Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Ipa
Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Ipa
Abstrak
Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan
budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang tujuannya mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang
baik itu dan mewujudkan kebaikkan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Urgensi dari pelaksanaan komitmen nasional pendidikan karakter, telah dinyatakan pada
Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai kesepakatan nasional
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibacakan pada akhir-akhir
sarasehan tanggal 14 Januari 2010.
Pendidikan karakter memiliki landasan yuridis dalam Permendiknas No 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan yang memuat nilai-nilai dasar dalam SKL Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah. Pengembangan budaya karakter dapat dilakukan dengan
beberapa strategi, antara lain integrasi dalam mata pelajaran IPA (Sains); pembiasaan dalam
kehidupan keseharian di satuan pendidikan; integrasi ke dalam kegiatan ekstrakurikuler;
penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah. Khusus untuk integrasi dalam
pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan penerapan model KBSB, dimana dalam model ini
mengintegrasikan keterampilan-keterampilan berpikir dan strategi-strategi berpikir dalam
aktivitas siswa. Manakala siswa sudah terlatih dengan budaya keterampilan berpikir, strategi
berpikir dan bernalar untuk memiliki nilai mulia maka akan menjadi siswa yang berkarakter,
yaitu siswa yang memiliki kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-
keterampilan dan sikap dalam usaha untuk memahami lingkungan. Cara lain integrasi
karakter dalam pembelajaran IPA adalah penerapan pendekatan STSE, dimana pembelajaran
IPA/Sains mengambil tempat melalui penyelidikan dan diskusi didasarkan pada isu-isu sains
dan teknologi dalam masyarakat. Dalam pendekatan STSE, pengetahuan sains dan teknologi
dibelajarkan dengan aplikasi prinsip-prinsip sains, teknologi serta dampaknya pada
masyarakat dan lingkungan, sehingga memunculkan rasa peduli pada lingkungan dan
menjunjung tinggi budaya, teknologi serta kearifan lokal.
Pendidikan karakter yang merupakan tanggung jawab bersama perlu dilakukan melalui
strategi pengembangan secara mikro bagi dunia pendidikan (sekolah), namun juga perlu
dilakukan melalui strategi dalam konteks makro (nasional), agar pendidikan karakter menjadi
habitual bukan sekedar wacana.
Kata Kunci: pendidikan karakter, pembelajaran IPA, model KBSB, pendekatan STSE
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan daya upaya memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intelect) dan tubuh anak, dimana bagian-bagian tersebut tidak boleh
dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita (Bapak
Pendidikan Nasional: Ki hadjar Dewantara). Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai
sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang
tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-
buruk, memelihara apa yang baik itu dan mewujudkan keabikkan itu dalam kehidupan sehari-
hari dengan sepenuh hati. Dalam konteks kehidupan bermasyatakat, berbangsa dan bernegara
Indonesia, diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi
tantangan hidup pada saat ini dan di masa mendatang.
Sampai saat ini, secara kurikuler telah dilakukan berbagai upaya untuk menjadikan
pendidikan lebih mempunyai makna bagi individu yang tidak sekedar memberi pengetahuan
pada tataran kognitif, tetapi juga menyentuh tataran afektif dan kognitif melalui mata
pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan IPS, Pendidikan
Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani.
Urgensi dari pelaksanaan komitmen nasional pendidikan karakter, telah dinyatakan
pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai kesepakatan
nasional pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibacakan pada akhir-
akhir sarasehan tanggal 14 Januari 2010, sebagai berikut.
1. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yang tak terpisahkan
dari pendidikan nasional secara utuh
2. Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif sebagai
proses pembudayaan.Oleh karena itu pendidikan dan kebudayaan secara kelembagaan
perlu diwadahi secara utuh
3. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat, sekolah dan orang tua. Oleh karena itu pelaksanan budaya dan
karakter bangsa harus melibatkan keempat unsur tersebut
4. Dalam upaya merevitalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa diperlukan gerakan
nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan
B. Pembahasan
1. SKL Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah memMat Nilai-nilai Dasar
Permendiknas No 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan secara formal
sudah digariskan untuk masing-masing jenis atau satuan pendidikan sejumlah rumusan
Standar Kompetensi lulusan (SKL). Jika dicermati secara mendalam, sesungguhnya hampir
pada setiap rumusan SKL tersebut implisit atau eksplisit termuat substansi nilai/karakter.
Tabel 1 adalah nilai-nilai dasar/karakter yang secara implisit termyat dalam setiap rumusan
SKL.
Tabel 1. Muatan nilai dasar/karakter dalam rumusan SKL
No Rumusan SKL Nilai/karakter
1 Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai Iman dan taqwa
dengan perkembangan remaja
2 Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan Adil
kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya
3 Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggungjawab atas Tanggungjawab
perilaku, perbuatan dan pekerjaannya
4 Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial Disiplin
5 Menghargai keragaman agama, bangsa, suku, ras dan golongan Nasionalistik
sosial ekonomi dalam lingkungan global
6 Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara Bernalar
logis, kritis, kreatif dan inovatif
7 Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan Bernalar
inovatif dalam pengambilan keputusan
8 Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk Bervisi
pemberdayaan diri
9 Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan Gigih
hasil yang terbaik
10 Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan Bernalar
masalah ko,pleks
11 Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial Bernalar
12 Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggungjawab Tanggung jawab
13 Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara secara demokratis dalam wadah negara kesatuan
Nasionalistik
republik indonesia
14 Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya Peduli
15 Mengapresiasi karya seni dan budaya Kreatif
16 Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok Kreatif
17 Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani serta Bersih
kebersihan lingkungan
18 Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun Santun
No Rumusan SKL Nilai/karakter
19 Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan Tanggung jawab
di masyarakat
20 Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap Terbuka, peduli
orang lain
Budaya sekolah
Pembelajaran (Kegiatan/kehidupan Kegiatan Ekstra Kegiatan
keseharian di satuan kurikuler keseharian di
pendidikan rumah
3. Membentuk Siswa yang memiliki literasi sains dan berkarakter melalui pendekatan
STSE
Standar materi IPA (sains) untuk siswa dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah
menengah selalu mengemukakan permasalahan tentang kerja ilmiah dalam sains, dimana di
dalamnya membahas antara lain tentang sains dan teknologi, tantangan-tantangan
penggunaan sains dan teknologi serta peranan sains dan teknologi dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan (AAAS, 1993: 59). Mencermati standar materi tersebut, maka
sebenarnya tidak perlu ada kekhawatiran bagi kita para pendidik untuk ikut andil dalam
mewujudkan harapan pemerintah/bangsa untuk menjadikan siswa kita memiliki literasi
(melek) sains, berkarakter dan pada akhirnya mewujudkan siswa yang bermoral. Siswa yang
memiliki literasi sains adalah siswa yang memiliki kemampuan menyelesaikan masalah
menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan sesuai jenjangnya,
mengenal produk teknologi yang ada di sekitarnya beserta dampaknya, mampu menggunakan
produk teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi yang disederhanakan
dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai (Anna Poedjiadi, 2005: 5).
Perkembangan sains yang amat pesat menghasilkan produk-produk teknologi yang
terlibat hampir di semua aspek kehidupan manusia. Dampak positip perkembangan sains dan
produk teknologi memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi kita dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari, seperti penggunaan listrik, telepon, sepeda motor, mobil, radio atau
komputer. Produk teknologi berupa mikroskop elektron mampu mengidentifikasi virus flu
burung yang menyebabkan kematian juga berdampak positip pada perkembangan berbagai
cabang ilmu pengetahuan, yaitu anatomi, kimia, biologi, geologi, metalurgi, patologi dan
lain-lain.
Perkembangan sains dan produk teknologi disamping memiliki dampak positip,
ternyata juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan hidup, seperti gas-gas
karbondioksida, sulfur dioksida, beberapa oksida nitrogen dan hidrokarbon hasil pembakaran
industri kimia memberikan dampak negatif terhadap lingkungan hidup seperti efek rumah
kaca dan hujan asam. Ulah manusia yang menggunakan hasil perkembangan sains dan
produk teknologi juga menimbulkan dampak negatif, seperti penangkapan ikan menggunakan
racun dan bahan peledak, sehingga 52% terumbu karang di wilayah barat dan 47% di wilayah
timur mengalami kerusakan, dan diperparah dengan pembuangan limbah industri ke laut.
Penggunaan mesin-mesin penggergaji yang besar telah membabat hutan sehingga jutaan
hektar lahan hutan menjadi gundul dan hilangnya flora dan fauna; penggunaan pestisida yang
berlebihan dapat menyebabkan punahnya predator yang berguna dalam menghilangkan hama
tanaman dan masih banyak lagi dampak negatif yang ditimbulkan dari tidak adanya
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidupnya (Sukara, 2003: 12-15).
Permasalahan yang muncul adalah “Mengapa dampak-dampak negatif dari
perkembangan sains dan produk teknologi selalu terjadi?; Bagaimana upaya-upaya yang
dapat kita lakukan untuk mencapai solusi yang diinginkan sejak dini?”
a) Pendekatan Pembelajaran STSE
Pembelajaran sains yang bermakna terjadi jika siswa dapat menghubungkan
pembelajaran mereka dengan pengalaman sehari-hari. Pembelajaran sains bermakna terjadi
dalam pendekatan pembelajaran seperti pembelajaran kontekstual dan STSE. Tema
pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang membawa unsur-unsur STSE digabung dalam
kurikulum . Pendekatan STSE mengharapkan pembelajaran sains mengambil tempat melalui
penyelidikan dan diskusi didasarkan pada isu-isu sains dan teknologi dalam masyarakat.
Dalam pendekatan STSE, pengetahuan sains dan teknologi dibelajarkan dengan aplikasi
prinsip-prinsip sains, teknologi serta dampaknya pada masyarakat dan lingkungan.
Pendekatan STSE direkomendasikan untuk sains pada K-12, dimana pendekatan STSE
berbeda dengan presentasi IPA secara tradisonal. Secara ideal untuk mengantarkan
pembelajaran melalui deskripsi suatu aplikasi (penerapan). Dalam tujuan untuk memahami
sains disamping aplikasinya, pengetahuan dan keterampilan harus dikembangkan melalui
aktivitas yang memberikan tujuan untuk pengetahuan dan keterampilan baru yang diperlukan.
Secara alternatif, kegiatan mungkin mengikuti diskusi aplikasi dan melayani pengembangan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memahami aplikasi. Gambar 1
menunjukkan variasi jalur dari deskripsi aplikasi ke diskusi akhir dari pendekatan
STSE(Carribbean Examination Council, 2007: 4).
Deskripsi
Suatu aplikasi
Nutrisi yang diperlukan Alat Ukur Efek samping Berpikir kritis dan kreatif;
tanaman (Biologi); penggunaan memiliki strategi berpikir
Pengukuran (pertambahan pestisida yang secara konseptualisasi dan
besar dan tinggi berlebihan mampu membuat keputusan;
tumbuhan)(Fisika); jenis, menjadi bersyukur kepada
kegunaan dan rumus kimia Tuhan dan mengapresiasikan
pestisida (Kimia) keseimbangan alam
Alat-alat pencernaan dan Alat ukur Fungsi budidaya menghubungkan,
fungsinya(Biologi); tekanan zat makanan membandingkan/
Tekanan dan kerapatan zat cair dan obat berserat membedakan, menurunkan
cair (Fisika); Sifat asam dan maag ide, membuat hipotesis,
basa (Kimia) prediksi dan mensintesis,
strategi berpikir
konseptualisasi, mengambil
keputusan dan pemecahan
masalah, tertarik dan rasa
ingin tahu terhadap
lingkungan
Alat-alat pencernaan dan Budidaya Pengaturan diet Berpikir kritis dan kreatif;
fungsinya(Biologi); pangan para atlit dan memiliki strategi berpikir
Konversi energi (kimia (pengganti pasien di rumah pemecahan masalah dan
menjadi gerak)(Fisika); beras) sakit mampu membuat keputusan;
Karbohidrat (Perlunya menjadi bersyukur kepada
makanan pokok sebagai Tuhan dan mengapresiasikan
sumber energi)(Kimia) cara hidup sehat.
Klasifikasi makanan Bioteknologi Efek samping Mengapresiasi dan praktik
(Biologi); Perhitungan pangan bahan kimia hidup sehat, merealisasikan
energi kalor tiap g makanan buatan sains sebagai makna
(per g karbohidrat terdapat 4 memahami alam,
kal; per g lemak = 9 kal, mengapresiasi kontribusi sain
dsb.(Fisika); bahan kimia dan teknologi, kemampuan
buatan dan alami, rumus berpikir kritis dan kreatis serta
kimia bahan makanan strategi berpikir pemecahan
(Kimia) masalah dan pengambilan
keputusan
Mata pelajaran
Budaya Sekolah
3) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan
4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan
h. Pengembangan Proses pembelajaran
Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan pendekatan proses
belajar peserta didik belajar aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai
kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
1. Di kelas dilaksanakan melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang
dirancang khusus
2. Di sekolah melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh peserta didik, guru,
kepala sekolah dan tenaga administrasi di sekolah tersebut, direncanakan sejak awal tahun
pelajaran, dan dimasukkan ke kalender akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai
bagian dari budaya sekolah.
3. Di luar sekolah melalui kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh
seluruh/sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran dan
dimasukkan ke dalam kalender akademik
i. Penilaian hasil belajar
Penilaian pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter didasarkan pada indikator. Sebagai
contoh, indikator untuk nilai jujur di suatu semester dirumuskan dengan “mengatakan
dengan sesungguhnya perasaan dirinya mengenai apa yang
dilihat/diamati/dipelajari/dirasakan” maka guru mengamati (melalui berbagai cara): lisan
dan tertulis, serta bergradasi.
Dari hasil pengamatan, catatan anekdot, tugas, laporan dan sebagainya guru dapat
memberikan kesimpulannya/pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan
suatu nilai seperti berikut.
BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal
perilaku yang dinyatakan dalam indikator)
MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten)
MB : Mulai berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda
perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten)
MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang
dinyatakan dalam indikator secara konsisten)
C. Penutup
Pendidikan karakter yang merupakan tanggung jawab bersama perlu dilakukan melalui
strategi pengembangan secara mikro bagi dunia pendidikan (sekolah), namun juga perlu
dilakukan melalui strategi dalam konteks makro (nasional). Strategi pengembangan
pendidikan karakter pada konteks makro mencakup keseluruhan konteks perencanaan dan
implementasi pengembangan nilai/karakter yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan
pendidikan nasional.
Apabila kedua konteks mikro dan makro dilakukan seirama dalam pengembangan
karakter, maka akan mampu menciptakan proses pembudayaan dan pemberdayaan, sehingga
akhirnya akan mampu mencapai harapan dari makna pendidikan sebenarnya menurut Ki
Hajar Dewantoro, serta mampu membangun peserta didik yang berkarakter ditinjau dari
aspek akademik maupun konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan
tetap menjunjung tinggi identitas lokal dan nasional untuk tetap bisa bersaing secara global.
Sumber Bacaan
Anna Poedjiadi. (2005). Pendidikan sains dan Pembangunan Moral bangsa. Bandung :
Yayasan Cendrawasih
American Assosiation for the Advancement of Science. (1993). Benchmarks for Science
Literacy. Project 2061. New York: Oxford University Press.
Bruce Joice & Marsha Weil. (1996). Models of Teaching 5th Ed. United States of
America: Allyn & Bacon. A. Simon & Schuster Company.
Idris Harta, Ph.D. (2010). Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa. Makalah Lokakarya
Mayoga
Insih Wilujeng. (2011). Model KBSB dalam Pembelajaran Sains Membentuk Siswa
Berkarakter. Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional Hasil Penelitian dan
Pendidikan MIPA di FMIPA UNY
Insih wilujeng.(2011). Membentuk siswa yang memiliki literasi sains dan berkarakter melalui
pendekatan pembelajaran STSE. Artikel majalah ilmiah populer WUNY, LPM, UNY
Lemin, M., Potts, H. And Welsford, P. Editor. (1994). Valuaes Strategies for Classroom
Teachers. Victoria: The Australian Council for Educational
Richard Paul dan Linda elder. (2004). The Nature of Critical & Creative Thinking,
Foundation for Critical thinking First Edition www.critical thinking. Org
CURRICULUM VITAE
1. Nara sumber dalam : Diklat Mapel UAN IPA Kabupaten Cilacap, Workshop
Pengembangan Kurikulum Pendidikan IPA S1 FMIPA UNNES
2. Instruktur dalam : PLPG guru-guru IPA SMP; SMA (Model-model Pembelajaran
IPA/Fisika) dan guru-guru SD (Konsep Dasar IPA dan Pendidikan IPA SD)
Judul-judul Penelitian:
1. The Development of Integrated Service Program for the Students of Physics Teacher
Training as the effort in improving the Proffessionalsm in the Teaching Practice in
Schools (2010)
2. “Self Efficacy” awal mahasiswa Pendidikan IPA FMIPA UNY untuk menjadi calon
guru IPA SMP (2009)
3. Peningkatan Penguasaan Konsep-konsep Dasar Sains Calon Guru SD Melalui
Perangkat Perkuliahan Berbasis Struktur Pembelajaran SEQIP (2009)
4. Deskripsi Hasil Analisis Standar Content dan Pedagogy IPA Jenjang SMP Sebagai
Dasar Pengembangan IPA Terintegrasi (2010)
5. Peningkatan Ranah Kognitif dan Self Efficacy Calon Guru SD Melalui Integrasi
Perangkat Perkuliahan Berbasis Struktur Pembelajaran SEQIP ke dalam Learning
Cycle(2010)
6. Pengembangan IPA Terintegrasi guna Membekali Calon Guru IPA SMP (Disertasi)
7. Ketercapaian kompetensi Pedagogy-Content-Knowledge Integrated Science
Mahasiswa S1 Pendidikan IPA melalui Mata Kuliah IPA Terintegrasi dan
Pembelajarannya (Hibah Doktor)
8. Pengembangan Assesment of Practical Skill in Science and Technology untuk
Meningkatkan Literasi sains dan Keterampilan Praktik Mahasiswa S1 Pendidikan IPA
Kelas Bilingual (2011)
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
SMP N 2 GODEAN DAN MAHASISWA KKN-PPL TAHUN 2011
Alamat : ........................................................................
SURAT KETERANGAN
(.....................................................). (..............................................)
NIP. ................................. NIM.