Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH KONSUMSI MADU TERHADAP DERAJAT

KEASAMAN (pH) SALIVA ANAK SEKOLAH


DI SD NEGERI 1 WULUNG
Dwi Septianto *), Rosalina, S.Kp.,M.Kes **), Puji Purwaningsih, S.Kep., Ns **)

1) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran


2) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

ABSTRAK
Saliva adalah cairan mulut yang dikeluarkan oleh kelenjar ludah. Saliva berperan dalam
mencegah penyakit gigi dan mulut salah satu hal yang harus di perhatikan adalah derajat keasaman (pH)
saliva. pada pH normal saliva berfungsi mengurangi pertumbuhan bakteri, membantu pertumbuhan sel
kulit epitel, mengurangi akumulasi plak dan mengaktifkan kerja enzim. Salah satu tindakan
mempertahankan pH saliva yaitu dengan menggunakan madu. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa
pengaruh konsumsi madu terhadap derajat keasaman (pH) saliva anak sekolah di SD Negeri 1 Wulung.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan rancangan eksperimen semu jenis
rancangan Non Equivalent Control Group. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling. Sampel yang digunakan adalah siswa kelas 5 SD Negeri 1 Wulung sebanyak 17 orang untuk
kelompok intervensi dan 17 orang kelompok kontrol. Alat ukur yang digunakan yaitu pH meter merek
ATC tipe 108. Analisa menggunakan uji statistik t-test dependent dan t-test independent.
Hasil penelitian ini menunjukan ada pengaruh konsumsi madu terhadap pH saliva yang
ditunjukan dengan hasil uji perbandingan dua kelompok yaitu p=0.000 atau p< 0,05. Diharapkan setelah
penelitian ini konsumsi madu dapat digunakan sebagai keperawatan komplementer untuk menjaga
kesehatan gigi dan mulut.

Kata Kunci : Saliva, Madu. Anak sekolah

Pengaruh Konsumsi Madu Terhadap Derajat Keasaman (pH) Saliva Anak Sekolah 15
di SD Negeri 1 Wulung
Dwi Septianto, Rosalina, Puji Purwaningsih
PENDAHULUAN Randublatung, Blora didapatkan hasil dari
Masalah gigi dan mulut merupakan siswa kelas 5 keseluruhan siswa pernah
masalah kesehatan di Indonesia yang belum mengkonsumsi madu. Seluruh siswa
bisa ditangani. Hal ini terbukti berdasarkan mengatakan suka madu karena rasanya
survey dari DEPKES RI (2011) yang yang manis. 90% siswa mengatakan jarang
menyebutkan bahwa angka kejadian mengkonsumsi madu setiap hari. Lebih dari
penyakit gigi dan mulut di Indonesia masih 80% tidak mengerti tentang perawatan gigi
tinggi yaitu 63% menderita kerusakan gigi dan mulut. Mereka tidak pernah menggosok
aktif. Hal ini menunjukan bahwa masalah gigi setelah makan dan suka makanan yang
kesehatan mulut dan gigi masih dominan di manis seperti permen selain itu sebagian
negara kita. Maka perlu dilakukan besar makanan pokok sehar-hari yang
perawatan sejak dini.Hal ini dapat dijaga dikonsumsi mereka adalah nasi. dari
salah satunya yaitu dengan keseluruhan siswa yang ada dikelas 5
mempertahankan derajat keasaman (pH) keseluruhan mengatakan tidak pernah
saliva (Endang, 2012). diajarkan tentang merawat gigi dan mulut
Saliva merupakan cairan mulut yang dengan menggunakan madu
dikeluarkan oleh kelenjar ludah dikeluarkan
di dalam rongga mulut dan disebarkan dari METODE
peredaran darah. Derajat keasaman (pH) Penelitian ini menggunakan
saliva menentukan agregasi bakteri yang pendekatan kuantitatif, metode yang
merintangi kolonisasi mikroorgaisme dan digunakan dalam penelitian ini adalah
mengaktifkan anti bakterial sehingga eksperimen semu (quasi eksperiment). Jenis
menghalangi pertumbuhan bakteri dan desain dalam penelitian ini berbentuk
mencegah akumulasi plak. Derajat desain non equivalent (pretest dan posttest)
keasaman (pH) saliva juga berperan dalam control group design.
mengaktifkan enzim seperti α-amilase, Populasi yang digunakan adalah Siswa
lisozim, dan lingual lipase dimana enzim SD Negeri 1 Wulung yang berjumlah 240
tersebut akan bekerja secara optimal pada orang. Data ini diambil dari Kepala SD
derajat asam (pH) 7,4 yaitu pada keadaan Negeri wulung 1 pada saat studi
basa. Derajat asam (pH) normal saliva pada pendahuluan tahun 2012. Tehnik sampling
antara 6,8-7,8 , namun pada umumnya yang digunakan pada penelitian ini adalah
dalam keadaan istirahat derajat asam (pH) purposive sampling. Jumlah sampel 17
saliva adalah 6,8 . Derajat keasaman (pH) responden untuk kelompok kontrol maupun
saliva ini dapat diukur dengan kertas kelompok intervensi, sehingga total seluruh
lakmus dan pH strip (Amerongen, 1991). sampel adalah sejumlah 34 orang.
Salah satu tindakan non farmakologi
yaitu dengan mengkonsumsi madu setelah HASIL
makan. Madu memiliki kadar mineral yang Tabel. 1
terkandung di dalamnya. Beberapa Gambaran derajat keasaman (pH) saliva
kandungan mineral dalam madu adalah sebelum dan sesudah diberikan
belerang, kalsium, tembaga, mangan, zat konsumsi madu pada siswa SD Negeri 1
besi, fosfor, klor, kalium, magnesium, Wulung
yodium, seng, silikon, natrium, molibdenum N Rerata
dan almunium. Senyawa tersebut
merupakan golongan logam alkali (Sakri, Nilai pH sebelum pada 17 6.86
2012). Madu mengandung zat antibiotik kelompok intervensi
yang berguna untuk mengalahkan kuman Nilai pH setelah pada 17 7.31
patogen penyebab penyakit infeksi. Madu kelompok intervensi
menghasilkan inhibine yang merupakan
antiseptik luar biasapenyakit ( Rosita, Berdasarkan tabel terlihat nilai derajat
2007). keasaman (pH) saliva pada kelompok
Dari hasil studi pendahuluan yang intervensi sebelum dan setelah diberikan
dilakukan pada SD Negeri Wulung 1 perlakuan . Nilai yang ditunjukan pada pH

