Anda di halaman 1dari 56

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu hal yang sejak dulu menjadi permasalahan dalam masyarakat
dan membutuhkan perhatian khusus adalah penyalahgunaan obat-obatan.
Pada awalnya penggunaan narkoba dan obat-obatan terlarang terbatas pada
dunia kedokteran, namun belakangan terjadi penyimpangan fungsi dan
penggunaannya tidak lagi terbatas pada dunia kedokteran.1
Narkotika dan Obat-obatan terlarang (NARKOBA) atau Narkotika,
Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) adalah bahan/zat yang dapat
mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologi seseorang serta dapat
menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.2 Narkoba dapat
mengubah perasaan, pikiran, dan perilaku penggunanya. Walaupun sifatnya
sementara dan semu, seperti bebas dari perasaan negatif lain, kenikamatan
semu, dan pengendalian semu, penyalahgunaan narkoba berhubungan
dengan kejahatan dan perilaku sosial lain yang mengganggu suasana tertib
dan aman.3
Bahaya yang diakibatkan oleh pemakaian narkoba dapat bermacam-
macam dan terkadang para pecandu itu sendiri kebanyakan tidak
mengetahui organ tubuh mana saja yang dapat terserang. Mereka tidak
dapat mengetahui bahwa akibat dari pemakaian narkoba tersebut akan

1
Pebriansyah Marta, Narkoba di Kalangan Pelajar dan Bahaya Narkoba. [online].
Tersedia: http://ryanz17.blogspot.co.id/2014/02/makalah-narkoba-dikalangan-pelajar-
dan.html. Diakses: 16-12-2016
2
Jaid, Pengertian Narkoba. [online]. Tersedia:
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2014/03/10/929/pengertian-narkoba.
Diakses: 22-11-2016
3
Lydia H. Martono dan Satya Joewana, 16 Modul Latihan Pemulihan Pecandu Narkoba
Berbasis Masyarakat (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), hlm. 2
banyak sekali menimbulkan kerugian dan pederitaan, tidak hanya organ
tubuh seperti otak, jantung, dan paru-paru mereka yang terserang, bahkan
virus pun akan lebih mudah masuk kedalam tubuh mereka. Seperti virus
hepatitis C, virus HIV/AIDS, dan juga penyakit menular lainnya dan bahaya
ini tidak hanya menyerang fisik saja melainkan mental, emosional, dan
spiritual mereka.4
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba bukan untuk
tujuan pengobatan, dalam jumlah berlebih, secara teratur, dan berlangsung
cukup lama. Penyalahgunaan narkoba dapat dikatakan sebagai penyakit
endemik yang siap menyerang dan menular kepada siapa saja. Tidak
mengenal batas umur maupun status sosial.5
Saat ini penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat merajalela.
Hal ini terlihat dengan makin banyaknya pengguna narkoba dari semua
kalangan dan peredarannya yang terus meningkat. Yang sangat penting
untuk dipahami adalah bahwa tidak ada satu orang pun di dunia yang benar-
benar kebal terhadap kemungkinan terjerat dalam penyalahgunaan narkoba.
Aktivis agama, pekerja profesional, penghuni kawasan mewah, murid
sekolah unggulan, penegak hukum, semuanya terpapar pada kemungkinan
menjadi subjek penyalahgunaan narkoba.6
Maraknya peredaran dan penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan
terlarang diakui banyak kalangan menjadi ancaman yang berbahaya bagi
bangsa Indonesia. Namun yang lebih memprihatinkan, penyalahgunaan

4
Sandi Raka, Makalah: Pengetahuan dan Jenis-Jenis Narkoba Serta Dampaknya. [online].
Tersedia: http://makalahdanskripsi.blogspot.co.id/2009/07/pengetahuan-dan-jenis-jenis-
narkoba.html. Diakses: 6-1-2017
5
Ahmad Tholabi, Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. [online]. Tersedia:
https://ahmadtholabi.wordpress.com/2009/12/13/menanggulangi-penyalahgunaan-narkoba/.
Diakses: 25-11-2016
6
Reza Indragiri, Psikologi Kaum Muda Pengguna Narkoba (Jakarta: Salemba Humanika,
2007), hlm. 6
narkoba saat ini justru banyak berasal dari kalangan remaja dan anak muda,
yaitu para pelajar.7
Perlu disadari bahwa pemakaian narkoba memang memberi efek
menyenangkan dalam sesaat, namun ketika menjadi ketergantungan akan
membawa akibat yang buruk bahkan fatal. Seseorang yang pernah menjadi
pecandu bertutur bahwa untuk menghindarkan diri dari pengaruh narkoba,
jangan sekali-kali melihat apalagi mencobanya. Tetapi apa yang terjadi
dalam masyarakat kita terutama anak-anak yang sudah mulai menginjak
masa remaja justru sebaliknya. Keingintahuan mereka justru membuat
mereka terjun untuk mencoba narkoba.8
Masa remaja adalah masa transisi, yang berarti pada masa-masa seperti
ini sering terjadi ketidakstabilan, baik itu emosi maupun kejiwaan. Pola
pikir kaum muda kadang kala hanya bersifat instan dan mencari yang
temudah mana kala menghadapi sesuatu yang sulit. Apabila diterpa pelbagai
persoalan, baik karena faktor internal maupun faktor eksternal, seringkali
mereka tidak dapat mengontrol diri.9
Pada masa transisi ini juga remaja sedang mencari jati dirinya. Namun
sering kali dalam pencarian jati diri ini remaja cenderung salah dalam
bergaul dan dalam menghadapi atau mengatasi problematika, mereka justru
mengalami stres, cemas, frustasi, dan hilangnya kepercayaan diri sehingga
terkadang menimbulkan tindakan-tindakan destruktif, melanggar, dan
menyalahi norma-norma masyarakat, agama, maupun hukum. Seperti

7
Pebriansyah Marta, Narkoba di Kalangan Pelajar dan Bahaya Narkoba. [online].
Tersedia: http://ryanz17.blogspot.co.id/2014/02/makalah-narkoba-dikalangan-pelajar-
dan.html. Diakses: 17-12-2016
8
Tim Visi Media, Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba (Jakarta: Visimedia, 2006),
hlm. 3
9
Ahmad Tholabi, Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. [online]. Tersedia:
https://ahmadtholabi.wordpress.com/2009/12/13/menanggulangi-penyalahgunaan-narkoba/.
Diakses: 25-11-2016
melakukan perkelahian, minum-minuman keras, pencurian, perusakan, seks
bebas, bahkan sampai menggunakan narkoba.10
Pecandu narkoba pada umumnya berusia antara 15 sampai 24 tahun,
artinya usia tersebut ialah usia produktif atau usia pelajar. Pada awalnya,
pelajar yang mengonsumsi narkoba biasanya diawali dengan perkenalannya
dengan rokok, karena kebiasaan merokok ini sepertinya sudah menjadi hal
yang wajar di kalangan pelajar saat ini. Dari kebiasaan inilah pergaulan
terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut bergabung ke dalam
lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pecandu narkoba.11 Hal ini
terjadi biasanya karena penawaran, bujukan, atau tekanan seseorang atau
sekelompok orang kepadanya, misalnya oleh kawan sebayanya.12
Adapun mereka yang beresiko terjerumus ke dalam masalah narkoba
adalah anak yang terlahir dari keluarga yang memiliki sejarah kekerasan
dalam rumah tangga, dibesarkan dari keluarga yang broken home atau
memiliki masalah perceraian, kurangnya perhatian orang tua, sedang stres
atau depresi, memiliki pribadi yang tidak stabil atau mudah terpengaruh,
dan sekaligus didorong rasa ingin tahu, ingin mencoba, atau ingin
memakai.13 Selanjutnya, tidak sulit baginya untuk menerima tawaran
narkoba sehingga akan menimbulkan candu terhadap obat-obat terlarang
yang dipakainya. Awalnya mencoba lalu kemudian mengalami
ketergantungan.

10
Jhohan Dewangga, Makalah Remaja Tentang Narkoba. [online]. Tersedia:
https://jhohandewangga.wordpress.com/2012/06/13/makalah-remaja-tentang-narkoba/.
Diakses: 17-12-2016
11
Hasril, Karya Tulis Ilmiah Tentang Narkoba. [online]. Tersedia:
https://hazrilmadridista.wordpress.com/2013/12/28/karya-tulis-ilmiah-tentang-narkoba/.
Diakses: 17-12-2016
12
Pebriansyah Marta, Narkoba di Kalangan Pelajar dan Bahaya Narkoba. [online].
Tersedia: http://ryanz17.blogspot.co.id/2014/02/makalah-narkoba-dikalangan-pelajar-
dan.html. Diakses: 17-12-2016
13
Jhohan Dewangga, Makalah Remaja Tentang Narkoba. [online]. Tersedia:
https://jhohandewangga.wordpress.com/2012/06/13/makalah-remaja-tentang-narkoba/.
Diakses: 17-12-2016
Kecanduan (adiksi) atau ketergantungan narkoba adalah suatu
penyalahgunaan narkoba yang berat sehingga jika mengurangi atau berhenti
menggunakan narkoba akan timbul gejala putus narkoba (sakau). Untuk
mempertahankan pengaruh narkoba seperti semula, pengguna narkoba
mengonsumsinya dalam jumlah yang makin lama makin banyak.14
Sumber masalah kecanduan adalah diri sendiri, yakni keyakinan adiktif,
kepribadian adiktif, dan pola pikir adiktif. Seorang pecandu mengambil
jalan pintas dan menghindar dari seseorang atau sesuatu hal yang
mengharuskannya menghadapi perasaan dan persoalan. Ia berputar-putar
dalam suatu lingkaran, dan untuk menghindari persoalan ia menjerumuskan
diri sendiri kepada narkoba.15
Telah menjadi budaya masyarakat modern pula bahwa baik orang
dewasa maupun remaja, mencoba menghindari perasaan negatif, dan
mengelola rasa sakit, atau tidak nyaman dengan cara minum obat atau
memakai narkoba. Bukannya mencari jalan keluar atau pemecahan masalah
secara konstruktif dan positif.16
Indonesia telah menjadi salah satu negara yang dijadikan pasar utama
dari jaringan sindikat peredaran narkoba yang berdimensi internasional
untuk tujuan-tujuan komersial. Untuk jaringan peredaran narkoba di negara-
negara Asia, Indonesia diperhitungakan sebagai pasar (market-state) yang
paling prospektif secara komersial bagi sindikat internasional yang
beroperasi di negara-negara yang sedang berkembang.17
Leluasanya penjualan narkoba dapat menimbulkan gangguan mental dan
pergaulan bebas yang merusak masa depan bangsa. Kasus narkoba yang
dikategorikan terbesar ketiga di dunia telah membuat kita sadar bahwa

14
Lydia H. Martono dan Satya Joewana, op. cit. hlm. 1
15
Satya Joewana, Peran Orang Tua Mencegah Narkoba (Jakarta: Balai Pustaka, 2008),
hlm. 5
16
Ibid, hlm. 4
17
Jhohan Dewangga, Makalah Remaja Tentang Narkoba. [online]. Tersedia:
https://jhohandewangga.wordpress.com/2012/06/13/makalah-remaja-tentang-narkoba/.
Diakses: 17-12-2016
masalah narkoba merupakan masalah bagi kelangsungan hidup masyarakat,
bangsa, dan Negara Indonesia untuk menuju kehidupan yang sejahtera. Di
samping itu, hal ini juga menandakan bahwa penyalahgunaan narkoba
sudah semakin marak dimana-mana.18
Narkoba yang saat ini banyak kita jumpai di kalangan remaja umumnya
berbentuk kapsul, tablet, tepung seperti ecstasy dan sabu-sabu, bahkan
dalam bentuk daun seperti ganja. Penyebaran narkoba di kalangan remaja
hingga kini sudah hampir tak bisa dicegah, mengingat hampir seluruh
masyarakat dapat dengan mudah mendapat narkoba dari oknum-oknum
yang tidak bertanggungjawab. Misalnya saja dari bandar narkoba yang
senang mencari ‘mangsa’ di daerah sekolah, diskotik, tempat pelacuran, dan
tempat-tempat perkumpulan geng.19
Saat ini para orang tua, penegak hukum, dan bahkan semua kalangan
telah resah terhadap penyebaran narkoba, sebab generasi muda masa depan
bangsa banyak yang terjerumus di dalamnya. Padahal mereka merupakan
generasi penerus bangsa yang nantinya akan menjadi pemimpin-pemimpin
di negeri tercinta ini. Apa jadinya negara ini dimasa yang akan datang,
dengan tantangan yang semakin berat dan persaingan yang begitu ketat,
apabila generasi penerusnya saat ini sudah merusak dirinya sendiri dengan
menggunakan narkoba.20
Mengingat betapa besar bahaya penyalahgunaan narkoba ini, maka ada
beberapa dasar hukum yang diterapkan untuk menghadapi pelaku tindak
pidana narkoba. Untuk pelaku penyalahgunaan narkotika dapat dikenakan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dan untuk

18
Hasril, Karya Tulis Ilmiah Tentang Narkoba. [online]. Tersedia:
https://hazrilmadridista.wordpress.com/2013/12/28/karya-tulis-ilmiah-tentang-narkoba/.
Diakses: 17-12-2016
19
Ibid.
20
Pebriansyah Marta, Narkoba di Kalangan Pelajar dan Bahaya Narkoba. [online].
Tersedia: http://ryanz17.blogspot.co.id/2014/02/makalah-narkoba-dikalangan-pelajar-
dan.html. Diakses: 17-12-2016
pelaku penyalahgunaan psikotropika dapat dikenakan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika.21
Anak adalah masa depan bangsa. Karena merupakan masa depan
bangsa, maka anak perlu mendapat perhatian khusus demi pertumbuhan dan
perkembangan dirinya menuju kedewasaan yang baik dan bermartabat,
maka dari itu anak-anak dan remaja berhak mendapatkan perlindungan dari
narkoba, seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak.
Upaya pemberantasan narkobapun sudah sering dilakukan, namun
masih sedikit kemungkinan untuk menghindarkan narkoba dari kalangan
remaja maupun dewasa. Bahkan anak-anak usia SD dan SMP pun banyak
yang terjerumus narkoba.
Dengan melihat kenyataan yang terjadi dan dampak negatifnya yang
sangat besar dimasa yang akan datang, maka semua elemen bangsa ini,
seperti pemerintah, aparat penegak hukum, institusi pendidikan, masyarakat,
dan lain sebagainya diharapkan untuk mulai melakukan gerakan perangi
narkoba secara serius dan terus menerus. Baik dengan pendekatan preventif
maupun represif, sehingga upaya pencegahan dan penanggulangan narkoba
ini dapat berjalan dengan efektif.22
Peran pemerintah sangat penting dalam menanggulangi penyebaran
narkoba, karena maraknya penyebaran narkoba dan obat-obatan terlarang
telah banyak mempengaruhi mental dan sekaligus pendidikan bagi para
pelajar saat ini. Masa depan bangsa yang besar ini bergantung sepenuhnya
pada upaya pembebasan kaum muda dari bahaya narkoba.
Kita tidak bisa mengharapkan sesuatu yang ideal/baik dimasa
mendatang jika kita tidak mempersiapkannya sejak sekarang. Pembekalan
21
Ahmad Tholabi, Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba. [online]. Tersedia:
https://ahmadtholabi.wordpress.com/2009/12/13/menanggulangi-penyalahgunaan-narkoba/.
Diakses: 25-11-2016
22
Pebriansyah Marta, Narkoba di Kalangan Pelajar dan Bahaya Narkoba. [online].
Tersedia: http://ryanz17.blogspot.co.id/2014/02/makalah-narkoba-dikalangan-pelajar-
dan.html. Diakses: 17-12-2016
pengetahuan tentang narkoba menjadi perlu bagi orang tua yang ingin
menjaga anaknya dari bahaya narkoba.23
Hingga saat ini upaya yang paling efektif untuk mencegah
penyalahgunaan narkoba pada anak-anak adalah melalui pendidikan
keluarga. Dalam hal ini, peran orang tua sangat penting, bahkan terpenting.
Dapat dikatakan bahwa penyalahgunaan narkoba adalah penyakit keluarga.
Jika satu orang menjadi pecandu narkoba, maka seluruh keluarga ikut
menanggung beban itu. Maka orang tua diharapkan dapat mengawasi dan
mendidik anaknya untuk selalu menjauhi dan waspada terhadap narkoba.24

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimanakah penyebaran narkoba pada kalangan remaja saat ini?


2. Bagaimanakah peran pemerintah dalam menanggulangi penyebaran
narkoba pada remaja?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk memberikan gambaran sejauh mana penyebaran narkoba pada


kalangan remaja saat ini.
2. Untuk memberikan gambaran sejauh mana peran pemerintah dalam
menanggulangi penyebaran narkoba pada remaja.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan tercapai dengan dilakukannya


penelitian ini adalah:

23
Tim Visi Media, op. cit. hlm. 4
24
Dinda Putut, Penyebaran Narkoba di Kalangan Remaja. [online]. Tersedia:
http://dindaputut.blogspot.co.id/2013/02/penyebaran-narkoba-di-kalangan-remaja.html.
Diakses: 22-11-2016.
1. Manfaat Teoritis
Secara Teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna
atau menjadi masukan bagi perkembangan ilmu pendidikan dan
untuk hukum pada umumnya dalam menangani dan menanggulangi
masalah penyebaran narkoba pada remaja.

2. Manfaat Praktis
Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para
remaja, orang tua, dan pihak-pihak terkait agar lebih waspada dan
meningkatkan kesadaran akan bahayanya penyebaran narkoba pada
remaja
BAB II

TEORI DASAR

A. Narkoba

Narkotika dan Obat-obatan terlarang (NARKOBA) atau Narkotik,


Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA) adalah bahan/zat yang dapat
mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologi seseorang (pikiran, perasaan, dan
perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.25
Menurut WHO (1982), narkoba adalah semua zat padat, cair, maupun gas
yang dimasukan kedalam tubuh yang dapat merubah fungsi dan struktur
tubuh secara fisik maupun psikis, tidak termasuk makanan, air, dan oksigen
dimana dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi tubuh normal.26
Menurut Martono dan Joewana (2006), narkoba atau napza adalah obat,
bahan, atau zat, dan bukan tergolong makanan. Jika diminum, diisap,
dihirup, ditelan, atau disuntikkan, berpengaruh terutama pada kerja otak
(susunan saraf pusat), dan sering menimbulkan kecanduan atau
ketergantungan.27 Menurut Wresniwiro dalam bukunya yang berjudul
“Masalah Narkotika dan Obat Berbahaya”, definisi narkoba adalah zat
atau obat yang dapat mengakibatkan ketidaksadaran atau pembiusan, karena
zat-zat tersebut bekerja mempengaruhi syaraf sentral.28

25
Jaid. (2014). Pengertian Narkoba. [online]. Tersedia:
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2014/03/10/929/pengertian-narkoba.
Diakses: 19-11-2016.
26
Victorious Karim, Pengertian Narkoba atau Napza. [online]. Tersedia:
http://www.gudangnews.info/2014/10/pengertian-narkoba-atau-napza.html. Diakses: 19-
11-2016.
27
Lydia H. Martono dan Satya Joewana, 16 Modul Latihan Pemulihan Pecandu Narkoba
Berbasis Masyarakat (Jakarta: Balai Pustaka, 2006), hlm. 1
28
Jajat Sudrajat, Definisi atau Pengertian Narkoba Menurut Para Ahli. [online]. Tersedia:
http://infokesehatanakurat.blogspot.co.id/2015/12/pengertian-narkoba-menurut-para-
ahli.html. Diakses: 19-11-2016.
Menurut Soedjono Dirdjosisworo dalam bukunya “Hukum Narkotika
Indonesia”, narkoba adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruh tertentu
bagi yang menggunakannya jika dimasukkan kedalam tubuh. Pengaruh
tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat,
dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan.29
Menurut Ghoodse (2002), narkoba adalah zat kimia yang dibutuhkan
untuk merawat kesehatan, ketika zat tersebut masuk kedalam organ tubuh
maka terjadi satu atau lebih perubahan fungsi di dalam tubuh. Lalu
dilanjutkan lagi ketergantungan secara fisik dan psikis pada tubuh, sehingga
bila zat tersebut dihentikan pengonsumsiannya maka akan terjadi gangguan
secara fisik dan psikis.30
Penggunaan narkoba bisa dilakukan dengan cara yang beragam seperti
ditelan, inhalensia atau dihirup melalui hidung, dan Injection-intravenal
atau menggunakan jarum/alat suntik. Narkoba yang ditelan akan masuk ke
lambung, kemudian ke pembuluh darah. Jika diisap atau dihirup, zat diserap
masuk ke dalam pembuluh darah melalui saluran hidung dan paru-paru. Jika
disuntikkan, maka zat langsung masuk ke aliran darah dan darah membawa
zat itu langsung ke otak.31
Narkoba tergolong racun bagi tubuh, jika digunakan tidak sebagaimana
mestinya. Racun adalah bahan atau zat, bukan makanan atau minuman,
yang berbahaya bagi manusia. Sedangkan obat adalah bahan atau zat, baik
sintetis, semisintetis, atau alami yang berkhasiat menyembuhkan. Akan
tetapi, penggunaannya harus mengikuti aturan pakai, jika tidak, dapat
berbahaya dan berubah menjadi racun.32

29
Ibid.
30
Pebriansyah Marta, Narkoba di Kalangan Pelajar dan Bahaya Narkoba. [online].
Tersedia: http://ryanz17.blogspot.co.id/2014/02/makalah-narkoba-dikalangan-pelajar-
dan.html. Diakses: 23-12-2016
31
Satya Joewana, Peran Orang Tua Mencegah Narkoba (Jakarta: Balai Pustaka, 2008),
hlm. 7
32
Ibid.
1. Narkotika
Narkotika berasal dari bahasa Inggris yaitu "narcotics" yang artinya
obat bius. Narkotika adalah bahan yang berasal dari 3 jenis tanaman,
Papaper Somniferum (candu), Erythroxyion Coca (kokain), dan Cannabis
Sativa (ganja) baik murni maupun bentuk campuran.33
Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika,
narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, narkotika
digolongkan kedalam tiga golongan.

1.1 Narkotika Golongan I


Narkotika yang hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan
tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi yang sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan.34 Narkotika golongan I terdiri dari 65 jenis.
Berikut adalah daftar narkotika golongan I:35
1) Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagian-bagiannya termasuk
buah dan jeraminya, kecuali bijinya.
2) Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah
tanaman Papaver Somniferum L yang hanya mengalami pengolahan
sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan
kadar morfinnya.
3) Opium masak terdiri dari:

33
Wikipedia, Narkoba. [online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Narkoba. Diakses:
23-12-2016
34
Rahman Amin, Penggolongan dan Jenis-Jenis Narkotika. [online]. Tersedia:
http://rahmanamin1984.blogspot.co.id/2016/08/penggolongan-dan-jenis-jenis-
narkotika.html. Diakses: 19-11-2016.
35
Lampiran I Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
a. candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu
rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan
peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan
maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk
pemadatan.
b. jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan
apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain.
c. jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.
4) Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga
Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.
5) Daun koka, daun yang belum atau sudah dikeringkan atau dalam bentuk
serbuk dari semua tanaman genus Erythroxylon dari keluarga
Erythroxylaceae yang menghasilkan kokain secara langsung atau
melalui perubahan kimia.
6) Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang
dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokaina.
7) Kokaina
8) Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua
bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman
ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.
9) Tetrahydrocannabinol, dan semua isomer serta semua bentuk stereo
kimianya.
10) Delta 9 tetrahydrocannabinol, dan semua bentuk stereo kimianya.
11) Asetorfina
12) Acetil – alfa – metil fentanil
13) Alfa-metilfentanil
14) Alfa-metiltiofentanil
15) Beta-hidroksifentanil
16) Beta-hidroksi-3-metil-fentanil
17) Desmorfina
18) Etorfina 44) Paraheksil
19) Heroina 45) PMA
20) Ketobemidona 46) Psilosina, psilotsin
21) 3-metilfentanil 47) PSILOSIBINA
22) 3-metiltiofentanil 48) ROLISIKLIDINA, nama lain
23) MPPP PHP, PCPY
24) Para-fluorofentanil 49) STP, DOM
25) PEPAP 50) TENAMFETAMINA, nama
26) Tiofentanil lain MDA
27) BROLAMFETAMINA, nama 51) TENOSIKLIDINA, nama lain
lain DOB TCP
28) DET 52) TMA
29) DMA 53) AMFETAMINA
30) DMHP 54) DEKSAMFETAMINA
31) DMT 55) FENETILINA
32) DOET 56) FENMETRAZINA
33) ETISIKLIDINA, nama lain 57) FENSIKLIDINA, nama lain
PCE PCP
34) ETRIPTAMINA 58) LEVAMFETAMINA
35) KATINONA 59) Levometamfetamina
36) LISERGIDA, nama lain LSD 60) MEKLOKUALON
37) MDMA 61) METAMFETAMINA
38) Meskalina 62) METAKUALON
39) METKATINONA 63) ZIPEPPROL
40) 4-metilaminoreks 64) Opium Obat
41) MMDA 65) Campuran atau sediaan opium
42) N-etil MDA obat dengan bahan lain bukan
43) N-hidroksi MDA narkotika
1.2 Narkotika Golongan II
Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan digunakan sebagai
pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi yang tinggi
mengakibatkan ketergantugan. Narkotika golongan II terdiri dari 86 jenis.36
Berikut adalah daftar narkotika golongan II: 37
1) Alfasetilmetadol
2) Alfameprodina
3) Alfametadol
4) Alfaprodina
5) Alfentanil
6) Allilprodina
7) Anileridina
8) Asetilmetadol
9) Benzetidin
10) Benzilmorfina
11) Betameprodina
12) Betametadol
13) Betaprodina
14) Betasetilmetadol
15) Bezitramida
16) Dekstromoramida
17) Diampromida
18) Dietiltiambutena
19) Difenoksilat

