Anda di halaman 1dari 33

Aku tak akan mengira bahwa musim panas yang panjang ini akan aku lalui dengan

mudahnya..
Yaa itu karena kau kini bersamaku..
Kau yang selalu aku inginkan..

I Got You Once Summer

”Rin ini aku mau ketemu dia lagi di G-mall apa kamu mau ikut?”

Ah lagi lagi sms yang berisikan hal seperti ini, aku muak melihatnya. Seperti punguk
merindukan bulan, dia mengejar sesuatu hal yang tidak pasti dua tahun lamanya.

“nggak Mike aku nggak ikut dulu ya, lagi ada kerjaan. Semangat ya Mike semoga nge-date
hari ini berhasil” balasku sambil berusaha terlihat biasa saja walaupun jauh didalam diri ini
kesal sekali. Sudah berulang kali aku menasehatinya tapi dia tidak pernah kapok sekalipun.
Hah biarin aja deh kenapa juga aku harus ikutan pusing ngurusin urusan dia.

Pernah sesekali aku ikut menemani dia nge-date dengan cewe yang sedang dia incar,
and well hasilnya hancur berantakan. Cewenya marah gara gara dia mengajakku untuk terus
ngobrol dengannya. By The Way aku lupa memberitahukan namanya, nama dia Mike, dan
cewenya Alodia. Mereka memang sudah lama dekat, dan yah si Mike ini memang suka sekali
sama Alodia. Dia pernah menyatakan rasa sukanya ke Alodia, namun Alodia memberikan
jawaban yang tidak pasti ke Mike, baik jawaban “iya” maupun “tidak”, yups Mike digantung
2 tahun lamanya.

Yah mungkin mereka saat ini sedang bersenang-senang, padahal hari ini sinar
matahari menyengat dengan ganasnya. Mungkin itu ya yang namanya cinta mau sesakit
apapun pasti dipertahanin, mau seberat apapun tetap saja berusaha bertahan, mau dimanfaatin
kaya apapun tetep aja selalu ada buat dia.

Asik kali ya punya cowo kaya Mike, apa saja dilakukan, setiap saat ditemanin,
pengorbanan yang benar-benar tulus. Beruntung sekali si Alodia itu, seandainya saja aku
yang jadi dia nggak akan aku sia-siain si Mike. Eh mikir apaan si aku ini lagian aku bukan
tipenya Mike sama sekali. Panas hari ini sangat menyengat sekali sampai sampai pendingin
ruanganku tidak terasa sama sekali. Sepertinya ini sudah memasuki awal musim panas.

Ting..tong..ting..tong

Siapa sih panas panas gini yang main kerumah ku , sama sekali tidak mengerti apa
aku sedang asik berkutat dengan kasur dan laptop ku. “yaaa sebentar” langsung saja segera
ku turun untuk melihat siapa yang datang , bel itu pun terus terusan berbunyi.

“iyaa iyaa sebentar….” Setelah pintu kubuka aku melihat sosok yang tak asing lagi
buatku, sesosok Mike yang sedang berdiri dibawah teriknya matahari saat itu.

“Eh Mike… sedang apa kamu disini, kamu kan bukannya lagi jalan, sampai basah
sama keringat gini lagi? Abis lari ya?” tanyaku heran.

“ijinkan aku masuk ya, aku ceritakan semuanya didalam”

Aku cuman bisa diam, yap aku melihat banyak sekali kekecewaan diwajahnya, sangat
banyak. Apa jalannya dia hari ini tidak berjalan baik ya, ada apa sebenarnya, banyak sekali
pertanyaan yang merasuki kepalaku. Tanpa pikir panjang segera kusuruh dia masuk,
kusuguhkan dia Es Teh beserta beberapa makanan makanan kecil, dan tak lupa kunyalakan
Pendingin diruang tamu ku juga agar dia bisa merasa lebih dingin. Aku duduk disampingnya,
aku ragu mau menanyakan apa yang terjadi, muka murungnya membuatku sakit.

“Rina apa menurutmu aku terlihat seperti orang bodoh ?” dia mulai angkat bicara.
Suaranya terdengar sangat sendu, aku tahu dia berusaha menahan semua kekesalannya hari
ini.

“maksudnya mike? Emang apa yang terjadi?”

“yah semua sudah kulakukan buat dia, semua sudah aku berikan semua buat dia, hati,
rasa sayang, kepercayaan, materi, dan semua yang aku punya. Bahkan aku rela bolos kerja
demi dia, aku tau dia sakit aku langsung kerumahnya, dia pergi pergi aku selalu menemani
dia, apa yang dia inginkan asal aku sanggup aku turutin, dia butuh uang sebisa mungkin aku
mau membantunya. Aku selalu berusaha ada buat dia kapanpun dimanapun, demi dia, asal
dia bahagia. Aku tau dia dari awal memang tidak pernah menyukaiku, aku tau pasti dari awal
dia tidak pernah membalas perasaanku, tapi semua itu tidak pernah sedikitpun mengubah
usahaku untuk terus bertahan buat dia, aku awalnya selalu percaya suatu saat nanti pasti…
pasti dia akan melihatku. Tapi hari ini seakan akan tuhan membuka mataku jikalau semua
yang kulakukan itu sia sia”

Aku cuman bisa terdiam mendengar semua curhatannya, keluh kesahnya yang kurasa
sudah lama dia coba untuk pendam sendiri. Ingin sekali kurangkul pundaknya tapi ku
urungkan niat itu.

“aku sudah sering kali menyuruhmu untuk move on kan? Cobalah ambil satu langkah
untuk maju, mau sampai kapan mau menyiksa dirimu sendiri seperti ini?”

“aku ga ngerti Rin sama diriku sendri, aku rasa aku sama sekali tidak mau kehilangan
dia, aku memang bodoh, jika ada satu orang terbodoh didunia ini yah mungkin itu aku. Aku
buang buang waktuku hanya demi dia”

“Hey memangnya apa yang sebenarnya terjadi sampai sampai kamu ngomong
begini?”

“kau tahu? Tadi pas aku lagi jalan sama dia dan aku duduk disampingnya Handphone
dia eror dan memintaku untuk membetulkan Handphone-nya. Begitu aku membetulkannya
dan Handphonenya kembali menyala, apa yang kutemukan?” dia memotong ceritanya untuk
menghela nafas panjang. Kurasa ini sesuatu yang sangat berat untuk dia ceritakan.

“apa Mike, berhentilah membuatku penasaran kau ini ingin aku mati penasaran sama
ceritamu yang setengah setengah ya?” candaku untuk mengurangi atmosfer ketegangan yang
ada diantara kami ini. Dan ya dia hanya tersenyum kecil.

“aku melihat SMS dari mantannya, dan didalam SMS itu terdapat kata “sayang” dan
si Alodia membalasnya dengan menggunakan kata “sayang” juga, bahkan terdapat emoticon
emoticon mesra lainnya. Bayangkan saja dulu dia bilang, dia sudah tak pernah menghubungi
mantannya lagi, jika mantannya SMS dia tak akan membalasnya, tapi hari ini terbongkar
semua rahasia yang dia sembunyikan dariku. Aku melihatnya hanya diam, aku tak bilang
apapun padanya, aku tidak ingin acara hari ini hancur, tapi…”

Ah.. lagi lagi dia memotong dan mengambil nafas panjang, kukira hanya itu
masalahnya sepertinya ada masalah yang lainnya lagi.
“tapi apa woy, jangan buat orang menunggu untuk mendengarkan deh” aku
mendesaknya, ya aku sangat penasaran dengan cerita ini. Ku lihat dia terdiam lalu tersenyum,
senyum yang mengandung banyak arti.

“yaah Alodia tiba tiba terlihat murung entah kenapa, lalu kuputuskan untuk iseng ng-
chat mantannya, yah kurang lebih bilang “hey tuh Dia lagi murung coba kamu hibur dia” dan
kau tahu apa yang dikatakan mantannya “wah thanks banget bro udah ngasih tau, Thanks
juga udah selalu jagain dia SEBAGAI TEMAN, still, I believe her, and I would do all I can to
keep her as mine, so keep that in mind ”, hahaha entah seketika perasaan aku ga karuan saat
itu juga. Rasanya serasa dunia yang aku isi dengan semua hal tentang dia berubah jadi hancur
seketika”

Yaah.. aku tau persis bagaimana keadaan hatinya saat ini, menerima kenyataan bahwa
hanya sekedar dianggap teman oleh orang yang benar benar sudah dibela belain atas
segalanya pasti sangat sakit. Aku gatau pasti kata kata apa yang mesti aku lontarkan untuk
menghiburnya.

“see.. aku sudah beri tahu kamu berulang kali, dia bukan cewe yang sepatutnya kamu
perjuangkan, diluar sana banyak cewe yang lebih dari dia”

“aku tau rin, tapi rasa suka ngga bisa semudah itu hilangnya”

“mau tunggu berapa kali kamu dikecewain dia baru bisa sadar? Terserah deh itu
pilihanmu”

Aku sudah benar benar muak sama keadaan ini, melihatnya tersiksa bikin aku jengah
buat menasehatinya, jika kali ini dia tidak jera aku bakalan benar benar tak peduli lagi dengan
apa yang dialaminya.

“Rina bantu aku?”

“ha? Bantu apa? Bantu buat baikan lagi sama dia?”

“bukan! Bantu aku untuk move on dan ngelupain dia, bantu aku supaya bisa ilang rasa
kedia, bantu aku biar aku ga suka lagi sama dia”

Aku diam, aku tak percaya kata kata itu bakal keluar dari mulutnya, seakan akan yang
berbicara didepanku ini bukanlah Mike yang ku kenal.
“kamu serius ngomong begitu?”

“iya aku serius Rin, aku sudah capek, sudah lelah, aku sadar ini hati ada bukan untuk
dihancurin”

“ah palingan sekarang ngomong begini besok juga udah lain lagi ucapannya, besok
balik lagi kedia ngejar ngejar dia lagi” yah dia memang sudah sering bilang mau move on
tapi hasilnya nihil dan ga pernah berhasil, makanya aku tak gampang percaya lagi.

“nggak Rin, kali ini aku beneran serius mau ngelupain dia, sudahlah cukup 2 tahun
lamanya aku digantung tanpa kepastian seperti ini. Sudah saatnya aku beranjak untuk move
on, jadi tolong bantu aku ya Rin”

Aku hanya bisa tertawa dalam hati mendengarnya, apa kali ini dia benar benar serius
atau tidak untuk move on. Aku juga sudah jenuh si melihatnya terus terusan dipermainkan
seperti ini, dan kasus kali ini memang sudah benar benar kelewatan.

“yaaah baiklah aku akan membantumu, sekalipun aku bilang begitu aku masih nggak
ngerti apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu move on”

“ahahaha terima kasih yah Rin udah mau membantu aku, dan mendengarkan semua
curhatanku, aku jadi lega sekarang. Tadi aku benar benar bingung harus kemana lagi…”

“sebentar sebentar… ngomong ngomong kamu tadi langsung pergi begitu saja
ninggalin si Alodia disana sendirian?” sela ku memotong omongannya.

“hmm begitu tau mantannya bales begitu mood ku semuanya jadi rusak, buat jalan
sama dia pun aku sudah tak punya semangat lagi, jadi yah kuputuskan untuk pulang. Dia
sempet heran si kenapa tiba tiba aku mendadak ingin pulang, aku nggak memberitahukan
alasan sebenarnya aku bilang saja ada urusan mendadak, langsung kutinggalkan dia disana
dan aku lari kesini”

“jahat juga yah kamu ninggalin dia sendirian haha” candaku berusaha menghiburnya,
kurasa dari raut mukanya kini dia sudah mulai agak tenangan.

“jahatan mana sama dia yang udah permainkan aku, ngomong ngomong hari sudah
mulai malam gak kerasa yah kita ngobrol lama banget, kayaknya aku harus pamit pulang”
“oh iya, yaudah kamu hati hati dijalan ya Mike” ku antar dia sampai kedepan gerbang
rumahku. Mungkin hari ini adalah hari terberat untuknya.

~Today the love begin~

Setelah kejadian itu, dia semakin rajin untuk menghubungiku, menanyakan kabar dan
kegiatanku, sesekali dia cerita tentang kesehariannya. Dan aku semakin mengenalnya, Mike
anak yang baik bagaimana bisa Alodia mencampakkan Mike, sekalipun aku tidak pernah
habis pikir orang sebaik Mike disia-siakan.

Seiring berjalannya waktu, aku merasakan ada yang mulai aneh didalam diriku. Setiap
kali aku menerima SMS dari Mike aku merasa senang, dan asal bisa Chatting dengannya aku
merasa nyaman, sekali dia tidak memberiku kabar aku merasa kesepian. Sebenernya apa yang
salah di diriku ini, masa iya aku jatuh cinta sama Mike, itu nggak mungkin, ya mana mungkin
terjadi. Mike adalah sahabatku, mungkin ini hanya perasaan nyaman yang diciptakan dalam
lingkup persahabatan. Apalah itu cinta, aku tidak mau merasakannya lagi sudah cukup aku
merasakan sakit karena hal yang disebut cinta itu.

Waktu terus berjalan dan yah hubungan ku dengan Mike semakin dekat, bahkan
seminggu lagi kami janjian untuk ketemuan disebuah mall. Sejak hari itu aku memang sudah
lama tidak melihatnya lagi, bagaimana rupanya aku sudah hampir lupa, sudah sebulan
lamanya tidak berjumpa, bagaimana dia sekarang ya, apa benar dia sudah berhasil move on.
Hari ini belum ada Chat dari Mike apa dia masih tidur ya, wajar sih sekarang hari Minggu
pasti dia masih berkutat dengan daya tarik magnet yang diciptakan kasurnya, tidak seperti
aku yang di weekend ini malah sudah siap berperang melawan penyakit. Ya aku memang
seseorang yang tidak sehat, tidak seperti anak anak seumuranku pada umumnya, diumur yang
masih terbilang belia ini aku sudah harus menanggung penyakit yang bisa dibilang penyakit
yang paling ditakuti oleh semua orang. Yap! Kanker, aku didiagnosa menderita Kanker Otak
kurang lebih 3 bulan yang lalu.

Waktu pertama kali aku dinyatakan menderita penyakit ini, aku merasa dunia sudah
sangat membenciku sehingga aku diberikan penyakit macam ini. Kanker ku sudah memasuki
pertengahan stadium 2, setiap sebulan aku harus melakukan kemoterapi dan pemeriksaan
biopsi rutin guna menghambat pertumbahan sel sel kanker ini. Dokter tidak bilang aku akan
segera sembuh maupun total sembuh sepenuhnya, tapi dia akan mengusahakan apapun untuk
kesembuhan ku. Aku tidak terlalu banyak berharap akan hal itu, aku pasrah menerima
keadaan. Aku tidak menangis sedikit pun, rasa trauma pasti ada cuman tidak sampai
membuatku gila. Tuhan telah memberikanku penyakit ini aku harus menerimanya. Aku
ikhlas menghadapi ini tapi tidak dengan kedua orang tuaku. Mereka terlihat tertekan, terlihat
shock, diwajahnya menggambarkan beribu tanda tanya “mengapa?” “kenapa?” “bagaimana
bisa?”, aku bisa melihat itu semua dari raut wajah mereka, walaupun mereka tidak bersuara
sama sekali, tapi air mata menjelaskan semuanya.

Tepat 3 bulan aku harus memeriksa keadaanku kembali, hari ini aku akan melakukan
kemoterapi, rasa malas menghampiriku setiap aku ingin melakukannya. Percuma aku
melakukan ini, tidak akan mengubah apapun, hanya rasa sakit disaat bahan bahan kimia itu
mulai masuk kedalam tubuhku melalui selang infus yang dapat kurasakan, belum lagi akan
ada efek samping setleah proses kemoterapi ini. Sesekali aku berfikir, kenapa aku ini tidak
mati saja, kenapa aku masih diberikan kesempatan untuk menjalani kehidupan ini, aku kan
hanya menyusahkan orang orang disekitarku termasuk keluargaku sendiri. Anak yang tidak
pernah digandrungi keberuntukan sejak dilahirkan, apa menariknya aku ini, selalu gagal
dalam hal pertemanan, dan selalu dimanfaatkan sebagai budak oleh teman temanku sendiri,
selalu gagal dalam hal percintaan, dikhianati, ditinggalkan, dicampakkan, yah hubungan ku
selalu berakhir tragis, dan lagi sekarang tubuhku dihinggapi penyakit mematikan ini. Haah
tidak ada bagus bagusnya sama sekali hidupku ini.

Dan sekarang, aku malah terjebak sama kisah perjalananku sendiri, aku baru
menyadari sesuatu, sesuatu yang baru saja tumbuh menjadi benih kecil. Yap! Aku kembali
merasakan hal yang namanya cinta, hal yang paling sangat aku jauhi dan tidak ingin aku
rasakan lagi. Terlebih lagi, aku merasakan perasaan ini kepada sahabatku sendiri, Mike. Aku
ingin menyangkalnya tapi tidak bisa, aku merasakan kesepian kalau dia tidak chat atau
memberiku kabar, aku merasa kesal ketika dia bercerita tentang gadis lain saat chatting
denganku, aku merasa senang ketika dia memperhatikanku, disebut apa lagi kalo bukan cinta
namanya. Sial kenapa aku harus merasakan hal sakit ini lagi! Sudah tau akan mustahil
hasilnya akan tambah sakit jika terus kulanjutkan perasaan ini. Baru saja aku bergumam
handphone disakuku sudah begetar dan menampilkan Chat berisikan “Selamat Pagi” dari
Mike. Oh god why? Hanya dengan sepatah kata darinya aku kembali bersemangat untuk
menjalani terapi hari ini.

“eh kebo sudah bangun ya?” sambil tersenyum senyum sendiri aku berusah membalas
pesannya, aku tidak tau harus ngetik apalagi selain ini.
“sudah dong hahaha kamu lagi apa rin?”

“ha… hm aku lagi diem aja ko mike, kamu tidak ke gereja hari ini?” aku tidak mau
Mike tau tentang penyakitku sama sekali, aku takut dia menjauhiku begitu tau aku punya
penyakit yang seperti ini. Dan hal yang paling membuatku menganggap hubungan ini tidak
akan pernah bisa menjadi lebih dari hanya sekedar sahabat adalah karena kita beda
keyakinan, aku sadar akan hal itu.

“aku lagi ga enak badan rin, disuruh mama istirahat aja hehe”

“wah istirahat lagi aja sana Mike, sarapan jangan lupa, minum obat!”

“wah Rina perhatian sekali ya aku jadi malu but thanks ya perhatiannya” ejeknya, aku
jadi salah tingkah melihatnya dia membalas seperti itu, apa aku terlalu berlebihan ya.

“yaudah kamu istirahat aja dulu, aku ada urusan sebentar nanti aku chat lagi kalau
sudah selesai” saat kemoterapi berlangsung memang tidak bisa megang Handphone si,
seandainya bisa pasti aku bakal tambah lagi semangatnya.

“baiklah ditunggu kabarnya” setelah balesannya itu segera ku nonaktifkan Handphone


ku, aku harus konsentrasi sama pengobatan ini dulu. Haaah rasanya pengen cepat cepat
selesai agar bisa Chattingan dengannya lagi.

Sesampainya diruang kemoterapi, satu persatu selang infus mulai ditusukkan ke


kedua lenganku, dan begitu semua sudah terpasang, cairan kimia itu mulai merambat masuk
kedalam tubuhku. Rasanya panas sekali, sakit, seperti ada yang berontak didalam tubuhku ini,
tapi aku harus tahan, aku ingin segera mengakhirinya.

3 jam lamanya sudah proses kemoterapi ini berlangsung, akhirnya saatnya pelepasan,
dan tinggal obeservasi selama 2 jam untuk melihat efeknya jaga jaga agar tidak ada sesuatu
yang diinginkan. Perutku langsung berasa mual, kepalaku terasa pusing, dan sesak. Yah hal
ini sudah biasa nggak lama lagi juga hilang, efek yang paling aku khawatirkan adalah
rontoknya rambut rambutku.

Akhirnya aku diperbolehkan pulang, langsung ku ambil Handphone ku, tanpa pikir
panjang langsung saja aku chat si Mike. “hay” lagi lagi hanya kata itu yang terpikir, setelah
aku menyadari perasaan ku aku semakin sulit merangkai kata kata buat memulai percakapan.
Sepanjang hari kami terus saling balas chat, hal ini sangat membuatku senang, jadi ini
ya yang terjadi dihidupnya Alodia selama dua tahun ini, selalu dipenuhi dengan perhatian dan
kasih sayang dari Mike, aku yang hanya sekedar di Chat biasa saja sudah sesenang ini,
apalagi bisa mendapatkan kasih sayangnya ya. Ah apa sih yang aku pikirkan, hal seperti ini
jangan sampai membuat aku berharap lebih. Tetapi, semenjak aku divonis penyakit itu, baru
ini hidupku terasa berwarna lagi. Chating dari pagi hingga malam dengan orang yang disuka
ternyata sebahagia ini. Aku harap besok dan seterusnya aku bisa merasakan bahagia ini lagi.

~I hope this happiness will last forever~

Dan ternyata doaku belom didengar, pagi ini saat hendak ke kamar mandi aku melihat
ibu sedang berbicara ditelepon dengan wajar serius, namun terdapat raut gelisah dimuka ibu,
dia mengangkat telepon itu sambil memperhatikan keadaan sekitar, dan aku lihat ayah yang
duduk disamping ibu menunduk lesu diam tak bersuara. Ada apa sih sebenarnya, sepertinya
itu telepon yang sangat penting, dan aku memutuskan untuk menguping pembicaraan ibu
dengan seseorang yang berada ditelepon itu. “iya dok, iya saya mengerti dok, tapi kenapa
bisa?” terdengar suara ibu samar samar. Dok? Dokter maksudnya? Apa yang terjadi dokter
Hans menelpon pagi pagi begini. Dokter Hans adalah dokter yang dikerahkan tanggung
jawab untuk merawatku, bisa dibilang aku adalah pasien tetapnya dia dan aku tanggung
jawab dia sepenuhnya. Aku berusaha menyimak sebisa mungkin dari balik tembok, kalau
Dokter Hans telepon pasti ada sesuatu yang penting yang harus dibicarakan.

”dokter pasti bohong kan? Ga mungkin Rina… gak mungkin Rina sudah masuk
stadium 3! Jangan bercanda dok, Rina sehat sehat saja, dia sama sekali tidak terlihat sakit,
tidak terlihat… dia terlihat baik baik saja, mana mungkin dok…” omongan ibu terhenti, dia
menangis sejadi jadinya. Dan aku hanya bisa terdiam dibalik tembok, air mata ini sudah habis
sudah banyak aku menangisi kejadian dihidupku, tentu saja aku shock, aku sedih, aku marah
pada diriku sendiri. Aku teringat omongan Dokter Hans saat pertama kali aku bertemu
dengannya.

“kanker yang ada didalam Rina baru mau masuk tahap 2, asal dia rajin kemoterapi
masih bisa disembuhkan walaupun kecil kemungkinananya, jangan sampai kanker ini masuk
stadium 3, karena jika itu terjadi proses penyembuhan ini akan sia sia, dan kita tidak tahu
sampai kapan Rina akan bertahan, karena dalam kasus Kanker otak stadium 3 sudah
termasuk golongan yang mematikan, mungkin saja tidak akan bisa bertahan lebih dari
setahun bahkan bisa kurang dari setahun”
Mungkin ini lah yang menyebabkan ibu menangis, aku tidak mengerti lagi harus apa,
aku terlalu takut untuk menghadapinya. Mike, aku masih ingin terus hidup, aku masih mau
bermain bersamamu, masih ingin terus bercanda bersama, masih ingin terus support kamu,
masih ingin melihat kamu tertawa, masih ingin terus terus ada disisimu. Sial waktu terlalu
cepat berganti, takdir ya memang takdir, kita manusia tidak punya kuasa untuk menolaknya,
hanya nasib yang dapat diubah tapi tidak dengan takdir. Dan aku ditakdirkan untuk hidup
sesingkat ini.

Sepanjang hari aku tidak keluar dari kamar, aku tidak melihat handphone ku, aku
bahkan sama sekali tidak merasa lapar. Ibu dan ayah juga hanya diam termenung, aku tau
merekalah yang paling terpukul, segala cara sudah mereka lakukan untukku, namun
semuanya hanya sia sia. Kalau hanya untuk hidup sesingkat ini kenapa aku harus dilahirkan?
Ah kepala ini sakit, terlalu banyak mikir. Lebih baik aku tidur sajalah.

Hari ini terasa sangat panjang dan tidak menyenangkan sama sekali, mungkin
dikarekan seharian aku sama sekali tidak melihat Handphone ku. Cek sebentar deh, hmm 6
panggilan tidak terjawab, 12 pesan masuk? Banyak sekali siapa ini… Mike?

“halo”
“Rina? Masih tidur?”
“Rinaaaaa”
“kemana si kamu heh”
“Rinaaaaa ilang kemanaa”
“ditelepon ko nggak diangkat?”
“kamu marah sama aku?”
“Rinaaa angkat telepon sih”
“Rina maaf kalau aku ada salah, angkat teleponnya plis”
“Rina plis kamu kemana? Aku telepon ngga dijawab, chat juga ngga dibales”
“RINA…..”
“plis kabarin aku, aku khawatir”

Serius ini si Mike? Oh god aku senang banget, kegundahan yang daritadi aku pikirin
seketika hilang, andai saja aku lebih cepat memeriksa Handphoneku mungkin semua
kegelisahanku akan cepat hilang.

“Mike?”
“Rinaaa kemana aja sih, aku khawatir”

“maaf ya, ada dua hal yang harus kuberi tahu ke kamu” seriously, aku mau jujur
semuanya kedia, dia mau anggap aku gimana terserah, cuman dia tempat curhatan semua
keluh kesal dan masalahku, sekaligus satu satunya orang yang aku suka. Aku sudah siap akan
semua resikonya, sekalipun dia akan menjauhiku.

“apa apa? Katakan saja diri ini siap mendengarkan?

“pertama, aku mau jujur, tapi kamu jangan ilfeel ya setelah aku ceritain semuanya”

“iya iya apaaa aku penasaran”

“sebenernya, aku divonis kena kanker otak stadium 3”

“apaan sih jangan bercanda deh”

“emang aku kedengeran kaya lagi bercanda?

“serius? Kamu ga bohong?”

“iya”

“kok bisa, kenapa ga bilang sama aku dari awal sih”

“nggak mau bikin kamu ilfeel, aku takut kamu ngejauhin aku nantinya”

“ya nggaklah buat apa aku ngejauhin kamu, aku khawatir kali, aku ga ilfeel sama
sekali, jangan diumpet umpetin lagi kalo kenapa kenapa ya, ceritain semuanya sama aku”

“ iya makasih ya udah ga ngejauh” aku lega ternyata reaksi Mike tidak seperti yang
aku kira.

“terus yang satunya apa katanya dua hal.” Sial aku tidak mengira kalo si Mike bakal
inget aku ada dua hal yang mesti dikasih tau, tapi sepertinya Mike memang sudah harus tau
akan hal ini, aku tidak mau sembunyi sembunyi lagi tentang perasaanku saat ini.

“oh.. hm.. aku rasa aku suka sama kamu Mike”

“he? Kamu ngelantur yah? Mabok? Ngigau?”

“apaan sih, aku serius ini”


“kenapa bisa?”

“entah aku merasa nyaman aja, aku ga nuntut kamu buat balas perasaanku ko, aku tau
kamu masih dalam tahap move on dan pasti berat banget buat ngelupain Alodia”

“kata siapa? Aku udah berhasil ngelupain dia ko dan yah aku rasa aku juga berhasil
move on”

“heee seriusan?”

“yups I think Im little fallen with you, aah ga biasa bilang lewat chating si nanti aja ya
kalau ketemu, ngantuk nih aku tidur dulu yah, kamu istirahat jangan kecapekan bye”

Ah baru saja mau menanyakan maksudnya apa, jangan buat orang kege-eran deh, duh
kalau begini masa bisa aku tidur dengan nyenyak. Dasar Mike bisa aja bikin orang penasaran.
Ngomong ngomong lusa bukannya ulang tahun komunitas ya, Mike mau datang nggak ya,
besok ditanya deh.

~The wonderful day has come~

Seperti biasa alarm pagi hari membangunkanku, sejak kemaren seharian tidak keluar
kamar aku penasaran sama apa yang terjadi dengan kedua orang tuaku. Sekeluarnya aku dari
kamar, aku lihat ibu sedang memasak menyiapkan sarapan. Melihat kedatanganku didapur
ibu tersenyum dan mengucapkan selamat pagi, aku membalas ucapannya dan tersenyum.
Sukurlah ibu sudah tidak begitu shock seperti kemarin, dan ayah hari ini sudah mulai kerja
lagi. Tapi aku yakin mereka pasti sangat khawatir sama keadaanku.

“Mike, besok kan acara ulang tahun komunitas, kamu mau ikut?” Chat ku ke dia. Ah
pasti dia belom bangun, tak lama kemudian hpku bergetar, dan benar saja balasan dari Mike.

“Ah iya aku lupa, ayo kesanaa, jalan kita hari sabtu dicancel ya berarti besok aja
gantinya”

“oh oke janjian di Hall-E ya jam 4 sore” ajakku menentukan tempat janjian. Dan dia
setuju dengan apapun yang aku ajak apapun yang aku inginkan. Aah tidak sabar rasanya
menantikan hari esok.

“Rin?”

“yaa?”
“begini si Alodia mau ikut juga tapi dia nggak tau jalan, dan dia minta bareng aku”
jelasnya kepada aku. Oh kenapa mesti ada dia, kenapa dia mesti ikut tak bisa kah biarkan aku
berdua sama Mike saja. Rasanya aku ingin sekali balas seperti itu, tapi apa daya aku ga punya
hak.

“ooh yaudah bareng kamu aja aku sendiri”

“nggak mau aku mau sama kamu, kan udah buat janji sama kamu duluan”

“no, kasian Alodia mau ikut dia nggak tau tempatnya, bareng dia aja”

“kamu kan juga nggak tau, yaudah bertiga aja kita janjian nanti aku naik motornya
sama kamu”

“baiklah di Hall-E jam 4 yah” aku hanya bisa pasrah, pasti pada akhirnya dia akan
lebih memilih Alodia atau mungkin dia akan naik angkutan umum sendiri demi menjaga
perasaan Alodia. Kita lihat saja besok gimana jadinya.

Hari yang dinanti nanti akhirnya tiba, bahkan aku terlalu cepat datang, mereka sama
sekali belum ada yang dateng, ke game center dulu deh mengisi waktu sembari menunggu
mereka. Maximum Midnight memang game yang paling aku suka, asal ke game center aku
pasti memainkan ini. Sesekali aku memeriksa Handphone untuk mengetahui mereka ada
dimana, dan hampir setengah jam aku menunggu akhirnya Mike memberi tahuku kalau dia
sudah sampai.

“Rina dimana? Aku sudah sampai, kedepan mesin Mai Mai sini”

“aku lagi main MT nanggung satu stage lagi kesini aja”

Tidak lama aku balas seperti itu, akhirnya mereka datang menghampiriku, ya mereka
Mike dan Alodia. Sepertinya mereka janjian atau pergi bareng, seandainya aku tidak punya
hati aku tidak akan merasakan sakit yang seperti ini. Ingin kubuang saja perasaan yang
seperti ini, melihat mereka membuatku sakit.

“Hai Rin” sapa Alodia ramah, aku mencoba terlihat biasa saja didepan mereka, aku
nggak boleh menampilkan kecemburuanku kepada mereka. Cemburu.. haha aku bahkan
bukan siapa siapa Mike, aku tidak boleh merasakan hal itu.
“Hai juga Alodi, sudah lama tidak berjumpa ya” aku berusaha sebisa mungkin untuk
terlihat normal didepan mereka.

“yuk kita kesana jangan disini rame” Mike berusaha mengajak kita keluar dari
kerumunan orang orang, MT memang selalu ramai akan orang.

“Ah aku mau main pump dulu deh ya” Alodi memang selalu jago memainkan semua
mainan yang ada di Game Center ini, bisa dibilang dia master. Apalah aku ini, hanya bisa
main MT dan semua permainan yang mengeluarkan tiket. Beda sekali sama dia, dimataku dia
termasuk cewek yang sangat perfect, pantas saja kalau Mike tergila-gila padanya.

“Rin, ini buat kamu sesuai janji ku dulu, maaf baru sempat aku kasih sekarang” ujar
Mike membuyarkan semua lamunanku. Mike menyodorkan sesuatu ke arahku, Figure? Tapi
ini kan figure yang dia beli dari Alodia, apa dia sudah tak punya otak memberikannya padaku
didepan Alodia. Kalau dia melihat bagaimana reaksinya yah.

“Mike? Itu kan… Rei ?” tanya Alodia, mampus kan apa yang ku khawatirkan benar
benar terjadi. Aduh aku kan jadi tak enak hati, Mike memang bodoh sekali, memberikan
barang yang dibeli dari Alodia kepadaku secara Cuma Cuma. Seketika ku lihat wajah Alodia
berubah menjadi kesal, badmood, dan dia menjadi sedikit aneh, sepertinya dia marah. Alodia
memang tipe yang seperti itu aku tau, sudah belajar juga dari pengalaman sebelumnya. Tidak
ada ikatan tapi mempunyai rasa untuk memonopoli, egois, keras, dia hanya ingin Mike
untuknya seorang meskipun dia dan Mike sama sekali tidak ada hubungan apapun.

“ah lagi lagi dia marah” Mike langsung tau ya kalo Alodia marah, wajar sih ya udah 2
tahun mereka bersama pasti sudah tau sifatnya masing masing. Aku berasa hanya menjadi
serangga pengganggu disini, tau seperti ini aku lebih baik tak usah ikut. Aku hanya diam
bingung mau melakukan apa.

“Kamu sih ngasih ini depan dia, kan jadi marah”

“lah kenapa toh ini aku juga beli dari dia, bukan dikasih sama dia, sudah dibeli bebas
dong mau diapain aja”

“tapi kan nggak gitu juga, ngga didepan dia juga Mike” emang anak ini batas
kepintarannya melebihin Einstein kurasa.
“sudahlah lebih baik kita berangkat langsung saja ya ketempat ketua stelah Alodia
selesai main”

Begitu Alodia selesai main kita langsung menuju parkiran, aku sengaja jalan paling
belakang biarkan mereka berdua jalan didepanku, melihatnya tertawa bersama membuatku
iri. Dan aku tersadar Alodia lah yang sepantasnya berdiri disamping Mike, bukan aku.

Sesampainya diparkiran motor, Mike menghampiriku, dia mengatakan kalau dia lupa
bawa helm dan memutuskan untuk naek kendaraan umum saja. Sudah kuduga akan begini
jadinya, padahal kemaren dia bilang dia akan naek motor bareng aku. Mungkin dia menjaga
perasaan Alodia, dia takut Alodia marah makanya dia sengaja seperti ini. Mendadak aku jadi
kesal sendiri dan hanya jawaban “Terserah” yang bisa aku ucapkan. Dia menyuruhku untuk
pergi bersama Alodia, dan janjian disatu titik tertentu untuk bertemu dengannya lagi. Really
Im too lazy to do that, rasanya ingin sekali aku memutar arah dan balik pulang, aku tidak
ingin merasakan sakit lebih lagi. Tapi diri ini mengatakan aku harus terus ikut.

Motor Alodia sudah bertepi disamping motorku, mau tak mau aku harus pergi
dengannya, tapi tangan ini sungguh berat untuk menarik gas agar motor ku mau berjalan.
Alodia sudah menjalakan motornya, aku mengikutinya dari belakang, nampaknya dia belum
menyadari bahwa aku suka Mike, dia masih terlihat biasa saja didepanku. Tiba tiba saja rasa
malas itu kembali menghampiri, aku menepikan motorku, aku benar benar sudah bertekad
untuk mutar arah dan melaju pulang. Kalau saja Handphine ku tidak berbunyi dan kulihat
Chat dari Mike berisikan “Ikut! Kalau nggak ikut aku samperin kerumah mu! Persetan lah
dengan dia, aku cuman pengen sama kamu!” dasar si Mike, bisa saja dia mengubah mood-ku,
well mau gimana lagi baiklah aku jadi kesana.

Perihal aku tidak tau rumah ketua komunitasku itu hanyalah alibi agar aku bisa
berangkat berdua sama Mike, aku tau persis jalan kerumahnya. Sesampainya aku ditempat
yang menjadi titk temu kita, Mike langsung menghampiri diriku.

“sendiri? Alodia mana?” tanya Mike kepadaku. Lho? Jadi Alodia belom sampai ya,
kemana dia? Apa dia menungguku?

“gak tau aku sendiri kesini, coba aja Chat dia tanya dia dimana”

“nggak perlu itu kayaknya dia” hebat sekali si Mike dari kejauhan pun langsung tau
kalau itu Alodia. Oke hal ini mebuatku kembali jelous.
Akhirnya kami masuk kekediaman ketua komunitas kami, sudah banyak sekali
anggota anggota lainnya yang sudah tiba lebih dulu dibanding kita. Banyak yang tidak akrab
denganku, sebagian pun ada yang memusuhiku. Sangat tidak ingin sebenarnya berada
ditempat ini kalau saja bukan karena bujukan Mike mungkin aku sudah duduk manis
ditemani secangkir Cappucino. Tapi sebagian ada juga yang berteman baik denganku,
beragam macam sifat dan tabiat sih dikomunitas ini ada asik ada nggaknya, yah aku masuk
sini juga karena seseorang.

Acara pembukaan pun sudah dimulai sambutan demi sambutan dari ketua kami sudah
dilontarkan. Dan selama itu berlangsung aku hanya diam saja, terlebih lagi aku dudk diantara
Alodia dan Mike. Duduk diantara mereka ini makin membuatku mati gaya, aku berasa
menjadi dinding pembatas mereka, sesekali aku mencoba untuk bergeser tempat ketika Mike
sedang pergi, aku sengaja menyediakan ruang kosong ditengah tengah aku dan Alodia agar
Mike bisa duduk disampinya Alodia, namun ketika Mike datang, dia kembali duduk
disampingku dan mencoba membuatku bergeser kembali ke posisi tengah. Sial si Mike, apa
apaan maksudnya ini, aku kan jadi tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Tampaknya si
Alodia tidak terlalu memikirkannya, dia Nampak senang senang saja dengan acara ini, dia
Nampak sibuk berbincang dengan anggota lainnya. Dia sangat supel berbeda sekali
denganku.

