A. USAP TENGGOROK
2 3
Gambar 2. Tekhnik pengambilan
sample usap hidung
I. FAMILI STREPTOCOCCACEAE
A. Morfologi
Kuman berbentuk bulat, tersusun berderet seperti rantai, bersifat Gram-positif.
S. viridans dan S. pneumoniae pada agar darah menyebabkan hemodigesti sehingga terdapat zona
kehijauan di sekitar koloninya (hemolise ). Untuk membedakan kedua spesies tersebut, dilakukan
:
a. Tes inulin S. pneumoniaepositif, S. viridans negatif
b. Tes larut/lisis empedu S. pneumoniaepositif, S. viridans negatif
c. Tes cakram optokhin (Taxo-P) S. pneumoniaepositif (ada zona hambatan di sekitar
cakram atau sensitif terhadap optokhin), S. viridans negatif
d. Tes Quellung (penggembungan simpai) S. pneumoniaepositif, S. viridans negatif.
Untuk penentuan Streptococcus hemolyticus grup A dan nob grup A dapat dilakukan dengan
cara :
a. Tes serologik dengan cara reaksi koaglutinasi menggunakan serum anti spesifik grup (tes
Phadebact).
b. Tes cakram basitrasin (Taxo-A), positif apabila terdapat zona hambatan di sekitar
cakram basitrasin (kuman sensitif terhadap basitrasin konsentrasi rendah), contohnya S.
hemolyticus grup A (Streptococcus pyogenes). Negatif : S. hemolyticusnon grup A
c. Tes fibrinolisin/streptokinasa, S. pyogenes positif (melisiskan plasma manusia yang
membeku).
Tugas:
1. Melakukan pewarnaan Gram terhadap kuman-kuman yang disediakan.
2. Melakukan tes basitrasin.
3. Melakukan tes optokhin.
4. Melakukan tes inulin.
5. Melihat demonstrasi dan mencatat hasil praktikum.
Cara kerja
Tes basitrasin :
1. Lempeng agar darah dibagi menjadi dua bagian dengan memberi tanda pada tutup piring petri
dengan pensil gelas.
2. Buat suspensi kuman S. pyogenes pada kaldu BHI sampai diperoleh suspensi dengan standard
Mc Farland 1.
3. Lidi kapas steril dicelupkan dalam suspensi kuman kemudian diusapkan secara merata pada
setengah bagian lempeng agar darah.
4. Lakukan hal yang sama terhadap S. hemolyticus non grup A kemudian oleskan secara merata
pada bagian lempeng agar darah yang belum diolesi kuman.
5. Letakkan cakram basitrasin di tengah-2 setiap bagian, kemudian dieram pada suhu 37oC
selama 24 jam dalam inkubator
6. Lihat hasilnya adakah zona hambatan di sekitar cakram.
Tes optokhin :
1. Buat suspensi kuman S. pneumoniae dan S. viridansmasing-masing pada tabung BHI.
2. Celupkan lidi kapas steril pada masing-masing tabung dan oleskan pada lempeng agar darah
yang telah dibagi menjadi 2 bagian ----> bagian I diolesi dengan S. pneumoniae dan bagian II
dengan S. viridans.
3. Letakkan cakram optokhin pada tiap-tiap bagian (di tengah), eram suhu 37°C, 24 jam dalam
incubator
4. Lihat hasilnya adakah zona hambatan di sekitar cakram.
Tes inulin :
1. Ambil satu sengkelit kuman S. pneumoniae dan tanam pada inulin.
2. Ambil satu sengkelit kuman S. viridans tanam pada inulin.
3. Eram pada 37oC, 24 jam.
4. Lihat hasilnya, bila terjadi perubahan warna menjadi kuning berarti hasil positif.
Demonstrasi
1. Pertumbuhan S. viridans, S. pneumoniae, S. hemolyticus , S. anhemolyticus pada lempeng
agar darah.
2. Sediaan Gram kuman Streptokokus.
3. Sediaan S. pneumoniae dengan pewarnaan Gram dan Gins-Burri.
4. Tes inulin.
5. Tes lisis empedu.
6. Tes basitrasin.
7. Tes optokhin.
8. Tes fibrinolisin.
9. Tes Phadebact.
10. Tes Quellung.
Hasil praktikum:
Kuman ini berbentuk batang kecil, Gram-positif, tidak berspora, tidak bergerak, tersusun seperti
pagar (palisade) atau membentuk susunan huruf Cina, V, L,Y. Kuman ini mempunyai granula
metakhromatik Babes-Ernst yang tampak jelas dengan pewarnaan Neisser.
Spesies yang paling patogen untuk manusia adalah C. diphtheriae karena membentuk eksotoksin
yang sangat berbahaya. Spesies lain yang tidak patogen adalah C. pseudodiphtheriticum, C.
xerosis.
Banyak kuman yang secara morfologik sulit dibedakan dengan kuman difteri sehingga kuman ini
disebut difteroid.
Ada 3 (tiga) tipe kuman C. diphtheriae yaitu tipe gravis, tipe intermedius dan tipe mitis yang
mempunyai koloni yang berbeda bila ditanam pada perbenihan yang mengandung telurit.Ketiga
tipe ini memberikan gejala klinik yang berbeda.
Diferensiasi dan Identifikasi berdasarkan atas :
1. Pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Neisser atau dengan Gram
2. Isolasi‚ dari bahan pemeriksaan dengan menanamnya pada perbenihan serum Loeffler atau
Agar Darah Telurit (Mc. Leod). Pada perbeniha Loeffler, kuman akan membentuk koloni
berwarna putih, sedangkan pada perbenihan Agar Darah Telurit akan membentuk koloni hitam.
3. Reaksi Biokimia :
a) C. diphtheriae, meragi glukosa dan maltosa tanpa membentuk gas, tidak meragi sakarosa.
b) C. pseudodiphtheriticum, tidak meragi glukosa, maltosa, dan sakarosa.
c) C. xerosis, meragi glukosa, maltosa dan sakarosa tanpa gas.
4. Tes Virulensi, dilakukan untuk mengetahui produksi eksotoksin. Ada dua cara
a) In Vivo, dengan cara menyuntikkan kuman difteri pada binatang percobaan marmot.
b) In Vitro, yaitu tes presipitasi toksin dengan antitoksinnya pada lempeng agar yang disebut
tes Elek-Ouchterlony.
Tugas:
1. Membuat sediaan kuman difteri dan diwarnai secara Neisser.
2. Melihat demonstrasi
3. Mencatat hasil praktikum.
Demonstrasi:
1. C. diphtheriae dengan pewarnaan Neisser.
2. Biakan C. diphtheriae pada perbenihan Serum Loeffler dan pada Agar Darah Telurit.
3. Reaksi biokimia kuman Corynebacterium diphtheriae, C. pseudodiphtheriticum dan C.
xerosis.
4. Reaksi Biokimia C. diphtheriae tipe gravis, intermedius dan mitis.
5. tes Elek-Ouchterlony.
Hasil praktikum
PRAKTIKUM 2
(Mikrobiologi & Parasitologi)
Selain itu, percobaan untuk melihat pembentukan pigmen digunakan untuk mengidentifikasi
kelompok Non Tuberculous Mycobacterium (NTM) atau yang disebut juga dengan golongan
atipik.
Tes resistensi tersebut hanya bisa dilakukan di laboratorium yang mampu melaksanakan
biakan. Metode untuk uji kepekaan kuman terhadap antibiotik yaitu menggunakan metode cakram
antibiotik yang diletakkan di atas medium agar yang telah ditanami kuman, dan metode dilusi
tabung yang menggunakan beberapa tabung berisikan konsentrasi antibiotik yang berbeda. Pada
metode cakram, yang dinilai adalah diameter zona hambat yang terbentuk disekitar cakram,
sementara pada metode dilusi tabung yang dinilai adalah konsentrasi terkecil antibiotik yang masih
mampu menghambat pertumbuhan kuman atau Minimum Inhibition Concentration (MIC).
Melihat pertunjukan:
a. Biakan kuman M. tuberculosis pada perbenihan Loewenstein Jensen.
b. Biakan kuman M. atipic pada perbenihan Loewenstein Jensen.
c. Reaksi biokimia (merah netral, katalase, peroksidase, niasin, nikotinamida).
d. Pemeriksaan kepekaan kuman M. tuberculosis terhadap berbagai obat anti-tuberkulosis.
Hasil Praktikum:
PRAKTIKUM 3
PEWARNAAN BATANG TAHAN ASAM (BTA)
Kuman yang termasuk dalam Genus Mycobacterium berbentuk batang dan suka rmengikat
zat warna namun bila telah mengikat zat warna akan sukar melepaskannya, walaupun telah dicuci
dengan alcohol asam. Karena itu kuman tersebut dinamakan "BatangTahanAsam" (BTA).Bila
kuman tersebut berhasil diwarnai dengan pewarnaan Gram akan memberikan hasil Gram-positif.
Dengan pewarnaan tahan asam, kuman akan tampak berwarna merah. Pewarnaan tahan asam
termasuk dalam pewarnaan diferensial yang dapat membedakan antara kuman tahan asam dengan
kuman yang tidak tahan asam.
Pewarnaan tahan asam menggunakan 2 (dua) macam zat warna yaitu zat warna fukhsin karbol dan
zat warna biru metilen. Kuman tahan asam akan mengikat zat warna fukhsin karbol dan tetap
mempertahankannya walaupun dicuci dengan larutan asam alkohol, sehingga kuman akan
berwarna merah. Kuman yang tidak tahan asam akan melepaskan zat warna fukhsin karbol pada
pencucian dengan larutan asam alkohol, kemudian akan mengikat zat warna kedua yaitu air biru
metilen sehingga akan berwarna biru.
Ada beberapa cara pewarnaan kuman tahan asam, yaitu menurut cara ZIEHL-NEELSEN dan
menurut cara TAN THIAM HOK (1957) yang disebut pewarnaan KINYOUN-GABBETT atau
pewarnaan Tan Thiam Hok.
Seseorang yang pernah menderita penyakit TBC akan memberikan reaksi alergi tipe lambat
terhadap tuberkulin (reaksi tuberkulin positif). Reaksi tuberkulin dilakukan menurut cara Mantoux
sehingga disebut juga tes Mantoux. Tes Mantoux digunakan untuk membantu diagnosa penyakit
tuberkulosis. Tes Mantoux dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan tuberkulin (PPD) 5 TU
sebanyak 0.1 cc secara intra cutan pada daerah lengan bawah bagian voler. Hasil tes Mantoux
dilihat setelah 48 -72 jam dengan cara memeriksa diameter indurasi (benjolan) dan interpretasinya
adalah sebagai berikut :
Diameter 0 - 4 mm Negatif
Diameter 5 - 9 mm Meragukan
Diameter >10 mm Positif
Keterangan :
0 : Tidak dilakukan sama sekali
1 : Dilakukan tapi kurang sempurna
2 : Dilakukan dengan sempurna
Mengetahui, Jakarta,
( ) ( )
PUSAT PENDIDIKAN KEDOKTERAN Nama :
FAKULTAS KEDOKTERAN NPM :
UNIVERSITAS YARSI JAKARTA TTD :
2. Memahami morfologi stadium telur dan 2.1 Menjelaskan bentuk dan ukuran
larva cacing trematoda paru telur spesies cacing trematoda paru
2.2 Menyebutkan perbedaan masing-
masing bentuk/stadium
2.3 Menyebutkan isi telur
3. Memahami hewan yang dapat menjadi 3.1 Menyebutkan nama genus / spesies
hospes perantara cacing trematoda paru keong hewan yang dapat menjadi
hospes hospes perantara II
Paragonimus westermani
DEMONSTRASI GAMBAR
Perhatikan:
- bentuk: tebal, spt biji kopi
- ukuran : 1 cm
- caecum: berkelok-kelok
- testis: 2 buah, berlekuk da-
lam, letak berdampingan
- ovarium: berlobus, cranio-
lateral dari testis
- kel. Vitteline di sepanjang
daerah lateral
2. Paragonimus westermani 10 X 45
Telur
Perhatikan:
- bentuk: lonjong
- ukuran: 95 x 55
- dinding tebal, warna
kuning tengguli
- terdapat penebalan di ujung
kutub
- Isi: sel ovum yang belum
membelah
HOSPES PERANTARA II :
1. Trematoda paru
Paragonimus westermani
- Udang (Cambarus)
DEMONSTRASI GAMBAR
1. Dermatophagoides pteronyssinus 10 X 45
(Fam. Pyroglyphidae. Ordo Acari)
Perhatikan :
Ukuran : 340 ♀, 380 ♂
Tubuh terdiri dari kapitulum dan
badan berupa kantong
Kaki panjang, 2 pasang ke depan
dan 2 pasang ke belakang