Anda di halaman 1dari 13

1.

Latar Belakang KEK

Perkembangan ekonomi global Indonesia perlu memfokuskan pada peningkatan Ekspor


dan Investasi pada beberapa kawasan khusus yang memang mendapatkan fasilitas dan
kepabeanan, Beberapa keunggulan Indonesia dapat menjadi peluang dalam menarik investasi
diantaranya, letak geografis Indonesia yang sangat ideal bagi pengembangan pusat logistik dan
distribusi karena dilewati oleh jalur maritim internasional dan posisi indonesia terletak di tengah
pasar yang sangat besar yaitu, pasar ASEAN. Sementara itu pengembangan kawasan ekonomi di
Indonesia bukanlah hal yang asing. Pasalnya pada tahun 1970 Indonesia berhasil mengembangkan
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.

1.1 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009, Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)


merupakan kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum negara kesatuan Republik
Indonesia yang di tetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh
fasilitas tertentu.

Sebararan KEK Yang Telah Ditetapkan

Sementara itu, perbedaan utama KEK dengan kawasan ekonomi lainnya, selain kemudahan
yang diberikan adalah banyaknya peran Pemerintah Daerah, baik dalam pengelolaannya maupun
dalam penyediaan infrastruktur dan lahan. Hal itu menyebabkan perlunya kerjasama Pemerintah
dan Swasta dalam pengelolaan KEK, mengingat dana untuk KEK ini sangat besar. Hasil studi dari
beberapa negara menunjukkan, KEK yang sepenuhnya dikelola oleh swasta memperlihatkan
kemajuan yang lebih besar dibandingkan yang dikelola oleh pemerintah.
1.2 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor
31 Tahun 2014 pada 16 Mei 2014. Terletak di sebelah Utara berbatas Pantoloan Boya, sebelah
Timur berbatas desa Wombo kecamatan Tana Ntovea, Kabupaten Donggala, Kelurahan Baiya dan
Kelurahan Lambara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Lambara, sebelah Barat
berbatasan Kelurahan Pantoloan dan Kelurahan Baiya Kecamatan Tawaeli, Kota Palu, Provinsi
Sulawesi Tengah.

2. Tujuan KEK

2.1 Visi Administrator KEK Palu

Sebuah organisasi harus memiliki sebuah alat manajemen yang akan menentukan ke arah
mana sebuah organisasi tersebut akan bergerak dan bagaimana cara menuju ke arah tersebut. Oleh
karena itu, Administrator KEK Palu menentukan Visi yang merupakan suatu proyeksi organisasi
di masa yang akan datang dan merupakan suatu komitmen yang akan menjadi motivasi bagi aparat
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk waktu 5 tahun kedepan 2016-2021.

Visi tersebut adalah sebagai berikut :

” MEWUJUDKAN PELAYANAN YANG PROFESIONAL, UNGGUL DAN


BERBUDAYA “

Dengan dirumuskannya visi AdministratorKawasan Ekonomi Khusus


Palu tersebut, maka dapat menjadi motivasi dan pedoman seluruh elemen untuk
mewujudkannya, melalui peningkatan kinerja sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.

Adapun makna dari visi tersebut adalah :

 Profesional, yaitu : keandalan dalam pelaksanaan tugas pelayanan yang bermutu dengan
mengutamakan pencapaian tujuan dan sasaran dengan prinsip sederhana, prosedural
yang diselenggarakansecara tepat, cermat dan tidak berbelit-belit.
 Unggul yaitu : Penyelenggaraan pelayanan perizinan yang berdaya saing ditopang
dengan kemampuan sumber daya yang memadai menuju pelayanan prima dengan prinsip
dasar berkeadilan, transparan dan dapat dipertanggung jawabkan.
 Berbudaya yaitu : Penciptaan pelayanan yang memiliki karakter berdasarkan nilai dan
norma berbasis kearifan lokal, yang mengutamakan sikap dan perilaku makhluk yang
selalu berusaha melakukan kebaikan, kebenaran dan keadilan.
 Perizinan yaitu : Proses normatif melalui pemberian persetujuan atau
legalitas melalui penyelenggaraanPelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) berdasarkan
lingkup tugas dan fungsi serta kewenangan kepada Badan Hukum atau Perseorangan
dalam bentuk izin atau Surat Izin untuk melakukan kegiatan usaha.

