Anda di halaman 1dari 33

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep Produksi

Teori produksi merupakan analisa mengenai bagaimana seharusnya seorang

pengusaha atau produsen, dalam teknologi tertentu memilih dan

mengkombinasikan berbagai macam faktor produksi untuk menghasilkan

sejumlah produksi tertentu, seefisien mungkin (Sudarman, 1989). Produksi adalah

suatu proses mengubah input menjadi output, sehingga nilai barang tersebut

bertambah. Penentuan kombinasi faktor-faktor produksi yang digunakan dalam

proses produksi sangatlah penting agar proses produksi yang dilaksanakan dapat

efisien dan hasil produksi yang di dapat menjadi optimal.

Setiap faktor produksi yang terdapat dalam perekonomian adalah dimiliki

oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha

dan sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Tenaga kerja

mendapat gaji dan upah, tanah memperoleh sewa, modal memperoleh bunga dan

keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan. Pendapatan yang diperoleh

masing-masing jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada harga dan jumlah

masing-masing faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan yang

diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan sesuatu

barang adalah sama dengan harga dari barang tersebut. (Sukirno, 1996).

Dalam Proses produksi, perusahaan mengubah masukan (input), yang juga

disebut sebagai faktor produksi (factors of production) termasuk segala

sesuatunya yang harus digunakan perusahaan sebagai bagian dari proses produksi,

Universitas Sumatera Utara


menjadi keluaran (output). Misalnya sebuah pabrik roti menggunakan masukan

yang mencakup tenaga kerja, bahan baku seperti; terigu, gula dan modal yang

telah diinvestasikan untuk panggangan, mixer serta peralatan lain yang digunakan.

Tentu saja setelah proses produksi berjalan akan menghasilkan produk berupa roti.

Pyndick (Salvatore, 2006) menjelaskan bahwa hubungan antara masukan

pada proses produksi dan hasil keluaran dapat digambarkan melalui fungsi

produksi. Fungsi ini menunjukkan keluaran Q yang dihasilkan suatu unit usaha

untuk setiap kombinasi masukan tertentu. Untuk menyederhanakan fungsi tersebut

dapat dituliskan sebagai berikut :

Q = f{K, L}

Persamaan ini menghubungkan jumlah keluaran dari jumlah kedua masukan

yakni modal dan tenaga kerja. Cobb-Douglas adalah salah satu fungsi produksi

yang paling sering digunakan dalam penelitian empiris. Fungsi ini juga

meletakkan jumlah hasil produksi sebagai fungsi dari modal (capital) dengan

faktor tenaga kerja (labour). Dengan demikian dapat pula dijelaskan bahwa hasil

produksi dengan kuantitas atau jumlah tertentu akan menghasilkan taraf

pendapatan tertentu pula. Secara sederhana fungsi produksi Cobb-Douglas

tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

Q = ALα K β

Dimana Q adalah output dan L dan K masing-masing adalah tenaga kerja

dan barang modal. A, α (alpha) dan β (beta) adalah parameter-parameter positif

yang dalam setiap kasus ditentukan oleh data. Semakin besar nilai A, barang

teknologi semakin maju. Parameter α mengukur persentase kenaikan Q akibat

adanya kenaikan satu persen L sementara K dipertahankan konstan. Demikian

Universitas Sumatera Utara


pula parameter β, mengukur persentase kenaikan Q akibat adanya kenaikan satu

persen K sementara L dipertahankan konstan. Jadi, α dan β masing-masing

merupakan elastisitas output dari modal dan tenaga kerja. Jika α + β = 1, maka

terdapat tambahan hasil yang konstan atas skala produksi; jika α + β > 1 terdapat

tambahan hasil yang meningkat atas skala produksi dan jika α + β < 1 maka

artinya terdapat tambahan hasil yang menurun atas skala produksi. Pada fungsi

produksi Cobb-Douglas (Salvatore, 2006).

Berdasarkan penjelasan fungsi produksi Cobb-Douglas di atas, dapat

dirumuskan bahwa faktor-faktor penentu seperti tenaga kerja dan modal

merupakan hal yang sangat penting diperhatikan terutama dalam upaya

mendapatkan cerminan tingkat pendapatan suatu usaha produksi seperti Industri

Kecil dan Menengah. Ini berarti bahwa jumlah tenaga kerja serta modal peralatan

yang merupakan input dalam kegiatan produksi Industri Kecil dan Menengah

dapat memberikan beberapa kemungkinan tentang tingkat pendapatan yang

mungkin diperoleh.

2.2.Faktor Produksi dan Pendapatan

Faktor produksi adalah semua masukan yang diberikan pada proses

produksi agar menghasilkan output. Beberapa literatur menyebutkan faktor

produksi dengan istilah input, atau faktor produksi keluaran produksi. Faktor

produksi sangat menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Hubungan

antara faktor produksi (input) dan produksi (output) disebut fungsi produksi.

Universitas Sumatera Utara


Prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi adalah bagaimana

menggunakan faktor produksi seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu

ekonomi, pengertian efisien digolongkan dalam tiga macam yaitu :

1. Efisiensi teknis, yakni : faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi

yang maksimum.

2. Efisiensi alokatif (efisiensi harga), yakni : nilai produksi marginal sama

dengan harga faktor produksi yang dipakai.

3. Efisiensi ekonomi, yakni : kalau usaha pertanian mencapai efisiensi teknis

sekaligus juga mencapai efisiensi harga.

Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan

hubungan antara tingkat produksi dan tingkat penggunaan faktor produksi

(Boediono, 2002). Faktor produksi menggambarkan bahwa bentuk umum fungsi

produksi yang bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi antara kapital

[K], tenaga kerja [L], adalah sebagai berikut :

Q = f (K, L)

Dimana :

Q = Output atau keluaran

K = Stok Capital atau modal

L = Labour atau tenaga kerja

Analisis fungsi produksi sering digunakan untuk mendapatkan informasi

bagaimana sumber daya yang terbatas dapat dikelola dengan baik agar produksi

maksimum dapat diperoleh. Dalam pemakaian fungsi produksi, kondisi efisiensi

harga dipakai sebagai patokan, yaitu dengan mengatur penggunaan faktor

Universitas Sumatera Utara


produksi sedemikian rupa, sehingga nilai produk marginal suatu input X sama

dengan harga faktor produksi (input) tersebut.

Setiap faktor produksi yang terdapat dalam prekonomian adalah dimiliki

oleh seseorang. Pemiliknya menjual faktor produksi tersebut kepada pengusaha

dan sebagai balas jasanya mereka akan memperoleh pendapatan. Pendapatan yang

diperoleh masing-masing jenis faktor produksi tersebut tergantung kepada harga

dan jumlah masing-masing faktor produksi yang digunakan. Jumlah pendapatan

yang diperoleh berbagai faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan

sesuatu barang adalah sama dengan harga barang tersebut (Sadono Sukirno,

2002).

Fungi produksi pada persamaan dapat diturunkan dengan memasukkan

sumber daya [M) dengan rumus :

Q = f (K, L,M)

Fungi produksi tersebut dapat diturunkan dengan memasukkan teknologi [T)

dengan rumus :

Q = f (K, L,M,K)

Sehingga dapat lengkap menjadi fungsi produksi yang memasukkan semua

unsure faktor produksi. Fungsi produksi dapat menghasilkan pendapatan

(keuntungan) yang dipengaruhi oleh beberapa variabel ekonomi global yaitu

tingkat bunga dalam [r] dan bunga luar negeri [r*], harga dalam negeri [P] dan

harga luar negeri [P*]dan nilai tukar. Berikut rumusnya :

Fungsi keuntungan :

Π = P.Q − C

Universitas Sumatera Utara


Fungsi keuntungan dapat disubstitusikan ke dalam fungsi produksi dengan

memasukkan tingkat upah [W] berikut:

Π = P.Q − C

= PF ( K , L, M ,W1K +,W2 L +,W3 ..............W p

Pendapatan juga dipengaruhi oleh tingkat bunga di dalam negeri [r] dan

bunga di luar negeri [r*] berikut :

r = r * + apresiasi / depresiasi

P = eP *

Rumus tersebut kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan yang

menjelaskan faktor yang mempengaruhi keuntungan [ Π ], sebagai berikut :

Π = Π ((r * + de ),W2 ,W3 .............................., eP*)


e

Pendapatan adalah total penerimaan dari setiap anggota rumah tangga

dalam bentuk uang atau natura yang diperoleh baik sebagai gaji atau upah usaha

rumah tangga atau sumber lain. Kondisi seseorang dapat di ukur dengan

menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang

diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu

(Samuelson dan Nordhaus, 2001).

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan

maupun natura. Pendapatan atau disebut juga income dari seorang warga

masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimiliknya

pada sektor produksi.

Ada tiga konsep pendapatan yang dikemukakan Friedman (Stonier dan

Hague,1984), bahwa yang bermanfaat untuk menelaah perilaku ekonomi rumah

Universitas Sumatera Utara


tangga. Konsep pendapatan friedman yaitu ; measured current income [Ym],

transitory income [Ytr], dan permanent income [Yp].

Pendapatan yang sedang berjalan mengandung dua komponen yaitu

pendapatan tetap dan pendapatan yang tidak tetap yang dirumuskan sebagai

berikut :

Ym = Yp + Ytr

Dimana ;

Ym = Pendapatan yang sedang berjalan

Yp = Pendapatan tetap

Ytr = Pendapatan tidak tetap

Pendapatan tidak tetap merupakan pendapatan yang menyimpang dari

normal, pendapatan tidak tetap dapat bertanda positif dapat pula bertanda negatif.

Windfall profit yaitu keuntungan yang tidak terduga-duga merupakan pendapatan

tidak tetap yang bertanda positif, sebaliknya windfall loss atau kerugian yang

tidak terduga-duga adalah merupakan pendapatan tidak tetap yang bertanda

negatif. Sementara pendapatan tetap diinterpretasikan sebagai pendapatan yang

diharapkan atau diantisipasikan. Berdasarkan kedua pengertian tersebut,

pendapatan yang sedang berjalan dapat lebih besar atau lebih kecil dari

pendapatan tetap, tergantung pada nilai pendapatan tidak tetap (Soediyono

Reksoprayitno, 2000).

Pendapatan total adalah sama dengan jumlah unit output yang terjual

dikalikan dengan harga output per unit. Jika jumlah unit output yang sama dengan

Q dan harga jual per unit output adalah P, maka pendapatan total [TR] = Q x P.

biaya usaha biasanya diklasifikasikan menjadi dua bagian yaitu biaya tetap (fixed

Universitas Sumatera Utara


cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap [FC] adalah biaya yang

relative jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun komoditi yang dijual banyak

atau sedikit. Biaya variable [VC] adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi

oleh komoditi yang dijual, contohnya biaya untuk tenaga kerja. Total biaya [TC]

adalah jumlah dari biaya tetap [FC] dan biaya variable [VC], maka TC = FC + VC

(Manurung, 2002).

Secara teoritis keuntungan adalah kompensasi atas resiko yang ditanggung

oleh seseorang. Makin besar resiko, keuntungan yang diperoleh harus semakin

besar. Profit atau keuntungan adalah nilai penerimaan total dikurangi biaya total

yang dikeluarkan. Jika keuntungan dinotasikan dengan π, pendapatan total dengan

notasi TR dan biaya total dengan notasi TC, maka : π = TR – TC .

Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi

diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor

produksi, gaji/upah, surplus usaha, penyusustan dan pajak tidak langsung neto,

bunga modal, sewa tanah dan keuntungan. Pendapatan uang dan pendapatan

ekonomi (Economic Icome) adalah sejumlah uang yang dapat digunakan keluarga

dalam satu periode tertentu untuk dibelanjakan tanpa mengurangi atau menambah

aset neto. Sumber pendapatan ekonomi antara lain upah, gaji, pendapatan bunga,

pendapatan sewa, penghasilan transfer dan pemerintah, dan lain-lain.

Pendapatan yang siap dibelanjakan adalah pendapatan total dikurangi pajak.

Pendapatan yang siap dibelanjakan akan dialokasikan untuk memperoleh

kepuasan rumah tangga melalui fungsi pengeluaran. Semakin baik tingkat

kesejahteraan rumah tangga, maka semakin besar pula pengeluaran untuk

konsumsi non pangan dibandingkan pengeluaran konsumsi pangan, perumusan di

Universitas Sumatera Utara


atas oleh Keynes disebut “Psychological law of consumption”. Jika dituangkan

secara umum, maka bunyinya menjadi makin tinggi pendapatan, maka menurun

bagian untuk konsumsi dan makin besar bagian untuk tabungan makin tinggi.

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan

maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga

masyarakat adalah hasil “penjualan”nya dari faktor-faktor produksi yang

dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini ”membeli” faktor-

faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan

harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor produksi dipasar faktor

produksi ( seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar barang ) ditentukan

oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan.

Secara singkat income seorang warga masyarakat ditentukan oleh :

1. Jumlah faktor-faktor produksi yang ia miliki yang bersumber pada ;

2. Hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu

3. Warisan atau pemberian

4. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini

ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dipasar faktor produksi.

Penawaran dan permintaan dari masing – masing produksi ditentukan oleh

faktor-faktor yang berbeda :

1. Tanah (termasuk didalamnya kekayaan-kekayaan yang terkandung didalam

tanah, mineral, air dan sebagainya ) mempunya penawaran yang dianggap

tidak akan bertambah lagi. Sedangkan permintaan ( demand ) akan tanah

biasanya menaik dari waktu ke waktu karena : (A) naiknya harga barang-

barang pertanian, (b) naiknya harga barang-barang lainnya (mineral, barang-

Universitas Sumatera Utara


barang industri yang menggunakan bahan-bahan mentah dari tanah), (c)

bertambahnya penduduk (yang membutuhkan tempat tinggal). Dengan

demikian harga dari tanah akan menaik dengan cepat dari waktu ke waktu.

Gambar 2.1 Faktor Produksi Tanah

2. Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai penawaran

yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga masyarakat menyisihkan

sebagian dari penghasilannya untuk ditabung (saving) dan kemudian sektor

produksi akan menggunakan dana tabungan ini untuk pabrik-pabrik baru,

membeli mesin-mesin ( yaitu investasi). Karean adanya saving dan investasi,

maka penawaran dri barang-barang modal dari waktu ke waktu bisa

bertambah sedangkan permintaan akan barang-barnag modal terutama sekali

dipengruhi oleh gerak permintaan akan barang-barang jadi. Bila harga pakaian

naik, maka permintaan akan mesin- mesin tenun, mesin jahit juga akan naik.

Permintan akan baranng-barang jadi, pada gilirannya dipengaruhi oleh dua

faktor utama : (1) Pertumbuhan penduduk (yang membutuhkan tambahan

Universitas Sumatera Utara


baju, perumahan dan sebagainya). (2) Pertumbuhan pendapatan penduduk

(yang dicerminkan oleh kenaikan pendapatan nasional atau (GNP) perkapita).

Gambar 2.2. Harga Barang Modal

3. Tenaga Kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik sejalan

dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan tenaga kerja

tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi (seperti halnya dengan

permintaan akan barang-barang modal. Disamping itu permintaan akan tenaga

kerja dipengaruhi pula oleh kemajuan teknologi ini. Permintaan akan tenaga

kerja tidak tumbuh secepat penawaran tenaga kerja (atau pertumbuhan

penduduk) maka ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi tenaga

kerja) untuk semakin menurun.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 2.3 Harga Tenaga Kerja (Upah)

4. Kepengusahaan (entrepreunership) merupakan faktor produksi yang paling

sulit untuk dianalisa, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran pun

permintaannya sangat beraneka ragam (dan sering faktor-faktor ini diluar

kemampuan ilmu ekonomi untuk menganalisa, misalnya: faktor-faktor

motivasi lain dan sebagainya). Pada umumnya penawaran pada negara

berkembang orang yang berjiwa “enterpreuner” masih sangat kecil. Inilah

sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses juga cukup besar di

negara tersebut. Cara yang banyak dilakukan adalah dengan tetap

mempertahankan hak milik perseorangan, dengan tujuan mengurangi

ketidakmerataan distribusi pendapatan.cara-cara yang bisa dilakukan oleh

negara antara lain adalah : Pajak progesif atas kekayaan atau penghasilan,

penyediaan kebutuhan hidup dasar (misalnya makanan pokok, pakaian,

perumahan), penyediaan jasa-jasa yang berguna untuk umum oleh negara,

(misalnya rumah sakit, klinik), memperkecil pengangguran, pendidikan yang

murah dan merata, berbagai kebijaksanaan yang menghilangkan hambatan-

hambatan bagi mobilitas (baik vertikal maupun horizontal).

Universitas Sumatera Utara


2.3.Bantuan Modal Usaha

Modal adalah salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi setiap

usaha, baik skala kecil, menengah maupun besar. Dalam memulai suatu usaha,

modal merupakan salah satu faktor penting disamping faktor lainnya, sehingga

suatu usaha bisa tidak berjalan apabila tidak tersedia modal. Artinya, bahwa suatu

usaha tidak akan pernah ada atau tidak dapat berjalan tanpa adanya modal. Hal ini

menggambarkan bahwa modal menjadi faktor utama dan penentu dari suatu

kegiatan usaha. Karenanya setiap orang yang akan melakukan kegiatan usaha,

maka langkah utama yang dilakukannya adalah memikirkan dan mencari

modaluntuk usahanya.

Modal merupakan kekayaan yang dimiliki perusahaan yang dapat

menghasilkan keuntungan pada waktu yang akan datang dan dinyatakan dalam

nilai uang. Modal dalam bentuk uang pada suatu usaha mengalami perubahan

bentuk sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai tujuan usaha, yakni: (1) sebagian

dibelikan tanah dan bangunan; (2) sebagian dibelikan persediaan bahan; (3)

sebagian dibelikan mesin dan peralatan; dan (4) sebagian lagi disimpan dalam

bentuk uang tunai. Selain sebagai bagian terpenting di dalam proses produksi,

modal juga merupakan faktor utama dan mempunyai kedudukan yang sangat

tinggi di dalam pengembangan perusahaan. Hal ini dicapai melalui peningkatan

jumlah produksi yang menghasilkan keuntungan atau laba bagi pengusaha.

Dengan tersedianya modal maka usaha akan berjalan lancar sehingga akan

mengembangkan modal itu sendiri melaui suatu proses kegiatan usaha. Modal

yang digunakan dapat merupakan modal sendiri seluruhnya atau merupakan

kombinasi antara modal sendiri dengan modal pinjaman. Kumpulan berbagai

Universitas Sumatera Utara


sumber modal akan membentuk suatu kekuatan modal yang ditanamkan guna

menjalankan usaha. Modal yang dimiliki tersebut jika dikelola secara optimal

maka akan meningkatkan volume penjualan.

