan keyakinan
Dalam penelitian sosial, ekonomi dan manajemen jarang sekali kita menemukan
kesimpulan yang pasti atas dasar data yang kita kumpulkan karena kita tidak mungkin
mempelajari hal-hal yang bersifat keseluruhan (populasi) yang ada didalam masyarakat.
Kita hanya dapat mempelajari sebagian dari keseluruhan itu (sample) dan menarik
kesimpulan atas dasar sample tersebut. kemungkinan besar sample yang kita ambil tidak
mencerminkan sifat-sifat yang pasti dari gejala-gejala yang kita pelajari. Namun kita
ingin merancang suatu penelitian sedemikian rupa sehingga penemuannya mendekati
kebenaran (presisi tinggi) dan kita dapat memiliki keyakinan (confident) terhadap
penemuan tersebut. Presisi menunjukkan seberapa dekat penemuan itu terhadap realita
(atas dasar sample yang digunakan). Selanjutnya keyakinan (confident) menunjukkan
kemungkinan dari kebenaran estimasi yang dilakukan.
f. Obyektifitas
Kesimpulan yang diambil oleh suatu penelitian harus bersifat obyektif, artinya harus
didasarkan pada fakta yang diperoleh dari data aktual dan bukan atas dasar penilaian
subyektif dan emosional. Kalau kesimpulan hanya didasarkan atas apa yang dipercaya
oleh penelitian itu sendiri tidak diperlukan lagi tetapi hal ini tidak dapat dibenarkan.
g. Berlaku Umum
Hasil penelitian yang berlaku umum menunjuk pada cakupan dari adanya tindakan hasil
penelitian itu diterapkan dalam berbagai keadaan. Semakin luas cakupan penerapan yang
dapat ditimbulkan oleh hasil penelitian itu akan semakin berguna penelitian tersebut bagi
mereka yang menggunakannya. Jadi semakin berlaku umum hasil suatu penelitian akan
semakin berguna penelitian tersebut. Sesungguhnya tidak banyak hasil penelitian yang
dapat diberlakukan secara umum untuk keadaan dan organisasi yang berbeda-beda
ataupun ditempat yang berbeda.
h. Efisien
Kesederhanaan dalam menjelaskan gejala-gejala yang tejadi dan aplikasi pemecahan
masalah nya sering kali lebih disukai daripada kerangka penelitian yan kompleks yang
menunjukkan sejumlah variabel yang sulit untuk dikelola. Jadi efisiensi dalam dicapai
bila dapat membangun kerangka penelitian yang melibatkan sedikit variabel namun dapat
menjelaskan suatu kejadian daripada dengan banyak variabel tetapi hanya sedikit
menjelaskan variasi dari variabel atau gejala yang ingin dijelaskan.

3. Kegunaan Penelitian
Manfaat penelitian dalam setiap bidang kehidupan atau disiplin ilmu sangat besar dalam
setiap pengembangan bidang kehidupan atau disiplin ilmu itu sendiri. Demikian pula penelitian
kesehatan mempunyai manfaat yang besar dalam peningkatan pelayanan kesehatan. Denga
penelitian kesehatan akan dapat diketahui berbagai faktor, baik yang menghambat maupun yang
menunjang peningkata kesehatan atau pelayanan kesehatan individual maupun kelompok dan
masyarakat.
Dalam rangka pengembangan sistem kesehatan, diperlukan perencanaan yang baik dan
teliti. Perencanaan yang teliti sangat memerlukan informasi dan data yang akurat ini diperlukan
bantuan penelitian yang relevan. Secara singkat manfaat penelitian kesehatan dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
a. hasil penelitian dapat digunakan untuk menggambarkan tentang keadaan atau status
kesehatan individu, kelompok maupun masyarakat
b. hasil penelitian kesehatan dapat digunakan untuk menggambarkan kemampuan sumber
daya dan kemungkinan sumber daya tersebut guna mendukung pengembangan pelayanan
kesehatan yang direncakan
c. hasil penelitian kesehatan dapat dijadikan sarana diagnosis dalam mencari sebab masalah
kesehatan atau kegagalan kegagalan yang terjadi didalam sistem pelayanan kesehatan dan
demikian akan memudahkan pencarian alternatif pemecahan masalah-masalah tersebut
d. masalah penelitian kesehatan dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijakan dalam
strategi pengembangan sistem pelayanan kesehatan
e. hasil penelitian kesehatan dapat menggambarkan kemampuan dalam pembiayaan
peralatan dan ketenagakerjaan baik secara kuantitas maupun secara kualitas guna
mendukung sistem kesehatan

Riset keperawatan adalah kunci untuk menyediakan pelayanan keperawatan yang tepat.
Riset ini adalah proses yang memungkinkan banyak pertanyaan muncul dalam catat keefektifan
dan kemanjuran asuhan keperawatan. Perawatan pasien yang didasarkan pada informasi ini dapat
menjamin bahwa pelayanan yang diberikan perawatan dan cara penyampaian nya didasarkan
berdasarkan pada ilmu pengetahuan keperawatan yang terus berkembang dan diperbaiki. Perawat
yang bergantung pada riset keperawatan dalam mengarahkan praktik dapat menjadi percaya diri
karena unsur penting dalam keperawatan telah diperoleh.
DAFTAR PUSTAKA
Yusuf, M. Metodologi Penelitian. 2007. Padang: UNP Press
Notoadmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan . 2010. Rineka Cipta: Jakarta
Nasir, M. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Jakarta : Pustaka Pelajar
Narbuko, Drs. Cholid dan Drs. H. Abu Achmadi. 2012. Metodologi Penelitian. Jakarta :
Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai