Digital - 101561 - ( - Konten - ) - Konten C6791 PDF
Digital - 101561 - ( - Konten - ) - Konten C6791 PDF
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
BAB X. PENUTUP
TIM PENYUSUN
Susu merupakan
salah satu bahan pangan
yang sangat penting dalam
mencukupi kebutuhan gizi POHON INDUSTRI SUSU
masyarakat, sehingga SEKTOR PERTANIAN SEKTOR INDUSTRI
(Depperindag, Dir P2H-Nak)
KONSUMEN
(Dirjen Bina Prod-Nak
sangat mendesak untuk Dirjen BP2HP)
dikalangan masyarakat.
UHT Milk
Untuk pemulihan kondisi Butter Milk
Fermented Milk
(Yoghurt, Keffir,dll)
Dalam rangka Susu Bubuk
(Whole)
mengatasi masalah tersebut Ice Cream Milk Powder
Whey Concentrate
1
tanggal 11 Juni 2005, pengembangan industri ternak penghasil susu berbasis
sumberdaya lokal merupakan suatu langkah strategis yang sangat mendesak untuk
dilaksanakan. Sapi perah merupakan ternak yang sangat tepat untuk dikembangkan
mengingat ternak tersebut dapat menghasilkan sekaligus dua produk utama yaitu susu
dan daging dan paling efisien dalam mengonversi pakan menjadi produk pangan. Hal
ini juga sangat sesuai dengan kondisi sekarang dimana banyak terjadi kasus gizi
buruk yang untuk pemulihan status gizi tersebut, pemberian susu nampaknya paling
tepat.
Mengingat usaha pengolahan susu, baik skala usaha kecil dan menengah pada
umumnya masih dalam kondisi yang kurang memuaskan, maka hal yang perlu
2
dilakukan adalah meningkatkan motivasi para peternak sapi perah melalui
kelembagaan Kelompok/Gapoknak agar dapat melakukan perbaikan penanganan susu
dan melakukan usaha pengolahan secara terus menerus dengan berupaya
memperbaiki produk olahannya sesuai dengan permintaan pasar.
1.2. Pengertian
3
SDM peternak melalui pembinaan, penyuluhan, pelatihan, monitoring, evaluasi
dan lainnya.
6. Pendampingan adalah kegiatan yang melibatkan secara aktif tenaga profesional
(ahli) yang akan mengawal kegiatan pengembangan penanganan dan pengolahan
susu.
7. Pelatihan adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka
meningkatkan kapasitas, kemampuan dan keterampilan peserta dalam bidang
penanganan dan pengolahan susu.
1.3. Tujuan
1.4. Sasaran
4
1.6. Pola Pikir Pencapaian Sasaran
PANCA YASA:
• Perbaikan infrastruktur TRILOGI PPHP:
pertanian. • Pembangunan berbasis
• Pengembangan menjadi GAPOKTAN.
kelembagaan. dasar
filosofi
• Menjadikan PETANI tidak
• Penyuluhan. sekedar produsen namun
juga menjadi SUPPLIER.
• Fasilitasi pembiayaan • Pembangunan FARM-GATE
pertanian. MARKETING SYSTEM.
• Pemasaran hasil
pertanian.
KEGIATAN UTAMA :
Penanganan Pasca Panen
Pengembangan Agroindustri Pedesaan
Pengembangan Mutu & Standarisasi
Pengembangan Pemasaran
5
BAB II
PEMBERDAYAAN KELEMBAGAAN GAPOKNAK DALAM
PENANGANAN DAN PENGOLAHAN SUSU
6
Atas dasar uraian tersebut, maka diharapkan adanya lembaga yang sudah
memiliki struktur organisasi dan personil baik dalam bentuk Gapoknak maupun
Koperasi sebagai penerima bantuan peralatan pengolahan susu melalui tugas
pembantuan. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah operasional dalam
memberdayakan Kelompok/Gapoknak yang bergerak dibidang penanganan dan
pengolahan susu di daerah.
1. Bila di lokasi terpilih belum ada Gapoknak perlu dibentuk Gapoknak baru sesuai
kebutuhan.
2. Bila di lokasi terpilih sudah ada Gapoknak, maka alokasi alat dan mesin
penanganan dan pengolahan susu bisa diberikan kepada Gapoknak, yang telah ada
dengan menambahkannya agar sejauh mungkin dapat mencapai skala ekonomi
yang ideal.
3. Bila di lokasi terpilih terdapat beberapa Gapoknak, maka dipilih satu atau dua
yang terbaik. Penetapan Gapoknak yang dipilih berdasarkan seleksi dari Dinas
Peternakan setempat.
KELOMPOK
PETERNAK
KELOMPOK SAPI PREH KELOMPOK
PETERNAK PETANI) PETERNAK
SAPI PERAH SAPI PERH
PETANI) PETANI)
GAPOKNAK SAPI
PERAH
7
2.2. Pengorganisasian Gapoknak
Kriteria Gapoknak penerima alat dan mesin penanganan dan pengolahan susu,
adalah :
1. Mempunyai pengurus aktif (MINIMAL Ketua, sekretaris, dan Bendahara) dan
aturan organisasi yang dibuktikan dengan Berita Acara pembentukan
Kelompok/Gabungan Kelompok yang disetujui anggota dan usahanya telah
berjalan.
2. Tidak termasuk dalam daftar kredit macet atau kredit bermasalah serta tidak
termasuk dalam daftar hitam Bank Indonesia.
3. Mengusahakan penanganan pasca panen susu, pengolahan dan atau pemasaran
susu.
4. Mempunyai proposal kegiatan dan rencana penggunaan anggarana untuk
mengembangkan penanganan pasca panen susu, pengolahan dan atau pemasaran
susu
5. Lolos seleksi dan disetujui oleh tim teknis Dinas Peternakan Kabupaten/Kota.
6. Bersedia mengikuti petunjuk/pembinaan dari Dinas Peternakan.
8
2.4. Tata Cara Seleksi
Materi Pelatihan, Bimbingan Teknis dan Manajemen usaha alat mesin penanganan
dan pengolahan susu, meliputi :
1. Kelompok Teknis
- Standar operasional prosedur (SOP) pengoperasian alat dan mesin
penanganan dan pengolahan susu.
- Cara-cara perawatan dan perbaikan alat dan mesin penanganan dan
pengolahan susu.
- Manajemen perbengkelan.
2. Kelompok Usaha
- Analisis kebutuhan alat dan mesin penanganan dan pengolahan susu di suatu
wilayah/daerah.
- Perhitungan/analisis kelayakan ekonomi (finansial pengunaan alat dan
mesin penanganan dan pengolahan susu).
- Pembukuan dan pencatatan usaha jasa alat dan mesin penanganan dan
pengolahan susu.
- Akses sumber-sumber permodalan yang dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan usaha penanganan dan pengolahan susu
9
- Demontrasi dan promosi penggunaan alat dan mesin penanganan dan
pengolahan susu serta praktek lapang.
10
Melaporkan perkembangan kegiatan pendampingan penanganan,
pengolahan dan pemasaran susu ke Dinas Pertanian Kabupaten/Kota,
Propinsi dan Perguruan Tinggi.
11
BAB III
PROSPEK INDUSTRI SAPI PERAH
Bila dilihat potensi usaha sapi perah rakyat yang selama ini hanya berkembang
di Pulau Jawa, ternyata dalam beberapa tahun terakhir ini populasi dan produksi sapi
perah juga mulai berkembang di beberapa propinsi di luar Jawa. Hal ini mungkin
terjadi karena usaha peternakan sapi perah merupakan salah satu industri berbasis
perdesaan dan padat karya. Mengingat semua Industri Pengolahan Susu (IPS) berada
di Pulau Jawa, maka untuk mengantisipasi perkembangan Sapi Perah di luar Jawa
perlu pembinaan penanganan dan pengolahannya.
Untuk mengetahui sentra populasi dan produksi sapi perah di Indonesia dapat
dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Sentra Populasi dan Produski Susu Sapi Perah th 2006
1. NAD 31 36
2. SUMUT 6.780 4.882
3. SUMBAR 792 998
4. SUMSEL 353 805
5. BENGKULU 194 399
6. LAMPUNG 131 104
7. DKI JAKARTA 3.180 4.808
8. JABAR 109.601 239.000
9. JATENG 116.481 71.053
10. DI YOYAKARTA 8.623 8.900
11. JATIM 135.056 243.300
12. BALI 69 79
13. KALBAR 36 42
14. KALSEL 122 126
15. SULSEL 797 920
TOTAL 382.246 575.452
Pada tahun 2000, industri sapi perah telah memasarkan produk susu yang
bernilai Rp. 4,17 triliun, dengan melibatkan 69.327 peternak dan menyerap 210.830
orang tenaga kerja. Kondisi ini menunjukkan bahwa usaha sapi perah sangat berarti
dalam membangkitkan perekonomian masyarakat di perdesaan yang merupakan
jumlah terbesar dari penduduk Indonesia.
12
Tabel 2. Penyerapan tenaga kerja industri sapi perah dan nilai jual susu (1979-2000)
Tahun
1979 1984 1989 1994 1999 2000
Jumlah peternak 1.497 32.999 58.797 80.066 64.798 69.327
Penyerapan tenaga kerja 4.181 92.160 164.208 183.899 197.016 210.830
(orang)
Populasi sapi perah 5.987 131.997 235.188 320.262 259.191 277.308
(ekor)
Produksi susu (juta 72,20 179,00 338,20 426,70 436,00 504,20
kg/tahun)
Nilai jual susu (miliar 18,91 402,23 948,78 1.718,38 3.901,84 4.174,57
rupiah)
Rasio konsumsi susu 1 : 20 1 : 3,5 1 : 0,7 1 : 2,0 1 : 2,0 1: 2,0
(domestik : impor)
Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa nilai rasio produksi susu dengan
impor yang masih tinggi, yakni 1 : 2. Hal ini, mengindikasikan bahwa peluang untuk
meningkatkan usaha sapi perah memiliki potensi yang sangat besar terutama untuk
pemenuhan kebutuhan produksi susu domestik. Namun dalam dekade terakhir ini,
produksi susu lokal masih belum mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan
susu, sehingga dalam upaya memenuhi kebutuhan akan susu tersebut, pemerintah
mengimpor susu dengan laju peningkatan yang sama dengan laju peningkatan
kebutuhan. Data perdagangan ekspor-impor komoditas peternakan selama 5 tahun
(1997-2001) menunjukkan neraca yang negatif (tabel 2). Komoditas sapi perah
selalu mengalami neraca negatif terbesar dengan kecenderungan yang terus
meningkat terutama setelah masa krisis ekonomi tahun 1998.
Data tersebut juga menunjukkan bahwa prospek pasar dalam negeri sangat
tinggi yakni jumlah penduduk yang mencapai 210 juta dengan laju pertambahan
jumlah penduduk rata-rata laju pertumbuhan 1,49% per tahun. Hal tersebut, diikuti
dengan meningkatnya kesadaran gizi masyarakat dan upaya pemerintah untuk
meningkatkan kualitas SDM agar dapat bersaing di era globalisasi. Kondisi demikian
sangat membutuhkan penyediaan produk ternak (susu dan daging) dalam jumlah
besar. Konsumsi susu penduduk Indonesia saat ini masih rendah, namun peningkatan
kesadaran gizi dan pendapatan diperkirakan akan memacu konsumsi dan kebutuhan
akan produk susu seperti halnya konsumsi susu yang sangat tinggi pada negara-
negara maju.
13
Tabel 3. Neraca dan rasio ekspor impor komoditas sapi perah dan potong (1997-2001)
Bila dilihat potensi ekspor untuk komoditas usaha sapi perah, maka sangat
beralasan untuk dijadikan salah satu sektor yang diunggulkan untuk memasuki
perdagangan bebas ASEAN (AFTA). Industri sapi perah menyumbang 20% dalam
perdagangan komoditas peternakan dan ini masih dapat ditingkatkan dengan
melakukan pembenahan usaha dari hulu sampai ke hilir. Disamping pemenuhan
kebutuhan domestik sebagai upaya swasembada, dalam jangka panjang sasaran
berikutnya adalah mengekspor susu dan produk olahan susu ke negara tetangga
ASEAN. Selain Indonesia dan Thailand umumnya negara-negara ASEAN lainnya
bukan merupakan negara produsen susu. Padahal dalam aspek konsumsi negara-
negara ASEAN merupakan negara-negara yang tingkat konsumsinya senantiasa
meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data FAO (2001), negara-negara
ASEAN masih mengimpor susu dalam jumlah besar seperti diperlihatkan pada
Gambar 3. Malaysia mengimpor susu sebanyak 1.359.000 ton/thn, Brunei sebanyak
38.000 ton/thn, Philipina sebanyak 1.637.000 ton/thn dan Thailand sebanyak 936.000
ton/thn. Data impor tersebut menunjukkan bahwa potensi pasar regional bagi susu
dan produk olahannya sangat besar.
14
Gambar 3. Jumlah impor susu beberapa negara ASEAN (FAO, 2001)
2000
1367
1369
1500
936
East
1000
West
North
500 3
8
0
Malaysia Brunei Filipina Thailand
2000
1367
1369
1500
936
East
1000
West
North
500 3
8
0
Malaysia Brunei Filipina Thailand
15
BAB IV
PROGRAM AKSI PENGEMBANGAN PENANGANAN DAN PENGOLAHAN
SUSU SAPI PERAH RAKYAT
16
Upaya yang dapat dilakukan yakni dengan melakukan kegiatan pendampingan
usaha bagi peternak/Kelompok/Gapoknak dengan merekrut tenaga yang kompeten
baik dari Perguruan tinggi maupun dari lembaga-lembaga lain yang relevan
dengan hal tersebut.
4. Peningkatan kemampuan penjualan langsung ke konsumen.
Tantangan yang dihadapi dalam hal ini bahwa minum susu belum merupakan
budaya masyarakat, sehingga diperlukan suatu rencana aksi dengan membuat
suatu kebiasaan minum susu yang kemudian kebiasaan itulah yang akan
membetuk budaya minum susu. Upaya ini dapat dilakukan dengan promosi
minum susu segar atau susu murni bagi anak sekolah dan kelompok masyarakat
gizi buruk.
Program aksi pengembangan penanganan dan pengolahan susu sapi perah rakyat
tersebut, secara rinci tertuang dalam tabel 4 rencana aksi dan tabel 5 bantuan
peralatan secara terbatas di berbagai daerah sentra produksi susu sapi perah.
Untuk mewujudkan program aksi tersebut, kegiatan utama yang dilakukan, antara
lain ; fasilitasi peralatan
penanganan, pengolahan
dan pemasaran susu segar,
pendampingan
pengembangan usaha,
Penguatan Modal Usaha
Kelompok (PMUK) serta
kegiatn pemasaran susu
antara lain dengan program
GERIMIS BAGUS
(Gerakan Minum Susu Bagi Anak Usia Sekolah). Kegiatan-kegiatan tersebut,
dialokasikan diberbagai daerah sentra produksi sesuai dengan potensi yang dimiliki.
