Sementara itu, perbedaan utama KEK dengan kawasan ekonomi lainnya, selain kemudahan
yang diberikan adalah banyaknya peran Pemerintah Daerah, baik dalam pengelolaannya maupun
dalam penyediaan infrastruktur dan lahan. Hal itu menyebabkan perlunya kerjasama Pemerintah
dan Swasta dalam pengelolaan KEK, mengingat dana untuk KEK ini sangat besar. Hasil studi dari
beberapa negara menunjukkan, KEK yang sepenuhnya dikelola oleh swasta memperlihatkan
kemajuan yang lebih besar dibandingkan yang dikelola oleh pemerintah.
1.2 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Nomor
31 Tahun 2014 pada 16 Mei 2014. Terletak di sebelah Utara berbatas Pantoloan Boya, sebelah
Timur berbatas desa Wombo kecamatan Tana Ntovea, Kabupaten Donggala, Kelurahan Baiya dan
Kelurahan Lambara, sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Lambara, sebelah Barat
berbatasan Kelurahan Pantoloan dan Kelurahan Baiya Kecamatan Tawaeli, Kota Palu, Provinsi
Sulawesi Tengah.
2. Tujuan KEK
Sebuah organisasi harus memiliki sebuah alat manajemen yang akan menentukan ke arah
mana sebuah organisasi tersebut akan bergerak dan bagaimana cara menuju ke arah tersebut. Oleh
karena itu, Administrator KEK Palu menentukan Visi yang merupakan suatu proyeksi organisasi
di masa yang akan datang dan merupakan suatu komitmen yang akan menjadi motivasi bagi aparat
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya untuk waktu 5 tahun kedepan 2016-2021.
Profesional, yaitu : keandalan dalam pelaksanaan tugas pelayanan yang bermutu dengan
mengutamakan pencapaian tujuan dan sasaran dengan prinsip sederhana, prosedural
yang diselenggarakansecara tepat, cermat dan tidak berbelit-belit.
Unggul yaitu : Penyelenggaraan pelayanan perizinan yang berdaya saing ditopang
dengan kemampuan sumber daya yang memadai menuju pelayanan prima dengan prinsip
dasar berkeadilan, transparan dan dapat dipertanggung jawabkan.
Berbudaya yaitu : Penciptaan pelayanan yang memiliki karakter berdasarkan nilai dan
norma berbasis kearifan lokal, yang mengutamakan sikap dan perilaku makhluk yang
selalu berusaha melakukan kebaikan, kebenaran dan keadilan.
Perizinan yaitu : Proses normatif melalui pemberian persetujuan atau
legalitas melalui penyelenggaraanPelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) berdasarkan
lingkup tugas dan fungsi serta kewenangan kepada Badan Hukum atau Perseorangan
dalam bentuk izin atau Surat Izin untuk melakukan kegiatan usaha.
Untuk mencapai visi tersebut diatas Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Palu
menetapkan 3 misi sebagai pijakan/pedoman operasionalisasi yaitu :
3. Rumusan Masalah
a. Bagaimana proses Penyelengaraan KEK secara umum dan KEK Palu khususnya,
apakah sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku?
b. Bagaimana Proses pembebasan tanah pada KEK Palu dan Apa kendalanya?
4. Pembahasan
a. Dasar Hukum
Kawasan Ekonomi Khusus Palu Dibentuk Berdasarkan :
Undang – Undang No.39 Tahun 2009 Tentang Kawasan Ekonomi Khusus;
Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 2011, Tentang Penyelenggaraan Kawasan
Ekonomi Khusus
Peraturan Pemerintah No.100 Tahun 2012, tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah No.2 Tahun 2011, tentang Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi
Khusus;
Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2014, tentang Kawasan Ekonomi Khusus
Palu;
Keputusan Presiden No.33 Tahun 2014, tentang Dewan Kawasan Ekonomi
Khusus Provinsi Sulawesi Tengah;
Peraturan Pemerintah No.96 Tahun 2015, tentang Fasilitas dan Kemudahan Di
Kawasan Ekonomi Khusus;
Peraturan Presiden No.33 Tahun 2010, tentang Dewan Nasional dan Dewan
Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus;
Kelembagaan
Sejak ditetapkan tahun 2014, Kawasan Ekonomi Khusus Palu telah memenuhi syarat
operasional dengan dibentuknya Dewan Kawasan Ekonomi Khusus Provinsi Sulawesi Tengah,
Administrator Kawasan Ekonomi Khusus, dan Badan Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus,
dimana diantaranya adalah:
1. Gubernur Sulawesi Tengah, sebagai Ketua Dewan Kawasan Kawasan Ekonomi Khusus Palu.
2. Badan Administrator Kawasan Ekonomi Khusus Palu, sebagai Operator Pengelola Dalam
Kawasan.
3. Terbentuknya Badan Usaha Milik Daerah PT.Bangun Palu Sulawesi Tengah (PT.BPS), sebagai
Badan Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus Palu.
b. Pengertian KEK
Pemerintah Kota Palu mengusulkan rencana pengembangan KEK Palu ini dengan
luas 1.500 ha. Sektor bisnis yang akan dikembangkan di kawasan ini adalah Industri
pertambangan, industri pengolahan kakao, karet, rotan, dan rumput laut, industri
manufaktur dan alat berat, dan logistik. Pengembangan kawasan ini diperkirakan akan
menciptakan investasi sebesar Rp 1,7 triliun untuk pembangunan kawasan
1. Jika pengusul adalah badan usaha (koperasi, BUMN, BUMD, swasta, K/L) dan jika
100 % sumber dana dari badan usaha tersebut adalah 100% dari badan usaha tersebut
maka Badan usaha pengusul akan ditetapkan sebagai badan usaha pembangun dan
sekaligus pengelola KEK (pasal 33A ayat 1 dan ayat 2, PP 100 tahun 2012).
2. Jika pengusul adalah pemerintah (pemprov, pemkab, pemkot, K/L) dan pemerintah
punya tanah namun tidak 100 % mampu membiayai pembangunan
infrastruktur, maka itu artinya bersifat PPP (public private partnership) atau KPS
(kerjasama pemerintah dan swasta) maka (1) penetapan Badan usaha pembangun dan
pengelola KEK harus dilakukan secara terbuka dan transparan berdasarkan ketentuan
lampiran PP.no. 100/2012 : pasal 34 ayat 1 huruf a, pasal 34 A ayat 1 huruf a, pasal
34B ayat 1 huruf b ) (2) badan usaha pembangun akan sekaligus ditetapkan sebagai
badan usaha pengelola (pasal 34 ayat 2 dari PP 100/2012).
3. Jika pengusul adalah pemerintah (pemprov, pemkab, pemkot, K/L) namun 100 %
pembiayaan menggunakan sumber APBN dan APBD, maka penetapan badan
usaha pembangun dilaksanakan secara terbuka dan transparan berdasarkan ketentuan
pengadaan barang dan jasa pemerintah (Perpres no. 54 tahun 2010 berserta
perubahannya dan pasal 34 ayat 1 huruf a, pasal 34 A ayat 1 huruf a, pasal 34B ayat 1
huruf b dari PP 100 tahun 2012).
Untuk penetapan badan usaha pengelola KEK maka dapat dipilih 3 alternatif : (1)
mengikuti ketentuan perundangan di bidang pengelolaan barang milik negara/daerah (pasal
48 ayat 1huruf b dari PP 100/2012 (2) mengikuti ketentuan dalam lampiran Pp.no. 100
tahun 2012 (pasal 48 ayat 1 huruf b, pp. 100/2012 (3) mekanisme penyertaan modal
negara/daerah kepada BUMN/BUMD, jika KEK merupakan dibangun oleh BMN/BMD
dan akan dikelola oleh BUMD/BUMN (pasal 48 ayat 2, PP. 100/2012).
