CA NASOFARING
Untuk Memenuhi Tugas Sensori Persepsi
Disusun Oleh :
1. Aufa Aldhea Onaisha
2. Didi Wahyudi
3.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumor nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari sel epitel nasofaring. Penyakit ini
adalah tumor ganas yang relatif jarang ditemukan pada beberapa tempat seperti Amerika
Utara dan Eropa dengan insiden penyakit 1 per 100.000 penduduk. Tumor ganas ini lebih
sering terdapat di Asia Tenggara termasuk Cina, Hongkong, Singapura, Malaysia dan Taiwan
dengan insiden antara 10 – 53 kasus per 100.000 penduduk. Di Timur Laut India, insiden pada
daerah endemik antara 25 – 50 kasus per 100.000 penduduk.Di Eskimo, Alaska, Greenland,
dan Tunisia insidennya juga meningkat yaitu 15-20 kasus per 100.000 penduduk per tahun.
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan tumor ganas kepala dan leher yang terbanyak
ditemukan di Indonesia yaitu sekitar 60% dan menduduki urutan ke-5 dari seluruh keganasan
setelah tumor ganas mulut rahim, payudara, getah bening, dan kulit (Roezin, 2001).
Di Indonesia, tumor ganas ini termasuk dalam urutan pertama tumor ganas pada kepala
dan leher dengan angka mortalitas yang cukup tinggi. Jenis penyakit ini sangat tinggi
populasinya di Negara-negara Asia tertentu, sehingga menimbulkan dugaan bahwa faktor
genetic ikut berperan dalam pathogenesis penyakit. Penyakit karsinoma nasofaring (KNF)
juga memiliki gejala yang berbeda-beda dari setiap pasien, sehingga para medik sering
mengalami kesulitan saat harus melakukan diagnosa tanpa bantuan specialis atau pakar dalam
hal ini dokter specialis penyakit Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT).
B. Tujuan Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Karsinoma nasofaring adalah sebuah kanker yang bermula tumbuh pada sel
epitelial batas permukaan badan internal dan eksternal sel didaerah nasofaring (american
cancer asosiety,2011).
Karsinoma nasofaring adalah keganasan yang muncul pada daerah nasofaring
(area diatas tengorokan dibelakang hidung).
Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa
nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring. Tumor ini tumbuh dari epitel yang
meliputi jaringan limfoit, dengan predileksi di fosa Rossenmuller pada nasofaring yang
merupakan daerah transisional dimana epitel kubid berubah menjadi skuamosa dan atap
nasofaring. (Asroel, 2002).
2. Etiologi
Terjadinya KNF mungkin multifaktorial, proses karsinogenesisnya mungkin
mencakup banyak tahap. Faktor yang mungkin terkait dengan timbulnya KNF adalah:
1) Kerentanan Genetik
Walaupun karsinoma nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan terhadap
karsinoma nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relatif lebih menonjol dan
memiliki agregasi familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA (human leukocyte
antigen) kemungkinan adalah gen kerentanan terhadap karsinoma nasofaring, mereka
berkaitan dengan sebagian besar karsinoma nasofaring (Pandi, 1983 dan Nasir, 2009) .
2) Infeksi Virus Eipstein-Barr
Banyak perhatian ditujukan kepada hubungan langsung antara karsinoma nasofaring
dengan ambang titer antibody virus Epstein-Barr (EBV). Serum pasien-pasien orang Asia
dan Afrika dengan karsinoma nasofaring primer maupun sekunder telah dibuktikan
mengandung antibody Ig G terhadap antigen kapsid virus (VCA) EB dan seringkali pula
terhadap antigen dini (EA); antigen kapsid virus (VCA) EB dan seringkali pula terhadap
antigen dini (EA); dan antibody Ig A terhadap VCA (VCA-IgA), sering dengan titer yang
tinggi. Hubungan ini juga terdapat pada pasien di Amerika yang mendapat karsinoma
nasofaring aktif. Bentuk-bentuk anti-EBV ini berhubungan dengan karsinoma nasofaring
tidak berdifrensiasi (undifferentiated) dan karsinoma nasofaring non-keratinisasi (non-
keratinizing) yang aktif (dengan mikroskop cahaya) tetapi biasanya tidak berhubung
dengan tumor sel skuamosa atau elemen limfoid dalam limfoepitelioma (Nasir, 2009 dan
Nasional Cancer Institute, 2009).
3) Faktor Lingkungan
Ventilasi rumah yang jelek dengan asap kayu bakar yang terakumulasi di dalam rumah
juga dapat meningkatkan angka kejadian KNF. (gangguly,2003) selai itu juga serng
kontang dengan zat-zat yang bersifat karsinogen seperti gas kmia, asap industri, dll.
3. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda yang sering ditemukan pada kanker nasofaring adalah :
A. Gejala Dini
Karena KNF bukanlah penyakit yang dapat disembuhkan, maka diagnosis dan
pengobatan yang sedini mungkin sangat diperlukan..
a. Gejala telinga:
Sumbatan tuba eustachius atau kataralis.
Pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa berdengung kadang-kadang
disertai dengan gangguan pendengaran.Gejala ini merupakan gejala yang
sangat dini.
Radang telinga tengah sampai perforasi membran timpani.
Keadaan ini merupakan kelainan lanjutan yang terjadi akibat penyumbatan
muara tuba, dimana rongga telinga tengah akan terisi cairan. Cairan yang
diproduksi makin lama makin banyak, sehingga akhirnya terjadi perforasi
membran timpani dengan akibat gangguan pendengaran.
b. Gejala Hidung :
Epistaksis
Dinding tumor biasanya rapuh sehingga oleh rangsangan dan sentuhan dapat
terjadi perdarahan hidung atau epistaksis. Keluarnya darah ini biasanya
berulang-ulang, jumlahnya sedikit dan seringkali bercampur dengan ingus,
sehingga berwarna kemerahan.
Sumbatan hidung
B. Gejala Lanjut
Tidak semua benjolan leher menandakan kekhasan penyakit ini jika timbulnya di
daerah samping leher, 3-5 cm di bawah daun telinga dan tidak nyeri. Benjolan
biasanya berada di level II-III dan tidak dirasakan nyeri, karenanya sering
diabaikan oleh pasien. Sel-sel kanker dapat berkembang terus, menembus kelenjar
dan mengenai otot di bawahnya. Kelenjarnya menjadi lekat pada otot dan sulit
digerakan. Keadaan ini merupakan gejala yang lebih lanjut. Pembesaran kelenjar
limfe leher merupakan gejala utama yang mendorong pasien datang ke dokter.
b. Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar
Sel-sel kanker dapat ikut bersama aliran limfe atau darah, mengenai organ tubuh
yang letaknya jauh dari nasofaring, hal ini yang disebut metastasis jauh.Yang
sering ialah pada tulang, hati dan paru. Jika ini terjadi menandakan suatu stadium
dengan prognosis sangat buruk (Nutrisno , Achadi, 1988 dan Nurlita, 2009).
4. Penatalaksanaan
A. Medis
a. Radioterapi
Merupakan penatalaksanaan pertama untuk KNF.
Radiasi diberikan kepada seluruh stadium (I,II,III,IV lokal) tanpa metastasis
jauh dengan sasaran radiasi tumor primer dan KGB leher dan supraklavikula.
Macam pemberian radioterapi : radiasi eksterna , radiasi interna dan radiasi
intravena
b. Kemoterapi
Diberikan pada stadium lanjut atau pada keadaan kambuh
Macam kemoterapi : kemoterapi neodejuvan, kemoterapi adjuvan, kemotrapi
konkomitan
c. Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring
adalah virus epistein bar, maka pada penderita KNF dapat diberikan
imunoterapi.
d. Operasi / pembedahan
Tindakan operasi berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi.
Diseksi leher dilakukan jika masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya
kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan
bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologi dan serologi.
Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif yang dilakukan pada kasus
yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil diterapi
dengan cara lain.
B. Keperawatan
a.
5. Komplikasi
Hipotiroidsme
Hipoplasia struktur otak dan tulang (Maqbook, 2000 dan Nasir, 2009).
Sel-sel kanker dapat ikut mengalir bersama getah bening atau darah, mengenai organ
tubuh yang letaknya jauh dari nasofaring. Yang sering adalah tulang, hati dan paru. Hal
ini merupakan hasil akhir dan prognosis yang buruk. Dalam penelitian lain ditemukan
bahwa karsinoma nasofaring dapat mengadakan metastase jauh, ke paru-paru dan tulang,
masing-masing 20 %, sedangkan ke hati 10 %, otak 4 %, ginjal 0.4 %, dan tiroid 0.4 %.
Komplikasi lain yang biasa dialami adalah terjadinya pembesaran kelenjar getah bening
pada leher dan kelumpuhan saraf kranial.
6. Pathway
1. Penggolongan Ca Nasofaring :
Ukuran tumor (T)
T Tumor
T0 Tidak tampak tumor
T1 Tumor terbatas pada satu lokasi saja
Tumor terdapat pada dua lokalisasi
T2 atau lebih tetapi masih terbatas pada
rongga nasofaring
Tumor telah keluar dari rongga
T3
nasofaring
Tumor telah keluar dari rongga
T4 nasofaring yang telah merusak tulang
tengkorak atau saraf saraf otak
1. Regional Limfe Nodes
1. Stadium I : T1 N0 dan M0
2. Stadium II : T2 N0 dan M0
3. Stadium III : T1/T2/T3 dan N1 dan M0 atau T3 dan N0 dan M0
4. Stadium IVa : T4 dan N0/N1 dan M0 atau T1/T2/T3/T4 dan N2 /N3 dan M0 atau
T1/T2/T3.T4 dan N0/N1/N2/N3/N4 dan M1
2.3 Etiologi
1. Kerentanan Genetik
Walaupun Ca Nasofaring tidak termasuk tumor genetik, tetapi kerentanan terhadap Ca
Nasofaring pada kelompok masyarakat tertentu relatif menonjol dan memiliki fenomena agregasi
familial. Analisis korelasi menunjukkan gen HLA ( Human luekocyte antigen ) dan gen pengode
enzim sitokrom p4502E ( CYP2E1) kemungkinan adalah gen kerentanan terhadap Ca
Nasofaring, mereka berkaitan dengan timbulnya sebagian besar Ca Nasofaring . Penelitian
menunjukkan bahwa kromosom pasien Ca Nasofaring menunjukkan ketidakstabilan, sehingga
lebih rentan terhadap serangan berbagai faktor berbahaya dari lingkungan dan timbul penyakit.
1. Virus EB (Eipstein-Barr)
Metode imunologi membuktikan virus EB membawa antigen yang spesifik seperti antigen
kapsid virus ( VCA ), antigen membran ( MA ), antigen dini ( EA), antigen nuklir ( EBNA ) , dll.
Virus EB memiliki kaitan erat dengan Ca Nasofaring , alasannya adalah :
Ada beberapa mediator yang dianggap berpengaruh untuk timbulnya karsinoma nasofaring ialah:
1. Zat Nitrosamin.
Didalam ikan asin terdapat nitrosamin yang ternyata merupakan mediator penting. Nitrosamin
juga ditemukan dalam ikan atau makanan yang diawetkan di Greenland juga pada ” Quadid ”
yaitu daging kambing yang dikeringkan di Tunisia, dan sayuran yang difermentasi (asinan) serta
taoco di Cina.
Dikatakan bahwa udara yang penuh asap di rumah-rumah yang kurang baik ventilasinya di Cina,
Indonesia dan Kenya, meningkatkan jumlah kasus KNF. Di Hongkong, pembakaran dupa rumah-
rumah juga dianggap berperan dalam menimbulkan KNF.
Kejadian KNF lebih tinggi ditemukan pada keturunan Mongoloid dibandingkan ras lainnya.Di
Asia terbanyak adalah bangsa Cina, baik yang negara asalnya maupun yang perantauan.Ras
Melayu yaitu Malaysia dan Indonesia termasuk yang banyak terkena.
Dianggap dengan adanya peradangan, mukosa nasofaring menjadi lebih rentan terhadap
karsinogen lingkungan.
6. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan juga berperan penting. Penelitian akhir-akhir ini menemukan zat berikut
berkaitan dengan timbulnya Ca Nasofaring :
2.5 Patofisiologi
Sudah hampir dipastikan ca.nasofaring disebabkan oleh virus eipstein barr. Hal ini dapat
dibuktikan dengan dijumpai adanya protein-protein laten pada penderita ca. nasofaring. Sel yang
terinfeksi oleh EBV akan menghasilkan protein tertentu yang berfungsi untuk proses proliferasi
dan mempertahankan kelangsungan virus didalam sel host. Protein tersebut dapat digunakan
sebagai tanda adanya EBV, seperti EBNA-1 dan LMP-1, LMP-2A dan LMP-2B. EBNA-1 adalah
protein nuclear yang berperan dalam mempertahankan genom virus. EBV tersebut mampu aktif
dikarenakan konsumsi ikan asin yang berlebih serta pemaparan zat-zat karsinogen yang
menyebabkan stimulasi pembelahan sel abnormal yang tidak terkontrol, sehingga terjadi
differensiasi dan proliferasi protein laten (EBNA-1). Hal inilah yang memicu pertumbuhan sel
kanker pada nasofaring, dalam hal ini terutama pada fossa Rossenmuller.
Prognosis
Prognosis karsinoma nasofaring secara umum tergantung pada pertumbuhan lokal dan
metastasenya.Karsinoma skuamosa berkeratinasi cenderung lebih agresif daripada yang non
keratinasi dan tidak berdiferensiasi, walau metastase limfatik dan hematogen lebih sering pada
ke-2 tipe yang disebutkan terakhir.Prognosis buruk bila dijumpai limfadenopati, stadium lanjut,
tipe histologik karsinoma skuamus berkeratinasi. Prognosis juga diperburuk oleh beberapa faktor
seperti stadium yang lebih lanjut,usia lebih dari 40 tahun, laki-laki dari pada perempuan dan ras
Cina daripada ras kulit putih (Arima, 2006) .
Penatalaksanaan
Untuk penyakit tumor nasofaring, ada beberapa terapi yang perlu dilakukan untuk mendukung
pemulihan kondisi pasien diantaranya:
Radioterapi
Sampai saat ini radioterapi masih memegang peranan penting dalam penatalaksanaan
KNF.Modalitas utama untuk KNF adalah radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi.
Radioterapi adalah metode pengobatan penyakit maligna dengan menggunakan sinar peng-ion,
bertujuan untuk mematikan sel-sel tumor sebanyak mungkin dan memelihara jaringan sehat
disekitar tumor agar tidak menderita kerusakan terlalu berat. Karsinoma nasofaring bersifat
radioresponsif sehingga radioterapi tetap merupakan terapi terpenting. Jumlah radiasi untuk
keberhasilan melakukan radioterapi adalah 5.000 sampai 7.000 cGy. Dosis radiasi pada
limfonodi leher tergantung pada ukuran sebelum kemoterapi diberikan. Pada limfonodi yang
tidak teraba diberikan radiasi sebesar 5000 cGy, <2 cm diberikan 6600 cGy, antara 2-4 cm
diberikan 7000 cGy dan bila lebih dari 4 cm diberikan dosis 7380 cGy, diberikan dalam 41 fraksi
5,5 minggu
Hasil pengobatan yang dinyatakan dalam angka respons terhadap penyinaran sangat tergantung
pada stadium tumor. Makin lanjut stadium tumor, makin berkurang responsnya.Untuk stadium I
dan II, diperoleh respons komplit 80% – 100% dengan terapi radiasi.Sedangkan stadium III dan
IV, ditemukan angka kegagalan respons lokal dan metastasis jauh yang tinggi, yaitu 50% –
80%.Angka ketahanan hidup penderita KNF dipengaruhi beberapa factor diantaranya yang
terpenting adalah stadium penyakit.
Setelah diberikan radiasi, maka dilakukan evaluasi berupa respon terhadap radiasi. Respon
dinilai dari pengecilan tumor primer di nasofaring. Penilaian respon radiasi berdasarkan criteria
WHO, antara lain:
Secara definisi kemoterapi adalah segolongan obat-obatan yang dapat menghambat pertumbuhan
kanker atau bahkan membunuh sel kanker. Obat-obat anti kanker dapat digunakan sebagian
terapi tunggal (active single agents), tetapi pada umumnya berupa kombinasi karena dapat lebih
meningkatkan potensi sitotoksik terhadap sel kanker. Selain itu sel-sel yang resisten terhadap
salah satu obat mungkin sensitive terhadap obat lainnya. Dosis obat sitostatika dapat dikurangi
sehingga efek samping menurun.
Beberapa regimen kemoterapi yang antara lain cisplatin, 5-Fluorouracil, methotrexate, paclitaxel
dan docetaxel. Tujuan kemoterapi untuk menyembuhkan pasien dari penyakit tumor ganas.
Kemoterapi bisa digunakan untuk mengatasi tumor secara lokal dan juga untuk mengatasi sel
tumor apabila ada metastasis jauh.Pemberian kemoterapi terbagi dalam 3 kategori :
1. Kemoterapi adjuvan
Pemberian kemoterapi adjuvant yang dimaksud adalah pemberian sitostatika lebih awal yang
dilanjutkan pemberian radiasi. Maksud dan tujuan pemberian kemoterapi neoadjuvan untuk
mengecilkan tumor yang sensitif sehingga setelah tumor mengecil akan lebih mudah ditangani
dengan radiasi.
Kemoterapi neoadjuvan telah banyak dipakai dalam penatalaksanaan kanker kepala dan leher.
Alasan utama penggunaan kemoterapi neoadjuvan pada awal perjalanan penyakit adalah untuk
menurunkan beban sel tumor sistemik pada saat terdapat sel tumor yang resisten.Vaskularisasi
intak sehingga perjalanan ke daerah tumor lebih baik. Terapi bedah dan radioterapi sepertinya
akan memberi hasil yang lebih baik jika diberikan pada tumor berukuran lebih kecil.
3. Kemoterapi concurrent
Kemoterapi diberikan bersamaan dengan radiasi. Umumnya dosis kemoterapi yang diberikan
lebih rendah. Biasanya sebagai radiosensitizer. Kemoterapi sebagai terapi tambahan pada KNF
ternyata dapat meningkatkan hasil terapi terutama pada stadium lanjut atau pada keadaan relaps.
Hasil penelitian menggunakan kombinasi cisplatin radioterapi pada kanker kepala dan leher
termasuk KNF, menunjukkan hasil yang memuaskan. Cisplatin dapat bertindak sebagai agen
sitotoksik dan radiation sensitizer. Jadwal optimal cisplatin masih belum dapat dipastikan,
namun pemakaian sehari-hari dengan dosis rendah, pemakaian 1 kali seminggu dengan dosis
menengah, atau 1 kali 3 minggu dengan dosis tinggi telah banyak digunakan.
Operasi
Tindakan operasi pada penderita KNF berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi.
Disekresi leher dilakukan jika masih terdapat sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya
kekambuhan kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih yang
dibuktikan melalui pemeriksaan radiologi. Nasofaringektomi merupakan suatu operasi paliatif
yang dilakukan pada kasus-kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak
berhasil diterapi dengan cara lain.
Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari KNF adalah EBV, maka pada penderita
karsinoma nasofaring dapat diberikan imunoterapi.
Perawatan paliatif
Hal-hal yang perlu perhatian setelah pengobatan radiasi.Mulut terasa kering disebabkan oleh
kerusakan kelenjar liur mayor maupun minor sewaktu penyinaran. Gangguan lain adalah
mukositis rongga mulut karena jamur, rasa kaku didaerah leher karena fibrosis jaringan akibat
penyinaran, sakit kepala, kehilangan nafsu makan dan kadang-kadang muntah atau rasa mual.
Perawatan paliatif diindikasikan langsung untuk mengurangi rasa nyeri, mengontrol gejala dan
memperpanjang usia.
Pencegahan
Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah dengan risiko tinggi.
Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah serta mengubah cara memasak makanan untuk
mencegah kesan buruk yang timbul dari bahan-bahan yang berbahaya. Penyuluhan mengenai
lingkungan hidup yang tidak sehat, meningkatkan keadaan sosial-ekonomi dan berbagai hal yang
berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab.Akhir sekali, melakukan tes
serologik IgA-anti VCA dan IgA anti EA bermanfaat dalam menemukan karsinoma nasofaring
lebih dini (Tirtaamijaya, 2009).
Bab 3. Pathways
4.1 Pengkajian
1. Nama
1. Jenis Kelamin
Penyakit tumor nasofaring ini lebih banyak di derita oleh laki-laki daripada perempuan.
1. Usia
Tumor nasofaring dapat terjadi pada semua usia dan usia terbanyak antara 45-54 tahun.
1. Alamat
Lingkungan tempat tinggal dengan udara yang penuh asap dengan ventilasi rumah yang kurang
baik akan meningkatkan resiko terjadinya tumor nasofaring serta lingkungan yang sering
terpajan oleh gas kimia, asap industry, asap kayu, dan beberapa ekstrak tumbuh-tumbuhan.
1. Agama
1. Suku Bangsa
Karsinoma nasofaring jarang sekali ditemukan di benua Eropa, Amerika, ataupun Oseania,
insidennya umumnya kurang dari 1/100.000 penduduk.Insiden di beberapa negara Afrika agak
tinggi, sekitar 5-10/100.000 penduduk.Namun relatif sering ditemukan di berbagai Asia Tenggara
dan China. Di RRC, walaupun karsinoma nasofaring jauh lebih sering ditemukan daripada
berbagai daerah lain di dunia, mortalitas rata-rata nasional hanya 1,88/100.000, pada pria
2,49/100.000, dan pada wanita 1,27/100.000. Sebesar 2% dari kasus.karsinoma nasofaring
adalah penderita anak dan di Guangzhou ditemukan 1% karsinoma nasofaring dibawah 14 tahun.
Pada penelitian yang dilakukan di
medan (2008), kelompok umur penderita karsinoma nasofaring terbanyak adalah 50-59 tahun
(29,1%). Umur penderita yang paling muda adalah 21- tahun dan yang paling tua 77 tahun. Rata-
rata umur penderita pada penelitian ini adalah 48,8 tahun.
1. Pekerjaan
Seseorang yang bekerja di pabrik industry akan beresiko terkena tumor nasofaring, karena akan
sering terpajan gas kimia, asap industry, dan asap kayu.
1. Diagnosa Medis
1. Keluhan Utama
Biasanya di dapatkan adanya keluhan suara agak serak, kemampuan menelan terjadi penurunan
dan terasa sakit waktu menelan atau nyeri dan rasa terbakar dalam tenggorok.Pasien mengeluh
rasa penuh di telinga, rasa berdengung kadang-kadang disertai dengan gangguan
pendengaran.Terjadi pendarahan dihidung yang terjadi berulang-ulang, berjumlah sedikit dan
bercampur dengan ingus, sehingga berwarna kemerahan.
