Anda di halaman 1dari 28

Penggunaan Internet di Wilayah Perkotaan serta Keterkaitanya dengan

Sejarah Perkembangan Kota dalam Era Revolusi Industri


(Studi Kasus : Minimnya akses Wifi/Hotspot gratis sebagai Salah satu Faktor Pendukung
Akses dan Jaringan untuk Penggunaan Internet di Area Public Space serta Pemanfaatnya
Terhadap Start up di Jakarta)

Disusun Oleh :

Seina Rizky Priambodo


1806283674

Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Sejarah dan Pengembangan Perkotaan

Dosen Pengampu:
Prof. Ir. Gunawan Tjahjono, M. Arch., Ph.D

PROGRAM PASCASARJANA
KAJIAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN
SEKOLAH KAJIAN STRATEJIK DAN GLOBAL
UNIVERSITAS INDONESIA
2019
Penggunaan Internet di Wilayah Perkotaan serta Keterkaitanya dengan
Sejarah Perkembangan Kota dalam Era Revolusi Industri
(Studi Kasus : Minimnya akses Wifi/Hotspot gratis sebagai Salah satu Faktor Pendukung
Akses dan Jaringan untuk Penggunaan Internet di Area Public Space serta Pemanfaatnya
Terhadap Start up di Jakarta)

Seina Rizky Priambodo


1806283674

Kajian Pengembangan Perkotaan, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia
Email: seinarizkypriambodo@gmail.com

ABSTRAK

Makalah ini bertujuan untuk melihat sejauh mana aksesibilitas dan network yang
terbangun di wilayah DKI Jakarta terhadap jaringan internet sebagai salah satu upaya
pembangunan perkotaan dalam bidang teknologi mengikuti perkembangan Era Revolusi
Industri 4.0. Metodologi yang digunakan adalah melakukan pendataan terhadap pengguna
kecil positif internet pada salah satu perusahaan start up di DKI Jakarta yang hasilnya
diharapkan dapat mepersentatifkan pengguna internet di wilayah perkotaan dan metode
pengumpulan literatur sebagai salah satu pendukung teori dan pendapat yang penulis ajukan.
Beberapa faktor yang dilihat sebagai penelitian penulis meliputi pengguna internet, latar
pendidikan pengguna internet, liputan terkait wilayah dan lokasi pengguna internet, dan
perkembangan pengguna internet di wilayah serta alat yang digunakan.Hasil dalam penelitian
ini penggunaan internet setiap tahunya makin meningkat sesuai dengan meningkatnya
pertumbuhan masyarakat, namun perkembangan internet secara gratis sebagai salah satu
akses dan network masih perlu dikaji lebih dalam terkait lokasinya jika memang sudah ada
masih perlu perawatan lebih baik dari masyarakat dan pemerintah, di Jakarta sendiri mungkin
terdapat banyak spot atau lokasi untuk mengakses internet namun tidak dirawat dan
terbengkalai adalah salah satu penyebab akhirnya tidak berlanjut dan bertahan lama untuk
digunakan oleh masyarakat.

Kata kunci: Akses, Jaringan, dan Internet


KATA PENGANTAR

Segala syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya kepada saya sehingga
penulis bisa menyelesaikan penulisan makalah ini. Saya mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, motifasi dan arahan terhadap penyusunan
makalah ini.

Makalah ini disusun sebagai tugas akhir mata kuliah Sejarah dan Pengembangan Perkotaan
Progam Studi Kajian Pengembangan Perkotaan, Universitas Indonesia. Saya ingin
berterimakasih kepada :

1. Prof. Ir. Gunawan Tjahjono, M. Aerch., Ph.D selaku dosen pengampu pada Mata
Sejarah dan Pengembangan Perkotaan.
2. Dr. Lita Sari Barus ST. M.Si. selaku dosen pengampu pada Mata Kuliah Sejarah dan
Pengembangan Perkotaan.
3. PT. Crowde Membangun Bangsa selaku tempat saya bekerja dan mendapatkan
informasi terkait penulisan makalah ini.
4. Keluarga saya yang mendukung atas selesainya makalah ini
5. Teman-teman Kajian Pengembangan Perkotaan, atas sarannya dan masukan dalam
proses pembuatan makalah ini.
DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak .............................................................................................................................. i

Kata Pengantar ................................................................................................................. ii

I.Pendahuluan.................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1

1.2 Rumusan masalah ............................................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 4

II. Metode Penelitian ........................................................................................................ 5

2.1 Metodelogi Penelitian .......................................................................................... 5

2.2 Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................................................. 5

2.3 Anggapan Awal .................................................................................................. 5

2.4 Keterbatasan Penelitian ....................................................................................... 7

2.5 Temuan ................................................................................................................ 8

III. Tinjauan Pustaka ....................................................................................................... 11

3.1 Keterkaitan dengan Bahan Bacaaan .................................................................. 11

3.2 Perkembangan Internet Era Revolusi Industri ................................................... 14

IV.Hasil dan Pembaahasan ............................................................................................. 17

4.1 Hasil ................................................................................................................... 17

4.2 Pembahasan ....................................................................................................... 17

V. Penutup....................................................................................................................... 23

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 23

5.2 Saran .................................................................................................................. 23

Daftar Pustaka ................................................................................................................. 24


I.PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekistics The Science of Human Settlements menjelaskan pemukiman tidak


selalu memuaskan, pemukiman di bawah pembangunana tidak sebaik
pengembangan kota tersebut. Komposit permukiman perumahan semua ukuran
terdiri dari 4 katagori yaitu homogen, terpusat, aksesibilitas (Jaringan), dan bagian
yang spesial dari permukiman tersebut. Terdapat 5 Klasifikasi elemen untuk
ekistics yaitu alam (nature), manusia (man), masyarakat (society), naungan
(shells), dan jaringan (networks). Saya tertarik dalam pembahasan mengenai
jaringan (networks) hal ini menyangkut terhadap satu hal yang dibutuhkan dalam
permukiman manusia seperti hal jika dikaitkan dengan sejarah perkembangan
perkotaan hal utamanya adalah jaringan jalan yang terbentuk sebagai salah satu
akses yang menghubungkan suatu lokasi dengan lokasi lainya. Namun sesuai
dengan perkembangan jaman berkembang pula arti dari jaringan (networks)
seperti jaringan pasokan air, sistem pasokan energi, sistem komunikasi (telephone,
radio, dan tv), dan perkembangan jaringan koneksi internet sebagai salah satu
jaringan (networks) yang cukup dibutuhkan saat ini.1

