Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

“MS (Mitral Stenosis) Severe”


DI RUANG 5a RSSA MALANG

PERIODE TANGGAL 14 Oktober – 18 Oktober 2019

Oleh :

NAMA : ANNISA FITRIYAH BRILLIANTY


NIM : 162303101015

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN INI TELAH DISAHKAN PADA


TANGGAL ................................. 2019

PEMBIMBING KLINIK MAHASISWA

....................................................... ..................................................
NIP. .............................................. NIM. ........................................

PEMBIMBING AKADEMIK

.......................................................
NIP. ..............................................
KONSEP PENYAKIT KATUP JANTUNG

A. Definisi
Katup jantung adalah pintu satu arah yang terdapat pada jantung, tepatnya di
antara empat ruangan pada jantung dan pembuluh darah. Katup jantung berfungsi
menjaga aliran darah yang berasal dari seluruh tubuh yang berada di dalam jantung
maupun yang keluar dari jantung berjalan dengan benar. Ada empat katup jantung
yang masing-masing terletak, di antara atrium kanan dengan ventrikel kanan, bernama
katup trikuspid. Di antara atrium kiri dengan ventrikel kiri, bernama katup mitral. Di
antara atrium kanan dengan arteri pulmonaris (pembuluh yang membawa darah
menuju paru-paru untuk memperoleh oksigen), bernama katup pulmonal. Di antara
ventrikel kiri dengan aorta (pembuluh yang membawa darah berisi oksigen dari
jantung ke seluruh tubuh), bernama katup aorta.
Kelainan katup jantung yang parah membuat penderitanya tidak dapat
beraktifitas dan juga dapat menimbulkan kematian karena jantung tidak lagi memiliki
kemampuan untuk dapat mengalirkan darah. Kelainan katup jantung biasanya terjadi
karena faktor genetika atau keturunan dan terjadi sejak masih dalam kandungan.
Kelainan pada katup jantung juga bisa terjadi karena kecelakaan ataupun cedera yang
mengenai jantung. Operasi jantung juga dapat menyebabkan kelainan pada katup
jantung jika operasi tersebut gagal atau terjadi kesalahan teknis maupun prosedur
dalam melakukan operasi pada jantung.
Penyakit katup jantung adalah penyakit yang muncul akibat adanya kelainan
atau gangguan pada salah satu atau lebih dari keempat katup jantung, sehingga
menyebabkan kelainan pada aliran darah yang melintasi katup jantung. Katup yang
terserang penyakit dapat mengalami dua jenis gangguan fungsional regurgitasi-daun
katup tidak dapat menutup rapat sehingga darah dapat mengalir balik (isufisiensi
katup) dan stenosis katup-lubang katup mengalami penyempitan sehingga aliran darah
mengalami hambatan.
Penyakit katup jantung merupakan keadaan dimana katup jantung mengalami
kelainan yang membuat aliran darah tidak dapat diatur dengan maksimal oleh jantung.
Katup jantung yang mengalami kelainan membuat darah yang seharusnya tidak bisa
kembali masuk ke bagian atrium jantung ketika berada di ventrikel jantung membuat
jantung memiliki tekanan yang cukup kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Akibatnya orang tersebut tidak bisa melakukan aktifitas dalam tingkat tertentu
(Price & Wilson, 2010).

Tipe-Tipe Gangguan Katup Jantung :