16 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 15-19


meter menggunakan satu angka di belakang nilai sig =0.82(lihat lampiran), yang berarti
koma, maka nilai yang dihitung dibulatkan. nilai p >0.05 maka varian data dari kedua
Klien sebanyak 17 orang pada tiap masing- kelompok adalah sama. Pada baris Equal
masing kelompok. Nilai rata-rata (mean) varians assumet terlihat significancy 0.000
yaitu 6.86, dengan nilai tengah (median) dengan perbedaan rerata sebesar 1.28, nilai
yaitu 6.8, simpangan baku 0.1,nilai IK 95% yaitu 1.14-1.42, t hitung 18.46 (t-
minimum 6.7 dan maksimum 7.1. Pada tabel 2.04). Karena nilai p <0.05 dan t-
kelompok intervensi setelah diberikan hitung >t-tabel maka dapat disimpulkan
konsumsi madu nilai rata-rata (mean) 7.3, terdapat perbedaan rerata yang bermakna
nilai tengah (median) 7.3, simpangan baku antara 2 variabel tidak berpasangan, yang
0.1, nilai minimum 7.1 dan nilai maksimum berarti “Ada pengaruh konsumsi madu
7.5. terhadap derajat keasaman (pH) saliva di
Tabel. 2 SD Negeri 1 Wulung”.
Perbedaan derajat keasaman (pH) saliva
pada kelompok perlakuan sebelum dan PEMBAHASAN
sesudah konsumsi madu pada Siswa SD Madu memiliki kandungan unsur alkali
Negeri 1 Wulung yang terdapat dalam madu maka akan
terjadi prosess buffer dalam saliva dan
N rerata±sd Perbedaan P membuat saliva menjadi basa sehingga
rerata±sd mencegah terjadinya akumulasi plak.
pH saliva 17 6.86±0.13 0.45±0.17 0.000
sebelum
Konsumsi madu setelah mengkonsumsi
intervensi karbohidrat akan mencegah fermentasi
pH saliva 17 7.31±0.12 pembentukan asam polisakarida oleh
setelah bakteri patogen sehingga dapat
intervensi mempertahankan derajat keasaman (pH)
saliva dalam keadaan basa. (Siregar, 2012)
Dari sample sebesar 17 diketahui Madu terdapat senyawa sejenis enzim
rerata pH saliva sebelum perlakuan yaitu lisozim yaitu senyawa inhibine. Senyawa
6.86 (sd 0.13),setelah perlakuan 7.31(sd ini akan mengurangi bakteri yang ada
0.12), perbedaan rerata 0.45(sd 0.16), t didalam mulut, sehingga pertumbuhan
hitung 10.99,t tabel df 16 (2.12) dan p value bakteri yang ada pada mulut akan lebih
0.000(α=0.05), maka dapat di simpulkan terkontrol. Setelah pertumbuhan bakteri
bahwa terdapat perbedaan antara pH dalam mulut ini dapat di kendalikan, maka
sebelum dan sesudah pada kelompok produksi asam didalam mulut dari sisa-sisa
intervensi. makanan akan dapat dikurangi atau
dihentikan (siregar, 2012)
Tabel.3 Madu mempunyai beberapa
Pengaruh konsumsi madu terhadap kandungan mineral yang ada di dalamnya
derajat keasaman (pH) saliva antara lain belerang, kalsium, tembaga,
di SD Negeri 1 Wulung mangan, zat besi, fosfor, klor, kalium,
magnesium, yodium, seng, silikon, natrium,
N rerata±sd P molibdenum dan almunium. Senyawa
tersebut merupakan golongan logam alkali
pH saliva 17 7.31±0.12 0.000 (Sakri, 2012). Logam alkali yang
sebelum terkandung dalam madu akan melakukan
intervensi proses buffer (penyangga) dengan saliva.
pH saliva 17 6.02±0.26 Madu kaya akan mineral diantaranya Na,
setelah Mg, Fe,dll. Menurut Purba (2006), bahwa
intervensi senyawa tersebut termasuk logam alakali
yang membawa sifat basa, sehingga
Dari data yang telah diolah maka keadaan asam oleh bakteri dapat teratasi
langkah selanjutnya yaitu melakukan uji dengan adanya proses buffer. Sesuai
persamaan varian. Pada kotak levene’s test, manfaat mengkonsumsi madu yaitu pH

Pengaruh Konsumsi Madu Terhadap Derajat Keasaman (pH) Saliva Anak Sekolah 17
di SD Negeri 1 Wulung
Dwi Septianto, Rosalina, Puji Purwaningsih
saliva setelah makan dapat meningkat sekolah, khususnya siswa di SD Negeri 1
karena kandungan madu membawa sifat Wulung. diharapkan dapat menggunakan
basa (Sakri ,2012) madu sebagai alat perlindungan dan
Madu juga membantu remineralisasai pencegah penyakit gigi dan mulut.
dengan membantu pengeluaran saliva
karena rasanya yang manis. Diketahui DAFTAR PUSTAKA
bahwa produksi saliva akan bertambah
salah satu penyebabnya karena adanya Achmadi dan Narbuko.2002.Metode
suatu rangsangan rasa. Bertambahnya Penelitian.Jakarta: Bumi Aksara
pengeluaran saliva akan membantu Amerongen, A. Van Nieuw, 1991, Ludah
pembersihan mekanis sisa makanan pada dan Kelenjar Ludah Arti Bagi
gigi dan (Amerongen 1991). Kesehatan Gigi. Gajah Mada
Konsumsi air saja dianggap tidak dapat University Press. Yogyakarta
mempertahankan derajat keasaman (pH) Apriyani, 2009. Pengaruh Madu Terhadap
saliva. Diet kaya karbohidrat ini akan pH saliva Anak Usia Sekolah SD
menghasilkan zat gula hasil dari negeri geneng 03 batealit jepara.
pengunyahan yang terjadi di dalam mulut Tahun 2009, Jurusan Kesehatan
dengan dibantu oleh kerja enzim. Sisa-sisa Gigi Semarang
dari makanan yang telah dikunyah didalam Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
mulut ini diikat oleh bakteri, sehingga Penelitian Suatu Pendekatan
produksi asam akan terjadi secara terus Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
menerus. Sisa-sisa makanan ini berbentuk Aziz,Alimul H.2003.Riset Keperawatan &
senyawa polisakarida yang diikat oleh teknik Penulusan Ilmiah.Edisi 3.
bakteri dan tertempel pada leher gigi, tepi Jakarta: Salemba Medika
gusi, dan diantara gigi satu dengan yang Burt, B. A. 2006. The Use of Sorbitol and
lain. Sisa makanan ini tidak dapat hilang Xylitol-Sweetened Chewing Gum in
bila mengkonsumsi atau berkumur dengan Caries Control. JADA Vol-7.
air biasa. Pada keadaan ini maka bakteri American Dental Assosiation. Hal
akan secara terus menerus memproduksi 190-196
asam meskipun telah terjadi upaya Endang, Sariningsih. 2012. Merawat Gigi
pengemblian pH oleh saliva itu sendiri, Sjak Usia Dini. Jakarta: Kompas
sehingga apabila hal tersebut tidak Gramedia
dilakukan penatalaksanaan maka akan Ghofur,A. 2012. Buku Pintar Kesehatan
menyebabkan penyakit gigi yaitu carries Gigi dan Mulut. Yogyakarta: Mitra
(gigi berlubang) (Ircham, 1993). Buku
Ircham,dkk.1993.Penyakit Gigi dan Mulut
KESIMPULAN Pencegahan dan Perawatanya.
Hasil pengumpulan data derajat Yogyakarta:Liberti Yogyakarta
keasaman (pH) saliva siswa SD negeri 1 Kementrian kesehatan. 2011. Profil
wulung pada kelompok perlakuan Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta:
didapatkan hasil rerata data pre test yaitu Kementrian Kesehatan Republik
6.86 dan post test yaitu 7.31. Hasil Indonesia.
pengumpulan data derajat keasaman (pH) Machfoedz, I. 2005, Menjaga Kesehatan
saliva siswa SD negeri 1 wulung pada Gigi Mulut Anak-anak dan Ibu
kelompok kontrol didapatkan hasil rerata Hamil. Yogyakarta:Fitramaya
data pre test yaitu 6.86 dan post test yaitu Murray, Robet K,Granner and Rodwell.
6.02. Sehingga disimpulkan ada pengaruh 2009. Biokimia Harper. Alih
konsumsi madu terhadap derajat keasaman bahasa Pendit. Edisi 27. Jakarta:
(pH) saliva pada siswa di SD Negeri 1 Penerbit Buku Kedokteran EGC
Wulung yang di tunjukan dengan p value Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
0.000. Bagi masyarakat diharapkan Penelitian Kesehatan. Jakarta :
menggunakan madu untuk perawatan Rineka Cipta
kesehatan gigi dan mulut. Anak usia

18 Jurnal Keperawatan Komunitas . Volume 2, No. 1, Mei 2014; 15-19


Nursalam.2011. Konsep Dan Penerapan Rostita.2007. Berkat Madu Sehat, Cantik,
Metodologi Penelitian Ilmu dan Penuh Vitalitas.Bandung: PT
Keperawatan. Jakarta : Salemba Mizan Pustaka
Medika Sakri, Faisal M. 2012. Madu dan
Pierini, C. 2008. Xylitol: A Sweet Khasiatnya Suplemen Sehat Tanpa
Alternative, 4Way Nutritionals Efek Samping. Yogyakarta: Diandra
LLC.from:http: Pustaka Indonesia
//www.4waynutritionals.com/docs/ Siregar, Mukhlidah S. 2012. Cara Sehat
ylitol.pdf. dengan Resep-Resep Ajaib Herbal
Prasetyo,Bambang, Jannah.2005.Metode Alami. Yogyakarta: Buku Biru
Penelitian Kuantitatif dan Aplikasi. Sastroasmoro S, Ismael.2010. Dasar-Dasar
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Metodologi Penelitian Klinis. Edisi
Purbaya, J.Rio. 2007. Mengenal Madu ketiga. Jakarta: Sagung Seto.
Alami.Bandung: Pionir Jaya Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk
Purba, Michael. 2006. KIMIA. Jakarta: Mahasiswa Keperawatan. Edisi 3.
Erlangga Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC

Pengaruh Konsumsi Madu Terhadap Derajat Keasaman (pH) Saliva Anak Sekolah 19
di SD Negeri 1 Wulung
Dwi Septianto, Rosalina, Puji Purwaningsih

Anda mungkin juga menyukai