Terdapat pula adanya penggunaan istilah modal untuk mengacu kepada arti

yang lebih khusus, misalnya modal sosial dan modal manusia. Istilah yang

pertama mengacu kepada jenis modal yang tersedia bagi kepentingan umum,

seperti rumah sakit, gedung sekolah, jalan raya dan sebagainya, sedangkan istilah

yang kedua mengacu kepada faktor manusia produktif yang mencakup faktor

kecakapan dan keterampilan manusia. Menyelenggarakan pendidikan misalnya,

disebut sebagai suatu investasi dalam modal manusia.

Istilah modal berbeda artinya dalam percakapan sehari-hari dan dalam ilmu

ekonomi. Modal (capital) sering ditafsirkan sebagai uang. Terutama apabila

mempersoalkan pembelian peralatan, mesin-mesin, atau fasilitas-fasilitas

produktif lain. Adalah lebih tepat untuk menyatakan uang yang digunakan untuk

melaksanakan pembelian tersebut sebagai modal finansial (financial capital).

Seorang ahli ekonomi akan menyatakan pembelian demikian sebagai investasi.

Para ekonom menggunakan istilah modal untuk semua alat bantu yang digunakan

dalam bidang produksi.

Adakalanya modal dinamakan barang-barang investasi, dan modal demikian

terdiri dari:

a. Mesin-mesin
b. Peralatan
c. Bangunan-bangunan
d. Fasilitas-fasilitas transpor dan distribusi
e. Persediaan (inventaris) barang-barang setengah jadi

Universitas Sumatera Utara


Ada suatu ciri pokok barang-barang modal yaitu bahwa mereka digunakan

untuk memproduksi barang-barang lain. Modal dalam arti luas adalah bagian

daripada arus benda-benda dan jasa-jasa yang langsung, yang ditujukan guna

penyediaan benda-benda material dan immaterial yang berkemampuan untuk

memberikan prestasi-prestasi ekonomi pada masa yang akan datang. Modal dalam

arti sempit adalah alat-alat produksi yang telah diproduksi. Dalam arti yang lebih

luas modal berarti pula setiap penambahan dalam pengetahuan yang menyebabkan

prestasi ekonomi pada masa yang akan datang bertambah.

Dalam ilmu ekonomi, istilah capital (modal) merupakan konsep yang

pengertiannya berbeda-beda, tergantung dari konteks penggunaannya dan aliran

pemikiran yang dianut. Secara historis konsep modal juga mengalami perubahan

atau perkembangan. Istilah “modal” yang biasa dipergunakan pada abad ke-16

dab abad ke-17 menunjukkan pengertian kepada dua hal. Pertama, modal dalam

pengertian persediaan uang yang digunakan untuk membeli barang yang akan

dijual untuk mendapatkan keuntungan dalam perdagangan. Kedua, modal dengan

maksud untuk menggambarkan persediaan yang berupa barang-barang. Oleh

sebab itu maka istilah “modal” digunakan untuk kedua pengertian yaitu konsep

keuangan dan konsep barang.

John Stuart Mill dalam Principle of Political Economy menggunakan istilah

“modal” dalam pengertian: (1) barang-barang fisik yang digunakan untuk

menghasilkan barang-barang lainnya, dan (2) sejumlah dana yang tersedia untuk

menyewa tenaga kerja. Pada akhir abad ke-19, modal dalam pengertian barang-

barang fisik yang digunakan dalam proses produksi ditinjau sebagai salah satu

dari keempat faktor dasar dalam produksi. Yang lainnya adalah tanah, tenaga

Universitas Sumatera Utara


kerja dan organisasi atau keusahawanan. Sekarang, “modal” sebagai suatu konsep

ekonomi dipergunakan dalam konteks yang berbeda-beda. Mubyarto (1989)

memberikan definisi modal sebagai sumber-sumber ekonomi di luar tenaga kerja

yang dibuat oleh manusia. Kadang-kadang modal dilihat dalam arti uang atau

dalam arti keseluruhan nilai sumber-sumber ekonomi non-manusiawi termasuk

tanah. Definisi modal yang lain yaitu merupakan barang atau uang, yang

bersama-sama faktor produksi tanah dan tenaga kerja menghasilkan barang-

barang baru. Dalam artian yang lebih luas, dan dalam tradisi pandangan ekonomi

non-Marxian pada umumnya, modal mengacu kepada asset yang dimiliki

seseorang sebagai kekayaan yang tidak segera dikonsumsi melainkan disimpan

(saving) atau dipakai untuk menghasilkan barang atau jasa baru (investasi).

Dengan demikian, modal dapat berwujud barang dan uang.

Akan tetapi, tidak setiap jumlah uang dapat disebut modal. Sejumlah uang

itu menjadi modal apabila uang tersebut ditanam atau diinvestasikan untuk

menjamin adanya suatu kembalian. Dalam arti ini modal juga mengacu kepada

investasi itu sendiri yang dapat berupa alat-alat finansial seperti deposito, stok

barang, ataupun surat saham yang mencerminkan hak atas sarana produksi, atau

dapat pula berupa sarana produksi fisik. Kembalian itu dapat berupa pembayaran

bunga, ataupun klaim atas suatu keuntungan . Adam Smith dalam The Wealth of

Nation menggunakan istilah capital dan circulating capital. Pembedaan ini

didasarkan atas kriteria sejauh mana suatu unsur modal itu terkonsumsi dalam

jangka waktu tertentu (misal satu tahun). Jika suatu unsur modal itu dalam jangka

waktu tertentu hanya terkonsumsi sebagian sehingga hanya sebagian (kecil)

nilainya menjadi susut, maka unsur itu disebut fixed capital dalam bentuk

Universitas Sumatera Utara


bangunan pabrik, mesin-mesin, peralatan transportasi, kemudahan distribusi, dan

barang-barang lainnya yang dipergunakan untuk memproduksi barang/jasa baru.

Tetapi jika unsur modal terkonsumsi secara total, maka disebut circulating capital

dalam bentuk barang jadi ataupun setengah jadi yang berada dalam proses untuk

diolah menjadi barang jadi.

2.4.Bantuan Kredit Modal Kerja

Menurut UU No. 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah menjadi UU No.

10 Tahun 1998 tentang Perbankan, disebutkan bahwa “kredit adalah penyediaan

uang tagihan atau yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan pinjaman antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah

bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.

