Anda di halaman 1dari 5

BAB II.

METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Oseanografi dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 28 september 2019. pukul
08:00-16:00. Praktikum ini di lakukan di Pantai Kuranji, Desa Kuranji, kecamatan Labuapi,
Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.
2.2 Prosedur Kerja
2.2.1 Kemiringan Pantai
Adapn cara mengukur kemiringan pantai
1. Dilakukan metode visual dengan menggunakan dua tongkat referensi, seutas tali dan waterpas.
2. Di Pasang satu tongkat referensi pada vegetasi terakhir pantai dan satu tongkat lainnya secara
tegak lurus arah pantai.
3.Di hubungkan tali antar tongkat tersebut dan pastikan terikat tegak lurus dengan menggunakan
waterpass
4. Ditentukan tinggi tongkat kedua dari pasir ke ikatan tali (Y)
2.2.2 Pasang Surut
Pasang surut adalah fenomena alam yang terjadi pada air laut, permukaan air laut akan
mengalami naik secara teratur dan berulang ulang yang menyebabkan partike dari masa air dari
permukaan sampai dasar laut (effendi, 2017)

Adapn cara mengukur pasang surut


1. Dilakukan Metode visual dengan menggunakan papan skala
2. Diletakkan papan skala secara permanen pada perairan yang terlindung dan masih
terendam pada saat surut terendah
3. Dicatat tinggi permukaan laut setiap 30 menit sekali
4. Diinterpretasikan dalam bentuk grafik
2.2.3 Gelombang
Adapn cara mengukur Gelombang
 Tinggi (h)
1. Digunakan metode visual dengan menggunakan papan skala
2. Dicatat tinggi puncak tertinggi dan lembah terendah gelombang datang
3. Dilakukan perulangan sebanyak 10 kali
4. Digunakan rumus h=h2-h1
 Periode (T )
1. Digunakan metode visual dengan menggunakan papan skala dan stopwatch
2. Dicatat waktu yang diperlukan dari puncak gelombang pertama dan puncak
gelombang kedua (sekon (s))
3. Dilakukan perulangan sebanyak 10 kali
2.2.4 Refraksi
Adapun cara untuk menentukan refraksi
1. Digunakan view box
2. Diposisikan view box sejajar dengan pantai
3.Diamati gelombang yang datang dari dalam view box dan amati gelombang yang pecah.
4.Dibuat titik sudut yang terbentuk pada mika yang dipasang pada view box
5.Dilakukan 10 kali pengulangan
2.2.5 Paremeter Oseanografi
Adapun cara Mengambil parameter-parameter setiap stasiun pengamatan dengan menggunakan
kapal dan peralatan pengukuran yang tersedia :
1. Salinitas permukaan laut
2. Suhu permukaan laut
3. pH permukaan laut
4. Oksigen Terlarut
5. Diinterpretasikan hasil dengan tabel dan interpolasi sederhana menggunakan software
ArcGis jika diperlukan
2.2.1 Penentuann Lokasi Pengamatan
2.2.2 Pasang Surut
2.2.3 Kemiringan Pantai
Pemilihan pantai untuk lokasi peneluran penyu hijau pada kisaran kemiringan tertentu
adalah untuk mencegah adanya intrusi air laut. Pantai dengan kemiringan yang landai memiliki
intrusi air laut yang cukup jauh sehingga sarang yang mendapatkan intrusi air laut secara terus
menerus akan meningkatkan kelembaban sarang yang memicu terjadinya pembusukan telur
(Catur et al., 2011). Zavaleta-Lizárraga andMorales-Mávil (2013) menyatakan bahwa penyu
hijau cenderung membuat sarang pada pantai yang mempunyai kemiringan sedang
Pantai merupakan pertemuan antara daratan dan lautan. Pengukuran kemiringan pantai
dilakukan untuk mengetahui jenis pantai dan penyebab terbentuknya pantai. Hasil pengukuran
dapat digunakan sebagai pedoman pelestarian dan pemanfaatan pantai selanjutnya. Kemiringan
pantai diukur berdasarkan jarak antara vegetasi yang mewakili batas daratan hingga bibir pantai
sebagai batas lautan.
2.2.4 Gelombang
2.2.4.1 Panjang,Tinggi,dan Frekuensi gelombang
Tinggi gelombang bisa meningkat lebih dari dua kali amplitude awal. Karena
adanya perubahan kedalaman tersebut, maka terjadi perubahan kecepatan gelombang. Kecepatan
gelombang tersebut menurun, sehingga berada pada posisi stasioner. Keadaan ini harus
diimbangi oleh kepadatan energi yang meningkat. Meningkatnya kepadatan energi inilah yang
menyebabkan meningkatnya ketinggian gelombang.
2.2.4.2 Refraksi Gelombang
` Refraksi gelombang adalah perubahan bentuk gelombang yang diakibatkan oleh
berubahnya kedalaman laut. Di daerah dimana kedalaman air lebih besar dari setengah panjang
gelombang yaitu di laut dalam, gelombang menjalar tanpa dipengaruhi dasar laut. Di daerah ini
apabila ditinjau suatu garis puncak gelombang bergerak menuju pantai, maka bagian dari puncak
gelombang yang berada di air yang lebih dangkal akan menjalar dengan kecepatan yang lebih
kecil daripada di bagian air yang lebih dalam. Akibatnya garis puncak gelombang akan
membelok dan berusaha untuk sejajar dengan garis kontur dasar laut. Begitu pula garis ortogonal
gelombang, garis ini akan membelok dan berusaha untuk tegak lurus dengan garis kontur dasar
laut. Garis ortogonal gelombang adalah garis yang tegak lurus dengan garis puncak gelombang
dan menunjukkan arah penjalaran gelombang.
2.2.5 Arus
2.2.5.1 Kecepatan arus
2.2.5.2 Arah Arus
Pola dan kecepatan arus pasang surut ini dianalisis berdasarkan model SMS (Surface
Modeling System). Model SMS menggunakan persamaan kontinuitas dan persamaan momentum
dengan perata-rataan kedalaman dalam memodelkan pola dan kecepatan arus pasut. Penyelesaian
persamaan tersebut menggunakan pendekatan metode beda hingga (finite difference). Dari hasil
model tersebut diperoleh empat bentuk pola arus pasang surut yang terjadi di perairan Pulau
Kerumputan dan sekitarnya yakni pola arus saat maksimum, pola arus pasang surut saat menuju
pasang, pola arus saat minimum dan pola arus pasang surut saat menuju surut.
2.2.6 Kualitas Perairan
2.2.6.1 Suhu Pemukaan
Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi air. Lebih lanjut
Patty (2013) menyatakan pola arus yang berubah secara mendadak dapat menurunkan nilai suhu
pada air. Kisaran suhu diperairan dangkal lebih besar daripada perairan laut dalam, karena
mengalami banyak pergolakan yang disebabkan oleh angin dan dinamika oseanografi fisika
lainnya (Odum, 1994). Fenomena-fenomena seperti ini merupakan fakta yang terjadi pada
daerah perairan Pulau Kerumputan dan sekitarnya.
2.2.6.2 Salinitas permukaan
SPL relatif tinggi yang merupakan ciri khas dari perairan tropis. Hal ini didasari oleh
posisi geografis Indonesia yang terletak di daerah khatulistiwa dengan tingkat pemanasan sinar
matahari pada daerah khatulistiwa yang relatif tinggi, dimana kisaran SPL di perairan Indonesia
rata-rata berkisar antara 26°C-31°C (Gaol et al., 2014). Secara alami suhu air dibagian
permukaan memang merupakan lapisan hangat karena mendapatkan radiasi sinar matahari yang
relatif lebih tinggi pada siang hari. Oleh karena adanya pergerakan angin maka lapisan teratas
permukaan laut sampai dengan kedalaman sekitar 5070 meter akan terjadi pengadukan, sehingga
pada lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28°C) yang homogen.
2.2.6.3 pH Permukaan
Hasil pengukuran pH, menunjukkan kisaran antara 7,5 – 7,7 (Tabel 1). Kondisi ini
menunjukkan bahwa perairan Pulau Kerumputan memenuhi baku mutu air laut sesuai Kepmen
LH No. 51 Tahun 2004, untuk kelangsungan hidup biota laut. Sebaran pH di setiap stasiun
pengamatan tersebar merata. Tinggi rendahnya pH suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kadar
CO2 yang terlarut dalam perairan tersebut. Aktivitas fotosintesa merupakan proses yang sangat
menentukan kadar CO2 dalam suatu perairan. Sehubungan dengan gambaran tersebut maka
dapat diduga bahwa perairan lokasi studi masih ditunjang baik oleh produktivitas oksigen yang
memadai. Suhu air, buangan industri dan limbah rumah tangga merupakan faktor lain yang
dapat menyebabkan pH suatu perairan berfluktuasi.
2.2.6.4 Oksigen Terlarut Permukaan
Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) yang berkisar antara 6,8 mg/l sampai dengan 7,5
mg/l dengan rata-rata 7,1 mg/l (Tabel 1). Jika mengacu pada Kepmen LH No. 51 Tahun 2004
maka nilai DO di perairan ini cukup baik atau memenuhi baku mutu. Hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh perairan sekitarnya terutama gelombang sangat berpengaruh sebagai oksigenasi
air laut. Hasil peenelitian ini tidak jauh beda dengan hasil yang didapatkan pada penelitian
sebelumnya dimana rata-rata DO yang didapatkan di perairan Pulau Kerumputan sebesar 7,2
mg/l (Gambar 3) (Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. Kalsel, 2015). Hal ini berarti perubahan
nilai DO yang terjadi tidak terlalu mencolok. Sebaran DO di perairan Pulau Kerumputan dan
sekitarnya disajikan.

Anda mungkin juga menyukai