2.2 Misi Administrator KEK Palu

Untuk mencapai visi tersebut diatas Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Palu
menetapkan 3 misi sebagai pijakan/pedoman operasionalisasi yaitu :

1. Menyelenggarakan Pelayanan Perizinan/Non Perizinan Yang Unggul dan Berbudaya


2. Melakukan Pembinaan, Pengembangan dan Peningkatan Kualitas Sumber Daya yang
Handal dan Profesional
3. Mewujudkan Iklim Investasi yang berdaya saing guna meningkatkan perekonomian
daerah.

Adapun yang menjadi moto misi tersebut adalah :

” SIAP = SANTUN, INTEGRITAS, AKUNTABEL, PROFESIONAL “

3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana proses Penyelengaraan KEK secara umum dan KEK Palu khususnya,
apakah sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku?
b. Bagaimana Proses pembebasan tanah pada KEK Palu dan Apa kendalanya?

4. Pembahasan
a. Dasar Hukum
Kawasan Ekonomi Khusus Palu Dibentuk Berdasarkan :
 Undang – Undang No.39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus;
 Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2011, Tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus
 Peraturan Pemerintah No.100 Tahun 2012, tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah No.2 Tahun 2011, tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus;
 Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2014, tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Palu;
 Keputusan Presiden No.33 Tahun 2014, tentang Dewan Kawasan Ekonomi
Khusus Provinsi Sulawesi Tengah;
 Peraturan Pemerintah No.96 Tahun 2015, tentang Fasilitas dan Kemudahan Di
Kawasan Ekonomi Khusus;
 Peraturan Presiden No.33 Tahun 2010, tentang Dewan Nasional dan Dewan
Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus;

Kelembagaan

Sejak ditetapkan tahun 2014, Kawasan Ekonomi Khusus Palu telah memenuhi syarat
operasional dengan dibentuknya Dewan Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi Sulawesi Tengah,
Administrator Kawasan Ekonomi Khusus, dan Badan Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus,
dimana diantaranya adalah:

1. Gubernur Sulawesi Tengah, sebagai Ketua Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus Palu.
2. Badan Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Palu, sebagai Operator Pengelola Dalam
Kawasan.
3. Terbentuknya Badan Usaha Milik Daerah PT.Bangun Palu Sulawesi Tengah (PT.BPS), sebagai
Badan Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus Palu.
b. Pengertian KEK

Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi


Khusus, yang selanjutnya disebut KEK, adalah kawasan dengan batas tertentu
dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas
tertentu.

c. Penyelenggaraan KEK secara umum dan KEK Palu

i. Mekanisme Pengusulan KEK Palu

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah


Nomor 31 Tahun 2014 pada 16 Mei 2014. Terletak di sebelah Utara berbatas Pantoloan
Boya, sebelah Timur berbatas desa Wombo kecamatan Tana Ntovea, Kabupaten Donggala,
Kelurahan Baiya dan Kelurahan Lambara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan
Lambara, sebelah Barat berbatasan Kelurahan Pantoloan dan Kelurahan Baiya Kecamatan
Tawaeli, Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.

Gambar Mekanisme Pengusulan KEK

Sumber : Tim Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, 2009

Pemerintah Kota Palu mengusulkan rencana pengembangan KEK Palu ini dengan
luas 1.500 ha. Sektor bisnis yang akan dikembangkan di kawasan ini adalah Industri
pertambangan, industri pengolahan kakao, karet, rotan, dan rumput laut, industri
manufaktur dan alat berat, dan logistik. Pengembangan kawasan ini diperkirakan akan
menciptakan investasi sebesar Rp 1,7 triliun untuk pembangunan kawasan

ii. Penetapan Lokasi KEK Palu

Guna mempercepat pembangunan perekonomian di wilayah Provinsi Sulawesi


Tengah dan untuk menunjang percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional
telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2014 tentang Kawasan
Ekonomi Khusus (KEK). Kota Palu dipilih sebagai kawasan ekonomi khusus karena
lokasinya yang memiliki keunggulan antara lain keunggulan dari segi geoekonomi karena
wilayah yang berdampingan dengan Pelabuhan Pantoloan yang terletak di Teluk Palu,
keunggulan geostrategis, dan lokasi yang terletak pada Alur Laut Kepulauan Indonesia
(ALKI) yang dilayari pelayaran internasional. Kawasan Ekonomi Khusus tersebut
memiliki status sebagai kawasan ekonomi khusus untuk logistik, industri agro, industry
pengolahan pertambangan dan industri manufaktur yang baru diluncurkan oleh pemerintah
Indonesia pada tahun 2014. Berdasarkan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW)
Kota Palu Tahun 2010 – 2030 (Perda No. 16 Tahun 2011) wilayah yang menjadi pusat
Kawasan Ekonomi Khusus tepatnya berada di Kecamatan Tawaeli.

Sumber dana pembangun KEK dan kosekuensinya

Dalam pasal 31 PP 100/2012, bentuk pembiayaan dalam KEK dapat berupa


pembiayaan dari ; (1) badan usaha (berbadan hukum, yaitu : BUMD, BUMD, koperasi,
swasta, usaha patungan ; pasal 08 PP. No. 2/ 2011) (2) kerjasama antara pemerintah pusat,
pemerintah provinsi/kabupaten/Kota dengan badan usaha (konsep PPP (public private
partnership) atau KPS (kerjasama pemerintah dengan swasta) (3) APBN/APBD (4) sumber
lain yang sah sesuai ketentuan perundang undangan. Ke-3 bentuk pembiayaan ini memiliki
konsekuensi nyata pada komposisi pembangun dan pengelola KEK. Skenario tersebut
dijelaskan sebagai berikut:

1. Jika pengusul adalah badan usaha (koperasi, BUMN, BUMD, swasta, K/L) dan jika
100 % sumber dana dari badan usaha tersebut adalah 100% dari badan usaha tersebut
maka Badan usaha pengusul akan ditetapkan sebagai badan usaha pembangun dan
sekaligus pengelola KEK (pasal 33A ayat 1 dan ayat 2, PP 100 tahun 2012).
2. Jika pengusul adalah pemerintah (pemprov, pemkab, pemkot, K/L) dan pemerintah
punya tanah namun tidak 100 % mampu membiayai pembangunan
infrastruktur, maka itu artinya bersifat PPP (public private partnership) atau KPS
(kerjasama pemerintah dan swasta) maka (1) penetapan Badan usaha pembangun dan
pengelola KEK harus dilakukan secara terbuka dan transparan berdasarkan ketentuan
lampiran PP.no. 100/2012 : pasal 34 ayat 1 huruf a, pasal 34 A ayat 1 huruf a, pasal
34B ayat 1 huruf b ) (2) badan usaha pembangun akan sekaligus ditetapkan sebagai
badan usaha pengelola (pasal 34 ayat 2 dari PP 100/2012).
3. Jika pengusul adalah pemerintah (pemprov, pemkab, pemkot, K/L) namun 100 %
pembiayaan menggunakan sumber APBN dan APBD, maka penetapan badan
usaha pembangun dilaksanakan secara terbuka dan transparan berdasarkan ketentuan
pengadaan barang dan jasa pemerintah (Perpres no. 54 tahun 2010 berserta
perubahannya dan pasal 34 ayat 1 huruf a, pasal 34 A ayat 1 huruf a, pasal 34B ayat 1
huruf b dari PP 100 tahun 2012).