Seperti biasa, tuan waktu seperti mempercepat detiknya, kini jam sudah menunjukan
pukul 8 malam, Alodia pamit pulang dia bilang dia tidak bisa lama lama. Aku memandang
Mike, apa dia akan mengantar Alodia pulang?

“Rin, ayuk pulang, kamu nggak pulang? Ajak Alodia kepadaku. Aku mulai bingung
harus menjawab kaya gimana. Nggak mungkin kan aku jawab aku ingin pulang bareng Mike.

“emm, aku kayaknya entaran dulu deh, soalnya masih mau minta software dulu ke
Hedi, kamu duluan saja ati ati yah” jawabku bingung, ntah harus berapa banyak kebohongan
yang harus aku sampaikan hari ini. Dan Mike tidak pergi mengantarnya, hanya sekedar kata
“bye” yang dilontarkan Mike.

“ciee Mike, antar dong masa cewenya pulang sendiri” ejekan demi ejekan, ledekan
dan gurauan mereka mulai keluar saat meilhat Mike dan Alodia berpisah. Mereka taunya
Mike dan Alodia beneran berpacaran. Jadi wajar kalau Mike selalu diejek tentang Alodia,
hanya sedikit orang yang tau kebenaran yang terjadi antara Mike dan Alodia. Aku hanya bisa
duduk terdiam mendengar semua candaan itu.

~That you finally see what I see~

Setelah agak malam Mike mengajakku untuk pulang, dan saat kami berpamitan
segelintir orang memandangku sinis. Beberapa mengajukan pertanyaan “Rina sama Mike
pulangnya? “Ko Mike ga sama Alodia?” “Mike Alodianya dikemanain awas cemburu”. Aku
sudah terbiasa mendengar semua itu, jadi aku diamkan saja.

Sepanjang perjalanan kami hanya jalan berdampingan, sesekali ngomong namun


kebanyakan diamnya. Aku juga tidak tahu apa yang harus aku katakan, aku harus ngobrol
topik yang seperti apa, kepalaku kosong semua. Sampai ketika aku kaget saat hendak
menyebrang Mike tiba tiba memegang tanganku. Pikiranku makin kosong, tak kusangka
tangan Mike ternyata sebesar ini, duh jantungku berdetak kencang sekali.

“Aaah maaf Rinaa maaf aku memegang tanganmu tanpa ijin” Mike melepaskan
genggaman tangannya.

“ahaha nggak apa ko, kamu aku anter sampe ke tempat penitipan motor kamu ya”

“serius nih? Nggak apa emangnya? Nanti kamu kemaleman lho”

“nggak apa ko sekalian jalan jalan”

“baiklah tapi aku yang bawa yah”

Duduk dibonceng Mike membuatku senang bukan kepalang, ah aku tidak ingin
malam ini segera berakhir, aku masih ingin terus sama sama Mike. Tapi waktu berkehendak
lain hanya bisa sampai sini, aku dan Mike harus berpisah, setidaknya bukan untuk selamanya.

“thank banget ya Rin untuk hari ini, maaf kalau banyak ngelanggar janji, kamu ati ati
ya pulangnya”

“yups thanks juga yah, maaf kalau hari ini agak kacau, ati ati juga”

Akhirnya kami berpisah, pulang menuju arah rumah masing masing. Sesampainya
dirumah aku langsung memberi kabar ke Mike, dan begitupun Mike. Tapi ada satu hal yang
mengganjal pikiran ku sedari tadi, sewaktu masih dirumah ketua Mike seperti jaga jarak
dariku, apa dia masih mencoba menjaga perasaannya Alodia ya. Apa sebaiknya aku tanya
saja yah..

“Mike?”

“Ya Rin?”

“tadi kamu jaga jarak ya?”

“ha? Maksudnya? Jaga jarak gimana?”

“iya kayaknya kamu tadi mencoba untuk menjaga perasaan seseorang sehingga tidak
mau terlalu dekat denganku dan mencoba untuk menjaga jarak, kayak waktu diparkiran
padahal kamu sudah janji sama aku akan bareng sama aku, tapi nyatanya kamu memilih naik
angkutan umum, dan dirumah ketua kamu jarang sekali mengajakku ngobrol, apa itu semua
demi Alodia? Demi menjaga perasaannya?”

“jujur, iya aku mencoba buat menjaga perasaan kalian berdua, aku mencoba menjaga
perasaan Alodia dan kamu, aku gamau ada perpecahan antara kalian”

Hmm sudah kuduga sebelumnya, hati ini sungguh perih menerima kenyataan,
mungkin memang tak mungkin seorang Mike suka sama cewek seperti aku ini, yah mungkin
Mike tidak akan pernah bisa melupakan Alodia, plis lah aku bukan tumbal, dan aku bukan
pelarianmu semata mata kamu dicampakkan Alodia. Aku harus tegas, aku harus mengakhiri
perasaan ini.

“Mike, kalau kamu lebih milih menjaga perasaan Alodia yasudah sama Alodia saja,
lakukan lagi semua perjuanganmu, pilih dia aja tinggalin aku, apa aku yang harus ninggalin
kamu?”

“nggak aku sudah nggak suka dia, udah nggak ada perasaan apapun lagi sama dia, aku
kan sudah bilang sekarang yang aku suka tuh kamu!”

“kalau kamu suka aku kenapa harus menjaga perasaannya dia dan jaga jarak
denganku! Kamu menjaga perasaan dia tapi nggak ngerti perasaan aku sama sekali, hey hati
ini bukan tumbal untuk menjaga perasaan dia! Sudahlah Mike, I give up on you… thanks for
everything” yah memang inilah yang seharusnya kulakukan dari dulu. Aku tidak boleh
berlarut larut dalam perasaan ini aku harus segera menghentikannya sebelum semuanya
terlambat. Aku hapus semua contact infonya yang ada didalam Handphoneku, aku ingin
melupakannya, dia bukan untukku.

Tak lama aku menghapusnya, ada telepon masuk diHandphone ku, meski sudah
dihapus aku tau benar ini nomornya Mike, ah aku tidak mau mengangkatnya, aku ingin
melupakannya. Dia terus terusan menelponku tapi tak ada satupun dari teleponnya yang ku
angkat.

“PING!”

Satu pesan masuk, Leon? Ada apa dia mengirimku pesan. Leon ada lah teman
akrabnya Mike, aku kenal Leon dari komunitas juga, dan yang kutahu dia sama Mike sudah
seperti adik kaka.

“Ada apa Leon?”

“Lo marahan sama Mike?

“hmm.. iya, habisnya dia sama sekali tidak bisa melupakan Alodia, dia masih suka
sama Alodia kurasa, dia masih terus terusan menjaga perasaanya” jelasku ke Leon, yang
kurasa Leon juga sudah tau masalah kita. Lagipula dia juga tau kalau aku suka Mike.

“coba deh angkat teleponnya Mike dulu, dia mau bicara penting katanya, biar dia
yang jelasin semua. Dicoba yah angkat dulu, nanti setelah dengar penjelasan Mike terserah
Rina mau tetap menjauh atau tidak” apa apaan sih kenapa aku harus mengangkat teleponnya
mike, tapi kalau dibilangin seperti ini, aku jadi tidak tega terus mengabaikannya.

“iya deh gue coba angkat”

Tidak lama aku berhenti mengirim chat ke Leon, Mike kembali menelpon ku kembali.

“hm? Ada apa?”

“Rina, aku suka kamu, kamu mau ngga jadi pacar aku”

Haaa apa apan sih anak ini, dia stress atau gimana tiba tiba nembak aku seperti ini,
dari tadi kemana aja, baru ngomong ditelepon, apa kepalnya terpentung sesuatu ya.

“ha? Apaan si? Kamu kepentok?”

“nggak aku serius”


“kenapa tiba tiba?”

“ya karena aku gamau kamu menjauh, aku gamau kamu menghilang, aku gamau
kamu salah paham, tadinya aku mau terus menahan diri, tapi kamu tiba tiba menghilang gitu,
yasudah aku putuskan untuk nembak kamu aja sekarang, aku butuh jawaban kamu, aku gak
peduli deh sama Alodia lagi, kamu menyuruhku untuk tidak menghubunginya lagi pun aku
sanggup, kamu menyuruhku untuk menjauhinya dan tidak dekat dengannya lagi aku pun siap,
aku ga akan pergi sama dia lagi, bila perlu semua acaraku bersama dia aku cancel semua
demi kamu Rina”

“hah? Hmm…”

“kalau nggak bisa jawab sekarang gapapa ko aku bakal nunggu, ga usah buru buru”

“iya iya yaudah tutup teleponnya ya nanti aku chat jawabannya”

“gimana bisa contact ku aja kamu hapus”

“iya nanti ku invite lagi, udah ya tutup dulu”

“hmm yaudah deh”

Oh god, I Really confuse now, aku harus jawab apa, aku takut Mike hanya
menjadikan ku pelarian, aku takut kalau dia hanya bermain main padaku.

“PING!”

“Rina Rina gimana Mike bilang apa” tanya Leon kepadaku, ah ya bagaimana aku
coba minta pendapat dia saja ya aku harus bagaimana.

“Leon, Mike nembak gue…”

“wah bagus doong terima saja terimaa”

“justru gue mau minta pendapat lo, gue harus apa, gue senang dia nembak, tapi disisi
lain gue takut dia cuman jadiin gue pelariannya dia”

“ngga ko Mike serius itu, lo gatau Mike curhat sama gue kaya gimana, dia bilang
“gue sayang Rina dari hati sedangkan gua sayang Alodia hanya sebatas teman aja sekarang,
yang paling penting buat gue sekarang cuman Rina” tuh si Mike bilang begitu ke gue, apa
sekarang lo masih ragu?”
Seriusan Mike sayang aku dari hati? Masa sih? Oh god jika ini mimpi tolong jangan
bangunkan aku, jika ini nyata tolong berikan lagi kenyataan indah lainnya.

“hehe Leon thanks ya, gue udah ga ragu lagi kok”

“yasudah sekarang kasih jawaban ke Mike sana, jangan lupa Pajak Jadiannya ya”

“ahaha dasar , selow aje pasti dapet ko” Sesegera mungkin aku invite kembali Contact
Infonya dia, untung saja teman teman ku sebagian ada yang punya kontak infonya. Tidak bisa
dibayangkan hati ku saat ini sedang berbunga bunga, ibarat kumbang yang setalah lama tidak
menemukan bunga dan kini dia malah mendapatkan bunga yang jauh lebih bagus dan banyak
madunya. Sesudahnya ku invite, dia tidak langsung ku kirimi chat, bukannya tidak mau
hanya saja aku bingung apa yang harus katakan.

“Rina? Aku masih menanti” belom saja aku selesai merangkai konsep si Mike ini, dia
malah chat aku duluan, aku harus bilang apa ya, banyak orang begini, duh.

“Mike kayaknya kamu ga perlu aku kasih tau deh jawabannya”

“emang apa jawaban kamu Rin?”

“nggak…”

“hehe yaudah nggak apa ko rin”

“nggak nolak Mike maksudnya” ah sial betapa malunya aku berkata demikian.

“serius? Aah aku senang sekali terima kasih Rin sudah mau nerima aku, tapi tetep aja
nggak bisa begini aku harus ngomong depan kamu langsung”

“ ahaha nggak perlu ko Mike begini aja sudah cukup”

“jadi kita resmi pacaran yah?”

“iya Mike” kalau ditanya hari apa yang paling membuatku bahagia mungkin hari ini,
hari dimana aku benar benar memilikimu. Entah musim panas ini terasa sangat sangat
menyenangkan mungkin karena aku lalui bersama Mike.

“Rin, tadi Alodia chat aku, dia bilang kalau aku berubah aku lebih memperhatikanmu
dibanding dia, aku ngejauh dan dia berasumsi kalau aku sudah bosan dengannya. Aku nggak
ngerti deh dia itu gimana, aku bilang aja deket sekedar jadi temen saja nggak masalah kan,
aku tegasin ke dia kalau aku sudah tidak bisa seperti dulu”

Aku memikirkan demikian, seperti yang sudah kukatakan tentang Alodia sebelumnya,
asumsiku akan dia yah memonopoli seseorang yang harusnya bukan untuk dimonopoli. Baru
saja aku berpikir seperti itu, Alodia juga mengirimku pesan…

“Rina? Rina aku tau kamu tadi marah, sifatmu benar benar berbeda sekali. Aku tidak
melarangmu mau dekat sama siapapun termasuk Mike, aku dan Mike tidak ada hubungan
apapun, tapi aku mohon kamu jangan jauhin aku ya”

Dia itu apa apaan sih, bilang ke Mike A bilang ke aku B, yang benar yang mana sih,
lain dimulut sama hati. Yang dia mau tuh sebenarnya apa sih, apa dia mencoba menjaga
image didepan aku. Kami memang berteman baik sih, dan aku pun nggak mau pertemanan ini
berakhir, aku ingin seperti dulu jalan bertiga main bertiga hanya saja pemeran tokoh
utamanya sekarang adalah aku dan Mike, bukan dia dan Mike.

“ngga ko Al, aku nggak marah, maaf kalau kemaren aku bawaannya begitu aku
cuman sedikit capek akan masalah pekerjaan, maaf ya bikin khawatir”

“serius capek karena kerjaan? Aku lihat kamu kayaknya kesal lho saat Mike mau naik
kendaraan umum, serius bukan masalah itu?”

“he… ahaha bukan ko, aku sih gak peduli dia mau naik apaan” aku apa apaan sih,
segitu ketaranya kah aku kalau aku kesal sekali pada saat itu. Aku ini denial sekali yah.

“yasudah kalau begitu, kita tetap berteman ya Rin”

Aku tidak yakin berapa lama pertemanan ini akan bertahan, sepertinya Alodia sama
sekali tidak tahu kalau aku sama Mike sekarang sudah berpacaran. Apa reaksinya yah kalau
dia tahu, duh aku malah jadi takut sekarang, inilah yang aku benci Cinta itu rumit, harus
memikirkan perasaan orang disekitar, selalu ada pro dan kontra, tidak ada yang namanya
damai dalam hal Cinta, terlalu banyak sakitnya daripada bahagianya.

“PING!”

Aih siapa lagi sih yang ngeChatt nggak tau ya orang lagi pusing begini, hmm Leon
ada apa ya dia tiba tiba ngeChat.
“ciee yang sudah resmi bahagianya sudah terlahir pasangan baru, akhinya Mike sudah
tidak lagi digantung oleh Alodia, dan menemukan pasangan yang benar benar sayang dia. By
the way Fotonya mesrah sekali yah”

“apaan sih Leon lo terlalu lebay deh.. hah foto apaan? Siapa yang masang foto
mesra?”

“itu si Mike, emang nggak liat display picturenya Mike?”

Mike? Aku belum mengecek profilnya dari tadi, selama chat aku tidak
memperhatikan foto profilnya sama sekali. Astaga sejak kapan dia simpen foto ini, ini foto
lama sekali sewaktu jalan bertiga dulu, dia nekad sekali memasang foto ini. Aku senang
melihatnya, namun kesenangan ku seketika berubah ketika aku melihat salah satu status
bertuliskan “Bukan cewek namanya kalau masih merebut cowok yang disayang sahabatnya
sendiri” update-an itu muncul setelah Mike memasang foto kita berdua terlebihnya lagi yang
menulis status itu adalah ketua komunitas kami sendiri.

Aku juga mendapatkan banyak pesan berisikan hal negative tentang aku dan Mike
juga Alodia. Ada yang bilang Alodia menangis saat tau aku dan Mike berpacaran. Apa apaan
sih kenapa dia harus menangis, lagipula kalian kan tidak tahu apa apa kenapa mesti judge kita
seperti itu. Kalian kan tidak tahu kejadiaannya seperti apa, kalian hanya dengar cerita dari
satu pihak, dan kalian langsung men-judge kami seperti itu tanpa harus menanyakan versi
cerita kami. Plislah kenapa semua orang seperti ini semua sih, terlalu banyak ikut campur
akan hubungan seseorang.

“Rina? Kamu jangan dengerin semua perkataan orang yah, ini kita, hubungan kita,
kita yang ngejalanin bukan mereka jangan terlalu kemakan omongan orang yah, diemin aja
mereka. Toh kalau si Alodia baru menyesal sekarang, semua sudah terlambat hatiku sekarang
buat Rina”

Sepertinya Mike tahu aku sedang gundah menerima omongan dari orang orang, dia
memang tahu betul apa yang sedang kurasakan. Kata kata dari Mike membuatku positive
lagi, ya ini memang hubungan kami, mereka yang tidak tahu apa apa tidak sepantasnya
berbicara begitu, dan aku akan mengabaikan semuanya. Tidak peduli teman satu komunitas
atau bukan, ini perasaan ku bukan kalian.

~This is my own life I will do what I wanna do~


Sudah sebulan lamanya aku menjalin hubungan dengan Mike, banyak permasalahan
yang sering kita hadapi, tetapi kita selalu bisa mengambil jalan keluarnya. Masih banyak juga
pro kontra terhadap hubungan kita, dan tidak sedikit hatters yang merendahkan kita. Tetapi
itu semua kita jadikan loncatan untuk terus memperkuat hubungan ini. Jika ada salah satu
dari kita yang marah, maka salah satunyalah yang harus mengalah. Kita mencoba untuk
melengkapi satu sama lain, saling membantu dan saling memahami.

~This is not about Take and Give, this is about Take and Take~

Hari ini adalah waktuku untuk menjalani kemoterapi, aku berharap bisa ditemani
Mike namu nampaknya dia sangat sibuk hari ini. Sehingga seperti biasa aku terapi ditemani
oleh ibuku, memang sudah dari sebulan yang lalu aku merasakan kesehatanku makin
menurun, tubuh ini menjadi cepat lelah, dan aku lebih sering merasakan pusing yang benar
benar menyiksaku. Apa ini efek karena aku jarang meminum obatnya? Masa hanya sekali
saja aku absen efeknya sampai sebegininya.

Ini seperti bukan rutinitas rutinku sebelumnya, ini sedikit berbeda. Sebelum aku
memulai kemoterapi, Dokter Hans bilang ada beberapa metode metode yang harus aku
lakukan, salah satunya adalah Fisioterapi. Apa apaan sih, aku akui akhir akhir ini jalanku
mulai agak tersendat tapi aku masih bisa berjalan dengan normal walaupun pergerakanku
mulai agak kaku tapi aku masih bisa beraktifitas dengan normal. Terapi wicara, apa gunanya
terapi ini? Aku masih bisa ngomong dengan lancar kok. Ada apa sih dengan semua terapi ini.

Setelah menjalani semua terapi itu aku dan ibu diminta untuk masuk ke dalam
ruangan Dokter Hans. Didalam ruangan itu Dokter Hans telah duduk dikursinya,
dibelakangnya terdapat foto foto Rontgen tengkorak kepala, dari gambar satu kegambar
lainnya tengkorak itu mulai terlihat ada sedikit perbedaan.

“Silahkan duduk dulu” Dokter Hans langsung menyuruh ibu dan aku untuk duduk,
suasana ini terasa sangat menegangkan sekali. Sesekali pandangan ku iseng melihat foto foto
Rontgen itu, dan aku pun langsung memindahkan pandanganku ke arah Map coklat diatas
meja kerja Dokter Hans ketika aku melihat namaku terterah dilabel yang ditempel dibagian
Map tersebut. Itu berkasku kah? Aku selalu penasaran akan hasilnya dari semua terapi yang
kulalui.

“Halo Rina, bagaimana keadaanmu?”


“Baik dok”

“Apa ada sesuatu yang terjadi selama 6 bulan ini? Dari awal pertama kamu menderita
penyakit ini hingga sekarang, apa kamu mulai merasakan hal aneh?”

“Hal aneh?”

“yah seperti kesulitan dalam menguyah makanan, lebih sering tersedak, pergerakan
jadi terbatas, dan lainnya”

“emm iya aku merasakan semua yang dokter bicarakan, bahkan untuk berbicara
mengucapkan kalimat yang sulit saja mulai membuatku susah, terkadang aku suka tidak
seimbang untuk menopang tubuhku sendiri, dan saat hendak jalan tiba tiba saja langkahku
terhenti dengan sendirinya, apa itu efek gara gara aku jarang meminum obatku?”

“begini Rina, saya harus terang terangan memberi tahumu mengenai perkembangan
penyakitmu saat ini. Saya juga sudah membicarakan hal ini sebelumnya ke ibumu, ibu dan
ayahmu sudah mengetahuinya terlebih dahulu. Fase penyakit kamu saat ini sudah mencapai
stadium 3, sangat sulit dan mustahil untuk memberikan obatnya, dan tanda tanda yang kamu
sebutkan itu bukanlah efek dari iya atau tidaknya kamu melakukan kemoterapi, melainkan
gejala bahwa Kanker Otakmu kini mulai membesar, aku sendiri tidak percaya bahwa kanker
mu bisa berkembang secepat ini dalam waktu yang singkat, jadi kamu tidak perlu lagi rutin
kemoterapi, kamu hanya cukup menjalankan fisioterapi untuk tetap mempertahankan struktur
gerak tubuhmu sesekali tetap diselingi kemoterapi” penjelasan Dokter Hans membuatku
tersadar bahwa kondisiku makin tidak membaik, hanya tinggal menunggu waktu hingga
sampai akhirnya aku tidak bisa hidup normal.

“jadi begitu, iya saya mengerti Dok” jawabku sambil tersenyum, aku tidak ingin
menampakkan wajah tersedihku didepan ibu ku, sebisa mungkin aku harus tersenyum
bagaimanapun keadaannya.

Akhirnya aku dan ibu pulang kerumah setelah aku melalukan semua terapi yang
dianjurkan Dokter Hans. Ya aku harus bertahan bagaimanapun caranya, demi keluargaku dan
demi Mike.

“Hay Rin, gimana terapi mu kali ini? Apa yang dibilang dokter? Gimana
perkembanganmu?” aku sama sekali tidak pernah berpikiran untuk memberitahu Mike yang
sebenarnya terjadi pada diriku. Aku terlalu takut untuk menerima kenyataan, aku takut Mike
nantinya akan menjauh.

“Mike?”

“ya rin?”

“Kalau aku tiba tiba lumpuh gimana?”

“ha? Kenapa? Dokter bilang apa sih? Gimana hasilnya?”

“nggak apa ko Mike, aku baik baik saja, jawab pertanyaanku, apa reaksimu?”

“hmm, ya memang kenapa kalau kamu lumpuh? Kamu tetap kamu, dan aku tetap
suka kamu”

“kamu nggak malu? Nggak ngejauh?”

“hah buat apa malu?buat apa ngejauh? Nggak akan! aku tetep disini aku akan terus
ngejagain kamu, jika kamu lumpuh biar aku gendong kamu kemana pun!”

“hehehe terima kasih.” Aku merasa menjadi cewek paling beruntung didunia ini,
mendapatkan cowok seperti Mike, dia yang menerima aku apa adanya dia yang mau
menjagaku, dia yang selalu mencoba mengerti diriku.

Tuhan jika suatu saat nanti aku tidak ada, tolong jagalah Mike, berikan dia pasangan yang
lebih dariku atas segalanya…

Sebulan lamanya setelah pemeriksaan terakhir, aku terus mencoba untuk terus
berjalan menggunakan kedua kakiku, namun tidak untuk saat ini. Aku telah duduk manis
menikmati kursi dengan 2 roda besar dikedua sisinya. Aku sudah tidak bisa merasakan
kakiku, kanker otak ini telah menyerang otak kecil ku sehingga hampir semua anggota gerak
ditubuhku dibuat lumpuh olehnya.

Waktu terasa berjalan cepat, musim panas ini aku habiskan diatas kursi roda ini,
tangan tanganku sudah mulai kaku untuk memegang sesuatu. Mike tahu akan keadaanku
yang sesungnya dan dia tetap memilih untuk mendampingiku. Aku bersukur setidaknya
hingga saat ini aku masih bisa bersamanya, masih bisa merasakan kasih sayangnya.
Walaupun aku hanya bisa memandangnya saat dia datang menemuiku, kami pun sudah
hampir tidak pernah berkomunikasi via Chatting dikarenakan tanganku yang sudah mulai
susah mengetik huruf huruf yang ada di Handphoneku, sesekali aku tetap berusaha untuk
mengirimnya pesan meskipun itu membutuhkan waktu lama untuk mengetiknya. Aku kangen
masa masa disaat aku masih bisa berjalan bersamanya, pergi bermain dan jalan jalan
dengannya, menggenggam tangannya, bercanda bersamanya, aku merindukan masa masa itu.

Untuk pertama kalinya setelah sekian lama, air mata ku kembali keluar mengingat
saat saat itu. Aku sadar waktuku sudah tak banyak lagi, penyakit ini makin parah menyerang
semua saraf saraf diotakku. Tidak apa kanker ini menyerang saraf saraf ku asalkan jangan
menyerang semua ingatanku akan Mike, aku tak ingin melupakannya. Setidaknya aku masih
punya kenangan kenangan indah bersamanya selama sisa hidupku.

Dokter Hans menyarankanku untuk melakukan operasi pengangkatan sel kanker yang
ada diotakku untuk terakhir kalinya. Dokter Hans mengatakan kecil kemungkinannya aku
akan bertahan hidup dalam melakukan operasi ini, namun jika operasi ini berhasil aku akan
mampu hidup normal kembali. Orangtua ku sempat dirundung dilema apakah aku harus
menjalani operasi ini atau tidak, kemungkinan ku untuk selamat dari operasi ini hanyalah
25%. Namun aku juga tak ingin terus terusan berada didalam kelumpuhan ini, jika masih ada
peluang untuk sembuh, sekecil apapun aku ingin mencobanya. Tidak ada yang tau pasti
kapan keajaiban itu akan datang.

“Mike?” Aku ingin memberitahu Mike tentang operasi ini, aku ingin
memberitahunya jika aku masih punya kesempatan untuk hidup normal kembali.

“iya Rin? Kamu tidak usah bersusah payah untuk menge-chat ku, jika ada sesuatu
yang ingin kamu omongin aku bisa kesana sekarang”

“tidak usah Mike, aku masih bisa ko ngetik. Begini Mike, besok aku akan menjalani
operasi pengangkatan sel kanker, Dokter Hans bilang aku masih ada peluang untuk kembali
hidup normal melalui operasi ini”

“benarkah? Baguslah kalau begitu, kamu lakukan saja aku akan ikut menemanimu,
aku akan menunggu mu selama operasi itu berlangsung”

“iya Mike aku menyetujui operasi ini, tapi…”

“tapi apa Rin?”


“kesempatanku untuk bertahan hidup selama operasi ini berlangsung hanya 25%,
kecil kemungkinan aku akan selamat saat operasi ini berlangsung”

“kenapa? Katanya kamu bisa sembuh, kalau bisa sembuh kenapa mesti kecil
kemungkinan! Kalau begitu tolak saja! Buat apa operasi kalau masih setengah setengah
kemungkinan seperti itu!”

“tapi Mike, aku ingin mencobanya, jika itu masih ada harapan aku ingin terus
mencobanya meskipun hanya sedikit kemungkinannya, siapa tau ini akan berhasil”

“tapi Rin.. aku nggak mau , aku takut”

“Mike… kalau aku tidak mencobanya justru aku akan menyesali ini seumur hidupku”

“baiklah, lakukan apa yang menurutmu terbaik, tapi kamu janji ya kamu harus
bertahan, kamu harus tetap hidup, aku nggak mau kehilangan kamu, saat kamu kembali lagi
nanti kita jalan jalan lagi ya, kita pergi bersama lagi, kita nonton bareng lagi, kita main game
lagi. Rin, aku masih pengen melakukan banyak hal sama kamu.. tolong kamu terus bertahan
ya… aku sayang kamu Rin”

“iya Mike, aku janji aku akan bertahan. Hehehe iya Mike masih banyak yah hal yang
belum kita lakukan, aku juga pengen berjalan disampingmu lagi, pengen bergandengan
tangan lagi. Tunggu aku setelah operasi besok ya Mike, aku juga sayang kamu”

“Iya Rin, semangat ya.” Aku sangat menyesali keadaan ini, aku masih ingin terus
bersamamu Mike, air mataku tak dapat lagi kubendung lebih lama. Aku menangis sejadi
jadinya, entah hari ini seakan akan jadi hari terakhir aku bisa menghubungi Mike, hari
terakhir aku mendengar suara Mike, hari terakhir aku melihat Mike mengatakan kalau dia
sayang aku. Aku merasa esok dan seterusnya aku tak dapat lagi melihat Mike.

~The first day that I met you is a Last day that I leave you~

Hari ini aku akan menjalani operasi, aku masuk keruang perawatan, aku terduduk
diam memandang kaca menunggu giliran untuk didorong menuju ruang Operasi. Setengah
jam aku menunggu, aku akhirnya dipanggil dan disuruh untuk mengganti pakaianku dengan
pakaian khusus untuk orang yang akan menjalani operasi. Sebelum masuk keruang operasi,
aku memeriksa Handphoneku, didapatnya Chat dari Mike “Sorry Rin aku agak telat kesana
adikku minta diantar les dulu, kamu semangat ya operasinya, aku pasti kesana ko, love you”
“love you… and thanks a lot yah mike” thanks Mike, terima kasih atas segalanya
yang kamu lakukan buat aku, terima kasih telah mempercayaiku hingga detik ini, terima
kasih atas kasih sayang dan cinta yang kamu berikan kepadaku. Aku sungguh
menyayangimu.

Aku mulai memasuki ruang operasi, kaca kaca didalam sana terlihat sangat besar.
Suasana dingin didalam sini mulai membuatku takut. Seorang dokter datang membawa
sebuah injeksi berisikan cairan, jarum suntik tersebut disodorkan ke dalam tulang
belakangku, dan setelahnya duniaku terasa gelap. Tidak ada cahaya sama sekali, sebelum
aku benar benar terlelap dalam bius aku masih mampu mengingat apa yang didalam
pikiranku. Aku melihat banyak sekali kenangan kenanganku dari kecil hingga sekarang. Ini
mengingatkanku akan kasih sayang kedua orang tuaku, mereka yang telah melakukan
semuanya, mengerahkan segalanya, mengusahakan apapun yang meraka bisa untukku.
Maafkan aku, aku belum bisa memberikan yang terbaik untuk kalian, maafkan aku belum
sempat membahagiakan kalian. Setelahnya aku melihat sesosok yang tak asing lagi, Mike..
bayangan Mike ada diisi kepalaku, terima kasih Mike atas semua perlakuanmu selama ini,
terima kasih karena tetap menerima aku dalam kondisi seperti ini, terima kasih telah memberi
setiamu kepadaku, jika aku tidak kembali aku mohon jangan menangis tersenyumlah untuk
mengantar kepergianku ya. Aku senang melihat semua orang yang aku sayang didalam
memoriku. Jika aku harus menghadiri hidupku saat ini aku ikhlas…

Setidaknya aku sudah mendapatkan satu musim panasmu, dan mengahbiskannya


denganmu. Musim panas kali ini benar benar membuatku senang. Mike terima kasih atas
cerita Musim Panas yang kamu berikan kepadaku.

When everything is over the new one is begin, memories can’t be replace with anything.

-Mike side of stories

“Sial gue telat ke Rumah Sakitnya Rina, dia pasti sudah masuk keruang operasi ini
mah.” Rina bertahanlah, aku akan sampai sana segera mungkin. Ku pacu sepeda motorku
dengan sangat cepat, aku tidak peduli lagi dengan batasan dalam mengendarai, yang aku
pikirkan sekarang aku harus cepat cepat kesana. Rina pasti butuh aku.
Rumah Sakit Rina terletak diaerah yang tidak begitu sulit dijangkau, dalam kecepatan
diatas rata-rata akhirnya aku bisa sampai diRumah Sakit. Tanpa basa basi setalah kuparkirkan
motorku langsung saja aku berlari menuju Ruang Operasi yang letaknya berada di Lantai 3.
Kulihat kedua orang tuanya Rina masih duduk terdiam disana, mereka menunggu Rina
sambil terus berdoa agar Rina bisa selamat.

“permisa tante, om” ku hampiri kedua orangtuanya, aku dan orangtuanya Rina
memang sudah saling kenal. “dari jam berapa tan Rina didalam?”

“dari jam 09.00 Mike, dan belum selesai juga operasinya, tante khawatir” terpasang
raut gelisah diwajah ibunya Rina, aku tahu ini pasti berat buat mereka. Aku lihat jam
tanganku, sekarang sudah jam 15.00 dan belum selesai juga? Sudah 6 jam Rina didalam,
selama ini kah operasinya Rina.

Kami terus menunggu sedari mendokannya, aku terus mendoakan Rina, aku harus
percaya sama Rina, dia kuat dia pasti bisa. Dia sudah berjanji kepadaku untuk terus hidup.
Disaat kami sedang mendoakan Rina tak lama kemudian orang berjas putih datang
menghampiri kami. Dia terlihat tertunduk dan memasang raut wajah menyesal, serentak
kedua orang tuanya Rina langsung berdiri dan berlari menghampiri Dokter tersebut. Mereka
berbincang, dokter menjelaskan kondisinya, dan aku menyimaknya sambil berdiri tepat
dibelakang kedua orangtuanya Rina…

“Kami sangat menyesal, operasi kali ini tidak berhasil kita lakukan, kondisi Rina tidak
mampu menahannya, kanker itu sudah menyerang bagian vital diotaknya Rina, jika kami
mengambilnya Rina akan mengalami kematian otak permanen, lalu kami memutuskan untuk
hanya membersihkan sel sel kanker yang menyebar disekitaran selaput otaknya, namun saat
ditengah jalannya operasi…. Monitor memperlihatkan flat line pada status jantungnya yang
mengartikan bahwa Rina sudah tidak ada, kami sudah semakmaksimal mungkin melakukan
berbagai cara untuk membuat jantungya kembali berdetak, tapi maaf ternyata itu tidak
mengembalikan apapun… Rina sudah menghembuskan nafas terakhirnya”

Hey.. ini hanya mimpi bukan? Seketika dunia ku terasa sedang dipermainkan,
tolonglah siapapun mengatakan jika ini semua hanyalah gurauan. Suara tangisan pun mulai
terdengar dari orangtuanya Rina, itu menyadarkanku akan satu hal. Ini bukanlah mimpi, Rina
sudah pergi meninggalkan kita, meninggalkanku, meninggalkan semua janjinya. Tatapan ku
seraya kosong, aku tidak bisa berpikir apapun lagi, aku hanya bisa berdiri mematung melihat
Ibunya Rina terduduk lemah menerima kenyataan pahit ini.

Dokter mempersilahkan kita untuk masuk, didepannya terlihat seseorang yang


tertutup kain putih. Dibukanya kain itu oleh perawat yang berjaga disana, setelah kain itu
terbuka terlihatlah wajah seorang perempuan yang manis, wajah yang biasanya terlihat
bahagia kini hanya bisa tertidur dengan damainya, bibir yang biasanya memperlihatkan
senyumannya kini hanya bisa terlihat datar dan memucat.

Hey Rina… kenapa kamu pergi secepat ini meninggalkan kami? Kenapa kamu
melanggar janjimu? Aku mengharapkanmu bangun dan tersenyum menyapa kami semua.
Tapi kenapa kamu hanya diam? Hanya mematung disana, bangunlah aku disni menunggumu,
bukalah matamu dan lihatlah aku. Aku belum bisa menerima kenyataan ini, terlalu singkat
buatku merasakan waktu bersamamu, bangunlah dan ayo kita pergi menghabiskan waktu
bersama. Sial air mata ini tidak mau berhenti mengalir, berhentilah menangis aku yakin Rina
pasti tidak ingin melihatku menangis didepannya, tapi air mata ini memaksaku untuk terus
mengeluarkannya.

Pemakaman Rina dilakukan hari ini juga, aku menghadirinya, aku memberikan bunga
ditempat peristirahatannya yang terakhir, aku berusaha untuk kuat meskipun diri ini tak kuasa
menahan kesedihan yang aku rasakan. Saat itu adalah saat dimana aku kembali merasakan
kesepian didalam diriku, merasakan semuanya hilang, semuanya direbut, duniaku yang
berwarna kini kembali abu-abu. Seseorang yang amat aku sayang meninggalkanku, seseorang
yang berhasil mengangkatku dari keterpurukan sudah pergi dari sisiku selamanya. Namun
aku tidak boleh seperti ini, aku tidak boleh berlarut, aku tahu betul ini bukanlah yang Rina
inginkan. Rina pasti menginginkan aku tetap tersenyum, tetap bangkit, dan tidak boleh
bersedih seperti ini.

Hey Rina? Apa kamu sudah bahagia disana? Apa kamu sudah tidak merasakan sakit
lagi disana? Aku disini baik baik saja, aku akan coba maju kedepan meskipun berat tanpamu,
tapi aku akan mencoba menemukan hidupku yang baru, tentunya aku tidak akan
melupakanmu. Aku berjanji setiap bulan aku akan menengokmu disni. Dan setiap musim
panas tiba aku akan sering kesini, terima kasih telah memberikan cerita musim panas yang
hebat dihidupku, terima kasih sudah mengajarkanku untuk move on. Rina meski diri ini suatu
saat pasti akan menyukai orang lain, percayalah kamu akan tetap dihatiku meskipun itu hanya
sebuah kenangan.
Angin berdesir sangat kencang, menandakan besok sudah mulai pergantian musim
dari panas ke dingin. Tentunya ini akan menjadi musim panas yang tak akan aku lupakan.
Rina You got my one summer.

-Tamat
SURAT PERNYATAAN KEPEMILIKAN KARYA TULIS

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Ermina Miranti Pramatha

Alamat : Komplek Paspampres blok R no 19 Rt 05/08 Cimanggis Depok

No. Tlp: 082114502414

Domisili: Depok

Jakarta, 02 Februari 2015

Anda mungkin juga menyukai