BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker paru merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia, dengan prognosis yang sering kali
buruk. Kanker paru biasanya tidak dapat di obati dan penyembuhan hanya mungkin dilakukan dengan
jalan pembedahan, di mana sekitar 13% dari klien yang menjalani pembedahan mampu bertahan
selama 5 tahun. Metastasis penyakit biasanya muncul dan hanya 16% klien yang penyebaran
penyakitnya dapat dilokalisasi pada saat diagnosis. Dikarenakan terjadinya metastasis,
penatalaksanaan kanker paru sering kali hanya berupa tindakan paliatif (mengatasi gejala) di
bandingkan dengan kuratif (penyembuhan). Di perkirakan 85% dari kanker paru terjadi akibat
merokok. Oleh karena itu pencegahan yang paling baik adalah”jangan memulai untuk
merokok”(Somantri, 2012).
Sebetulnya suatu proses kanker di paru dapat berasal dari saluran pernapasan itu sendiri dari
jaringan ikat diluar saluran pernapasan. Dari saluran pernapasan, sel kanker dapat berasal dari sel
bronkus, alveolus, atau dari sel-sel yang memproduksi mucus yang mengalami degenerasi maligna.
Karena pertumbuhan suatu proses keganasan selalu cepat dan bersifat infasif, proses kanker tersebut
selalu sudah mengenai saluran pernapasan, sel-sel penghasil mucus, maupun jaringan ikat
(Danusantoso, 2013).
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui penerqapan asuhan keperawatan ca paru di ruangan paru RSUP
DR. M. Djamil Padang.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui definisi kanker paru.
b) Untuk mengetahui etiologi kanker paru.
c) Untuk mengetahui anatomi fisiologi kanker paru.
d) Untuk mengetahui patofisiologi kanker paru.
e) Untuk mengetahui manifestasi kanker paru.
f) Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik kanker paru.
g) Untuk mengetahui penatalaksaan kanker paru.
h) Untuk mengetahui komplikasi kanker paru.
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi merokok dan paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor resiko utama. Beberapa faktor risiko penyebab terjadinya kanker
paru adalah (Stopler, 2010):
1. Merokok
Merokok merupakan faktor yang berperan paling penting yaitu 85% dari seluruh kasus.
Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN
rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok.
2. Perokok pasif
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi
mengisap asap rokok dari orang lain, risiko menderita kanker paru meningkat dua kali
3. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil
bila dibandingkan dengan merokok. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih
banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan
4. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik
hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru. Risiko kanker paru di antara
pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum
5. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena
penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada
protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan
berkembangnya kanker paru.
6. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi
risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai
enam kali lebih besar terkena kanker paru
7. Metastase dari organ lain
Kanker paru yang merupakan metastase dari organ lain adalah kanker paru sekunder. Paru-
paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya
masih awal, seolah-olah pasien menderita penyakit kanker paru stadium akhir. Di bagian
organ paru, sel kanker terus berkembang dan bisa mematikan sel imunologi. Artinya, sel
kanker bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang sehat supaya tidak berfungsi. Paru-
paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat berakhirnya sel kanker, yang
sebelumnya dapat menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan lain- lain.
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN
3. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Paru
Paru merupakan organ yang elastis dan terletak di dalam rongga dada bagian atas, bagian
samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot
kuat. Paru terdiri dari dua bagian yang dipisahkan oleh mediastinum yang berisi jantung dan
pembuluh darah. Paru kanan mempunyai tiga lobus yang dipisahkan oleh fissura obliqus dan
horizontal, sedangkan paru kiri hanya mempunyai dua lobus yang dipisahkan oleh fissura
obliqus. Setiap lobus paru memiliki bronkus lobusnya masing-masing. Paru kanan
mempunyai sepuluh segmen paru, sedangkan paru kiri mempunyai sembilan segmen
(Syaifuddin, 2011).
Paru diselubungi oleh lapisan yang mengandung kolagen dan jaringan elastis, dikenal
sebagai pleura visceralis. Sedangkan lapisan yang menyelubungi rongga dada dikenal
sebagai pleura parietalis. Di antara kedua pleura terdapat cairan pleura yang berfungsi untuk
memudahkan kedua permukaan pleura bergerak selama bernafas dan untuk mencegah
pemisahan thoraks dan paru. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari tekanan
atmosfer, sehingga mencegah terjadinya kolaps paru. Selain itu rongga pleura juga berfungsi
menyelubungi struktur yang melewati hilus keluar masuk dari paru. Paru dipersarafi oleh
pleksus pulmonalis yang terletak di pangkal tiap paru. Pleksus pulmonalis terdiri dari serabut
simpatis (dari truncus simpaticus) dan serabut parasimpatis (dari arteri vagus). Serabut
eferen dari pleksus ini mempersarafi otot-otot bronkus dan serabut aferen diterima dari
membran mukosa bronkioli dan alveoli (Sari & Purwoko, 2015).
b. Fisiologi Paru
Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal terdapat
lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan mudah
bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada
berada di bawah tekanan atmosfer. Fungsi utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas
antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen
bagi jaringan dan mengeluarkan karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida
terus berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang tapi pernafasan
harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen dan karbon dioksida tersebut. Fungsi
utama paru-paru yaitu untuk pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN
tersebut bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan karbon
dioksida (Guyton, 2007).
Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang menyempit (bronchi dan
bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-paru utama (trachea). Pipa tersebut berakhir
di gelembung-gelembung paru-paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakhir
dimana oksigen dan karbondioksida dipindahkan dari tempat dimana darah mengalir. Ada
lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia bersifat elastis (Syafrullah, 2015).
4. Patofisiologi
Dari etiologi yang menyebabkan Ca paru ada 2 jenis yaitu primer dan sekunder. Primer
yaitu berasal dari merokok, asap pabrik, zat karsinogen, dll dan sekunder berasal dari metastase
organ lain, Etiologi primer menyerang percabangan segmen/sub bronkus menyebabkan cilia
hilang. Fungsi dari cilia ini adalah menggerakkan lendir yang akan menangkap kotoran kecil
agar keluar dari paru-paru. Jika silia hilang maka akan terjadi deskuamasi sehingga timbul
pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka akan menimbulkan
ulserasi bronkus dan menyebabkan metaplasia, hyperplasia dan displasia yang selanjutnya akan
menyebabkan Ca Paru. Ca paru ada beberapa jenis yaitu karsinoma sel skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma sel bronkoalveolar, dan karsinoma sel besar. Setiap lokasi memiliki
tanda dan gejala khas masing masing. Pada karsinoma sel skuamosa, karsinoma bronkus akan
menjadi berkembang sehingga batuk akan lebih sering terjadi yang akan menimbulkan iritasi,
ulserasi, dan pneumonia yang selanjutnya akan menimbulkan himoptosis. Pada adenokarsinoma
akan menyebabkan meningkatnya produksi mukus yang dapat mengakibatkan penyumbatan
jalan nafas. Sedangkan pada karsinoma sel bronkoalveolar sel akan membesar dan cepat sekali
bermetastase sehingga menimbulkan obstruksi bronkus dengan gejala dispnea ringan. Pada
karsinoma sel besar akan terjadi penyebaran neoplastik ke mediastinum sehingga timbul area
pleuritik dan menyebabkan nyeri kronis. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya
menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke
struktur–struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang
rangka (Nurarif & Kusuma, 2015).
Sedangkan pada Ca paru sekunder, paru-paru menjadi tempat berakhirnya sel kanker
yang ganas. Meskipun stadium penyakitnya masih awal, seolah-olah pasien menderita penyakit
kanker paru stadium akhir. Di bagian organ paru, sel kanker terus berkembang dan bisa
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN
mematikan sel imunologi. Artinya, sel kanker bersifat imortal dan bisa menghancurkan sel yang
sehat supaya tidak berfungsi. Paru-paru itu adalah end organ bagi sel kanker atau tempat
berakhirnya sel kanker, yang sebelumnya dapat menyebar di aera payudara, ovarium, usus, dan
lain-lain (Stopler, 2010).
5. Manifestasi Klinis
Adenokarsinoma Karsinoma Sel Karsinoma Sel Karsinoma
Dan Skuamosa kecil Sel besar
Bronkoalveolar
Tanda 1. Nafas dangkal 1. Batuk 1. SIADH 1. Batuk
dan 2. Batuk 2. Dyspnea 2. Sindrom chusing berkepanjangan
Gejala 3. Penurunan nafsu 3. Nyeri dada 3. Hiperkalsemia 2. Nyeri dada
makan 4. Atelektasis 4. Batuk saat
4. Trosseau 5. Pneumonia 5. Stridor menghirup
syndrome postobstruktif 6. Nafas dangkal 3. Suara serak
6. Mengi 7. Sesak nafas 4. Sesak napas
7. Hemoptisis 8. Anemia
8. Kelelahan
9. Penurunan berat
badan
6. Pemeriksaan Diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan adalah (Purba & Wibisono, 2015):
a. Radiologi
b. Sitologi
Merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai diagnostik yang tinggi
dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari sel pada
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN
jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada
stadium prakanker maupun kanker. Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik
pemeriksaan yang dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik.
c. Bronkoskopi
Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk
bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik mukosa
bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah
dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai
oleh ujung bronkoskop.
d. Biopsi Transtorakal
Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis tumor pada
paru terutama yang terletak di perifer.
e. Torakoskopi
Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan histopatologik
untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat torakoskop yang
ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebagian
jaringan paru yang tampak.
7. Penatalaksanaan
a. Bedah
Terapi utama utama untuk sebagian besar KPBSK, terutama stadium I-II dan stadium IIIA
yang masih dapat direseksi setelah kemoterapi neoadjuvan. Jenis pembedahan yang dapat
dilakukan adalah lobektomi, segmentektomi dan reseksi sublobaris. Pasien dengan
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN
kardiovaskular atau kapasitas paru yang lebih rendah, pembedahan segmentektomi dan
reseksi sublobaris paru dilakukan.
b. Radioterapi
Radioterapi dalam tatalaksana kanker paru Bukan Sel Kecil (KPKBSK) dapat berperan di
semua stadium KPKBSK sebagai terapi kuratif definitif, kuratif neoajuvan atau ajuvan
maupun paliatif. Radioterapi dapat diberikan pada stadium I yang menolak dilakukan
operasi setelah evaluasi bedah thoraks dan pada stadium lokal lanjut (Stadium II dan III)
konkuren dengan kemoterapi. Pada pasien Stadium IIIA resektabel, kemoterapi pre operasi
dan radiasi pasca operasi merupakan pilihan. Pada pasien Stadium IV, radioterapi diberikan
sebagai paliatif atau pencegahan gejala (nyeri, perdarahan, obstruksi).
c. Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan sebagai modalitas neoadjuvant pada stadium dini, atau sebagai
adjuvant pasca pembedahan. Terapi adjuvant dapat diberikan pada KPKBSK stadium IIA,
IIB dan IIIA. Pada KPKBSK stadium lanjut, kemoterapi dapat diberikan dengan tujuan
pengobatan jika tampilan umum pasien baik. Kemoterapi adalah sebagai terapi paliatif pada
pasien dengan stadium lanjut.
8. Komplikasi
Komplikasi kanker paru- paru adalah kondisi gejala sekunder atau gangguan lain yang
disebabkan oleh penyakit. Dalam banyak kasus perbedaan antara gejala dan komplikasi dari
penyakit ini tidak jelas. Komlikasi mungkin karena penyakit itu sendiri atau efek samping dari
salah satu perawatan. Menurut Novit Widya Rahayu (2012) kanker paru-paru dapat
menyebabkan beberapa komplikasi, misalnya:
a. Sesak napas
Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika kanker berkembang
untuk menutup saluran udara yang utama.
b. Batuk darah
Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas, yang dapat membuat Anda
batuk darah (hemoptisis).
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN
c. Nyeri
Kanker paru-paru yg hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian lain dari tubuh dapat
menyebabkan rasa sakit.
Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang mengelilingi paru-paru di
rongga dada (ruang pleura).
Ini sering menyebar (bermetastasis) ke area lain dari tubuh, biasanya berlawanan dengan
paru paru, seperti tulang, otak, hati dan kelenjar adrenal. Kanker yang meluas dapat
menyebabkan rasa sakit, sakit kepala, mual, `tau tanda-tanda dan gejala lain bergantung
pada organ yang terkena.
f. Kematian
Tingkat ketahanan hidup untuk orang didiagnosis dengan penyakit ini sangat rendah. Dalam
kasus mayoritas, penyakit ini mematikan. Komplikasi komplikasi kanker paru-paru
bergantung pada lokasi, ukuran, jenis, dalam paru-paru, dan penyebaran kanker. Suatu tumor
dapat menyebabkan penyumbatan salah satu tabung pernapasan utama, menyebabkan
runtuhnya daerah paru-paru, atau peningkatan cairan di rongga paru-paru mungkin akan
berkembang. Penyebaran kanker ke tulang atau tekanan pada saraf dari tumor dapat
menyebabkan rasa sakit, dan beberapa jenis kanker paru-paru menghasilkan hormon yang
dapat menyebabkan gejala seperti memerah dan diare.
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
Mengidentifikasi identitas klien kemudian dikaitkan dengan apakah ada faktor resiko yang
menyertainya. Pengkajian identifikasi klien meliputi:
c) Jenis kelamin: Ca paru merupakan jenis kanker terbanyak pada laki-laki di Indonesia dan
terbanyak kelima untuk semua jenis kanker padaperempuan
d) Agama: Tidak ada agama tertentu yang penganutnya memiliki resiko lenih banyak
mengidap Ca paru
f) Alamat: Jumlah kejadian Ca paru dua kali lebih banyak di daerah perkotaan
dibandingkan dengan daerah pedesaan karena banyaknya polusi udara di perkotaan
h) Pekerjaan: Pekerjaan yang berhubungan erat dengan asap dan zat karsinogen akan
meningkatkan resiko lebih besar terserang Ca paru. Beberapa pekerjaan yang
meningkatkan resiko Ca paru adalah pekerja asbes, kapster salon, pabrik industri,
danlain-lain
i) Status Perkawinan: Tidak ada hubungan antara status perkawinan dengan angka kejadian
Caparu
l) Sumber Informasi: Sumber informasi bisa didapat dari pasien, keluarga, atau pasien dan
keluarha. Dari pasien biasanya jika pasien tidak ada keluarga, dari keluarga biasanya jika
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN
pasien tidak kooperatif, dan dari pasien dan keluarga apabila keduanya kooperatif dalam
memberikan informasi.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama klien dengan ca bronkogenik biasanya bervariasi seperti keluhan batuk,
batuk produktif, batuk darah, dan sesak napas.
c. Riwayat Kesehatan
Biasanya keluhan hampir sama dengan jenis penyakit paru lainnya dan tidak mempunyai
awitan (onset) yang khas. Seringkali karsinoma ini menyerupai pneumonitis yang tidak
ditanggulangi. Batuk merupakan gejala umum yang sering kali diabaikan oleh klien
dengan bronkhitis kronis, batuk akan timbul lebih sering dan volume sputum bertambah.
Walaupun tidak terlalu spesifik, biasanya akan didapatkan adanya keluhan batuk jangka
panjang dan penurunan berat badan secara signifikan.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Tanda-tanda vital:
c) RR : Meningkat (Normal16-24x/menit)
2) Kepala
kepala simetris, rambut tersebar merata berwarna hitam kaji uban, distribusi normal, kaji
kerontokan rambut jika sudah dilakukan kemoterapi, tidak ada nyeri tekan, tidak terdapat
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN
3) Mata
Biasanya konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, refleks pipil terhadap
cahaya (+/+), kondisi bersih.
4) Hidung
5) Mulut
Inspeksi: mukosa bibir lembab, mulut bersih, lidah berwarna merah, gigi bersih tidak ada
karies gigi Palpasi: tidak ada pembesaran tonsil
6) Telinga
Inspeksi: telinga simetris, lubang telinga bersih tidak ada serumen, tidak ada kelainan
bentuk.
7) Dada
a) Paru
Inspeksi: Betuk dada kadang tidak simetris, kaji adanya retraksi dada
Palpasi: Pengembangan paru tidak simetris, kaji adanya kemungkinan flail chest
b) Jantung
Auskultasi: Tidak ada bunyi jantung tambahan (Gallop, Gargling, Mur-mur, Friction
rub)
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN
8) Abdomen
Inspeksi: simetris kiri dan kanan, bentuk abdomen datar, tidak ada pembengkakan
Auskultasi: Kaji adanya penurunan bising usus karena penurunan nafsu makan
9) Ekstremitas
Inspeksi : Turgor kulit tidak baik, tidak ada lesi, kuku berwarna pink
Pasien tampak lemah berbaring di tempat tidur, terpasang alat bantu pernafasan,
kesadaran compos mentis (sadar penuh)
Klien memiliki kesulitan pada aktifitasnya karena klien merasa lemah dan keletihan
fisik.
Pemenuhan nutrisi pada klien kanker paru-paru menurun dikarena biasanya nafsu makan
buruk dan intake nutrisi yang tidak adekuat.
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN
d) Pola eliminasi
Eleminasi alvi: sukar BAB ,dikarnakan gerak peristaltik usus menurun. Eliminasi urin:
pengukuran volume output urin dilakukan dalam hubungan intake cairan.
Kesukaran untuk istirahat karena batuk, penumpukan sputum serta nyeri dada yang
menyebabkan gangguan kenyamanan pada klien.
Klien dan keluarganya biasanya tidak terlalu mengerti tentang penyakit yang diderita
(kanker paru-paru) ini.
h) Pola koping
Mekanisme koping biasanya mal adaptif yang diikuti perubahan mekanisme peran dalam
keluarga, kemampuan ekonomi untuk pengobatan, serta prognosis yang tidak jelas
merupakan faktor-faktor pemicu kecemasan dan ketidakefektifan koping individu dan
keluarga.
Hubungan klien dengan keluarganya terganggu karena klien tidak dapat menjalankan
aktifitasnya seperti biasa.
Pemenuhan aspek spiritual seperti ibadah biasanya tidak dapat terpenuhi secara lengkap
karena nyeri dada, batuk dan kelemahan fisik yang dirasakan.
ZAHARA │19131014
KEPERAWATAN DASAR PROFESI (KDP)
f. Pemeriksaan Penunjang
1. Radiologi
a. Foto thorax posterior –anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
c. CT-Scanning
Untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
d. MRI
Untuk menunjukkan keadaan mediastinum.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan
cara torakoskopi.
15
d. Mediastinosopi
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
e. Torakotomi
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam–
macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan
sel tumor.
2. Diagnosa keperawatan
1) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
2) Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas.
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelelahan dan dispneu
No Dx Kep NOC NIC
1. Ketidakefektifan pola Respiratory status: Airway Management
ventiolation - Buka jalan nafas dengan
nafas berhubungan
Respiratory status: Airway teknik chin lift atau jaw
dengan penurunan patency thrust bila perlu
ekspansi paru Vital sign status - Posisikan pasien untuk
Indikator : memaksimalkan ventilasi
Mendemonstrasikan - Identivikasi pasien
batuk efektif dengan perlunya pemasangan
suara nafas yang besih, alat jalan nafas buatan
tidak ada sianosis dan - Pasang mayo bila perlu
dyspneu (mamou - Lakukan fisioterapi bila
mengeluarkan perlu ·
septum,mampu - Keluarkan sekret dengan
bernafas dengan batuk atau suction ·
mudah, tidak ada - Auskultasi suara nafas,
pursed lips) catat adanya suara
Menunjukkan jalan tambahan
nafas yang paten ( klien - Lakulkan suction pada
tidak merasa tercekik, mayo
irama nafas, frekuensi - Monitor respirasi dan
pernafasan dalam status O2
rentang normal, tidak Oxygen Therapy
ada suara abnormal) - Bersihkan mulut, hidung
Tanda-tanda vital dan sekret trakea
dalam rentang normal - Pertahankan jalan nafas
(tekanan darah, nadi, yang paten ·
pernafasan) - Atur peralatan oksigen
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi
16
pasien·
- Observasi adanya tanda –
tanda hiperventilasi
- Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadan oksigenasi
2. Ketidakefektifan Respiratory Status: Airway Management
Ventilation - Buka jalan nafas dengan
pembersihan jalan nafas
Respiratory status: Airway teknik chin lift atau jaw thrust
berhubungan dengan patency bila perlu
obstruksi jalan nafas. Indikator: - Posisikan pasien untuk
- Mendemonstrasikan batuk memaksimalkan ventilasi
efektif dan suara nafas - Identivikasi pasien perlunya
yang bersih, tidak ada pemasangan alat jalan nafas
sianosis dan buatan
dyspneu(mampu
- Pasang mayo bila perlu
mengelurkan
sputum,mampu bernafas - Lakukan fisioterapi bila perlu
dengan mudah,tidak ada - Keluarkan sekret dengan
suara nafas abnormal) batuk atau suction ·
- Menunjukkan jalan nafas - Auskultasi suara nafas, catat
yang paten ( klien tidak adanya suara tambahan
merasa tercekik, irama - Lakulkan suction pada mayo
nafas,frekuensi pernafasan - Monitor respirasi dan status
dalam rentang O2
Terapi oksigen
- Bersihkan mulut hidung dan
sekresi trakea dengantepat
- Pertahankan kepatenan
jalannafas
- Siapkan peralatan oksigen
dan berikan melaluisistem
humidifier
- Berikan oksigen tambahan
seperti yangdiperintahkan
- Monitor alat
pemberianoksigen
Monitor efektifitas terapi
oksigen dengantepat
3. Ketidakseimbangan Status Nutrisi : indikator Manajemen nutrisi
- Asupan gizi
nutrisi kurang dari Aktivitas :
- Asupan makanan
- Tentukan statis gizi pasien
kebutuhan tubuh - Asupan cairan
dan kemampuan pasien untuk
berhubungan dengan - Energy
memenuhi kebutuhan gizi
- Rasio berat badan/tinggi
- Identifikasi adanya alergi
kelelahan dan dispneu badan
atau intoleransi makanan
- Hidrasi
yang dimiliki pasien
Status Nutrisi : asupan - Tentukan apa yang menjadi
17
nutrisi referensi makanan bagi
Indicator : pasien
- Asupan kalori - Instruksikan pasien mengenai
- Asupan protein kebutuhan nutrisi (yaitu :
- Asupan lemak membahas oedoan diet dan
- Asupan karbohidrat piramida maknan )
- Asupan serat - Bantu menentukan pedoman
- Asupan vitamin atau piramida makanan yang
- Asupan mineral paling cocok dalam
- Asupan zat besi memenuhi kebutuhan nutrisi
- Asupan kalsium dan preferensi
- Asupan natrium
18
DAFTAR PUSTAKA
Jakarta: EGC
Kemenkes RI. 2017. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Kanker Paru.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda Nic Noc. Jogja: Mediaction
Purba, Ardina Filindri & Wibisono. 2015Pola Klinis Kanker Paru di RSUP dr.
Kariadi Semarang Periode Juli 2013- Juli 2014.
Sari, Lenny Widyawati Intan dan Purwoko, Yosef. 2015. Perbedaan Nilai Arus
Puncak Ekspirasi Sebelum dan Sesudah Pelatihan Senam Lansia Menpora
pada Kelompok Lansia Kemuning, Banyumanik, Semarang.
19