Untuk penetapan badan usaha pengelola KEK maka dapat dipilih 3 alternatif : (1)
mengikuti ketentuan perundangan di bidang pengelolaan barang milik negara/daerah (pasal
48 ayat 1huruf b dari PP 100/2012 (2) mengikuti ketentuan dalam lampiran Pp.no. 100
tahun 2012 (pasal 48 ayat 1 huruf b, pp. 100/2012 (3) mekanisme penyertaan modal
negara/daerah kepada BUMN/BUMD, jika KEK merupakan dibangun oleh BMN/BMD
dan akan dikelola oleh BUMD/BUMN (pasal 48 ayat 2, PP. 100/2012).

Permasalahan yang timbul adalah bagaimana kalau kombinasi masalah pembiayaan


misalnya kasus bahwa dalam satu kawasan (yang diusulkan pemerintah) pola pembiayaan
infrastruktur adalah kombinasi dari PPP / KPS dan APBN/APBD ?

Memang menurut peraturan perundang undangan, secara ideal sumber dana dipilih
salah satu dari 3 kombinasi ( 100 % badan usaha, 100 % PPP/KPS atau 100 %
APBN/APBD). Pada kondisi ini sangat mudah menentukan siapa pengelola dan
pembangun KEK. Namun bagaimana jika tidak demikian ? Siapa yang mengelola dan
membangun KEK? Misalnya : jalan dibangun oleh APBD misalnya dinas PU, fasilitas
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) oleh APBN misalnya kementrian lingkungan
hidup, gedung kantor dibangun oleh swasta dan gedung pusat perbelanjaan dibangun antara
pemprov dan swasta (sharing pembiayaan) ? belum juga jika dikaitkan dengan
kepemilikan lahan. Bagaimana jika lahan dibebaskan bersama oleh pemda pengusul dan
swasta? Hal ini masih dibahas lebih lanjut dengan divisi hukum di Dewan KEK Nasional

Beberapa Model Pembiayaan/ Pendanaan Kompleks

Skenario model ini adalah skenario yang melibatkan banyak kombinasi pada aspek
kepemilikan lahan dan sumber pembiayaan yang akan berdampak pada siapa pembangun,
siapa pengelola, siapa pemilik dan hak atas deviden (hak atas laba). Skenario kompleks ini
diluar asumsi 3 skema penetapan badan usaha pembangun dan pengelola KEK seperti di
PP 100/2012.

Skenario ini aneh namun merupakan masalah yang biasanya dihadapi jika
pengusulnya adalah pemerintah (prov / kab / kota / K/L) khususnya jika pengusul
pemerintah provinsi, kabupaten . atau kota yang memiliki keterbatasan dana pembiayaan.
Model ini dibangun dengan asumsi sebagai berikut:

1. Elemen pokok yang terlibat : pengusul, kepemilikan lahan, sumber pembiayaan,


pembangun KEK, Pengelola KEK, Kepemilikan Usaha di KEK dan hak atas laba
(deviden).
2. Komposisi tanah : (1) milik private (2) HGU/ HPL atau tanah negara (3) dibeli oleh
pemerintah (murni milik pemda bukan HGU/HPL). Tanah yang dimaksud adalah tanah
atau lahan yang telah ditetapkan dalam PP pembentukan suatu KEK (masuk dalam
wilayah KEK seperti yang ada di PP pembentukan suatu KEK).
3. Sumber pembiayaan : (1) badan usaha swasta (2) PPP/KPS (3) APBN dan APBD
4. Pembangun KEK ; (1) badan usaha swasta (2) lelang / tender
5. Pengelola KEK : (1) badan usaha swasta (2) pemenang lelang / tender (3)
BUMN/BUMD
6. Kepemilikan Usaha KEK : (1) badan usaha swasta (2) pemenang lelang / tender (3)
BUMN/BUMD.
7. Hak atas laba usaha (deviden) di KEK : (1) badan usaha swasta (2) pemenang lelang /
tender (3) BUMN/BUMD

Ada dua skenario besar yaitu : pertama, skenario sesuai PP 100/2012 dan kedua,
skenario kombinasi dari apa yang ada di PP 100/2012.

iii. Pembebasan Lahan KEK Palu

Permasalahan utama yang muncul berkaitan dengan pembangunan Kawasan


Ekonomi Khusus (KEK) di Kota Palu ialah masalah penyediaan lahan yaitu terkait dengan
mekanisme pembebasan lahan dari 1500 Ha luas usulan KEK, meliputi 400 Ha telah
dibebaskan (sebagian telah dimanfaatkan); 600 Ha tanah negara; dan 500 Ha
dalam tahap pembebasan (Administrator KEK Kota Palu, 2014).

Persoalan pembebasan tanah atau pengadaan tanah menyangkut dua dimensi


yang harus ditempatkan secara seimbang yaitu kepentingan pemerintah dan kepentingan
warga masyarakat. Dua pihak yang terlibat yaitu penguasa dan rakyat harus sama-sama
memperhatikan dan mentaati ketentuan-ketentuan yang berlaku mengenai hal tersebut.
Apabila hal tersebut tidak diindahkan akan timbul persoalan-persoalan seperti yang kita
baca dalam publikasi media masa dimana pihak penguasa dengan keterpaksaannya
melakukan tindakan yang dinilai bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM)
dan sebagainya. Rakyat mau tidak mau harus melakukan apa saja untuk mendapatkan apa
yang diyakininya sebagai hak yang harus dipertahankan.

Hambatan-hambatan ini tentu saja menuai konflik antara masyarakat dengan pihak
penyelenggara pembangunan KEK Kota Palu. Belum ditemukannya titik terang yang ada
membuat pemerintah setempat turun tangan kembali. Perwakilan dari masyarakat yang
tanahnya sulit untuk dibeli mengajukan protes terhadap pemerintah, aksi protes ini berisi
permintaan masyarakat untuk meninjau ulang ukuran dan harga tanah yang sesuai.
Mediasi dengan cara tersebut masih belum mampu juga untuk meyakinkan masyarakat
mengenai pembangunan ini, hanya beberapa rumah saja yang mau menyetujui jalan tengah
yang diberikan oleh pemerintah.Tinjauan ulang yang dilakukan oleh pemerintah sudah
sesuai dengan peraturan dan harga tanah yang berlaku. Masyarakat sulit sekali untuk
menerima negosiasi pembebasan lahan tersebut demi berjalannya pembangunan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu. Selalu saja ada alasan yang dijadikan untuk
menghambat pembangunan ini. Selain harga tanah yang mereka minta dengan harga yang
mahal, ada beberapa penduduk yang mengklaim tanah eksisting merupakan milik mereka
sehingga menghambat pembangunan KEK Palu.

Berdasarkan data awal yang didapatkan terkait dengan upaya pembebasan lahan,
hingga saat ini pemerintah masih terfokus untuk pembangunan KEK tahap 1 (awal) yaitu
seluas 100 Ha dengan tujuan untuk menyediakan lahan kepada investor yang serius
berinvestasi.

Faktor penghambat belum terbebaskan lahan untuk Pembangunan KEK tahap 1


antara lain:

1. Masyarakat menyatakan setuju dengan pembebasan lahan namun uang ganti rugi
yang ditawarkan belum sesuai keinginan masyarakat.

2. Keberadaan tanah budel (tanah belum bersertifikat yang disebabkan oleh kepemilikan
lahan atau tanah keluarga secara bersama).

3. Pengakuan hak milik atas tanah namun tanpa bukti berupa sertifikat.

4. Masyarakat setempat sempat mendengar isu bahwa KEK ini akan di kelola oleh
pihak swasta sehingga sempat timbul prokontra dari masyarakat.
Sejauh ini belum ada konflik besar yang timbul dari upaya pembebasan lahan
dalam pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu, sebab koordinasi
berupa sosialisasi kepada masyarakat dari pemerintah cukup baik. Sebelumnya sempat ada
beberapa masalah yang timbul berupa pengakuan hak milik atas tanah namun tanpa
bukti berupa sertifikat, lalu pemerintah setempat dalam hal ini camat dan lurah langsung
melakukan mediasi terhadap pihak yang bermasalah lalu diselesaikan secara
kekeluargaan.Selain itu 30% yaitu 22 dari jumlah responden merupakan pemilik tanah
budel. Keberadaan tanah budel inilah yang berpotensi menimbulkan konflik, karena jika
tidak ditangani secara baik akan menimbulkan konflik. Masalah lain yang timbul ialah,
masyarakat setempat sempat mendengar isu bahwa KEK ini akan di kelola oleh pihak
swasta sehingga sempat timbul prokontra dari masyarakat namun pemerintah langsung
melakukan koordinasi langsung terhadap masyarakat yang kontra lalu dijelaskan bahwa
keterlibatan pihak swasta ialah sebagai penyedia dana atau investor dalam pembangunan
KEK Kota Palu sementara pemerintah tetap ikut serta didalamnya.Hingga saat ini upaya
pemerintah setempat selaku penyelenggara pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Kota Palu baik berupa sosialisasi yang tidak henti-hentinya kepada masyarakat
dan koordinasi dari pemerintah terhadap masyarakat mengenai pembebasan lahan
sudah cukup baik.

Pemecahan masalah atau solusi terkait masalah pembebasan lahan dalam


pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu antara lain :

1. Musyawarah untuk mufakat untuk penentuan kesepakatan harga;

Upaya ini harus terus dilaksanakan untuk menemukan kesepakatan harga. Apabila
pada akhirnya tidak terjadi kesepakatan, maka dapat dibawa ke meja hijau untuk
diberikan keadilan seadil-adilnya

2. Kontrol pemerintah terhadap pihak swasta Pemerintah harus tetap mengontrol pihak
swasta selaku investor dalam pembebasan lahan
3. Transparansinya rencana pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu;
Beberapa masalah yang terjadi adalah mundurnya waktu penyelesaian pembangunan
KEK Kota Palu sampai kurang terbukanya informasi terhadap public yang
kadang menimbulkan pertanyaan warga. Guna tidak menimbulkan masalah dimasa
akan datang, perlu adanya keterbukaan informasi proyek pembangunan ini sejak awal
hingga akhir
4. Sinergitas antara masyarakat yang belum terbebaskan lahannya dengan penyelenggara
KEK Pemerintah
Pembangunan wilayah dan sarana prasarana kota akan berjalan dengan baik apabila
telah terjalin sinergitas dan dukungan dari masyarakat yang bermukim di daerah tersebut.
Pemerintah dalam hal ini perlu mendengarkan apa yang dikeluhkan warga dan merspon
dengan solusi terbaik. Warga juga harus menyampaikan secara baik-baik apa yang menadi
masukan/saran kepada pemerintah

5. Kesimpulan dan saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa:

1. Lokasi, luas lahan dan sebaran lahan yang belum terbebaskan dalam pembangun
KEK Kota Palu tahap I berlokasi Kelurahan Baiya. Beberapa lokasi lahan yang
belum terbebas lahannya yaitu tersebar di RT 12 RW 06 dan RT 11 RW,
Kelurahan Baiya, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu. Luas Lahan yang belum
terbebaskan dari hasil ekstrasi data spasial dari penggabungan beberapa lahan
yaitu 131.292,3 m2 atau sama dengan 13, 129 Ha;
2. Faktor penghambat belum terbebaskannya lahan untuk pembangunan KEK Kota
Palu antara lain: belum sesuainya Uang Ganti Rugi (UGR) yang diharapkan
masyarakat dari penyelenggara KEK; keberadaan tanah budel (tanah belum
bersertifikat yang disebabkan oleh kepemilikan lahan atau tanah keluarga secara
bersama); adanya pengakuan hak milik atas tanah namun tanpa bukti berupa
sertifikat; dan masyarakat setempat sempat mendengar isu bahwa KEK ini
akan di kelola oleh pihak swasta sehingga sempat timbul pro dan kontra dari
masyarakat;
3. Langkah-langkah strategis untuk pemecahan masalah untuk pembebasan lahan
dalam pembangunan KEK Kota Palu tahap I agar tidak menimbulkan konflik yaitu:
musyawarah mufakat untuk penentuan kesepakatan harga; kontrol pemerintah
terhadap pihak swasta; transparansinya rencana pembangunan KEK Kota Palu;
dan sinergitas antara masyarakat yang belum terbebaskan lahannya dengan
penyelenggara KEK (Pemerintah)
Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, kritik dan saran sangat
dibutuhkan oleh peneliti dalam hal memperbaiki hasil penelitian yang telah dilakukan.
Saran peneliti baik untuk masyarakat yang belum membebaskan lahannya dan
penyelenggara KEK Kota Palu/Pemerintah sebagai beikut:

1. Bagi masyarakat yang belum terbebaskan lahannya


Sebagai bagian dari penentu keberhasilan dari suatu program pembangunan
diharapkan partisipasinya dengan terlihat aktif dalam setiap pertemuan/mediasi agak
komunikasi antar masyarakat dan penyelenggara KEK (pemerintah) terjalin dengan
baik dan juga masyarakat jangan mudah terprovokasi oleh pihak luar;

2. Bagi pemerintah

Pemerintah harus lebih tegas terhadap masyarakat dalam usaha untuk


mengkoordinasi masyarakat untuk membebaskan lahannya untuk pembangunan
KEK Kota Palu karena jika salah mengambil tindakan sedikitpun dapat
menimbulkan konflik dan juga pemerintah yang juga merupakan tim negosiasi
untuk membebaskan lahan dapat terus mengupayakan langkah-langkah strategis
lain apabila langkah-langkah yang selama ini ditempuh belum mendapatkan hasil
optimal.
Daftar pustaka

Lembah, Nurafwa Yudita. (2017). Konflik Pembebasan Lahan Dalam Pembangunan


Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu. Jurnal Pada Program Studi Pendidikan
Geografi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Tadulako.

Undang-Undang No. 39 tahun 2009, tentang ketentuan ketentuan tentang Kawasan


Ekonomi Khusus.

Dewan Nasional Kawasan Ekonomi KhususRepublik Indonesia. 2018.KEK Palu.


http://kek.go.id/kawasan/Palu

Kantor Administrator KEK Palu.2019.http://sez.palukota.go.id/

Anda mungkin juga menyukai

  • KEK PALU
    KEK PALU
    Dokumen13 halaman
    KEK PALU
    Asta Tri Setiawan
    Belum ada peringkat
  • File
    File
    Dokumen3 halaman
    File
    Asta Tri Setiawan
    Belum ada peringkat
  • RELOKASI TANAH
    RELOKASI TANAH
    Dokumen12 halaman
    RELOKASI TANAH
    Asta Tri Setiawan
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Bank Tanah
    Jurnal Bank Tanah
    Dokumen17 halaman
    Jurnal Bank Tanah
    Asta Tri Setiawan
    Belum ada peringkat
  • SWOT PTSL
    SWOT PTSL
    Dokumen5 halaman
    SWOT PTSL
    Asta Tri Setiawan
    Belum ada peringkat
  • KEK PALU
    KEK PALU
    Dokumen13 halaman
    KEK PALU
    Asta Tri Setiawan
    Belum ada peringkat