17
Tabel 4. Rencana Aksi Pengembangan Industri Sapi Perah
KONDISI
No. Langkah Kegiatan Indikator Keberhasilan
Sekarang Yang Diharapkan
1 2 3 4 5
Kualitas Susu Sesuai SNI < 1 juta
Penanganan Susu Segar - Meningkatnya kualitas
- TPC melebihi 1 juta
- Pengadaan cooling unit susu sesuai SNI
diatas SNI - Pengetahuan peternak
- Pemerahan yang baik, - TS > 12%
- Handling dalam terhadap GMP
peralatan yang higienis, - Tidak ada residu antibiotik
pemerahan kurang baik
perlunya SOP, controling - Setiap TPS terjangkau
1 - TS < 12% ideal - TS > 12%
- Sosialisasi GFP & GHP pelayanan Lab. Susu
- Residu kontaminasi dari - Bebas Residu
- Peningkatan pengetahuan - Meningkatnya jumlah
pestisida antibiotik
peternak melalui pendidikan peternak yang menerapkan
- Pemalsuan
dan pendampingan GFP & GHP
susu/penambahan - Susu murni
bahan lain
- Meningkatnya jumlah
Pengolahan Susu Kelompok
- Apresiasi peternak - Penciptaan peluang usaha peternak/Gapoknak yang
dan kelompok dalam pengolahan dan pemasaran melakukan usaha
Keinginan mengolah susu mengolah susu susu segar (pasteurisasi) pengolahan
2 segar sangat rendah - Pengetahuan dan susu olahan - Meningkatnya jumlah
peternak terhadap - Fasilitasi sarana pengolahan Kelompok
nilai tambah dan GMP dan penguatan modal usaha peternak/Gapoknak yang
- Sosialisasi GMP menerapkan GMP
- Peternak mengetahui
- Pemasaran susu sapi kebutuhan pasar
Pemasaran
perah rakyat langsung - Meningkatnya jumlah
- Fasilitasi sarana
ke konsumen (susu peternak yang menerapkan
pemasaran,penguatan
segar/pasteurisasi) GDP
Suply Chain Managemen modal usaha dan bimbingan
- Peternak bukan - Meningkatnya pemasaran
3 (SCM) belum tertata informasi pasar
hanya sekedar susu sapi perah rakyat
- Sosialisasi GDP
produsen susu segar yang dipasrkan langsung
- Merubah peternak dari
tapi juga sebagai ke konsumen
produsen menjadi supplier
supplier - Meningkatnya konsumsi
susu segar
- Perlu ditingkatkan
baik sistem - Gerakan minum susu segar - Meningkatnya kesadaran
PROMOSI maupun dikalangan masyarakat masyarakat pentingnya
4 - Masih Minim pendanaan kelas bawah minum susu
- Strategi promosi
pemasaran
Aparat Pembina
Pembinaan teknologi - Pembinaan/penyuluhan
- Tingkat advokasi
agribisnis persusuan tentang agribisnis
teknologi penanganan - Magang, dll
(hulu & hilir) sesuai persusuan (hulu & hilir)
5 dan pengolahan susu
dengan perkembangan, berjalan sesuai dengan
bagi penyuluh
kebutuhan dan yang diharapkan
peternakan masih rendah
permintaan pasar
18
BAB V
TEKNIS PENANGANAN DAN PENGOLAHAN SUSU SEGAR
3. Mikroba atau jasad renik adalah jasad hidup yang tidak bisa dilihat dengan
mata telanjang. Hal ini disebabkan karena ukuran dari mikroba sangat kecil
berkisar antara 0,01 micron sampai 100 micron, sehingga untuk bisa
melihatnya diperlukan bantuan alat mikroskop (mikroskop biasa atau
mikroskop electron). Atas dasar definisi diatas maka kita mengenal beberapa
macam mikroba yaitu , Virus; Bakteri; Ragi/Yeast; Jamur/Kapang dan
Protozoa Virus hanya bisa tumbuh didalam cel tubuh jasad yang hidup
dan bersifat parasit. Dapat menyebabkan penyakit pada tanaman, binatang
maupun pada manusia (misalnya flu, SARS, dll). Virus tidak dapat hidup
dalam bahan makanan yang tidak mengandung jasad hidup. Dan mudah
dimusnahkan dengan perlakuan panas, sehingga sebagai penyebab kerusakan
bahan makanan Virus dianggap tidak berbahaya. Hal yang sama berlaku
untuk Protozoa. Dengan demikian dalam proses pengolahan/pengawetan
makanan ada 3 (tiga) macam mikroba yang perlu diperhatikan yaitu Bakteri,
Yeast dan Jamur, yang semuanya merupakan jasad renik yang dapat hidup
dalam makanan dan dapat meyebabkan kerusakan bahan makanan tersebut.
19
mendapat perhatian utama. Mikroba lain seperti Jamur dan Yeast sangat
mudah dimusnahkan dengan perlakuan panas pada suhu yang relatif rendah.
Oleh karena peranan bakteri sangat signifikan dalam kerusakan bahan
makanan (susu) maka perlu ditinjau sedikit lebih dalam mengenai jasad
renik yang bernama Bakteri ini.
Pada dasarnya dikenal 3 macam type bakteri, yaitu ; Bakteri Pathogen ;
Bakteri Pembentuk Spora dan Bakteri Vegetative
20
Menurut penelitian Hobbs (1968) dalam Jay (1970), dalam kondisi
lingkungan yang ideal 1 (satu) bakteri setiap 20 menit akan membelah
menjadi 2 (dua) sehingga dalam jangka waktu 7 (tujuh) jam 1 bakteri
tersebut sudah akan membiak menjadi 2.097.152, yaitu sesuai gambaran
dalam diagram berikut :
21
KETERANGAN:
Pada kondisi lingkungan yang baik, satu bakteri akan membelah menjadi dua setiap
20 menit.
Dengan demikian satu bakteri akan berkembang menjadi 2.097.152 dalam waktu 7
jam
0
C
62,8
40
37,7
Pertumbuhan
Bakteri tumbuh Bakteri masih
Berkembang Bakteri
sangat cepat
Dengan baik menurun
36,1
15
7,2
0
Bakteri berhenti berkembang tapi
tidak mati
23
5.2. Manajemen Kesehatan Pemerahan
Manajemen kesehatan
pemerahan adalah usaha yang harus
dilakukan sebelum pemerahan, pada
saat pemerahan dan setelah pemerahan
dengan tujuan untuk mendapatkan susu
yang halal, aman, utuh dan sehat. Juga
untuk memelihara kesehatan ambing
sehingga produksi susu dapat
meningkat secara optimal.
Dengan melaksanakan prosedur
pemerahan yang benar (Good Milking
Practice) baik yang mencakup jarak pemerahan, perlakuan pendahuluan pada
ambing, cara pemerahan, pencegahan dan pengujian mastitis, dll, diharapkan hasil
pemerahan susu yang optimal.
Selain prosedur pemerahan yang benar, juga perlu diperhatikan peralatan untuk
menampung susu harus bersih dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
SK Ditjen Peternakan No. 17/1983 antara lain :
1. Kedap air
2. Terbuat dari bahan yang tidak berkarat (stainless steel; aluminium)
3. Tidak mengelupas bagian-bagiannya
4. Tidak bereaksi dengan susu
5. Tidak merubah bahu, warna dan reaksi susu
6. Mudah dibersihkan dan disucihamakan
1. Refrigeration (Pendinginan)
2. Deep - Freezing (Pembekuan)
3. Chemical preservation (Pengawetan dengan bahan kimia)
4. Heat Treatment (Perlakuan panas)
52
Refrigeration (Pendinginan)
Adalah penyimpanan bahan makanan pada suhu sekitar 00 C sampai 100
C.
Seperti telah diuraikan dimuka waktu
pertumbuhan bakteri antara lain
ditentukan oleh faktor suhu. Pada suhu
rendah pada umumnya pertumbuhan
bakteri terhambat dan jika ada beberapa
jenis bakteri yang masih bisa
berkembang pada suhu rendah maka
kecepatan pertumbuhannya sangat
lambat dan diperlukan waktu cukup
lama untuk dapat meyebabkan
kerusakan bahan makanan atau dengan kata lain umur keawetan bahan
makanan bertambah. Selain itu pada suhu rendah proses reaksi kimia,
bio-kimia dan fisika juga akan menjadi lambat. Perlu ditegaskan sekali
lagi bahwa pendinginan hanya memperlambat semua proses yanag terjadi
dan bukan menghentikan. sehingga didalam proses pendinginan perlu
dijaga agar suhu pendinginan harus selalu konstan.
53
Perlu diperhatikan disini adalah waktu yang dipakai pasteurisasi adalah
waktu yang dihitung sejak suhu ditetapkan (misalnya 650 C) telah
tercapai.
Proses Sterilisasi
Pada dasarnya dikenal 2 macam type sterilisasi, yaitu :
1. Batch Sterilization
Produk yang belum steril diisikan kedalam kemasan dan selanjutnya
bersama-sama dilakukan proses sterilisasi. Biasanya dipakai suhu
sterilisasi 1209 C selama 20 atau 30 menit.
2. Flow Sterilization (UHT)
Produk dan kemasan disterilisasikan sendiri-sendiri/terpisah. Biasanya
dipakai suhu sterilisasi 1350 C sampai 1500 C selama 2 detik.
54
alat penukar panas (heat exchanger) dan diikuti dengan proses pendinginan
susu dengan cepat agar mikroba yang masih hidup tidak tumbuh kembali.
55
BAB VI
PERALATAN PENANGANAN DAN PENGOLAHAN SUSU SEGAR
Seperti telah diuraikan pada Bab Pendahuluan, air susu yang diperah dari
ambing sapi yang sehat dan dilaksanakan dengan manajemen kesehatan
pemerahan yang benar (Good Milking Practices), akan menghasilkan susu yang
memenuhi kaidah halal, aman, utuh dan sehat .Adalah tugas para peternak dan
para petugas yang menangani pengumpulan, pengiriman susu segar, cooling
center dan transportasi susu segar untuk menjaga agar seminimal mungkin terjadi
kontaminasi mikroba dari luar kedalam susu yang pada akhirnya dapat berakibat
turunnya kualitas susu atau kerusakan susu (milk deterioration)
Pelaksanan penanganan susu yang baik (Good Handling Practices)
memerlukan peralatan penanganan yang baik dan benar sesuai tempat tahapan
penanganan susu dilakukan. Peralatan Penanganan Susu tersebut antara lain :
3. Milk Can.
Fungsi : Sebagai alat untuk menampung dan
menyimpan sementara susu hasil pemerahan, untuk
segera dikirim ke Koperasi / MCC (Milk Collecting
Center) maupun ke Industri Pengolahan Susu yang
jarak dan waktu tempuhnya tidak lebih 2 jam dari
23
proses pemerahan. Alat ini berbahan stainless steel/aluminium,
berpenutup rapat dan umumnya berkapasitas 5, 10, 20, 30, 40, 50
liter.