36
Rahman Amin, Penggolongan dan Jenis-Jenis Narkotika. [online]. Tersedia:
http://rahmanamin1984.blogspot.co.id/2016/08/penggolongan-dan-jenis-jenis-
narkotika.html. Diakses: 19-11-2016.
37
Lampiran I Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
20) Difenoksin 48) Levometorfan
21) Dihidromorfina 49) Levorfanol
22) Dimefheptanol 50) Metadona
23) Dimenoksadol 51) Metadona intermediate
24) Dimetiltiambutena 52) Metazosina
25) Dioksafetil butirat 53) Metildesorfina
26) Dipipanona 54) Metildihidromorfina
27) Drotebanol 55) Metopon
28) Ekgonina, termasuk ester dan 56) Mirofina
derivatnya yang setara dengan 57) Moramida intermediate
ekgonina dan kokain 58) Morferidina
29) Etilmetiltiambutena 59) Morfina-N-oksida
30) Etokseridina 60) Morfin metobromida dan
31) Etonitazena turunan morfina nitrogen
32) Furetidina pentafalent lainnya termasuk
33) Hidrokodona bagian turunan morfina-N-
34) Hidroksipetidina oksida, salah satunya kodeina-
35) Hidromorfinol N-oksida
36) Hidromorfona 61) Morfina
37) Isometadona 62) Nikomorfina
38) Fenadoksona 63) Norasimetadol
39) Fenampromida 64) Norlevorfanol
40) Fenazosina 65) Normetadona
41) Fenomorfan 66) Normorfina
42) Fenoperidina 67) Norpipanona
43) Fentanil 68) Oksikodona
44) Klonitazena 69) Oksimorfona
45) Kodoksima 70) Petidina intermediat A
46) Levofenasilmorfan 71) Petidina intermediat B
47) Levomoramida 72) Petidina intermediat C
73) Petidina 81) Sufentanil
74) Piminodina 82) Tebaina
75) Piritramida 83) Tebakon
76) Proheptasina 84) Tilidina
77) Properidina 85) Trimeperidina
78) Rasemetorfan 86) Garam-garam dari Narkotika
79) Rasemoramida dalam golongan tersebut di
80) Rasemorfan atas

1.3 Narkotika Golongan III


Narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan dan banyak digunakan
dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengembangan pengetahuan serta
mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Narkotika
golongan III terdiri dari 14 jenis.38 Berikut adalah daftar narkotika golongan
III:39
1) Asetildihidrokodeina
2) Dekstropropoksifena
3) Dihidrokodeina
4) Etilmorfina
5) Kodeina
6) Nikodikodina
7) Nikokodina
8) Norkodeina
9) Polkodina
10) Propiram
11) Buprenorfina
12) Garam-garam dari Narkotika dalam golongan tersebut diatas

38
Rahman Amin, Penggolongan dan Jenis-Jenis Narkotika. [online]. Tersedia:
http://rahmanamin1984.blogspot.co.id/2016/08/penggolongan-dan-jenis-jenis-
narkotika.html. Diakses: 19-11-2016.
39
Lampiran I Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
13) Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika
14) Campuran atau sediaan difenoksilat dengan bahan lain bukan narkotika

Pada dasarnya narkotika berasal dari alam dan hasil proses kimia
(sintetis). Wresniwiro (1999), menyatakan bahwa menurut cara atau proses
pengolahannya, narkotika dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:40

1.4 Narkotika Alam


Narkotika yang berasal dari hasil olahan tanaman yang dapat
dikelompokkan dari tiga jenis tanaman masing-masing:
1) Opium atau candu, yaitu hasil olahan getah dari buah tanaman Papaver
Somniferum. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah opium mentah,
opium masak dan morfin. Jenis opium ini berasal dari luar negeri yang
diselundupkan ke Indonesia, karena jenis tanaman ini tidak terdapat di
Indonesia.
2) Kokain, yang berasal dari olahan daun tanaman koka yang banyak
terdapat dan diolah secara gelap di Amerika bagian selatan seperti Peru,
Bolivia, Kolombia.
3) Canabis Sativa atau marihuana atau yang disebut ganja termasuk
hashish oil (minyak ganja). Tanaman ganja ini banyak ditanam secara
ilegal di daerah khatulistiwa khususnya di Indonesia terdapat di Aceh.

1.5 Narkotika Semi Sintetis


Narkotika yang dibuat dari alkaloida opium dengan inti penathren
dan diproses secara kimiawi untuk menjadi bahan obat yang berkhasiat
sebagai narkotika. Contoh yang terkenal dan sering disalahgunakan adalah
heroin dan codein.

40
Rahman Amin, Penggolongan dan Jenis-Jenis Narkotika. [online]. Tersedia:
http://rahmanamin1984.blogspot.co.id/2016/08/penggolongan-dan-jenis-jenis-
narkotika.html. Diakses: 19-11-2016.
1.6 Narkotika Sintetis
Narkotika golongan ini diperoleh melalui proses kimia dengan
menggunakan bahan baku kimia, sehingga diperoleh suatu hasil baru yang
mempunyai efek narkotika seperti Pethidine, Metadon, dan Megadon.

2. Psikotropika
Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika,
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas
mental dan prilaku. Menurut Partodiharjo (2010), psikotropika digunakan
oleh dokter untuk mengobati gangguan jiwa.41 Sedangkan penggolongan
psikotropika dan contohnya diterangkan dengan Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1997 Tentang Psikotropika.

2.1 Psikotropika Golongan I


Jenis psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan
ketergantungan tertinggi atau sangat kuat, hanya digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan, dan tidak untuk pengobatan.42 Psikotropika
golongan I terdiri dari 26 jenis, namun semenjak diberlakukannya Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, maka Psikotropika
Golongan I telah ditetapkan sebagai Narkotika Golongan I dalam Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.43

41
Angelica Setiady, Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja Indonesia. [online].
Tersedia: http://brainyasian.blogspot.co.id/2014/11/penyalahgunaan-narkoba-di-
kalangan.html. Diakses: 25-12-2016
42
Arif Rahman, Pengertian Narkotika dan Psikotropika serta Pembagian Jenis
Psikotropika. [online]. Tersedia:
http://lembagabantuanhukummadani.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-narkotika-
psikotropika-serta.html. Diakses: 19-11-2016.
43
Ilman Hadi, Keterkaitan UU Narkotika dengan UU Psikotropika. [online]. Tersedia:
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50f7931af12dc/keterkaitan-uu-narkotika-
dengan-uu-psikotropika. Diakses: 24-12-2016
2.2 Psikotropika Golongan II
Kelompok psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan
ketergantungan kuat, digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan
pengobatan.44 Psikotropika golongan II terdiri dari 14 jenis, namun
semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika, maka Psikotropika Golongan II telah ditetapkan sebagai
Narkotika Golongan I dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika.45

2.3 Psikotropika Golongan III


Jenis psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan
ketergantungan sedang, mempunyai khasiat, dan digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan pengobatan.46 Psikotropika golongan III
terdiri dari 9 jenis, berikut adalah daftar psikotropika golongan III:47
1) AMOBARBITAL
2) BUPRENOFRINA
3) BUTALBITAL
4) FLUNITRAZEPAM
5) GLUTETIMIDA
6) KATINA
7) PENTAZOSINA
8) PENTOBARBITAL
9) SIKLOBARBITAL

44
Arif Rahman, Pengertian Narkotika dan Psikotropika serta Pembagian Jenis
Psikotropika. [online]. Tersedia:
http://lembagabantuanhukummadani.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-narkotika-
psikotropika-serta.html. Diakses: 19-11-2016.
45
Ilman Hadi, Keterkaitan UU Narkotika dengan UU Psikotropika. [online]. Tersedia:
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50f7931af12dc/keterkaitan-uu-narkotika-
dengan-uu-psikotropika. Diakses: 24-12-2016
46
Arif Rahman, Pengertian Narkotika dan Psikotropika serta Pembagian Jenis
Psikotropika. [online]. Tersedia:
http://lembagabantuanhukummadani.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-narkotika-
psikotropika-serta.html. Diakses: 19-11-2016.
47
Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
2.4 Psikotropika Golongan IV
Jenis psikotropika yang mempunyai daya menimbulkan
ketergantungan rendah, berkhasiat, dan digunakan luas untuk kepentingan
ilmu pengetahuan dan pengobatan.48 Psikotropika golongan IV terdiri dari
60 jenis, berikut adalah daftar psikotropika golongan IV:49
1) ALLOBARBITAL
2) ALPRAZOLAM
3) AMFEPRAMONA
4) AMINOREX
5) BARBITAL
6) BENZFETAMINA
7) BROMAZEPAM
8) BROTIZOLAM
9) Butobarbital
10) DELORAZEPAM
11) DIAZEPAM
12) ESTAZOLAM
13) ETIL AMFETAMINA
14) ETIL LOFLAZEPATE
15) ETINAMAT
16) ETKLORVINOL
17) FENCAMFAMINA
18) FENDIMETRAZINA
19) FENOBARBITAL

48
Arif Rahman, Pengertian Narkotika dan Psikotropika serta Pembagian Jenis
Psikotropika. [online]. Tersedia:
http://lembagabantuanhukummadani.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-narkotika-
psikotropika-serta.html. Diakses: 19-11-2016.
49
Lampiran Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika
20) FENPROPOREKS 50) OKSAZOLAM
21) FENTERMINA 51) PEMOLINA
22) FLUDIAZEPAM 52) PINAZEPAM
23) FLURAZEPAM 53) PIPADROL
24) HALAZEPAM 54) PIROVALERONA
25) HALOKSAZOLAM 55) PRAZEPAM
26) KAMAZEPAM 56) SEKBUTABARBITAL
27) KETAZOLAM 57) TEMAZEPAM
28) KLOBAZAM 58) TETRAZEPAM
29) KLOKSAZOLAM 59) TRIAZOLAM
30) KLONAZEPAM 60) VINILBITAL
31) KLORAZEPAT
32) KLORDIAZEPOKSIDA
33) KLOTIAZEPAM
34) LEFETAMINA
35) LOPRAZOLAM
36) LORAZEPAM
37) LORMETAZEPAM
38) MAZINDOL
39) MEDAZEPAM
40) MEFENOREKS
41) MEPROBAMAT
42) MESOKARB
43) METILFENO BARBITAL
44) METIPRILON
45) MIDAZOLAM
46) NIMETAZEPAM
47) NITRAZEPAM
48) NORDAZEPAM
49) OKSAZEPAM
3 Zat Adiktif
Zat adiktif adalah obat serta bahan-bahan aktif yang apabila dikonsumsi oleh organisme
hidup maka dapat menyebabkan kerja biologi serta menimbulkan ketergantungan atau adiksi
yang sulit dihentikan dan berefek ingin menggunakannya secara terus-menerus tetapi bukan
tergolong narkotika dan psikotropika. Jika dihentikan dapat memberi efek lelah luar biasa
atau rasa sakit luar biasa.50

3.1 Alkohol
Menurut Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Pelarangan,
Pengawasan, dan Pengendalian Minuman Beralkohol yang dimaksud dengan minuman
beralkohol adalah minuman yang mengandung ethanol yang diproses dari bahan hasil
pertanian yang mengandung karbohidrat dengan cara fermentasi (peragian) dan desilasi
(pemurnian) atau fermentasi tanpa destilasi, baik dengan cara memberikan perlakuan terlebih
dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun yang diproses dengan cara
mencampur konsentrat dengan ethanol atau dengan cara pengenceran minuman dengan
ethanol.51 Minuman beralkohol mengandung etanol etil alkohol, yang berpengaruh menekan
susunan saraf pusat, dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam
kebudayaan tertentu. Jika digunakan bersamaan dengan Narkotika atau Psikotropika akan
memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia. Ada 3 golongan minuman
beralkohol:52
1) Golongan A : kadar etanol 1-5% (Bir)
2) Golongan B : kadar etanol 5-20% (Berbagai minuman anggur)
3) Golongan C : kadar etanol 20-45% (Whisky, Vodca, Manson
House, Johny Walker)

3.2 Inhalasi
Inhalasi atau gas yang dihirup dan solven (zat pelarut) yang mudah menguap dan
berupa senyawa organik. Terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor, dan
sebagai pelumas mesin. Yang sering disalahgunakan adalah: lem, tiner, penghapus cat kuku,
bensin, dan lain-lain.53
3.3 Kafein

50
Wikipedia, Zat Adiktif. [online]. Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Zat_adiktif. Diakses: 19-11-2016.
51
Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Pelarangan, Pengawasan, dan Pengendalian
Minuman Beralkohol Pasal 1
52
Jhohan Dewangga, Makalah Remaja Tentang Narkoba. [online]. Tersedia:
https://jhohandewangga.wordpress.com/2012/06/13/makalah-remaja-tentang-narkoba/. Diakses: 27-12-2016
53
Ibid.
Kafein adalah alkaloida yang terdapat dalam tanaman buah kopi. Biji kopi
mengandung 1-5% kafein. Kafein juga terdapat dalam teh.54

3.4 Nicotine tabacum


Biasanya terdapat dalam tumbuhan tembakau dalam kadar 1-4%. Dalam setiap batang
rokok terdapat 1,1 mg nikotin. Nikotin menimbulkan ketergantungan, dalam daun tembakau
terdapat ratusan jenis zat lainnya selain dari nikotin.55

3.5 Halusinogen
Yaitu sekelompok zat alamiah atau sintetik yang dapat dikonsumsi dan menimbulkan
dampak halusinasi. Seperti jamur, kotoran kerbau dan sapi, dan lain-lain.56

4 Penggolongan Lain

4.1 Penggolongan Narkoba Berdasarkan Efek yang Ditimbulkan Terhadap Pemakainya57


1) Golongan Depresan (Downer)
Jenis narkoba yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini
membuat pemakainya menjadi tenang, membuat tertidur, bahkan tidak sadarkan diri.
Contohnya: Opioda (Morfin, Heroin, Codein), Sedative (penenang), Hipnotik (obat tidur),
dan Tranquilizer (anti cemas).

2) Golongan Stimulan (Upper)


Jenis narkoba yang merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja.
Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar, dan bersemangat. Contoh:
Amphetamine (Shabu, Ekstasi), dan Kokain.

3) Golongan Halusinogen
Jenis narkoba yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat mengubah
perasaan, pikiran, dan seringkali menciptakan daya pandang yang berbeda sehingga
seluruh perasaan dapat terganggu. Contoh: Kanabis (ganja).

54
Aidia Mj, Pengertian Definisi Jenis dan Golongan Narkoba. [online]. Tersedia:
http://karyatulisilmiah.com/pengertian-definisi-jenis-dan-golongan-narkoba/. Diakses: 27-12-2016
55
Ibid.
56
Ibid.
57
Jhohan Dewangga, Makalah Remaja Tentang Narkoba. [online]. Tersedia:
https://jhohandewangga.wordpress.com/2012/06/13/makalah-remaja-tentang-narkoba/. Diakses: 24-12-2016
5 Penyebaran Narkoba
Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, Penyebaran
Narkotika adalah tindakan dimana seseorang meyebarkan atau mengedarkan Narkotika.
Menyebarkan/mengedarkan narkotika tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan
seksama serta bertentangan dengan peraturan perundang-undangan maka merupakan tindak
pidana narkotika karena sangat merugikan dan merupakan bahaya yang sangat besar bagi
kehidupan manusia, masyarakat, bangsa, dan negara serta ketahanan nasional Indonesia.58
Menurut Clara Ajisuksmo, dkk. (2001), bila ditelusuri maka peredaran narkoba sangatlah
sistematik. Narkoba mudah diperoleh dan beredar karena gampang menjadi uang. Jalur
masuknya narkoba ke Indonesia melalui berbagai negara internasional seperti: Amsterdam,
Bangkok, Singapura, dan lain-lain yang umumnya masuk ke Indonesia lewat Denpasar dan
Jakarta.59
Hal tersebut juga disampaikan oleh Troels Vester (koordinator lembaga PBB untuk
kejahatan narkoba, UNODC (United Nations Office on Drugs dan Crime)), menurut Vester,
bisa dikatakan bahwa Indonesia sekarang telah menjadi salah satu jalur utama dalam
perdagangan obat bius. Banyak obat bius diperdagangkan dan diselundupkan oleh sindikat
internasional yang terorganisasi, terutama karena ada permintaan cukup tinggi dan Indonesia
punya populasi muda yang besar dan menjadi pasar narkoba yang besar juga. Organisasi
sindikat obat bius ini sangat rapih dan beroperasi dari beberapa negara. Mereka
memanfaatkan pengawasan perbatasan yang lemah, karena banyak kapal yang bisa
beroperasi melewati laut tanpa pengawasan. Methampetamine akhir-akhir ini diproduksi
langsung dalam jumlah besar di Indonesia, tapi banyak juga yang didatangkan lewat Cina,
Filipina dan Iran. Pintu masuk utama ke Indonesia adalah pelabuhan-pelabuhan di Jakarta,
Batam, Surabaya, dan Denpasar. Crystalline Methampetamine terutama masuk dari Malaysia
dan diselundupkan ke Aceh, Medan, dan daerah lain di Sumatra.60

6 Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba bukan untuk tujuan pengobatan,
dalam jumlah berlebih, secara kurang lebih teratur, dan berlangsung cukup lama sehingga
menyebabkan gangguan kesehatan fisik serta gangguan pada perilakunya dan kehidupan
58
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika
59
Clara R. P. Ajisuksmo, et.al., Narkoba: Petunjuk Praktis Bagi Keluarga Untuk Mencegah Penyalahgunaan
Narkoba (Yogyakarta: Media Pressindo, 2001), hlm. 2
60
Hendra Pasuhuk, PBB: Indonesia Salah Satu Jalur Utama Penyelundupan Narkoba. [online]. Tersedia:
http://www.dw.com/id/pbb-indonesia-salah-satu-jalur-utama-penyelundupan-narkoba/a-18252054. Diakses: 8-
1-2017
sosialnya. Pemakaian terus-menerus tidak berarti harus setiap hari. Pemakaian setiap akhir
pekan sudah dapat dikatakan terus-menerus. Pemakaian narkoba secara berlebihan tidak
menunjukkan jumlah atau dosisnya, tetapi yang penting adalah bahwa pemakaiannya
berakibat gangguan pada salah satu fungsi: fisik, psikologik, atau sosial.61
Kecanduan narkoba atau penyakit adiksi adalah penyakit kronis, yang ditandai gangguan
fisik, psikologis, dan sosial akibat pemakaian narkoba secara terus-menerus dan berlebihan.
Sebagai penyakit dapat dijelaskan gejalanya yang khas yang berulang kali kambuh (relaps)
dan berlangsung progresif, artinya makin memburuk jika tidak diterapi dan dirawat dengan
baik.62
Pecandu adalah seseorang yang pada saat ini atau pada masa lalu, telah kecanduan
terhadap satu atau lebih zat adiktif (narkoba). Pecandu yang telah berhenti memakai dan
mengalami kehidupan bebas dari narkoba disebut pecandu yang sedang pulih.63
Gangguan fisik berarti, gangguan fungsi atau penyakit pada organ-organ tubuh, seperti
penyakit hati, jantung, dan HIV/AIDS. Gangguan psikologik meliputi cemas, sulit tidur,
depresi, dan paranoia (perasaan seperti orang lain mengejar). Wujud gangguan fisik dan
psikologis tergantung pada jenis narkoba yang digunakan. Gangguan sosial meliputi kesulitan
dengan orang tua, teman, sekolah, pekerjaan, keuangan, dan berurusan dengan polisi. 64
Menurut Joewana (2008), ada beberapa pola pemakaian narkoba, yaitu sebagai berikut:65

1) Pola coba-coba
Yaitu karena iseng atau ingin tahu. Pengaruh tekanan kelompok sebaya sangat besar,
yang menawarkan atau membujuk untuk memakai narkoba. Ketidakmampuan berkata
‘tidak’ mendorong anak untuk mencobanya, apalagi jika ada rasa ingin tahu atau ingin
mencoba.

2) Pola pemakaian sosial


Yaitu tahapan pemakaian narkoba untuk pergaulan (berkumpul atau acara tertentu), agar
diakui dan diterima oleh kelompoknya.

3) Pola pemakaian situasional


Yaitu karena situasi tertentu, misalnya kesepian, stress, dan lain-lain. Disebut juga tahap
instrumental, karena dari pengalaman pemakaian sebelumnya disadari bahwa narkoba

61
Satya Joewana, op. cit., hlm. 1
62
Lydia H. Martono dan Satya Joewana, op. cit. hlm. 7
63
Ibid.
64
Satya Joewana, op. cit. hlm. 14
65
Ibid.
dapat menjadi alat untuk memengaruhi atau memanipulasi emosi dan suasana hatinya. Di
sini pemakaian narkoba telah mempunyai tujuan, yaitu sebagai cara mengatasi masalah
(compensatory use). Pada tahap ini pemakai berusaha memperoleh narkoba secara aktif.

4) Pola habituasi (kebiasaan)


Yaitu ketika telah memakai narkoba secara teratur/sering, terjadi perubahan pada faal
tubuh dan gaya hidupnya. Teman lama berganti dengan teman kalangan pecandu.
Kebiasaan, pakaian, pembicaraan, dan sebagainya berubah. Ia menjadi sensitif, mudah
tersinggung, pemarah, dan sulit tidur atau berkonsentrasi, sebab narkoba mulai menjadi
bagian dari kehidupannya. Minat dan cita-cita semula hilang. Ia sering membolos dan
prestasi di sekolah merosot. Ia lebih suka menyendiri daripada berkumpul bersama
keluarga. Meskipun masih dapat mengendalikan pemakaiannya, telah terjadi gejala awal
ketergantungan. Pola pemakaian narkoba di sini secara klinis disebut penyalahgunaan.

5) Pola ketergantungan (kompulsif)


Yaitu dengan gejala khas, yaitu timbulnya toleransi dan atau gejala putus zat. Ia berusaha
untuk selalu memperoleh narkoba dengan berbagai cara. Berbohong, menipu, dan
mencuri menjadi kebiasaannya. Ia tidak dapat lagi mengendalikan diri dalam
penggunaannya, sebab narkoba telah menjadi pusat kehidupannya. Hubungan dengan
keluarga dan teman-teman menjadi rusak. Pada pemakaian beberapa jenis narkoba seperti
putauw terjadinya ketergantungan akan sangat cepat.

Ketergantungan merupakan sekumpulan gejala (sindroma) penyakit. Orang memiliki


ketergantungan, jika paling sedikit ada tiga atau lebih gejala sebagai berikut:66

1) Keinginan kuat (kompulsif) untuk memakai narkoba berulang kali.


2) Kesulitan mengendalikan penggunaan narkoba, baik dalam usaha menghentikannya
maupun mengurangi tingkat pemakaiannya.
3) Terjadi gejala putus zat jika pemakaiannya dihentikan atau jumlah pemakaiannya
dikurangi.
4) Toleransi, jumlah narkoba yang diperlukan makin besar, agar diperoleh pengaruh yang
sama terhadap tubuh.
5) Mengabaikan alternatif kesenanangan lain dan meningkatnya waktu yang digunakan
untuk memperoleh narkoba.

66
Ibid, hlm. 15
6) Terus memakai, meskipun disadari akibat yang merugikan atau merusak tersebut.
7) Menyangkal, artinya menolak mengakui adanya masalah, padahal ditemukan narkoba dan
perangkat pemakaiannya serta gejala-gejala yang diakibatkannya

Gejala putus zat adalah gejala yang timbul jika pemakaian zat dihentikan secara tiba-tiba
atau dikurangi dosisnya. Jika merokok dihentikan, ia sakit kepala, denyut jantung bertambah
cepat, dan tangan gemetar. Jika pemakaian heroin dihentikan, timbul nyeri otot, perut kejang,
muntah, hidung berair, dan sulit tidur. Jika berhenti minum alkohol atau pil tidur, timbul
demam, menggigil, bingung, mudah tersinggung, kekerasan, dan kejang.67
Makin tinggi dosis narkoba yang digunakan dan makin lama pemakaiannya, makin hebat
gejala sakitnya. Sakauw adalah gejala putus zat karena pemakaian putauw (heroin). Gejala
sakit karena putus putauw umumnnya berlangsung hingga 4-5 hari setelah pemakaian
dihentikan. Akan tetapi, pada beberapa jenis zat lain dapat berlangsung hingga berminggu-
minggu, bahkan berbulan-bulan. Itulah antara lain yang menyebabkan pecandu narkoba tidak
mampu menghentikan pemakaiannya. Ia perlu tetap mempertahankan keadaan ‘normal’
dengan tetap memakai narkoba, sebab di luar pemakaian narkoba ia menjadi ‘sakit’ atau
‘tidak normal’.68
Toleransi adalah keadaan ketika dosis yang sama tidak lagi berpengaruh seperti
penggunaan sebelumnya. Akibatnya, perlu jumlah yang semakin besar, sehingga ia dapat
menjadi overdosis dan meninggal. Akibat lain, ia mencoba berbagai macam jenis narkoba,
agar diperoleh pengaruh yang diinginkannya, dengan risiko kerusakan organ-organ tubuh
makin besar, dan risiko kematian karena pengaruh zat yang menguatkan pengaruh zat yang
lainnya.69
Menyangkal (denial) adalah gejala lain ketergantungan. Menyangkal artinya menolak
mengakui adanya masalah. Gejala ketergantungan adalah tetap melanjutkan kegiatan
kecanduannya, walau mengetahui dampak buruknya.70

7 Jenis-Jenis Narkoba yang Sering Disalahgunakan


Joewana dalam bukunya yang berjudul “Peran Orang Tua Mencegah Narkoba”
menyebutkan jenis-jenis narkoba yang sering disalahgunakan, sebagai berikut:71

67
Ibid, hlm. 16
68
Ibid.
69
Ibid.
70
Ibid.
1) Opioida
Segolongan zat dengan daya kerja serupa. Ada yang alami, sintetik, dan semisintetik.
Opioida alami berasal dari getah opium poppy (opiat), seperti morfin, opium, dan kodein.
Contoh opioida semisintetik yaitu heroin/putauw dan hidromorfin. Contoh opioida
sintetik yaitu meperidin, metadon, dan fentanyl (china white). Potensi menghilangkan
nyeri dan menyebabkan ketergantungan heroin 10 kali lipat morfin; kekuatan opioida
sintetik 400 kali lipat kekuatan morfin.
Yang sering disalahgunakan adalah heroin. Cara pakainya yaitu disuntikkan ke dalam
pembuluh darah, atau diisap melalui hidung setelah dibakar. Pengaruh jangka pendek
dapat menyebabkan hilangnya rasa nyeri, ketegangan berkurang, rasa nyaman (eforik)
diikuti perasaan seperti mimpi dan rasa mengantuk. Pengaruh jangka panjang dapat
menyebabkan ketergantungan (gejala putus zat dan toleransi) dan meninggal karena
overdosis. Dapat timbul juga komplikasi seperti sembelit, gangguan menstruasi, dan
impotensi. Karena pemakaian jarum suntik yang tidak steril dapat menimbulkan abses,
dan tertular hepatitis B/C yang merusak hati, atau penyakit HIV/AIDS yang merusak
kekebalan tubuh, sehingga mudah terserang infeksi dan menyebabkan kematian.

2) Ganja (marijuana, cimeng, gelek, hasis)


Mengandung THC (Tetrahydro-cannabinol) yang bersifat psikoaktif. Ganja yang
dipakai biasanya berupa tanaman kering yang dirajang, dilinting, dan disulut seperti
rokok. Dalam undang-undang, ganja termasuk narkotika golongan I, dan dilarang keras
ditanam, digunakan, diedarkan, dan diperjualbelikan.
Segera setelah pemakaian akan menyebabkan perasaan cemas, gembira, banyak
bicara, tertawa cekikikan, halusinasi, berubahnya perasaan waktu (lama dikira sebentar)
dan ruang (jauh dikira dekat), peningkatan denyut jantung, mata merah, mulut dan
tenggorokan kering, dan selera makan meningkat. Pengaruh jangka panjang dapat
menyebabkan daya pikir berkurang, motivasi belajar turun, perhatian ke sekitarnya
berkurang, daya tahan tubuh terhadap infeksi menurun, mengurangi kesuburan,
peradangan jalan napas, aliran darah ke jantung berkurang, dan perubahan pada sel-sel
otak.

71
Satya Joewana, op. cit. hlm. 19-22
3) Kokain (kokain, crack, daun koka, pasta koka)
Berasal dari tanaman koka, tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas otak dan
fungsi organ tubuh lain). Menurut undang-undang, kokain termasuk narkotika golongan I.
Kokain berbentuk kristal putih. Nama jalanannya koka, happy dust, charlie, srepet,
snow/salju putih.
Digunakan dengan cara disedot melalui hidung, dirokok, dan disuntikkan. Cepat
menyebabkan ketergantungan. Segera setelah pemakaian akan menyebabkan rasa percaya
diri meningkat, banyak bicara, rasa lelah hilang, kebutuhan tidur berkurang, minat seksual
meningkat, halusinasi visual dan taktil (seperti ada serangga merayap), waham curiga
(paranoid) dan waham kebesaran. Pengaruh jangka panjang dapat menyebabkan kurang
gizi, anemia, sekat hidung rusak/berlubang, dan gangguan jiwa (psikotik).

4) Alkohol
Terdapat pada minuman keras, yang kadar etanolnya berbeda-beda. Minuman keras
golongan A berkadar etanol 1-5%, contohnya bir. Minuman keras golongan B berkadar
etanol 5-20%, contohnya berbagai jenis minuman anggur. Minuman keras golongan C
kadar etanolnya 20-45%, contohnya vodka, rum, gin, dan manson house.
Alkohol menekan kerja otak (depresansia). Setelah diminum, alkohol diserap oleh
tubuh dan masuk ke dalam pembuluh darah. Alkohol menyebabkan mabuk, jalan
sempoyongan, bicara cadel, kekerasan atau perbutan merusak, ketidakmampuan belajar
dan mengingat, dan menyebabkan kecelakaan jika mengendarai dalam keadaan mabuk.
Pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati, kelenjar getah lambung,
saraf tepi, gangguan otak, gangguan jantung, meningkatnya risiko kanker, dan bayi lahir
cacat dari ibu pecandu alkohol.

5) Golongan Amfetamin (amfetamin, ekstasi, sabu)


Termasuk stimulansia bagi susunan saraf pusat, disebut juga upper. Amfetamin sering
digunakan untuk menurunkan berat badan karena mengurangi rasa lapar. Juga dipakai
oleh siswa atau mahasiswa yang akan ujian, karena mengurangi rasa kantuk. Cepat
menyebabkan ketergantungan. Ekstasi dan sabu digunakan oleh remaja dan dewasa muda
dari berbagai kalangan untuk bersenang-senang.
Termasuk golongan amfetamin adalah MDMA (ekstasi, XTC, ineks) dan
metamfetamin (sabu), yang banyak disalahgunakan. Berbentuk pil warna-warni (ekstasi)
atau kristal putih (sabu). Disebut desainer drug karena dibuat di laboratorium gelap, yang
kandungannya adalah campuran berbagai jenis zat.
Cara pakainya yaitu diminum untuk ekstasi, diisap melalui hidung memakai sedotan
untuk sabu, atau disuntikkan. Pengaruh jangka pendek dapat menyebabkan tidak tidur,
rasa riang, perasaan melambung (fly), rasa nyaman, dan meningkatkan keakraban. Akan
tetapi, setelah itu muncul rasa tidak enak, murung, nafsu makan hilang, berkeringat, rasa
haus, rahang kaku dan bergerak-gerak, badan gemetar, jantung berdebar, dan tekanan
darah meningkat. Pengaruh jangka panjang dapat menyebabkan kurang gizi, anemia,
penyakit jantung, dan gangguan jiwa (psikotik). Yang lebih parah dapat menyebabkan
pembuluh darah otak pecah, sehingga mengalami stroke, atau gagal jantung, sehingga
meninggal.

6) Halusinogen
Contoh: Lysergic Acid (LSD), yang menyebabkan halusinasi (khayalan). Termasuk
narkotika golongan I yang sangat berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan, sering
disebut acid, red dragon, blue heaven, sugar cubes, trips, dan tabs. Bentuknya seperti
kertas berukuran kotak kecil sebesar seperempat perangko dalam banyak warna dan
gambar, atau berbentuk pil dan kapsul. Cara pemakaiannya adalah dengan meletakkan
LSD pada lidah.
Pengaruh LSD tidak dapat diduga. Sensasi dan perasaan berubah secara dramatis,
flashback atau bad trips (halusinasi/penglihatan semu) secara berulang tanpa peringatan
sebelumnya. Pengaruh jangka pendek dapat menyebabkan pupil melebar, tidak dapat
tidur, selera makan hilang, suhu tubuh meningkat, berkeringat, denyut nadi dan tekanan
darah naik, koordinasi otot terganggu, dan tremor. Pengaruh jangka panjang dapat
menyebabkan rusaknya sel otak, gangguan daya ingat dan pemusatan perhatian,
meningkatnya risiko kejang, kegagalan pernapasan dan jantung.

7) Sedativa dan Hipnotika (obat penenang, obat tidur)


Contoh: Lexo, DUM, Nipam, pil BK, MG, Rohyp. Digunakan dalam pengobatan
dengan pengawasan, yaitu dengan resep dokter. Orang meminum obat tidur/pil penenang
untuk menghilangkan stres atau gangguan tidur. Memang stres berkurang atau hilang
sementara, tetapi persoalan tetap ada. Pengaruhnya sama dengan alkohol, yaitu menekan
kerja otak dan aktivitas organ tubuh lain (depresan). Jika diminum bersama alkohol maka
dapat meningkatkan pengaruhnya, sehingga dapat terjadi kematian. Segera setelah
pemakaian akan menyebabkan perasaan tenang dan otot-otot mengendur. Pada dosis lebih
besar akan menyebabkan gangguan bicara (pelo), persepsi terganggu, dan jalan
sempoyongan. Dosis lebih tinggi akan menyebabkan tertekannya pernapasan, koma, dan
kematian. Pemakaian jangka panjang akan menyebabkan ketergantungan.

8) Solven dan Inhalansia


Zat pelarut yang mudah menguap dan gas berupa senyawa organik untuk berbagai
keperluan rumah tangga, bengkel, kantor, dan industri. Contoh: tiner, aceton, lem, aerosol
spray, dan bensin. Sering digunakan anak 9-14 tahun dan anak jalanan, dengan cara
dihirup (ngelem). Sangat berbahaya, karena begitu diisap akan masuk ke darah dan segera
masuk ke otak. Dapat berakibat mati mendadak karena otak kekurangan oksigen, atau
karena ilusi, halusinasi, dan persepsi salah (merasa bisa terbang sehingga mati ketika
terjun dari tempat tinggi). Pengaruh jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada
otak, paru-paru, ginjal, sumsum tulang, dan jantung.

9) Nikotin
Terdapat pada tembakau (termasuk stimulansia). Selain nikotin, tembakau
mengandung tar dan CO yang berbahaya, serta zat lain, seluruhnya tidak kurang dari
4.000 senyawa. Menyebabkan kanker paru, penyempitan pembuluh darah, penyakit
jantung, dan tekanan darah tinggi. Survey menunjukkan, merokok pada anak/remaja
merupakan pintu gerbang pada pemakaian narkoba lain.

8 Pengaruh Narkoba
Narkoba mengubah suasana hati dan perilaku pengguna, walaupun sifatnya sementara
dan semu, yaitu sebagai berikut.72

1) Bebas dari Rasa Kesepian


Dalam masyarakat modern, ketika orang sulit menjalin hubungan akrab, narkoba menjadi
‘obat manjur’. Narkoba meningkatkan keakraban dengan sesama serta menghilangkan
rasa kesepian. Namun, dalam tahap jangka panjang, narkoba justru memunculkan
perasaan terisolasi dan rasa kesepian.

2) Bebas dari Perasaan Negatif Lain


Kecanduan menyebabkan seseorang sibuk dengan kecanduannya, hingga ia tidak merasa
perlu memerhatikan perasaan atau kekosongan jiwanya. Narkoba menjauhkannya dari

72
Lydia H. Martono dan Satya Joewana, op. cit. hlm. 2
perasaan kecewa, kekurangan, atau kehilangan makna dan tujuan hidup, serta konflik
batin yang ditakutkannya.

3) Kenikmatan Semu
Dalam masyarakat yang berorientasi pada kerja, uang, prestasi, kekuasaan, dan
kedudukan sebagai tolak ukur keberhasilan, narkoba menggantikan rekreasi yang
memberi perasaan bebas terhadap kesadaran diri dan waktu.

4) Pengendalian Semu
Dalam abad teknologi, ketika orang merasa kurang atau tidak lagi memiliki kendali atas
lingkungannya, di lain pihak, membutuhkan kekuasaan dan penampilan, narkoba
menyebabkan perasaan mampu mengendalikan situasi dan memiliki kekuasaan. Pecandu
merasa “beroleh kekuasaan atas setiap kesalahan”.

5) Krisis yang Menetap


Pecandu tidak ingin merasakan perasaannya yang sebenarnya (yang menyakitkan). Akan
tetapi, pada waktu yang bersamaan, tidak pula ingin mengalami mati rasa. Narkoba
memberikan perasaan gairah dan ketegangan untuk menggantikan perasaan yang
sebenarnya.

6) Meningkatkan Penampilan
Dalam masyarakat ketika penampilan sangat penting, narkoba dapat membuat seseorang
lebih mudah diterima orang lain. Narkoba menyembunyikan ketakutan atau kecemasan
dan membiusnya dari rasa sakit, karena dihakimi atau dinilai orang lain.

7) Bebas dari Perasaan Waktu


Ketika sedang memakai narkoba, pecandu merasa waktu seakan-akan berhenti. Masa lalu
tidak lagi menghantui dirinya; demikian juga masa depan. Yang ada adalah hari ini
beroleh pengalaman dengan narkoba.

9 Akibat Penyalahgunaan Narkoba


Menurut Martono dan Joewana (2006), ada beberapa akibat yang ditimbulkan karena
penyalahgunaan narkoba, yaitu:73

1) Bagi Diri Sendiri

73
Ibid, hlm. 3-4
a. Terganggunya fungsi otak dan perkembangan normal remaja:
1. Daya ingat, sehingga mudah lupa
2. Perhatian, sehingga sulit berkonsentrasi
3. Perasaan, sehingga tidak dapat bertindak rasional, impulsif
4. Persepsi, sehingga memberi perasaan semu/khayal
5. Motivasi, sehingga keinginan dan kemampuan belajar merosot, persahabatan
rusak, serta minat dan cita-cita semula padam.
Oleh karena itu, narkoba menyebabkan perkembangan mental-emosional dan sosial
remaja terhambat.
b. Intoksikasi (keracunan), yakni gejala yang timbul akibat pemakaian narkoba dalam
jumlah yang cukup berpengaruh pada tubuh dan perilaku seseorang. Gejalanya
bergantung pada jenis, jumlah, dan cara penggunaan. Istilah yang sering dipakai
pecandu adalah pedauw, fly, mabuk, teler, high, dsb.
c. Overdosis (OD), kelebihan dosis narkoba yang digunakan, sehingga dapat
menyebabkan kematian karena terhentinya pernapasan (heroin) atau pendarahan otak
(amfetamin, sabu). OD terjadi karena toleransi sehingga perlu dosis yang lebih besar,
atau karena sudah lama berhenti pakai, lalu memakai lagi dengan dosis yang dahulu
digunakan.
d. Gejala putus zat, yakni gejala ketika dosis yang dipakai berkurang atau dihentikan
pemakaiaannya. Berat atau ringan gejala tergantung pada jenis zat, dosis, cara, dan
lama pakai.
e. Berulang kali kambuh, karena craving (rasa rindu pada narkoba), walaupun telah
berhenti pakai, narkoba dan perangkatnya, kawan-kawan, suasana dan tempat-tempat
penggunaannya dahulu mendorongnya untuk memakai narkoba kembali. Itu sebabnya
pecandu berulang kali kambuh.
f. Gangguan perilaku/mental-sosial, seperti sikap acuh tak acuh, sulit mengendalikan
diri, mudah tersinggung, marah, menarik diri dari pergaulan, hubungan dengan
keluarga dan sesama terganggu. Terjadi perubahan mental: gangguan pemusatan
perhatian, motivasi belajar/bekerja lemah, ide paranoid, dan gejala Parkinson.
g. Gangguan kesehatan, yakni kerusakan atau gangguan fungsi organ tubuh, seperti hati,
jantung, paru, ginjal, kelenjar endokrin, alat reproduksi; infeksi hepatitis B/C (80%),
HIV/AIDS (40-50%), penyakit kulit dan kelamin; kurang gizi, dan gigi berlubang.
h. Kendornya nilai-nilai, yakni mengendornya nilai-nilai kehidupan agama, sosial, dan
budaya, seperti perilaku seks bebas dengan akibatnya (penyakit kelamin atau
kehamilan yang tidak diinginkan), sopan santun hilang, a-sosial, mementingkan diri
dan tidak memedulikan orang lain.
i. Masalah ekonomi dan hukum, seperti terlibat hutang, karena berusaha memenuhi
kebutuhannya akan narkoba. Ia mencuri uang atau menjual barang-barang milik
pribadi atau orang lain. Jika masih sekolah, uang sekolah digunakan untuk membeli
narkoba sehingga terancam putus sekolah. Jika bekerja ia terancam putus hubungan
kerja. Mungkin juga ditahan polisi atau bahkan dipenjara.

2) Bagi Keluarga
Suasana nyaman dan tenteram terganggu. Keluarga resah karena barang-barang berharga
dirumah hilang. Anak berbohong, mencuri, menipu, tidak bertanggung jawab, hidup
semaunya, dan a-sosial. Orang tua malu karena memiliki anak pecandu, merasa bersalah, dan
berusaha menutupi perbuatan anak.
Masa depan anak tidak jelas. Ia putus sekolah atau menganggur, karena dikeluarkan dari
sekolah atau pekerjaan. Stres meningkat. Orang tua putus asa sebab pengeluaran uang
meningkat karena pemakaian narkoba atau karena anak harus berulang kali dirawat, bahkan
mungkin mendekam di penjara. Keluarga harus menanggung beban sosial-ekonomi ini.

3) Bagi sekolah
Narkoba merusak disiplin dan motivasi yang sangat penting bagi proses belajar. Siswa
penyalahguna mengganggu terciptanya suasana belajar-mengajar. Prestasi belajar turun
drastis, tidak saja bagi siswa berprestasi, tetapi juga bagi mereka yang kurang berprestasi atau
memiliki gangguan perilaku. Penyalahgunaan narkoba juga berkaitan dengan kenakalan dan
putus sekolah. Kemungkinan siswa penyalahguna membolos lebih besar daripada siswa lain.
Penyalahgunaan narkoba berhubungan dengan kejahatan dan perilaku a-sosial lain yang
mengganggu suasana tertib dan aman, perusakan barang-barang milik sekolah, meningkatnya
perkelahian. Mereka juga menciptakan iklim acuh tak acuh dan tidak menghormati pihak
lain. Banyak di antara mereka menjadi pengedar atau mencuri barang milik teman atau
karyawan sekolah.

4) Bagi Masyarakat, Bangsa, dan Negara


Mafia perdagangan gelap selalu berusaha memasok narkoba. Terjalin hubungan
pengedar/bandar dengan korban dan tercipta pasar gelap. Oleh karena itu, sekali pasar
terbentuk, sulit memutus mata rantai peredarannya. Masyarakat yang rawan narkoba tidak
memiliki daya tahan sehingga kesinambungan pembangunan terancam. Negara menderita
kerugian, karena masyarakatnya tidak produktif, dan tingkat kejahatan meningkat. Belum
sarana dan prasarana yang harus disediakan, baik penjara, maupun perawatan terapi dan
rehabilitasi.

10 Pemulihan dari Narkoba


Adiksi atau kecanduan adalah suatu penyakit bio-psiko-sosial, artinya melibatkan aspek
biologis, psikologis, dan sosial, juga aspek rohani. Adiksi terjadi bukan akibat kelemahan
moral, juga bukan karena kekurangan kemauan.74
Pemulihan dimulai dengan berhenti memakai narkoba (abstinensi). Akan tetapi, berhenti
memakai saja tidak cukup. Gaya hidup juga harus berubah sehingga memengaruhi rohani,
jiwa, dan tubuhnya. Proses ini disebut “pemulihan seluruh pribadinya”.75
Upaya pemulihan yang sebenarnya ialah mengubah gaya hidup dan sikap seorang
pecandu secara mendasar. Seperti pola pikir dan perilaku adiktif yang menyebabkannya
kecanduan narkoba.76
Orang menjadi kecanduan narkoba melalui proses panjang, bukan terjadi semalam.
Biasanya dimulai dengan coba-coba, lalu meningkat menggunakan kadangkala, misalnya
waktu pesta atau peristiwa lain. Ketika penggunaannya cukup sering, sampailah pada tahap
penyalahgunaan dan akhirnya kecanduan.77
Oleh karena itu, proses penyembuhan juga membutuhkan waktu yang lama, tidak dapat
terjadi seketika seperti yang diharapkan oleh seorang pecandu atau masyarakat. Pemulihan
adalah suatu proses yang dinamis dan progresif, perjalanan panjang dan menyakitkan dari
ketergantungan narkoba kepada gaya hidup bebas tanpa narkoba.78
Pemulihan adalah proses penyembuhan dari kerusakan fisik, psikologis, dan sosial akibat
kecanduan narkoba. Pemulihan adalah proses individu; tidak ada dua orang yang pulih
dengan kecepatan sama.79
Gorski membagi proses pemulihan dalam 6 tahapan, sebagai berikut:80

1) Praterapi: Pecandu akhirnya mengakui bahwa ia tidak berdaya terhadap kecanduannya. Ia


menyadari akibat penyalahgunaan narkoba. Tahap ini terjadi sebelum dan selama terapi.

74
Ibid, hlm. 11
75
Ibid.
76
Ibid, hlm. 12
77
Ibid.
78
Ibid
79
Ibid
80
Ibid, hlm. 12-13
2) Stabilisasi: Pecandu pulih dari gejala putus zat akut dan gangguan kesehatannya. Ia mulai
beroleh kendali atas pikiran, emosi, penilaian, dan perilakunya. Tahap ini terjadi selama
terapi.

3) Pemulihan awal: Pecandu menerima kecanduan sebagai penyakit dan mulai belajar untuk
berfungsi normal tanpa memakai narkoba. Beberapa pecandu mengalami kesulitan,
karena masih mengalami sisa gejala putus zat. Pecandu belajar mengatasi masalah,
bertoleransi dengan cemas, dan berantisipsi ketika ada dorongan memakai narkoba
kembali. Keluarga belajar membuat pembatasan, bekerja sama, dan bermain bersama
tanpa konflik yang berarti.

4) Pemulihan pertengahan: Tujuan tahap ini adalah mengubah gaya hidup pecandu.
Bagaimana mengatasi godaan agar tidak terjerumus kecanduan lain di luar narkoba yang
disukai, seperti minum alkohol dan berjudi, adalah sangat penting.
Pecandu dan keluarga berjanji untuk memelihara hidup sehat tanpa narkoba. Mereka
belajar agar lebih merasa nyaman ketika ada perasaan tidak enak dan konflik. Pecandu
belajar menghadapi tuntutan kehidupan, seperti sekolah dan pekerjaan. Ia belajar
mengelola perilakunya sehari-hari secara efektif. Ia berusaha mengatasi kebosanan atau
rasa jenuh. Ia mulai memusatkan perhatiannya pada masa depan.

5) Pemulihan akhir: Tujuan tahap ini adalah untuk mengembangkan harga diri dan kapasitas
untuk membangun keakraban (rasa intim) sehingga mampu hidup bahagia dan produktif.

6) Pemeliharaan: Tujuan tahap ini adalah untuk tetap sejahtra dan memelihara program
pemulihannya secara efektif, seperti memerhatikan tanda-tanda bahaya relaps,
memecahkan persoalan kehidupannya sehari-hari, memelihara kejujuran, dan hidup
produktif. Terjadi dinamika yang sehat dengan keluarga. Rencana pemulihan tetap
terpelihara.

Kecanduan adalah penyakit kronis yang sering kambuh. Oleh karena pemulihan adalah
proses yang lama, diperlukan dukungan keluarga dan teman. Menyendiri pada waktu stres
harus dihindari, sebab cenderung rawan terhadap kecanduan. Dukungan diharapkan datang
dari kelompok saling bantu (self-help group) yang terdiri atas relawan dan mantan pecandu
yang berhasil pulih.81

81
Ibid, hlm. 13
Perlu juga dilakukan proteksi lingkungan dan pergaulan yang bebas dari lingkungan
pecandu. Hal ini dapat dilakukan dengan memasukkan mantan pecandu ke pusat rehabilitasi.
Menurut Partodiharjo (2010), rehabilitasi adalah upaya pemulihan kesehatan jiwa dan
raga yang ditujukan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif
(pengobatan). Tujuannya agar ia tidak memakai lagi dan bebas dari penyakit ikutan yang
disebabkan oleh bekas pemakaian narkoba.82
Adapun menurut Clara Ajisuksmo, dkk. (2001), rehabilitasi meliputi rehabilitasi fisik,
mental, spiritual, edukasional, dan vokasional. Program kegiatan rehabilitasi itu meliputi:83

1) Memperbaiki gizi dengan makanan bermutu.


2) Memulihkan kesehatan dengan olah raga.
3) Menanamkan nilai-nilai luhur dengan pendalaman iman menurut keyakinan imannya
masing-masing.
4) Meningkatkan konsep diri melalui spikoterapi kognitif-behavioral, membangkitkan
kembali kepercayaan diri melalui psikoterapi suportif, meningkatkan kemampuan
komunikasi interpersonal melalui konseling, dinamika kelompok, terapi kelompok dan
bila perlu terapi keluarga.
5) Belajar keterampilan computer, bahasa, sablon, montir, dan lain-lain.
6) Bekerja membantu memasak, mempersiapkan makan, mengepel, mencuci pakaian,
menyapu, atau memproduksi sesuatu untuk dijual.
7) Rekreasi.

B. Remaja
Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi
dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik. (Hurlock, 1992)84
Menurut Zakiah Darajat (1990), remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak
dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan
fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan
ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.85

82
Subagyo Partodihardjo, Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya (Jakarta: Erlangga, 2010), hlm.105
83
Clara R. P. Ajisuksmo, et.al., op.cit. hlm. 25-26
84
Hariyanto, Pengertian Remaja Menurut Para Ahli. [online]. Tersedia: http://belajarpsikologi.com/pengertian-
remaja/. Diakses: 8-1-2017
85
Ibid.
Batasan remaja menurut WHO (dalam Sarwono, 2003) lebih konseptual. Dalam definisi
ini dikemukakan 3 kriteria yaitu biologi, psikologi, dan sosial ekonomi, sehingga secara
lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut, remaja adalah suatu masa dimana:86

a) Individu berkembang dari saat pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual


sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
b) Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identitas dari kanak-kanak
menjadi dewasa.
c) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan
yang relatif lebih mandiri.

WHO menetapkan atas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja dan membagi kurun
usia tersebut dalam dua bagian yaitu, remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun.
Pedoman umur remaja di Indonesia menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum
menikah.87
Berdasarkan beberapa ketentuan dalam peraturan perundang-undangan memang masih
tidak ditemui keseragaman mengenai usia dewasa seseorang. Sebagian memberi batasan 21
tahun, sebagian lagi 18 tahun, bahkan ada yang 17 tahun, seperti berikut:88

a) Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 45

“Dalam hal penuntutan pidana terhadap orang yang belum dewasa karena melakukan
suatu perbuatan sebelum umur enam belas tahun, hakim dapat menentukan:.... dstnya.”
Namun R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta
Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal menjelaskan bahwa yang
dimaksudkan “belum dewasa” ialah mereka yang belum berumur 21 tahun dan belum
kawin. Jika orang kawin dan bercerai sebelum umur 21 tahun, ia tetap dipandang dengan
dewasa.

b) Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 47, anak yang
dimaksud dalam UU Perkawinan adalah yang belum mencapai 18 tahun.

c) Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 angka 26

86
Akbar Ilyas, Pengertian Remaja Menurut Beberapa Ahli. [online]. Tersedia:
http://www.tongkronganislami.net/2015/10/pengertian-remaja-menurut-beberapa-ahli.html, Diakses: 8-1-2017
87
Ibid.
88
Letezia Tobing, Perbedaan Batasan Usia Cakap Hukum dalam Peraturan Perundang-undangan. [online].
Tersedia: http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4eec5db1d36b7/perbedaan-batasan-usia-cakap-hukum-
dalam-peraturan-perundang-undangan. Diakses: 13-1-2017
anak adalah setiap orang yang berumur di bawah 18 tahun.

d) Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Pasal 1 angka 8

Anak didik pemasyarakatan adalah:


a. Anak pidana, yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalani pidana di
LAPAS anak paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun;
b. Anak negara, yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan pada
negara untuk dididik dan ditempatkan di LAPAS anak paling lama sampai berumur
18 (delapan belas) tahun;
c. Anak sipil, yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh
penetapan pengadilan untuk dididik di LAPAS anak paling lama sampai berumur 18
(delapan belas) tahun.

e) Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
Pasal 1 angka 3, angka 4, dan angka 5

Pasal 1 angka 3
Anak yang Berkonflik dengan Hukum adalah anak yang telah berumur 12 (dua belas)
tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang diduga melakukan tindak
pidana.

Pasal 1 angka 4
Anak yang Menjadi Korban Tindak Pidana adalah anak yang belum berumur 18
(delapan belas) tahun yang mengalami penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian
ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana.

Pasal 1 angka 5
Anak yang Menjadi Saksi Tindak Pidana adalah anak yang belum berumur 18 (delapan
belas) tahun yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang
didengar, dilihat, dan/atau dialaminya sendiri.

f) Menurut Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 angka
5

Anak adalah setiap manusia yang berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun dan
belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan apabila hal tersebut adalah
demi kepentingannya.

g) Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak sebagaimana


terakhir diubah dengan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 Pasal 1 angka 1

Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan.

h) Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 Tentang Pornografi Pasal 1 angka 4


Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun.

i) Menurut Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik


Indonesia Pasal 4 huruf h

Warga Negara Indonesia adalah anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari
seorang ibu warga negara asing yang diakui oleh seorang ayah Warga Negara Indonesia
sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan sebelum anak tersebut berumur 18
(delapan belas) tahun atau belum kawin.

j) Menurut Undang-Undang No. 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana


Perdagangan Orang Pasal 1 angka 5

Anak adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak
yang masih dalam kandungan.

1. Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja biasa disebut dengan istilah juvenile delinquency. Juvenile berasal dari
bahasa Latin “juvenilis”, yang artinya anak-anak, anak muda, ciri karakteristik pada masa
muda, dan sifat-sifat khas pada periode remaja, sedangkan delinquent berasal dari bahasa
latin “delinquere” yang berarti terabaikan, mengabaikan, yang kemudian diperluas artinya
menjadi jahat, nakal, anti sosial, kriminal, pelanggar aturan, pembuat ribut, pengacau,
peneror, durjana, dan lain sebagainya.89
Menurut Kartini Kartono (1988), kenakalan remaja atau dalam bahasa Inggris dikenal
dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang
disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial. Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk
perilaku yang menyimpang.90
Singgih D. Gumarso (1988), mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan
dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu:91
1) kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diatur dalam undang-undang
sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum.
2) kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-
undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila
dilakukan orang dewasa.

89
Bayu Setyo, Pengertian Kenakalan Remaja. [online]. Tersedia: http://rewimania-
kepung.blogspot.co.id/p/pengertian-kenakalan-remaja_490.html. Diakses: 14-1-2017
90
Ibid.
91
Ab Biahimo, Analisis Tentang Kenakalan Remaja. [online]. Tersedia: eprints.ung.ac.id/1049/6/2012-2-86201-
111409013-bab2-24012013010616.pdf. Diakses: 14-1-2017
Menurut bentuknya, Sunarwiyati S. (1985), membagi kenakalan remaja kedalam tiga
tingkatan:92

1) Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari
rumah tanpa pamit, dan lain-lain.
2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai
kendaraan tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin, dan lain-lain.
3) Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkoba, hubungan seks diluar nikah,
pemerkosaan, dan lain-lain.

2. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkoba di Kalangan Remaja


Penyebab penyalahgunaan narkoba sangat kompleks, tetapi selalu merupakan interaksi
tiga faktor penyebab, yaitu: (1) narkoba, (2) individu, dan (3) lingkungan. Faktor narkoba
berbicara tentang ketersediaan dan farmakologi zat (jenis, jumlah, cara pakai, dan
pengaruhnya pada tubuh). Faktor individu berbicara tentang faktor-faktor pada individu, yaitu
keturunan, watak atau kepribadian, pengetahuan, sikap dan keyakinan tentang narkoba,
keterampilan membina hubungan interpersonal dan keterampilan menangkal narkoba. Faktor
lingkungan terdiri atas lingkungan sosial di sekitar kehidupan remaja (situasi pribadi,
hubungan dengan orang tua, pengaruh kelompok sebaya, sekolah, dan penegak hukum
setempat) dan lingkungan masyarakat.93
Adapun faktor internal dan eksternal yang menjadi penyebab penyalahgunaan narkoba di
kalangan remaja, yaitu:

1. Faktor Internal94
Faktor internal merupakan motivasi penyalahgunaan narkoba yang berasal dari dalam diri
individu itu sendiri yang meliputi:
1) Kepribadian
Pola kepribadian seseorang amat besar pengaruhnyan terhadap penyalahgunaan narkoba.
Apakah orang tersebut akan menjadi penyalahguna narkoba ataukah tidak, maka
sebenarnya dialah yang dapat menentukannya sendiri. Orang yang memiliki kepribadian
lemah (labil), mudah kecewa, tidak mampu menerima kegagalan dan kekecewaan, adalah
orang yang mudah terlibat dalam penyalahgunaan narkoba.

92
Ibid.
93
Satya Joewana, op. cit., hlm. 25
94
Tim Visi Media, Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba (Jakarta: Visimedia, 2006), hlm. 8-10
2) Inteligensi
Orang yang mempunyai inteligensi di bawah rata-rata orang seusianya lebih mudah
terpengaruh dalam penyalahgunaan narkoba. Hal ini dapat dimengerti karena mereka
kurang mampu untuk berpikir kritis ke arah yang lebih jauh ke depan dalam membedakan
mana yang lebih bermanfaat baginya dan mana yang merugikan.

3) Usia
Dalam usia remaja, remaja selalu berusaha melepaskan diri dari otoritas orang tua untuk
menemukan dirinya dalam mencari identitas. Dalam kondisi labil seperti itu, kesalahan
dalam memilih teman dan kelompok bermain dapat membawa akibat buruk bagi
pembentukan kepribadian seorang remaja yang dapat menjerumuskan mereka dalam
penyalahgunaan narkoba.

4) Rasa ingin tahu


Rasa ingin tahu adalah milik setiap orang, khususnya bagi remaja. Mereka sangat
terdorong untuk mencoba hal-hal yang baru dan mendapat pengalaman yang baru
meskipun terkadang yang ia lakukan mengandung risiko bahaya. Luasnya publikasi dan
banyaknya informasi tantang narkoba bagi mereka terkadang justru menjadi pencetus
timbulnya rasa ingin tahu dan mencoba-coba, kemudian menjadi pemakai tetap dan pada
akhirnya menjadi ketergantungan pada narkoba.

5) Memecahkan persoalan
Penggunaan narkoba secara medis memang diakui dapat menurunkan tingkat kesadaran
dan dapat menghilangkan ketegangan akibat persoalan-persoalan yang dialaminya. Dari
persepsi tersebut kelompok remaja menganggap narkoba sebagai jalan untuk mencari
‘penenangan’ dari rasa ketakutan dan kerisauan hatinya seperti kesulitan hidup dan
konflik-konflik batin yang berat.

6) Adanya perubahan peranan


Dimana pada masa ini para remaja yang tadinya masih berperan sebagai anak-anak kini
mendapat peran sebagai remaja yang mempunyai perbedaan dengan perannya ketika dia
masih anak-anak. Pada masa remaja ini mulai ditanamkan sikap kemandirian yang
menuntutnya bisa berperilaku bertanggung jawab. Sejalan dengan itu dorongan
individualistis juga semakin meningkat hingga pada tingkat privatistik. Kadang keadaan
ini menimbulkan konflik bagi remaja itu sendiri. Kalau tidak dipersiapkan dengan baik
makan akan berakibat fatal bagi remaja itu sendiri. Sikap dan sifat mudah marah, cepat
tersinggung, kecewa atau putus asa memang kadang terjadi pada remaja seperti ini.

7) Goncangan emosional
Hal ini muncul dengan kejiwaan masa remaja yang masih labil. Pada usia remaja
perubahan emosi bisa terjadi begitu cepat, dari suatu keadaan gembira dapat berubah
menjadi kemarahan atau kesedihan. Perubahan terjadi secara mendadak dan tidak dapat
diramalkan sebelumnya. Keadaan ini menyebabkan kesukaran bagi orang lain untuk
mendekati para remaja.

8) Berkhayal dan berfantasi


Fantasi yang berlebihan akan menyebabkan para remaja hidup dalam dunia khayalan,
tidak nyata. Ketika ia sadar dari khayalannya dan menemukan kenyataan yang tidak
sesuai dengan yang ia khayalkan, ia akan kecewa dan mencari jalan keluarnya sendiri
untuk mewujudkan khayalannya.

2. Faktor Eksternal95
Faktor eksternal yaitu faktor dari luar diri individu atau lingkungan yang turut mendorong
tindakan tersebut yang meliputi:
1) Lingkungan keluarga
Keluarga yang tidak harmonis (broken home) dan sering terjadi percekcokan, kurangnya
komunikasi, kurangnya kasih sayang serta perhatian orang tua terhadap anak-anak akan
menjadi sebab timbulnya penyalahgunaan narkoba sebagai imbas dari kehidupan keluarga
yang kurang kondusif dan tidak harmonis tersebut.

2) Lingkungan Pekerjaan
Salah satu penyebab seseorang menjadi pemakai narkoba ialah mudah atau tidaknya
seseorang mendapatkan narkoba tersebut. Tidak jarang anak-anak yang orang tuanya
dokter ataupun detailer sering didapati menjadi pecandu hanya karena ia lebih mudah
memperoleh narkoba.

3) Status sosial ekonomi


Pada dasarnya setiap orang dari segala lapisan masyarakat dapat menjadi pemakai
narkoba. Hanya saja, lebih sering terjadi penyalahgunaan di kalangan menengah ke atas.

95
Ibid, hlm. 17-19
Orang dengan status sosial ekonomi yang tinggi, lebih memungkinkan untuk
mendapatkan narkoba, karena mereka memiliki kemampuan finansial lebih untuk
membeli narkoba yang harganya relatif mahal.

4) Tekanan kelompok
Seseorang yang terlibat dengan suatu kelompok biasanya akan bersikap loyal dan solider
terhadap kelompoknya. Kesadaran seperti ini akan menjadikan dirinya dipengaruhi dan
ditekan oleh kelompoknya yang sudah menjadi pecandu narkoba untuk menjadi pemakai
narkoba juga sebagai bentuk loyalitas dan solidaritas terhadap kelompoknya.
5) Lingkungan Pendidikan
Ketaatan dan kedisiplinan dalam penerapan peraturan di lingkungan pendidikan akan
berperan penting dalam meredam prakterk penyalahgunaan narkoba. Sekolah yang
mempunyai tingkat peraturan yang ketat dan kedisiplinan yang tinggi, pasti tidak akan
mudah dimasuki oleh jaringan pengedar narkoba. Sebaliknya sekolah yang penuh dengan
berbagai kelonggaran dan toleransi yang negative justru menjadi tempat yang nyaman
bagi para pengguna dan pengedar narkoba. Oleh karena itu, sekolah harus menjadi
lembaga yang bebas dari segala bentuk penggunaan dan pengedaran narkoba.

Dari semua faktor tersebut, yang terpenting adalah faktor individu. Seseorang harus
mampu bertanggung jawab dan tidak boleh beralasan lain atas perilakunya itu. Hal ini
penting dipahami dan menjadi dasar pencegahan. Tanggung jawab merupakan masalah
pengambilan keputusan yang dilakukan atas pertimbangan mengenai apa yang baik dan
buruk atau apa yang benar dan salah. Tanggung jawab menyangkut masalah nilai, norma, dan
pedoman hidup.96

C. Peraturan Perundang-undangan
Mengingat betapa besar bahaya penyalahgunaan narkoba ini, maka siapapun yang berani
menyalahgunakan narkoba jenis apapun akan dihukum dengan berat. Adapun dasar hukum
yang diterapkan untuk menghadapi pelaku tindak pidana narkoba salah satunya adalah
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika.
Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum melakukan penyalahgunaan narkotika
golongan I, golongan II, dan golongan III maka akan dikenakan ketentuan pidana

96
Satya Joewana, op. cit., hlm. 26
berdasarkan pasal 111, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125,
126 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, seperti berikut:

Pasal 111:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menanam, memelihara, memiliki,
menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk
tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling
lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan menanam, memelihara, memiliki, menyimpan, menguasai, atau
menyediakan Narkotika Golongan I dalam bentuk tanaman sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon, pelaku
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 112:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai,
atau menyediakan Narkotika Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5
(lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 113:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,
mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan
Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk tanaman
beratnya melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam
bentuk bukan tanaman beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana
mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 114:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual,
membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan
Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menjadi perantara
dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika Golongan I
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1
(satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan tanaman
beratnya 5 (lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur
hidup, atau pidana penjara paling singkat 6 (enam) tahun dan paling lama 20 (dua
puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 115:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut,
atau mentransito Narkotika Golongan I, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00
(delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika
Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam bentuk tanaman beratnya
melebihi 1 (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon beratnya melebihi 5
(lima) gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 116:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika Golongan I
terhadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan I untuk digunakan orang lain,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
dan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
(2) Dalam hal penggunaan narkotika terhadap orang lain atau pemberian Narkotika
Golongan I untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku dipidana dengan pidana
mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 117:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai,
atau menyediakan Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan Narkotika
Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram,
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 118:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,
mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan
Narkotika Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima)
gram , pelaku dipidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 119:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual,
membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan
Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar
rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi
perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan II
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana
dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 120:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut,
atau mentransito Narkotika Golongan II, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima
miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika
Golongan II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram maka
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 121:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika Golongan II
tehadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan II untuk digunakan orang lain,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 12 (dua
belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
(2) Dalam hal penggunaan Narkotika terhadap orang lain atau pemberian Narkotika
Golongan II untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku dipidana dengan pidana
mati, pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 122:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai,
atau menyediakan Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memiliki, menyimpan, menguasai, menyediakan Narkotika
Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram,
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 123:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, mengimpor,
mengekspor, atau menyalurkan Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan
Narkotika Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima)
gram, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling
lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 124:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk dijual, menjual,
membeli, menerima, menjadi perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan
Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun
dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00
(enam ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan menawarkan untuk dijual, menjual, membeli, menerima, menjadi
perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan Narkotika Golongan III
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram, pelaku dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3
(sepertiga).

Pasal 125:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum membawa, mengirim, mengangkut,
atau mentransito Narkotika Golongan III, dipidana dengan pidana penjara paling singkat
2 (dua) tahun dan paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
miliar rupiah).
(2) Dalam hal perbuatan membawa, mengirim, mengangkut, atau mentransito Narkotika
Golongan III sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya melebihi 5 (lima) gram
maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Pasal 126:
(1) Setiap orang yang tanpa hak atau melawan hukum menggunakan Narkotika Golongan III
tehadap orang lain atau memberikan Narkotika Golongan III untuk digunakan orang lain,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp600.000.000,00 (enam ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
(2) Dalam hal penggunaan Narkotika tehadap orang lain atau pemberian Narkotika
Golongan III untuk digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan orang lain mati atau cacat permanen, pelaku dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana
denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).

Barang siapa tanpa hak dan melawan hukum melakukan penyalahgunaan narkotika
golongan I, golongan II, dan golongan III bagi dirinya sendiri maka wajib direhabilitasi dan
akan dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 127 ayat 1 dan 3 Undang-Undang Nomor
35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, seperti berikut:

Pasal 127 ayat 1:


(1) Setiap Penyalah Guna:
a. Narkotika Golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
(empat) tahun;
b. Narkotika Golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama
2 (dua) tahun; dan
c. Narkotika Golongan III bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama
1 (satu) tahun.

Pasal 127 ayat 3:


(3) Dalam hal Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibuktikan atau
terbukti sebagai korban penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna tersebut wajib
menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial.

Bagi keluarga ataupun orang tua yang menyembunyikan dan tidak melaporkan anggota
keluarganya yang merupakan pecandu yang masih belum cukup umur maka akan dikenakan
ketentuan pidana berdasarkan pasal 128 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
Tentang Narkotika, seperti berikut:

Pasal 128 ayat 1:


(1) Orang tua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur, sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 55 ayat (1) yang sengaja tidak melapor, dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah).

Barang siapa dengan sengaja melakukan penyalahgunaan narkotika kepada anak yang
belum cukup umur maka akan dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 133 Undang-
Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika, seperti berikut:
Pasal 133:
(1) Setiap orang yang menyuruh, memberi atau menjanjikan sesuatu, memberikan
kesempatan, menganjurkan, memberikan kemudahan, memaksa dengan ancaman,
memaksa dengan kekerasan, melakukan tipu muslihat, atau membujuk anak yang belum
cukup umur untuk melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 111,
Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119,
Pasal 120, Pasal 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125, Pasal 126, dan Pasal
129 dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah) dan paling banyak
Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar rupiah).
(2) Setiap orang yang menyuruh, memberi atau menjanjikan sesuatu, memberikan
kesempatan, menganjurkan, memberikan kemudahan, memaksa dengan ancaman,
memaksa dengan kekerasan, melakukan tipu muslihat, atau membujuk anak yang belum
cukup umur untuk menggunakan Narkotika, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling
sedikit Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling banyak Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah).

Anak sebagai generasi penerus bangsa berhak mendapat perlindungan khusus dari segala
hal yang mengancam kelangsungan tumbuh kembangnya, termasuk dari narkoba. Adapun
yang dimaksud dengan perlindungan khusus adalah suatu bentuk perlindungan yang diterima
oleh anak dalam situasi dan kondisi tertentu untuk mendapatkan jaminan rasa aman terhadap
ancaman yang membahayakan diri dan jiwa dalam tumbuh kembangnya.97 Salah satu
upayanya adalah melalui Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, seperti berikut:

Pasal 59 ayat 1:
(1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan lembaga negara lainnya berkewajiban dan
bertanggung jawab untuk memberikan Perlindungan Khusus kepada Anak.

Pasal 59 ayat 2 huruf e:


(2) Perlindungan Khusus kepada Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
kepada:
e. Anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alkohol, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya;

Pasal 76J:
(1) Setiap Orang dilarang dengan sengaja menempatkan, membiarkan, melibatkan,
menyuruh melibatkan Anak dalam penyalahgunaan, serta produksi dan distribusi
narkotika dan/atau psikotropika.
(2) Setiap Orang dilarang dengan sengaja menempatkan, membiarkan, melibatkan,
menyuruh melibatkan Anak dalam penyalahgunaan, serta produksi dan distribusi alkohol
dan zat adiktif lainnya.

97
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 15
Pasal 89:
(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76J ayat
(1), dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda
paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
(2) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76J
ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling sedikit Rp20.000.000,00 (dua puluh juta
rupiah) dan denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).

Perlakuan terhadap anak yang berkonflik dengan hukum tentu saja berbeda dengan orang
dewasa. Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, bagi anak yang berhadapan
dengan hukum diberikan perlindungan khusus antara lain berupa penghindaran dari
penangkapan, penahanan atau penjara, kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu yang
paling singkat.98
Selain penjara merupakan upaya terakhir, hukuman pidana untuk anak pun berbeda
dengan orang dewasa. Jika pengguna narkotika tersebut adalah pelajar, maka hukuman
pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak paling lama 1/2 (satu perdua) dari maksimum
ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.99
Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak, yaitu penyidikan dan penuntutan pidana anak serta
persidangan anak, wajib diupayakan Diversi. Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara
Anak dari proses peradilan pidana ke proses di luar peradilan pidana.100

98
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002
Tentang Perlindungan Anak Pasal 64 huruf g
99
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Pasal 81 ayat 2
100
Letezia Tobing, Anak 14 Tahun Mencuri Motor Mungkinkah Dibebaskan?. [online]. Tersedia:
http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl112/anak-14-tahun-mencuri-motor--mungkinkah-dibebaskan.
Diakses: 15-1-2017
BAB III

PEMBAHASAN

PENGARUH PENYEBARAN NARKOBA PADA REMAJA DI BANDUNG


DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009
TENTANG NARKOTIKA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014
TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

A. Penyebaran Narkoba pada Kalangan Remaja di Bandung


Narkoba atau narkotika dan obat-obatan terlarang adalah bahan/zat yang dapat
mempengaruhi kondisi kejiwaan/psikologi seseorang serta dapat menimbulkan
ketergantungan fisik dan psikologi.101 Narkoba banyak dijumpai dalam kehidupan kita sehari-
hari, khususnya jenis narkoba yang termasuk dalam zat adiktif.
Saat ini penyebaran dan penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat merajalela.
Hal ini terlihat dengan makin banyaknya pengguna narkoba dari semua kalangan dan
peredarannya yang terus meningkat. Namun yang lebih memprihatinkan, penyalahgunaan
narkoba saat ini justru banyak berasal dari kalangan remaja dan anak muda, yaitu para
pelajar.102
Yang disebut dengan remaja adalah seorang manusia yang menjalani masa anak-anak ke
masa dewasa, sehingga pada saat masa transisi ini mereka akan mencari jati dirinya. Pada
saat anak-anak dia tidak mengerti jati dirinya, tapi pada saat dia tumbuh dewasa dia tahu
dengan jati dirinya. Sementara yang dikatakan remaja dia tidak tahu siapa jati dirinya.
Penyebaran narkoba adalah tindakan dimana seseorang meyebarkan atau mengedarkan
narkoba. Penyebaran narkoba tanpa pengendalian dan pengawasan yang ketat dan seksama
serta bertentangan dengan peraturan perundang-undangan merupakan tindak pidana narkoba
karena sangat merugikan dan merupakan bahaya yang sangat besar bagi kehidupan manusia,
masyarakat, bangsa, dan Negara serta ketahanan nasional Indonesia.103
Menurut data yang diperoleh dari Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Bandung, selama
tahun 2016 terdapat 243 kasus pemakai narkoba di kota Bandung dan 2 diantaranya

101
Jaid. (2014). PengertianNarkoba. [online]. Tersedia:
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2014/03/10/929/pengertian-narkoba. (22 November 2016)
102
Pebriansyah Marta. (2014). Narkoba di KalanganPelajardanBahayaNarkoba. [online]. Tersedia:
http://ryanz17.blogspot.co.id/2014/02/makalah-narkoba-dikalangan-pelajar-dan.html. (17Desember2016)
103
Undang-UndangNomor 35 Tahun 2009 TentangNarkotika
dilakukan oleh anak dibawah umur 18 tahun. 2 anak tersebut tertangkap menggunakan
narkoba jenis sabu dan psikotropika.
Merujuk kepada data tersebut, remaja di kota Bandung saat ini bisa dikatakan sudah
mulai terkontaminasi oleh narkoba. Faktor yang paling berpengaruh terhadap hal ini adalah
faktor pergaulan. Selain itu, kemajuan teknologi juga sangat berpengaruh dalam hal ini,
sebagai contoh, banyaknya tayangan televisi yang tidak mendidik dan tidak baik bagi
perkembangan para remaja, mudahnya akses internet yang memungkinkan seorang anak
menyalahgunakannya, dan lain-lain. Faktor lainnya ialah karena pondasi pendidikannya yang
kurang baik.
Di kota Bandung, tempat-tempat yang rawan dijadikan tempat penyebaran narkoba ialah
tempat hiburan malam, seperti diskotik, tempat karaoke, dan lain-lain. Namun, para Bandar
narkoba ini tidak bisa bergerak dengan bebas, karena aparat penegak hukum seperti Satuan
Reserse Narkoba Polrestabes Bandung, selalu rutin melakukan razia ketempat-tempat hiburan
malam.
Namun ternyata, kebanyakan kasus narkoba yang terjadi pada remaja di kota Bandung
terjadi di kos-kosan dan apartemen, sayangnya aparat penegak hukum sulit melakukan
pengawasan di tempat-tempat seperti itu. Bandung merupakan kota yang banyak di datangi
oleh para perantau, itulah sebabnya mengapa banyak kasus narkoba pada remaja terjadi di
tempat kos-kosan dan apartemen.
Hal lain yang membuat aparat penegak hukum sulit untuk mengungkap jaringan
penyebaran narkoba adalah karena tidak adanya orang tua yang mau melaporkan anaknya
yang menggunakan narkoba. Padahal dalam pasal 128 ayat 1 Undang-Undang Nomor 35
Tahun 2009 Tentang Narkotika, disebutkan jika orang tua tidak melaporkan seorang pecandu
dengan sengaja maka akan dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 bulan atau pidana
denda paling banyak satu juta rupiah.104
Pemakai narkoba merupakan aib bagi keluarganya, itulah sebabnya jarang ada orang tua
yang mau melaporkan anaknya kepada polisi. Padahal seorang anak biasanya hanya menjadi
korban penyalahgunaan narkoba dan di balik seorang korban pasti terdapat banyak oknum-
oknum lainnya yang bisa mengungkapkan jaringan penyebaran narkoba.
Remaja sebagai generasi penerus bangsa harus dilindungi dari bahaya narkoba dan itu
merupakan tanggungjawab yang pertama dari keluarga. Keluarga khususnya orang tua harus

104
Undang-UndangNomor 35 Tahun 2009 TentangNarkotikaPasal 128 ayat 1
bisa memberikan pondasi-pondasi dan nilai-nilai yang baik dan kokoh kepada remaja,
sehingga para remaja khususnya di kota Bandung tidak dapat tersentuh oleh narkoba.

B. Peran Pemerintah dalam Menanggulangi Penyebaran Narkotika pada Remaja


Peran pemerintah sangat penting dalam menanggulangi penyebaran narkoba, karena
maraknya penyebaran narkoba dan obat-obatan terlarang telah banyak mempengaruhi mental
dan sekaligus pendidikan bagi para pelajar saat ini. Masa depan bangsa yang besar ini
bergantung sepenuhnya pada upaya pembebasan kaum muda dari bahaya narkoba. Anak
adalah masa depan bangsa. Karena merupakan masa depan bangsa, maka anak perlu
mendapat perhatian khusus demi pertumbuhan dan perkembangan dirinya menuju
kedewasaan yang baik dan bermartabat.
Pemerintah bertanggungjawab untuk melindungi anak-anak ini secara hukum jika terjadi
tindakan yang melanggar hukum, termasuk jika mereka menggunakan narkoba. Maka dalam
pasal 59 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak ditegaskan
bahwa Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan lembaga Negara lainnya berkewajiban dan
bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan khusus kepada anak.
Seseorang mengatakan apabila kita ingin menghancurkan atau menjajah suatu Negara
maka hancurkanlah generasi mudanya. Pemerintah tidak menyadari bahwa Negara kita sudah
mulai dijajah oleh penjajah tanpa kepala dan tanpa muka, yaitu narkoba. Para pejabat Negara
terbuai dengan segala permasalahan ekonomi dan masalah pemerintahan lainnya, sehingga
tidak memerhatikan bahwa Negara kita sudah mulai dijajah dengan narkoba.
Upaya yang dilakukan aparat penegak hukum khususnya Satuan Reserse Narkoba
Polrestabes Bandung dalam menanggulangi narkoba khususnya di kota Bandung adalah
dengan memberikan sosialisasi kepada semua lapisan masyarakat, seperti mensosialisasikan
kesekolah-sekolah. Sosialisasi juga dilakukan kepada masyarakat secara langsung, terutama
kepada ibu-ibu PKK yang sosialisasinya dilakukan secara rutin, selama satu bulan bisa 4
hingga 5 kelurahan yang dijangkau. Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Bandung juga selalu
bersiaga apabila mendapat panggilan dari masyarakat yang membutuhkan bantuan.
Dalam upaya mengungkap jaringan penyebar narkoba, aparat penegak hukum
memberdayakan para mantan pecandu untuk turun langsung kelapangan atau yang biasa
disebut dengan teknik “undercoverbuy” yakni dengan memancing tersangka untuk
bertransaksi dengan salah satu anggota polisi dengan melakukan pembelian dalam jumlah
yang besar.
Agar remaja dapat diselamatkan dari bahaya narkoba, itu adalah tanggungjawab yang
pertama dari keluarga. Keluarga harus memberikan pondasi-pondasi yang baik dan kokoh.

Anda mungkin juga menyukai