Kredit mempunyai fungsi bagi dunia usaha termasuk juga usaha kecil yaitu

sebagai sumber permodalan untuk menjaga kelangsungan atau meningkatkan

usahanya. Sedangkan bagi lembaga keuangan termasuk juga bank kredit berfungsi

menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit

kepada dunia usaha (www.bi.go.id). Manfaat kredit bagi debitur yaitu memberi

keuntungan usaha dengan adanya tambahan modal dan berkembangnya usaha.

Sedangkan manfaat bagi lembaga keuangan yaitu memberi keuntungan dari

selisih bunga pemberian kredit atau jasa lainnya (www.bi.go.id).

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit

adalah sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara


1. Kepercayaan.

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan

benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa datang. Kepercayaan ini

diberikan oleh bank, dimana sebelumnya sudah dilakukan penelitian penyelidikan

tentang nasabah baik secara interen maupun eksteren. Penelitian dan penyelidikan

tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap nasabah pemohon kredit.

2. Kesepakatan.

Yaitu adanya kesepakatan antara pemberi kredit dan penerima kredit.

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak

menandatangani hak dan kewajibannya.

3. Jangka Waktu.

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu

ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu

tersebut bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah, atau jangka panjang.

4. Risiko.

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu

risiko tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit

semakin besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan

bank, baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh resiko

yang tidak disengaja.

5. Balas Jasa.

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang

kita kenal dengan nama bunga. Balas jasa dalam bentuk bunga dan biaya

Universitas Sumatera Utara


administrasi kredit ini merupakan keuntungan bank. Sedangkan bagi bank yang

berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil.

Jenis-jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaan oleh debitur antara lain

(www.bi.go.id):

1. Untuk pembelian barang modal atau perluasan usaha

2. Untuk menambah modal kerja usaha

3. Untuk keperluan konsumsi

4. Kredit untuk pertanian, perdagangan, industri, konstruksi, atau profesi

Kredit ini dapat digolongkan ke dalam enam bentuk yaitu:

1. Penggolongan kredit berdasarkan jangka waktu (maturity), antara lain:

a. Kredit jangka pendek (shot-term loan)

b. Kredit jangka menengah (medium-term loan)

c. Kredit jangka panjang (long-em loan)

2. Penggolongan kredit berdasarkan barang jaminan (collateral), antara lain:

a. Kredit dengan jaminan (secured loan)

b. Kredit dengan jaminan (unsecured loan)

3. Kredit berdasarkan segmen usaha, seperti otomotif, pharmasi, tekstil,

makanan, konstruksi dan sebagainya.

4. Penggolongan kredit berdasarkan tujuannya, antara lain:

a. Kredit komersil (commercial loan), yaitu kredit yang diberikan untuk

memperlancar kegiatan usaha nasabah di bidang perdagangan.

b. Kredit konsumtif (consumer loan), yaitu kredit yang diberikan untuk

memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif.

Universitas Sumatera Utara


c. Kredit produktif (productive loan), yaitu kredit yang diberikan dalam

rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat

memperlancar produksi.

5. Penggolongan kredit menurut penggunaannya, antara lain:

a. Kredit modal kerja (working capital credit), yaitu kredit yang diberikan

oleh bank untuk menambah modal kerja debitur.

b. Kredit investasi (Invesment credit), yaitu kredit yang diberikan kepada

perusahaan untuk digunakan melakukan investasi dengan membeli barang-

barang modal.

6. Kredit non kas (non cash loan), yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah

yang hanya boleh ditarik apabila suatu transaksi yang telah diperjanjikan telah

direalisasikan atau efektif.

2.5.Karakteristik Usaha Kecil

Menurut Smeru (2003), terdapat beberapa pengertian usaha kecil yang

diberikan oleh beberapa lembaga, antara lain:

a. BPS. Industri kerajinan rumah tangga yaitu perusahaan/usaha industri

pengolahan yang mempunyai pekerja 1-4 orang, sedangkan industri kecil

mempekerjakan 5 -19 orang.

b. Departemen Perindustrian dan Perdagangan: Industri-Dagang Mikro adalah

industri-perdagangan yang mempunyai tenaga kerja 1-4 orang.

c. Departemen Keuangan: Usaha mikro adalah usaha produktif milik keluarga

atau perorangan WNI yang memiliki hasil penjualan paling banyak

Universitas Sumatera Utara


Rp100.000.000 per tahun, sedangkan usaha kecil memiliki hasil penjualan

paling banyak Rp1 milyar per tahun.

d. Kantor Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah: Usaha

mikro dan usaha kecil adalah suatu badan usaha milik WNI baik perorangan

maupun berbadan hukum yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk

tanah dan bangunan) sebanyak-banyaknya Rp200 juta dan atau mempunyai

omzet/nilai output atau hasil penjualan rata-rata per tahun sebanyak-

banyaknya Rp1 milyar dan usaha tersebut berdiri sendiri.

e. Komite Penanggulangan Kemiskinan Nasional. Pengusaha mikro adalah

pemilik atau pelaku kegiatan usaha skala mikro di semua sektor ekonomi

dengan kekayaaan di luar tanah dan bangunan maksimum Rp 25 juta.

f. ADB: Usaha mikro adalah usaha-usaha non-pertanian yang mempekerjakan

kurang dari 10 orang termasuk pemilik usaha dan anggota keluarga. SK

Menteri Keuangan RI No.40/KMK.06/2003. 12 ADB Report, Lembaga

penelitian SMERU, Desember 2003.

g. USAID: Usaha mikro adalah kegiatan bisnis yang mempekerjakan maksimal

10 orang pegawai termasuk anggota keluarga yang tidak dibayar. Kadangkala

hanya melibatkan 1 orang, yaitu pemilik yang sekaligus menjadi pekerja.

Kepemilikan aset dan pendapatannya terbatas.

h. Bank Dunia: Usaha mikro merupakan usaha gabungan (partnership) atau

usaha keluarga dengan tenaga kerja kurang dari 10 orang, termasuk di

dalamnya usaha yang hanya dikerjakan oleh satu orang yang sekaligus

bertindak sebagai pemilik (self-employed). Usaha mikro sering merupakan

usaha tingkat survival (usaha untuk mempertahankan hidup – survival level

Universitas Sumatera Utara


activities), yang kebutuhan keuangannya dipenuhi oleh tabungan dan

pinjaman berskala kecil.

i. ILO: Usaha mikro di negara berkembang mempunyai karakteristik, antara lain

usaha dengan maksimal 10 orang pekerja, berskala kecil, menggunakan

teknologi sederhana, asset minim, kemampuan manajerial rendah, dan tidak

membayar pajak.

j. Farbman dan Lessik (1989): Usaha mikro mempunyai karakteristik, antara

lain mempekerjakan paling banyak 10 orang pekerja, merupakan usaha

keluarga dan menggunakan tenaga kerja keluarga, lokasi kerja biasanya di

rumah, menggunakan teknologi tradisional, dan berorientasi pasar lokal.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dibatasi pengertian usaha

kecil mikro yaitu : Usaha non pertanian (termasuk peternakan dan perikanan)

yang mempekerjakan paling banyak 10 pekerja, termasuk pemilik usaha dan

anggota keluarga, memiliki hasil penjualan paling banyak Rp100 juta per tahun,

dan mempunyai aset di luar tanah dan bangunan paling banyak Rp 25 juta.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha kecil memiliki

cakupan yang tidak besar, baik untuk jumlah pekerja, jenis usaha, jumlah

penjualan dan kepemilikkan atas kekayaan yang terbatas.

Tujuan usaha mikro menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008

tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu bertujuan menumbuhkan dan

mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional

berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.

Usaha mikro mempunyai peran yang penting dalam pembangunan ekonomi,

karena intensitas tenaga kerja yang relatif lebih tinggi dan investasi yang lebih

Universitas Sumatera Utara


kecil, sehingga usaha mikro lebih fleksibel dalam menghadapi dan beradaptasi

dengan perubahan pasar. Hal ini menyebabkan usaha mikro tidak terlalu

terpengaruh oleh tekanan eksternal, karena dapat mengurang impor dan memiliki

kandungan lokal yang tinggi. Oleh karena itu pengembangan usaha mikro dapat

memberikan kontribusi pada diversifikasi ekonomi dan perubahan struktur

sebagai prakondisi pertumbuhan ekonomi jangka panjang yang stabil dan

berkesinambungan. Disamping itu tingkat penciptaan lapangan kerja lebih tinggi

pada usaha mikro dari pada yang terjadi di perusahaan besar (Sutrisno dan

Sri,2006).

Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam perekonomian

Indonesia paling tidak dapat dilihat dari (Kementerian Koperasi dan UKM, 2005):

o Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai

sektor

o Penyedia lapangan kerja yang terbesar

o Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan

pemberdayaan masyarakat

o Pencipta pasar baru dan sumber inovasi

o Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui kegiatan ekspor.

Peran UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) selama ini diakui

berbagai pihak cukup besar dalam perekonomian nasional. Beberapa peran

strategis UMKM menurut Bank Indonesia antara lain: jumlahnya yang besar dan

terdapat dalam setiap sektor ekonomi; menyerap banyak tenaga kerja dan setiap

investasi menciptakan lebih banyak kesempatan kerja; memiliki kemampuan

Universitas Sumatera Utara


untuk memanfaatkan bahan baku lokal dan menghasilkan barang dan jasa yang

dibutuhkan masyarakat luas dengan harga terjangkau (www.smecda.com)

2.6.Pengembangan Usaha Kecil

Sebagaimana diketahui dari berbagai studi, bahwa dalam mengembangkan

usahanya, UMKM menghadapi berbagai kendala baik yang bersifat internal

maupun eksternal, permasalahan-permasalahan tersebut antara lain: manajemen,

permodalan, teknologi, bahan baku, informasi dan pemasaran, infrastruktur,

birokrasi dan pungutan, kemitraan. Dari beragamnya permasalahan yang dihadapi

UMKM, nampaknya permodalan tetap menjadi salah satu kebutuhan penting guna

menjalankan usahanya, baik kebutuhan modal kerja maupun investasi.

Menurut Dwiwinarno (Haryadi, 2010), ada beberapa faktor penghambat

berkembangnya UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) antara lain

kurangnya modal dan kemampuan manajerial yang rendah. Meskipun permintaan

atas usaha mereka meningkat karena terkendala dana maka sering kali tidak bisa

untuk memenuhi permintaan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan

untuk mendapatkan informasi tentang tata cara mendapatkan dana dan keterbasan

kemampuan dalam membuat usulan untuk mendapatkan dana.

Kebanyakan usaha skala kecil dalam menjalankan usaha tanpa adanya

perencanaan, pengendalian maupun juga evalusi kegiatan usaha. Menurut Andang

(2007), permasalahan UMKM dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Permasalahan yang bersifat klasik dan mendasar pada UMKM (basic

problems), antara lain berupa permasalahan modal, bentuk badan hukum yang

Universitas Sumatera Utara


umumnya non formal, sumber daya manusia (SDM), pengembangan produk

dan akses pemasaran;

b. Permasalahan lanjutan (advanced problems), antara lain pengenalan dan

penetrasi pasar ekspor yang belum optimal, kurangnya pemahaman terhadap

desain produk yang sesuai dengan karakter pasar, permasalahan hukum yang

menyangkut hak paten, prosedur kontrak penjualan serta peraturan yang

berlaku di negara tujuan ekspor; \

c. Permasalahan antara (intermediate problems), yaitu permasalahan dari instansi

terkait untuk menyelesaikan masalah dasar agar mampu menghadapi

persoalan lanjutan secara lebih baik. Permasalahan tersebut antara lain dalam

hal manajemen keuangan, agunan dan keterbatasan dalam kewirausahaan.

Dengan pemahaman atas permasalahan di atas, akan dapat ditengarai

berbagai problem dalam UMKM dalam tingkatan yang berbeda, sehingga solusi

dan penanganannya pun seharusnya berbeda pula. Menurut I Gusti (2011),

tantangan yang dihadapi UMKM dan Koperasi, antara lain :

1. Teknologi

Penelusuran studi mengatakan bahwa komoditi yang dihasilkan pengusaha

Mikro, Kecil dan Menengah & Koperasi masih mempergunakan teknologi relatif

rendah. Sementara negara maju lainnya pengembangannya berorientasi kepada

teknologi maju. Berangkat dari situasi tersebut daya saing produknya didaerah

relatif kalah bersaing di banding produk-produk dari negara-negara yang sudah

berorientasi pada teknologi maju. Kendala penggunaan teknologi terbesar adalah

biayanya yang cukup besar (mahal). Sering terjadi peluang pasar meningkat tetapi

Universitas Sumatera Utara


tak mampu memanfaatkannya karena tidak tersedianya teknologi yang

memungkinkan peningkatan produktivitas.

2. Sumber Daya Manusia (SDM)

Selama ini sebagian besar tenaga kerja yang bergerak dalam usaha mikro,

kecil dan menengah & koperasi bukan merupakan tenaga kerja yang profesional,

yang mampu mengelola usaha dengan baik.

3. Manajemen

Manajemen Pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah & Koperasi merupakan

salah satu faktor daya saing yang sangat penting. Banyak perusahaan yang punya

teknologi, sumber daya manusia dengan skill yang memadai dan modal yang

cukup, namun kinerja masih belum memenuhi harapan.

4. Permodalan

Perkembangan permodalan para pengusaha mikro, kecil dan menengah

hingga kini masih relatif lambat dan karenanya masih sering memerlukan bantuan

baik dari pemerintah maupun dari pengusaha besar. Modal adalah bagian yang tak

terpisahkan dalam usaha pengembangan suatu bisnis, karena itu akses modal baik

yang berwujud kredit, barang produksi merupakan sarana yang sangat diperlukan

dalam meningkatkan daya saing Pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah &

Koperasi. Kalangan perbankan masih sering menilai para pengusaha mikro, kecil

dan menengah & koperasi belum Bankable.

5. Organisasi dan kelembagaan

Masih banyak terjadi bahwa perusahaan-perusahaan yang termasuk UMKM

& Koperasi belum menunjukkan kejelasan prinsip-prinsip organisasi seperti

kejelasan tujuan, kejelasan misi, kejelasan aktivitas, kejelasan rentang kendali.

Universitas Sumatera Utara


Adalah kenyataan pada umumnya para Pengusaha Mikro, Kecil dan Menengah &

Koperasi sering menggunakan tipe organisasi yang sangat sederhana yang

akibatnya berpengaruh terhadap perkembangan dan peningkatan daya saing. Hasil

studi Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,

menunjukkan bahwa usaha mikro memiliki permasalahan yang dapat

diidentifikasikan sebagai berikut (Joko dan Sri, 2006):

a. Sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung mengikuti kaidah

administrasi standar, sehingga datanya tidak up to date. Hal tersebut

mengakibatkan sulitnya menilai kinerja usaha mikro.

b. Margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan yang sangat ketat

c. Modal terbatas

d. Pengalaman manajerial perusahaan terbatas.

e. Skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan penekanan

biaya untuk mencapai efesiensi yang tinggi.

f. Kemampuan pemasaran, negosiasi dan diversifikasi pasar yang terbatas.

g. Kemampuan untuk memperoleh sumber dana dari pasar modal yang rendah,

karena keterbatasan sistem administrasi.

Menurut Tulus (2002), beberapa permasalahan yang sering dihadapi UKM,

khususnya industri kecil (IK) dan industri rumah tangga (IRT) antara lain:

1. Kesulitan pemasaran

Pemasaran sering dianggap sebagai salah satu kendala yang kritis bagi

perkembangan UKM. Salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran

adalah tekanan-tekanan persaingan, baik pasar domestik dari produk serupa

buatan usaha besar dan impor, maupun di pasar ekspor.

Universitas Sumatera Utara


2. Keterbatasan finansial

UKM, khususnya di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek

finansial: mobilisasi modal awal (start-up capital) dan akses ke modal kerja dan

finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan demi

pertumbuhan output jangka panjang. Walaupun pada umumnya modal awal

bersumber dari modal (tabungan) sendiri atau sumber-sumber informal, namun

sumber-sumber permodalan ini sering tidak cukup untuk kegiatan produksi.

3. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM)

Keterbatasan SDM juga merupakan salah satu kendala serius bagi banyak

usaha mikro dan kecil di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek

enterpreunership, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk,

engineering design, quality control, organisasi bisnis, akuntansi, data processing,

teknik pemasaran, dan penelitian pasar.

4. Masalah bahan baku

Keterbatasan bahan baku (dan input-input lainnya) juga sering menjadi

salah satu kendala serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi

bagi banyak usaha mikro dan kecil di Indonesia. Hal ini dikarenakan jumlah

ketersediaan bahan baku yang terbatas serta harga bahan baku yang tinggi.

5. Keterbatasan teknologi

Keterbatasan teknologi khususnya usaha-usaha rumah tangga (mikro),

disebabkan oleh banyak faktor di antaranya, keterbatasan modal investasi untuk

membeli mesin-mesin baru atau untuk menyempurnakan proses produksi,

keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi atau mesin-mesin dan

alat-alat produksi baru, dan keterbatasan SDM yang dapat mengoperasikan mesin-

Universitas Sumatera Utara


mesin baru atau melakukan inovasi-inovasi dalam produk maupun proses

produksi. Dalam hasil survei BPS terhadap IK dan IRT menunjukkan bahwa

masalah yang paling sering disebut adalah keterbatasan modal dan kesulitan

dalam pemasaran. Sedangkan keterbatasan SDM dan teknologi modern ternyata

bukan merupakan masalah yang serius bagi banyak pengusaha di IK dan IRT

(Tulus, 2002).

2.7. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan

sebagai rujukan yaitu :

1. Achmad Sani Alhusain (2009) meneliti tentang analisis kebijakan permodalan

dalam mendukung pengembangan usaha mikro kecil dan menengah di Propinsi

Bali dan Sulawesi Utara. Hasil penelitian menunjukan perkembangan Usaha Miro

Kecil Menengah (UMKM) di kedua daerah meskipun masih relatif rendah tapi

cenderung untuk selalu meningkat. Kendala yang dihadapi UMKM di kedua

daerah dalam memperoleh permodalan adalah tidak memiliki aset yang dapat

dijaminkan, faktor manajerial dan konsistensi usaha.

2. Harsono (2010) meneliti tentang analisis bantuan kredit dari Dinas Kelautan

dan Perikanan Kabupaten Pati Terhadap Perkembangan UMK Binaan di

Kecamatan Juwana. Berdasarkan hasil pada variabel modal usaha didapatkan

nilai -p sebesar 0,000 (0,000 < 0,05) . Hal tersebut berarti ada peningkatan

secara signifikan pada variabel modal usaha yaitu sebesar 13%. Pada variabel

tenaga kerja didapatkan nilai -p sebesar 0,000 (0,000 < 0,05). Hal tersebut

berarti ada peningkatan secara signifikan pada variabel tenaga kerja yaitu

Universitas Sumatera Utara


sebesar 15%. Pada variabel jumlah pembeli didapatkan nilai -p sebesar 0,000

(0,000 < 0,05). Hal tersebut berarti ada peningkatan secara signifikan pada

variabel jumlah pembeli yaitu sebesar 27%. Pada variabel total penjualan

didapatkan nilai -p sebesar 0,000 (0,000 < 0,05). Hal tersebut berarti ada

peningkatan secara signifikan pada variabel total penjualan yaitu sebesar 30%.

Pada variabel keuntungan didapatkan nilai -p sebesar 0,000 (0,000 < 0,05).

Hal tersebut berarti ada peningkatan secara signifikan pada variabel

keuntungan yaitu sebesar 32%.

3. Zulkarnain Lubis (2007) Dampak Penyaluran Kredit oleh Credit Union

Terhadap Kinerja Usaha Petani dan Pemberdayaan Ekonomi Petani. Pengaruh

Kredit Signifikan Terhadap Kinerja Usaha Tani dan Keadaan Ekonomi Petani

Anggota CU, Terkait Keberadaan CU Sebagai Koperasi yang

Memprogramkan Pendidikan Guna Meningkatkan Kemampuan Anggotanya

Dalam Mengelola Usaha Tani.

4. Dewi Nur Asih (2008). Meneliti tentang analisis kebijakan kredit terhadap

pengembangan usaha perikanan nelayan tradisional di Kabupaten Tojo Una-

Una. Hasil pendugaan model rumahtangga nelayan menunjukan bahwa nilai

kredit yang diterima oleh nelayan tradisional dipengaruhi oleh pendapatan

rumahtangga dari kegiatan perikanan, produksi nelayan, umur perahu dan

konsumsi total rumahtangga. Kredit mengakibatkan peningkatan alokasi

curahan waktu kerja rumahtangga dalam kegiatan perikanan. Kondisi ini

mengakibatkan peningkatan produksi hasil tangkapan nelayan, yang

berdampak pada peningkatan pendapatan dan kemampuan nelayan untuk

Universitas Sumatera Utara


mengakumulasi modal yang diterima bagi perkembangan usaha di masa yang

akan datang, yang ditunjukan dengan peningkatan tabungan nelayan.

5. Jumhur (2006) meneliti tentang analisis permintaan kredit modal kerja usaha

kecil di Kota Semarang. Hasil penelitian menunjukan variabel total asset dan

tingkat bunga dilembaga keuangan lainnya berpengaruh signifikan terhadap

probabilita permintaan kredit modal kerja usaha kecil dari BMT, sedangkan

faktor keuntungan perbulan dan rasio bagi hasil tidak signifikan terhadap

probablilita usaha kecil meminjam modal kerja dari BMT (Y) pada level

signifikansi 5%. Tidak singnifikannya pengaruh keuntungan terhadap (Y)

karena pada umumnya usaha kecil jarang menghitung dan memisahkan

keuntungan yang diperoleh dari usahanya, karena biasanya tidak ada

pemisahan antara aset dagang dengan aset peribadi, akibatnya tidak ada

pengaruh yang kuat antara peningkatan keuntungan dengan pemintaan modal

kerja. Kemudian rasio bagi hasil tidak signifikan ini lebih disebabkan terutama

oleh masih kurangnya pemahaman dari usaha kecil tentang sistem bagi hasil

tersebut merupakan biaya dari penggunaan dana yang dipinjam, yang penting

bagi pengusaha kecil pelayanan cepat dan tidak bertele-tele.

6. Haryanto (2009) Efektivitas Program Bantuan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Terhadap Pendapatan dan Kesempatan Kerja Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program

bantuan Kredit Usaha Rakyat di Kelurahan Penatih Dangin Puri Kecamatan

Denpasar Timur dikatakan cukup efektif yaitu sebesar 78,5 persen dan

berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan dan kesempatan kerja

UMKM sehingga disarankan kepada pemerintah tetap menjalankan program

Universitas Sumatera Utara


bantuan KUR tersebut, akan tetapi dilakukan pendataan ulang untuk UMKM

yang akan menerima ataupun yang sudah menerima KUR agar tidak terjadi

penyalahgunaan manfaat dan tujuan diberikannya KUR.

7. Hardiningsih dan Simatupang (2008) meneliti Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kinerja Usaha Pedagang Eceran Studi Kasus: Pedagang Kaki

Lima di Kota Yogyakarta. Berdasarkan uji hipotesis diperoleh hasil terdapat

hubungan simultan antara usia, status perkawinan, jumlah tanggungan, tingkat

pendidikan, jam kerja, pengalaman pengeceran sebelum mandiri, pengalaman

pada posisi sekarang, tingkat persediaan, ukuran tempat, dan jumlah pegawai

dengan tingkat pendapatan bersih pedagang kaki lima. Sedangkan secara

parsial, variabel yang signifikan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan

bersih pedagang kaki lima yaitu: tingkat pendidikan, jam kerja, pengalaman

pengeceran sebelum mandiri, pengalaman pada posisi sekarang, tingkat

persediaan, dan ukuran tempat.

2.8. Kerangka Konseptual

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian

Universitas Sumatera Utara


2.9. Hipotesis Penelitian

Menurut Husein (2007), hipotesis adalah suatu perumusan sementara

mengenai suatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu dan juga dapat

menuntun dan mengarahkan penyelidikan selanjutnya”. Berdasarkan landasan

teori dan hasil penelitian empiris sebelumnya, maka hipotesis yang akan

dirumuskan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut:

1. Kenaikan Bantuan modal kerja berpengaruh positif terhadap nilai aset barang

pedagang pakaian di Kota Medan.

2. Kenaikan bantuan modal kerja berpengaruh positif terhadap jumlah tenaga

kerja pedagang pakaian di Kota Medan

3. Kenaikan nilai aset barang berpengaruh positif terhadap jumlah tenaga kerja

pedagang pakaian di Kota Medan.

4. Kenaikan bantuan modal kerja berpengaruh positif terhadap pengembangan

usaha pedagang pakaian di Kota Medan

5. Kenaikan nilai aset barang berpengaruh positif terhadap pengembangan usaha

pedagang pakaian di Kota Medan.

6. Kenaikan jumlah tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pengembangan

usaha pedagang pakaian di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai