Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus


menjadi sumber daya energy yang sangat besar. Indonesia pada tahun 2006 mampu
memproduksi batu bara sebesar 162 juta ton dan 120 juta ton diantaranya diekspor.
Sementara itu sekitar 29 juta ton diekspor ke Jepang. indonesia memiliki cadangan
batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan dalam
jumlah kecil, batu bara berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi.
Sedangkan rumus empirik batubara untuk jenis bituminous adalah C137H97O9NS,
sedangkan untuk antrasit adalah C240H90O4NS.

Indonesia memiliki cadangan batu bara yang sangat besar dan menduduki
posisi ke-4 di dunia sebagai negara pengekspor batubara. Di masa yang akan datang
batubara menjadi salah satu sumber energi alternatif potensial untuk menggantikan
potensi minyak dan gas bumi yang semakin menipis. Pengembangan pengusahaan
pertambangan batubara secara ekonomis telah mendatangkan hasil yang cukup
besar, baik sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri maupun sebagai sumber
devisa.

Bersamaan dengan itu, eksploitasi besar-besaran terhadap batubara secara


ekologis sangat memprihatinkan karena menimbulkan dampak yang mengancam
kelestarian fungsi lingkungan hidup dan menghambat terselenggaranya sustainable
eco-development. Untuk memberikan perlindungan terhadap kelestarian fungsi
lingkungan hidup, maka kebijakan hukum pidana sebagai penunjang ditaatinya
norma-norma hukum administrasi ladministrative penal law) merupakan salah satu
kebijakan yang perlu mendapat perhatian, karena pada tataran implementasinya
sangat tergantung pada hukum administrasi. Diskresi luas yang dimiliki pejabat
administratif serta pemahaman sempit terhadap fungsi hukum pidana sebagai

1
ultimum remedium dalam penanggulangan pencemaran dardatau perusakan
lingkungan hidup, seringkali menjadi kendala dalam penegakan norma-norma
hukum lingkungan. Akibatnya, ketidaksinkronan berbagai peraturan perundang-
undangan yang disebabkan tumpang tindih kepentingan antar sektor mewarnai
berbagai kebijakan di bidang pengelolaan lingkungan hidup.

Bertitik tolak dari kondisi di atas, maka selain urgennya sinkronisasi


kebijakan hukum pidana, diperlukan pula pemberdayaan upaya-upaya lain untuk
mengatasi kelemahan penggunaan sarana hukum pidana, dalam rangka memberikan
perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup dan korban yang timbul
akibat degradasi fungsi lingkungan hidup.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis batu bara

2. Bagaimana metode penambangan batubara

3. Bagaimana pengangkutan batu bara

4. Bagaimana dampak penambangan batu bara


5. Bagaimana dampak terhadap lingkungan

6. Bagaimana dampak terhadap manusia

7. Bagaimana dampak sosial dan kemasyarakatan

8. Bagaimana solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan


batubara

1.3 tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja jenis batu bara

2. Untuk mengetahui bagaimana metode penambangan batubara

2
3. Untuk mengetahui bagaimana pengangkutan batu bara

4. Untuk mengetahui dampak penambangan batu bara


5. Untuk mengetahui bagaimana dampak terhadap lingkungan

6. Untuk mengetahui bagaimana dampak terhadap manusia

7. Untuk mengetahui bagaimana dampak sosial dan kemasyarakatan

8. Untuk megetahui bagaimana solusi terhadap dampak dan pengaruh


pertambangan batubara

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Jenis Batu Bara

Jenis dan kualitas batubara tergantung pada tekanan, panas dan waktu
terbentuknya batubara. Berdasarkan hal tersebut, maka batubara dapat
dikelompokkan menjadi 5 jenis batubara, diantaranya adalah antrasit, bituminus,
sub bituminus, lignit dan gambut (Puslibang Kementrian ESDM, 2006)
1. Antrasit merupakan jenis batubara dengan kualitas terbaik, batubara jenis ini
mempunyai ciri-ciri warna hitam metalik, mengandung unsur karbon antara
86%-98% dan mempunyai kandungan air kurang dari 8%.
2. Bituminus merupakan batubara dengan kualitas kedua, batubara jenis ini
mempunyai kandungan karbon 68%-86% serta kadar air antara 8%-10%.
Batubara jenis ini banyak dijumpai di Australia.

3. Sub Bituminus merupakan jenis batubara dengan kualitas ketiga, batubara ini
mempunyai ciri kandungan karbonnya sedikit dan mengandung banyak air.

4. Lignit merupupakan batubara dengan kwalitas keempat, batubara jenis ini


mempunyai cirri memiliki warna muda coklat, sangat lunak dan memiliki
kadar air 35%-75%.

5. Gambut merupakan jenis batubara dengan kwalitas terendah, batubara ini


memiliki ciri berpori dan kadar air diatas 75%.

2.2 Metode Penambangan Batubara

4
Kegiatan pertambangan batubara merupakan kegiatan eksploitasi
sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui dan umumnya membutuhkan
investasi yang besar terutama untuk membangun fasilitas infrastruktur.

Karakteristik yang penting dalam pertambangan batubara ini adalah bahwa


pasar dan harga sumberdaya batubara ini yang sangat prospektif menyebabkan
industri pertambangan batubara dioperasikan pada tingkat resiko yang tinggi baik
dari segi aspek fisik, perdagangan, sosial ekonomi maupun aspek politik.

Kegiatan penambangan batubara dapat dilakukan dengan menggunakan


dua metode yaitu (Sitorus, 2000) :
1. Penambangan permukaan (surface/ shallow mining) , meliputi tambang
terbuka penambangan dalam jalur dan penambangan hidrolik.
2. Penambangan dalam (subsurfarcel deep mining).

Kegiatan penambangan terbuka (open mining) dapat mengakibatkan


gangguan seperti
1. Menimbulkan lubang besar pada tanah.
2. Penurunan muka tanah atau terbentuknya cekungan pada sisa bahan
galian yang dikembalikan ke dalam lubang galian.

3. Bahan galian tambang apabila di tumpuk atau disimpan pada stock fliling
dapat mengakibatkan bahaya longsor dan senyawa beracun dapat tercuci ke
daerah hilir.

4. Mengganggu proses penanaman kembali reklamasi pada galian tambang


yang ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat
bahan beracun, kurang bahan organiklhumus atau unsur hara telah
tercuci .

Sistem penambangan batubara yang sering diterapkan oleh perusahaan-


perusahaan yang beroperasi adalah sistem tambang terbuka (Open Cut Mining) .

5
Penambangan batubara dengan sistem tambang terbuka dilakukan dengan
membuat jenjang (Bench) sehingga terbentuk lokasi penambangan yang sesuai
dengan kebutuhan penambangan.

Metode penggalian dilakukan dengan cara membuat jenjang serta


membuang dan menimbun kembali lapisan penutup dengan cara back filling
per blok penambangan serta menyesuaikan kondisi penyebaran deposit
sumberdaya mineral, (Suhala Et, al.,, 1995).

Sedangkan pertambangan skala besar, tailing yang dihasilkan lebih banyak


lagi. Pelaku tambang selalu mengincar bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam
tanah, karena jumlahnya lebih banyak dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk
mencapai wilayah konsentrasi mineral di dalam tanah, perusahaan tambang
melakukan penggalian dimulai dengan mengupas tanah bagian atas (top soil). Top
Soil kemudian disimpan di suatu tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan
setelah penambangan. Tahapan selanjutnya adalah menggali batuan yang
mengandung mineral tertentu, untuk selanjutnya dibawa ke processing plant dan
diolah. Pada saat pemrosesan inilah tailing dihasilkan. Sebagai limbah sisa batuan
dalam tanah, tailing pasti memiliki kandungan logam lain ketika dibuang.

Kegiatan penambangan apabila dilakukan di kawasan hutan dapat merusak


ekosistem hutan. Apabila tidak dikelola dengan baik, penambangan dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan secara keseluruhan dalam bentuk pencemaran
air, tanah dan udara.

2.3 Pengangkutan Batu Bara

Cara pengangkutan batu bara ke tempat batu bara tersebut akan digunakan
tergantung pada jaraknya. Untuk jarak dekat, batu bara umumnya diangkut dengan
menggunakan ban berjalan atau truk. Untuk jarak yang lebih jauh di dalam pasar
dalam negeri, batu bara diangkut dengan menggunakan kereta api atau tongkang

6
atau dengan alternatif lain dimana batu bara dicampur dengan air untuk membentuk
bubur batu dan diangkut melalui jaringan pipa.

Kapal laut umumnya digunakan untuk pengakutan internasional dalam


ukuran berkisar dari Handymax (40-60,000 DWT), Panamax (about 60-80,000
DWT) sampai kapal berukuran Capesize (sekitar 80,000+ DWT). Sekitar 700 juta
ton (Jt) batu bara diperdagangkan secara internasional pada tahun 2003 dan sekitar
90% dari jumlah tersebut diangkut melalui laut.

Pengangkutan batu bara dapat sangat mahal – dalam beberapa kasus,


pengangkutan batu bara mencapai lebih dari 70% dari biaya pengiriman batu bara.
Tindakan-tindakan pengamanan diambil di setiap tahapan pengangkutan dan
penyimpan batu bara untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan hidup.

2.4 Dampak Penambangan Batubara

Pencemaran lingkungan adalah suatu keadaan yang terjadi karena perubahan


kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan air) yang tidak menguntungkan (merusak
dan merugikan kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan) yang disebabkan oleh
kehadiran benda-benda asing (seperti sampah, limbah industri, minyak, logam
berbahaya, dsb.) sebagai akibat perbuatan manusia, sehingga mengakibatkan
lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti semula (Susilo, 2003).

2.5 Dampak Terhadap Lingkungan

Setiap kegiatan penambangan baik itu penambangan Batu bara, Nikel dan
Marmer serta lainnya pasti menimbulkan dampak positif dan negatif bagi
lingkungan sekitarnya. Dampak positifnya adalah meningkatnya devisa negaradan
pendapatan asli daerah serta menampung tenaga kerja sedangkan dampak negatif
dari kegiatan penambangan dapat dikelompokan dalam bentuk kerusakan
permukaan bumi, ampas buangan (tailing), kebisingan, polusi udara, menurunnya

7
permukaan bumi (land subsidence), dan kerusakan karena transportasi alat dan
pengangut berat.

Karena begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh kegiatan


penambangan maka perlu kesadaran kita terhadap lingkungan sehingga dapat
memenuhi standar lingkungan agar dapat diterima pasar. Apalagi kebanyakan
komoditi hasil tambang biasanya dijual dalam bentuk bahan mentah sehingga harus
hati-hati dalam pengelolaannya karena bila para pemakai mengetahui bahan mentah
yang dibeli mencemari lingkungan, maka dapat dirasakan tamparannya terhadap
industri penambangan kita.

Sementara itu, harus diketahui pula bahwa pengelolaan sumber daya alam
hasil penambangan adalah untuk kemakmuran rakyat. Salah satu caranya adalah
dengan pengembangan wilayah atau community development. Perusahaan
pertambangan wajib ikut mengembangkan wilayah sekitar lokasi tambang termasuk
yang berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia. Karena hasil tambang
suatu saat akan habis maka penglolaan kegiatan penambangan sangat penting dan
tidak boleh terjadi kesalahan.

Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan


batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup
besar, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air . Penambangan Batubara secara
langsung menyebabkan pencemaran antara lain ;

1. Pencemaran air

Permukaan batubara yang mengandung pirit (besi sulfide) berinteraksi dengan


air menghasilkan Asam sulfat yang tinggi sehingga terbunuhnya ikan-ikan di sungai,
tumbuhan, dan biota air yang sensitive terhadap perubahan pH yang drastis.

