Disusun Oleh :
Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Sejarah dan Pengembangan Perkotaan
Dosen Pengampu:
Prof. Ir. Gunawan Tjahjono, M. Arch., Ph.D
PROGRAM PASCASARJANA
KAJIAN PENGEMBANGAN PERKOTAAN
SEKOLAH KAJIAN STRATEJIK DAN GLOBAL
UNIVERSITAS INDONESIA
2019
Penggunaan Internet di Wilayah Perkotaan serta Keterkaitanya dengan
Sejarah Perkembangan Kota dalam Era Revolusi Industri
(Studi Kasus : Minimnya akses Wifi/Hotspot gratis sebagai Salah satu Faktor Pendukung
Akses dan Jaringan untuk Penggunaan Internet di Area Public Space serta Pemanfaatnya
Terhadap Start up di Jakarta)
Kajian Pengembangan Perkotaan, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia
Email: seinarizkypriambodo@gmail.com
ABSTRAK
Makalah ini bertujuan untuk melihat sejauh mana aksesibilitas dan network yang
terbangun di wilayah DKI Jakarta terhadap jaringan internet sebagai salah satu upaya
pembangunan perkotaan dalam bidang teknologi mengikuti perkembangan Era Revolusi
Industri 4.0. Metodologi yang digunakan adalah melakukan pendataan terhadap pengguna
kecil positif internet pada salah satu perusahaan start up di DKI Jakarta yang hasilnya
diharapkan dapat mepersentatifkan pengguna internet di wilayah perkotaan dan metode
pengumpulan literatur sebagai salah satu pendukung teori dan pendapat yang penulis ajukan.
Beberapa faktor yang dilihat sebagai penelitian penulis meliputi pengguna internet, latar
pendidikan pengguna internet, liputan terkait wilayah dan lokasi pengguna internet, dan
perkembangan pengguna internet di wilayah serta alat yang digunakan.Hasil dalam penelitian
ini penggunaan internet setiap tahunya makin meningkat sesuai dengan meningkatnya
pertumbuhan masyarakat, namun perkembangan internet secara gratis sebagai salah satu
akses dan network masih perlu dikaji lebih dalam terkait lokasinya jika memang sudah ada
masih perlu perawatan lebih baik dari masyarakat dan pemerintah, di Jakarta sendiri mungkin
terdapat banyak spot atau lokasi untuk mengakses internet namun tidak dirawat dan
terbengkalai adalah salah satu penyebab akhirnya tidak berlanjut dan bertahan lama untuk
digunakan oleh masyarakat.
Segala syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya kepada saya sehingga
penulis bisa menyelesaikan penulisan makalah ini. Saya mengucapkan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, motifasi dan arahan terhadap penyusunan
makalah ini.
Makalah ini disusun sebagai tugas akhir mata kuliah Sejarah dan Pengembangan Perkotaan
Progam Studi Kajian Pengembangan Perkotaan, Universitas Indonesia. Saya ingin
berterimakasih kepada :
1. Prof. Ir. Gunawan Tjahjono, M. Aerch., Ph.D selaku dosen pengampu pada Mata
Sejarah dan Pengembangan Perkotaan.
2. Dr. Lita Sari Barus ST. M.Si. selaku dosen pengampu pada Mata Kuliah Sejarah dan
Pengembangan Perkotaan.
3. PT. Crowde Membangun Bangsa selaku tempat saya bekerja dan mendapatkan
informasi terkait penulisan makalah ini.
4. Keluarga saya yang mendukung atas selesainya makalah ini
5. Teman-teman Kajian Pengembangan Perkotaan, atas sarannya dan masukan dalam
proses pembuatan makalah ini.