Kevin Lynch dalam bukunya Good City Form berikut menjelaskan terkait
dengan lima dimensi pembentuk kota antara lain disebutkan sebagai Vitality,
Sense, Fit, Access,dan Control ,lalu diikuti dengan efesiensi dan keadilan.
Terdapat Access yang berkaitan dengan pembangunan di perkotaan telah pertama
dibangun dengan alasan simbolis kemudian selanjutnya untuk pertahanan pada
kota tersebut. Dimaksudnya dari access disini adalah kemudahan dalam
mengakses ke suatu tempat dari tmpat tinggal, informasi terkait kehidupan
menyangkut seperti pekerjaan, pendidikan, dan kesehatan serta akes dalam
mendapatkan kemudahan dalam mencapai tujuan ataupun kebutuhan ekonomi.2

1
Ekistics The Subject – Human Settlements.
2
Lynch, Kevin. 1981. Good City Form. Massachuesetts Institute Of Technology.

1
Perkembangan populasi masyarakat di DKI Jakarta sebanding dengan
kebutuhan manusia terhadap kebutuhan komunikasi dan informasi yang
menajadikan dorongan terhadap kemajuan sarana komunikasi dan informasi
terhadap masyarakat sebagai salah satu aspek access dalam buku The Good City
Form dan Network dalam bahasan tulisan mengenai Ekistics The Science of
Human Settlements. Jaringan yang dimaksud dalam tulisan ini menyangkut terkait
penghubung antara banyak perangkat telekomunikasi untuk saling tetap
terkoneksi satu dengan lainya. Sebagai salah satu contoh kedudukan teknologi
informasi sangatlah penting terhadap beberapa aspek kehidupan. Seperti halnya
dalam sistem pendidikan, perkuliahan, perusahaan, perumahan, dan sistem
manajemen perkantoran kesemuanya berbasis teknologi informasi yang dapat
mempermudah masing-masing instansi.

Grafik 1.
70

60 57.33

50 47.22
41.98
40 35.64
30.66 31.75 Memiliki Perangkat
30 25.9 Mengakses Internet
22.4
19.41 19.11
20 17.3 18.71
14.86 15.61
11.5910.82 12.3
10.16
10

0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Perangkat Komputer dan Mengakses Internet di
Indonesia pada Tahun 2009-2017
Sumber : BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional3

Pada grafik 1. di atas menjelaskan bahwa pada tahun 2009 pertumbuhan


rumah tangga yang memilki/menguasai perangkat komputer tidak berbeda jauh
dengan rumah tangga yang mengakses internet. Namum mulai pada tahun 2010,
pengguna internet meningkat namun tidak menggunakan perangkat komputer

3
BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional

2
sebagai perangkat utamanya. Hal demikian disebabkan oleh beberapa faktor salah
satunya semakin mudahnya mengakses internet melalui berbagai media seperti
teknologi wireless fidelity ( wifi, atau dikenal sebagai hotspot), fasilitas di kantor
atau sekolah bahkan menggunakan telephone genggam (handphone)4.
Pada zaman era modern seperti sekarang manusia dihadapkan pada era
globalisasu yang merupakan salah satu dampak dari perkembangan teknologi
informasi (internet). Semakin derasnya arus globalisasi dan semakin pesatnya
perekembangan jaringan informasi dan teknologi, tidak dapat dipungkiri bahwa
masyarakat harus ikut terjun dalam arus tersebut, agar tidak dikatakan sebagai
masyarakat yang buta akan informasi dan menjadikan salah satu tuntutan pada era
globalisasi ini.
Penggunaan Internet di Indonesia mengalami pertambahan secara drastis
dari tahun ke tahun (grafik 1) dan telah menduduki peringkat kedelapan pengguna
internet terbanyak di dunia setalh China, Amerika Serikat, India, Jepang, Brasil,
Rusia, dan Jerman5. Namun pada faktanya di wilayah perkotaan masih terdapat
masyarakat yang tidak bisa mengakses layanan internet dengan mudah sebagai
salah satu kemudahan dalam jaringan terutama bagi masyarakat dengan
berpenghasilan rendah.
Kesenjangan Informasi dimasyarakat masih sangat besar dirasakan
terutama jika di bandingkan masyarakat perkotaan dengan berpenghasilan
menengah keatas dengan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) banyak aspek
yang membedakan mereka namun kali ini saya ingin membahas terkait dengan
akses mereka terhadap jaringan internet yang masih cukup minim tersedia di
ruang publik pada wilayah DKI Jakarta. Namun hal ini tidak bisa disalahkan dari
satu sisi masih rendahnya sebagian masyarakat dalam hal pendidikan terutama
dalam pengetahuan di bidang teknologi. Indonesia memiliki kewajiban dalam
meratakan infrastruktur komunikasi dan teknologi di Indonesia sesuai dengan
Undang Undang No 36 tahun 1999 tentang telekomunikasi pada pasal 2,
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.32/PER/M.Kominfo/10/2008

4
Statistik Telekomunikasi Indonesia Tahun 2017 ; Katalog BPS 8305002

3
Tentang Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi , dan Intruksi Presiden
No.1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan
Nasional tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimanakah Daerah Khusus Ibukota Jakarta mengatasi permasalahan
dalam akses internet secara gratis (penyediaan Free Wifi) pada public area
?
1.2.2 Bagaimanakah peran pemerintah dalam mengatasi permasalahan jaringan
(network) dan Accsess (Aksesibilitasi) terhadap pengguna internet di
wilayah DKI Jakarta ?
1.2.3 Bagaimanakah perkembangan penggunaan internet di Indonesia
khsusunya wilayah perkotaan DKI Jakarta setiap tahunya ?

1.3 Tujuan Penelitian


Terkait dengan tujuan penelitian yang saya ajukan dalam tulisan ini
adalah pada penyediaan jaringan secara gratis atau free bagi pengguna internet
di wilayah publik area yang masih sangat minim keteresdiaanya di wilayah
DKI Jakarta yang merupakan salah satu wilayah perkotaan terbesar di
Indonesia. Serta, mengetahui dan mempelajari hambatan yang terjadi baik
dikalangan masyarakat atau pemerintah dalam pelaksanaan penyediaan
internet gratis di publik area.

4
II. METODE PENELITIAN

2.1 Metodologi Penelitian


Penyusunan makalah ini metodologi yang digunakan adalah penelitian
kualitatif dengan melakukan studi literatur terhadap bacaan dan informasi yang
terkait dengan perkembangan jaringan internet khsusnya di wilayah perkotaan di
Indonesia DKI Jakarta. Dalam melakukan penulisan saya menggunakan sumber
data sekunder dengan cara pengumpulan data dari buku, penelitian terdahulu,
jurnal penelitian, data Badan Pusat Statistik, dan laman di internet. Buku yang di
jadikan sumber pada penulisan saya terhadap penelitian ini adalah yang pertama
Ekistics terkait dengan bab 1 mengenai The Subject Human Settlements yang
membahas mengenai element dari permukiman manusia yang terdiri dari 5
element seperti : alam (nature), manusia (man), masyarakat (society), kerangka
(shells), dan jaringan (networks). Buku kedua adalah A Theory Of Good City
Form yang menyangkut terhadap teori Kevin Lynch keterkaitanya dengan lima
dimensi pembentuk kota yaitu vitality, sense, fit, access, dan control. Buku ketiga
yang penulis gunakan sebagai acuan adalah Routledge Handbook of Urbanization
in Southeast Asiaoleh Rita Padawangi didalamnya terdapat tulisan terkait dengan
“Social Change and Alternative Development” didalamnya menjelaskan
“Disiciplining Dissent Freedom, control, and digital activism in Southeast Asia”.

2.2 Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian terkait dengan penggunaan internet sebagai salah satu hal yang
bermanfaat dalam kehidupan dengan mengetahui jumlah salah satu koresponden
investor salah satu start up yang bergerak di bidang crowd funding yang ada di
DKI Jakarta berlokasi di Jalan Tebet Raya pada bulan Mei 2019.

2.2 Anggapan Awal


Seperti yang sudah di jelaskan dalam buku Rita Padawangi didalamnya
terkait dengan “Disiciplining Dissent Freedom, control, and digital activism in
Southeast Asia” yang menjelaskan terkait keadaan internet dan media sosial di

5
Asia Tenggara yang menyebutkan sebagai salah satu komponen penting dari
rencana pembangunan nasional, Internet yang sudah mulai masuk pada
pertengahan 1990 an sejak itupula Asia Tenggara telah mengalami pertumuhan
dramatis dalam pengguna internet. Peningkatan jumlah penggunaan internet
merupakan salah satu tuntutan dalam menjalani kehidupan setiap tahun pada
akhirnya sesuai dengan perkembangan era globalisasi yang terus berkembang.

Grafik 2.
60

50

40

30 Perkotaan
Perdesaan
20
Perdesaan+Perkotaan
10

0
Bekerja Mengurus Sekolah Lainya
Rumah
Tangga

Persentase penduduk usia 10 Tahun keatas yang mengakses Internet dalam 3 bulan terakhir
menurut kegiatan utama pada tahun 2017
Sumber : BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional 6

Seperti yang telah digambarkan diatas terkait dengan persentase penduduk


usia 10 tahun keatas sebagai pengguna interenet menurut kegiatan utama
menjelaskan penduduk yang bekerja sebagian besar yaitu 54,76 persen
diantaranya menyatakan pernah mengakses internet7. Hal ini terjadi pada daerah
perkotaan terdapat 56,01 % pendudu yang bekerja di daerah perkotaan telah
memanfaatkan internet sebagai salah satu penunjang dalam bekerja. Namun
sebaliknya masyarakat yang mengurus rumah tangga dan lainnya sebagian besar

6
Badan Pusat Statistik Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2017
7
Badan Pusat Statistik Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2017

6
diantaranya belum memanfaatkan internet yang terlihat dari persentasinya masih
di bawah 50% jika dibandingkan penduduk yang bekerja.
Grafik 3.
100
90
80
70
60
50 Perkotaan
40 Perdesaan
30
Perdesaan+Perkotaan
20
10
0
Rumah Tempat Kantor Sekolah Dalam
Umum Keadaan
Bergerak

Persentase Penduduk diatas 5 Tahun yang Mengakses Internet dalam 3 bulan terakhir Menurut
Lokasi dan Klasifikasi Daerah pada Tahun 2017
Sumber : Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional8

Persentase pengguna internet didaerah perkotaa dan perdesaa menurut


lokasi mengakses pada tahun 2017, dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa
akses internet di rumah merupakan salah satu lokasi tempat favorite dalam
mengakses internet di bandingngkan tempat umum, kantor, sekolah, dan dalam
keadaan mobilisasi hal ini membuat saya beranggapan dikarenakan jaringan yang
tersedia baik ketika masyarakat berada di tempat umum ataupun ketika
masyarakat dalam keadaan bergerak (mobilisasi) akses yang ingin digunakan
menjadi sangat terbatas hal demikian kemungkinan besar disebabkan oleh signal
baik dari provider sendiri yang tidak tersedia atau network (jaringan) dan accsess
(akses) yang belum disediakan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan
penggunaan internet baik diwilayah perkotaan, perdesaan, dan wilayah perdesaan
perkotaan.

2.3 Keterbatasan Penelitian

8
Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional dalam Statistik Telekomunikasi di
Indonesia Tahun 2017

7
Penelitian ini memiliki keterbatasan terhadap data yang didapatkan,
pembuktian terkait dengan minimnya akses internet gratis di area publik space
masih harus di teliti lebih jauh, penelitian terbatas berdasarkan literatur yang
dibaca oleh saya mengenai perkembangan internet dari setiap tahunya dan
mengamati terkait pola yang terjadi di masyarakat dalam menggunakan jaringan
baik yang telah tersedia dan tidak. Saya hanya menghubungkan bagaimana
masyarakat menggunkan internet dengan positif dikaitkan dengan bagaimana
antusiasme masyarakat dalam memanfaatkan satu platform sebagai media dalam
membantu perkembangan masayarakat di daerah lainya.
Penelitian ini masih terbilang cukup luas dalam membahas namun saya
mengusungkan sebuah topik terkait dengan bagaimana masyarakat memanfaatkan
internet dengan baik setelah mendapatkan akses (acssess) dan jaringan (networks)
dalam menggunakannya. Mempelajari pula bagaimana perkembangan Era
Revolusi Industri semenjak 1.0 pada tahun 1750 sampai dengan perkembangan
Era Revolusi Industri 5.0 yang sudah mulai dikembangkan di Jepang.9
2.4 Temuan
Penggunaan akses internet di era modern yang mengusung era revolusi 5.0
sudah sangat terbilang cukup mudah dalam hal perangkat, perangkat yang
digunakan pada jaman sekarang adalah handphone seluler (Telephone genggam).
Hal demikian dijelaskan pada Grafik 4, perangkat lainya yang mendukung adalah
Laptop dan Komputer baik di daerah Perkotaan, perdesaan, dan Perdesaan
Perkotaan.
Grafik4.
100
80
60
40 Perkotaan
20 Perdesaan
0
Perdesaan+Perkotaan

9
Budi, Donny. 2018. Sejarah Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0 . Menara Ilmu Otomasi Industri
Departemen Teknik Elektro dan Informatika Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

8
Persentase penduduk yang mengakses internet berdasarkan perangkat yang digunakan pada tahun
2017
Sumber : BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional.
Gambar 1.

Info terkait dengan WIFI Gratis yang telah hadir di public space
Sumber : Jakarta post pada Tanggal 1 Maret 201910

Terkait informasi di atas mengatakan akses jaringan wifi secara gratis


untuk masyarakat sudah bisa diakses pada area publik yaitu komuterline yang
berada di kawasan Jabodetabek. Menurut informasi layanan internet secara gratis
ini tersedia di 46 stasiun di DKI Jakarta dan akan terus meluas nantinya ke 37
statsiun lainya. Pengaplikasian penggunaan jaringan akses internet secara gratis
ini dengan cara masyarakat harus mendaftarkan dan kemudian masyarakat dapat
mengakses internet gratis selama 30 menit namun harus kembali log in ketika
sudah habis dalam batas waktu yang telah disediakan. Berikut yang saya lakukan
sebagai masyarakat dengan membutuhkan akses internet dimanapun dan
kapanpun untuk tetap terhubung baik dalam urusan pekerjaan dan perkuliahan.
Gambar 2.

Info mengenai lokasi Wifi Gratis yang ada di DKI Jakarta

10
Wifi gratis kini hadir di statiun dan gerbong KRL. Jakarta Post Tanggal 1 Maret 2019.
[https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/03/01/wifi-gratis-kini-hadir-di-stasiun-dan-
gerbong-krl] (diakses tanggal 27 Mei 2019).

9
Sumber : Tempo.co pada tanggal 26 November 201811
Seperti yang telah di jelaskan pada gambar 2 terkait dengan lokasi wifi
gratis yang ada di DKI Jakarta berikut lokasi – lokasi tersebut berdasarkan berita
yang telah diterbitkan yaitu berada pada kawasan Taman Suropti, Taman Langsat,
Taman Ayodya, Taman Menteng, Taman Situ Lembang, Bumi Perkemahan
Ragunan, Cattelya, Lapangan Banteng, Monas, Taman Honda Tebet, Lapangan
Jalan Merdeka, Taman Cipulir Permai, Taman Radio Dalam,dan Taman
Rembrandt12.

11
Ingin Wifi Gratis, Coba 14 Ruang Terbuka DKI ini. Tempo.co. tanggal 26 November .
[https://metro.tempo.co/read/444078/ingin-wifi-gratis-coba-14-ruang-terbuka-dki-
ini/full&view=ok] (diakses tanggal 27 Mei 2019)
12
[sama dengan nomor 11]

10
III. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Keterkaitan dengan Bahan Bacaan Mata Kuliah Sejarah dan


Perkembangan Perkotaan
Buku The City Reader 2016 yang diedit oleh Richard T. Le Gates dan
Frederic Stout edisi keenam, didalam buku tersebut menurut Sam Bas Warner13
abad perubahan mengikuti revolusi industri di “evolusi dan transformasi”
perkembangan ynag mengejutkan pula dalam hal ekonomi, bentuk kota,
teknologi, dan sosial perkotaan. Pada tahun 1840, pekerja industri hidup dalam
kondis kumuh dan tercemar lingkungn dekat dengan perusahaan industri mereka
kerja atau dengan sebutan “Pabric Camp” oleh Mumford seiring dengan jalanya
waktu dan mengalami pertumbuhanya kota bertahap air dan uap listrik yang telah
terinstal dan dapat menggunakan sistem pengangkutan yang dapat digunakan oleh
pekerja untuk hidup pada jarak yang aman dari daerah sekitar pabrik yang telah
tercemar (Warner, 2017).
Dalam bacaan Ekistics The Science Of Human Settlements menjelaskan
permukiman yang telah terbentuk tidak lah selalu memuaskan dalam
pembnagunanya biasanya tidak sebaik denga perkembangan perkotaan tersebut.
Dalam bacaan dijelaskan terkait dengan lima element pembentuk ekistics dalam
permukiman manusia anatar lain adalah alam (nature), manusia (man), masyarakat
(society), naungan (shells), dan jaringan (networks). Masing masing element
memiliki arti sendiri yang mendukung dari terbentuknya permukiman manusia
satu dengan yang lainya saling terkoneksi (Doxiadis, 1967)14.
Pada alam (Nature) merupakan bagian paling awal merupakan evolusi dari
perumahan manusia seperti halnya pada zaman dahulu alam menyediakan goa
sebagai tinggal tempat manusia yang menjadikan alam tidak hanya menyediakan
pondasi melainkan wadah yang besar untuk manusia di dalamnya. Manusia (Man)
merupakan salah satu makhluk hidup yang ada di dalamnya yang membutuhkan
banyak ruang serta kebutuhan penunjang lainya dalam menjalankan kehidupan

13
Warner, Sam Bass. 2017. Evolution and Transformation : The American Industrial Metropolis,
1840-1940. University of California. San Diego.
14
Doxiadis, Constantinus A. 1967. An Introduction The Science of Human Settlement Ekistics.
London : Hutchinson Of London.

11
seperti kebutuhan bilologi, kebutuhan emosional (hubungan antara manusia dan
merasa aman). Masyarakat (Society), merupakan salah satu aspek dari pemukiman
manusia yang meliputi perkembangan ekonomi, pendidikan, hukum dan
administrasi yang berlaku dimasyarakat, pola budaya yang ada dimasyarakat itu
sedniri, lalu terdapat naungan (shells) yang terdapat pada pemukiman manusia
salah satunya adalah atap/ rumah sebagai naungan penunjang lainya seperti
kebutuhan publik yang dibutuhkan manusia pada umumnya untuk menunjang
kehidupanya seperti rumah sakit, sekolah, tempat berbelanja market place
industri, dan pusat transportasi. Terakhir merupakan jaringan (network)
merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam pemukiman manusia seperti
halnya jalan sebagai penghubung dalam bersosialisasi (komunikasi) dan beberapa
jaringan lainya seperti sistem pasokan air, sistem pasokan energi, serta sistem
komunikasi seperti telphone, radio, dan tv (Doxiadis, 1967)15.
Buku The Good City Form dari Kevin Lynch tahun 1981, membahas
terkait dengan lima dimensi pembentuk kota dalam wilayahnya, hal demikian
disebutkan sebagai berikut vitality ( suatu daya hidup atau ketahanan serta
penghidupan yang kuat dalam menjakmin kehidupan generasi selanjutnya ), Sense
(terkait dan keterkaitan kelompok ataupun individu terhadap lingkungan
sekitarnya dengan presepsi sikologis tertentu dengan perasaan seperti rasa bangga
terhadap lingkunganya), Fit (kecocokan, yang mengacu pada sebara baik nya pola
spasial dan temporal yang sesuai dengan perilaku adat penduduknya), Access
(kemudahan dalam mengakses ke sesuatu tempat dari tempat tinggal, akses untuk
mendapatkan informasi terkait denga kehidupan seperti pekerjaan, pendidikan,
dan kesehatan serta akses dalam memperoleh informasi dalam mencapai tujuan
ekonomi), dan control (konsekuensi psikologis yang kuat terhadap perasaan yang
cemas, kepuasan, kebangaan, ataupun penyerahan)16.
Buku Routledge Handbook of Urbanization in Southeast Asia yang terkait
bacaan oleh Melry Lim yang membahas terkait Disciplining dissent : freedom,
control, and digital activism in Southeast Asia menyatakan sebelum era media
sosial, internet sudah tergabung dalam berbagai peristiwa politik besar di akhir

15
Doxiadis, Constantinus A. 1967. An Introduction The Science of Human Settlement Ekistics.
London : Hutchinson Of London.
16
Lynch, Kevin. 1981. A Theory Of Good City Form. MIT Press. USA.

12
1900 an dan awal 200 an, seperti dalam “People Power” protes yang terjadi di
Filipina. Keadaa internet dan media sosial di Asia tenggara internet yang mulai
memasuki wilayah tersebut pada pertengahan 1990 an dan sejak itu Asia
Tenggara telah mengalami pertumbuhan yang dramamtis dalam penggunaan
Internet. Menurut informasi terdapat 399 juta penduduk (53%) diantara 644 juta
online, 305 juta (47%) berada di media sosial, dan 42% sekitar 272.600.000 yang
aktif ponsel sekaligus pengguna media sosial17. Namun indikator statistik
perkembangan ICT antara negara negara di kawasan ini sangat tidak setara antara
satu negara dengan negara lainya (Lim, 2017)18.
Terhubung ke internet pada tahun 2015, namun data pada tahun 2016
menunjukkan bahwa di Indonesia, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Timor Leste
tingkat penetrasi internet masih di bawah 25%. Jumlah tersebut jauh lebih rendah
untuk tetap- broadband langganan. Pada tabel 1 di jelaskan di Indonesia persenan
populasi nasional di daerah perkotaan sebanyak 27% dengan persenan yang
sangat aktif dalam penggunaan internet untuk berselancar di media social baik
seluler, facebook, youtube, instagram, twitter, dan media sosial seluler.
Tabel 1.

Penggunaan Media Sosial dan Urbanisasi di Asia Tenggara pada Tahun 2016
Sumber : (Lim, 2017).

17
We Are Social (2017) ‘Digital Southeast Asia 2017’, available at
https://wearesocial.com/sg/blog/2017/02/ digital-southeast-asia-2017 (accessed 3 August 2017).
Dalam buku Rita Padawangi Routledege Handbook of Urbanization in Southeast Asia.
18
Lim, Merlyna. Discplining dissent : Freedom, control, and digital activism in Southeast Asia
dalam buku Rita Padawangi Routledege Handbook of Urbanization in Southeast Asia.

13
3.2 Perkembangan Internet dikatikan dengan Perkembangan Era Revolusi
Industri
Gambar 3.

Pertumbuhan Penggunaan Internet di Indonesia sampai tahun 2017


Sumber : Laporan Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia, 2017 19

Penggunaan internet di Indonesia terus bertambah secara dratis dari tahun


ke tahun. Indonesia bahkan menduduki peringkat kedelapan pengguna internt
terbanyak setelah China, Amerika Serikat, India, Jepang, Brasil, Rusia, dan
Jerman. Dengan penduduk sebanyak 249 juta, pengguna internet aktif di
Indonesia mencapai 22%. Tingginya pemakaian internet di Indonesia didukung
dengan perkembangan industri mobile yang tinggi. Mayoritas pemakai internet di
Indonesia mengakses situs social media yang beragam seperti Facebook, Twitter,
Path dan Kaskus. Dengan adanya social media, berbagi informasi dan
berkomunikasi antar sesama pengguna memang jauh lebih mudah 20.
Perkembangan Era revolusi Industri dari 1.0 sampai dengan 5.0
Merupakan salah satu penyebab meningkatnya kebutuhan internet sebagai salah
satu akses untuk memperoleh informasi. Penjelasan terkait dengan masing masing
revolusi sebagai berikut :
3.2.1. Revolusi Industri 1.0
Merupakan perubahan yang besar, cepar, dan radikal terjadi serta
mempengaruhi kehidupan manusia, sejarah mencatat sekitar tahun 1800-
1900 merupakan awal periode revolusi industri 1.0. Inggris merupakan

19
Infografis Penetrai dan perilaku Pengguna Internet Indonesia tahun 2017. Indonesia Internet
Service Provider Association.
20
[ sama dengan nomor 19].

14
negara yang memplopori terjadinya revolusi industri, dikarenakan
merupakan negara dengan kolonial terbesar di dunia. Bedanya antara masa
setelah dan sebelum revolusi tersebut pada sebelumnya kehidupan
masyarakt sebelum revolusi industri tekonsentrasi di pedesaan yang
mengandalkan penghasilan dari sektor pertanian yang pendapatanya
sangat minim dan terbatas. Namun dengan terjadinya revolusi industri,
lapangan kerja di sektor manufaktur mulai meningkat sehingga
penghasilan dan taraf hidup berangsur membaik. Adapun beberapa sektor
industri yang mengawali revousi industri 1.0 : Industri Tekstil, Industri
Besi dan Baja, dan Industri Transportasi (Kusnandar, 2017)21.
3.2.2 Revolusi Industri 2.0
Periode ini terjadi kemajuan industri yang cepat di Inggris, Jerman,
Amerika, Perancis, dan Jepang. Selanjutnya revolusi industri ini menyebar
ke seluruh Eropa dan Amerika. Revolusi industri 2.0 merupakan
kelanjutan yang tidak terpisahkan dari revolusi indusstri sebelumnya.
Inovasi yang dikembangkan pada Revolusi Industri 2.0 antara lain :
pengembangan sumber daya energi seperti minyak bumi, batu bara sebagai
sumber bahan bakar baru, periode awal teknologi listik AC dan DC yang
bisa difungsikan untuk pembuatan motor listrik, Inovasi baru produksi besi
dan baja dalam skala besar, produksi massal mobil dan pesawar sebagai
alat transportasi massal, meluasnya pemakaian mesin industri untuk
manufaktur (Kusnandar, 2017).
3.2.3 Revolusi Industri 3.0
Perkembangan jaman mendorong untuk melakukan inovasi,
diawali dengan munculya teknologi informasi dan elektronik yang masuk
ke dalam dunia indurstri yaitu sistem otomatis berbasi komputer dan robot.
Peralatan industri tidak lagi dikendalikan oleh manusia melainkan dengan
robot dan komputer. Beberapa inovasi dan kemajuan pada periode revolusi
Industri 3.0 antara lain : teknologi komputer, akses internet, peralatan
elektronik smartphone, inovasi sistem perangkat lunak, Inovasi, dan
pengembangan sumber energi baru (Kusnandar, 2017).

21
Kusnandar, Adit. 2017. Perkembangan Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0. Untirta. Banten.

15
3.2.4 Revolusi Industri 4.0
Industri 4.0 merupaka era yang ditandai dengan adanya
konektivitas manusia, data, dan mesin dalam bentuk virtual atau dikenal
dengan istilah cyber physical. Perkembangan revolusi industri membawa
perubahan yang sangat cepat dengan tujuan mulia menciptakan kualitas
kehidupan yang lebih baik. Pada era industri 4.0 ini ada pergeseran trend
inovasi ke arah teknologi digital. Di era industri 4.0 terdapat banyak
peluang yang dapat dikembangkan, terkait dengan krativitas untuk
mencari dan menemukan peluang yang bertebaran di bidang industri
masing masing, yang banyak menguah industri dan karakter
pekerjaan.(Irianto, 2017)22.

22
Irianto, D. (2017). Industry 4.0; The Challenges of Tomorrow. Disampaikan pada Seminar
Nasional Teknik Industri, Batu-Malang.

16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan internet teknologi dan informasi terus berkembang pesat


sesuai dengan perkembangan jaman dan populasi penduduk yang terus meningkat
setiap waktunya. Saya sebagai penulis pun demikian merasakan perekembangan
yang sangat signifikan dalam penggunaan internet, pekerjaan saya sebagai muda
Indonesia di Start-up yang bergerak sangat dinamis mencontohkan salah satu
kehidupan era revolusi industri 4.0 berjalan sesuai dengan kreativitas sebagai daya
saing yang dimiiliki oleh setiap individunya berikut dengan inovasi serta
ketersediaan akses serta perangkat yang memadai untuk mengerjakan hal dalam
mendukung revolusi 4.0. Berikut data data terkait dengan penggunaan internet di
Indonesia yang dapat menguasai telepone seluler dengan demikian mendukung
saya dalam menyatakan butuhnya akses internet baik di publik area dan dalam
keadaan bergerak di tempat umum.
Grafik 5.
80

70 66.26 67.03 67.77


60.75 61.08 59.59
58.3 56.92 58.3
60
50.94 51.49 50.33
47.99 47.38 49.04
50
41.06 41.83 Perkotaan
40 37.64
Perdesaan
30 Perkotaan Perdesaan

20

10

0
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Persentase penduduk yang memiliki/menguasai Telepon seluler menurtu klasifikasi daerah pada
tahun 2012-2017.
Sumber : Badan Pusat Statistik, Survey Sosial Ekonomi Nasional 23

23
Badan Pusat Statistik, Survey Sosial Ekonomi Nasional.

17
Berdasarkan data statistik diatas dapat dilihat perkembangan masyarakat
yang menggunakan telepon genggam sudah menjadi hal yang sangat lumrah
hampir setiap individu tetap ingin terkoneksi antara satu dengan yang lainya.
Penggunaan telepon genggam (handphone) pada persentase tertinggi dimiliki oleh
provinsi DKI Jakarta dengan nilai sekitar 71,87% dan sekitar 76,69 % pada tahun
2017. Selanjutnya disusul oleh Kalimantan Timur dan Kepuluan Riau menjadi
provinsi dengan persentase tertinggi selanjutnya menurut data tabel diatas.
Sesuai dengan perekembangan kota dalam buku Good City Form yang
salah satunya menyebutkan tentang akses, lalu pada teori mengenai Ekistics salah
satu elementnya adanya sebuah network (jaringan) dan buku Routledge Handbook
of Urbanization in Southeast Asia-Routledge membahas tentang ketergantunganya
masyarakat baik di Indonesia maupun di wilayah Asia Tenggara terhadap media
sosial sebagai salah satu pergerakan politik didalamnya, tidak hanya kepemilikan
telepon gengam (handphone) yang menjadi utamanya namun ada yang perlu
menyongkonya antara lain cakupan sinyal dan jaringan yang sangat perlu
memadai dalam mewujudkan akses dan jaringan yang memadai untuk sebuah
kota.
Diagram 1.

Tahun 2014
9.39

Ada Signal Kuat


22.63 Ada Signal Lemah
67.98
Tidak Ada Signal

Jumlah dan persentase wilayah mendapatkan signal Telepon Selular menurut kekuatan penerimaan
signal pada tahun 2014
Sumber : Badan Pusat Statistik, Pendataan Potensi.24

Pada gambaran diagram 1 menjelaskan tentang keuatan akses dari internet


yang bisa digunakan diwilayah perkotaan, saya mengalami kendala dalam
mendapatkan tulisan terbaru, namun hal ini masih cukup dalam menjelaskan

24
Badan Pusat Statistik Pendataan Potensi Signal.

18
masih ada sekitar 9,39 % penduduk yang tidak dapat mengakses internet dengan
baik hal demikian masih perlu di perbaiki halnya dengan menyediakan fasilitas
baik seperti sarana dan prasana penyediaan wifi di public space seperti yang sudah
dilakukan oleh pemerintah dengan pembangunan wifi di beberapa taman yang ada
di beberapa titik di Jakarta seperti Taman Suropti, Taman Langsat, Taman
Ayodya, Taman Menteng, Taman Situ Lembang, Bumi Perkemahan Ragunan,
Cattelya, Lapangan Banteng, Monas, Taman Honda Tebet, Lapangan Jalan
Merdeka, Taman Cipulir Permai, Taman Radio Dalam,dan Taman Rembrandt25.
Gambar 4.

Perbandingan Persentase Penduduk yang Mengakses Internet menurut Provinsi di Indonesia antara
tahun 2013 dan 2017
Sumber : Badan Pusat Statistik, Survey Sosial Ekonomi Nasional Indonesia 26

DKI Jakarta merupakan wilayah area dengan penggunaan internet yang


sangat signifikan tinggi diantara wilayah lainya di Indonesia peningkatan yang
sangat signifikan terjadi diantara tahun 2013 dan 2017 dengan peningkatan
persentase hampir 27%, hal ini tidak bisa dipungkiri karena perkembangan
infrastruktur yang begitu cepat untuk wilayah DKI Jakarta.

25
Ingin Wifi Gratis, Coba 14 Ruang Terbuka DKI ini. Tempo.co. tanggal 26 November .
[https://metro.tempo.co/read/444078/ingin-wifi-gratis-coba-14-ruang-terbuka-dki-
ini/full&view=ok] (diakses tanggal 27 Mei 2019)
26
Badan Pusat Statistik, Survey Sosial Ekonomi Nasional Indonesia

19
Namun, perkembangan infrastruktur tersebut hanya masih terarah terhadap
perkembangan provider yang digunakan dengan cara berbayar hal ini ditunjukkan
dengan statistik perusahaan dan pelanggan internet service provider (ISP) yang
berbayar pada tahun 2014 sampai 2017.
Grafik 6.

Jumlah Perusahaan dan Pelanggan Internet Service Provider (ISP) yang berbayar pada tahun 2014-
2019
Sumber : Kementrian Komunikasi dan Informatika 27

Perusahaan dan pelanggan internet service provider yang ada di grafik 6


menunjukkan masyarakt masih harus membayar beberapa akses dan jaringan
internet untuk kemudian dapati dikunsumsi oleh masyarakat tersebut. Hal
demikian yang menjadikan saya ingin membahas terkait dengan penyediaan
jaringan akses internet secaara gratis, serta menujukkan salah satu dampak dari
penggunaan internet yang telah dilakukan oleh masyarakat.
Saya bekerja disalah satu start up bersama 50 lebih pemuda lainya bidang
pekerjaan saya sangat mengandalkan internet jaringan dan akses serta berbagai
macam perangkat dalam menjalankan tugasnya masing masing divisi, Start-up
yang saya geluti berada di antara penghubung antara masyarakat perkotaan
dengan setriotype memiliki penghasilan lebih tinggi dan masyarakat perdesaan
dengan setriorype memiliki penghasilan yang lebih rendah, start up dengan basis
teknologi yang saya tekuni ini secara garis besar menghubungkan investor dengan
petani perdesaan yang membutuhkan modal, positif bukan? Hal demikian yang
menjadikan akses internet baik di DKI Jakarta ataupun di seluruh kota di
Indonesia sangat penting terlebih lagi jika disediakan di tempat umum atau
merupakan salah satu fasilitas yang dapat dinikmati oleh segala lapisan

27
Kementrian Komunikasi dan Informatika

20
masyarakat di wilayah perkotaan. Berikut saya lampirkan bagaiman start-up ini
menghubungkan investor yang ada di perkotaan dengan borrower yang ada di
desa melalui kecanggihan internet, tidak hanya perkotaan yang berkembang
namun petani ataupun masyarakat yang ada di Perdesaan dapat berkembang
dengan adanya teknologi.
Gambar 5.

Perbandingan investor Pria dan Wanita pada Fintech Lending PT.Crowde Membangun
Bangsa
Sumber : Year In Riview Crowde 28

Partisipasi pada crowde untuk Wilayah perkotaan khususnya DKI Jakarta


antara laki-laki dan perempuan terbilang cukup bagus dikarenakan sudah ada yang
berinvestasi dari berbagai gender , namun persentase yang berebeda cukup
signifikan antara laki laki dan perempuan yaitu untuk laki-laki mencapai 79%
sedangkan perempuan hanya 21%, hal ini dapat membuktikan dalam partisipasi
investor perempuan ada namun tidak sebesar atau sejajar dengan investor laki-
laki.
Grafik 7.

Perbandingan Pendidikan Terakhir antara Investor Laki-laki dan Perempuan


Sumber : KYC terakhir tiga bulan PT.Crowde Membangun Bangsa 29

28
Year In Riview Crowde

21
Terkait dengan perbandingan pendidikan terakhir antara Investor Laki laki
dan perempuan pada Investor Laki laki terdapat investor dari SD sebanyak 4
orang, lalu untuk SMP terdapat 12 orang, SMA 392 orang, S1 terdapat 687 orang,
S2 terdapat 99 Orang, dan S3 terdapat 4 orang. Sedangkan, untuk investor
perempuan tidak terdapat investor dengan pendidikan terakhir SD melainkan
mulai dari SMP dengan jumlah 3 orang, SMA terdapat 76 orang, S1 terdapat 235
orang, S2 terdapat 30 orang, dan S3 terdapat 1 orang. Jika dikaitkan dengan
pengguna jaringan internet di wilayah perkotaan hal ini cukup seimbang dan
sebanding dikarenakan tingkat pendidikan merupakan salah satu aspeknya.
Seperti yang digambarkan melalui diagram berikut terkait pengguna internet
menurut latar belakang pendidikanya.
Grafik 8.

Persentase Pengguna Internet Berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir


Sumber : Infografis Hasil Survey APJII 201730

Berikut merupakan salah satu contoh hal positif dalam mengakses internet
pembangunan serta regulasi penggunaan internet masih sangat perlu di tingkatkan
dalam penyediaanya secara gratis bagi masyarakat yang ada di wilayah perkotaan,
akses 24 jam non stop dengan gratis merupakan salah satu akses yang patut
dicoba langkahnya dalam menuju penggunaan internet positif..

29
KYC terakhir tiga bulan PT.Crowde Membangun Bangsa
30
Infografis Hasil Survey APJII 2017

22
V.PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Terdapat masih ada sekitar 9,39 % penduduk yang tidak dapat mengakses
internet dengan baik hal demikian masih perlu di perbaiki halnya dengan
menyediakan fasilitas baik seperti sarana dan prasana penyediaan wifi di public
space seperti yang sudah dilakukan oleh pemerintah dengan pembangunan wifi di
beberapa taman yang ada di beberapa titik di Jakarta seperti Taman Suropti,
Taman Langsat, Taman Ayodya, Taman Menteng, Taman Situ Lembang, Bumi
Perkemahan Ragunan, Cattelya, Lapangan Banteng, Monas, Taman Honda Tebet,
Lapangan Jalan Merdeka, Taman Cipulir Permai, Taman Radio Dalam,dan Taman
Rembrandt. Pembangunan infrastruktu internet yang dilakukan pemerintah dalam
perwujudan network dan accsess internet telah digalakan terutama bagi pengguna
transportasi umum KRL yanga ada di kawasan Jabodetabek dengan layanan free
wifi.Perkembangan penggunaan internet di Jakarta setiap tahunya mengalami
peningkatan yang cukup siginifikan sesuai dengan perkembangan jaman namun
ketersediaan layanan tanpa batas hanya dimiliki bagi mereka yang dapat
membayar, jaringan dan akses masih terbatas bagi mereka yang membutuhkan
akses tersebut namun terkendala dalam pembayaran untuk mendapatkan akese
tersebut, di Jakarta sendiri mungkin terdapat banyak spot atau lokasi untuk
mengakses internet namun tidak dirawat dan terbengkalai adalah salah satu
penyebab akhirnya tidak berlanjut dan bertahan lama untuk digunakan oleh
masyarakat.

5.2 Anjuran Penelitian Lanjutan


Penelitian lanjutan dimungkinkan untuk menganalisa lebih dalam terkait
dengan lapisan strata sosial masyarakat yang ada di wilayah kajian dalam
menggunakan internet sesuai dengan ketetapan yang tepat, selanjutnya
memungkinkan untuk menganalisa terkait pembangunan tempat tempat hotspot
wifi gratis yang tersebar di beberapa lokasi di DKI Jakarta serta keterkaitanya
dengan banyak perusahaan berbasis Teknologi Start-up di Jakarta.

23
Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik, Survey Sosial Ekonomi Nasional.


Badan Pusat Statistik Pendataan Potensi Signal.
Badan Pusat Statistik Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2017
Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional dalam Statistik
Telekomunikasi di Indonesia Tahun 2017
BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional
Budi, Donny. 2018. Sejarah Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0 . Menara Ilmu
Otomasi Industri Departemen Teknik Elektro dan Informatika Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Doxiadis, Constantinus A. 1967. An Introduction The Science of Human
Settlement Ekistics. London : Hutchinson Of London
Ekistics The Subject – Human Settlements.
Irianto, D. (2017). Industry 4.0; The Challenges of Tomorrow. Disampaikan pada
Seminar Nasional Teknik Industri, Batu-Malang.
Infografis Hasil Survey APJII 2017
Ingin Wifi Gratis, Coba 14 Ruang Terbuka DKI ini. Tempo.co. tanggal 26
November . [https://metro.tempo.co/read/444078/ingin-wifi-gratis-coba-
14-ruang-terbuka-dki-ini/full&view=ok] (diakses tanggal 27 Mei 2019)
Infografis Penetrai dan perilaku Pengguna Internet Indonesia tahun 2017.
Indonesia Internet Service Provider Association.
Kusnandar, Adit. 2017. Perkembangan Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0. Untirta.
Banten.
Kementrian Komunikasi dan Informatika
KYC terakhir tiga bulan PT.Crowde Membangun Bangsa
Lim, Merlyna. Discplining dissent : Freedom, control, and digital activism in
Southeast Asia dalam buku Rita Padawangi Routledege Handbook of
Urbanization in Southeast Asia.
Lynch, Kevin. 1981. A Theory Of Good City Form. MIT Press. USA.
Statistik Telekomunikasi Indonesia Tahun 2017 ; Katalog BPS 8305002
Wifi gratis kini hadir di statiun dan gerbong KRL. Jakarta Post Tanggal 1 Maret
2019. [https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/03/01/wifi-gratis-
kini-hadir-di-stasiun-dan-gerbong-krl] (diakses tanggal 27 Mei 2019).
Warner, Sam Bass. 2017. Evolution and Transformation : The American
Industrial Metropolis, 1840-1940. University of California. San Diego.
We Are Social (2017) ‘Digital Southeast Asia 2017’, available at
https://wearesocial.com/sg/blog/2017/02/ digital-southeast-asia-2017
(accessed 3 August 2017). Dalam buku Rita Padawangi Routledege
Handbook of Urbanization in Southeast Asia.
Year In Riview Crowde

24

Anda mungkin juga menyukai