Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
Terdapat sebuah ungkapan 7P : “Proper Prior Planning Prevents Poor
Performance” dan ungkapan lain “Failing to plan means planning to fail”
menunjukkan betapa pentingnya perencanaan. Dalam assurance
engagement, tahapan yang dilalui antara lain:
a. Menentukan tujuan dan lingkup engagement
Pertimbangan penting ;
1) Kategori tujuan bisnis (strategis, operasional, pelaporan dan
kepatuhan)
apakah fokusnya pada efektivitas operasi dan efisiensi auditee,
aspek pelaporan keuangan auditee, atau keduanya.
2) Hasil yang diharapkan dari Tim Audit Internal
Tim diharapkan dapat membatasi fokusnya untuk
mengkomunikasikan observasi atas pengendalian selama proses
engagements, atau diharapkan untuk menyampaikan opini
keseluruhan atas area khusus yang ditanyakan
3) Batasan engagements
Dari Proses/subproses bisnis mana dimulai/diakhiri, unit mana
yg dikunjungi, dsb.
b. Memahami auditee, termasuk tujuan dan asersi auditee
Tujuan Bisnis Auditee apakah yang ingin dicapai auditee
Asersi Auditee pernyataan tentang “apa yang telah dicapai”
c. Mengidentifikasi dan mengukur risiko
Tim audit internal harus mem-bobot level risiko yang diukur
dibandingkan dengan batas toleransi risiko manajemen yang dapat
diterima.
Pilihan/respon risiko menerima (accept), menghindari (avoid) dan
membagi (sharing) risiko.
d. Mengidentifikasi pengendalian kunci (key control)
Tim audit internal juga harus mengidentifikasi pengendalian mana yang
paling kritis untuk mengurangi risiko bisnis ke level yang dapat diterima
serta menyediakan jaminan bahwa tujuan yang ditetapkan akan
tercapai.
e. Mengevaluasi kecukupan desain pengendalian
Tim audit internal harus memutuskan apakah pengendalian kunci yang
teridentifikasi diidentifikasi secara memadai untuk mengurangi risiko,
baik secara individual maupun kolektif ke level yang dapat diterima –
diasumsikan bahwa pengendalian telah dijalankan sesuai rencana.
f. Membuat pengujian perencanaan
Membuat pengujian perencanaan terdiri dari menentukan sifat, waktu,
dan perluasan prosedur yang diperlukan untuk mengumpulkan bukti
2
audit. Pengujian perencanaan berupa pengujian langsung atas
pengendalian dan atau test kinerja untuk menghasilkan bukti tak
langsung berkaitan dengan efektivitas pengendalian.
g. Mengembangkan program kerja
Selama proses penugasan, internal auditor menandai prosedur dalam
audit program yang menandakan pekerjaan telah selesai dilaksanakan.
Supervisor harus mereviu pekerjaan tim audit atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan dan pekerjaan yang belum selesai atau yang masih harus
dikerjakan, yang bisa saja diluar dari program kerja.
h. Alokasi sumber daya untuk penugasan
Langkah terakhir dalam perencanaan penugasan, antara lain
menentukan keahlian audit yang diperlukan, estimasi waktu,
menugaskan internal auditor, dan membuat skedul pekerjaan supaya
dapat dikontrol realisasi tepat waktu.
3
Proses komunikasi hasil adalah komponen kritis dalam semua kegiatan
internal audit, komunikasi hasil internal audit harus “accurate, objective,
clear, concise, constructive, complete, and timely” (IIA Standard 2420 :
Quality of Communications). Tahapan kegiatan komunikasi kegiatan
assurance sebagai berikut:
a. Melakukan proses evaluasi dan eskalasi (escalation process)
atas temuan.
Temuan harus di assess melalui proses evaluasi dan eskalasi,
selanjutnya menentukan implikasi temuan dalam komunikasi hasil
pada area yang direviu.
b. Melakukan komunikasi interim dan awal penugasan.
Komunikasi oleh internal audit terjadi selama proses penugasan dan
tidak hanya terjadi di akhir. Komunikasi di awal atas permasalahan
yang muncul memperkenankan manajemen untuk menyelesaikan
masalah secepatnya sebelum penugasan selesai, yang akan
mempengaruhi ruang lingkup dan progress. Komunikasi memberikan
manajemen kesempatan untuk melakukan klarifikasi dan
menyampaikan pemikiran dari sudut pandangnya atas kesimpulan dan
rekomendasi tim audit. Komunikasi juga untuk menghindari multi tafsir
karena kata yang tertulis kadang berbeda dengan yang diucapkan.
c. Mengembangkan komunikasi penugasan akhir
Internal auditor telah siap untuk mengkonsolidasi dan mensintesis
semua bukti yang dikumpulkan selama penugasan. Pengembangan
komunikasi akhir termasuk:
Membuat list dan prioritas pengendalian atas temuan dengan
mempertimbangkan efektivitas pengendalian auditee
Membuat kesimpulan jaminan negatif (negative
assurance/limited assurance). auditor internal mengungkapkan
keyakinan negatif ketika mereka menyimpulkan bahwa tidak
ada yang menjadi perhatian mereka yang menunjukkan bahwa
kontrol auditee yang dirancang tidak memadai atau tidak efektif
beroperasi
Membuat kesimpulan jaminan positif (positive
assurance/reasonable assurance). Internal auditor
mengungkapkan keyakinan positif ketika mereka menyimpulkan
dalam opininya bahwa pengendalian auditee dirancang
memadai dan beroperasi efektif
d. Distribusi komunikasi akhir formal dan informal
4
Komunikasi penugasan final mengandung tanggapan auditee terhadap
kesimpulan, pendapat, dan rekomendasi tim audit internal. Temuan
yang harus dimasukkan dalam formal, komunikasi penugasan akhir
adalah apa-apa yang harus dilaporkan untuk mendukung, atau
mencegah kesalahpahaman, atas kesimpulan tim audit internal dan
rekomendasi. Temuan kurang signifikan dapat disampaikan secara
informal. Rekomendasi, yang didasarkan pada temuan dan
kesimpulan, adalah tindakan yang diajukan untuk memperbaiki kondisi
yang ada atau meningkatkan operasi yang diusulkan.
e. Melakukan monitoring dan prosedur tindak lanjut (follow up).
IIA Standard 2500: Monioring Progress menyatakan bahwa "Kepala
eksekutif Audit harus membangun dan memelihara sistem untuk
memonitor [huruf miring ditambahkan] disposisi hasil
dikomunikasikan kepada manajemen."
Standar 2500.A1 melanjutkan dengan mengatakan bahwa "Kepala
eksekutif Audit harus menetapkan proses tindak lanjut [huruf
miring ditambahkan] untuk memantau dan memastikan bahwa
tindakan manajemen telah dilaksanakan secara efektif atau bahwa
manajemen senior telah menerima risiko tidak mengambil
tindakan."
Audit internal charter harus mendefinisikan tanggung jawab fungsi
audit internal untuk tindak lanjut, dan CAE harus menentukan sifat,
saat, dan lingkup prosedur tindak lanjut yang tepat untuk
penugasan tertentu.
5
dari sifat penugasannya (consul, advise, facilitation, and training) . Tiga fase
utama penugasan yang diatur dalam Standar (Internal Audit) sebagai berikut:
1. Planning
IIA Standard 2200 Engagement Planning : “Internal auditors must
develop and document a plan for each (consulting) engagement,
including the engagement’s objective, scope, timing, and resource
allocation”
IIA Standard 2201.C1 : “Internal auditor must establish an
understanding with consulting engagement (customer) about
objective, scope, respective, responsibilies, and other (customer)
expectation”
IIA Standard 2220.C1 : “Internal auditor must ensure that the scope of
engagement is sufficien to address the agreed-upon objectives”
IIA Standard 2240.C1 : “Work program for consulting engagement may
vary in form and content depending upon the nature of the
engagement”
2. Performing
IIA Standard 2300 Performing The Engagement : “Internal auditor must
identify, analyze, evaluate, and document sufficient information to
achieve the (consulting) engagement’s objective”
3. Communicating
IIA Standard 2400 Communicating Result : “Internal Auditor must
communicate the result of (consulting) engegement”
IIA Standard 2410 Criteria for Communicating : “Communications must
include the engagement’s objective and scope as well as applicable
conclusion, recommendations, and action plans”
IIA Standard 2410.C1 : “Communication of the progress and result of
consulting engagement will vary in form and content depending upon
the nature of the engagement and the needs of the (customer)”