Anda di halaman 1dari 11

Studi baru-baru ini di aureol metamorf di dasar ophiolites ini telah mengungkapkan

alternatif baru untuk penjelasan tentang perkembangan tektonik kompleks busur, yaitu dengan
menggunakan obduksi sebagai mekanisme utama dalam penempatan kerak Tethyan selatan ke
benua Australia yang pasif.

Dari sisi bagian dalam (Laut Banda) ke sisi bagian luar (Cekungan Foreland) sabuk-
sabuk berikut telah dibedakan dalam geologi Busur Banda Luar oleh de Smet (1999, Gambar 1):

1. Sabuk ophiolite, yang pada umumnya berbentuk gumpal dan sempit,


2. Sabuk metamorfik, terdiri dari batuan metamorfosis tingkat rendah hingga tinggi,
3. Sabuk dorong dan lipatan yang didominasi oleh sedimen Permo-Triassic dan Jurassic
yang berasal dari margin daratan Australia.
4. Sabuk dorong dan lipatan yang didominasi oleh sedimen air dalam Mesozoikum dan
Tersier Akhir
5. Sabuk dari cekungan Neogene Akhir yang terangkat.

11.1. TEKTONIK
Asal usul busur banda (Banda Arc) dikelompokkan menjadi tiga yakni :

1. Busur tersebut dibentuk hanya dengan rotasi sederhana 180 ° berlawanan arah jarum jam
dari busur berarah timur-barat yang awalnya lebih lurus, di mana bagian utara memiliki
busur. diputar relatif ke bagian selatan (Katili, 1975; Carrey, 1976; Audley-Charles,
1972; Carter et al., 1976).
2. Busur telah mencapai kelengkungannya sekarang setidaknya dari Late Cretaceous
(Norvick, 1979).
3. Busur dibentuk oleh potongan margin utara dari massa benua Australia yang mengarah
ke kandang cekungan samudera Laut Banda (Silver et al., 1985; Bowin et al., 1980; Lee
& McCabe, 1986; Lapouille et al., 1985; Pigram & Panggabean, 1983, 1984; Hartono,
1990a).

Richardson & Blundell (1996) merangkum model struktural yang diusulkan menjadi tiga
kelompok utama, yang dihasilkan terutama dari pengamatan dekat-permukaan di Timor:

1. Model imbricate (Fitch & Hamilton, 1974; Hamilton, 1979) sebagian besar didasarkan
pada data geologi dan geofisika kelautan (mis. Von der Borch, 1979; Silver et al., 1983;
Karig et al., 1987). Dalam model ini, Timor diinterpretasikan sebagai akumulasi bahan
kacau yang menempel pada dinding gantung parit subduksi, palung Timor, dan pada
dasarnya membentuk prisma akresi yang besar.
2. Model overthrust mungkin adalah model tertua di mana Timor ditafsirkan dalam bentuk
lembaran dorong gaya Alpine (mis. Wanner, 1913). Model ini secara dominan didasarkan
pada geologi permukaan di mana lembaran overthrust dari alochthon Timor terekspos
dengan baik. Pekerja berikutnya (Carter et al., 1976; Barber et al., 1977; Barber, 1979;
Haile et al., 1979.; Brown & Earle, 1983; Audley-Charles, 1981, 1986a, b; Price &
Audley-Charles , 1983, 1987; Harris, 1989; Audley-Charles & Harris, 1990) telah
membuat perbedaan yang jelas antara unit allochthonous yang berasal dari non-Australia
dan unit paraautochthonous yang berasal dari benua Australia.
3. Model rebound (Chamalaun & Grady, 1978) menunjukkan bahwa margin benua
Australia memasuki zona subduksi di sekitar selat wetar. Selanjutnya, litosfer samudera
terlepas dari bagian benua, menghasilkan peningkatan Timor oleh rebound isostatik pada
patahan curam.

Teori lempeng tektonik yang memprediksi keberadaan irisan akresi, terdiri dari sedimen
distal yang diambil dari dasar samudra di sisi dalam busur. Di tempat ini, bagaimanapun, de
Smet (1999) menemukan batuan basement benua dan sedimen benua Mesozoikum Awal. Situasi
ini dijelaskan sebagai hasil dari proses inversi margin benua Australia selama tabrakan lempeng
Neogen antara Australia dan zona subduksi Banda. De Smet (1999) menyimpulkan bahwa Busur
Luar Banda bukan merupakan kompleks akresi, melainkan rim utara terkompresi dari benua
Australia. Muatan sedimen margin benua Australia yang terakumulasi selama Mesozoikum dan
Tersier didorong ke atas di belakang blok kerak ruang bawah tanah benua untuk membentuk
pulau-pulau dan gunung-gunung saat ini di Arc Luar Banda.

11.2. STRATIGRAFI

11.2.1. TIMOR
Gambar 1 Kerangka tektonik Indonesia Timur (Sawyer drr., 1993)

Gambar 2 Kolom stratigrafi Timor dan pembagian sikuen (Sawyer drr., 1993)

Secara umum litostratigrafi Timor dapat dibagi menjadi tige sekuen yaitu Sekuen
Kekneno,Sekuen Kolbano dan Sekuen Viqueque. Umur dari ketiga sekuen ini berkisar dari
Permian hingga Pleistosen. Menurut Sawyer dkk (1993), litostratigrafi region Timor secara
umum disusun oleh :
11.2.1.1. BATU DASAR

Keberadaan batuan dasar di Timor agak sulit dimengerti. Batuan dasar berupa sekis, filit,
amfibolit, dan serpentinit pada Kompleks Mutis/Lolotai menunjukkan dua kisaran umur yang
berbeda yaitu Pra Perm atau berumur Jura Akhir-Kapur Awal. Kemungkinan besar batuan dasar
berumur Pra-Perm karena memiliki komposisi dan mineralogy yang sama dengan Komplek
Mutis/Lotoloi.

11.2.1.2. SIKUEN KEKNENO

Sikuen Kekneno, penamaan ini berasal dari Simons (1940) yang kemudian diikuti oleh
Audley Charles (1968), dan Charlton (1987). Sikuen Kekneno berkisar dari Permian-awal hingga
Jura-tengah dengan hiatus Jura-atas. Unit yang termasuk adalah Atahoc dan Formasi cribas,
Formasi Niof yang berumur Trias, Formasi Aitutu,Formasi Babulu, dan Wai Luli-berumur Jura.
Pada urutan stratigrafi meletakkan formasi Maubisse berusia Permian,sehingga dikaitan dengan
Sekuen Kekneno, meskipun kontras dengan pengamatan struktural, Audley-Charles, 1968
memperkenalkan istilah “Tethys Margin nappe” untuk mencerminkan perbedaan dalam kejadian
dari Maubisse.

11.2.1.2.1. FORMASI MAUBISSE

Formasi Maubisse tersusun atas batuan tertua yang pernah diketahui di daerah Timor
barat, yaitu berupa batugamping dan batuan beku ekstrusif berumur Perm awal hingga akhir. r
(de Roever, 1940, Audley-Charles, 1968). Identifikasi oleh Profesor Askin Sukandar (1987) dari
Lapophyllidium dan foram Archeodiscus menunjukkan Maubisse mungkin berumur zaman
Kapur akhir. Makrofauna dari Maubisse pada awalnya berkorelasi dengan Asiatic Tethyian-
Cathasyian. Perbandingan kumpulan brachiopod mengindikasikan bahwa Maubisse tersebut
dibentuk sebagai bagian dari Gondwana. Satuan batuan Maubisse umumnya adalah biokalkarenit
berwarna merah-ungu, packstones dan boundstones yang kaya akan debris koral, crinoid,
bryozoa, brachiopds, cephalopods dan fusilinids. Tipe dari matriksnya adalah mikrit yang telah
terkristalisasi oleh semen sparit yang menggantikan sebagian besar bioklastiknya.

11.2.1.2.2. FORMASI ATAHOC

Formasi Atahoc Timor Timur memiliki fosil ammonoids sebagai indeks Awal Permian
(Bird, 1987). Di Timor Barat, Formasi Atahoc tidak banyak dijumpai, hanya sepanjang pantai
barat laut, sekitar Noil Laka, dan di wilayah Nenas yang berada dibagian utara NTT. Ketebalan
dari Formasi Atahoc diyakini melebihi 600 meter (Bird, 1987). Batupasir Formasi Atahoc
memiliki karakteristik berbutir halus, jenis arkose, sortasi sedang, mengandung kuarsa
monokristalindengan plagioklas subordinate dan feldspar, fragmen kayu yang mengalami
piritisasidan fragmen litik yang diasumsikan sebagai batuan Mutis / Lolotoi (ekuivalen dengan
filit dan serpih).

11.2.1.2.3. FORMASI CRIBAS

Sebuah klasifikasi dari Formasi Cribas berumur Permian-awal dicetuskan di Timor Timur
oleh Audley-Charles (1968) diperpanjang ke Timor Barat oleh Bird (1987). Bird (1987)
menyebutkan terdapatlima fasies utama yang menerus secara lateral dengan antara batas antara
lapisan yang tegas terdiri dari batupasir dengan warna yang bervariasi, batulanau, serpih hitam,
dan batugamping bioklastika dengan ketebalan lebih dari 400 meter. Mengacu kepada hasil
analisis petrografi batupasir diklasifikasikan menjadi Bimodal, feldspar, litharenit berukuran
halus hingga kasar, kuarsa polikristalin, plagioklas, fragmen volkanik dan echinoderm bioclasts.
Provenance batuan merupakan daerah proksimal hingga batuan beku dasar. Bird (1987) juga
menyebutkan bahwa lokasi deposisi berada di lingkungan shallow shelf setelah melakukan
identifikasi pada komunitas Atomodesme yang mempresentasikan iklim sedang hingga subtropis
pada kedalaman 20-50 meter.

11.2.1.2.4. FORMASI NIOF

Formasi Niof memiliki umur rentang Trias awal hingga tengah. Studi paling
komprehensif yang pernah dilakukan pada formasi ini dilakukan oleh Cook pada tahun 1986,
yang dilakukan di daerah Nenas. Kontak lapisan Formasi Niof umunya tajam dan menunjukkan
banyak struktur sedimen. Satuan batuan yang dominan: laminasi sampai perlapisan tipis
batulempung, serpih berwarna coklat, siltstones, greywacke, mudstones, dan brittle limestone.
Cook (1986) meperkirakan ketebalan minimal 400 meter.

11.2.1.2.5. FORMASI AITUTU

Formasi Aitutu berumur Trias Awal-Trias Akhir. Litologi penyusun dari formasi ini
adalah batugamping putih-merah muda dengan perselingan batulempung karbonatan berwarna
abu-abu hitam. Tebal lapisan konsisten yaitu 45-60 cm dan pada bidang perlapisan dapat
ditemukan makrofauna seperti Halobia, Daonella, Monotis, ammonit dan fragmen fosil lainnya
yang umum. Lingkungan pengendapan Aitutu sebagian besar pada laut terbuka, yaitu sekitar
paparan luar dan kemungkinan berjauhan dari Formasi Niof dan Babulu.

11.2.1.2.6. FORMASI BABULU

Satuan batuan dari Formasi Babulu terdiri dari perselingan batulempung-batulanau dan
batupasir massif dari anggota Lapunuf (Giani, 1971; Masak, 1986). Pada permukaan bidang
perlapisan banyak ditemukan brachiopod, ammonit, fragmen tumbuhan, sole mark, dan fosil
jejak (Cook, 1986). Lingkungan pengendapan dari formasi ini berada pada area tepi paparan.

11.2.1.2.7. FORMASI WAI LULI


Umur dari Formasi Wai Luli adalah Jura awal sampai jura tengah (Audley-Charles,
1968), pertama kali diidentifikasi di Timor Barat oleh Charlton (1987). Litologi dominan yang
menyusun formasi Wai Luli adalah batulempung gelap dan shale dengan perselingan
batugamping organik, kalsilutit, batulanau dan batupasir.Lingkungan pengendapan dari formasi
ini berkisar dari paparan dala-paparan tengah.

11.2.1.3. SIKUEN KOLBANO

Kisaran umur litologi Kolbano pada sekuen ini berkisar dari Jura akhir sampai Pliosen
awal. Formasi yang termasuk dalam sekuen kalbano yaitu Oe Baat, Nakfunu Kapur Awal, Menu
Kapur, dan Tersier Ofu. Suksesi diselingi oleh empat hiatus utama atau bagian terkondensasi
yang terjadi pada: 1) Albian Kapur Tengah melalui Turonian, 2) Paleosen Awal, 3) Oligosen dan
meluas secara lokal ke Miosen Bawah, dan 4) Pliosen awal.

11.2.1.3.1. FORMASI OE BAAT

Formasi Oe Baat sudah pernah dideskripsi secara lengkap oleh Charlton (1987). Formasi
ini hanya tersingkap di satu lokasi saja di Timor, yaitu di daerah Pasi Inlier. Menurut Charlton
(1987) dan Sawyer dkk. (1993) Formasi Oebaat diendapkan pada lingkungan paparan dangkal
hingga laut dengan asosiasi pengangkatan batuan sedimen dan continentalbasement (benua) yang
berasosiasi dengan granit atau gneisis. Ketebalan Formasi Oebaat diperkirakan 480 meter
(Charlton, 1987). Kemudian Formasi ini diklasifikasikan menjadi 2 fasies utama, yaitu anggota
batupasir masif dengan glaukonit sebagai aksesoris, dan perlapisan baik anggota glaukonit yang
tersementasikan oleh mineral Opal.
Formasi ini berumur Jura Akhir dan dibagi menjadi dua anggota formasi yaitu:
 Batupasir masif dengan ciri jarang memiliki kedudukan perlapisan, tapi saat diamati terdiri
atas perlapisan batulanau dan batupasir. Bagian bawah dari unit ini terdiri dari batulanau
coklat-hitam dan batulempung bernodul limonit-lanau. Lingkungan pengendapan dari unit
ini diperkirakan adalah laut.
 Batupasir glaukonit berlapis dengan ciri ketebalan lapisan sekitar 40-50 cm. Fosil ammonit
dan belemnite banyak ditemukan pada unit ini. Lingkungan pengendapan dari unit ini
adalah paparan dangkal.

11.2.1.3.2. FORMASI NAKFUNU

Litologi yang menyusun formasi ini adalah radiolarite, batu lempung, kalsilutit,
batulanau, perlapisan batu lempung, kalkarenit, wackestones, dan packstones. Ciri khusus dari
Formasi Nakfunu adalah tebal lapisan batuan yang konsisten sekitar 3-30 cm. Kehadiran fosil
radiolarian sangat melimpah, sedangkan fosil foraminifera jarang ditemukan. Umur formasi ini
diperkirakan berumur Kapur Awal - Kapur Akhir. Lingkungan pengendapan dari formasi ini
adalah laut dalam.

11.2.1.3.3. FORMASI MENU

Formasi ini berumur Kapur dan memiliki litologi yang mirip dengan Formasi Ofu yang
berumur Tersier. Formasi ini tersusun atas batu gamping dimana terdapat lapisan tipis atau nodul
rijang merah,serta menunjukkan adanya belahan yang intensif. Kemiripan litologi yang dimiliki
oleh Formasi Menu dan Formasi Ofu mengindikasikan adanya kontakstratigrafi. Formasi ini
diendapkan dengan mekanisme turbidit pada lingkungan laut dalam.

11.2.1.3.4. FORMASI OFU

Formasi ini diendapkan setelah terjadinya hiatus pada Paleosen Awal sampai Miosen
Akhir. Litologi penyusun dari formasi ini adalah batu gamping masif berwarna putih-merah
muda dengan kenampakan rekahan konkoidal-sub konkoidal. Pada singkapan umumnya banyak
dijumpai laminasi tipis, urat kalsit, stilolit, kekar, dan rekahan. Formasi ini diendapkan pada
lingkungan laut dalam dengan mekanisme turbidit.

11.2.1.4. SIKUEN VIQUEQUE

Sekuen Viqueque sebagian besar terdiri dari sedimen synoregenik Plio-Pleistosen tipe
molasses yang mencakup formasi Viqueque dan berbagai unit melange, meskipun hubungan
genetiknya sulit untuk dijelaskan.Berikut adalah formasi penyususun dari sekuen ini :

11.2.1.4.1.FORMASI VIQUEQUE

Secara umum formasi ini disusun oleh batuan dengan pola suksesi mengkasar keatas dari
kalsilutit menjadi batupasir hingga ditutupi aluvial dan batugamping terumbu kuarter. Kisaran
umur formasi ini adalah miosen akhir–pliostosen. Formasi ini dapat dibagi menjadi dua anggota
formasi yaitu:

 Anggota batu putih tersusun atas kalsilitit putih masif serta napal abu-abu dengan rombakan
tumbuhan. Fosil Globigerina sangat melimpah pada unit batugamping ini. Unit ini
diendapkan pada lingkungan laut dalam yang dicirikan oleh arus tenang.
 Anggota Noele, terdiri dari napal, napal tufaan, kalsilutit tufaan, biokal karenit, batugamping
pasiran,batu lanau, dan batupasir.

11.2.1.4.2.MELANGES

Secara umum terdapat dua jenis unit melange yang dapat diidentifikasi di Timor yaitu:

 Batu lempung bersisik bobonaro, merupakan endapan malange sedimentary (Olisostrom)


dan diapair yang terbentuk akibat kontak Formasi Viqueque dengan batu lempung abu-abu
dan blok ukuran kerikil-bongkah di Diapiroeleu, Pulau Semau, Oekusi, dan Halilukiuk.
 Malange Sonnebait, merupakan endapan malange akibat proses tektonik. Unitini dicirikan
oleh batu lempung yang mengalami rekristalisasi dan banyak blok batuan yang
menunjukkan gerusan.

11.2.1.5. BANDA TERRANE

Banda Terrane dianggap sebagai nappe tingkat tinggi yang terpotong-potong yang terdiri
dari cekungan forearc dan litologi busur vulkanik. Urutan dangkal ke atas dari dasar samudera ke
landas kontinen ke terumbu (Barber, 1978) dimulai dengan Mutis = Lolotoi setara dengan
metamorf tidak lebih tua dari Later Jurassic (mis. Earle, 1981). Seri atau Kelompok Palelo secara
tidak selaras menutupi basement litosfer samudera ini, dan terdiri dari sekuens tebal klastik dan
vulkanik forearc yang diendapkan di lempeng Asia sebelum tumbukannya dengan margin
kontinental Australia (Earle, 1979, 1981, 1983)

Anda mungkin juga menyukai