Merupakan informasi sejak timbulnya keluhan sampai klien dirawat di RS. Menggambarkan
keluhan utama klien, kaji tentang proses perjalanan penyakit samapi timbulnya keluhan, faktor
apa saja memperberat dan meringankan keluhan dan bagaimana cara klien menggambarkan apa
yang dirasakan, daerah terasanya keluhan, semua dijabarkan dalam bentuk PQRST. Penderita
tumor nasofaring ini menunjukkan tanda dan gejala telinga kiri terasa buntu hingga peradangan
dan nyeri, timbul benjolan di daerah samping leher di bawah daun telinga, gangguan
pendengaran, perdarahan hidung, dan bisa juga menimbulkan komplikasi apabila terjadi dalam
tahap yang lebih lanjut
Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada hubungannya dengan
penyait keturunan dan kebiasaan atau gaya hidup.
Kaji apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit tumor nasofaring maka akan
meningkatkan resiko seseorang untuk terjangkit tumor nasofaring pula.
1. Sistem Penglihatan
Pada penderita karsinoma nasofaring terdapat posisi bola mata klien simetris, kelompak mata
klien normal, pergerakan bola mata klien normal namun konjungtiva klien anemis, kornea
normal, sclera anikterik, pupil mata klien isokor, otot mata klien tidak ada kelainan, namun
fungsi penglihatan kabur, tanda-tanda radang tidak ada, reaksi terhadap cahaya baik (+/+). Hal
ini terjadi karena pada karsinoma nasofaring, hanya bagian tertentu yang mengalami beberapa
gejala yang tidak normal seperti konjungtiva klien yang anemis disebabkan klien memiliki
kekurangan nutrisi dan fungsi penglihatan kabur.
1. Sistem pendengaran
Pada penderita karsinoma nasofaring, daun telinga kiri dan kanan pasien normal dan simetris,
terdapat cairan pada rongga telinga, ada nyeri tekan pada telinga. Hal ini terjadi akibat adanya
nyeri saat menelan makanan oleh pasien dengan tumor nasofaring sehingga terdengar suara
berdengung pada telinga.
1. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih tidak ada sumbatan, klien tampak sesak, tidak menggunakan otot bantu nafas
dengan frekuensi pernafasan 26 x/ menit, irama nafas klien teratur, jenis pernafasan spontan,
nafas dalam, klien mengalami batuk produktif dengan sputum kental berwarna kuning, tidak
terdapat darah, palpasi dada klien simetris, perkusi dada bunyi sonor, suara nafas klien ronkhi,
namun tidak mengalami nyeri dada dan menggunakan alat bantu nafas. Pada sistem ini akan
sangat terganggu karena akan mempengaruhi pernafasan, jika dalam jalan nafas terdapat sputum
maka pasien akan kesulitan dalam bernafas yang bisa mengakibatkan pasien mengalami sesak
nafas. Gangguan lain muncul seperti ronkhi karena suara nafas ini menandakan adanya gangguan
pada saat ekspirasi.
1. Sistem kardiovaskular
Pada sirkulasi perifer kecepatan nadi perifer klien 82 x/menit dengan irama teratur, tidak
mengalami distensi vena jugularis, temperature kulit hangat suhu tubuh klien 360C, warna kulit
tidak pucat, pengisian kapiler 2 detik, dan tidak ada edema. Sedangkan pada sirkulasi jantung,
kecepatan denyut apical 82 x/ menit dengan irama teratur tidak ada kelainan bunyi jantung dan
tidak ada nyeri dada. Tumor nasofaring tidak menyerang peredaran darah pasien sehingga tidak
akan mengganggu peredaran darah tersebut.
Tidak ada keluhan sakit kepala, migran atau pertigo, tingkat kesadaran pasien kompos mentis
dengan Glasgow Coma Scale (GCS) E: 4, M: 6, V: 5. Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK,
tidak ada gangguan sitem persyarafan dan pada pemeriksaan refleks fisiologis klien normal.
Tumor nasofaring juga bisa menyerang saraf otak karena ada lubang penghubung di rongga
tengkorak yang bisa menyebabkan beberapa gangguan pada beberapa saraf otak. Jika terdapat
gangguan pada otak tersebut maka pasien akan memiliki prognosis yang buruk.
1. Sistem pencernaan
Keadaan mulut klien saat ini gigi caries, tidak ada stomatitis lidah klien tidak kotor, saliva
normal, tidak muntah, tidak ada nyeri perut, tidak ada diare, konsistensi feses lunak, bising usus
klien 8 x/menit, tidak terjadi konstipasi, hepar tidak teraba, abdomen lembek. Tumor tidak
menyerang di saluran pencernaan sehingga tidak ada gangguan dalam sistem percernaan pasien.
1. Sistem endoktrin
Pada klien tidak ada pembesaran kalenjar tiroid, nafas klien tidak berbau keton, dan tidak ada
luka ganggren. Hal ini terjadi karena tumor nasofaring tidak menyerang kalenjar tiroid pasien
sehingga tidak menganggu kerja sistem endoktrin.
1. Sistem urogenital
Balance cairan klien dengan intake 1300 ml, output 500 ml, tidak ada perubahan pola kemih
(retensi urgency, disuria, tidak lampias, nokturia, inkontinensia, anunia), warna BAK klien
kuning jernih, tidak ada distensi kandung kemih, tidak ada keluhan sakit pinggang. Tumor
nasofaring tidak sampai melebar sampai daerah urogenital sehingga tidak mengganggu sistem
tersebut.
1. Sistem integumen
Turgor kulit klien elastic, temperature kulit klien hangat, warna kulit pucat, keadaan kulit baik,
tidak ada luka, kelainan kulit tidak ada, kondisi kulit daerah pemasangan infuse baik, tekstur
kulit baik, kebersihan rambut bersih. Warna pucat yang terlihat pada pasien menunjukkan adanya
sumbatan yang ada di dalam tenggorokan sehingga pasien terlihat pucat.
1. Sistem musculoskeletal
Saat ini klien tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang, sendi dan kulit
serta tidak ada fraktur. Tidak ada kelainan pada bentuk tulang sendi dan tidak ada kelainan
struktur tulang belakang, dan keadaan otot baik. Pada tumor ini tidak menyerang otot rangka
sehingga tidak ada kelainan yang mengganggu sistem musculoskeletal.
Perhatikan pemeriksaan kelenjar limfe rantai jugularis interna, rantai nervus aksesorius dan
rantai arteri vena transversalis koli apakah terdapat pembesaran (Desen, 2008).
1. pemeriksaan nasofaring
Nasofaring diperiksa dengan cara rinoskopi posterior, dengan atau tanpa menggunakan kateter
(American Cancer Society, dan Soetjipto, 1989).
Nasofaringoskopi indirek menggunakan kaca dan lampu khusus untuk menilai nasofaring dan
area yang dekat sekitarnya.Pada pasien dewasa yang tidak sensitif, pemeriksaan ini dapat
dilakukan. Tumor yang tumbuh eksofitik dan sudah agak besar akan dapat tampak dengan
mudah.
Ditujukan pada kecurigaan paralisis otot mata, kelompok otot kunyah dan lidah kadang perlu
diperiksa berulang kali barulah ditemukan hasil positif (Desen, 2008).
1. CT Scan
1. X-ray dada
Jika pasien telah didiagnosa karsinoma nasofaring, foto polos x-ray dada mungkin dilakukan
untuk menilai penyebaran kanker ke paru (American Cancer Society, 2011 dan Soetjipto, 1989).
MRI memiliki resolusi yang baik terhadap jaringan lunak, dapat serentak membuat potongan
melintang, sagital koronal, sehingga lebih baik dari CT. MRI selain dengan jelas memperlihatkan
lapisan struktur nasofaring dan luas lesi, juga dapat secara lebih dini menunjukkan infiltrasi ke
tulang. Dalam membedakan antara pasca fibrosis pasca radioterapi dan rekurensi tumor, MRI
juga lebih bermanfaat (Desen, 2008 dan American Cancer Society, 2011) .
1. Foto Thoraks
Untuk memastikan adanya destruksi pada tulang dasar tengkorak serta adanya metastasis jauh
(Soetjipto, 1989).
1. Biopsi
Penghapusan sel atau jaringan sehingga dapat dilihat dibawah mikroskop oleh patologi untuk
memastikan tanda-tanda kanker. Biopsi nasofaring dapat dilakukan dengan 2 cara dari hidung
atau dari mulut. Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jelas tumornya (blind biopsy).
Cunam biopsi dimasukkan melalui rongga hidung menyulusuri konka media ke nasofaring
kemudian cunam diarahkan ke lateral dan dilakukan biopsi. Biopsi melalui mulut dengan
memakai bantuan kateter nelaton yang dimasukkan melalui hidung dan ujung keteter yang
berada dalam mulut ditarik keluar dan diklem bersama-sama ujung keteter yang di
hidung.Demikian juga dengan keteter yang dihidung disebelahnya, sehingga palatum mole
tertarik ke atas.Kemudian dengan kaca laring dilihat daerah nasofaring. Biopsi dilakukan dengan
melihat tumor melalui kaca tersebut atau memakai nasofaringoskop yang dimasukkan melalui
mulut, massa tumor akan terlihat lebih jelas. Biopsi tumor nasofaring umumnya dilakukan
dengan anestesi topikal dengan xylocain 10%.
1. Pemeriksaan darah
Analisa data
Kesulitan bernafas
tumor
DS: -DO: 1. Adanya Gangguan menelan
perilaku ekspresif dari nyeri akut
Nyeri akut
pasien2. Kesulitan penekanan syaraf
beraktivitas3. sianosis tumor
DS: -DO: 1. Penurunan Penurunan berat badan Ketidakseimbangan nutrisi
berat badan pasien2. pasien kurang dari kebutuhan
kesulitan menelan tubuh
makanan3. pasien tampak
lemah
Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Anoreksia
infeksi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan lendir yang ditandai
dengan terdengarnya suara ronchi
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan nafas oleh tumor yang
ditandai dengan cuping hidung positif
3. Nyeri akut berhubungan dengan penekanan jaringan saraf oleh tumor yang ditandai
dengan adanya perilaku ekspresif
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia
yang ditandai dengan penurunan berat badan.
4.4 Evaluasi
Diagnosa
Tujuan Tindakan Evaluasi
Keperawatan
Bersihan jalan nafas S: pasien mengatakan; “saya
tidak efektif Mengajarkan merasa lebih nyaman dengan
berhubungan dengan Jalan nafas batuk efektif posisi ini sus.”O: pasien
penumpukan lendir menjadi bersih dan terlihat lebih tenang dan
yang ditandai dengan dan efektif memposisikan bernafas normalA: masalah
terdengarnya suara semi fowler teratasi sebagianP: lanjutkan
ronchi intervensi
Pola nafas tidak
S: pasien mengatakan bahwa
efektif berhubungan
Mengajarkan rasa sesaknya mulai
dengan penyempitan
Pola nafas pasien nafas berkurangO: pasien nampak
jalan nafas oleh
kembali efektif dalam dan lebih tenangA: masalah
tumor yang ditandai
tehnik relaksasi teratasi sebagianP: lanjutkan
dengan cuping
intervensi
hidung positif
Nyeri akut S: pasien mengatakan
berhubungan dengan nyerinya berkurangO:
Pasien
penekanan jaringan ekspresi pasien nampak lebih
menunjukkan
saraf oleh tumor yang Guided imagery tenang, tidak gelisah dan
tingkat
ditandai dengan tidak meringis kesakitanA:
kenyamanan
adanya perilaku masalah teratasi sebagianP:
ekspresif lanjutkan intervensi
Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari Memberikan
S: pasien mengatakan nafsu
kebutuhan tubuh makanan yang
makannya mulai
berhubungan dengan Intake nutrisi disukai pasien
meningkatO: berat badan
anoreksia yang adekuat dengan porsi
pasien meningkatA: masalah
ditandai dengan sedikit tapi
teratasiP: hentikan intervensi
penurunan berat sering
badan
BAB 5. PENUTUP
1. Kesimpulan
Tumor nasofaring merupakan tumor ganas nomor satu yang mematikan dan menempati urutan
ke sepuluh dari seluruh tumor ganas di tubuh. Banyak faktor yang di duga berhubungan dengan
tumor nasofaring, yaitu: adanya infeksi EBV, faktor lingkungan, dan genetik. Tumor nasofaing
banyak ditemukan di Indonesia.Pada stadium dini yang diberikan adalah penyinaran dan hasilnya
baik.
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Arima,Aria,C, 2006. Paralisis Saraf Kranial Multipel pada Karsinoma Nasofaring. [diakses
melalui http://library.usu.ac.id/download/fk/ D0400193.pdf pada 17 Oktober 2014]
p.1.
Fuda Cancer Hospital Guangzhou,2002. Nasopharynx Carcinoma Therapy After The Failure of
Coventional Therapy. China: Fuda Cancer Hospital Guangzhou. [diakses melalui http://
www.orienttumor.com/id/Kanker_ nasofaring. htm. pada17 Oktober 2014]
Herawati, Sri & Rukmini, Sri. 2004. Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan
Untuk Mahasiswa Fakultar Kedokteran gigi. Jakarta: EGC
Judith, M. Wilkinson. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan
Kreteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
National Cancer Institute, 2013. Nasopharyngeal Cancer Treatment. [diakses pada 30 Oktober
2014 melalui http://www.cancer.gov/cancertopics/pdq/treatment/nasopharyngeal/Patient/page2].
Roezin & Anida. 2007. Karsinoma Nasofaring Dalam:Buku Ajar Telinga Hidung,Tenggorok
Kepala Dan Leher.Edisi 6. Jakarta: FKUI