DAFTAR ISI
Halaman
Abstrak .............................................................................................................................. i
I.Pendahuluan.................................................................................................................... 1
V. Penutup....................................................................................................................... 23
Kevin Lynch dalam bukunya Good City Form berikut menjelaskan terkait
dengan lima dimensi pembentuk kota antara lain disebutkan sebagai Vitality,
Sense, Fit, Access,dan Control ,lalu diikuti dengan efesiensi dan keadilan.
Terdapat Access yang berkaitan dengan pembangunan di perkotaan telah pertama
dibangun dengan alasan simbolis kemudian selanjutnya untuk pertahanan pada
kota tersebut. Dimaksudnya dari access disini adalah kemudahan dalam
mengakses ke suatu tempat dari tmpat tinggal, informasi terkait kehidupan
menyangkut seperti pekerjaan, pendidikan, dan kesehatan serta akes dalam
mendapatkan kemudahan dalam mencapai tujuan ataupun kebutuhan ekonomi.2
1
Ekistics The Subject – Human Settlements.
2
Lynch, Kevin. 1981. Good City Form. Massachuesetts Institute Of Technology.
1
Perkembangan populasi masyarakat di DKI Jakarta sebanding dengan
kebutuhan manusia terhadap kebutuhan komunikasi dan informasi yang
menajadikan dorongan terhadap kemajuan sarana komunikasi dan informasi
terhadap masyarakat sebagai salah satu aspek access dalam buku The Good City
Form dan Network dalam bahasan tulisan mengenai Ekistics The Science of
Human Settlements. Jaringan yang dimaksud dalam tulisan ini menyangkut terkait
penghubung antara banyak perangkat telekomunikasi untuk saling tetap
terkoneksi satu dengan lainya. Sebagai salah satu contoh kedudukan teknologi
informasi sangatlah penting terhadap beberapa aspek kehidupan. Seperti halnya
dalam sistem pendidikan, perkuliahan, perusahaan, perumahan, dan sistem
manajemen perkantoran kesemuanya berbasis teknologi informasi yang dapat
mempermudah masing-masing instansi.
Grafik 1.
70
60 57.33
50 47.22
41.98
40 35.64
30.66 31.75 Memiliki Perangkat
30 25.9 Mengakses Internet
22.4
19.41 19.11
20 17.3 18.71
14.86 15.61
11.5910.82 12.3
10.16
10
0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Persentase Rumah Tangga yang Memiliki Perangkat Komputer dan Mengakses Internet di
Indonesia pada Tahun 2009-2017
Sumber : BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional3
3
BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional
2
sebagai perangkat utamanya. Hal demikian disebabkan oleh beberapa faktor salah
satunya semakin mudahnya mengakses internet melalui berbagai media seperti
teknologi wireless fidelity ( wifi, atau dikenal sebagai hotspot), fasilitas di kantor
atau sekolah bahkan menggunakan telephone genggam (handphone)4.
Pada zaman era modern seperti sekarang manusia dihadapkan pada era
globalisasu yang merupakan salah satu dampak dari perkembangan teknologi
informasi (internet). Semakin derasnya arus globalisasi dan semakin pesatnya
perekembangan jaringan informasi dan teknologi, tidak dapat dipungkiri bahwa
masyarakat harus ikut terjun dalam arus tersebut, agar tidak dikatakan sebagai
masyarakat yang buta akan informasi dan menjadikan salah satu tuntutan pada era
globalisasi ini.
Penggunaan Internet di Indonesia mengalami pertambahan secara drastis
dari tahun ke tahun (grafik 1) dan telah menduduki peringkat kedelapan pengguna
internet terbanyak di dunia setalh China, Amerika Serikat, India, Jepang, Brasil,
Rusia, dan Jerman5. Namun pada faktanya di wilayah perkotaan masih terdapat
masyarakat yang tidak bisa mengakses layanan internet dengan mudah sebagai
salah satu kemudahan dalam jaringan terutama bagi masyarakat dengan
berpenghasilan rendah.
Kesenjangan Informasi dimasyarakat masih sangat besar dirasakan
terutama jika di bandingkan masyarakat perkotaan dengan berpenghasilan
menengah keatas dengan masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) banyak aspek
yang membedakan mereka namun kali ini saya ingin membahas terkait dengan
akses mereka terhadap jaringan internet yang masih cukup minim tersedia di
ruang publik pada wilayah DKI Jakarta. Namun hal ini tidak bisa disalahkan dari
satu sisi masih rendahnya sebagian masyarakat dalam hal pendidikan terutama
dalam pengetahuan di bidang teknologi. Indonesia memiliki kewajiban dalam
meratakan infrastruktur komunikasi dan teknologi di Indonesia sesuai dengan
Undang Undang No 36 tahun 1999 tentang telekomunikasi pada pasal 2,
Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.32/PER/M.Kominfo/10/2008
4
Statistik Telekomunikasi Indonesia Tahun 2017 ; Katalog BPS 8305002
3
Tentang Kewajiban Pelayanan Universal Telekomunikasi , dan Intruksi Presiden
No.1 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan
Nasional tahun 2010.
4
II. METODE PENELITIAN
5
Asia Tenggara yang menyebutkan sebagai salah satu komponen penting dari
rencana pembangunan nasional, Internet yang sudah mulai masuk pada
pertengahan 1990 an sejak itupula Asia Tenggara telah mengalami pertumuhan
dramatis dalam pengguna internet. Peningkatan jumlah penggunaan internet
merupakan salah satu tuntutan dalam menjalani kehidupan setiap tahun pada
akhirnya sesuai dengan perkembangan era globalisasi yang terus berkembang.
Grafik 2.
60
50
40
30 Perkotaan
Perdesaan
20
Perdesaan+Perkotaan
10
0
Bekerja Mengurus Sekolah Lainya
Rumah
Tangga
Persentase penduduk usia 10 Tahun keatas yang mengakses Internet dalam 3 bulan terakhir
menurut kegiatan utama pada tahun 2017
Sumber : BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional 6
6
Badan Pusat Statistik Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2017
7
Badan Pusat Statistik Survei Sosial Ekonomi Nasional Tahun 2017
6
diantaranya belum memanfaatkan internet yang terlihat dari persentasinya masih
di bawah 50% jika dibandingkan penduduk yang bekerja.
Grafik 3.
100
90
80
70
60
50 Perkotaan
40 Perdesaan
30
Perdesaan+Perkotaan
20
10
0
Rumah Tempat Kantor Sekolah Dalam
Umum Keadaan
Bergerak
Persentase Penduduk diatas 5 Tahun yang Mengakses Internet dalam 3 bulan terakhir Menurut
Lokasi dan Klasifikasi Daerah pada Tahun 2017
Sumber : Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional8
8
Badan Pusat Statistik, Survei Sosial Ekonomi Nasional dalam Statistik Telekomunikasi di
Indonesia Tahun 2017
7
Penelitian ini memiliki keterbatasan terhadap data yang didapatkan,
pembuktian terkait dengan minimnya akses internet gratis di area publik space
masih harus di teliti lebih jauh, penelitian terbatas berdasarkan literatur yang
dibaca oleh saya mengenai perkembangan internet dari setiap tahunya dan
mengamati terkait pola yang terjadi di masyarakat dalam menggunakan jaringan
baik yang telah tersedia dan tidak. Saya hanya menghubungkan bagaimana
masyarakat menggunkan internet dengan positif dikaitkan dengan bagaimana
antusiasme masyarakat dalam memanfaatkan satu platform sebagai media dalam
membantu perkembangan masayarakat di daerah lainya.
Penelitian ini masih terbilang cukup luas dalam membahas namun saya
mengusungkan sebuah topik terkait dengan bagaimana masyarakat memanfaatkan
internet dengan baik setelah mendapatkan akses (acssess) dan jaringan (networks)
dalam menggunakannya. Mempelajari pula bagaimana perkembangan Era
Revolusi Industri semenjak 1.0 pada tahun 1750 sampai dengan perkembangan
Era Revolusi Industri 5.0 yang sudah mulai dikembangkan di Jepang.9
2.4 Temuan
Penggunaan akses internet di era modern yang mengusung era revolusi 5.0
sudah sangat terbilang cukup mudah dalam hal perangkat, perangkat yang
digunakan pada jaman sekarang adalah handphone seluler (Telephone genggam).
Hal demikian dijelaskan pada Grafik 4, perangkat lainya yang mendukung adalah
Laptop dan Komputer baik di daerah Perkotaan, perdesaan, dan Perdesaan
Perkotaan.
Grafik4.
100
80
60
40 Perkotaan
20 Perdesaan
0
Perdesaan+Perkotaan
9
Budi, Donny. 2018. Sejarah Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0 . Menara Ilmu Otomasi Industri
Departemen Teknik Elektro dan Informatika Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
8
Persentase penduduk yang mengakses internet berdasarkan perangkat yang digunakan pada tahun
2017
Sumber : BPS, Survei Sosial Ekonomi Nasional.
Gambar 1.
Info terkait dengan WIFI Gratis yang telah hadir di public space
Sumber : Jakarta post pada Tanggal 1 Maret 201910
10
Wifi gratis kini hadir di statiun dan gerbong KRL. Jakarta Post Tanggal 1 Maret 2019.
[https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/03/01/wifi-gratis-kini-hadir-di-stasiun-dan-
gerbong-krl] (diakses tanggal 27 Mei 2019).
9
Sumber : Tempo.co pada tanggal 26 November 201811
Seperti yang telah di jelaskan pada gambar 2 terkait dengan lokasi wifi
gratis yang ada di DKI Jakarta berikut lokasi – lokasi tersebut berdasarkan berita
yang telah diterbitkan yaitu berada pada kawasan Taman Suropti, Taman Langsat,
Taman Ayodya, Taman Menteng, Taman Situ Lembang, Bumi Perkemahan
Ragunan, Cattelya, Lapangan Banteng, Monas, Taman Honda Tebet, Lapangan
Jalan Merdeka, Taman Cipulir Permai, Taman Radio Dalam,dan Taman
Rembrandt12.
11
Ingin Wifi Gratis, Coba 14 Ruang Terbuka DKI ini. Tempo.co. tanggal 26 November .
[https://metro.tempo.co/read/444078/ingin-wifi-gratis-coba-14-ruang-terbuka-dki-
ini/full&view=ok] (diakses tanggal 27 Mei 2019)
12
[sama dengan nomor 11]
10
III. TINJAUAN PUSTAKA
13
Warner, Sam Bass. 2017. Evolution and Transformation : The American Industrial Metropolis,
1840-1940. University of California. San Diego.
14
Doxiadis, Constantinus A. 1967. An Introduction The Science of Human Settlement Ekistics.
London : Hutchinson Of London.
11
seperti kebutuhan bilologi, kebutuhan emosional (hubungan antara manusia dan
merasa aman). Masyarakat (Society), merupakan salah satu aspek dari pemukiman
manusia yang meliputi perkembangan ekonomi, pendidikan, hukum dan
administrasi yang berlaku dimasyarakat, pola budaya yang ada dimasyarakat itu
sedniri, lalu terdapat naungan (shells) yang terdapat pada pemukiman manusia
salah satunya adalah atap/ rumah sebagai naungan penunjang lainya seperti
kebutuhan publik yang dibutuhkan manusia pada umumnya untuk menunjang
kehidupanya seperti rumah sakit, sekolah, tempat berbelanja market place
industri, dan pusat transportasi. Terakhir merupakan jaringan (network)
merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam pemukiman manusia seperti
halnya jalan sebagai penghubung dalam bersosialisasi (komunikasi) dan beberapa
jaringan lainya seperti sistem pasokan air, sistem pasokan energi, serta sistem
komunikasi seperti telphone, radio, dan tv (Doxiadis, 1967)15.
Buku The Good City Form dari Kevin Lynch tahun 1981, membahas
terkait dengan lima dimensi pembentuk kota dalam wilayahnya, hal demikian
disebutkan sebagai berikut vitality ( suatu daya hidup atau ketahanan serta
penghidupan yang kuat dalam menjakmin kehidupan generasi selanjutnya ), Sense
(terkait dan keterkaitan kelompok ataupun individu terhadap lingkungan
sekitarnya dengan presepsi sikologis tertentu dengan perasaan seperti rasa bangga
terhadap lingkunganya), Fit (kecocokan, yang mengacu pada sebara baik nya pola
spasial dan temporal yang sesuai dengan perilaku adat penduduknya), Access
(kemudahan dalam mengakses ke sesuatu tempat dari tempat tinggal, akses untuk
mendapatkan informasi terkait denga kehidupan seperti pekerjaan, pendidikan,
dan kesehatan serta akses dalam memperoleh informasi dalam mencapai tujuan
ekonomi), dan control (konsekuensi psikologis yang kuat terhadap perasaan yang
cemas, kepuasan, kebangaan, ataupun penyerahan)16.
Buku Routledge Handbook of Urbanization in Southeast Asia yang terkait
bacaan oleh Melry Lim yang membahas terkait Disciplining dissent : freedom,
control, and digital activism in Southeast Asia menyatakan sebelum era media
sosial, internet sudah tergabung dalam berbagai peristiwa politik besar di akhir
15
Doxiadis, Constantinus A. 1967. An Introduction The Science of Human Settlement Ekistics.
London : Hutchinson Of London.
16
Lynch, Kevin. 1981. A Theory Of Good City Form. MIT Press. USA.
12
1900 an dan awal 200 an, seperti dalam “People Power” protes yang terjadi di
Filipina. Keadaa internet dan media sosial di Asia tenggara internet yang mulai
memasuki wilayah tersebut pada pertengahan 1990 an dan sejak itu Asia
Tenggara telah mengalami pertumbuhan yang dramamtis dalam penggunaan
Internet. Menurut informasi terdapat 399 juta penduduk (53%) diantara 644 juta
online, 305 juta (47%) berada di media sosial, dan 42% sekitar 272.600.000 yang
aktif ponsel sekaligus pengguna media sosial17. Namun indikator statistik
perkembangan ICT antara negara negara di kawasan ini sangat tidak setara antara
satu negara dengan negara lainya (Lim, 2017)18.
Terhubung ke internet pada tahun 2015, namun data pada tahun 2016
menunjukkan bahwa di Indonesia, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Timor Leste
tingkat penetrasi internet masih di bawah 25%. Jumlah tersebut jauh lebih rendah
untuk tetap- broadband langganan. Pada tabel 1 di jelaskan di Indonesia persenan
populasi nasional di daerah perkotaan sebanyak 27% dengan persenan yang
sangat aktif dalam penggunaan internet untuk berselancar di media social baik
seluler, facebook, youtube, instagram, twitter, dan media sosial seluler.
Tabel 1.
Penggunaan Media Sosial dan Urbanisasi di Asia Tenggara pada Tahun 2016
Sumber : (Lim, 2017).
17
We Are Social (2017) ‘Digital Southeast Asia 2017’, available at
https://wearesocial.com/sg/blog/2017/02/ digital-southeast-asia-2017 (accessed 3 August 2017).
Dalam buku Rita Padawangi Routledege Handbook of Urbanization in Southeast Asia.
18
Lim, Merlyna. Discplining dissent : Freedom, control, and digital activism in Southeast Asia
dalam buku Rita Padawangi Routledege Handbook of Urbanization in Southeast Asia.