Memang menurut peraturan perundang undangan, secara ideal sumber dana dipilih
salah satu dari 3 kombinasi ( 100 % badan usaha, 100 % PPP/KPS atau 100 %
APBN/APBD). Pada kondisi ini sangat mudah menentukan siapa pengelola dan
pembangun KEK. Namun bagaimana jika tidak demikian ? Siapa yang mengelola dan
membangun KEK? Misalnya : jalan dibangun oleh APBD misalnya dinas PU, fasilitas
Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) oleh APBN misalnya kementrian lingkungan
hidup, gedung kantor dibangun oleh swasta dan gedung pusat perbelanjaan dibangun antara
pemprov dan swasta (sharing pembiayaan) ? belum juga jika dikaitkan dengan
kepemilikan lahan. Bagaimana jika lahan dibebaskan bersama oleh pemda pengusul dan
swasta? Hal ini masih dibahas lebih lanjut dengan divisi hukum di Dewan KEK Nasional
Skenario model ini adalah skenario yang melibatkan banyak kombinasi pada aspek
kepemilikan lahan dan sumber pembiayaan yang akan berdampak pada siapa pembangun,
siapa pengelola, siapa pemilik dan hak atas deviden (hak atas laba). Skenario kompleks ini
diluar asumsi 3 skema penetapan badan usaha pembangun dan pengelola KEK seperti di
PP 100/2012.
Skenario ini aneh namun merupakan masalah yang biasanya dihadapi jika
pengusulnya adalah pemerintah (prov / kab / kota / K/L) khususnya jika pengusul
pemerintah provinsi, kabupaten . atau kota yang memiliki keterbatasan dana pembiayaan.
Model ini dibangun dengan asumsi sebagai berikut:
Ada dua skenario besar yaitu : pertama, skenario sesuai PP 100/2012 dan kedua,
skenario kombinasi dari apa yang ada di PP 100/2012.
Hambatan-hambatan ini tentu saja menuai konflik antara masyarakat dengan pihak
penyelenggara pembangunan KEK Kota Palu. Belum ditemukannya titik terang yang ada
membuat pemerintah setempat turun tangan kembali. Perwakilan dari masyarakat yang
tanahnya sulit untuk dibeli mengajukan protes terhadap pemerintah, aksi protes ini berisi
permintaan masyarakat untuk meninjau ulang ukuran dan harga tanah yang sesuai.
Mediasi dengan cara tersebut masih belum mampu juga untuk meyakinkan masyarakat
mengenai pembangunan ini, hanya beberapa rumah saja yang mau menyetujui jalan tengah
yang diberikan oleh pemerintah.Tinjauan ulang yang dilakukan oleh pemerintah sudah
sesuai dengan peraturan dan harga tanah yang berlaku. Masyarakat sulit sekali untuk
menerima negosiasi pembebasan lahan tersebut demi berjalannya pembangunan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu. Selalu saja ada alasan yang dijadikan untuk
menghambat pembangunan ini. Selain harga tanah yang mereka minta dengan harga yang
mahal, ada beberapa penduduk yang mengklaim tanah eksisting merupakan milik mereka
sehingga menghambat pembangunan KEK Palu.
Berdasarkan data awal yang didapatkan terkait dengan upaya pembebasan lahan,
hingga saat ini pemerintah masih terfokus untuk pembangunan KEK tahap 1 (awal) yaitu
seluas 100 Ha dengan tujuan untuk menyediakan lahan kepada investor yang serius
berinvestasi.
1. Masyarakat menyatakan setuju dengan pembebasan lahan namun uang ganti rugi
yang ditawarkan belum sesuai keinginan masyarakat.
2. Keberadaan tanah budel (tanah belum bersertifikat yang disebabkan oleh kepemilikan
lahan atau tanah keluarga secara bersama).
3. Pengakuan hak milik atas tanah namun tanpa bukti berupa sertifikat.
4. Masyarakat setempat sempat mendengar isu bahwa KEK ini akan di kelola oleh
pihak swasta sehingga sempat timbul prokontra dari masyarakat.
Sejauh ini belum ada konflik besar yang timbul dari upaya pembebasan lahan
dalam pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu, sebab koordinasi
berupa sosialisasi kepada masyarakat dari pemerintah cukup baik. Sebelumnya sempat ada
beberapa masalah yang timbul berupa pengakuan hak milik atas tanah namun tanpa
bukti berupa sertifikat, lalu pemerintah setempat dalam hal ini camat dan lurah langsung
melakukan mediasi terhadap pihak yang bermasalah lalu diselesaikan secara
kekeluargaan.Selain itu 30% yaitu 22 dari jumlah responden merupakan pemilik tanah
budel. Keberadaan tanah budel inilah yang berpotensi menimbulkan konflik, karena jika
tidak ditangani secara baik akan menimbulkan konflik. Masalah lain yang timbul ialah,
masyarakat setempat sempat mendengar isu bahwa KEK ini akan di kelola oleh pihak
swasta sehingga sempat timbul prokontra dari masyarakat namun pemerintah langsung
melakukan koordinasi langsung terhadap masyarakat yang kontra lalu dijelaskan bahwa
keterlibatan pihak swasta ialah sebagai penyedia dana atau investor dalam pembangunan
KEK Kota Palu sementara pemerintah tetap ikut serta didalamnya.Hingga saat ini upaya
pemerintah setempat selaku penyelenggara pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) Kota Palu baik berupa sosialisasi yang tidak henti-hentinya kepada masyarakat
dan koordinasi dari pemerintah terhadap masyarakat mengenai pembebasan lahan
sudah cukup baik.
Upaya ini harus terus dilaksanakan untuk menemukan kesepakatan harga. Apabila
pada akhirnya tidak terjadi kesepakatan, maka dapat dibawa ke meja hijau untuk
diberikan keadilan seadil-adilnya
2. Kontrol pemerintah terhadap pihak swasta Pemerintah harus tetap mengontrol pihak
swasta selaku investor dalam pembebasan lahan
3. Transparansinya rencana pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kota Palu;
Beberapa masalah yang terjadi adalah mundurnya waktu penyelesaian pembangunan
KEK Kota Palu sampai kurang terbukanya informasi terhadap public yang
kadang menimbulkan pertanyaan warga. Guna tidak menimbulkan masalah dimasa
akan datang, perlu adanya keterbukaan informasi proyek pembangunan ini sejak awal
hingga akhir
4. Sinergitas antara masyarakat yang belum terbebaskan lahannya dengan penyelenggara
KEK Pemerintah
Pembangunan wilayah dan sarana prasarana kota akan berjalan dengan baik apabila
telah terjalin sinergitas dan dukungan dari masyarakat yang bermukim di daerah tersebut.
Pemerintah dalam hal ini perlu mendengarkan apa yang dikeluhkan warga dan merspon
dengan solusi terbaik. Warga juga harus menyampaikan secara baik-baik apa yang menadi
masukan/saran kepada pemerintah
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
1. Lokasi, luas lahan dan sebaran lahan yang belum terbebaskan dalam pembangun
KEK Kota Palu tahap I berlokasi Kelurahan Baiya. Beberapa lokasi lahan yang
belum terbebas lahannya yaitu tersebar di RT 12 RW 06 dan RT 11 RW,
Kelurahan Baiya, Kecamatan Tawaeli, Kota Palu. Luas Lahan yang belum
terbebaskan dari hasil ekstrasi data spasial dari penggabungan beberapa lahan
yaitu 131.292,3 m2 atau sama dengan 13, 129 Ha;
2. Faktor penghambat belum terbebaskannya lahan untuk pembangunan KEK Kota
Palu antara lain: belum sesuainya Uang Ganti Rugi (UGR) yang diharapkan
masyarakat dari penyelenggara KEK; keberadaan tanah budel (tanah belum
bersertifikat yang disebabkan oleh kepemilikan lahan atau tanah keluarga secara
bersama); adanya pengakuan hak milik atas tanah namun tanpa bukti berupa
sertifikat; dan masyarakat setempat sempat mendengar isu bahwa KEK ini
akan di kelola oleh pihak swasta sehingga sempat timbul pro dan kontra dari
masyarakat;
3. Langkah-langkah strategis untuk pemecahan masalah untuk pembebasan lahan
dalam pembangunan KEK Kota Palu tahap I agar tidak menimbulkan konflik yaitu:
musyawarah mufakat untuk penentuan kesepakatan harga; kontrol pemerintah
terhadap pihak swasta; transparansinya rencana pembangunan KEK Kota Palu;
dan sinergitas antara masyarakat yang belum terbebaskan lahannya dengan
penyelenggara KEK (Pemerintah)
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, kritik dan saran sangat
dibutuhkan oleh peneliti dalam hal memperbaiki hasil penelitian yang telah dilakukan.
Saran peneliti baik untuk masyarakat yang belum membebaskan lahannya dan
penyelenggara KEK Kota Palu/Pemerintah sebagai beikut:
2. Bagi pemerintah