Anda di halaman 1dari 4

Porositas

Porositas adalah ukuran dari ruang kosong di antara material, dan


merupakan fraksi dari volume ruang kosong terhadap total volume yang bernilai
antara 0 sampai 1. Porositas ada karena adanya pori yang terbuka dan ruang di
antara partikel. Sifat porositas bergantung pada jenis bahan, ukuran bahan,
distribusi pori, sementasi, riwayat diagenetik, dan komposisinya (Ridha &
Darminto, 2016). Nilai porositas secara langsung dapat ditentukan dengan prinsip
volume rongga/pori dibagi dengan volume bahan. Penentuan volume pori
dilakukan dengan penambahan fluida yang dapat memiliki partikel kecil sehingga
dapat mengisi ruang kosong di antara partikel bahan. Volume fluida ditampung
pada material tersebut tanpa menambah volume totalnya merupakan volume rongga
dari bahan tersebut (Sarasputri, 2011). Rumus penentuan porositas adalah sebagai
berikut :
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑎𝑖𝑟
∅ (𝑝𝑜𝑟𝑜𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠) =
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
(Sumber : Astuti et al, 2018)

Porositas merupakan parameter yang berguna dalam penentuan


karakteristik tekstur dan kualitas material. Porositas sebuah material akan
berkorelasi dengan sifat fisik dan termal dari material tersebut. Dalam biokimia,
poristas suatu bahan dapat memengaruhi difusivitas suatu zat dalam material
tersebut (Golubović, 2009). Densitas dan porositas memiliki hubungan yang
berbanding terbalik sehingga semakin tinggi densitas akan semakin rendah
porositasnya (Astuti et al, 2018).
Metode lainnya untuk menetukan porositas adalah dengan menggunakan
porosimeter gas. Metode ini menggunakan gas sebagai medium yang akan mengisi
ruang-ruang kosong atau pori di antara partikel (Nurwidyanto et al, 2006).

Pembahasan
Nilai porositas yang didapat dari setiap metode pada percobaan pengecilan
ukuran pada ubi jalar dan daun melinjo bervariasi terhadap waktu seperti tercantum
pada tabel berikut.
Tabel 1.1 Porositas ubi jalar dan daun kering setelah pengecilan ukuran
Waktu Kerja (J) Porositas Standar Deviasi
Metode
(s) Ubi Daun Ubi Daun Ubi Daun
10 1670 2542,4 0,55 0,74 -0,013 0,066
20 3962,2 6042,4 0,6 0,7 0,038 0,026
Blender
30 5449,2 9246 0,4 0,55 -0,163 -0,124
40 8246,48 12563,6 0,35 0,5 -0,213 -0,174
300 10743 11950,6 0,6 0,78 0,038 0,106
300 10752,42 10722,1 0,6 0,6 0,038 -0,074
Mortar
300 10765,96 10775,3 0,45 0,7 -0,113 0,026
300 10773,4 10744,9 0,95 0,82 0,388 0,146

Variasi nilai porositas dapat ditemukan pada bahan yang diproses dengan
cara pada waktu yang berbeda. Hal ini dikarenakan pengecilan ukuran memperkecil
ruang di antara partikel seiring dengan waktu. Pengecilan ukuran akan memperkecil
ukuran menyebabkan ruang yang tersisa di antara partikel mengecil dan susunan
partikel dapat menjadi lebih padat. Susunan partikel yang lebih padat dapat
menyebabkan densitas naik dan air yang dapat masuk dan menempati ruang-ruang
kosong di antara partikel-partikel menjadi lebih sedikit volumenya. Volume air
yang lebih sedikit berarti porositas yang mengecil sehingga porositas akan menurun
seiring dengan kenaikan densitas (Arpah, 1993)
Tren dari nilai porositas pengecilan ukuran pada blender cenderung
menurun seiring dengan pertambahan waktu pengecilan dan energi. Hal ini
dikarenakan semakin lama waktu pengecilan ukuran maka semakin seragam ukuran
partikel yang dikecilkan. Ketika waktu pengecilannya singkat maka tidak semua
partikel dapat terkecilkan dengan sempurna sehingga ukurannya beragam dan
porositasnya besar (Williams et al, 2016). Adanya anomali pada tren dapat
disebabkan proses pengecilan yang menghasilkan ukuran berbeda akibat
penggunaan dari merk blender yang berbeda sehingga kualitas blendernya pun
berbeda, walaupun memiliki daya yang sama. Faktor yang mungkin memengaruhi
proses pengecilan menggunakan blender ialah ketajaman pisau dan kecepatan putar
blender tersebut (Bitra, 2009).
Pada metode pengecilan ukuran menggunakan mortar dan alu terdapat
variasi porositas walaupun energi yang diberikan relatif sama besar. Hal tersebut
dapat dikarenakan pengambilan sampel yang kurang merata sehingga hanya sampel
dengan ukuran tertentu saja yang diuji porositasnya. Kurang beragamnya ukuran
sampel dapat memengaruhi porositas karena volume air akan terpengaruh. Bila
hanya terambil ukuran besar saja maka porositas akan bernilai besar. Selain itu
energi yang diperoleh dari grafik sudut dari bahu dan siku juga dipengaruhi oleh
elevasi lengan yang dapat merubah deviasi sudutnya sehingga energinya tidak
konstan. Variasi kekuatan dan berat badan seseorang juga memengaruhi energi
yang diberikan ketika orang tersebut menggerus sampel sehingga ukuran partikel
yang dihasilkan bervariasi, demikian juga porositasnya. Realisasi energi yang
benar-benar diberikan bisa saja berbeda dengan tabel acuan yang digunakan.
Penggunaan blender pada umumnya menghasilkan sampel dengan
porositas lebih rendah akibat ukuran yang lebih kecil dan seragam daripada mortar.
Karakter ini semakin terlihat seiring dengan pertambahan waktu penggerusan.
Ukuran yang kecil dan seragam mengakibatkan susunan partikel dapat lebih padat
sehingga porositas lebih rendah (Williams, 2016). Bahan yang porositasnya lebih
tinggi di antara keduanya adalah daun. Hal ini dapat disebabkan daun lebih tidak
bersifat menyerap air dan juga daun memiliki rongga udara antar partikelnya akibat
kurang padatnya partikel daun. Densitas daun rendah dibandingkan ubi sehingga
porositas daun lebih besar (Arpah, 1993).
Perbedaan ukuran dan bahan yang digunakan juga memengaruhi porositas,
karena bahan pangan dapat bersifat menyerap air sehingga untuk mengukur
porositasnya, diperlukan modifikasi metode yang telah ada, yaitu dengan
menambahkan volume airnya hingga melebihi volume total. Namun, untuk
menentukan ruang kosong yang terdapat didalam molekul bahan pangan yang kecil
dan bersifat menyerap sulit dilakukan karena sulitnya air untuk masuk ke seluuh
bagian sehingga dibutuhkan alat bantu berupa spatula untuk mengaduk agak air
dapat merembes ke bawah. Pada percobaan ini, terdapat pertambahan volume dari
sampel ubi sebanyak 2mL setelah diberikan air sebanyak 4 mL, tetapi volume ubi
yang melebihi 2 mL tersebut dianggap sebagai volume air berlebih yang diserap
oleh ubi.

Bibliography
Arpah, M. (1993). Pengawasan Mutu Pangan Tepung. Bandung: Taristo.

Astuti, N. H., Wibowo, N. A., & Ayub, M. R. (2018). The Porosity Calculation of Various
Types of Paper Using Image Analysis. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 14(1),
46-51.

Bitra, V. S. (2009). Comminution energy consumption of biomass in knife mill and its
particle size characterization. American Society of Agricultural and Biological
Engineers Annual International Meeting 2009, 3, pp. 1513-1540.

Golubović, M. (2009). Advances in Protein Precipitation. Belgrade University. Servië:


Delft University of Technology.

Nurwidyanto, M. I., Yustiana, M., & Widodo, S. (2006). Pengaruh Ukuran Butir Pasir
Terhadap Porositas dan Permeabilitas pada Butir Pasir. Berkala Fisika, 9(4), 191-
195.

Ridha, M., & Darminto, D. (2016). Analisis Densitas, Porositas, dan Struktur Mikro Batu
Apung Lombok dengan Variasi Lokasi dan Kedalaman. Jurnal Fisika dan
Aplikasinya, 12(3).

Sarasputri, D. A. (2011). Perbandingan Biostimulasi dan Bioaugmentasi Dalam


Bioremediasi Pantai Tercemar Minyak Bumi. Depok: Universitas Indonesia.

Williams, O. N. (2016). Influence of Mill Type on Densified Biomass Comminution.


Applied Energy, 182, 219-231.

Anda mungkin juga menyukai