13
3.2 Perkembangan Internet dikatikan dengan Perkembangan Era Revolusi
Industri
Gambar 3.
19
Infografis Penetrai dan perilaku Pengguna Internet Indonesia tahun 2017. Indonesia Internet
Service Provider Association.
20
[ sama dengan nomor 19].
14
negara yang memplopori terjadinya revolusi industri, dikarenakan
merupakan negara dengan kolonial terbesar di dunia. Bedanya antara masa
setelah dan sebelum revolusi tersebut pada sebelumnya kehidupan
masyarakt sebelum revolusi industri tekonsentrasi di pedesaan yang
mengandalkan penghasilan dari sektor pertanian yang pendapatanya
sangat minim dan terbatas. Namun dengan terjadinya revolusi industri,
lapangan kerja di sektor manufaktur mulai meningkat sehingga
penghasilan dan taraf hidup berangsur membaik. Adapun beberapa sektor
industri yang mengawali revousi industri 1.0 : Industri Tekstil, Industri
Besi dan Baja, dan Industri Transportasi (Kusnandar, 2017)21.
3.2.2 Revolusi Industri 2.0
Periode ini terjadi kemajuan industri yang cepat di Inggris, Jerman,
Amerika, Perancis, dan Jepang. Selanjutnya revolusi industri ini menyebar
ke seluruh Eropa dan Amerika. Revolusi industri 2.0 merupakan
kelanjutan yang tidak terpisahkan dari revolusi indusstri sebelumnya.
Inovasi yang dikembangkan pada Revolusi Industri 2.0 antara lain :
pengembangan sumber daya energi seperti minyak bumi, batu bara sebagai
sumber bahan bakar baru, periode awal teknologi listik AC dan DC yang
bisa difungsikan untuk pembuatan motor listrik, Inovasi baru produksi besi
dan baja dalam skala besar, produksi massal mobil dan pesawar sebagai
alat transportasi massal, meluasnya pemakaian mesin industri untuk
manufaktur (Kusnandar, 2017).
3.2.3 Revolusi Industri 3.0
Perkembangan jaman mendorong untuk melakukan inovasi,
diawali dengan munculya teknologi informasi dan elektronik yang masuk
ke dalam dunia indurstri yaitu sistem otomatis berbasi komputer dan robot.
Peralatan industri tidak lagi dikendalikan oleh manusia melainkan dengan
robot dan komputer. Beberapa inovasi dan kemajuan pada periode revolusi
Industri 3.0 antara lain : teknologi komputer, akses internet, peralatan
elektronik smartphone, inovasi sistem perangkat lunak, Inovasi, dan
pengembangan sumber energi baru (Kusnandar, 2017).
21
Kusnandar, Adit. 2017. Perkembangan Revolusi Industri 1.0 hingga 4.0. Untirta. Banten.
15
3.2.4 Revolusi Industri 4.0
Industri 4.0 merupaka era yang ditandai dengan adanya
konektivitas manusia, data, dan mesin dalam bentuk virtual atau dikenal
dengan istilah cyber physical. Perkembangan revolusi industri membawa
perubahan yang sangat cepat dengan tujuan mulia menciptakan kualitas
kehidupan yang lebih baik. Pada era industri 4.0 ini ada pergeseran trend
inovasi ke arah teknologi digital. Di era industri 4.0 terdapat banyak
peluang yang dapat dikembangkan, terkait dengan krativitas untuk
mencari dan menemukan peluang yang bertebaran di bidang industri
masing masing, yang banyak menguah industri dan karakter
pekerjaan.(Irianto, 2017)22.
22
Irianto, D. (2017). Industry 4.0; The Challenges of Tomorrow. Disampaikan pada Seminar
Nasional Teknik Industri, Batu-Malang.
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
20
10
0
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Persentase penduduk yang memiliki/menguasai Telepon seluler menurtu klasifikasi daerah pada
tahun 2012-2017.
Sumber : Badan Pusat Statistik, Survey Sosial Ekonomi Nasional 23
23
Badan Pusat Statistik, Survey Sosial Ekonomi Nasional.
17
Berdasarkan data statistik diatas dapat dilihat perkembangan masyarakat
yang menggunakan telepon genggam sudah menjadi hal yang sangat lumrah
hampir setiap individu tetap ingin terkoneksi antara satu dengan yang lainya.
Penggunaan telepon genggam (handphone) pada persentase tertinggi dimiliki oleh
provinsi DKI Jakarta dengan nilai sekitar 71,87% dan sekitar 76,69 % pada tahun
2017. Selanjutnya disusul oleh Kalimantan Timur dan Kepuluan Riau menjadi
provinsi dengan persentase tertinggi selanjutnya menurut data tabel diatas.
Sesuai dengan perekembangan kota dalam buku Good City Form yang
salah satunya menyebutkan tentang akses, lalu pada teori mengenai Ekistics salah
satu elementnya adanya sebuah network (jaringan) dan buku Routledge Handbook
of Urbanization in Southeast Asia-Routledge membahas tentang ketergantunganya
masyarakat baik di Indonesia maupun di wilayah Asia Tenggara terhadap media
sosial sebagai salah satu pergerakan politik didalamnya, tidak hanya kepemilikan
telepon gengam (handphone) yang menjadi utamanya namun ada yang perlu
menyongkonya antara lain cakupan sinyal dan jaringan yang sangat perlu
memadai dalam mewujudkan akses dan jaringan yang memadai untuk sebuah
kota.
Diagram 1.
Tahun 2014
9.39
Jumlah dan persentase wilayah mendapatkan signal Telepon Selular menurut kekuatan penerimaan
signal pada tahun 2014
Sumber : Badan Pusat Statistik, Pendataan Potensi.24
24
Badan Pusat Statistik Pendataan Potensi Signal.
18
masih ada sekitar 9,39 % penduduk yang tidak dapat mengakses internet dengan
baik hal demikian masih perlu di perbaiki halnya dengan menyediakan fasilitas
baik seperti sarana dan prasana penyediaan wifi di public space seperti yang sudah
dilakukan oleh pemerintah dengan pembangunan wifi di beberapa taman yang ada
di beberapa titik di Jakarta seperti Taman Suropti, Taman Langsat, Taman
Ayodya, Taman Menteng, Taman Situ Lembang, Bumi Perkemahan Ragunan,
Cattelya, Lapangan Banteng, Monas, Taman Honda Tebet, Lapangan Jalan
Merdeka, Taman Cipulir Permai, Taman Radio Dalam,dan Taman Rembrandt25.
Gambar 4.
Perbandingan Persentase Penduduk yang Mengakses Internet menurut Provinsi di Indonesia antara
tahun 2013 dan 2017
Sumber : Badan Pusat Statistik, Survey Sosial Ekonomi Nasional Indonesia 26
25
Ingin Wifi Gratis, Coba 14 Ruang Terbuka DKI ini. Tempo.co. tanggal 26 November .
[https://metro.tempo.co/read/444078/ingin-wifi-gratis-coba-14-ruang-terbuka-dki-
ini/full&view=ok] (diakses tanggal 27 Mei 2019)
26
Badan Pusat Statistik, Survey Sosial Ekonomi Nasional Indonesia
19
Namun, perkembangan infrastruktur tersebut hanya masih terarah terhadap
perkembangan provider yang digunakan dengan cara berbayar hal ini ditunjukkan
dengan statistik perusahaan dan pelanggan internet service provider (ISP) yang
berbayar pada tahun 2014 sampai 2017.
Grafik 6.
Jumlah Perusahaan dan Pelanggan Internet Service Provider (ISP) yang berbayar pada tahun 2014-
2019
Sumber : Kementrian Komunikasi dan Informatika 27
27
Kementrian Komunikasi dan Informatika
20
masyarakat di wilayah perkotaan. Berikut saya lampirkan bagaiman start-up ini
menghubungkan investor yang ada di perkotaan dengan borrower yang ada di
desa melalui kecanggihan internet, tidak hanya perkotaan yang berkembang
namun petani ataupun masyarakat yang ada di Perdesaan dapat berkembang
dengan adanya teknologi.
Gambar 5.
Perbandingan investor Pria dan Wanita pada Fintech Lending PT.Crowde Membangun
Bangsa
Sumber : Year In Riview Crowde 28
28
Year In Riview Crowde
21
Terkait dengan perbandingan pendidikan terakhir antara Investor Laki laki
dan perempuan pada Investor Laki laki terdapat investor dari SD sebanyak 4
orang, lalu untuk SMP terdapat 12 orang, SMA 392 orang, S1 terdapat 687 orang,
S2 terdapat 99 Orang, dan S3 terdapat 4 orang. Sedangkan, untuk investor
perempuan tidak terdapat investor dengan pendidikan terakhir SD melainkan
mulai dari SMP dengan jumlah 3 orang, SMA terdapat 76 orang, S1 terdapat 235
orang, S2 terdapat 30 orang, dan S3 terdapat 1 orang. Jika dikaitkan dengan
pengguna jaringan internet di wilayah perkotaan hal ini cukup seimbang dan
sebanding dikarenakan tingkat pendidikan merupakan salah satu aspeknya.
Seperti yang digambarkan melalui diagram berikut terkait pengguna internet
menurut latar belakang pendidikanya.
Grafik 8.
Berikut merupakan salah satu contoh hal positif dalam mengakses internet
pembangunan serta regulasi penggunaan internet masih sangat perlu di tingkatkan
dalam penyediaanya secara gratis bagi masyarakat yang ada di wilayah perkotaan,
akses 24 jam non stop dengan gratis merupakan salah satu akses yang patut
dicoba langkahnya dalam menuju penggunaan internet positif..
29
KYC terakhir tiga bulan PT.Crowde Membangun Bangsa
30
Infografis Hasil Survey APJII 2017
22
V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Terdapat masih ada sekitar 9,39 % penduduk yang tidak dapat mengakses
internet dengan baik hal demikian masih perlu di perbaiki halnya dengan
menyediakan fasilitas baik seperti sarana dan prasana penyediaan wifi di public
space seperti yang sudah dilakukan oleh pemerintah dengan pembangunan wifi di
beberapa taman yang ada di beberapa titik di Jakarta seperti Taman Suropti,
Taman Langsat, Taman Ayodya, Taman Menteng, Taman Situ Lembang, Bumi
Perkemahan Ragunan, Cattelya, Lapangan Banteng, Monas, Taman Honda Tebet,
Lapangan Jalan Merdeka, Taman Cipulir Permai, Taman Radio Dalam,dan Taman
Rembrandt. Pembangunan infrastruktu internet yang dilakukan pemerintah dalam
perwujudan network dan accsess internet telah digalakan terutama bagi pengguna
transportasi umum KRL yanga ada di kawasan Jabodetabek dengan layanan free
wifi.Perkembangan penggunaan internet di Jakarta setiap tahunya mengalami
peningkatan yang cukup siginifikan sesuai dengan perkembangan jaman namun
ketersediaan layanan tanpa batas hanya dimiliki bagi mereka yang dapat
membayar, jaringan dan akses masih terbatas bagi mereka yang membutuhkan
akses tersebut namun terkendala dalam pembayaran untuk mendapatkan akese
tersebut, di Jakarta sendiri mungkin terdapat banyak spot atau lokasi untuk
mengakses internet namun tidak dirawat dan terbengkalai adalah salah satu
penyebab akhirnya tidak berlanjut dan bertahan lama untuk digunakan oleh
masyarakat.
23
Daftar Pustaka
24