8
Batubara yang mengandung uranium dalam konsentrasi rendah, torium, dan
isotop radioaktif yang terbentuk secara alami yang jika dibuang akan mengakibatkan
kontaminasi radioaktif. Meskipun senyawa-senyawa ini terkandung dalam
konsentrasi rendah, namun akan memberi dampak signifikan jika dibung ke
lingkungan dalam jumlah yang besar. Emisi merkuri ke lingkungan terkonsentrasi
karena terus menerus berpindah melalui rantai makan dan dikonversi menjadi
metilmerkuri, yang merupakan senyawa berbahaya dan membahayakan manusia.
Terutama ketika mengkonsumsi ikan dari air yang terkontaminasi merkuri.

2. Pencemaran udara

Polusi/pencemaran udara yang kronis sangat berbahaya bagi kesehatan.


Menurut logika udara kotor pasti mempengaruhi kerja paru-paru. Peranan polutan
ikut andil dalam merangsang penyakit pernafasan seperti influensa,bronchitis dan
pneumonia serta penyakit kronis seperti asma dan bronchitis kronis.

3. Pencemaran Tanah

Penambangan batubara dapat merusak vegetasi yang ada, menghancurkan


profil tanah genetic, menggantikan profil tanah genetic, menghancurkan satwa liar
dan habitatnya, degradasi kualitas udara, mengubah pemanfaatan lahan dan hingga
pada batas tertentu dapat megubah topografi umum daerah penambangan secara
permanen.

Disamping itu, penambangan batubara juga menghasilkan gas metana, gas


ini mempunyai potensi sebagi gas rumah kaca. Kontribusi gas metana yang
diakibatkan oleh aktivitas manusia, memberikan kontribusi sebesar 10,5% pada emisi
gas rumah kaca.

9
Aktivitas pertambangan batubara juga berdampak terhadap peningkatan
laju erosi tanah dan sedimentasi pada sempadan dan muara-muara sungai.

Kejadian erosi merupakan dampak tidak langsung dari aktivitas


pertambangan batubara melainkan dampak dari pembersihan lahan untuk bukaan
tambang dan pembangunan fasilitas tambang lainnya seperti pembangunan
sarana dan prasarana pendukung seperti perkantoran, permukiman
karyawan,Dampak penurunan kesuburan tanah oleh aktivitas pertambangan
batubara terjadi pada kegiatan pengupasan tanah pucuk (top soil) dan tanah
penutup (sub soil/overburden). Pengupasan tanah pucuk dan tanah penutup akan
merubah sifat-sifat tanah terutama sifat fisik tanah dimana susunan tanah yang
terbentuk secara alamiah dengan lapisan-lapisan yang tertata rapi dari lapisan
atas ke lapisan bawah akan terganggu dan terbongkar akibat pengupasan tanah
tersebut.

2.6 Dampak Terhadap manusia

Dampak pencemaran Pencemaran akibat penambangan batubara terhadap


manusia, munculnya berbagai penyakit antara lain :

1. Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan


manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan penyakit kulit pada
manusia seperti kanker kulit. Kaarena Limbah tersebut mengandung belerang
( b), Merkuri (Hg), Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4),
di samping itu debu batubara menyebabkan polusi udara di sepanjang jalan
yang dijadikan aktivitas pengangkutan batubara. Hal ini menimbulkan
merebaknya penyakit infeksi saluran pernafasan, yang dapat memberi efek
jangka panjang berupa kanker paru-paru, darah atau lambung. Bahkan
disinyalir dapat menyebabkan kelahiran bayi cacat.

10
2. Antaranya dampak negatifnya adalah kerusakan lingkungan dan masalah
kesehatan yang ditimbulkan oleh proses penambangan dan penggunaannya.
Batubara dan produk buangannya, berupa abu ringan, abu berat, dan kerak
sisa pembakaran, mengandung berbagai logam berat : seperti arsenik, timbal,
merkuri, nikel, vanadium, berilium, kadmium, barium, cromium, tembaga,
molibdenum, seng, selenium, dan radium, yang sangat berbahaya jika dibuang
di lingkungan.

3. Seperti halnya aktifitas pertambangan lain di Indonesia, Pertambangan


batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang
cukup parah, baik itu air, tanah, Udara, dan hutan, Air Penambangan Batubara
secaralangsung menyebabkan pencemaran air, yaitu dari limbah penducian
batubara tersebut dalam hal memisahkan batubara dengan sulfur. Limbah
pencucian tersebut mencemari air sungai sehingga warna air sungai menjadi
keruh, Asam, dan menyebabkan pendangkalan sungai akibat endapan
pencucian batubara tersebut. Limbah pencucian batubara setelah diteliti
mengandung zat-zat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika
airnya dikonsumsi. Limbah tersebut mengandung belerang ( b), Merkuri (Hg),
Asam Slarida (Hcn), Mangan (Mn), Asam sulfat (H2sO4), dan Pb. Hg dan Pb
merupakan logam berat yang dapat menyebabkan penyakit kulit pada manusia
seperti kanker kulit.

2.7 Dampak Sosial dan kemasyarakatan

1. Terganggunya Arus Jalan Umum

Banyaknya lalu lalang kendaraan yang digunakan untuk angkutan batubara


berdampak pada aktivitas pengguna jalan lain. Semakin banyaknya kecelakaan,

11
meningkatnya biaya pemeliharaan jembatan dan jalan, adalah sebagian dari dampak
yang ditimbulkan.

2. Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat

Konflik lahan kerap terjadi antara perusahaan dengan masyarakat lokal yang
lahannya menjadi obyek penggusuran. Kerap perusahaan menunjukkan
kearogansiannya dengan menggusur lahan tanpa melewati persetujuan pemilik atau
pengguna lahan. Atau tak jarang mereka memberikan ganti rugi yang tidak seimbang
denga hasil yang akan mereka dapatkan nantinya. Tidak hanya konflik lahan,
permasalahan yang juga sering terjadi adalah diskriminasi. Akibat dari pergeseran ini
membuat pola kehidupan mereka berubah menjadi lebih konsumtif. Bahkan
kerusakan moral pun dapat terjadi akibat adanya pola hidup yang berubah.

Nilai atau dampak positif dari batubara itu sendiri,


Sumber wikipedia.com mengatakan Tidak dapat di pungkiri bahwa batubara adalah
salah satu bahan tambang yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi.
Indonesia adalah salah satu negara penghasil batubara terbesar no.2 setelah Australia
hingga tahun 2008. Total sumber daya batubara yang dimiliki Indonesia mencapai
104.940 Milyar Ton dengan total cadangan sebesar 21.13 Milyar Ton. Nanun hal ini
tetap memberikan efek positif dan negatif, dan hal positifnya
Sumber wikipedia.com mengatakan. Hal positifnya adalah bertambahnya devisa
negara dari kegiatan penambanganya.

Secara teoritis usaha pertambangan ditujukan untuk kesejahteraan masyarakat.


Para pekerja tambang selayaknya bekerja sama dengan masyarakat sekitar. Salah
satu bentuknya dengan cara memperkerjakan masyarakat sekitar dalam usaha
tambang sekitar, sehingga membantu kehidupan ekonomi masyarakat sekitar.

12
2.8 Solusi Terhadap Dampak Dan Pengaruh Pertambanga Batubara

Tidak dapat di pungkiri bahwa pemerintah mempunyai peran yang penting


dalam mencari solusi terhadap dampak dan pengaruh pertambangan batu bara
yang ada di indonesia. Pemerintah harus menyadari bahwa tugas mereka adalah
memastikan masa depan yang dimotori oleh energi bersih dan terbarukan. Dengan
cara ini, kerusakan pada manusia dan kehidupan sosialnya serta kerusakan ekologi
dan dampak buruk perubahan iklim dapat dihindari.

Sayangnya, Pemerintah Indonesia ingin percaya bahwa batubara jawaban


dari permintaan energi yang menjulang, serta tidak bersedia mengakui potensi luar
biasa dari energi terbarukan yang sumbernya melimpah di negeri ini.

Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang


ditimbulkan oleh penambang batu bara dapat ditempuh dengan beberapa
pendekatan, untuk dilakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :
1. Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif
(control/protective) yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk
pengangkutan batu bara sehingga akan mengurangi keruwetan masalah
transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang
kotor. Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko
terpapar/terekspose oleh debu batu bara (coal dust).
2. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga
akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan.
Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan batu bara
dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria. Dikhawatirkan bekas
lubang/kawah batu bara dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding
place).

13
3. Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan
pengusahaan penambangan batu bara tersebut untuk mematuhi ketentuan-
ketentuan yang berlaku (law enforcement)

4. Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan


untuk membina dan memberikan penyuluhan/penerangan terus menerus
memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut
memelihara kelestarian lingkungan.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mengeksploitasi bahan galian secara vertikal di permukaan bumi hingga


sangat dalam, secara langsung berarti melakukan perusakan atau merubah rona
permukaan bumi. Rusaknya ekosistem di daerah lokasi tambang, yakni tanahnya
menjadi tandus, terjadinya krisis air bersih yang dirasakan warga sekitar, dan
adanya polusi udara dari debu hasil penambangan, dan banyaknya tanah rawan
longsor, yang berujung kemudian terjadinya kerusakan jalan. Proyek penambangan
ini disebabkan oleh keserakahan manusia dalam mengeksploitasi tanah yang
nantinya akan dijual untuk mencari keuntungan tersendiri yang dilakukan oleh
perusahaan keluarga. Pemakaian alat-alat berat di lokasi penambangan yang
mengakibatkan terdapatnya lubang-lubang besar bekas galian yang kedalamannya
mencapai puluhan meter bahkan ratusan meter, serta mengakibatkan lingkungan di
sekitarnya menjadi rusak. Potensi terjadinya longsor jelas sangat berbahaya baik
bagi penambang maupun masyarakat yang ada di sekitarnya. Penambangan bahan
galian tersebut juga mengakibatkan perubahan struktur tanah.

3.2 Saran

Seluruh masyarakat seharusnya mempunyai kesadaran untuk memelihara


lingkungan sekitar, serta mempunyai rasa kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Apabila ingin menambang di suatu tempat, seharusnya juga memikirkan apa

15
dampak yang akan ditimbulkan dan tetap bertanggungjawab terhadap kelestarian
lingkungan hidup.

Daftar Pustaka

Agus, F. 2004. Pengelolaan DTA Danau dan Dampak Hidrologisnya. Balai


Penelitian Tanah. Bogor. http://www.litbang.deptan.go.id/artikel/one/56/pdf [16
Juni 2006].

Agus F, Farida, Noordwijk Van Meine, editor. 2004. Hydrological Impacts of


Forest, Agroforestry and Upland Cropping as a Basis for Rewarding
Environmental Service Providers in Indonesia. Proceedings of a workshop in
Padang/Singkarak, Weat Sumatra, Indonesia, 25-28 February 2004. ICRAF-
SEA. Bogor

Latifa, S. 2000. Keragaan Accacia mangium wild pada Lahan Bekas


Tambang Timah (Studi kasus di areal PT. Timah). Tesis
Sekolah Pascasarjana.IPB. Boger.

Pusat Penelitian ttan Pengembangan (Puslitbang) Teknologi Mineral dan


Batubara. Departemen ESDM. 2006. Batubara Indonesia. Departemen
ESDM. Jakarta.

16
Sitorus. S.R.P. 2000. Pengembangan Sumberdaya Tanah Berkelanjutan.
Jurusan Tanah.Fakultas pertanian lnstitut Pertanian Bogor (IPB). Boger.

Soemarwoto, 0 . 2005. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah


Mada Uversity Press. Yogyakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai