Anda di halaman 1dari 8

PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER

DI KALANGAN MAHASISWA

Rosa Susanti
Dosen Tetap STKIP Abdi Pendidikan Payakumbuh
e-mail: roza_susantimpd@yahoo.com

Abstract: Education system in Indonesia is often in the spotlight, not only through print and electronic media, but
also through cyberspace. Education in Indonesia is often tarnished by rampant incidents that are not well done by
the students, ranging from engaging Drugs, promiscuity, fighting, until the murder. The problem occurs not only
due to the lack of control of the parents, but also from school. Therefore, today a lot of changes in our education
system, one of them are Character Education. The character education teaches habitual ways of thinking and
behavior that help learners to live and work together with families, communities, and countries and help them to
make decisions that can be accounted for. Because the character is not formed instantaneously, but must be
trained seriously, continuous and proportionate in order to achieve the ideal form of character.

Abstrak: Sistem pendidikan Indonesia yang kurang baik senantiasa diobral di media elektronik hingga ke dunia
maya (internet). Pendidikan di Indonesia cenderung dinodai oleh peristiwa-peristiwa yang mengerikan seperti
siswa yang menggunakan obat-obatan terlarang, pemerkosaan, perkelahian pelajar serta pembunuhan. Hal ini
terjadi tidak hanya disebabkan karena lemahnya kontrol dari orang tua, tetapi juga dari pihak sekolah. Oleh
karena itu, pemerintah merasa perlu untuk merobah sistem pendidikan dengan memasukkan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berperilaku sehingga mereka mampu hidup dan
bekerjasama dengan keluarga, masyarakat, negara, dan membantu mereka dalam membuat keputusan yang tepat.
Karena pendidikan karakter tidak bisa dibentuk secara instan maka mahasiswa harus dilatih secara serius,
berkelanjutan dan seimbang untuk mencapai karakter yang ideal.

Kata Kunci: pendidikan karakter, kontrol orang tua, cara berpikir, bekerjasama, karakter yang ideal

PENDAHULUAN mandiri, dan menjadi warga negara yang


demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan salah satu pilar
Berangkat dari hal tersebut diatas, secara
yang ikut menopang berdirinya sebuah
formal upaya menyiapkan kondisi, sarana/
peradaban yang disebut dengan Bangsa.
prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum
Eksistensi suatu bangsa sangat ditentukan oleh
yang mengarah kepada pembentukan watak dan
karakter yang dimilikinya. Bangsa yang
budi pekerti generasi muda bangsa memiliki
memiliki karakter kuat dapat menjadi bangsa
landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal
yang bermartabat dan disegani oleh bangsa lain
tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak
di seluruh dunia. Menjadi sebuah bangsa yang
yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak
berkarakter sudah menjadi tujuan bangsa
terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah.
Indonesia. Hal ini sesuai dengan Fungsi
Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak,
Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU
kini upaya tersebut mulai dirintis melalui
No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Pendidikan Karakter bangsa.
Nasional yaitu Pendidikan nasional berfungsi
Pendidikan karakter sebenarnya bukan
mengembangkan kemampuan dan membentuk
hal yang baru bagi masyarakat Indonesia.
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
Bahkan sejak awal kemerdekaan, masa orde
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
lama, masa orde baru, dan kini orde reformasi
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
telah banyak langkah-langkah yang sudah
didik agar menjadi manusia yang beriman dan
dilakukan dalam kerangka pendidikan karakter
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dengan nama dan bentuk yang berbeda-beda.
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
Dalam UU tentang pendidikan nasional yang
pertama kali, ialah UU 1946 yang berlaku tahun

480
481 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 6 November 2013, hlm. 480-487

1947 hingga UU Sisdiknas Nomor 20 tahun pendekatan sistematik dan integrative dengan
2003 yang terakhir pendidikan karakter telah melibatkan keluarga, satuan pendidikan,
ada, namun belum menjadi fokus utama pemerintah, masyarakat sipil, anggota legsilatif,
pendidikan. Pendidikan akhlak (karakter) masih media massa, dunia usaha, dan dunia industry
digabung dalam mata pelajaran agama dan (Kemendiknas, 2010).
diserahkan sepenuhnya pada guru agama. Menurut Murphy (1998, 22) pendidikan
Karena pelaksanaan pendidikan karakter hanya karakter adalah pendidikan yang didasarkan
diserahkan kepada guru agama saja. Maka wajar pada nilai-nilai etika inti berakar dalam
hingga saat ini pendidikan karakter belum masyarakat demokratis, khususnya, penghar-
menunjukkan hasil yang optimal. Hal ini gaan, tanggung jawab, kepercayaan, keadilan
terbukti dari fenomena sosial yang dan kejujuran, kepedulian, dan kemasyarakatan
menunjukkan perilaku yang tidak berkarakter. kebajikan dan kewarganegaraan. Dari penger-
Perilaku yang tidak berkarakter itu misalnya tian di atas nampak bahwa pendidikan karakter
sering terjadinya tawuran antar pelajar, adanya mengacu pada proses penanaman nilai, berupa
pergaulan bebas, dan adanya kesenjangan pemahaman-pemahaman, tata cara merawat dan
sosial-ekonomi-politik di masyarakat, kerusakan menghidupi nilai-nilai itu, serta bagaimana
lingkungan yang terjadi di seluruh pelosok seorang siswa memiliki kesempatan untuk dapat
negeri, masih terjadinya ketidakadilan hukum, melatihkan nilai-nilai tersebut secara nyata
kekerasan dan kerusuhan, dan korupsi yang Lickona (1991) menambahkan pendidi-
mewabah dan merambah pada semua sektor kan karakter adalah segala usaha yang dapat
kehidupan masyarakat, tindakan anarkis, konflik dilakukan untuk mempengaruhi karakter siswa.
sosial. Masyarakat Indonesia yang dahulu Lebih jelas Lickona menyatakan bahwa
terbiasa santun dalam berprilaku, musyawarah pengertian pendidikan karakter adalah suatu
mufakat dalam menyelesaikan masalah, usaha yang disengaja untuk membantu
mempunyai kearifan lokal yang kaya dengan seseorang sehingga ia dapat memahami,
pluralitas, serta bersikap toleran dan gontong- memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika
royong kini mulai cenderung berubah menjadi yang sebenarnya.
hegemoni kelompok-kelompok yang saling Hurlock (1993) menjelaskan bahwa
mengalahkan dan berperilaku tidak jujur. perkembangan anak dipengaruhi oleh sekurang-
Pendidikan karakter tidak hanya kurangnya enam kondisi lingkungannya yaitu:
diterapkan di SD, SMP, dan SMA, tapi juga di hubungan antar pribadi yang menyenangkan,
tingkat Perguruan Tinggi. Oleh karena itu, keadaan emosi, metode pengasuhan anak, peran
tulisan ini akan membahas bagaimana dini yang diberikan kepada anak, struktur
menerapkan pendidikan karakter di kalangan keluarga di masa kanak-kanak dan rangsangan
mahasiswa, guna menghasilkan calon pemimpin terhadap lingkungan sekitarnya. Enam faktor
bangsa yang tidak hanya mampu di bidang inilah yang menurut Megawangi (2004) yang
akademik, namun juga terpuji secara menjadi titik pijak pembentukan karakter yang
karakternya. baik. Pendidikan karakter yang dimasudkan
disini lebih berkaitan dengan bagaimana
KONSEP DASAR PENDIDIKAN KARAK- menanamkan nilai-nilai tertentu dalam diri anak
TER didik, seperti nilai-nilai yang berguna bagi
pengembangan pribadinya sebagai mahluk
1. Pengertian Pendidikan Karakter individual sekaligus sosial dalam lingkungan
Menurut Kemendiknas (2011, 6) sekolah.
Pendidikan karakter adalah usaha menanamkan Dari uraian di atas dapat disimpulkan
kebiasaan-kebiasaan yang baik (habituation) bahwa pendidikan karakter merupakan
sehingga peserta didik mampu bersikap dan pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti,
bertindak bersadarkan nilai-nilai yang telah pendidikan moral, pendidikan watak, yang
menjadi kepribadiannya. Dan juga bertujuan mengembangkan kemampuan peserta
pembangunan karakter dilakukan dengan didik untuk memberikan keputusan baik-buruk,
Roza, Penerapan Pendidikan Karakter.... | 482

memelihara apa yang baik, mewujudkan dan nya, mengkaji dan menginternalisasi serta
menebar kebaikan itu dalam kehidupan sehari- mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak
hari dengan sepenuh hati. mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-
hari.
2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan karakter Dari penjelasan di atas maka dapat di
Pendidikan memiliki peran fundamental artikan bahwa Pendidikan karakter pada intinya
di dalam pengembangan personal dan sosial, bertujuan membentuk bangsa yang tangguh,
untuk mempercepat laju pembangunan manusia kompetitif, berakhlak mulia, bermoral,
yang harmonis sehingga dapat mengentaskan bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik,
manusia dari kemiskinan, ketertinggalan, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
kebodohan, kekerasan, dan peperangan, begitu pengetahuan dan teknologi. Yang semuanya
juga dengan pendidikan karakter. Menurut dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang
Kemendiknas (2011, 2) Pendidikan karakter Maha Esa berdasarkan Pancasila.
bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang Sedangkan fungsi Pendidikan karakter
membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, menurut Kemendiknas (2011,2) adalah (1)
meliputi : (1) mengembangkan potensi peserta membangun kehidupan kebangsaan yang
didik agar menjadi manusia berhati baik, multikultural; (2) membangun peradaban
berpikiran baik, dan berprilaku baik; (2) bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan
membangun bangsa yang berkarakter Pancasila; mampu berkontribusi terhadap pengembangan
(3) mengembangkan potensi warganegara agar kehidupan ummat manusia; mengembangkan
memiliki sikap percaya diri, bangga pada potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik,
bangsa dan negaranya serta mencintai umat dan berperilaku baik serta keteladanan baik; (3)
manusia. membangun sikap warganegara yang cinta
Ramli (2003) menambahkan bahwa damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup
pendidikan karakter memiliki esensi dan makna berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu
yang sama dengan pendidikan moral dan harmoni.
pendidikan akhlak. Tujuannya adalah Sebagai tambahan Badan Penelitian dan
membentuk pribadi anak, supaya menjadi Pengembangan, Pusat Kurikulum Kementrian
manusia yang baik, warga masyarakat, dan Pendidikan Nasional (2010) menjelaskan secara
warga Negara yang baik. Adapun kriteria rinci tentang fungsi pendidikan karakter sebagai
manusia yang baik, warga masyarakat yang baik, berikut:
dan warga negara yang baik bagi suatu a. Mengembangkan potensi kalbu/nurani/
masyarakat atau bangsa, secara umum adalah afektif peserta didik sebagai manusia dan
nilai-nilai sosial tertentu, yang banyak warga negara yang memiliki nilai-nilai
dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan budaya dan karakter bangsa
bangsanya. Oleh karena itu, hakikat dari b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku
pendidikan karakter dalam konteks pendidikan peserta didik yang terpuji dan sejalan
di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni dengan nilai-nilai universal dan tradisi
pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa yang religious
budaya bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan
membina kepribadian generasi muda. tanggung jawab peserta didik sebagai
Pendidikan Karakter juga bertujuan generasi penerus bangsa
meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil d. Mengembangkan kemampuan peserta didik
pendidikan di sekolah yang mengarah pada menjadi manusia yang mandiri, kreatif,
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak berwawasan kebangsaan
mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan e. Mengembangkan lingkungan kehidupan
seimbang sesuai dengan standar kompetensi sekolah sebagai lingkungan belajar yang
kelulusan. Melalui pendidikan karakter, aman, jujur, penuh kreativitas dan
diharapkan peserta didik mampu secara mandiri persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan
meningkatkan dan menggunakan pengetahuaan- yang tinggi dan penuh kekuatan.
483 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 6 November 2013, hlm. 480-487

lain, dan hidup rukun dengan pemeluk


Pusat Kurikulum Kemendiknas (2010) agama lain
menyatakan bahwa secara khusus pendidikan (2) Jujur :
karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu: Prilaku yang didasarkan pada upaya
a. Pembentukan dan Pengembangan Potensi menjadikan dirinya sebagai orang yang
Pendidikan karakter berfungsi mem- selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
bentuk dan mengembangkan potensi tindakan, dan pekerjaan.
manusia atau warga negara Indonesia agar (3) Toleransi:
berpikiran baik, berhati baik, dan Sikap dan tindakan yang menghargai
berperilaku baik sesuai dengan falsafah perbedaan agama, suku, etnis, pendapat,
hidup Pancasila. sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda
b. Perbaikan dan Penguatan dari dirinya
Pendidikan karakter berfungsi (4) Disiplin:
memperbaiki karakter manusia dan warga Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
negara Indonesia yang bersifat negatif dan dan patuh pada berbagai ketentuan dan
memperkuat peran keluarga, satuan peraturan
pendidikan, masyarakat, dan pemerintah (5) Kerja keras:
untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib
jawab dalam pengembangan potensi dan patuh pada berbagai ketentuan dan
manusia atau warga negara menuju bangsa peraturan.
yang berkarakter, maju, mandiri, dan (6) Kreatif:
sejahtera. Berpikir dan melakukan sesuatu untuk
c. Penyaring menghasilkan cara atau hasil baru dari
Pendidikan karakter bangsa berfungsi sesuatu yang telah dimiliki
memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri (7) Mandiri:
dan menyaring nilai-nilai budaya bangsa Sikap dan prilaku yang tidak mudah
lain yang positif untuk menjadi karakter tergantung pada orang lain dalam
manusia dan warga negara Indonesia agar menyelesaikan tugas-tugas
menjadi bangsa yang bermartabat. (8) Demokratis:
Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang
Dapat disimpulkan bahwa fungsi menilai sama hak dan kewajiban dirinya
pendidikan karakter adalah mengembangkan dan orang lain
potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, (9) Rasa Ingin Tahu:
dan berperilaku baik, kemudian memperkuat Sikap dan tindakan yang selaku berupaya
dan membangun perilaku bangsa yang untuk mengetahui lebih mendalam dan
multikultur dan meningkatkan peradaban meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. dilihat, dan didengar.

3. Nilai-nilai Pembentuk Pendidikan (10) Semangat Kebangsaan:


Karakter Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
Pusat Kurikulum Depdiknas (2010) yang menempatkan kepentingan bangsa dan
menyatakan bahwa dalam rangka lebih Negara di atas kepentingan diri dan
memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter kelompoknya
pada satuan pendidikan telah teridentifikasi 18 (11) Cinta Tanah Air:
nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan
budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: yang menempatkan kepentingan bangsa dan
(1). Religius: Negara di atas kepentingan diri dan
Sikap dan prilaku yang patuh dalam kelompoknya
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
Roza, Penerapan Pendidikan Karakter.... | 484

(12) Menghargai Prestasi: atau lembaga keagamaan, (4) masih adanya


Sikap dan tindakan yang mendorong nilai-nilai moral yang secara universal masih
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang diterima seperti perhatian, kepercayaan, rasa
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, hormat, dan tanggungjawab, (5) Demokrasi
serta menghormati keberhasilan orang lain. memiliki kebutuhan khusus untuk pendidikan
(13) Bersahabat/Komunikatif: moral karena demokrasi merupakan peraturan
Sikap dan tindakan yang mendorong dari, untuk dan oleh masyarakat, (6) Tidak ada
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang sesuatu sebagai pendidikan bebas nilai. Sekolah
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, mengajarkan pendidikan bebas nilai. Sekolah
serta menghormati keberhasilan orang lain. mengajarkan nilai-nilai setiap hari melalui
(14) Cinta Damai: desain ataupun tanpa desain, (7) Komitmen
Sikap dan tindakan yang mendorong pada pendidikan karakter penting manakala kita
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang mau dan terus menjadi guru yang baik, dan (8)
berguna bagi masyarakat, dan mengakui, Pendidikan karakter yang efektif membuat
serta menghormati keberhasilan orang lain. sekolah lebih beradab, peduli pada masyarakat,
(15) Gemar Membaca: dan mengacu pada performansi akademik yang
Kebiasaan menyediakan waktu untuk meningkat.
membaca berbagai bacaan yang Kemudian Soetanto (2012)
memberikan kebajikan bagi dirinya menambahkan bahwa nilai-nilai luhur yang
(16) Peduli Lingkungan: terkandung di dalam penerapan pendidikan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya karakter adalah prilaku berkarakter yang secara
mencegah kerusakan pada lingkungan alam koheren memancar dari:
disekitarnya, dan mengembangkan upaya- a. Olah pikir, meliputi cerdas, kritis, kreatif,
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam inovatif, ingin tahu, berfikir terbuka,
yang sudah terjadi produktif, berorientasi Ipteks dan reflektif.
(17) Peduli Sosial: b. Olah hati, meliputi sikap jujur, beriman dan
Sikap dan tindakan yang selalu ingin bertakwa, amanah, adil, bertanggung jawab,
member bantuan pada orang lain dan berempati, berani mengambil resiko,
masyarakat yang membutuhkan. pantang menyerah, rela berkorban, dan
(18) Tanggung Jawab: berjiwa patriotic.
Sikap dan perilaku seseorang untuk c. Olah raga, meliputi sikap tangguh, bersih
melaksanakan tugas dan kewajibannya, dan sehat, disiplin, sportif, andal, berdaya
yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif,
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, kompetiyamantif, ceria dan gigih.
sosial, dan budaya), Negara dan Tuhan d. Olah rasa dan karsa, meliputi sikap peduli,
Yang Maha Esa. ramah, santun, rapi, nyaman, saling
menghargai, toleran, suka menolong, gotong
Selanjutnya Lickona (1991) menjelaskan royong, nasionalis, kosmopolit, menguta-
Pendidikan karakter diperlukan guna membuat makan kepentingan umum, bangga
peserta didik menyadari pentingnya memahami menggunakan bahasa dan produk Indonesia,
nilai-nilai yang ada di masayarat dengan dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.
beberapa alasan, di antaranya: (1) Banyaknya Jadi secara garis besar dapat
generasi muda saling melukai karena lemahnya disimpulkan bahwa nilai-nilai yang terkandung
kesadaran pada nilai-nilai moral, (2) dalam penerapan pendidikan karakter meliputi
Memberikan nilai-nilai moral pada generasi nilai-nilai luhur bangsa dan agama. Dalam
muda merupakan salah satu fungsi peradaban pelaksanaannya pendidikan karakter dapay
yang paling utama, (3) Peran sekolah sebagai dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan
pendidik karakter menjadi semakin penting mudah dilaksanakan sesuai dengan kondisi
ketika banyak anak-anak memperoleh sedikit dimana penerapan pendidikan karakter tersebut,
pengajaran moral dari orangtua, masyarakat, contohnya nilai kebersihan, kerapihan,
485 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 6 November 2013, hlm. 480-487

kenyamanan, kedisiplinan, kesopanan, dan namun hal tersebut belum berjalan sebagaimana
kesantunan peserta didik. mestinya.
Walaupun demikian, perguruan tinggi di
PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER Indonesia harus mengambil tempat dalam
DI KALANGAN MAHASISWA menerapkan pendidikan karakter pada diri
Menurut kamus bahasa Indonesia, mahasiswa. Soetanto (2012) menjabarkan
mahasiswa adalah orang yang belajar (peserta bahwa penerapan pendidikan karakter di
didik) di perguruan tinggi (Pusat Bahasa perguruan tinggi didasarkan pada lima pilar
Depdiknas, 2008: 895). Sementara itu Flexner utama:
dalam Syukri (2009) berpendapat bahwa 1. Tri Darma Perguruan Tinggi
Pendidikan karakter bisa diintegrasikan ke
perguruan tinggi merupakan tempat pencarian
dalam kegiatan pendidikan, penelitian dan
ilmu pengetahuan, pemecahan berbagai masalah,
pengabdian kepada masyarakat yang
tempat mengkritisi karya-karya yang dihasilkan,
berkarakter.
dan sebagai pusat pelatihan manusia. Jadi,
mahasiswa dididik dan dilatih di perguruan 2. Budaya Perguruan Tinggi (kampus)/ Budaya
Organisasi
tinggi agar menjadi manusia intelektual yang
Mahasiswa dituntut untuk dapat
mempunyai daya nalar tinggi, analisa yang luas
membiasakan diri dalam kehidupan
dan tajam, berilmu tinggi dan berprilaku terpuji.
keseharian di lingkungan perguruan tinggi.
Namun, penerapan pendidikan karakter 3. Kegiatan Kemahasiswaan
dikalangan mahasiswa banyak menemui Pendidikan karakter dapat diciptakan
kendala, hal ini terlihat pada misi perguruan melalui integrasi ke dalam kegiatan
tinggi yang dijabarkan oleh Arthur dalam kemahasiswaan, antara lain pramuka,
Syukri (2009) yaitu pengajaran, penelitian dan olahraga, karya tulis, seni, workshop, dan
aplikasi ilmu pengetahuan, yang secara tersirat acara yang melibatkan mahasiswa dalam
membentuk opini bahwa pembentukan karakter system kepanitiaannya.
bukan tugas perguruan tinggi. Kemudian 4. Kegiatan Keseharian
Schwartz (2000) menyatakan ada beberapa hal Pendidikan karakter dapat dimunculkan
yang mengundang kekeliruan terkait penerapan dengan penerapan pembiasaan kehidupan
pendidikan karakter dikalangan mahasiswa, keseharian di lingkungan keluarga, asrama,
yaitu: dan masyarakat.
1. Karakter seseorang sudah terbemtuk 5. Budaya Akademik
sebelum masuk ke perguruan tinggi dan Nilai pendidikan karakter secara persfektif
merupakan tanggung jawab orang tua untuk terbentuk dengan adanya totalitas budaya
membentuk karakter anaknya. akademik.
2. Perguruan tinggi, khususnya dosen, tidak Uraian di atas memberikan gambaran,
memiliki kepentingan dengan pembentikan bahwa pendidikan karakter sebenarnya bisa
karakter, karena mereka direkrut bukan dengan mudah diterapkan pada mahasiswa,
untuk melakukan hal tersebut. karena setiap unit yang ada diperguruan tinggi
3. Karakter merupakan istilah yang mengacu mampu menampung pemberdayaan pendidikan
pada agama tau ideology konservatif karakter. Oleh karena itu semua pihak yang
tertentu, sementara itu perguruan tinggi di terlibat, tidak hanya dosen sebagai pengampu
barat secara umum melepaskan diri dari mata kuliah, namun juga semua civitas
agama atau idiologi tertentu. akademika, orang tua, masyarakat, dan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan mahasiswa yang bersangkutan harus bisa
bahwa sebenarnya pendidikan karakter di bekerja sama dalam rangka penerapan
perguruan tinggi dapat melengkap karakter yang pendidikan karakter.
sudah terbentuk pada diri mahasiswa yang Adapun penerapannya harus mempunyai
didapat pada tingkat pendidikan sebelumnya, strategi guna mencapai hasil yang diinginkan,
Soetanto (2012) mengungkapkan bahwa ada
Roza, Penerapan Pendidikan Karakter.... | 486

beberapa strategi yang bisa digunakan dalam yang berbeda dan cara pemberian nilai yang
penerapan pendidikan karakter: berbeda, dosen tidak hanya mengevaluasi
1. Melalui pembelajaran penguasaan teori atau kemampuan kognitif
Strategi penerapan pendidikan karakter mahasiswa, namun juga mengevaluasi
melalui pembelajaran bisa dilakukan melalui implementasi karakter atau nilai-nilai luhur.
2 cara, yaitu (a) dengan penguatan Selain itu dosen semua mata kuliah hendaknya
matakuliah Pendidikan Agama, Pendidikan menjadi figur yang mempraktekkan pemben-
Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan, tukkan karakter ini dalam semua aktivitas di
Ilmu Alamiah Dasar, dan Ilmu Sosial kelas maupun di luar kelas. Apabila hal ini bisa
Budaya Dasar, (b) dengan pengintegrasian dilakukan, maka dapat mempermudah
pendidikan karakter kesetiap mata kuliah pembentukan karakter pada setiap individu
bidang keilmuan, teknologi, dan seni. mahasiswa, sehingga mereka nantinya bisa
2. Melalui ekstrakulikuler menjadi pribadi dewasa yang matang dan
Strategi ini dengan cara menerapkan proses bertanggung jawab.
pendidikan karakter melalui kegiatan yang
melibatkan mahasiswa di dalamnya, yaitu (a) SIMPULAN
lembaga kemahasiswaan, seperti Badan Pendidikan karakter di perguruan tinggi
Eksekutif Mahasiswa, Keluarga Mahasiswa, sangat diperlukan guna membentuk dan
Himpunan Mahasiswa, dan Kelompok membangun mahasiswa agar menjadi pribadi
Belajar, (b) melalui unit kegiatan mahasiswa, yang berkarakter sesuai dengan nilai luhur
seperti pramuka, Menwa, olahraga, pecinta ideologi Negara Indonesia, dan memperkokoh
alam, dll. karakter yang didapat mahasiswa pada tingkat
3. Melalui pengembangan budaya perguruan pendidikan sebelumnya. Selain itu, pendidikan
tinggi karakter sangat penting untuk diterapkan di
Budaya perguruan tinggi dibagi menjadi tiga perguruan tinggi karena sudah banyak sarjana
unit, (a) budaya akademik, penerapan yang pintar namun tidak memiliki karakter,
pendidikan karakter bisa melalui sehingga kurang bisa bersaing dengan sarjana
pengembangan ilmu pengetahuan dan dari Negara lain.
teknologi, (b) budaya humanis, disini Implementasi pendidikan karakter
hubungan harmonis sesame warga dikalangan mahasiswa tidak hanya harus
perguruan tinggi serta warga perguruan dilakukan oleh citivas akademika saja, namun
tinggi dengan masyarakat berdasarkan cinta juga bekerja sama dengan stakeholder, dalam
kasih, kepedulian, dan gotong royong hal ini orangtua dan masyarakat. Salah satu
diharap mampu mengembangkan caranya adalah dengan memberikan atau
pendidikan karakter, (c) budaya religious, mengadakan workshop, newsletter, atau pamflet
pendidikan karakter dapat diterapkan mengenai pemmbentukan karakter mahasiswa
melalui iman dan taqwa kepada Tuhan YME, dalam keluarga dan masyarakat. Terakhir,
menjalankan syariat agama, saling perlunya pendalaman konsep secara filosofis
menghormati antar sesame pemeluk agama ataupun teoritis mengenai pentingnya
dan antara pemeluk agama lainnya. pendidikan karakter, serta langkah-langkah yang
Uraian strategi di atas diharapkan efektif demi berlanjutnya ppendidikan karakter
mampu melahirkan insan akademis Indonesia di masa depan.
yang berkarakter, jujur, cerdas, peduli, dan
tangguh. Selain itu perguruan tinggi juga
memiliki pilihan dalam mengajarkan
pembentukan karakter karena dapat
mengintegrasikan dan mengajarkan secara alami
dengan mata kuliah pada semua kelas oleh
semua pendidik. Walaupun begitu, hal ini tentu
saja menimbulkan konsekuensi cara pengajaran
487 | Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 6 November 2013, hlm. 480-487

DAFTAR RUJUKAN Pusat Kurikulum Depdiknas. 2010. Bahan


Pelatihan Penguatan Metodologi
Hurlock, B. Elizabeth. 1993. Psikologi
Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai
Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Budaya untuk Membentuk Daya Saing
Kemendiknas. 2011. Panduan Pendidikan dan Karakter Bangsa. Jakarta:
Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Kemendiknas
Kebukuan Kemendiknas Schwartz, AJ, 2000. It’s Not to Late to Teach
Lickona, Thomas, 1991. Educating for College Student about Values. The
character: How our schools can teach Chronicle of Higher Education. Vol 46.
respect and responsibility. New York: No 40.pg A68
Bantam Books. Soetanto, Hendrawan. 2012. Pendidikan
Murphy, M.M. 1998. Character Education in Karakter. Malang: Univ. Brawijaya
America’s Blue Ribbon Schools. Lancaster Syukri, 2009. Peran Pendidikan di Perguruan
PA, Technomic Tinggi terhadap Perubahan Perilaku Kaum
Pusat Bahasa Depdiknas. 2008. Kamus Bahasa Intelektual (sosial-Individu). Jurnal
Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidi- Ilmiah Kreatif. vol 6 no 1, hal 1-15.
kan Nasional

Anda mungkin juga menyukai