Anda di halaman 1dari 19

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan prognosis yang sering kali
buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan penyembuhan hanya mungkin dilakukan dengan
jalan pembedahan, di mana sekitar 13% dari klien yang menjalani pembedahan mampu bertahan
selama 5 tahun. Metastasis penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien yang penyebaran
penyakitnya dapat dilokalisasi pada saat diagnosis. Dikarenakan terjadinya metastasis,
penatalaksanaan kanker paru sering kali hanya berupa tindakan paliatif (mengatasi gejala) di
bandingkan dengan kuratif (penyembuhan). Di perkirakan 85% dari kanker paru terjadi akibat
merokok. Oleh karena itu pencegahan yang paling baik adalah”jangan memulai untuk
merokok”(Somantri, 2012).
Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran pernapasan itu sendiri dari
jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel
bronkus, alveolus, atau dari sel-sel yang memproduksi mucus yang mengalami degenerasi maligna.
Karena pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat dan bersifat infasif, proses kanker tersebut
selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-sel penghasil mucus, maupun jaringan ikat
(Danusantoso, 2013).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui penerqapan asuhan keperawatan ca paru di ruangan paru RSUP
DR. M. Djamil Padang.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui definisi kanker paru.
b) Untuk mengetahui etiologi kanker paru.
c) Untuk mengetahui anatomi fisiologi kanker paru.
d) Untuk mengetahui patofisiologi kanker paru.
e) Untuk mengetahui manifestasi kanker paru.
f) Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik kanker paru.
g) Untuk mengetahui penatalaksaan kanker paru.
h) Untuk mengetahui komplikasi kanker paru.

ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Defenisi
Karsinoma bronkogenik atau yang biasa disebut kanker paru adalah tumor maligna yang
timbul dari bronkus, tumor seperti ini adalah epidermoid, biasanya terletak dalam bronki yang
besar atau mungkin adenokarsinoma yang timbul jauh diluar paru (Rahayu, 2012). Kanker paru
adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri
(primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas
yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus = bronchogenic carcinoma) (Kemenkes,
2017).
Kanker atau neoplasma ganas adalah penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel
khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi
batas normal), menyerang jaringan biologis di dekatnya, menginvasi ke jaringan tubuh yang lain
melalui siklus darah atau sistem limfatik, disebut metastasis.Kanker paru merupakan suatu
transformasi ganas dan ekpansi jaringan paru, dan merupakan kanker paling mematikan dari
seluruh kanker di dunia, menyebabkan 1,2 juta kematian. Walaupun angkanya menurun, namun
kanker paru tetap menjadi salah satu sebab kematian kanker tertinggi diamerika serikat,
membunuh kurang lebih 173003 orang amerika tiap tahun (Joyce M Black, 2014). Kanker paru
adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri
(primer). Dalam pengertian klinik yang dimaksud dengan kanker paru primer adalah tumor ganas
yang berasal dari epitel bronkus (karsinoma bronkus = bronchogenic carcinoma) (Kemenkes,
2017).
2. Etiologi

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa faktor risiko penyebab terjadinya kanker
paru adalah (Stopler, 2010):
1. Merokok

Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh kasus.
Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok.
2. Perokok pasif

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi
mengisap asap rokok dari orang lain, risiko menderita kanker paru meningkat dua kali
3. Polusi udara

Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil
bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih
banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan
4. Paparan zat karsinogen

Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik
hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru. Risiko kanker paru di antara
pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum
5. Genetik

Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada
protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru.

6. Penyakit paru

Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi
risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai
enam kali lebih besar terkena kanker paru
7. Metastase dari organ lain

Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker paru sekunder. Paru-
paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya
masih awal, seolah-olah pasien menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian
organ paru, sel kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel
kanker bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-
paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yang
sebelumnya dapat menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain- lain.

ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

3. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi Paru

Paru merupakan organ yang elastis dan terletak di dalam rongga dada bagian atas, bagian
samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot
kuat. Paru terdiri dari dua bagian yang dipisahkan oleh mediastinum yang berisi jantung dan
pembuluh darah. Paru kanan mempunyai tiga lobus yang dipisahkan oleh fissura obliqus dan
horizontal, sedangkan paru kiri hanya mempunyai dua lobus yang dipisahkan oleh fissura
obliqus. Setiap lobus paru memiliki bronkus lobusnya masing-masing. Paru kanan
mempunyai sepuluh segmen paru, sedangkan paru kiri mempunyai sembilan segmen
(Syaifuddin, 2011).

Paru diselubungi oleh lapisan yang mengandung kolagen dan jaringan elastis, dikenal
sebagai pleura visceralis. Sedangkan lapisan yang menyelubungi rongga dada dikenal
sebagai pleura parietalis. Di antara kedua pleura terdapat cairan pleura yang berfungsi untuk
memudahkan kedua permukaan pleura bergerak selama bernafas dan untuk mencegah
pemisahan thoraks dan paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfer, sehingga mencegah terjadinya kolaps paru. Selain itu rongga pleura juga berfungsi
menyelubungi struktur yang melewati hilus keluar masuk dari paru. Paru dipersarafi oleh
pleksus pulmonalis yang terletak di pangkal tiap paru. Pleksus pulmonalis terdiri dari serabut
simpatis (dari truncus simpaticus) dan serabut parasimpatis (dari arteri vagus). Serabut
eferen dari pleksus ini mempersarafi otot-otot bronkus dan serabut aferen diterima dari
membran mukosa bronkioli dan alveoli (Sari & Purwoko, 2015).

b. Fisiologi Paru

Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal terdapat
lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan mudah
bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada
berada di bawah tekanan atmosfer. Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas
antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida
terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang tapi pernafasan
harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut. Fungsi
utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas

ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon
dioksida (Guyton, 2007).

Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan
bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea). Pipa tersebut berakhir
di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir
dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada
lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis (Syafrullah, 2015).

4. Patofisiologi

Dari etiologi yang menyebabkan Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan sekunder. Primer
yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan sekunder berasal dari metastase
organ lain, Etiologi primer menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia
hilang. Fungsi dari cilia ini adalah menggerakkan lendir yang akan menangkap kotoran kecil
agar keluar dari paru-paru. Jika silia hilang maka akan terjadi deskuamasi sehingga timbul
pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka akan menimbulkan
ulserasi bronkus dan menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia yang selanjutnya akan
menyebabkan Ca Paru. Ca paru ada beberapa jenis yaitu karsinoma sel skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma sel bronkoalveolar, dan karsinoma sel besar. Setiap lokasi memiliki
tanda dan gejala khas masing masing. Pada karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus akan
menjadi berkembang sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan menimbulkan iritasi,
ulserasi, dan pneumonia yang selanjutnya akan menimbulkan himoptosis. Pada adenokarsinoma
akan menyebabkan meningkatnya produksi mukus yang dapat mengakibatkan penyumbatan
jalan nafas. Sedangkan pada karsinoma sel bronkoalveolar sel akan membesar dan cepat sekali
bermetastase sehingga menimbulkan obstruksi bronkus dengan gejala dispnea ringan. Pada
karsinoma sel besar akan terjadi penyebaran neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area
pleuritik dan menyebabkan nyeri kronis. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur–struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang
rangka (Nurarif & Kusuma, 2015).

Sedangkan pada Ca paru sekunder, paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker
yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita penyakit
kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus berkembang dan bisa

ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang
sehat supaya tidak berfungsi. Paru-paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat
berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan
lain-lain (Stopler, 2010).

5. Manifestasi Klinis
Adenokarsinoma Karsinoma Sel Karsinoma Sel Karsinoma
Dan Skuamosa kecil Sel besar
Bronkoalveolar
Tanda 1. Nafas dangkal 1. Batuk 1. SIADH 1. Batuk
dan 2. Batuk 2. Dyspnea 2. Sindrom chusing berkepanjangan
Gejala 3. Penurunan nafsu 3. Nyeri dada 3. Hiperkalsemia 2. Nyeri dada
makan 4. Atelektasis 4. Batuk saat
4. Trosseau 5. Pneumonia 5. Stridor menghirup
syndrome postobstruktif 6. Nafas dangkal 3. Suara serak
6. Mengi 7. Sesak nafas 4. Sesak napas
7. Hemoptisis 8. Anemia
8. Kelelahan
9. Penurunan berat
badan

Sumber: Tan (2017)

6. Pemeriksaan Diagnostik

Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah (Purba & Wibisono, 2015):

a. Radiologi

Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan untuk


mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran
tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke organ lain.

b. Sitologi

Merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai diagnostik yang tinggi
dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari sel pada

ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada
stadium prakanker maupun kanker. Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik
pemeriksaan yang dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik.

c. Bronkoskopi

Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk
bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik mukosa
bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah
dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai
oleh ujung bronkoskop.

d. Biopsi Transtorakal

Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis tumor pada
paru terutama yang terletak di perifer.

e. Torakoskopi

Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan histopatologik
untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat torakoskop yang
ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebagian
jaringan paru yang tampak.

7. Penatalaksanaan

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2017, manajemen


penatalaksanaan pada penyakit kanker paru dibagi berdasarkan klasifikasinya. Pada kanker paru
jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK), terdiri dari berbagai jenis, antara lain adalah
karsinoma sel skuamosa (KSS), adenokarsinoma, karsinoma bukan sel kecil (KBSK)
penatalaksanaannya tergantung pada stadium penyakit, tampilan umum penderita, komorbiditas,
tujuan pengobatan, dan cost-effectiveness. Modalitas penanganan yang tersedia adalah bedah,
radiasi, dan kemoterapi. Penatalaksanaan kanker paru karsinoma bukan sel kecil antara lain:

a. Bedah

Terapi utama utama untuk sebagian besar KPBSK, terutama stadium I-II dan stadium IIIA
yang masih dapat direseksi setelah kemoterapi neoadjuvan. Jenis pembedahan yang dapat
dilakukan adalah lobektomi, segmentektomi dan reseksi sublobaris. Pasien dengan

ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

kardiovaskular atau kapasitas paru yang lebih rendah, pembedahan segmentektomi dan
reseksi sublobaris paru dilakukan.

b. Radioterapi

Radioterapi dalam tatalaksana kanker paru Bukan Sel Kecil (KPKBSK) dapat berperan di
semua stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif, kuratif neoajuvan atau ajuvan
maupun paliatif. Radioterapi dapat diberikan pada stadium I yang menolak dilakukan
operasi setelah evaluasi bedah thoraks dan pada stadium lokal lanjut (Stadium II dan III)
konkuren dengan kemoterapi. Pada pasien Stadium IIIA resektabel, kemoterapi pre operasi
dan radiasi pasca operasi merupakan pilihan. Pada pasien Stadium IV, radioterapi diberikan
sebagai paliatif atau pencegahan gejala (nyeri, perdarahan, obstruksi).

c. Kemoterapi

Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada stadium dini, atau sebagai
adjuvant pasca pembedahan. Terapi adjuvant dapat diberikan pada KPKBSK stadium IIA,
IIB dan IIIA. Pada KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan
pengobatan jika tampilan umum pasien baik. Kemoterapi adalah sebagai terapi paliatif pada
pasien dengan stadium lanjut.

8. Komplikasi

Komplikasi kanker paru- paru adalah kondisi gejala sekunder atau gangguan lain yang
disebabkan oleh penyakit. Dalam banyak kasus perbedaan antara gejala dan komplikasi dari
penyakit ini tidak jelas. Komlikasi mungkin karena penyakit itu sendiri atau efek samping dari
salah satu perawatan. Menurut Novit Widya Rahayu (2012) kanker paru-paru dapat
menyebabkan beberapa komplikasi, misalnya:

a. Sesak napas

Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika kanker berkembang
untuk menutup saluran udara yang utama.

b. Batuk darah

Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas, yang dapat membuat Anda
batuk darah (hemoptisis).

ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

c. Nyeri

Kanker paru-paru yg hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian lain dari tubuh dapat
menyebabkan rasa sakit.

d. Cairan di dada (efusi pleura)

Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang mengelilingi paru-paru di
rongga dada (ruang pleura).

e. Kanker yang menyebar ke bagian lain dari tubuh (metastasis)

Ini sering menyebar (bermetastasis) ke area lain dari tubuh, biasanya berlawanan dengan
paru paru, seperti tulang, otak, hati dan kelenjar adrenal. Kanker yang meluas dapat
menyebabkan rasa sakit, sakit kepala, mual, `tau tanda-tanda dan gejala lain bergantung
pada organ yang terkena.

f. Kematian

Tingkat ketahanan hidup untuk orang didiagnosis dengan penyakit ini sangat rendah. Dalam
kasus mayoritas, penyakit ini mematikan. Komplikasi komplikasi kanker paru-paru
bergantung pada lokasi, ukuran, jenis, dalam paru-paru, dan penyebaran kanker. Suatu tumor
dapat menyebabkan penyumbatan salah satu tabung pernapasan utama, menyebabkan
runtuhnya daerah paru-paru, atau peningkatan cairan di rongga paru-paru mungkin akan
berkembang. Penyebaran kanker ke tulang atau tekanan pada saraf dari tumor dapat
menyebabkan rasa sakit, dan beberapa jenis kanker paru-paru menghasilkan hormon yang
dapat menyebabkan gejala seperti memerah dan diare.

ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas Pasien

Mengidentifikasi identitas klien kemudian dikaitkan dengan apakah ada faktor resiko yang
menyertainya. Pengkajian identifikasi klien meliputi:

a) Nama: Tulis nama panggilan pasien atau inisial

b) Umur: Resiko Ca paru meningkat pada orang berumur >40tahun

c) Jenis kelamin: Ca paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia dan
terbanyak kelima untuk semua jenis kanker padaperempuan

d) Agama: Tidak ada agama tertentu yang penganutnya memiliki resiko lenih banyak
mengidap Ca paru

e) Pendidikan: Tingkat pendidikan akan mempengaruhi resiko terserang Ca paru, orang


dengan pendidikan tinggi mungkin akan lebih berhati-hati ketika berhadapan dengan
asap yang berbahaya

f) Alamat: Jumlah kejadian Ca paru dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan karena banyaknya polusi udara di perkotaan

g) No. RM: Dapat dicatat sesuai dengan urutan pasien masuk

h) Pekerjaan: Pekerjaan yang berhubungan erat dengan asap dan zat karsinogen akan
meningkatkan resiko lebih besar terserang Ca paru. Beberapa pekerjaan yang
meningkatkan resiko Ca paru adalah pekerja asbes, kapster salon, pabrik industri,
danlain-lain

i) Status Perkawinan: Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan angka kejadian
Caparu

j) Tanggal MRS: Dilihat sejak klien masuk IGD

k) Tanggal Pengkajian: Ditulis dengan tanggal ketika perawat melakukan pengkajian


pertamakali

l) Sumber Informasi: Sumber informasi bisa didapat dari pasien, keluarga, atau pasien dan
keluarha. Dari pasien biasanya jika pasien tidak ada keluarga, dari keluarga biasanya jika
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

pasien tidak kooperatif, dan dari pasien dan keluarga apabila keduanya kooperatif dalam
memberikan informasi.

b. Keluhan Utama

Keluhan utama klien dengan ca bronkogenik biasanya bervariasi seperti keluhan batuk,
batuk produktif, batuk darah, dan sesak napas.

c. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya keluhan hampir sama dengan jenis penyakit paru lainnya dan tidak mempunyai
awitan (onset) yang khas. Seringkali karsinoma ini menyerupai pneumonitis yang tidak
ditanggulangi. Batuk merupakan gejala umum yang sering kali diabaikan oleh klien
dengan bronkhitis kronis, batuk akan timbul lebih sering dan volume sputum bertambah.

b) Riwayat Penyakit Dahulu

Walaupun tidak terlalu spesifik, biasanya akan didapatkan adanya keluhan batuk jangka
panjang dan penurunan berat badan secara signifikan.

c) Riwayat Penyakit Keluarga

Mengkaji apakah terdapat riwayat keluarga sebelumnya yang mengidap Ca paru,


penyakit menular, atau menurun lainnya.

d. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

Tanda-tanda vital:

a) TekananDarah : Normal, jika tidak ada riwayathipertensi

b) Nadi : Meningkat (Normal80-100x/menit)

c) RR : Meningkat (Normal16-24x/menit)

d) Suhu : Biasanya normal (36,5-37,5) kecuali jika ada inflamasi

2) Kepala

kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam kaji uban, distribusi normal, kaji
kerontokan rambut jika sudah dilakukan kemoterapi, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

lesi, tidak ada perdarahan.

3) Mata

Biasanya konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks pipil terhadap
cahaya (+/+), kondisi bersih.

4) Hidung

hidung simetris, hidung terlihat bersih, terpasang alat bantu pernafasan.

5) Mulut

Inspeksi: mukosa bibir lembab, mulut bersih, lidah berwarna merah, gigi bersih tidak ada
karies gigi Palpasi: tidak ada pembesaran tonsil

6) Telinga

Inspeksi: telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen, tidak ada kelainan
bentuk.

7) Dada

a) Paru

Inspeksi: Betuk dada kadang tidak simetris, kaji adanya retraksi dada

Palpasi: Pengembangan paru tidak simetris, kaji adanya kemungkinan flail chest

Perkusi: Suara parusonor

Auskultasi: Ada suara nafas tambahan Wheezing

b) Jantung

Inspeksi: Tidak ada pembesaran jantung

Palpasi: Tidak ada edema dan nyeri tekan

Perkusi: Suara jantung pekak

Auskultasi: Tidak ada bunyi jantung tambahan (Gallop, Gargling, Mur-mur, Friction
rub)

ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

8) Abdomen

Inspeksi: simetris kiri dan kanan, bentuk abdomen datar, tidak ada pembengkakan

Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan

Perkusi: Kaji adanya ketegangan abdomen

Auskultasi: Kaji adanya penurunan bising usus karena penurunan nafsu makan

9) Ekstremitas

Inspeksi: ekstremitas biasanya sulit digerakkan karena takut sesak nafas

Palpasi: akral dingin, tidak ada edema, tugor kulit baik.

10) Kulit dan kuku

Inspeksi : Turgor kulit tidak baik, tidak ada lesi, kuku berwarna pink

Palpasi : kondisi kulit lembab, CRT <2 detik, dan akraldingin.

11) Keadaan local

Pasien tampak lemah berbaring di tempat tidur, terpasang alat bantu pernafasan,
kesadaran compos mentis (sadar penuh)

e. Pola Kebiasaan Sehari-hari

a) Pola persepsi dan penanganan kesehatan

Klien mengeluh batuk yang berkepanjangan,dengan /tidak disertai sekret,nyeri pada


dada ,malaise dan keletihan fisik.

b) Pola aktivitas dan latihan

Klien memiliki kesulitan pada aktifitasnya karena klien merasa lemah dan keletihan
fisik.

c) Pola nutrisi dan metabolik

Pemenuhan nutrisi pada klien kanker paru-paru menurun dikarena biasanya nafsu makan
buruk dan intake nutrisi yang tidak adekuat.

ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

d) Pola eliminasi

Eleminasi alvi: sukar BAB ,dikarnakan gerak peristaltik usus menurun. Eliminasi urin:
pengukuran volume output urin dilakukan dalam hubungan intake cairan.

e) Pola tidur dan istirahat

Kesukaran untuk istirahat karena batuk, penumpukan sputum serta nyeri dada yang
menyebabkan gangguan kenyamanan pada klien.

f) Pola kognitif dan perseptual

Klien dan keluarganya biasanya tidak terlalu mengerti tentang penyakit yang diderita
(kanker paru-paru) ini.

g) Pola konsep diri

Adanya perasaan takut dan cemas terhadap penyakit yang diderita.

h) Pola koping

Mekanisme koping biasanya mal adaptif yang diikuti perubahan mekanisme peran dalam
keluarga, kemampuan ekonomi untuk pengobatan, serta prognosis yang tidak jelas
merupakan faktor-faktor pemicu kecemasan dan ketidakefektifan koping individu dan
keluarga.

i) Pola seksual dan reproduksi

1) Pola seksualitas : Tidak terdapat hubungan pola seksualitas dengan terjadinya Ca


paru

2) Fungsi reproduksi : biasanya fungsi reproduksi klien baik

j) Pola peran hubungan

Hubungan klien dengan keluarganya terganggu karena klien tidak dapat menjalankan
aktifitasnya seperti biasa.

k) Pola nilai kepercayaan

Pemenuhan aspek spiritual seperti ibadah biasanya tidak dapat terpenuhi secara lengkap
karena nyeri dada, batuk dan kelemahan fisik yang dirasakan.

ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior –anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
c. CT-Scanning
Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
d. MRI
Untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan
cara torakoskopi.

15
d. Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e. Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam–
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan
sel tumor.
2. Diagnosa keperawatan
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
2) Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan dan dispneu
No Dx Kep NOC NIC
1. Ketidakefektifan pola  Respiratory status:  Airway Management
ventiolation - Buka jalan nafas dengan
nafas berhubungan
 Respiratory status: Airway teknik chin lift atau jaw
dengan penurunan patency thrust bila perlu
ekspansi paru  Vital sign status - Posisikan pasien untuk
Indikator : memaksimalkan ventilasi
 Mendemonstrasikan - Identivikasi pasien
batuk efektif dengan perlunya pemasangan
suara nafas yang besih, alat jalan nafas buatan
tidak ada sianosis dan - Pasang mayo bila perlu
dyspneu (mamou - Lakukan fisioterapi bila
mengeluarkan perlu ·
septum,mampu - Keluarkan sekret dengan
bernafas dengan batuk atau suction ·
mudah, tidak ada - Auskultasi suara nafas,
pursed lips) catat adanya suara
 Menunjukkan jalan tambahan
nafas yang paten ( klien - Lakulkan suction pada
tidak merasa tercekik, mayo
irama nafas, frekuensi - Monitor respirasi dan
pernafasan dalam status O2
rentang normal, tidak  Oxygen Therapy
ada suara abnormal) - Bersihkan mulut, hidung
 Tanda-tanda vital dan sekret trakea
dalam rentang normal - Pertahankan jalan nafas
(tekanan darah, nadi, yang paten ·
pernafasan) - Atur peralatan oksigen
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi

16
pasien·
- Observasi adanya tanda –
tanda hiperventilasi
- Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadan oksigenasi
2. Ketidakefektifan  Respiratory Status:  Airway Management
Ventilation - Buka jalan nafas dengan
pembersihan jalan nafas
 Respiratory status: Airway teknik chin lift atau jaw thrust
berhubungan dengan patency bila perlu
obstruksi jalan nafas. Indikator: - Posisikan pasien untuk
- Mendemonstrasikan batuk memaksimalkan ventilasi
efektif dan suara nafas - Identivikasi pasien perlunya
yang bersih, tidak ada pemasangan alat jalan nafas
sianosis dan buatan
dyspneu(mampu
- Pasang mayo bila perlu
mengelurkan
sputum,mampu bernafas - Lakukan fisioterapi bila perlu
dengan mudah,tidak ada - Keluarkan sekret dengan
suara nafas abnormal) batuk atau suction ·
- Menunjukkan jalan nafas - Auskultasi suara nafas, catat
yang paten ( klien tidak adanya suara tambahan
merasa tercekik, irama - Lakulkan suction pada mayo
nafas,frekuensi pernafasan - Monitor respirasi dan status
dalam rentang O2
 Terapi oksigen
- Bersihkan mulut hidung dan
sekresi trakea dengantepat
- Pertahankan kepatenan
jalannafas
- Siapkan peralatan oksigen
dan berikan melaluisistem
humidifier
- Berikan oksigen tambahan
seperti yangdiperintahkan
- Monitor alat
pemberianoksigen
Monitor efektifitas terapi
oksigen dengantepat
3. Ketidakseimbangan  Status Nutrisi : indikator  Manajemen nutrisi
- Asupan gizi
nutrisi kurang dari Aktivitas :
- Asupan makanan
- Tentukan statis gizi pasien
kebutuhan tubuh - Asupan cairan
dan kemampuan pasien untuk
berhubungan dengan - Energy
memenuhi kebutuhan gizi
- Rasio berat badan/tinggi
- Identifikasi adanya alergi
kelelahan dan dispneu badan
atau intoleransi makanan
- Hidrasi
yang dimiliki pasien
 Status Nutrisi : asupan - Tentukan apa yang menjadi

17
nutrisi referensi makanan bagi
Indicator : pasien
- Asupan kalori - Instruksikan pasien mengenai
- Asupan protein kebutuhan nutrisi (yaitu :
- Asupan lemak membahas oedoan diet dan
- Asupan karbohidrat piramida maknan )
- Asupan serat - Bantu menentukan pedoman
- Asupan vitamin atau piramida makanan yang
- Asupan mineral paling cocok dalam
- Asupan zat besi memenuhi kebutuhan nutrisi
- Asupan kalsium dan preferensi
- Asupan natrium

18
DAFTAR PUSTAKA

GuytonA.C.andJ.E.Hall.2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi9.

Jakarta: EGC
Kemenkes RI. 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Paru.

Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc. Jogja: Mediaction

Purba, Ardina Filindri & Wibisono. 2015Pola Klinis Kanker Paru di RSUP dr.
Kariadi Semarang Periode Juli 2013- Juli 2014.

Sari, Lenny Widyawati Intan dan Purwoko, Yosef. 2015. Perbedaan Nilai Arus
Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Pelatihan Senam Lansia Menpora
pada Kelompok Lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang.

Syaifuddin. 2011. Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk


Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC

Tan, Winston W. 2017. Non-Small Cell Lung Cancer Clinical Presentation.

19

Anda mungkin juga menyukai