24
c). Flat Barn dan Herringbone Milking
Machine
Milking machine type ini sekelompok
sapi digiring ketempat pemerahan
(milking parlour) dengan alunan musik
tertentu. Posisi sapi pada waktu diperah
secara berbaris miring (herringbone)
atau tegak lurus (flat barn). Biasanya
susu hasil pemerahan serentak ini
langsung dipompakan ke tangki cooling
unit.
Spesifikasi Alat :
Material : Satinless steel
304, single wall
Top manhole diameter 500
mm
Ledder; Saddle t = 4 mm
Outlet : 2 ½ : witg Butterfly valve
Kapasitas : 500 - 1.000 lt
2. Cooling Unit.
Fungsi : Sebagai alat untuk menampung dan menyimpan susu segar dalam
kondisi dingin (4-7 oC), tertutup, dan tidak tembus cahaya. Alat ini
dilengkapi dengan termostat, display suhu susu di dalam cooling
unit, pengaduk, tombol operasi alat.
Spesifikasi : Material cooling unit seluruhnya terbuat dari stainless steel sheet
type AISI 304. dinding diunsulasi dengan lapisan polyurethane
(PU) dan dilengkapi dengan agitator berkecepatan rendah serta
thermometer.
Dikenal 2 (dua) model/type cooling unit, yaitu :
25
a) Direct Expansion Cooling Unit
Cooling unit type ini proses pendinginan
dilakukan secara langsung, dimana cairan
pendingin (Freon) langsung diuapkan pada dasar
tangki melalui celah sempit (cavity plate/panel
evaporator).
26
tubular cooler) yang akan melakukan pertukaran panas dengan air es
yang berasal dari ice bank. Susu yang telah dingin disimpan kedalam
tangki penyimpan berpendingin (cooling unit).
2. Transport Tank
Fungsi : Sebagai sarana pengiriman susu dari Cooling center/KUD ke IPS,
diperlukan tangki susu khusus yang mampu menjaga suhu susu tetap dingin
selama dalam perjalanan jauh dan memakan waktu 8 – 12 jam.
Spesifikasi : Material tangki
plat SS 304; double wall
Insulasi Polyurethene density 80 ;
tebal 60 m
Top manhole diameter 500 mm
Outlet dia 2 ½ ” dengan Butterfly
valve
Ledder dan sadle t – 4 mm
Kapasitas 5000; 8000; 10000 dan
12000 lt
27
B. PERALATAN-PERALATAN PENGOLAHAN SUSU
Semua peralatan pengolahan susu seharusnya terbuat dari bahan yang kuat,
tidak berkarat, mudah dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan. Permukaan
yang kontak langsung dengan susu seharusnya halus, tidak bercelah, tidak
mengelupas dan tidak menyerap air. Permukaan yang kontak langsung dengan
produk harus dijaga kebersihannya secara rutin sebelum digunakan atau sesuai
dengan kebutuhan dengan teknik pembersihan yang sesuai untuk peralatan yang
bersangkutan, Peralatan produksi harus diletakkan sesuai dengan urutan
prosesnya sehingga memudahkan bekerja dan mudah dibersihkan, Semua
peralatan seharusnya diperlihara agar berfungsi dengan baik dan selalu dalam
keadaan bersih, Peralatan yang akan diperbaiki harus dibawah keluar setelah
prosesing. Bila ada mesin yang harus diperbaiki selama produksi berjalan,
tindakan pencegahan yang layak harus diambil untuk mencegah kontaminasi
produk susu, perlengkapan dan peralatan harus di desinfeksi segera sebelum
penggunaan dan kapanpun bila ada kemungkinan kontaminasi.
28
Secara diagramatis proses pengolahan susu digambarkan sbb.:
28
1. Peralatan Pasteurisasi Susu
Peralatan pasteurisasi susu yang ada dipasaran sangat beragam baik dalam
teknologi, kapasitas maupun harga unitnya. Uraian mengenai peralatan
pasteurisasi akan dibahas berdasarkan kelompok pengguna, yang umumnya
berskala kecil untuk tingkat peternak maupun UKM/KUD, yaitu sbb:
a. Peralatan Pasteurisasi Skala sangat kecil ( s/d 100 lt/hari)
Farm pasteurization yang ada umum biasanya dalam bentuk unit
lepas, artinya hanya batch pasteuriser dengan kapasitas tangki 20 lt
susu, tanpa unit pengisi dan penyimpan susu pasteurisasi (rantai
dingin)
Spesifikasi Peralatan Pasteurisasi skala peternak secara lengkap terdiri
atas :
Batch Pasteuriser : kapasitas 20 lt, bahan SS 304, dinding rangkap,
lengkap dengan low speed agitator dan thermometer. Media
Pemanas : Air panas atau element listrik; Media pendingin : air
sumur dan air es
Cup Sealer : Manual atau semi automatic cup sealer ,
kapasitas 300 – 400 cup/jam; 350 - 450 watt
Display cooler : Untuk penyimpanan susu pasteurisasi, kapasitas
100 – 200 liter; air tight-glass panel door
Peralatan Utilitas : a). Hot water sistem; bahan SS 304; kapasitas
40 – 50 lt; pemanas element listrik atau kompor BBM/BBG lengkap
dengan pompa sirkulasi. b). Unit Air Es; bahan SS 304; kapasitas
40 – 50 lt; condensing unit 80 watt, lengkap dengan pompa
sirkulasi
35
b. Peralatan Pasteurisasi Skala kecil (100 - 500 lt/hari)
Unit pasteurisasi susu type ini cocok digunakan untuk kelompok
peternak yang pasar produknya sekitar 500 – 3000 cup/hari.
Spesifikasi Peralatan Pasteurisasi pada dasarnya tidak berbeda dengan
peralatan type I, yaitu terdiri atas :
36
1) Tubular/Plate Pasteuriser : kapasitas 250 - 500 lt/jam, bahan SS 304, terdiri
atas 3 segmen heater , cooler dan chiller. Media Pemanas : Air panas atau
element listrik; Media pendingin : air sumur dan air es
2) Automatic Cup Filler & Sealer : Fully automatic cup filler & sealer ,
kapasitas 1200 – 1500 cup/jam; 1100 watt
3) Display cooler : Untuk penyimpanan susu pasteurisasi, kapasitas 100 –
200 liter; air tight-glass panel door
4) Chest Freezer : Kapasitas 200 – 300 ltr, kapasitas beku 14
kg/24 jam; Inside temperature : - 20 0 C
5) Peralatan Utilitas : a). Hot water sistem; bahan SS 304; kapasitas 1000 lt;
pemanas element listrik 5000 watt, lengkap dengan pompa sirkulasi. air
panas b). Unit Air Es; bahan SS 304; kapasitas 1000 lt; condensing unit 1
PK, lengkap dengan pompa sirkulasi air es
37
Industri Pengolahan Susu UHT (Plate Sterilizer)
38
Tabel 4. Bantuan Peralatan Pengembangan Penanganan dan Pengolahan Susu Sapi Perah Rakyat
PROPINSI / Jenis Bantuan
NO KABUPATEN
2004 2005 2006 2007 2008 2009
1 Sumatera Utara
- Kab. Tanah Karo - Alat Pasteurisasi - Alat cooling unit
Kapasitas 250 ltr/jam - Milk can
- Pendampingan
2 Sumatera Barat
- Kab. Padang Panjang - Alat Pasteurisasi - Alat cooling unit
Kapasitas 250 ltr/jam - Milk can
- Pendampingan
3 Jawa Barat
- Kab. Garut - Alat Pasteurisasi - Alat cooling unit - Kendaraan Susu
Kapasitas 500 ltr/jam Kapasitas 500 ltr - Milk can
- Pendampingan
- Kab Kuningan Alat Pemerah susu
- Kab. Bogor - Alat Pasteurisasi - Alat cooling unit - Kendaraan Susu
Kapasitas 250 ltr/jam Kapasitas 500 ltr - Milk can
- Pendampingan - Pendampingan
- Kab. Sukabumi - Rumah Susu - Alat Pasteurisasi - Kendaraan Susu
- Pendampingan Kapasitas 250 ltr/jam - Milk can
- Pendampingan - Pendampingan
39
4 Jawa Tengah
- Kab. Semarang - Alat Pasteurisasi - Alat cooling unit - Kendaraan Susu
Kapasitas 500 ltr/jam Kapasitas 500 ltr - Milk can
- Pendampingan - Pendampingan
- Kab. Boyolali - Alat Pasteurisasi - Alat cooling unit - Kendaraan Susu
Kapasitas 250 ltr/jam Kapasitas 500 ltr - Milk can
- Pendampingan - Pendampingan
- PUMK
- Pendampingan
- Kab. Tegal - Alat cooling unit - Kendaraan Susu
Kapasitas 500 ltr - Milk can
- Pendampingan - Pendampingan
- Kab. Banyumas - Alat cooling unit - Kendaraan Susu
Kapasitas 500 ltr - Milk can
- Pendampingan - Pendampingan
5 Jawa Timur
- Kab. Blitar - Alat Pasteurisasi - Alat cooling unit - Kendaraan Susu
Kapasitas 250 ltr/jam Kapasitas 500 ltr - Milk can
- Pendampingan - Pendampingan
- Kab. Trenggalek - Alat cooling unit - Kendaraan Susu
Kapasitas 500 ltr - Pendampingan
- Milk can
6 DIY
- Kab. Kulonprogo Alat pembuat Tablet - Kendaraan Susu
susu - Milk can
- Pendampingan
- Kab. Sleman Alat pembuat Tablet - Kendaraan Susu
susu - Milk can
- Pendampingan
7 Bali
- Kab. Bangli - Alat Pasteurisasi - Alat cooling unit - Kendaraan Susu
Kapasitas 250 ltr/jam Kapasitas 500 ltr - Milk can
- Pendampingan - Pendampingan - Pendampingan
8 Sulawesi Selatan
- Kab. Sinjai - Alat Pasteurisasi - Alat cooling unit - Kendaraan Susu
Kapasitas 250 ltr/jam Kapasitas 500 ltr - Milk can
- Pendampingan - Pendampingan
- Kab. Enrekang - Alat Pasteurisasi - Alat cooling unit - Kendaraan Susu
Kapasitas 250 ltr/jam Kapasitas 500 ltr - Milk can
- Pendampingan - Pendampingan - Pendampingan
40
C. STANDAR PAKET PENANGANAN DAN PENGOLAHAN SUSU
Adapun rincian standar paket penanganan dan pengolahan susu dapat dilihat
pada tabel berikut :
52
Produksi Susu 500 – 2000 lt/hr
(100–300 ekor sapi perah)
No Uraian Kegiatan/Kebutuhan alsin Jumlah Nilai (Rp)
1. PERALATAN PASCA PANEN TOTAL 661.000.00,-
A. PERALATAN
- Ember susu (milk pail) 60 buah 36.000.000,-
- Saringan susu (strainer) 60 buah 9.000.000,-
- Milk can (20 atau 40 ltr) 60 buah 96.000.000,-
B. MESIN PERAH
- Portable milking machine 15 unit 390.000.000,-
- Bucket milking machine 5 buah -
- Farm cooling unit (1000 ltr) 2 130.000.000,-
2. ALSIN PENANGANAN DAN PENGOLAHAN SUSU TOTAL 1.410.000.000.-
A. COOLING CENTER
- Transfer tank - 150.000.000,-
- Cooling unit (2500 ltr) 1 unit 260.000.000,-
- Peralatan laboratorium 1 set 40.000.000,-
- Fasilitasi pencucian & sanitasi (CIP) 1 set 35.000.000,-
B. PENGOLAHAN SUSU PASTEURISASI
- Alsin pengolahan susu pasteurisasi 300.000.000,-
- Alsin pengolahan keju, mentega, ice Type A 550.000.000,-
cream (1000 ltr/hr)
- Peralatan laboratorium - 40.000.000,-
- Fasilitasi pencucian & sanitasi (CIP) 1 set 35.000.000,-
3. SARANA DISTRIBUSI / PEMASARAN TOTAL 572.000.000,-
- Transport tank ke IPS ( 3000 ltr) 1 set 220.000.000,-
- Cold room 12 m3 100.000.000,-
- Show case 16 unit 72.000.000,-
- Motor + cool box 12 set 180.000.000,-
4. BANGUNAN PENANGANAN & PENGOLAHAN TOTAL 773.000.000,-
SUSU
A. BANGUNAN COOLING CENTER 160 m2 320.000.000,-
- Daya listrik 10 KVA 53.000.000,-
B. BANGUNAN PENGOLAHAN 90 m2 320.000.000,-
- Daya listrik 15 KVA 80.000.000,-
5. MODAL KERJA & PENDAMPINGAN (2,5 s/d 5%) TOTAL 85.000.000,-
53
Produksi Susu 200 – 1000 lt/hr
(50–100 ekor sapi perah)
No Uraian Kegiatan/Kebutuhan alsin Jumlah Nilai (Rp)
1. PERALATAN PASCA PANEN TOTAL 307.000.000,-
A. PERALATAN
- Ember susu (milk pail) 20 buah 12.000.000,-
- Saringan susu (strainer) 20 buah 3.000.000,-
- Milk can (20 atau 40 ltr) 20 buah 32.000.000,-
B. MESIN PERAH
- Portable milking machine 5 unit 130.000.000,-
- Bucket milking machine 1 b.milker -
- Farm cooling unit (1000 ltr) 1 130.000.000,-
2. ALSIN PENANGANAN DAN PENGOLAHAN SUSU TOTAL 705.000.000,-
A. COOLING CENTER
- Transfer tank 1 unit 150.000.000,-
- Cooling unit (2500 ltr) 1 unit 130.000.000,-
- Peralatan laboratorium 1 set 40.000.000,-
- Fasilitasi pencucian & sanitasi (CIP) 1 set 35.000.000,-
B. PENGOLAHAN SUSU PASTEURISASI
- Alsin pengolahan susu pasteurisasi 1 Type B 275.000.000,-
- Alsin pengolahan keju, mentega, ice - -
cream (1000 ltr/hr)
- Peralatan laboratorium 1 set 40.000.000,-
- Fasilitasi pencucian & sanitasi (CIP) 1 set 35.000.000,-
3. SARANA DISTRIBUSI / PEMASARAN TOTAL 246.000.000,-
- Transport tank ke IPS ( 3000 ltr) 1 set 150.000.000,-
- Cold room - -
- Show case 8 unit 36.000.000,-
- Motor + cool box 4 set 60.000.000,-
4. BANGUNAN PENANGANAN & PENGOLAHAN TOTAL 399.000.000,-
SUSU
A. BANGUNAN COOLING CENTER 80 m2 160.000.000,-
- Daya listrik 3 KVA 26.000.000,-
B. BANGUNAN PENGOLAHAN 40 m2 160.000.000,-
- Daya listrik 10 KVA 53.000.000,-
5. MODAL KERJA & PENDAMPINGAN (2,5 s/d 5%) TOTAL 82.000.000,-
54
Produksi Susu 100 – 250
lt/hr
No Uraian Kegiatan/Kebutuhan alsin (20–50 ekor sapi perah)
Jumlah Nilai (Rp)
1. PERALATAN PASCA PANEN TOTAL 41.700.000,-
A. PERALATAN
- Ember susu (milk pail) 6 buah 3.600.000,-
- Saringan susu (strainer) 6 buah 900.000,-
- Milk can (20 atau 40 ltr) 6 buah 11.200.000,-
B. MESIN PERAH
- Portable milking machine 1 unit 26.000.000,-
- Bucket milking machine - -
- Farm cooling unit (1000 ltr) - -
2. ALSIN PENANGANAN DAN PENGOLAHAN SUSU TOTAL 120.000.000,-
A. COOLING CENTER
- Transfer tank - -
- Cooling unit (2500 ltr) - -
- Peralatan laboratorium - 40.000.000,-
- Fasilitasi pencucian & sanitasi (CIP) - -
B. PENGOLAHAN SUSU PASTEURISASI
- Alsin pengolahan susu pasteurisasi 1 Type C 80.000.000,-
- Alsin pengolahan keju, mentega, ice - -
cream (1000 ltr/hr) 1 unit -
- Peralatan laboratorium - -
- Fasilitasi pencucian & sanitasi (CIP) - -
3. SARANA DISTRIBUSI / PEMASARAN TOTAL 39.000.000,-
- Transport tank ke IPS ( 3000 ltr) - -
- Cold room - -
- Show case 2 unit 9.000.000,-
- Motor + cool box 2 unit 30.000.000,-
4. BANGUNAN PENANGANAN & PENGOLAHAN TOTAL -
SUSU
A. BANGUNAN COOLING CENTER - -
- Daya listrik - -
B. BANGUNAN PENGOLAHAN - -
- Daya listrik 3000 watt -
5. MODAL KERJA & PENDAMPINGAN (2,5 s/d 5%) TOTAL 10.000.000,-
55
56
BAB VII
CARA PENGOLAHAN YANG BAIK
GMP sudah menjadi pedoman yang dikenal baik oleh sebagian besar industri –
industri pangan di Indonesia, melalui keputusan Menteri Kesehatan Nomor
23/Men.Kes/SK 1978. serta Peraturan Menteri Pertanian nomor :
381/Kpts/OT.140/10/2005 tentang Pedoman Sertifikasi Kontrol Veteriner Unit
Usaha Pangan Asal Hewan. (terlampir)
GMP telah dijadikan pedoman penuntun bagi produsen makanan dan minuman
dengan tujuan untuk meningkatkan mutu hasil produksinya dan dengan demikian
masyarakat dapat dilindungi keselamatan dan kesehatannya terhadap produksi
dan peredaran makanan yang telah memenuhi syarat.
Dalam memenuhi keamanan konsumen secara lebih mantap dan rinci, industri
pangan di dunia disarankan untuk menerapkan sistem HACCP. Dengan demikian
produk yang dihasilkan akan dapat lebih menjamin keamanannya bagi konsumen.
Industri pangan yang telah mendapat Sertifikat sistem HACCP, dapat dipastikan
telah menerapkan GMP diperlukan SSOP atau Standar Sanitasi Operating
Procedure.
41
8.1. Ruang Lingkup
1. Cara Produksi Pangan Yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT)
ini menjelaskan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi tentang
penanganan bahan pangan di seluruh mata rantai produksi pangan mulai bahan
baku sampai produk akhir.
2. Pedoman CPPB-IRT sesuai Surat Keputusan Kepala Badan POM RI No.
HK.00.05.5.1639 tanggal 30 April 2003
3. Pedoman CPPB-IRT ini berlaku bagi semua IRT yang berada di wilayah
Republik Indonesia
8.2. Pengertian
1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai pangan bagi
konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan dan
bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau
pembuatan makanan atau minuman.
2. Aman untuk dikonsumsi adalah pangan tersebut tidak mengandung bahan-
bahan yang dapat membahayakan kesehatan atau keselamatan manusia
misalnya bahan yang dapat menimbulkan penyakit atau keracunan.
3. Layak untuk dikonsumsi adalah pangan tersebut keadaannya normal tidak
menyimpang seperti busuk, kotor, menjijikkan dan penyimpangan lainnya.
4. Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah
pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan fisik yang dapat
mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
5. Produksi pangan adalah kegiatan atau proses menghasilkan, menyiapkan,
mengolah, membuat, mengawetkan, mengemas, mengemas kembali dan atau
mengubah bentuk pangan.
6. Cara Produksi Pangan yang Baik adalah suatu pedoman yang menjelaskan
bagaimana memproduksi pangan agar bermutu, aman dan layak untuk
dikonsumsi.
7. Higiene pangan adalah kondisi dan perlakukan yang diperlukan untuk
menjamin keamanan pangan di semua tahap rantai pangan.
8. Sanitasi pangan adalah upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertambah
dan berkembang biaknya jasad renik pembusuk dan patogen dalam
pangan,peralatan dan bangunan yang dapat merusak pangan dan
membahayakan manusia.
9. Industri Rumah Tangga (disingkat IRT) adalah perusahaan pangan yang
memiliki tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan pengolahan pangan
manual hingga semi otomatis.
42
8.3. Tujuan Penerapan CPPB-IRT
43
8.5. Bangunan dan Fasilitas Unit Pengolahan Susu
A. Ruang Proses
Harus ada drainase utama di ruang proses
Lantai dari keramik miring 3 0 kearah drainase
Dinding keramik setinggi 1,2 m
Pintu utama 2 daun dari Aluminium + kaca
Plafond tinggi 2,8 m dari asbes
Lengkapi kran-kran air dan stop kontak
Lampu penerangan TL
Kawat nyamuk pada dinding ventilasi
Pertemuan dinding dan lantai melengkung
44
C. Ruang Utilitas
Ruang terpisah/di luar ruang proses
Lantai dari beton/adukan
Lengkapi kran air dan stop kontak
Kalau perlu lengkapi Gen-set
45
P M
K
4 N
O L
KETERANGAN :
• Receptionis
1 • Ruang manager
• Ruang laboratorium
• Ruang administrasi
• Pantry
• Ruang proses
• Ruang filling
1 • Ruang cold room
• Gudang bahan baku
• Ruang penerimaan susu
C B • Kantin
G • Ruang ganti pakaian
4
F • Locker
A • Ruang utilitas
• Workshop/bengkel
I D • Gudang suku cadang
4 J
H
E
3 6 6 2 4 1
50
20
2 2 1,5 10 4,5
1,5
1,5
9 3 1 3 7
3
2 4 5 6
51
2. Ruang Produksi
c. Dinding
1) Dinding seharusnya dibuat dari bahan kedap air minimal 2 meter, rata,
halus, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah megelupas, kuat dan
mudah dibersihkan.
2) Dinding harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, lendir, dan kotoran
lainnya.
d. Langit- langit
1) Konstruksi langit-langit seharusnya didisain dengan baik untuk
mencegah penumpukan debu, pertumbuhan jamur, pengelupasan,
bersarangnya hama, memperkecil terjadinya kondensasi, serta terbuat
dari bahan tahan lama dan mudah dibersihkan.
2) Langit-langit harus selalu dalam keadaan bersih dari debu, sarang labah-
labah dan kotoran lainnya.
52
5) Lubang angin harus cukup sehingga udara segar selalu mengalir di ruang
produksi
6) Lubang angin harus selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan tidak
dipenuhi sarang labah-labah.
g. Tempat Penyimpanan
1) Tempat penyimpanan bahan pangan termasuk bumbu dan bahan
tambahan pangan (BTP) seharusnya terpisah dengan produk akhir.
2) Tempat penyimpanan khusus harus tersedia untuk menyimpan bahan-
bahan bukan pangan seperti bahan pencuci, pelumas dan oli.
3) Tempat penyimpanan harus mudah dibersihkan dan bebas dari hama
seperti serangga, binatang pengerat seperti tikus, burung atau mikroba
dan ada sirkulasi udara.
3. Peralatan Produksi
a. Peralatan produksi seharusnya terbuat dari bahan yang kuat, tidak berkarat,
mudah dibongkar pasang sehingga mudah dibersihkan
b. Permukaan yang kontak langsung dengan pangan seharusnya halus, tidak
bercelah, tidak mengelupas dan tidak menyerap air.
c. Permukaan yang kontak langsung dengan produk harus dijaga
kebersihannya secara rutin sebelum digunakan atau sesuai dengan
kebutuhan dengan teknik pembersihan yang sesuai untuk peralatan yang
bersangkutan
d. Peralatan produksi harus diletakkan sesuai dengan urutan prosesnya
sehingga memudahkan bekerja dan mudah dibersihkan
e. Semua peralatan seharusnya diperlihara agar berfungsi dengan baik dan
selalu dalam keadaan bersih.
53
f. Peralatan yang akan diperbaiki harus dibawah keluar setelah prosesing.
Bila ada mesin yang harus diperbaiki selama produksi berjalan, tindakan
pencegahan yang layak harus dimbil untuk mencegah kontaminasi produk
susu.
g. perlengkapan dan peralatan harus di desinfeksi segera sebelum penggunaan
dan kapanpun bila ada kemungkinan kontaminasi.
d. Desinfeksi
Desinfeksi peralatan pemerahan harus dilakukan dengan beberapa aturan
sebagai berikut :
a) Penguapan – Penguapan harus dilakukan 10-15 menit setelah suhu
penguapan diatas 85oC.
b) Air panas – Air panas dengan suhu 80oC (gunakan air dengan
kesadahan rendah untuk menghindari deposisi garam-garam) digunakan
tidak kurang dari 20 menit, dan pada pembersihan dengan metode
sirkulasi digunakan air panas dengan suhu 85oc selama 15 menit.
c) Deterjen/desinfeksi – digunakan sebagai bagian dari proses
pembersihan pada suhu antara 45-60oC atau sesuai dengan aturan
pembersihannya untuk saluran-saluran susu, tangki penyimpanan dan
tangki-tangki lainnya.
e. Suplai Air
Tata letak kelengkapan ruang produksi diatur agar tidak terjadi
kontaminasi silang. Peralatan produksi yang kontak langsung dengan
54
pangan seharusnya didisain.dikonstruksi dan diletakkan sedemikian untuk
menjamin mutu dan keamanan pangan yang dihasilkan. Air yang
digunakan selama proses produksi harus cukup dan memenuhi persyaratan
kualitas air bersih dan atau air minum. Persyaratannya sebagai berikut :
a) Air yang digunakan harus air bersih dalam jumlah yang cukup
memenuhi seluruh kebutuhan proses produksi
b) Sumber dan pipa air untuk keperluan selain pengolahan pangan
seharusnya terpisah dan diberi warna yang berbeda.
c) Air yang kontak langsung dengan pangan sebelum diproses harus
memenuhi persyaratan air bersih.
55
3. Alat cuci/pembersih
a. Alat cuci /pembersih seperti
sikat, pel, deterjen, dan bahan
sanitasi harus tersedia dan
terawat dengan baik.
b. Air panas dapat digunakan
untuk membersihkan peralatan
tertentu.
Fasilitas dan kegiatan higiene dan sanitasi diperlukan untuk menjamin agar
bangunan dan peralatan selalu dalam keadaan bersih dan mencegah terjadinya
kontaminasi silang dari karyawan
56
c. Bahan pangan tidak boleh tercecer karena dapat mengundang masuknya
hama
d. IRT seharusnya memeriksa lingkungannya dari kemungkinan timbulnya
sarang hama.
2. Pemberantasan hama
a. Hama harus diberantas dengan cara yang tidak mempengaruhi mutu dan
keamanan pangan.
b. Pemberantasan hama dapat dilakukan secara fisik seperti dengan
perangkap tikus atau secara kimia seperti dengan racun tikus.
c. Perlakuan dengan bahan kimia harus dilakukan dengan pertimbangan tidak
mencemari pangan.
1. Kesehatan karyawan
Karyawan yang bekerja di ruang produksi harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
Kesehatan dan higiene karyawan yang baik dapat menjamin bahwa pekerja
yang kontak langsung maupun tidak langsung dengan pangan tidak menjadi
sumber pencemaran
a. Dalam keadaan sehat. Karyawan yang sakit atau baru sembuh dari
sakit dan diduga masih membawa penyakit tidak diperkenankan
bekerja di pengolahan pangan.
b. Karyawan yang
menunjukkan gejala atau
sakit misalnya sakit kuning
(virus hepatitis A), diare,
sakit perut, muntah,
demam, sakit tenggorokan,
sakit kulit (gatal, kudis,
luka, dan lain-lain),
keluarnya cairan dari
telinga (congek), sakit mata
(belekan), dan atau pilek
tidak diperkenankan mengolah pangan.
c. Karyawan harus diperiksa dan diawasi kesehatannya secara berkala.
57
2. Kebersihan karyawan
a. Karyawan harus selalu menjaga kebersihan badannya.
b. Karyawan seharusnya mengenakan pakaian kerja/celemek lengkap
dengan penutup kepala, sarung tangan dan sepatu kerja. Pakaian dan
perlengkapannya hanya dipakai untuk bekerja.
c. Karyawan harus menutup luka dan perban.
d. Karyawan harus selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum
memulai kegiatan mengolah pangan, sesudah menangani bahan
mentah atau bahan/alat yang kotor dan sesudah ke luar dari
toilet/jamban;
3. Kebiasaan karyawan
Karyawan tidak boleh bekerja sambil mengunyah, makan dan minum,
merokok, tidak boleh meludah, tidak boleh bersin atau batuk ke arah pangan,
tidak boleh mengenakan perhiasan seperti giwang, cincin, gelang, kalung,
arloji dan peniti.
58
(3) Penetapan cara produksi yang baku;
(4) Penetapan jenis, ukuran, dan spesifikasi kemasan
(5) Penetapan keterangan lengkap tentang produk yang akan dihasilkan
termasuk nama produk, tanggal produksi, tanggal kadaluarsa.
c. Menggunakan bahan tambahan pangan (BTP) yang diizinkan sesuai batas
maksimum penggunaannya.
d. Susu dan bahan baku harus memenuhi standar pengujian rutin dan bebas
bakteri patogen untuk memastikan manfaatnya.
59
3. Kode produksi harus dicantumkan pada setiap label pangan.
Label pangan harus jelas dan informatif untuk memudahkan konsumen
memilih,menyimpan, mengolah dan mengkonsumsi pangan. Kode produksi
pangan diperlukan untuk penarikan produk, jika diperlukan.
8.11. Penyimpanan
60
4. Penyimpanan peralatan
Peralatan yang telah dibersihkan dan disanitasi harus disimpan di tempat
bersih. Sebaiknya permukaan peralatan menghadap ke bawah, supaya
terlindung dari debu, kotoran atau pencemaran lainnya.
Penyimpanan yang baik dapat menjamin mutu dan keamanan bahan dan
produk pangan yang diolah
5. Transportasi yang higienis
Produk harus diangkut dalam kendaraan yang
bersih dan menggunakan alat pendingin, pada
kondisi yang sesuai dan tidak diletakkan
bersama-sama dengan benda-benda lain.
6. Penanggung Jawab
a. Penanggung jawab minimal harus
mempunyai pengetahuan tentang prinsip-prinsip dan praktek higiene
dan sanitasi pangan serta proses produksi pangan yang ditanganinya.
b. Kegiatan pengawasan hendaknya dilakukan secara rutin.
1. Manager :
Memantau kegiatan produksi dan pemasaran secara umum;
Merancang rencana kerja mingguan sesuai dengan data pemesanan produk
dari marketing dan perhitungan pemasaran;
Merancang dan melakukan pemesanan bahan-bahan dan peralatan untuk
produksi maupun sanitasi sesuai dengan laporan dari supervisor produksi
dan kebutuhan produksi berikutnya;
Merancang kebutuhan bahan baku produksi untuk proses produksi
berikutnya sesuai dengan perkiraan perhitungan pemasaran;
Memastikan ketersediaan produk untuk pemasaran.
2. Supervisor Produksi:
Memantau seluruh kegiatan produksi dan membuat laporan harian
kepada manager;
Memonitor seluruh proses produksi apakah telah sesuai dengan standar
yang berlaku;
61
Memonitor kondisi sanitasi setiap ruangan yang berkaitan dengan
produksi setiap kali proses produksi akan dimulai apakah sudah sesuai
dengan standar yang berlaku;
Memonitor kondisi peralatan :
o Sudah tersanitasi dengan baik dan benar;
o Dalam keadaan baik dan dapat berfungsi dengan benar;
o Sudah tersetting pada suhu yang benar;
Memonitor ketersediaan bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan
untuk produksi dan melaporkannya kepada manager;
Memonitor kualitas bahan baku;
Memonitor kualitas produk akhir.
3. Marketing :
Mencatat data pemesanan produk dari costumer;
o Hari/tanggal/jam pemesanan;
o Nama pemesan dan nama perusahaan pemesan produk;
o Alamat dan nomor telepon pemesan;
o Alamat nomor telepon tujuan pengantaran produk;
o Jumlah produk yang dipesan;
o Sistem pembayaran;
o Sistem pengambilan produk (diambil sendiri atau diantarkan).
Mencari pasar baru untuk penjualan produk.
4. Laboran
Menguji kualitas bahan baku;
Menguji kualitas produk akhir;
Standarisasi sanitasi.
1. Pemilik IRT harus menarik produk pangan dari peredaran jika diduga
menimbulkan penyakit atau keracunan pangan
2. Pemilik IRT harus menghentikan produksinya sampai masalah terkait diatasi.
3. Pemilik IRT harus melaporkan penarikan produknya ke Pemerintah
Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Balai Besar/Balai
Pengawas Obat dan Makanan setempat
4. Pangan yang terbukti berbahaya bagi konsumen harus dimusnahkan.
62
8.14. Pencatatan dan Dokumentasi
2. Catatan dan dokumen harus disimpan selama 2 (dua) kali umur simpan
produk pangan yang dihasilkan.
63
BAB VIII
CARA TRANPORTASI SUSU YANG BAIK
Dalam pengangkutan jarak jauh, perlu peralatan pendingin untuk menjaga
kesegaran, karena air susu segar kesegarannya hanya mampu bertahan + 3 jam
sejak diperah dari induk. Produk harus diangkut dalam kendaraan yang bersih dan
menggunakan alat pendingin, pada kondisi yang sesuai dan tidak diletakkan
bersama-sama dengan benda-benda lain.
9.1. Transport Susu Mentah
Susu yang telah didinginkan di peternakan atau
sentra pendinginan dapat di kirim di dalam can
susu atau tangki besar. Tangki pengiriman sudah
di isolasi, sehingga susu akan tetap dingin hingga
tempat pengolahannya (bila ketersediaan
transportasi cepat, misal jarak yang pendek atau
fasilitas jalan yang bagus menyebabkan susu
dapat dikirim sebelum suhu susu meningkat
menjadi 10oC
64
alat pemindah sampel harus dalam keadaan bersih dan tersanitasi untuk
memastikan sampel yang tepat dikumpulkan
kontainer peralatan pemindah sampel tersedia dan cukup untuk
memelihara kondisi tersanitasi
sampel harus dijaga pada temperatur yang sesuai (32 oF – 40 oF) dan
suhu sample kontrol tersedia
termometer yang sesuai standar tersedia untuk pengambil sampel.
Keakuratan termometer di periksa setiap 6 bulan dan hasilnya tercatat
pada wadah penyimpannya.
2. Suhu produk 4,4oC (45oF) atau kurang :
Produk yang tersisa di dalam sistem transfer eksternal yang dengan suhu
melebihi 4,4oC (45oF) di buang. Hal ini termasuk pompa, selang karet,
peralatan pengurang udara atau sistem pengukuran
3. Konstruksi peralatan, pembersihan, sanitising dan perbaikan
Konstruksi dan persyaratan perbaikan :
o Truk pengangkut susu dan semua peralatannya harus memenuhi
syarat standar sanitasi dan mentaati rancangan sanitasi dan
persyaratan konstruksi yang sesuai standar
o Truk pengangkut susu harus memiliki interior yang halus, tidak
larut, anti karat, tidak terbuat dari bahan yang beracun/toksik, dan
harus dijaga selalu dalam kondisi yang baik.
o Perlengkapan truk pengangkut susu termasuk karet, pompa dan
perkakasnya, harus terbuat dari material yang halus, tidak
beracun/toksik dan mudah dibersihkan. fleksibilitas dibutuhkan
pada sistem transfer larutan harus dikuras bebas didukung dengan
kemiringan dan kesejajaran sehingga mendukung untuk
pemeliharaan. Peralatan tersebut haruslah mudah dibongkar
pasang untuk pemeriksaan
o Terdapat bagian penyimpanan yang dapat digunakan untuk
menyimpan perlengkapan dan peralatan sampling yang aplikatif,
sebaiknya dibangun dengan desain yang dapat mencegah
kontaminasi yang disebabkan oleh debu dan kotoran. Bagian
penyimpanan ini harus selalu dalam keadaan bersih dan kondisi
yang baik.
o Truk pengangkut susu harus tertutup rapat, ventilasi dan penutup
debu harus di desain untuk melindungi tangki dan susu dari
kontaminasi.
Persyaratan pembersihan dan sanitasi
o Truk pengangkut susu dan semua perlengkapannya harus di
bersihkan dan di sanitasi sesuai dengan persyaratan standar
pembersihan dan sanitasi peralatan
65
o Truk pengangkut susu harus dibersihkan dan disanitasi terlebih
dahulu untuk penggunaan pertama kali. Truk pengangkut susu
harus di sanitasi ulang bila dalam jangka waktu 72 jam belum
digunakan untuk pertama kalinya.
o Dibolehkan untuk mengangkut susu dalam beberapa batch
pengangkutan selama 24 jam berturut-turut asalkan truk
pengangkut susu tersebut di cuci setiap hari setelah digunakan.
4. Kondisi tangki luar : bagian luar truk pengangkut susu dibangun dengan
layak dan dalam kondisi baik. Cacat dan kerusakan yang berdampak
merugikan pada produk yang ada di dalam truk pengankut susu tersebut
menjadi acuan pada form pemeriksaan truk pengangkut susu dan tindakan
koreksi dicatatkan. Kebersihan bagian luar truk pengangkut susu di
evaluasi dengan memperhatikan cuaca luar dan kondisi lingkungan
5. Catatan pencucian dan sanitasi :
Pekerja yang menyampling susu mentah harus bertanggung jawab untuk
memastikan bahwa truk pengangkut susu tersebut telah di bersihkan dan
disanitasi dengan baik. Truk pengangkut susu yang tidak dilengkapi
dengan dokumentasi pembersihan dan sanitasi seharusnya tidak boleh
diijinkan mengangkut susu sampai sanitasi dan pembersihan yang layak
dapat dibuktikan
Label pembersihan dan sanitasi harus tertempel erat pada bagian luar
sambungan pada truk pengangkut susu sampai pencucian dan sanitasi
berikutnya. Ketika truk pengangkut susu tersebut dicuci dan disanitasi,
label pencucian dan sanitasi sebelumnya harus di pindahkan dan
disimpan dilokasi dimana truk pengangkut susu tersebut dicuci untuk
jangka waktu tidak lebih dari 15 hari.
Informasi yang harus ada pada label pembersihan dan sanitasi :
o Identitas truk pengangkut susu
o Tanggal dan waktu truk pengangkut susu di bersihkan dan disanitasi
o Lokasi tempat truk pengangkut susu di bersihkan dan disanitasi
o Tanda tangan persona yang membersihkan dan mensanitasi truk
pengangkut susu
Pemeliharaan seluruh informasi yang terdapat pada label pembersihan
dan sanitasi tersebut merupakan tanggung jawab pengambil sample atau
operator truk pengangkut susu
6. Lokasi pembersihan/sanitasi terakhir :
Lokasi pembersihan dan sanitasi seharusnya telah diuji oleh instansi yang
berwenang dan tercatat pada form pemeriks aan truk pengangkut susu serta
7. Pelabelan: pemeliharaan seluruh informasi yang berkaitan dengan seluruh
dokumen pengiriman, faktur pengiriman, bukti pembayaran atau karcis
berat merupakan tanggung jawab dari pengambil sampel susu. Truk
66
pengangkut susu bertugas mengangkut susu mentah, susu UHT atau
pasteurisasi dan produk-produk susu dari satu industri susu ke industri susu
lainnya, stasiun penerima atau pengirim diharuskan menandatangani faktur
pengiriman dengan nama dan alamat dari industri susu atau pengambil
sampel susu dan truk pengangkut susu harus dalam kondisi tersegel rapi.
Seluruh dokumen pengiriman harus meliputi informasi berikut :
o Nama, alamat dan nomor ijin pengirim.
o Surat-surat ijin pengambil sampel susu, jika bukan karyawan dari
pengirim
o Lokasi awal pengiriman
o Nomor identitas truk pengangkut susu
o Nama produk
o Berat produk
o Suhu produk saat pertama kali dimuat
o Tanggal pengiriman
o Nama supervisor agen berwenang pada lokasi awal pengiriman
o Selain susu mentah, susu pasteurisasi atau cream, susu skim atau rendah
lemak, produk yang dikirim harus mengalami perlakuan panas
o Nomor segel pada inlet, outlet, lubang dan sambungan pencucian
o Grade dari produk
Seluruh informasi yang tercantum diatas harus di telah disetujui oleh
instansi berwenang dan tercatat sebagai lembar pemeriksaan yang diakui
bila truk pengangkut susu tersebut diperiksa.
8. Identifikasi kendaraan dan truk pengangkut susu : pemilik truk pengangkut
susu atau operator bertanggung jawab untuk memberi identifikasi yang
baik dan legal pada seluruh truk pengangkut susu yang dibawah tanggung
jawabnya.
9. Label atau lembar hasil pemeriksaan sebelumnya harus tersedia : pada saat
susu pengangkut susu harus mengangkut susu atau produk susu dari satu
wilayah ke wilayah lainnya, tidak perlu memeriksa setiap truk pengangkut
susu yang tiba. Pemilik truk pengangkut susu dan operatornya harus
membawa bukti hasil pemeriksaan rutin dari instansi terkait. Namun truk
pengangkut susu dapat diperiksa setiap saat atau menurut aturan dari
instansi yang bertanggung jawab untuk supply susu
67
BAB IX
CARA PEMASARAN SUSU YANG BAIK
Jika tempat pemasaran berwaktu tempuh lebih dari 1 jam, maka pengiriman
produk dilakukan menggunakan alat transportasi yang dilengkapi dengan
pendingin. Alat transportasi yang digunakan harus aman dan berfungsi
dengan baik. Alat transportasi yang digunakan harus dalam keadaan bersih
dan kering sebelum maupun setelah digunakan untuk pendistribusian
produk. Jika tidak memungkinkan menggunakan alat transportasi yang
dilengkapi pendingin, pendistribusian produk bias dilakukan dengan
menggunakan boks es (coolbox) dengan penambahan es untuk menjaga
kondisi produk tetap dalam keadaan dingin. Boks es harus dalam keadaan
bersih dan kering seblum digunakan, begitu juga setelah dimasukkan
produk, boks es harus dalam keadaan bersih dan tertutup rapat.
68
m
e
n
g
a
n
d
u
n
g
BAB X
l
e
PENUTUP
m
a
Dalam pengembangan industri Sapi Perah, hal penting yang harus dilakukan
k
adalah meminimalisir permasalahan yang terjadi dan sekaligus mengoptimalkan
potensi yang dimiliki saat ini.
Mengingat komoditas susu sapi perah rakyat memiliki nilai ekonomi dan
merupakan komoditi strategis, maka sudah saatnya mengoptimalkan berbagai
kebijakan yang dilakukan selama ini untuk mendorong bangkitnya industri
persusuan di perdesaan dengan pendekatan holistik, yakni mulai dari hulu sampai
hilir dan dengan melibatkan berbagai pihak yang terlibat dalam
pengembangannya
69