1. Sindrom Prolaps Katup Mitral
Sindrom prolaps katup mitral adalah disfungsi bilah-bilah katupmitral yang tidak
dapat menutup dengan sempurna dan mengakibatkan regurgutasi katup, sehingga
darah merembes dari ventrikel kiri ke atrium kiri.Sindrom ini kadang tidak
menimbulkan gejala atau dapat juga berkembang cepat dan menyebabkan
kematian mendadak. Pada tahun-tahun belakangan sindrom ini semakin banyak
dijumpai, mungkin karena metode diagnostik yang semakin maju.
2. Stenosis Mitral
Stenosis mitral adalah penebalan progresif dan pengerutan bilah-bilah katup
mitral, yang menyebabkan penyempitan lumen dan sumbatan progresif aliran
darah.Secara normal pembukaan katup mitral adalah selebar tiga jari. Pada kasus
stenosis berat menjadi penyempitan lumen sampai selebar pensil. Ventrikel kiri
tidak terpengaruh, namun antrium kiri mengalami kesulitan dalam mengosongkan
darah melalui lumen yang sempit ke ventrikel kiri. Akibatnya antrium akan
melebar dan mengalami hipertrofi karena tidak ada katup yang melindungi vena
pulmonal terhadap aliran balik dari antrium, maka sirkulasi pulmonal mengalami
kongesti. Akibatnya ventrikel kanan harus menanggung beban tekanan arteri
pulmonal yang tinggi dan mengalami peregangan berlebihan yang berakhir gagal
jantung.
3. Insufisiensi Mitral (Regurgitasi)
Insufisiensi mitral terjadi bilah-bilah katup mitral tidak dapat saling menutup
selama systole.Chordate tendineae memendek, sehingga bilahkatup tidak dapat
menutup dengan sempurna, akibatnya terjadilah regurgitasi aliran balik dari
ventrikel kiri ke antrium kiri. Pemendekan atau sobekan salah satu atau kedua
bilah katup mitral mengakibtakan penutupan lumen mitral tidak sempurna saat
ventrikel kiri dengan Kuat mendorong darah ke aorta, sehingga setiap denyut,
ventrikel kiri akanmendorong sebagaian darah kembali ke antrium kiri. Aliran
balik darah ini ditambah dengan darah yang masuk dari paru, menyebabkan
antriumkiri mengalami pelebaran dan hipertrofi. Aliran darah balik dari
ventrikelakan menyebabkan darah yang mengalir dari paru ke antrium kiri menjadi
berkurang. Akibatnya paru mengalami kongesti, yang padagilirannya menambah
beban ke ventrikel kanan.Maka meskipunkebocoran mitral hanya kecil namun
selalu berakibat terhadap keduaparu dan ventrikel kanan.
4. Stenosis Katup Aorta
Stenosis katup aorta adalah penyempitan lumen antara ventrikel kiridan aorta.Pada
orang dewasa stenosis bisa merupakan kelainanbawaan atau dapat sebagai akibat
dari endokarditisrematik atau klasifikasi kuspis dengan penyebab yang tidak
diketahui.Penyempitanterjadi secara progresif selama beberapa tahun atau
beberapa puluhtahun.Bilah–bilah katup aorta saling menempel dan menutup
sebagianlumen diantara jantung dan aorta. Ventrikel kiri mengatasi
hambatansirkulasi ini dengan berkontraksi lebih lambat tapi dengan energi
yanglebih besar dari normal, mendorong darah melalui lumen yang sangatsempit.
Mekanisme kompesansi jantung mulai gagal dan munculah tanda-tanda
klinis.Obstruksi kalur aliran aorta tersebut menambahkan beban tekananke
ventrikel kiri, yang mengakibatkan penebalan dinding otot. Ototjantung menebal
(hipertrofi) sebagai respons terhadap besarnyaobstruksi ; terjadilah gagal jantung
bila obstruksinya terlalu berat.
5. Insufiensi Aorta (Regurgitasi)
Insufisiensi aorta disebabkan oleh lesi peradangan yang merusakbentuk bilah
katup aorta, sehingga masing–masing bilah tidak bisa menutup lumen aorta dengan
rapt selama diastole dan akibatnyamenyebabkan aliran balik darah dari aorta ke
ventrikel kiri. Defek katupini bisa disebabkan oleh endokarditis, kelainan bawaan,
atau penyakitseperti sifilis dan pecahnya aneurisma yang menyebabkan dilatasi
atausobekan aorta asendens karena kebocoran katup aorta saat diastole, maka
sebagian darahdalam aorta, yang biasanya bertekanan tinggi, akan mengalir ke
ventrikelkiri, sehingga ventrikel kiri harus mengatasi keduanya yaitu
mengirimdarah yang secara normal diterima dari atrium kiri ke ventrikel
melaluilumen ventrikel, maupun darah yang kembali dari aorta. Ventrikel
kirikemudian melebar dan hipertrofi untuk mengakomodasi peningkatanvolume
ini, demikian juga akibat tenaga mendorong yang lebih normaluntuk memompa
darah, menyebabkan tekanan darah sistolik meningkat.Sistem kardiovaskuler
berusaha mengkompesansi melalui refleks dilatasi pembuluh darah arteri perifer
melemas sehingga tahanan perifer turundan tekanan diastolic turun drastic (Price
& Wilson, 2010).
B. Etiologi
Penyakit katup jantung dahulu dianggap sebagai peyakit yang hampir selalu
disebabkan oleh rematik, tetapi sekarang telah lebih banyak ditemukan penyakit katup
jenis baru. Penyakit katup jantung yang paling sering dijumpai adalah penyakit katup
degeneratif yang berkaitan dengan meningkatnya masa hidup rata-rata pada orang-
orang yang hidup di negara industri dibandingkan dengan yang hidup di negara
berkembang. Meskipun terjadi penurunan insidensi penyakit demam rematik, namun
penyakit rematik masih merupakan penyebab lazim deformitas katup yang
membutuhkan koreksi bedah.
1. Stenosis Mitraler
Berdasarkan etiologinya stenosis katup mitral terjadi terutama pada orang tua yang
pernah menderita demam rematik pada masa kanak-kanak dan mereka tidak
mendapatkan antibiotik. Di bagian dunialainnya, demam rematik sering terjadi dan
menyebabkan stenosis katupmitral pada dewasa, remaja dan kadang pada anak-
anak, yang khasadalah jika penyebabnya demam rematik, daun katup mitral
sebagian bergabung menjadi satu.
2. Insufisiensi Mitral
Berdasarkan etiologinya insufisiensi atau regurgitasi mitral dapat dibagi atas
reumatik dan non reumatik (degeneratif, endokarditis,penyakit jantung koroner,
penyakit jantung bawaan, trauma dan sebagainya). Di negara berkembang seperti
Indonesia, penyebab terbanyak insufisiensi mitral adalah demam reumatik.
3. Stenosis Aorta
Berdasarkan etiologinya stenosis katup aorta merupakan penyakit utama pada
orang tua, yang merupakan akibat dari pembentukan jaringan parut dan
penimbunan kalsium di dalam daun katup. Stenosis katup aorta seperti ini timbul
setelah usia 60 tahun, tetapi biasanya gejalanya baru muncul setelah usia 70-80
tahun. Stenosis katup aorta juga bisa disebabkan oleh demam rematik pada masa
kanak-kanak. Pada keadaan ini biasanya disertai dengan kelainan pada katup
mitral baik berupa stenosis, regurgitasi maupun keduanya. Pada orang yang lebih
muda, penyebab yang paling sering adalah kelainan bawaan. Pada masa bayi,
katup aorta yang menyempit mungkin tidak menyebabkan masalah, masalah baru
muncul pada masa pertumbuhan anak. Ukuran katup tidak berubah, sementara
jantung melebar dan mencoba untuk memompa sejumlah besar darah melalui
katup yang kecil. Katup mungkin hanya memiliki dua daun yang seharusnya tiga,
atau memiliki bentuk abnormal seperti corong. Lama-lama, lubang/pembukaan
katup tersebut, sering menjadi kaku dan menyempit karena terkumpulnya endapan
kalsium.
4. Isufisiensi Aorta
Penyebab terbanyak adalah demam reumatik dan sifilis. Kelainankatub dan kanker
aorta juga bias menimbulkan isufisiensi aorta. Pada isufisiensi aorta kronik terlihat
fibrosis dan retraksi daun-daun katup,dengan atau tanpa kalsifikasi, yang
umumnya merupakan skuele dari demam reumatik.

C. Tanda dan Gejala


1. Kesulitan mengambil napas
2. Tekanan pada bagian dada terutama saat sedang beraktivitas
3. Pusing
4. Kelelahan
5. Detak jantung tidak beraturan atau tidak normal
6. Penambahan berat badan
7. Pingsan
8. Edema (pembengkakan berlebih di bagian kaki, daerah perut, atau pergelangan
kaki sebagai akibat tersumbatnya cairan).

D. Patofisiologi
Demam reuma–inflamasi akut dimediasi–imun yang menyerangkatup jantung
akibat reaksi silang antara antigen streptokokus hemolitik-αgrup A dan protein
jantung. Penyakit dapat menyebabkan penyempitanpembukaan katup (stenosis) atau
tidak dapat menutup sempurna (inkompetensi atau regurgitasi) atau keduanya.
Disfungsi katup akan meningkatkan kerja jantung. Insufisiensi katup memaksa jantung
memompa darah lebih banyak untuk menggantikan jumlah darah yang mengalami
regurgitasi atau mengalir balik sehingga meningkatkan volume kerja jantung. Stenosis
katup memaksa jantung meningkatkan tekanannya agar dapat mengatasi resistensi
terhadap aliran yang meningkat, karena itu akan meningkatkan tekanan kerja
miokardium. Respon miokardium yang khas terhadap peningkatan volume kerja dan
tekanan kerja adalah dilatasi ruang dan hipertrofi otot. Dilatasi miokardium dan
hipertrofi merupakan mekanisme kompensasi yang bertujuan meningkatakan
kemampuan pemompa jantung.
E. Pathway
Faktor predisposisi Endokarditis bakterial
Infeksi streptookok pada faring Defek jarinagn penyambung sejak Kelainan katup
Faktor sosioekonomi : situasi lahir jantung
kehidupan untuk mendapat Ruptur otot dan disfungsi otot
perawatan medis & antibiotik pailaris karena aterosklirosis
koroner
Malformasi kongenital
Lanjut usia Insufiensi Stenosis katup
katup

Kelainan katup Kelainan katup aorta


mitral mimitra

Stenosis mitral Insufiensi mitral Stenosis Trisufensi


Aorta Aorta
Hipertropi atrium Dilatasi ventrikel kanan
Beban ventrikel kiri Dilatasi Ventrikel
kiri
kiri
dilatasi atrium kiri Hipeltrofi ventrikel kiri
Hipertrofi ventrikel
Tekanan untuk kiri
mempertahankan
Kongesti vena pulmonalis Dilatasi antrium kiri
perfusi perifer Sirkulasi perifer hiperdinamik
Hipertrofi antrium kiri
Kongesti paru-paru
Tekanan akhir
Cianosis pada ujung
Kongesti vena diastol meningkat
Hipertnsi pulmonalis jari dan kaki
pulmonalis
Kongesti paru-paru
Hipertrofi ventrikel kanan Edem paru-paru

Curah jantung menetap Hipertensi artenia pulmonulis


Aliran darah kurang
Hipertrofi ventrikel kanan
Sesak nafas Kondisi & pronosis
penyakit
Denyut jantung Gagal Jantung
cepat
Pola nafas tidak efektif
Gangguan Nyeri dada, Intoleransi
pertukaran gas aktifitas
Pola nafas
Peningkatan
tidak efektif
tekanan atrium kiri

F. Pemeriksaan penunjang
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan, yaitu :
1. Kateterisasi jantung : Untuk menentukan luas dan jenis penyumbatannya. Gradien
tekanan (pada diastole) antara atrium kiri dan ventrikel kiri melewati katup mitral,
penurunan orivisium katup (1,2 cm), peninggian tekanan atrium kiri, arteri
pulmunal; dan ventrikel kanan; penurunan curah jantung.
2. Ventrikulografi kiri : Digunakan untuk mendemontrasikan prolapse katup mitral.
3. ECG: Pembesaran atrium kiri (P mitral berupa takik), hipertropi ventrikel kanan,
fibrilasi atrium kronis.
4. Sinar X dada : pembesaran ventrikel kanan dan atrium kiri, peningkatan vaskular,
tanda-tanda kongesti/edema pulmonal.
5. Ekokardiogram : Dua dimensi dan ekokardiografi doppler dapat memastikan
masalah katup. Pada stenosis mitral pembesaran atrium kiri, perubahan gerakan
daun-daun katup.
6. Elektrokardiogram (teknik penggambaran jantung dengan menggunakan
gelombang ultrasonik).

G. Komplikasi
1. Angina pektoris
2. Bedah jantung
3. Gagal jantung kongestif
4. Disritmia
5. Kondisi inflamasi jantung
6. Aspek-aspek psikososial perawatan akut
7. Penyakit jantung rematik
8. Penyakit jantung iskemik

H. Penatalaksanaan Medis
1. Stenosis Mitral
Terapi antibiotik diberikan untuk mencegah berulangnya infeksi. Penatalaksanaan
gagal jantung kongesti adalah dengan memberikan kardiotinikum dan diuretik.
Intervensi bedah meliputi komisurotomiuntuk membuka atau “menyobek”
komisura katub mitral yang lengketatau mengganti katub miral dengan katub
protesa. Pada beberapakasus dimana pembedahan merupakan kontraindikasi dan
terapimedis tidak mampu menghasilkan hasil yang diharapkan, maka dapat
dilakukan valvuloplasti transluminal perkutan untuk mengurangi beberapa gejala.
2. Insufisiensi Mitral
Penatalaksanaannya sama dengan gagal jantung kongestif, intervensi bedah
meliputi penggantian katup mitral.
3. Stenosis Aorta
Penatalaksanaan yang sesuai untuk stenosis aorta adalah penggantian katup aorta
secara bedah. Terdapat risiko kematian mendadak pada pasien yang diobati saja
tanpa tindakan bedah. Keadaan yang tak dikoreksi tersebut dapat menyebabkan
gagal jantung permanen yang tidak berespon terhadap terapi medis.
4. Insufisiensi Aorta
Penggantian katup aorta adalah terapi pilihan, tetapi kapan waktu yang tepat untuk
penggantian katub masih kontroversial. Pembedahan dianjurkan pada semua
pasien dengan hipertropi ventrikel kiri tanpa memperhatikan ada atau tidaknnya
gejala lain. Bila pasien mengalami gejala gagal jantung kongestif, harus diberikan
penatalaksanaan medis sampai dilakukannya pembedahan.
5. Terapi antibiotic
Kardiotinikum dan diuritik, Komisurotoomi, Valvuloplastitranslumnal perkutan,
Penggantian katup mitral, Penggantian katupaorta.

I. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola napas
a. Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi yang adekuat.
b. Batasan karakteristik
Subjektif
Dispnea
Napas pendek
Objektif
Perubahan ekskursi dada
Mengambil posisi tiga titik tumpu (tripod)
Bradipnea
Penurunan tekanan inspirasi-ekspirasi
Penurunan ventilasi semenit
Penurunan kapsitas vital
Napas cuping hidung
Ortopnea
c. Faktor yang berhubungan
Ansietas
Posisi tubuh
Deformitas tulang
Deformitas dinding dada
Penurunan energi dan kelelahan
Hiperventilasi
Sindrom hipoventilasi
Kerusakan muskuloskeletal
Imaturitas neurologis
Disfungsi neuromuskular
Obesitas
Nyeri
Kerusakan persepsi atau kognitif
Kelelahan otot-otot pernapasan
Cedera medula spinalis

Diagnosa 2: Intoleransi Aktivitas


a. Definisi
Ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk melanjutkan atau
menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus dilakukan.
b. Batasan karakteristik
Subjektif
Ketidaknyamanan atau dispnea saat beraktivitas
Melaporkan keletihan atau kelemahan secara verbal
Objektif
Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respons terhadap
aktivitas
Perubahan EKG yang menunjukkan aritmia atau iskemia
c. Faktor yang berhubungan
Tirah baring dan imobilitas
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Gaya hidup kurang gerak

2. Intervensi Keperawatan
1. Diagnosa 1: Ketidakefektifan pola napas
a. Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria):
 Menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator mekanis
 Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
 Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien
 Meminta bantuan pernapasan saat dibutuhkan
 Mampu menggambarkan rencana untuk perawatan dirumah
 Mengidentifikasi faktor (mis., alergen) yang memicu ketidakefektifan pola
napas, dan tindakan yang dapat dilakukan untuk menghindarinya.
b. Intervensi Keperawatan dan Rasional:
 Manajemen jalan napas : memfasilitasi kepatenan jalan napas
 Pengisapan jalan napas : mengeluarkan sekret jalan napas dengan cara
memasukkan kateter pengisap ke dalam jalan napas oral atau trakea pasien
 Manajemen anafilaksis : meningkatkan ventilasi dan perfusi jaringan yang
adekuat untuk individu yang mengalami reaksi alergi bert ( antigen-
antibodi)
 Manajemen jalan napas buatan : memelihra selang endotrakea dan slang
trakeostomi serta mencegah komplikasi yang berhubungan dengan
penggunaannya
 Manajemen asma : mengidentifikasi, mengobati, dan mencegah reaksi
inflamasi/konstriksi di jalan napas
 Bantuan ventilator : meningkatkan pola pernapasan spontan yang optimal
sehingga memaksimalkan pertukaran oksigen dan karbon dioksida di
dalam paru
 Pemantuan tanda vital : mengumpulkan dan menganalisis dta
kardiovaskular, pernapasan, dan suhu tubuh pasien untuk menentukan dan
mencegah komplikasi.

2. Diagnosa 2: Intoleransi Aktivitas


a. Tujuan dan Kriteria Hasil (outcomes criteria):
 Mengidentifikasi ktivitas atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang
dapat mengakibatkan intoleransi aktivitas
 Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan
normal denyut jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta
memantau pola dalam batas normal
 Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen,
obat, dan/atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap
aktivitas
 Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dengan beberapa
bantuan (misalnya, eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk ke kamar
mandi)
 Menampilkan manajemen pemeliharaan rumah dengan beberapa bantuan
(mis, membutuhkan bantuan untuk kebersihan setiap minggu)
b. Intervensi Keperawatan dan Rasional:
 Terapi aktivitas : memberi anjuran tentang dan bantuan dalam aktivitas
fisik, kognitif, sosial, spiritual yang spesifik, untuk meningkatkan rentang,
frekuensi, atau durasi aktivitas individu (atau kelompok)
 Mnajemen energi : mengatur penggunaan energi untuk mengatsi atau
mencegah kelelahan dan mengoptimalkan fungsi
 Manajemen lingkungan : memanipulasi lingkungan sekitar pasien untuk
memperoleh manfaat terapeutik, stimulasi sensorik, dan kesejahteraan
psikologis
 Terapi latihan fisik : mobilitas sendi : menggunakan gerakan tubuh aktif
atau pasif untuk mempertahankan atau memperbaiki fleksibilitas sendi.
 Bantuan perawatan- Diri : membantu individu untuk melakukan AKS
 Bantuan perawatan- Diri : membantu dan mengarahkan individu untuk
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari instrumental (AKSI) yang
diperlukan untuk berfungsi di rumah atau di komunitas.
DAFTAR PUSTAKA

Arif Mansjoer. dkk. (2010). Kapita Selekta. Edisi ke-3. Jakarta: Media.
Brunner dan Suddarth. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah ; Edisi 8; Volume
2. Jakarta: EGC.
Sylvia A. Price, Alih bahasa Brahm U dkk. 2012. Patofisiologi, konsep klinik
proses- proses penyakit ed. 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai