Anda di halaman 1dari 10

DESAIN INTERIOR DAN PERILAKU PENGUNJUNG

DI RUANG PUBLIK
Kasus Kelapa Gading Mall Jakarta

Taufan Hidjaz
Jurusan Desain Interior
Institut Teknologi Nasional - Bandung.
e-mail: htaufanhidjaz@yahoo.co.id

ABSTRAK
Hubungan timbal balik antara suasana ruang (atmosphere) dengan perilaku sangat dipengaruhi oleh faktor
desain interior ruang dan karakteristik dominan dari manusia yang berinteraksi di dalamnya. Suasana ruang
sebagai kualitas lingkungan, merupakan masukan pada manusia yang kemudian dikonversikan oleh manusia
menjadi persepsi dan keluaran pada perilaku, sebaliknya kegiatan atau perilaku manusia itu sendiri dapat
mempengaruhi suasana ruang. Suasana ruang di mall tercipta dan merupakan resultan dari komponen-
komponen fisik interior, kegiatan pengunjung di dalamnya dan interaksi sosial yang menyertainya. Suasana ini
akan menjadi stimulan bagi perilaku pengunjung, yang menjadi bagian dari suasana ruang itu sendiri. Sebagai
stimulan, suasana ruang yang terbentuk akan mempengaruhi persepsi, kognisi dan proses motivasi dalam
sistem kepribadian individu, kemudian membentuk respons-respons terhadap suasana ruang tersebut yang
diwujudkan oleh perilaku atau kegiatan.

Kata kunci: Desain interior, suasana ruang, perilaku.

ABSTRACT
The interaction between atmosphere and behavior is highly influenced by interior design factors as well as
the dominant characters of the people interacting in it. As the quality of an environment, the atmosphere of is
an input for people, which is then converted by the people into a perception and an output in their behaviors.
The atmosphere of a public mall space is the resultant of the interior’s physical components, the activities of
visitors and staff in it as well as the social interactions coming up with it which will be the stimulants for the
behavior as the part of the space atmosphere itself. As the stimulants, the space atmosphere created will
influence the perception, cognition and motivational processes in individual personality system, which then
create response towards the space atmosphere actualized in their behaviors and activities.
Keywords: interior design, atmosphere, behaviors.

PENDAHULUAN (atmosphere) dengan perilaku juga dipengaruhi


oleh faktor desain interior dan karakteristik
Manusia merupakan pusat lingkungan se- dominan dari manusia yang berinteraksi di
kaligus menjadi bagian dari lingkungan. Seorang dalamnya. Kualitas lingkungan terbentuk karena
individu dalam berinteraksi dengan ruang suasana ruang yang terindera oleh manusia
dipengaruhi oleh suasana ruang dan mem- menjadi persepsi yang tercermin pada perilaku
pengaruhi suasana ruang itu. Perilaku dapat manusia, sebaliknya kegiatan atau perilaku
diartikan sebagai bagian dari proses interaksi manusia itu sendiri dapat mempengaruhi suasana
antara kepribadian manusia dengan lingkungan. ruang.
Lingkungan mengandung rangsang-rangsang Perilaku manusia di ruang publik seperti
(stimuli) yang kemudian ‘dibalas’ dengan halnya pengunjung di mall secara langsung
respons-respons oleh kepribadian yang salah maupun tidak langsung berkait dengan unsur-
satunya adalah perilaku. Hubungan yang sifat- unsur ‘sosiologis’,‘psikologis’ serta ‘psikologi
nya timbal balik antara suasana ruang lingkungan’. Karena itu membahas relasi timbal

61
62 DIMENSI INTERIOR, VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2007: 61-70

balik antara ruang publik di mall dan perilaku Gading Mall dirancang dengan atrium dan void
pengunjung adalah dengan melihatnya dalam yang cukup besar, untuk mengimbangi beban
keadaan saling terkait tidak berdiri sendiri, program ruang yang banyak dan sangat
dalam arti bukanlah bagaimana indra pen- beragam.
dengaran menangkap gelombang suara dari luar
misalnya, ataupun bagaimana mengukur kon- METODOLOGI PENELITIAN
sentrasi seseorang, melainkan membahas dengan
pendekatan holistik bagaimana hubungan antara Penelitian ini merupakan kajian deskriptif-
kualitas ruang yang ditampilkan oleh desain analitis-kualitatif berbasis pendekatan perilaku
interior dan perilaku dengan kecenderungan lingkungan, terutama behavior setting. Obser-
yang ada di dalamnya vasi empiris dilakukan dengan cara mencatat dan
Pada dasarnya mall merupakan ’jalan’ yang merekam secara visual semua aktivitas, event,
menghubungkan sejumlah toko-toko, dengan dan perilaku pengunjung dalam mall, meme-
lingkungan yang terkendali dengan representasi takan pola-pola perilaku-lingkungan yang ter-
yang berbeda yaitu diberi atap dan dikendalikan bentuk di dalamnya.
aliran udaranya, dengan demikian jalan tidak Deskripsi dimulai dengan analisis kualitatif
perlu lagi melekat pada permukaan tanah. Ia pada desain interior yang menguraikan secara
dapat melayang seolah-olah bertingkat, untuk spesifik tentang lobby utama dan koridor Kelapa
mengkondisikan pemakainya sehingga mereka Gading Mall sebagai ruang tiga dimensi dan
mampu bertahan lama melakukan aktivitas di formasi volume massa di dalamnya. Unsur-
dalamnya. Mall merupakan tempat berkumpul unsur yang diuraikan merupakan bagian yang
sejumlah vendor independen atau berbagai toko esensial dalam perbendaharaan perancangannya.
dengan beragam brand, antara satu toko dengan Bidang sebagai unsur ruang di dalamnya
lainnya dihubungkan oleh jalur sirkulasi membentuk volume massa dan ruang tiga
(pedestrian ways atau walk ways) yang terbuka dimensi. Sifat-sifat yang ada padanya berupa
atau tertutup dengan tujuan mempermudah ukuran, wujud, warna, dan tekstur. Hubungan
pengguna mall pada waktu mengunjungi satu antara satu dengan lainnya akan menentukan
toko dan berjalan ke toko lain dengan aman dan ciri-ciri visual yang dihasilkan, serta mutu ruang
nyaman. yang terbentuk di dalamnya. Istilah bentuk
Salah satu mall yang ada di Jakarta adalah dalam uraian ini dimaksudkan untuk menggam-
Kelapa Gading Mall, yang menjadi kasus dalam barkan struktur formal sebuah obyek ruang atau
penelitian ini mempunyai luas lahan 5,9 ha, luas cara menyusun dan mengkoordinasikan unsur-
bangunan 130.000 m2 dengan tema Fashion, unsur serta bagian-bagian dari suatu komposisi
Food & Entertainment. Jumlah penyewa untuk memberikan gambaran ruang yang lebih
sebanyak 600 tenants, dengan anchor tenant nyata. Wujud diartikan secara khusus lebih
Sogo dan Diamond, kemudian penyewa- mengarah pada aspek penting dari beberapa
penyewa lain seperti Zara, Next, Mothercare dan bentuk yang menampilkan konfigurasi atau
Starbucks. Pembagian zona di pusat perbelan- peletakan kontur yang membatasi bentuk kese-
jaan Kelapa Gading Mall ini dilakukan dengan luruhan. Warna merupakan interpretasi visual
mengacu pada konsep mall untuk keluarga. The yang menjelaskan persepsi individu terhadap
CatWalk adalah area khusus yang berisi corak, intensitas dan nada dalam unsur-unsur
kumpulan butik para desainer terkemuka ruang. Bentuk merupakan pertemuan massa
Indonesia, dilengkapi dengan The Kernel Café dengan ruang, dimana dimensi, material, tekstur,
dengan fasilitas hotspot. Bagi para remaja warna, pemisahan antara cahaya dan bayangan
tersedia FashionHUB yang menyediakan ko- merupakan perpaduan yang menentukan kualitas
leksi busana ala kawasan Shinjuku dan Harajuku atau jiwa dalam penggambaran ruang. Dimensi
di Jepang. Disediakan pula area foodcourt adalah karakteristik bentuk secara fisik berupa
dengan nama Food Temptation seluas 6000 m2, panjang, lebar, dan tinggi, yang menentukan
dengan kapasitas 2000 tempat duduk. Kelapa proporsi unsur-unsurnya.
Hidjaz, Desain Interior dan Perilaku Pengunjung di Ruang Publik 63

ANALISIS UNSUR-UNSUR INTERIOR pengunjung. Di sinilah para pengunjung sebagai


kelompok sosial atau individu secara fenome-
Analisis ini pada dasarnya menguraikan nologikal hadir untuk dilihat, disenangi dan
secara spesifik tentang lobi utama dan koridor dibutuhkan. Pengunjung berjalan dalam sebuah
Kelapa Gading Mall. Lobi utama pada gedung ruang yang digubah secara vertikal dan hori-
Kelapa Gading Mall ini terletak di lantai zontal, dan aktivitas mereka dipermudah dengan
permukaan tanah (ground floor). Pencapaiannya adanya eskalator, elevator dan tangga. Untuk
dari pintu utama berhubungan langsung dengan menambah kenyamanan pengunjung dalam
halaman parkir, sedangkan dari lantai parkir di beraktivitas, fasilitas di mall ditambah dengan
bawah tanah melalui lift. Ruang-ruang publik adanya atrium, hall, dan void. Fasilitas-fasilitas
berupa atrium dan void dengan skala dan tersebut dirancang untuk menghubungkan para
dimensi yang cukup besar untuk mengimbangi pengunjung dengan toko-toko dan fasilitas-
beban program ruang yang cukup banyak dan fasilitas lain di dalamnya.
sangat beragam bagi toko-toko, fasilitas dan Entrance pusat perbelanjaan Kelapa Gading
koridor utama, serta jalur pergerakan manusia Mall merupakan bagian yang dibuat menyolok
lainnya seperti eskalator, elevator dan jembatan. mata untuk menarik minat para pengunjung. Bila
Pada beberapa simpul di ruang publik tersebut mata diibaratkan jendela dunia, maka entrance
dibuat aksen yang tampil cukup dominan seperti di pusat perbelanjaan Kelapa Gading Mall
bentuk-bentuk tiga dimensi di tengah void, adalah pusat energinya. Seluruh isinya tercermin
skylight, permainan cahaya ruang dengan ilumi- dalam entrancenya, merepresentasikan kualitas
nasi khusus, serta pengkondisian elemen pem- bangunannya, dan barang-barang yang dijual. Di
bentuk ruang yaitu kolom, dinding, lantai dan sisi lain, entrance ini berperan sebagai identitas
plafon. Adanya desain secara khusus tersebut Kelapa Gading Mall, sebagai tanda pengenal
berperan sebagai penanda zona-zona bagi bagi para pengunjung. Untuk itu berbagai fasi-
pengunjung mall, sehingga mereka akan mampu litas di area entrance tersebut, seperti tempat
mengingat dengan baik karakter lokasinya. turun pengunjung dari kendaraan pribadinya,
Warna pada ruang lobi ini, merupakan lobi dan foyer telah tersedia dalam bentuk
fenomena pencahayaan dan interpretasi visual gubahan suasana yang nyaman dan menyenang-
yang menjelaskan persepsi pengunjung terhadap kan tanpa mengurangi kenyamanan para
corak, intensitas dan nada, sangat terkait dengan pengunjung yang datang dengan berjalan kaki
material yang digunakan pada lantai, dinding, atau menaiki kendaraan umum.
langit-langit, dan furnitur yang ada di dalamnya. Jalur-jalur sirkulasi vertikal dan horizontal
Warna lantai merupakan gabungan warna terang mempermudah pengunjung untuk mencapai
granit jenis bianco sardo, granit blue pearl yang lantai-lantai lain, dan udara di dalam gedung
hampir hitam, dan granit pink porino. Pola lantai diatur agar para pengunjung merasa nyaman,
geometris berukuran besar dan bersifat repetitif melupakan suasana luar yang terik atau basah
memenuhi hampir seluruh luas bidang lantai kuyup karena hujan. Untuk itu atrium, void atau
lobi, sangat dominan terhadap unsur-unsur ruang selasar di dalam bangunan dibuat dengan
yang lain. Tiap lantai menggunakan pola ber- besaran yang dapat menampung pohon-pohon
ulang yang berbeda pada koridor, lift hall, dan Palm besar, dengan demikian para pengunjung
jembatannya, dimaksudkan agar pengunjung seakan bersatu dengan lingkungan luar dan
bisa membedakan masing-masing lantai. Faktor dalam.
penggunaan warna yang terbatas dan kontras Selasar, jembatan dan atrium adalah sirkulasi
pada pola repetitif ini memperkuat dominasi horizontal yang juga diterapkan dalam Kelapa
pola lantai terhadap unsur-unsur ruang yang lain, Gading Mall. Fungsinya adalah menampung dan
seperti warna dinding coklat terang dengan menyebarkan para pengunjung ke berbagai
bidang-bidang vertikal. bagian bangunan, menuju berbagai toko yang
Kelapa Gading Mall menjadi tempat ber- terdapat di sana. Jenis selasar yang diterapkan di
kumpul, berinteraksi, dan bersosialisasi para pusat belanja Kelapa Gading Mall adalah selasar
64 DIMENSI INTERIOR, VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2007: 61-70

Gambar 1. Unsur vertikal linear dari pohon Palm di Atrium Kelapa Gading Mall
(Sumber foto:’Indonesia Shopping Center’, penerbit Griya Asri Prima PT, Jakarta , 2006)

tunggal (single coridor) dengan lebar mencapai jembatan dibuat sebagai salah satu atraksi dalam
tiga meter lebih. Fungsinya untuk melegakan interior Kelapa Gading Mall, karena didesain
sirkulasi para pengunjung agar mereka dapat dengan berbagai variasi dan dengan bantuan
menikmati etalase toko tanpa terganggu para teknologi mutakhir.
pengunjung lainnya yang melintas. Selain itu, Atrium Kelapa Gading Mall dirancang
single corridor membuka kemungkinan masuk- sebagai sebuah rongga besar di dalam bangunan
nya cahaya alami ke dalam bangunan melalui yang digubah sebagai tempat bertemunya para
skylight yang terletak tepat di atasnya atau pengunjung. Posisi atrium ditengah bangunan
atrium yang terbentuk diantara dua selasar digunakan sebagai tempat promosi produk baru
tunggal. atau menyelenggarakan acara-acara khusus yang
Sarana lain yang dipakai untuk sirkulasi di digelar pengelola Kelapa Gading Mall untuk
Kelapa Gading Mall adalah jembatan untuk menarik para pengunjung datang. Pihak penye-
memperpendek jarak pencapaian antar toko, lenggara biasanya memasang panggung atau
sehingga para pengunjung dapat memotong jalur bilik-bilik sebagai sarana promosi, dengan ber-
menuju toko-toko di seberangnya. Jembatan bagai atribut yang mengiklankan produk baru.
ditempatkan melintang di atrium pada jarak lima Graphic Environment merupakan salah satu
sampai sepuluh meter satu sama lainnya, elemen arsitektural yang memegang peranan
Hidjaz, Desain Interior dan Perilaku Pengunjung di Ruang Publik 65

penting di Kelapa Gading Mall. Bentuknya pada relasi psikologis manusia dengan ruang
berupa papan penunjuk arah, peta interior dari Krasner & Ullmann (1977), maka variabel-
bangunan, papan nama retail tenant, tata lampu, variabel yang berpengaruh secara psikologis
dan lain-lain. Perencanaan Graphic Environment antara lain privacy, ruang seputar badan, kontak
yang terpadu diharapkan dapat memperkuat mata, ketertutupan ruang, penataan perabotan,
konsep pusat perbelanjaan Kelapa Gading Mall kepadatan pemakaian ruang, dan lingkungan
dalam membentuk image atau citranya. Keber- perilaku. Jika dilihat pada kasus Kelapa Gading
adaannya sendiri mempunyai berbagai fungsi, Mall ini maka kecuali variabel privacy, semua
salah satunya yang sangat penting adalah seba- variabel tersebut di atas memberikan dukungan
gai penunjuk arah. Hal ini disebabkan pengun- terhadap proses terjadinya interaksi secara le-
jung berdatangan dari lokasi yang berbeda, luasa. Secara spasial Kelapa Gading Mall ini
bepergian ke tujuan yang berbeda, dan dengan merupakan ruang publik yang mampu memberi-
alasan yang berbeda. Graphic environment pada kan dimensi ruang yang maksimal, dan dicapai
Kelapa Gading Mall diperlukan untuk memberi melalui tatanan arsitekturalnya.
informasi pengunjung agar dapat sampai ke Ruang seputar badan untuk pengunjung
tujuan. dapat diartikan sebagai ruang personal antar
individu, yakni jarak yang dimungkinkan antara
DESAIN INTERIOR DAN SUASANA badan dengan obyek atau orang lain di dekatnya
RUANG yang dapat berpengaruh secara spasial dan
psikologis. Menurut Leathers (1997), setiap
Suasana ruang di Kelapa Gading Mall individu dalam berinteraksi mempunyai empat
merupakan resultante dari komponen-komponen tingkatan ruang, yaitu ruang intim (0 – 45,7 cm),
fisik interior, kegiatan pengunjung di dalamnya ruang personal (45,7 – 122 cm), ruang sosial
dan interaksi sosial yang menyertainya pada (122 – 366 cm), dan ruang publik (lebih dari
ruang-ruang publik. Resultante ini akan menjadi 366 cm). Perbandingan luas ruang dan besaran
stimulan bagi perilaku pengunjung. Sebagai lobi pusat perbelanjaan dengan jumlah pengun-
rangsang atau stimulan, menurut Nimpoeno jung yang berlalu lalang di dalamnya cukup
(1983) suasana ruang yang terbentuk akan mem- besar, sehingga setiap orang akan merasa men-
pengaruhi persepsi, kognisi dan proses motivasi dapat ruang publik yang cukup untuk ruang
yang menyatu dalam sistem kepribadian indi- geraknya. Dengan demikian, pemilikan ruang
vidu, kemudian membentuk respons-respons personal ini mendukung terjadinya interaksi
terhadap suasana ruang tersebut yang diwujud- manusia dengan ruang maupun dengan pengun-
kan oleh perilaku atau kegiatan. jung di lobi tersebut.
Terdapat keterkaitan antara intelegensi, Variabel keleluasaan pribadi dalam arti
emosi dan kebutuhan dengan proses interaksi batasan spasial menjadi tidak relevan dan tidak
psikologis antara manusia dengan ruang ling- dimungkinkan dalam interior pusat perbelanjaan
kungannya. Interaksi psikologis ini merupakan Kelapa Gading Mall, namun besaran ruang
proses sekuensial atau berurutan dari proses (territory) sebagai ruang personal antar individu
stimulasi manusia merasakan ruang dengan menjadi besar dan leluasa (Sommer, 1969), serta
proses persepsi, proses kognisi, motivasi, dan tidak memiliki tingkatan atau hirarki sebagai-
kemudian menghasilkan output berupa respons mana di ruang-ruang dalam bagian kantor.
dari kepribadian. Respons keluar berupa tin- Misalnya di ruang kerja, hirarki pada organisasi
dakan, dan respons ke dalam berupa image ter- kantor mengukuhkan perbedaan hak proxemics
hadap ruang sebagai sumber stimulan. Proses (ruang dan maknanya), yakni antara figur yang
sekuensial ini menunjukkan kualitas yang diba- dianggap dominant dengan yang subordinate.
tasi oleh kondisi lingkungan, dalam hal ini Pola umum pembagian ruang pimpinan kantor
interior lobi, koridor, dan interior toko-toko dengan ruang anggotanya, menunjukkan figur
penyewa di Kelapa Gading Mall baik yang dominan yang oleh Altman (1975) diidentikan
utama ataupun toko-toko yang kecil. Mengacu dengan figur aktif, didepankan eksistensinya,
66 DIMENSI INTERIOR, VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2007: 61-70

atau tinggi status sosialnya, yang direpresentasi- Seluruh unsur-unsur dalam ruang lobi ini
kan lewat hak ruang personal yang lebih besar memperlihatkan perkembangan teknologi ma-
dibandingkan hak figur subordinat (subordi- terial yang terbaru dan teknologi pengerjaannya
nate). Pada ruang pusat perbelanjaan, pembe- yang modern. Tatanan ruang dan bentuk-bentuk
daan ruang personal menjadi tidak ada. Selain yang dihasilkan oleh rancangan interiornya me-
itu, hirarki dan perbedaan status lewat hak ruang nunjukkan fungsi yang jelas dengan gaya desain
tersebut tidak mempengaruhi setiap manusia yang lepas dari tradisional. Bentuk ruang dan
atau pengunjung ketika berinteraksi dalam pengisinya diorientasikan pada efisiensi terhadap
ruang-ruang yang ada di pusat perbelanjaan utilitas dan penggunaan yang mudah, dengan
Kelapa Gading mall. memadukan karakteristik material yang ver-
Perbandingan desain interior lobi utama dan kualitas (high performance) tetapi murah biaya
ruang-ruang publik di lantai 2 dengan desain perawatannya (low maintenance).
interior ruang-ruang koridor di lantai lain mem- Pemakaian material yang hampir seluruhnya
perlihatkan persamaan yang menghubungkan bersifat reflektif, yaitu baja nirkarat jenis meng-
keduanya, baik dari segi penggunaan material, kilap seperti cermin pada kolom-kolom, tangan-
maupun karakteristik dan bentuk-bentuk geo- tangan tangga dan void, garis-garis seperti balok
metris yang direduksi dari unsur pohon Palm yang menghubungkan kolom-kolom pada langit-
atau jenis kelapa. Pola lantai di Entrance, lobi langit, granit permukaan mengkilap pada lantai,
utama, koridor, lift hall, dilantai satu, dua, dan langit-langit menggunakan lembaran baja berlu-
tiga berbentuk persegi dengan ukuran berbeda bang-lubang (metal perforated), serta bidang
dan disusun mendekati kesan bentuk pohon vertikal sisi terluar dari cermin, kesemuanya
kelapa. Kolom-kolom berbentuk bulat dengan menampilkan karakter presisi dan penggunaan
penempatan unsur decorative lighting yang men- teknologi tinggi. Konotasi yang terbentuk dari
dukung penggunaan citra pohon kelapa tersebut. suasana ruang interiornya adalah suasana ruang
Bagian atas kolom-kolom di lantai teratas yang menampilkan citra modern dan fungsional,
Kelapa Gading Mall menggunakan rangka besi sebagai makna lain yang terbentuk setelah
yang dibentuk menyerupai unsur daun pohon unsur-unsur ruang menampilkan fungsi-fungsi-
kelapa. Wujud pohon kelapa dan jenis Palm lain nya secara denotatif.
yang utuh ditampilkan sebagai tanaman hias Pusat belanja yang tetap eksis dan sukses
yang ditempatkan di lobi dan koridor dengan tergantung pada kemampuannya untuk menarik
ukuran yang berbeda. pengunjung dan menjaga agar namanya tetap
Pemakaian material dengan kualitas baik, dikenal. Salah satu cara yang ditempuh oleh
menjadi konotasi bahwa ruang-ruang di pusat Kelapa Gading Mall adalah melalui pemilihan
perbelanjan Kelapa Gading Mall didesain seba- Anchor Tenant yang memiliki brand tersendiri
gai tempat menjual produk-produk berkualitas yaitu Sogo dan Diamond. Anchor berarti jangkar
yang memiliki brand image baik. Pendekatan atau utama dan tenant berarti penyewa, jadi
estetik dengan menggunakan bentuk pohon Anchor Tenant berarti penyewa utama pada
kelapa pada desain interior keseluruhan gedung sebuah pusat belanja atau jenis bangunan lanilla,
ini menunjukkan ciri-ciri bentuk modern fung- dapat diartikan pula sebagai penyewa terbesar
sional. Kolom dan dinding (termasuk jendela atau toko terbesar. Sogo dan Diamond sebagai
dan pintu), unsur-unsur horizontal pada lantai Anchor tenant adalah kunci pusat belanja Kelapa
dan langit-langit, serta furniture di dalamnya se- Gading Mall yang berfungsi sebagai magnet
cara denotatif menunjukkan fungsinya masing- untuk menarik pengunjung. Sogo dan Diamond
masing sebagai komponen ruang, unsur arsitek- ditempatkan di lokasi yang strategis sehingga
tural dan pengisi ruang, dan secara indikatif memberikan keuntungan maksimum. Anchor
memperlihatkan kebaruan (novelty) baik dari tenant juga menjadi daya tarik bagi tenant lain
segi material yang dipergunakan maupun ben- yang lebih kecil seperti Zara, Next, Mothercare
tuk-bentuk perwujudannya dalam ruang. dan Starbucks untuk ikut membuka tokonya.
Tenants tersebut ditempatkan mengelilingi atau
Hidjaz, Desain Interior dan Perilaku Pengunjung di Ruang Publik 67

dekat dengan anchor tenant. Jenis anchor tenant kan image sebagai pusat belanja yang bergengsi
dipilih berdasarkan pada fungsi bangunan dan sehingga menaikkan nilai jual pusat belanja
jenis kegiatan yang terjadi di dalam bangunan. tersebut. Di lantai berikutnya diisi oleh retail
Kedua jenis tenant ini yaitu Sogo dan Diamond tenant fashion tetapi dengan merk lokal. Lantai
adalah tenant yang dapat memenuhi hampir di atasnya lagi diisi retail tenant lifestyle, home
semua kebutuhan berbelanja pengunjung dalam appliance. Menciptakan komposisi retail tenant
satu wadah karena dilengkapi dengan fasilitas yang ideal dan seimbang adalah hal yang paling
lengkap. Mulai dari baju anak sampai dewasa penting diperhatikan dalam grouping tenant di
untuk pria dan wanita, sepatu, tas, kosmetik, Kelapa Gading Mall, agar semua retail tenant
perhiasan, jam tangan, alat-alat olah raga, yang ada bernilai positif, sehingga membuat
mainan anak-anak dan elektronik tersedia di semua bagian bangunan menarik untuk dilihat.
department store. Kebutuhan sehari-hari mulai Grouping tenant memberikan kemudahan dan
dari sayur, buah, daging, susu, makanan kering, kenyamanan bagi pengunjung yang datang
keperluan mandi, sampai keperluan kebersihan untuk mencari retail tenant yang sesuai dengan
rumah, tersedia juga di supermarket. keinginannya.
Sogo sebagai anchor tenant pada Kelapa
Gading Mall terletak di bagian sudut bangunan. INTERAKSI PSIKOLOGIS DAN SOSIAL
Ukurannya paling besar dibanding tenant lain-
nya sehingga memakan tempat bila diletakkan Di ruang pusat perbelanjaan ini, pengunjung
selain di sudut bangunan. Peletakan ini juga yang berinteraksi mengalami ruang berdimensi
bertujuan agar pengunjung secara tidak lang- fisik, yang memiliki panjang, lebar, tinggi dalam
sung, mengelilingi semua bagian bangunan ukuran tertentu, dan mengalami sebuah tempat
terlebih dahulu sebelum sampai ke anchor yang ketika sudah dikenalnya akan memberikan
tenant, dengan demikian semua bagian ba- nilai tertentu pada ruang tersebut. Mata pengun-
ngunan dan semua tenants kecil terlewati dan jung akan menerima ruang ini secara tiga
terlihat oleh pengunjung. Kesuksesan Kelapa dimensi dan akan dipersepsi secara visual. Keti-
Gading Mall ditentukan oleh tenants di dalam- ka pengunjung menjalani dan melakukan per-
nya, khususnya anchor tenant. Kekuatan dari gerakan di dalamnya, menyentuh permukaan
anchor tenant sangat besar pengaruhnya secara bidang-bidang unsurnya dan benda-benda ke-
finansial terhadap Kelapa Gading Mall. Tanpa lengkapannya, akan memberikan pengertian dan
anchor tenant, Kelapa Gading Mall akan membentuk kesadaran tentang ruang tersebut.
kehilangan daya tariknya. Akan tetapi anchor Susunan komponen dan unsur-unsur vertikal
tenant akan menjadi kurang maksimal posisinya dan horizontal dalam ruang lobi utama, koridor
sebagai penyewa utama tanpa ditemani oleh dan lift hall yang terdiri atas material granit alam,
retail tenant yang beraneka ragam jenis di lembar baja nirkarat akan dirasakan oleh
sekelilingnya. Keduanya mempunyai sifat saling pengunjung sebagai satu susunan desain interior
tergantung atau dikenal dengan istilah Multi- yang dapat memberikan nilai tertentu secara
farious Symbiotic Relationship, maksudnya keseluruhan, sesuai dengan tingkat interaksi
anchor tenant menjadi daya tarik bagi retail yang dapat dirasakannya. Interaksi dan penga-
tenant dan retail tenant melengkapi fungsi laman dengan ruang itu diperoleh sebagai hasil
anchor tenant. gabungan perasaan dan pikiran terhadap segala
Pada proses perencanaan Kelapa Gading sesuatu mengenai ruang yang diterima melalui
Mall, grouping tenant direncanakan dengan indera dan kemampuan geraknya, dengan latar
sangat hati-hati karena menyangkut masa depan belakang dan orientasi nilai budaya yang
kelangsungan hidupnya. Keenam kelompok berbeda-beda.
besar grouping tenant yang telah disebutkan di Komponen-komponen fisik interior ruang
atas diatur melalui pembagian per lantai. Lantai publik ini yang menjadi stimulan dan mem-
dasar diisi oleh retail tenant fashion dengan pengaruhi persepsi pengunjung maupun karya-
merk-merk terkenal, bertujuan untuk meningkat- wan dalam berinteraksi. Demikian pula peristiwa
68 DIMENSI INTERIOR, VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2007: 61-70

dan kontak sosial yang menyangkut individu dirinya sendiri. Sesekali perempuan mesti me-
dengan seluruh atribut yang menyertainya akan narik minat pasangannya untuk memperhatikan
berpengaruh terhadap persepsi tadi. Keseluruhan barang-barang yang ada hubungannya dengan
inilah yang tergabung dalam satu suasana ruang, lelaki.
yaitu suatu kondisi yang bersifat samar-samar Di eskalator ada beberapa kasus yang mem-
(diffused) dan akan menjadi stimulus pada pro- perlihatkan perilaku pasangan yang sering tidak
ses persepsi, proses motivasi dan kognisi, kemu- diperhatikan. Awalnya perempuan memimpin,
dian akan bereaksi dengan respons-respons yang kemudian ia berganti peran menjadi pihak yang
merupakan perilaku dan kegiatan pengunjung. ‘tergantung’ pada lelaki pasangannya. Si perem-
Interaksi sosial dalam konteks suasana puan bersandar pada pasangannya, menyangga
ruang-ruang publik di Kelapa Gading Mall tidak dan menahan dengan tubuhnya. Dalam keadaan
dipengaruhi oleh hirarki. Hal ini disebabkan ini hilanglah semua jarak fisik dan ruang intim
karakteristik umum dari pengunjung lobinya menggantikan territorial space dari masing-
adalah pengunjung tamu dan bukan dari komu- masing individu. Si perempuan dan pasangannya
nitas tertentu yang homogen. Secara umum tidak membentuk ruang intim bersama di atas eska-
saling kenal sehingga pengunjung merasa ada lator sampai di lantai tujuan. Perilaku intim atau
jarak perbedaan level di dalam ruang publik kemesraan sekejap di ruang publik ini sebagai
seperti pada lobi utama dan koridor. Maka lobi tindakan mengungkapkan emosi di depan publik
utama sebagai ruang publik memungkinkan yang secara kultural belum bisa diterima oleh
orang bertemu, dan bagi sebagian orang merupa- masyarakat di Indonesia. Kemungkinan pa-
kan ruang yang secara tidak langsung membatasi sangan tersebut memang datang ataupun telah
perilaku. Pergerakan manusia sebagai pengun- terbiasa dengan kultur dari Barat. Kemesraan itu
jung memperlihatkan intensitas tinggi, lalu mungkin penting dilakukan untuk menyambung
lalang dengan bebas keluar masuk toko untuk kembali hubungan, setelah sekian lama pa-
melihat-lihat dan membeli, apapun yang mereka sangan yang berpacaran saling mengabaikan
inginkan demi menemukan atau menciptakan karena terpikat dan tergoda oleh pesona barang-
kembali identitas mereka. Pengunjung yang me- barang dagangan ketika mereka melihat pa-
lewatkan waktu dengan ’nongkrong’ di restoran- jangan di toko-toko. Kemesraan singkat ini
restoran, atau sekedar berjalan-jalan jumlahnya untuk menegaskan kembali hubungan mereka
banyak, dan sebanding dengan yang datang sebelum mereka kembali dipisahkan oleh pesona
berbelanja. Dengan demikian, mall menjadi barang-barang lainnya lagi.
ruang publik yang tidak hanya diisi barang- Pentingnya ketegasan demi memelihara
barang dagangan yang menarik perhatian, tetapi perasaan bahwa “kita masih bersama” ini bukan
juga dipenuhi oleh orang-orang yang tidak saling hal yang mudah. Seluruh susunan kebiasaan
kenal yang secara fenomenologis dipersepsikan hidup sehari-hari dibangun dari sini. Penegasan
sebagai ‘tubuh’. kembali secara terus menerus yang diungkapkan
Pengunjung Kelapa Gading Mall merupa- lewat kata-kata yang eksplisit maupun gerak-
kan kelompok orang-orang yang terus bergerak, gerik sederhana seperti perilaku di atas eskalator
berjalan dari ruang ke ruang dengan macam- tersebut. Contoh perilaku dari pasangan yang
macam karakteristik dan keperluannya. Banyak berbelanja tadi dapat dibayangkan bagaimana
ditemui pengunjung yang berpasangan, berke- masing-masing pasangan merasa dirinya “kalah”
lompok bersama keluarga ataupun dengan bebe- dibandingkan barang-barang yang didisplay di
rapa teman. Beberapa pasangan bergerak meli- toko-toko. Kemesraan kecil tersebut mempunyai
hat-lihat barang pajangan, terpecah oleh minat dua makna, yakni pengakuan bahwa masing-
dan perhatian yang berbeda-beda, walaupun masing pihak telah terpesona oleh barang-barang
secara fisik dekat satu sama lain. Sering kali tersebut, sehingga saling mengabaikan, dan ung-
terjadi di bagian penjualan keperluan wanita, kapan permintaan maaf, karena saat sebelumnya
laki-laki pasangannya berjalan di belakang pe- telah silau oleh barang-barang.
rempuan dan si perempuan berbelanja untuk
Hidjaz, Desain Interior dan Perilaku Pengunjung di Ruang Publik 69

Di setiap pusat perbelanjaan seperti Kelapa yang membatasi diri tidak sebebas seperti ketika
Gading Mall ini, ruang-ruang publik memang mereka berada di toko-toko di bawah. Walaupun
didesain untuk pengunjung yang bergerak terus pintu-pintu terbuka lebar dan bahkan ada yang
dari toko ke toko, sehingga jarang sekali disedia- tanpa menggunakan pembatas, tetapi pengun-
kan tempat untuk berhenti yang nyaman kecuali jung tidak lagi berperilaku bebas untuk masuk,
di restoran atau foodcourt. Karena itulah dalam bahkan cenderung ada yang menghindar dari
kasus pasangan yang menegaskan kembali batas gaib yang mereka rasakan sendiri. Peri-
kebersamaan mereka, eskalator menjadi tempat laku pengunjung memperlihatkan kesadaran
yang nyaman sambil terus bergerak. Eskalator bahwa barang-barang mahal yang didisplay itu
menjadi kombinasi dari dua unsur yang ber- hanya untuk dilihat, dan tidak untuk dipegang.
lawanan, membuat pengunjung berpindah, dan Perilaku tubuh pengunjung tersebut takkan
tetap diam di tempat, jadi perpindahan dalam berani menyentuh barang yang dipajang, karena
diam. Gerakan eskalator telah memenuhi kebu- takut didatangi oleh penjaga toko (yang biasanya
tuhan untuk berpindah, sehingga tidak ada resiko perempuan dengan seragam), dan disapa dengan
kemacetan pergerakan atau traffic lalu lintas. kalimat rutin “ Bisa saya bantu ? ”.
Pada saat yang sama terpenuhilah kebutuhan Perilaku menghindar dari batas gaib ini
untuk tidak berpindah demi kontak fisik. mencapai titik tertinggi manakala para pengun-
Penjelajahan ruang-ruang koridor, lobi dan jung dihadapkan pada butik-butik teramat mahal
toko-toko di mall, berarti pengunjung tidak yang interiornya kelihatan sangat ‘minimalis’
hanya menyadari adanya barang-barang, tetapi dan kosong. Kekosongan toko-toko seperti ini,
juga hadirnya orang-orang lain yang bergerak, baik dalam arti sedikitnya barang pajangan
lengkap dengan tatapan mata mereka sebagai- maupun sepinya pembeli, kemungkinan adalah
mana pengertian istilah ’cuci mata’. Perilaku hal yang diperhitungkan baik-baik dalam konsep
yang timbul dari kesadaran ganda akan adanya desain interiornya, untuk memberikan kesan
barang dan orang lain ini mestinya bisa langsung eksklusif. Isinya bisa dilihat jelas, dinding kaca
terlihat dari cara para pengunjung membawa diri berikut pintu kaca yang hampir sama dengan
ketika melintasi ruang-ruang di sisi koridor atau dindingnya berkesan mengintimidasi pengun-
lobi. jung untuk tidak masuk. Kaca-kaca transparan
Perilaku tubuh pengunjung selama menje- tersebut mengundang mata, namun bagi ke-
lajahi koridor di depan toko-toko, dan rak-rak banyakan pengunjung yang lewat, pintu tertutup
display, memperlihatkan perbedaan-perbedaaan itu berperan sebagai penghalang yang menjaga
sebagai reaksi atas suasana dan desain interior agar barang dagangan tak terjangkau, dan tubuh
toko, atau cara mendisplay barang-barang. Keti- pengunjung tetap di luar toko.
ka di ruang toko serba ada, pengunjung dihadap- Ada pengunjung toko yang seolah tanpa
kan pada aneka display yang kesannya ditata sengaja memasuki butik berdinding kaca, lalu
seadanya, dengan suasana informal yang dengan santai memeriksa label harga yang
mengundang pengunjung untuk mengulurkan menempel pada suatu barang yang kelihatan
tangan, menyentuh, mengambil dan mencoba “biasa”, seperti baju putih polos. Tiba-tiba saja
barang, dan kalau tidak puas cukup meletakkan- secara refleks tangannya ditarik cepat-cepat
nya lagi ditempat yang sama. Perilaku pengun- seperti tersengat benda panas. Perilaku selanjut-
jung ini memperlihatkan kebebasan dalam nya memperlihatkan penghentian penjelajahan,
menyentuh barang, mengaduk-aduk pakaian tangan seperti rapat di badan, takut bersentuhan
yang ditumpuk di rak atau keranjang barang dengan barang dagangan tersebut khawatir akan
discount atau obral, mencoba-coba barang atau mencemarinya, dan segera bergegas keluar toko.
pakaian. Kalau tidak cocok maka barang Hubungan antara perilaku dan barang dagangan
diletakkan sekenanya saja. tersebut telah diputarbalikkan, bukan perilaku
Ketika pengunjung mendatangi tempat tubuh yang merusak barang, tetapi baranglah
pajang pakaian-pakaian bermerek atau branded yang mengintimidasi.
dalam toko-toko di lantai atas terlihat perilaku
70 DIMENSI INTERIOR, VOL. 5, NO. 2, DESEMBER 2007: 61-70

Perilaku yang terjadi memperlihatkan dua tinggi, mewah dan prestisius, dan ternyata
sentimen yang berlainan, hasrat dan ketakutan berpengaruh pada perilaku pengunjung. Perilaku
terhadap barang tertentu muncul begitu orang tersebut dapat dilihat dari aspek psikologis,
mengalami alienasi total dari kenyataan yang maupun aspek sosial.
dihadapinya. Intimidasi ini diperkuat lagi dengan Perilaku pengunjung di Kelapa Gading Mall
hadirnya penjaga toko berseragam eksklusif, dibatasi oleh kesadaran akan kelas sosial dan
sikap penuh perhatian, dan umumnya lebih status mereka sendiri. Produk yang secara
banyak daripada jumlah pengunjung yang ma- finansial tak terjangkau dibuat tidak terjangkau
suk ke toko. Ketakutan akan barang dagangan secara fisik dengan tidak mengadakan kontak
yang cukup tinggi, sehingga jarang sekali orang tubuh dengan barang tersebut. Penciptaan jarak
mampir ke toko-toko eksklusif seperti toko arloji antara ’tubuh’ dengan ’barang’ menunjukkan
dan perhiasan, meskipun ribuan orang berlalu- adanya semacam pemisahan kelas dalam suatu
lalang di depan toko tersebut setiap hari. Toko perekonomian kapitalis yang bertingkat-tingkat
ini justru tampak berbeda karena sepinya (Simpson, 1976). Jadi, ketidaksetaraan itu masih
pengunjung, sehingga memberikan citra ruang ada dan demokratisasi konsumsi itu merupakan
yang eksklusif. sesuatu yang amat dibesar-besarkan. Demikian
pula, ruang publik dipusat perbelanjaan ternyata
SIMPULAN bukanlah panggung untuk mengekspresikan diri
dan imajinasi yang tak terkendali.
Sebagai ruang publik, pengunjung Kelapa
Gading Mall dari banyak lapisan masyarakat, REFERENSI
sehingga bersifat sangat heterogen. Pengunjung
tidak saling kenal, karenanya interaksi psiko- Altman, Irwin. 1981. The Environment and
logis dan sosial yang terjadi dalam mall ini tidak Social Behavior. New York: Irving Pub.
mengenal hirarki. Status sosial yang berbeda Inc.
tidak memiliki pengaruh karena interaksi ini
dilakukan oleh pengunjung yang tidak saling Krasner L & Ullmann P. 1973. Behavior
kenal. Individu yang berinteraksi dalam ruang- Influence and Personality. New York:
ruang publik di mall ini tidak datang dari satu Holt-Rinehart & Winston Inc.
komunitas yang sama, tidak saling mengenal, Leathers, Dale G. 1997. Successful Nonverbal
karenanya interaksi yang terjadi bersifat tem- Communication. Boston: Allyn & Bacon
porer. Figur yang kemungkinannya bisa domi- Co.
nan pada ruang publik adalah ‘public figur’,
yang kehadirannya tentu akan mempengaruhi Nimpoeno, John S. 1983. Ruang Sebagai
suasana ruang publik seperti lobi ini. Penunjang Kegiatan. Jakarta: Universitas
Terbentuknya citra modern dan mewah dari Indonesia.
konotasi susunan unsur interior sesuai dengan Simpson. 1976. Theory of Social Exchange.
tujuan dan fungsi ruang pusat perbelanjaan atau New york: Holt-Rinehart and Winston Inc.
mall yang ingin dicitrakan menjual produk-
produk bernilai tinggi. Ada relevansi antara ter- Sommer, Robert. 1969. Personal Space, the
bentuknya citra dengan keinginan tenant untuk Behavioral Basis of Design. New Jersey:
menggambarkan produk usahanya yang bernilai Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs.

Anda mungkin juga menyukai