Anda di halaman 1dari 20

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM

PEMBELAJARAN IPA (SAINS)


Insih Wilujeng1)
1) Dosen Jurdik Fisika, FMIPA, UNY, email: insihuny@yahoo.co.id

Abstrak
Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan
budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang tujuannya mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang
baik itu dan mewujudkan kebaikkan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.
Urgensi dari pelaksanaan komitmen nasional pendidikan karakter, telah dinyatakan pada
Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai kesepakatan nasional
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibacakan pada akhir-akhir
sarasehan tanggal 14 Januari 2010.
Pendidikan karakter memiliki landasan yuridis dalam Permendiknas No 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan yang memuat nilai-nilai dasar dalam SKL Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah. Pengembangan budaya karakter dapat dilakukan dengan
beberapa strategi, antara lain integrasi dalam mata pelajaran IPA (Sains); pembiasaan dalam
kehidupan keseharian di satuan pendidikan; integrasi ke dalam kegiatan ekstrakurikuler;
penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah. Khusus untuk integrasi dalam
pembelajaran IPA dapat dilakukan dengan penerapan model KBSB, dimana dalam model ini
mengintegrasikan keterampilan-keterampilan berpikir dan strategi-strategi berpikir dalam
aktivitas siswa. Manakala siswa sudah terlatih dengan budaya keterampilan berpikir, strategi
berpikir dan bernalar untuk memiliki nilai mulia maka akan menjadi siswa yang berkarakter,
yaitu siswa yang memiliki kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-
keterampilan dan sikap dalam usaha untuk memahami lingkungan. Cara lain integrasi
karakter dalam pembelajaran IPA adalah penerapan pendekatan STSE, dimana pembelajaran
IPA/Sains mengambil tempat melalui penyelidikan dan diskusi didasarkan pada isu-isu sains
dan teknologi dalam masyarakat. Dalam pendekatan STSE, pengetahuan sains dan teknologi
dibelajarkan dengan aplikasi prinsip-prinsip sains, teknologi serta dampaknya pada
masyarakat dan lingkungan, sehingga memunculkan rasa peduli pada lingkungan dan
menjunjung tinggi budaya, teknologi serta kearifan lokal.
Pendidikan karakter yang merupakan tanggung jawab bersama perlu dilakukan melalui
strategi pengembangan secara mikro bagi dunia pendidikan (sekolah), namun juga perlu
dilakukan melalui strategi dalam konteks makro (nasional), agar pendidikan karakter menjadi
habitual bukan sekedar wacana.

Kata Kunci: pendidikan karakter, pembelajaran IPA, model KBSB, pendekatan STSE
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan daya upaya memajukan pertumbuhan budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intelect) dan tubuh anak, dimana bagian-bagian tersebut tidak boleh
dipisahkan agar kita dapat memajukan kesempurnaan hidup anak-anak kita (Bapak
Pendidikan Nasional: Ki hadjar Dewantara). Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai
sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak yang
tujuannya mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-
buruk, memelihara apa yang baik itu dan mewujudkan keabikkan itu dalam kehidupan sehari-
hari dengan sepenuh hati. Dalam konteks kehidupan bermasyatakat, berbangsa dan bernegara
Indonesia, diyakini bahwa nilai dan karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai
fungsi dan tujuan pendidikan nasional, harus dimiliki peserta didik agar mampu menghadapi
tantangan hidup pada saat ini dan di masa mendatang.
Sampai saat ini, secara kurikuler telah dilakukan berbagai upaya untuk menjadikan
pendidikan lebih mempunyai makna bagi individu yang tidak sekedar memberi pengetahuan
pada tataran kognitif, tetapi juga menyentuh tataran afektif dan kognitif melalui mata
pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan IPS, Pendidikan
Bahasa Indonesia dan Pendidikan Jasmani.
Urgensi dari pelaksanaan komitmen nasional pendidikan karakter, telah dinyatakan
pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa sebagai kesepakatan
nasional pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa yang dibacakan pada akhir-
akhir sarasehan tanggal 14 Januari 2010, sebagai berikut.
1. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yang tak terpisahkan
dari pendidikan nasional secara utuh
2. Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif sebagai
proses pembudayaan.Oleh karena itu pendidikan dan kebudayaan secara kelembagaan
perlu diwadahi secara utuh
3. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, masyarakat, sekolah dan orang tua. Oleh karena itu pelaksanan budaya dan
karakter bangsa harus melibatkan keempat unsur tersebut
4. Dalam upaya merevitalisasi pendidikan budaya dan karakter bangsa diperlukan gerakan
nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di lapangan
B. Pembahasan
1. SKL Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah memMat Nilai-nilai Dasar
Permendiknas No 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan secara formal
sudah digariskan untuk masing-masing jenis atau satuan pendidikan sejumlah rumusan
Standar Kompetensi lulusan (SKL). Jika dicermati secara mendalam, sesungguhnya hampir
pada setiap rumusan SKL tersebut implisit atau eksplisit termuat substansi nilai/karakter.
Tabel 1 adalah nilai-nilai dasar/karakter yang secara implisit termyat dalam setiap rumusan
SKL.
Tabel 1. Muatan nilai dasar/karakter dalam rumusan SKL
No Rumusan SKL Nilai/karakter
1 Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai Iman dan taqwa
dengan perkembangan remaja
2 Mengembangkan diri secara optimal dengan memanfaatkan Adil
kelebihan diri serta memperbaiki kekurangannya
3 Menunjukkan sikap percaya diri dan bertanggungjawab atas Tanggungjawab
perilaku, perbuatan dan pekerjaannya
4 Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial Disiplin
5 Menghargai keragaman agama, bangsa, suku, ras dan golongan Nasionalistik
sosial ekonomi dalam lingkungan global
6 Membangun dan menerapkan informasi dan pengetahuan secara Bernalar
logis, kritis, kreatif dan inovatif
7 Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif dan Bernalar
inovatif dalam pengambilan keputusan
8 Menunjukkan kemampuan mengembangkan budaya belajar untuk Bervisi
pemberdayaan diri
9 Menunjukkan sikap kompetitif dan sportif untuk mendapatkan Gigih
hasil yang terbaik
10 Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan Bernalar
masalah ko,pleks
11 Menunjukkan kemampuan menganalisis gejala alam dan sosial Bernalar
12 Memanfaatkan lingkungan secara produktif dan bertanggungjawab Tanggung jawab
13 Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara secara demokratis dalam wadah negara kesatuan
Nasionalistik
republik indonesia
14 Mengekspresikan diri melalui kegiatan seni dan budaya Peduli
15 Mengapresiasi karya seni dan budaya Kreatif
16 Menghasilkan karya kreatif, baik individual maupun kelompok Kreatif
17 Menjaga kesehatan dan keamanan diri, kebugaran jasmani serta Bersih
kebersihan lingkungan
18 Berkomunikasi lisan dan tulisan secara efektif dan santun Santun
No Rumusan SKL Nilai/karakter
19 Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan Tanggung jawab
di masyarakat
20 Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap Terbuka, peduli
orang lain

2. Strategi Pengembangan Budaya Karakter


Pada konteks mikro pengembangan karakter berlangsung dalam konteks satuan
pendidikan atau sekolah secara holistik (the whole school reform). Sekolah sebagai leading
sector berupaya memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada
untuk menginisiasi, memperbaiki, menguatkan dan mnyempurnakan secara terus menerus
proses pendidikan karakter di sekolah. Program pengembangan karakter pada latar mikro
digambarkan sebagai berikut.

Integrasi ke dalam Pembiasaan dalam kehidupan


pembelajaran setiap mapel keseharian di satuan pendidikan

Budaya sekolah
Pembelajaran (Kegiatan/kehidupan Kegiatan Ekstra Kegiatan
keseharian di satuan kurikuler keseharian di
pendidikan rumah

Integrasi ke dalam kegiatan Penerapan pembiasaan


Ekstrakurikuler (Pramuka, olah raga, karya kehidupan keseharian di rumah
tulis, dsb) yang sama dengan di satuan
pendidikan

3. Desain pendidikan karakter


a. Kerangka pengembangan budaya sekolah
Budaya sekolah diyakini merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Yang terpenting adalah iklim atau budaya sekolah, jika suasana
sekolah penuh kedisiplinan, kejujuran, kasih sayang maka hal ini akan menghasilkan out
put yang diinginkan berupa karakter yang baik. Guru akan merasakan kedamaian dan
suasana sekolah akan meningkatkan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang baik akan
menyebabkan prestasi akademik yang tinggi. Sebelum temuan penting lainnya adalah bila
siswa memiliki karakter yang baik, maka hal ini akan berpengaruh langsung terhadap
prestasi akademik yang tinggi. Karena itu langkah pertama dalam mengaplikasikan
pendidikan karakter di sekolah adalah menciptakan suasana atau iklim sekolah yang cocok
yang akan membantu transformasi guru-guru dan siswa, juga staf-staf sekolah.
Contoh kecil tentang kebersihan lingkungan sekolah baik di kamar mandi/WC,
ruang kelas, lorong-lorong maupun di luar gedung sekolah/taman sekolah. Hal itu hanya
dapat dilakukan di sekolah dengan dukungan manajemen sekolah yang mempunyai
kepedulian yang tinggi terhadap kebersihan lingkungan. Kondisi sekolah seperti itu
dilaksanakan melalui program sekolah bersama manajemen sekolah, guru, siswa dan
orang tua siswa. Di setiap sudut ruang, terdapat tempat sampah yang dapat digunakan
untuk menyimpan sampah kering dan basah serta sampah yang dapat didaur ulang. Siswa
dikondisikan untuk membuang sampah ke tempat yang sesuai dengan jenis sampah dan
melalui pembiasaan seperti itu diharapkan kepedulian siswa menjadi lebih tinggi terhadap
kebersihan lingkungan
b. Integrasi nilai dalam kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler
Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan
oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan secara bersama-sama sebagai suatu
komunitas pendidik diterapkan ke dalam kurikulum melalui kegiatan-kegiatan sebagai
berikut.
1. Kegiatan rutin sekolah
Contoh kegiatan ini adalah: upacara pada hari besar kenegaraan, pemeriksaan
kebersihan badan (kuku, telinga, rambut dan lain-lain) setiap hari Senin, beribadah
bersama/sembahyang bersama bersama setiap dhuhur (bagi yang beragama Islam), berdoa
waktu mulai dan selesai pelajaran, mengucap salam bila bertemu guru/tenaga
kependidikan yang lain dan sebagainya.
2. Kegiatan spontan
Contoh kegiatan tersebut adalah: membuang sampah tidak pada tempatnya, berteriak-
teriah sehingga mengganggu pihak lain, berkelahi, memalak, berlaku tidak sopan,
mencuri, berpakaian tidak senonoh dan sebagainya.
3. Teladan
Misalnya berpakaian rapi, datang tepat pada waktunya, bekerja keras, bertutur kata sopan,
kasih sayang, perhatian terhadap peserta didik, jujur, menjaga kebersihan dan sebagainya.
4. Pengkondisian
Misalnya toilet yang selalu bersih, bak sampah ada di berbagai tempat dan selalu
dibersihkan, sekolah terlihat rapi dan alat belajar ditempatkan teratur.
c. Pengintegrasian dalam semua Mata Pelajaran
Pengembangan nilai-nilai dan karakter diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan
dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut dicantumkan dalam Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pengembangan nilai-nilai tersebut dalam Silabus
ditempuh melalui cara-cara sebagai berikut.
1. Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk menentukan
apakah kandungan nilai-nilai dan karakter yang secara tersirat atau tersurat dalam SK
dan KD di atas sudah tercakup di dalamnya.
2. Menggunakan tabel rumusan SKL dengan karakter yang memperlihatkan keterkaitan
antara SK/KD dengan nilai dan indikator untuk menentukan nilai yang akan
dikembangkan
3. Mencantumkan nilai-nilai dan karakter bangsa ke dalam silabus
4. Mencantumkan nilai-nilai yang sudah tercantum dalam silabus ke RPP
5. Mengembangkan proses pembelajaran peserta didik aktif yang memungkinkan peserta
didik memiliki kesempatan melakukan internalisasi nilai dan menunjukkannya dalam
perilaku yang sesuai
6. Memberikan bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan untuk
internalisasi nilai maupun untuk menunjukkannya dalam perilaku.
d. Muatan pendidikan karakter dalam pendidikan IPA?
1. Model “KBSB” dalam pembelajaran IPA membentuk siswa berkarakter
“KBSB” adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan-
keterampilan berpikir dan strategi-strategi berpikir dalam aktivitas siswa. Bentuk
pengintegrasian model KBSB adalah mengacu pada indikator-indikator pembelajaran yang
dikembangkan guru dari standar kompetensi dan kompetensi dasar, sehingga dapat ditetapkan
hasil belajar. Penetapan hasil belajar menuntun guru untuk menentukan jenis strategi berpikir
dan keterampilan berpikir yang akan dilatihkan pada siswa, dan menentukan nilai mulia yang
akan mengikuti sebagai nurturant efect dari pembelajaran IPA (Insih Wilujeng, 2011: 7).
Penetapan indikator pembelajaran dalam model KBSB tentu saja harus berbasis proses yang
melatihkan keterampilan berpikir dan strategi berpikir (a way of thinking and a way of
investigating). Keterampilan berpikir dan strategi berpikir akan memiliki efek pengikut pada
terbentuknya nilai mulia, jika ditekankan pada penalaran. Manakala siswa sudah terlatih
dengan budaya keterampilan berpikir, strategi berpikir dan bernalar untuk memiliki nilai
mulia maka akan menjadi siswa yang berkarakter, yaitu siswa yang memiliki kemampuan
mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan sikap dalam usaha
untuk memahami lingkungan (Anna Poedjiadi, 2005: 7)
Berpikir adalah proses mental yang diperlukan individu untuk mengintegrasikan
pengetahuan, keterampilan-keterampilan dan sikap dalam usaha untuk memahami
lingkungan. Satu dari tujuan sistem pendidikan adalah untuk mengubah kemampuan berpikir
siswa. Tujuan ini dapat diterima melalui kurikulum yang mengutamakan pembelajaran penuh
perhatian. Pembelajaran yang mengutamakan keterampilan berpikir adalah suatu dasar untuk
pembelajaran penuh perhatian. Pembelajaran penuh perhatian diterima jika siswa secara aktif
terlibat dalam proses pembelajaran. Aktivitas seharusnya diorganisasikan untuk memberi
kesempatan siswa menerapkan keterampilan-keterampilan berpikir dan konseptualisasi,
pemecahan masalah dan pembuatan keputusan (Curriculum Development Center, 2002: 7).
Keterampilan-keterampilan berpikir dapat dikategorikan menjadi keterampilan berpikir
kritis dan keterampilan berpikir kreatif. Seseorang yang berpikir kritis selalu mengevaluasi
ide-ide dalam cara sistematik sebelum menerimanya. Seseorang yang berpikir kreatif
memiliki tingkatan imajinasi yang tinggi yang dapat menurunkan ide-ide asal dan inovatif
dan memodifikasi ide dan hasil-hasil (Carribbean Examination Council, 2007: 12).
Strategi berpikir adalah proses berpikir tingkat yang lebih tinggi yang meliputi tahap
tahap bervariasi. Setiap tahap meliputi variasi keterampilan berpikir kritis dan kreatif.
Kemampuan untuk memformulasikan strategi berpikir adalah tujuan utama dari pendahuluan
aktivitas berpikir dalam proses pembelajaran
Disamping keterampilan-keterampilan berpikir dan strategi-strategi berpikir,
keterampilan yang lainnya mengutamakan penalaran. Penalaran adalah suatu keterampilan
yang digunakan untuk membuat pembenaran logis dan rasional. Ketuntasan keterampilan-
keterampilan berpikir kritis dan kreatif dan strategi berpikir dibuat lebih sederhana jika
seseorang dapat beralasan secara induktif dan deduktif. Ketuntasan keterampilan-
keterampilan berpikir dan strategi-strategi berpikir dapat diwujudkan dalam model “KBSB”
dalam pembelajaran sains.
Pengalaman pembelajaran sains juga dapat digunakan sebagai perolehan sikap ilmiah
dan nilai mulia/nilai luhur bagi siswa. Sikap-sikap dan nilai-nilai ini meliputi 1) memiliki
ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap lingkungan, 2) kejujuran dan akurasi dalam
pencatatan dan validasi data, 3) menjadi rajin dan tidak mudah menyerah, 4) menjadi mudah
merespon tentang keselamatan diri, orang lain dan lingkungan, 5) merealisasikan sains
sebagai makna memahami alam, 6) mengapresiasi dan praktik hidup bersih dan sehat, 7)
mengapresiasi kesetimbangan alam, 8) menjadi respek dan cara yang bagus, 9) mengapresiasi
kontribusi sains dan teknologi, 10) menjadi bersyukur pada Tuhan, 11) memiliki pemikiran
kritis dan analitis, 12) menjadi fleksibel dan berpikiran terbuka, 13) menjadi pendengar baik
dan peduli, 14) menjadi obyektif, 15) menjadi sistematis dan kooperatif (Lemin et al, 1994:
27). Permasalahan yang muncul adalah “Bagaimanakah menerapkan model KBSB dalam
pembelajaran sains, sehingga mampu membentuk siswa berkarakter?”
2. Aplikasi Model “KBSB” dalam Pembelajaran Sains
Kurikulum sains mengutamakan pembelajaran berbasis pada keterampilan-
keterampilan berpikir dan keterampilan-keterampilan ilmiah. Ketuntasan keterampilan-
keterampilan berpikir dan keterampilan-keterampilan ilmiah diintegrasikan dengan perolehan
pengetahuan dalam mencapai hasil pembelajaran. Dalam pembelajaran sains, guru perlu
mengutamakan ketuntasan keterampilan-keterampilan bersama-sama dengan perolehan
pengetahuan dan mengulang nilai mulia dan sikap-sikap ilmiah
Tabel 2 adalah contoh dan penjelasan implementasi model ‘KBSB” dalam
pembelajaran sains yang didasarkan pada keterampilan-keterampilan berpikir, strategi-
strategi berpikir dan nilai-nilai mulia (Insih Wilujeng, 2011: 7-9).
Tabel 2. Contoh-contoh Implementasi Model “KBSB” dalam Pembelajaran Sains
1 Hasil belajar Membandingkan dan membedakan unsur-unsur
logam dan non logam
Keterampilan-keterampilan Perbandingan dan Perbedaan
berpikir
Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi
Nilai-nilai Mulia Memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap
lingkungan; merealisasikan sains sebagai makna
memahami alam

2 Hasil belajar Membuat model untuk mengilustrasikan siklus air


Keterampilan-keterampilan Visualisasi, Analogi
berpikir
Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pemecahan masalah
Nilai-nilai Mulia Mengapresiasi kesetimbangan alam; mengapresiasi
kontribusi sains dan teknologi; menjadi bersyukur
pada Tuhan, memiliki ketertarikan dan rasa ingin
tahu terhadap lingkungan; merealisasikan sains
sebagai makna memahami alam

3 Hasil belajar Mengidentifikasi substansi yang termasuk asam


atau basa dalam kehidupan sehari-hari
Keterampilan-keterampilan Membandingkan; Membedakan; Analisis
berpikir
Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pengambilan Keputusan dan
Pemecahan Masalah
Nilai-nilai Mulia Menjadi mudah merespon tentang keselamatan diri,
orang lain dan lingkungan, mengapresiasi
kontribusi sains dan teknologi, memiliki
ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap
lingkungan; merealisasikan sains sebagai makna
memahami alam

4 Hasil belajar Melakukan game dengan Leggo (puzzle) untuk


menjelaskan bentuk dan struktur sel
Keterampilan-keterampilan Menghubungkan, Mengurutkan, Membuat
berpikir Kesimpulan, Sintesis
Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pengambilan Keputusan
Nilai-nilai Mulia Memiliki pemikiran kritis dan analitis
Menjadi kooperatif
Menjadi rajin dan tidak mudah menyerah

5 Hasil belajar Melakukan kegiatan interview di instansi pertanian


untuk mengindentifikasi jenis-jenis hama dalam
wilayah tertentu dan bagaimana usaha
pengendaliannya
Keterampilan-keterampilan Prioritas, Evaluasi, Membuat Kesimpulan, Analogi,
berpikir Menciptakan/Membuat
Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pemecahan Masalah dan
Pengambilan Keputusan
Nilai-nilai Mulia Mengapresiasi kesetimbangan alam
Mengapresiasi kontribusi sains dan teknologi
Memiliki pemikiran kritis dan analitis
Menjadi pendengar baik dan peduli
Menjadi kooperatif

6 Hasil belajar Mencari informasi dan mendiskusikan penerapan


tekanan udara pada alat injeksi, pipa lengkung,
pompa penyemprot, dan sedotan minum
Keterampilan-keterampilan Menurunkan ide, Generalisasi
berpikir
Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi dan Pemecahan Masalah
Nilai-nilai Mulia Memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap
lingkungan, mengapresiasi kontribusi sains dan
teknologi, Berpikir kritis dan analitis

7 Hasil belajar Melakukan diskusi dengan bantuan gambar untuk


menjelaskan struktur dan fungsi bagian-bagian
dari kulit manusia
Keterampilan-keterampilan Menurunkan ide, Mengurutkan, Analisis, membuat
berpikir kesimpulan, Visualisasi
Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pengambilan Keputusan
Nilai-nilai Mulia Menjadi bersyukur pada tuhan, apresiasi cara hidup
bersih dan sehat,

8 Hasil belajar Melakukan aktivitas untuk menyelidiki dampak


konversi energi pada kehidupan manusia dan hasil
diskusi ditulis dalam bentuk paper dan
dipresentasikan di kelas
Keterampilan-keterampilan Analisis, Inferensi, Evaluasi, Generalisasi
berpikir
Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pemecahan masalah dan
Pengambilan keputusan
Nilai-nilai Mulia Memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu terhadap
alam, rajin dan tidak mudah menyerah,
merealisasikan sains sebagai makna memahami
alam, mengapresiasi keseimbangan alam, menjadi
respek terhadap lingkungan, menjadi kritis dan
analitis, bersifat obyektif, menjadi kooperatif

9 Hasil belajar Siswa menyusun rangkaian sederhana, dan


menggunakan berbagai bahan untuk pengganti
saklar (kayu, lempengan alumunium, plastik, karet)
untuk mengklasifikasikan bahan-bahan sebagai
konduktor atau isolator
Keterampilan-keterampilan Membandingkan dan membedakan, analisis,
berpikir evaluasi, membuat/menciptakan, generalisasi
Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi, Pemecahan Masalah
Nilai-nilai Mulia Kejujuran dan akurasi dalam mencatat data,
mengapresiasi kontribusi sains dan teknologi,
menjadi obyektif

10 Hasil belajar Melakukan kegiatan percobaan tentang pemantulan


dan pembiasan gelombang cahaya
Keterampilan-keterampilan Semua jenis keterampilan berpikir baik kritis
berpikir maupun kreatif
Strategi-strategi Berpikir Konseptualisasi dan Pemecahan Masalah
Nilai-nilai Mulia Kejujuran dan akurasi dalam mencatat data, rajin
dan tidak mudah menyerah, apresiasi terhadap
kontribusi sains dan teknologi, berpikir kritis dan
analitis, menjadi obyektif

3. Membentuk Siswa yang memiliki literasi sains dan berkarakter melalui pendekatan
STSE
Standar materi IPA (sains) untuk siswa dari jenjang sekolah dasar sampai sekolah
menengah selalu mengemukakan permasalahan tentang kerja ilmiah dalam sains, dimana di
dalamnya membahas antara lain tentang sains dan teknologi, tantangan-tantangan
penggunaan sains dan teknologi serta peranan sains dan teknologi dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan (AAAS, 1993: 59). Mencermati standar materi tersebut, maka
sebenarnya tidak perlu ada kekhawatiran bagi kita para pendidik untuk ikut andil dalam
mewujudkan harapan pemerintah/bangsa untuk menjadikan siswa kita memiliki literasi
(melek) sains, berkarakter dan pada akhirnya mewujudkan siswa yang bermoral. Siswa yang
memiliki literasi sains adalah siswa yang memiliki kemampuan menyelesaikan masalah
menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan sesuai jenjangnya,
mengenal produk teknologi yang ada di sekitarnya beserta dampaknya, mampu menggunakan
produk teknologi dan memeliharanya, kreatif membuat hasil teknologi yang disederhanakan
dan mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai (Anna Poedjiadi, 2005: 5).
Perkembangan sains yang amat pesat menghasilkan produk-produk teknologi yang
terlibat hampir di semua aspek kehidupan manusia. Dampak positip perkembangan sains dan
produk teknologi memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi kita dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari, seperti penggunaan listrik, telepon, sepeda motor, mobil, radio atau
komputer. Produk teknologi berupa mikroskop elektron mampu mengidentifikasi virus flu
burung yang menyebabkan kematian juga berdampak positip pada perkembangan berbagai
cabang ilmu pengetahuan, yaitu anatomi, kimia, biologi, geologi, metalurgi, patologi dan
lain-lain.
Perkembangan sains dan produk teknologi disamping memiliki dampak positip,
ternyata juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan hidup, seperti gas-gas
karbondioksida, sulfur dioksida, beberapa oksida nitrogen dan hidrokarbon hasil pembakaran
industri kimia memberikan dampak negatif terhadap lingkungan hidup seperti efek rumah
kaca dan hujan asam. Ulah manusia yang menggunakan hasil perkembangan sains dan
produk teknologi juga menimbulkan dampak negatif, seperti penangkapan ikan menggunakan
racun dan bahan peledak, sehingga 52% terumbu karang di wilayah barat dan 47% di wilayah
timur mengalami kerusakan, dan diperparah dengan pembuangan limbah industri ke laut.
Penggunaan mesin-mesin penggergaji yang besar telah membabat hutan sehingga jutaan
hektar lahan hutan menjadi gundul dan hilangnya flora dan fauna; penggunaan pestisida yang
berlebihan dapat menyebabkan punahnya predator yang berguna dalam menghilangkan hama
tanaman dan masih banyak lagi dampak negatif yang ditimbulkan dari tidak adanya
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan hidupnya (Sukara, 2003: 12-15).
Permasalahan yang muncul adalah “Mengapa dampak-dampak negatif dari
perkembangan sains dan produk teknologi selalu terjadi?; Bagaimana upaya-upaya yang
dapat kita lakukan untuk mencapai solusi yang diinginkan sejak dini?”
a) Pendekatan Pembelajaran STSE
Pembelajaran sains yang bermakna terjadi jika siswa dapat menghubungkan
pembelajaran mereka dengan pengalaman sehari-hari. Pembelajaran sains bermakna terjadi
dalam pendekatan pembelajaran seperti pembelajaran kontekstual dan STSE. Tema
pembelajaran dan tujuan pembelajaran yang membawa unsur-unsur STSE digabung dalam
kurikulum . Pendekatan STSE mengharapkan pembelajaran sains mengambil tempat melalui
penyelidikan dan diskusi didasarkan pada isu-isu sains dan teknologi dalam masyarakat.
Dalam pendekatan STSE, pengetahuan sains dan teknologi dibelajarkan dengan aplikasi
prinsip-prinsip sains, teknologi serta dampaknya pada masyarakat dan lingkungan.
Pendekatan STSE direkomendasikan untuk sains pada K-12, dimana pendekatan STSE
berbeda dengan presentasi IPA secara tradisonal. Secara ideal untuk mengantarkan
pembelajaran melalui deskripsi suatu aplikasi (penerapan). Dalam tujuan untuk memahami
sains disamping aplikasinya, pengetahuan dan keterampilan harus dikembangkan melalui
aktivitas yang memberikan tujuan untuk pengetahuan dan keterampilan baru yang diperlukan.
Secara alternatif, kegiatan mungkin mengikuti diskusi aplikasi dan melayani pengembangan
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memahami aplikasi. Gambar 1
menunjukkan variasi jalur dari deskripsi aplikasi ke diskusi akhir dari pendekatan
STSE(Carribbean Examination Council, 2007: 4).

Deskripsi
Suatu aplikasi

Aktivitas yang: Pengetahuan,


 Mengembangkan keterampilan, proses dan
pengetahuan, keterampilan, nilai untuk memahami
proses dan niali-nilai aplikasi
 Menyediakan konteks
aplikasi
 Memberi ilustrasi prinsip-
prinsip
Diskusi aktivitas
yang berhubungan
dengan aplikasi dan
memperkuat
pengetahuan,
keterampilan,
proses dan nilai-
nilai

Gambar 1. Variasi Jalur dalam Pendekatan STSE

b) STSE dalam Perwujudan Literasi Sains dan Karakter Siswa


Berikut dipaparkan contoh-contoh analisis aplikasi STSE yang mampu mewujudkan
literasi sains serta teknologi dan karakter siswa (Insih Wilujeng, 2011:5)
Tabel 2. Keterkaitan literasi sains, teknologi dan karakter siswa
Sains Teknologi Masyarakat Karakter
dan
Lingkungan
Struktut mata dan Kacamata Kesehatan Berpikir kritis dan kreatif;
fungsinya, proses melihat mata); memiliki strategi berpikir
(Biologi); Sifat cahaya Gangguan- secara konseptualisasi dan
Sains Teknologi Masyarakat Karakter
dan
Lingkungan
sebagai gelombang, alat gangguan pada mampu memutuskan masalah;
indera/mata (Fisika); mata dan menjadi bersyukur kepada
vitamin A (Kimia) mengatasinya Tuhan dan mengapresiasikan
cara hidup sehat.
Sistem koordinasi dalam Penangkal Cara Berpikir kritis dan kreatif,
tubuh (Biologi); Konsep petir menghindari strategi berpikir pemecahan
listrik statis(Fisika); Atom, kesambar petir masalah; mudah merespon
ion dan molekul (Kimia) tentang keselamatan diri,
orang lain dan lingkungan

Nutrisi yang diperlukan Alat Ukur Efek samping Berpikir kritis dan kreatif;
tanaman (Biologi); penggunaan memiliki strategi berpikir
Pengukuran (pertambahan pestisida yang secara konseptualisasi dan
besar dan tinggi berlebihan mampu membuat keputusan;
tumbuhan)(Fisika); jenis, menjadi bersyukur kepada
kegunaan dan rumus kimia Tuhan dan mengapresiasikan
pestisida (Kimia) keseimbangan alam
Alat-alat pencernaan dan Alat ukur Fungsi budidaya menghubungkan,
fungsinya(Biologi); tekanan zat makanan membandingkan/
Tekanan dan kerapatan zat cair dan obat berserat membedakan, menurunkan
cair (Fisika); Sifat asam dan maag ide, membuat hipotesis,
basa (Kimia) prediksi dan mensintesis,
strategi berpikir
konseptualisasi, mengambil
keputusan dan pemecahan
masalah, tertarik dan rasa
ingin tahu terhadap
lingkungan
Alat-alat pencernaan dan Budidaya Pengaturan diet Berpikir kritis dan kreatif;
fungsinya(Biologi); pangan para atlit dan memiliki strategi berpikir
Konversi energi (kimia (pengganti pasien di rumah pemecahan masalah dan
menjadi gerak)(Fisika); beras) sakit mampu membuat keputusan;
Karbohidrat (Perlunya menjadi bersyukur kepada
makanan pokok sebagai Tuhan dan mengapresiasikan
sumber energi)(Kimia) cara hidup sehat.
Klasifikasi makanan Bioteknologi Efek samping Mengapresiasi dan praktik
(Biologi); Perhitungan pangan bahan kimia hidup sehat, merealisasikan
energi kalor tiap g makanan buatan sains sebagai makna
(per g karbohidrat terdapat 4 memahami alam,
kal; per g lemak = 9 kal, mengapresiasi kontribusi sain
dsb.(Fisika); bahan kimia dan teknologi, kemampuan
buatan dan alami, rumus berpikir kritis dan kreatis serta
kimia bahan makanan strategi berpikir pemecahan
(Kimia) masalah dan pengambilan
keputusan

e. Integrasi nilai dalam kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler


Kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler akan semakin bermakna (meaningful
learning) jika diisi dengan berbagai kegiatan bermuatan nilai yang menarik dan bermanfaat
bagi siswa
f. Pembiasaan perilaku bermuatan nilai
Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah, sekolah harus menerapkan totalitas pendidikan
dengan mengadakan keteladanan, penciptaan lingkungan dan pembiasaan melalui berbagai
tugas kegiatan. Sehingga seluruh apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan dikerjakan oleh
siswa adalah pendidikan. Selain menjadikan keteladanan sebagai metode pendidikan utama,
penciptaan nilai juga sangat penting. Penciptaan lingkungan di sekolah dapat dilakukan
melalui: 1) penugasan, 2) pembiasaan, 3) pelatihan, 4) pengajaran, 5) pengarahan, serta 6)
keteladanan. Setiap kegiatan mengandung unsur-unsur pendidikan, sebagai contoh dalam
kegiatan kepramukaan, terdapat pendidikan kesederhanaan, kemandirian, kesetiakawanan dan
kebersamaan, kecintaan pada lingkungan dan kepemimpinan. Dalam kegiatan olahraga
terdapat pendidikan kesehatan jasmani, penanaman sportivitas, kerjasama (team work) dan
kegigihan untuk berusaha. Pengaturan kegiatan di sekolah ditangani oleh organisasi pelajar
yang terbagi dalam banyak bagian, seperti Ketua, Sekretaris, Bendahara, Keamanan,
Pengajaran, Penerangan, Koperasi pelajar, Kantin pelajar, Bersih Lingkungan, Pertamanan,
Kesenian, Keterampilan, Olahraga, Penggerak bahasa.
g. Prinsip dan pendekatan serta program Pengembangan Pendidikan Karakter
Secara prinsipil, pengembangan karakter terintegrasi ke dalam mata pelajaran,
pengembangan diri dan budaya sekolah. Oleh karena itu guru dan sekolah perlu
mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter
bangsa ke dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, Silabus dan RPP) yang
sudah ada
Berikut prinsip-prinsip yang digunakan dalam pengembangan pendidikan budaya dan
karakter bangsa.
1). Berkelanjutan. Pendidikan budaya dan karakter bangsa di SMP adalah kelanjutan dari
proses yang telah terjadi selama 6 tahun (SD)
2). Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah mesyaratkan
bahwa proses pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui
setiap mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan kurikuler dan ekstra kurikuler

Mata pelajaran

NILAI Pengembangan Diri

Budaya Sekolah
3) Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan
4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan
h. Pengembangan Proses pembelajaran
Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa menggunakan pendekatan proses
belajar peserta didik belajar aktif dan berpusat pada anak, dilakukan melalui berbagai
kegiatan di kelas, sekolah, dan masyarakat.
1. Di kelas dilaksanakan melalui proses belajar setiap mata pelajaran atau kegiatan yang
dirancang khusus
2. Di sekolah melalui berbagai kegiatan sekolah yang diikuti seluruh peserta didik, guru,
kepala sekolah dan tenaga administrasi di sekolah tersebut, direncanakan sejak awal tahun
pelajaran, dan dimasukkan ke kalender akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai
bagian dari budaya sekolah.
3. Di luar sekolah melalui kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh
seluruh/sebagian peserta didik, dirancang sekolah sejak awal tahun pelajaran dan
dimasukkan ke dalam kalender akademik
i. Penilaian hasil belajar
Penilaian pencapaian nilai-nilai budaya dan karakter didasarkan pada indikator. Sebagai
contoh, indikator untuk nilai jujur di suatu semester dirumuskan dengan “mengatakan
dengan sesungguhnya perasaan dirinya mengenai apa yang
dilihat/diamati/dipelajari/dirasakan” maka guru mengamati (melalui berbagai cara): lisan
dan tertulis, serta bergradasi.
Dari hasil pengamatan, catatan anekdot, tugas, laporan dan sebagainya guru dapat
memberikan kesimpulannya/pertimbangan tentang pencapaian suatu indikator atau bahkan
suatu nilai seperti berikut.
BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-tanda awal
perilaku yang dinyatakan dalam indikator)
MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan adanya tanda-
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator tetapi belum konsisten)
MB : Mulai berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan berbagai tanda
perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai konsisten)
MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan perilaku yang
dinyatakan dalam indikator secara konsisten)
C. Penutup
Pendidikan karakter yang merupakan tanggung jawab bersama perlu dilakukan melalui
strategi pengembangan secara mikro bagi dunia pendidikan (sekolah), namun juga perlu
dilakukan melalui strategi dalam konteks makro (nasional). Strategi pengembangan
pendidikan karakter pada konteks makro mencakup keseluruhan konteks perencanaan dan
implementasi pengembangan nilai/karakter yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan
pendidikan nasional.
Apabila kedua konteks mikro dan makro dilakukan seirama dalam pengembangan
karakter, maka akan mampu menciptakan proses pembudayaan dan pemberdayaan, sehingga
akhirnya akan mampu mencapai harapan dari makna pendidikan sebenarnya menurut Ki
Hajar Dewantoro, serta mampu membangun peserta didik yang berkarakter ditinjau dari
aspek akademik maupun konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan
tetap menjunjung tinggi identitas lokal dan nasional untuk tetap bisa bersaing secara global.

Sumber Bacaan
Anna Poedjiadi. (2005). Pendidikan sains dan Pembangunan Moral bangsa. Bandung :
Yayasan Cendrawasih

American Assosiation for the Advancement of Science. (1993). Benchmarks for Science
Literacy. Project 2061. New York: Oxford University Press.

Arends, Richard I. (1996). Classroom Instructional and Management. The McGraw-


Companies, Inc.

Bruce Joice & Marsha Weil. (1996). Models of Teaching 5th Ed. United States of
America: Allyn & Bacon. A. Simon & Schuster Company.

Carribbean Examination Council. (2007). Integrated Science. Carribbean Certificate of


Secondary Level Competence.

Curriculum Development Center. (2002) . Integrated Curriculum for Secondary School


(Curriculum Specification. Science Form 2. Ministry of Education Malaysia.

Idris Harta, Ph.D. (2010). Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa. Makalah Lokakarya
Mayoga

Insih Wilujeng. (2011). Model KBSB dalam Pembelajaran Sains Membentuk Siswa
Berkarakter. Makalah Disampaikan dalam Seminar Nasional Hasil Penelitian dan
Pendidikan MIPA di FMIPA UNY

Insih wilujeng.(2011). Membentuk siswa yang memiliki literasi sains dan berkarakter melalui
pendekatan pembelajaran STSE. Artikel majalah ilmiah populer WUNY, LPM, UNY
Lemin, M., Potts, H. And Welsford, P. Editor. (1994). Valuaes Strategies for Classroom
Teachers. Victoria: The Australian Council for Educational

Permendiknas No 23/2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan


--------------------. (2007). Panduan Penyusunan KTSP Lengkap. Yogyakarta: Pustaka
Yustisia

Richard Paul dan Linda elder. (2004). The Nature of Critical & Creative Thinking,
Foundation for Critical thinking First Edition www.critical thinking. Org
CURRICULUM VITAE

Nama Lengkap dan Gelar : Dr.Insih Wilujeng


Tempat dan Tanggal Lahir : Madiun, 2 Desember 1967 (Sesuai Akte
Kelahiran)
Instansi/Tempat Kerja Utama : FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta
Bidang Keahlian : Pendidikan Sains (Fisika)
Email : insihuny@yahoo.co.id
RIWAYAT PENDIDIKAN

Tingkat Nama Jurusan, Universitas Tahun Tempat


Pendidikan Lulus
S1 Pendidikan Pendidikan Fisika, 1991 Yogyakarta
Fisika IKIP Yogyakarta
S2 Pendidikan Pendidikan Sains, 1999 Surabaya
Sains UNESA
S3 Pendidikan Pendidikan IPA UPI 2011 Bandung
IPA

NARA SUMBER DAN INSTRUKTUR (DALAM 2 TAHUN TERAKHIR)

1. Nara sumber dalam : Diklat Mapel UAN IPA Kabupaten Cilacap, Workshop
Pengembangan Kurikulum Pendidikan IPA S1 FMIPA UNNES
2. Instruktur dalam : PLPG guru-guru IPA SMP; SMA (Model-model Pembelajaran
IPA/Fisika) dan guru-guru SD (Konsep Dasar IPA dan Pendidikan IPA SD)

TUGAS DAN KEGIATAN TAMBAHAN:

1. Konsultan DAPS /Disaster Awarenes in Primary School (Kerjasama Kementrian


Pendidikan, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah dengan pemerintah Jerman)
tahun 2006-2008)
2. Konsultan DES /Disaster Education in School (Kerjasama Kementrian Pendidikan ,
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah dengan Pemerintah Jepang) tahun 2008-
sekarang
3. Konsultan Bimtek IPA Terpadu (Direktorat pendidikan Dasar dan Menengah, kantor
Kementrian Pendidikan Nasional) tahun 2009 – sekarang
4. Penulis Modul Universitas Terbuka untuk mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
dan Pembelajaran Fisika (2010)

RESEARCH/PENELITIAN (DALAM 2 TAHUN TERAKHIR):

Judul-judul Penelitian:

1. The Development of Integrated Service Program for the Students of Physics Teacher
Training as the effort in improving the Proffessionalsm in the Teaching Practice in
Schools (2010)
2. “Self Efficacy” awal mahasiswa Pendidikan IPA FMIPA UNY untuk menjadi calon
guru IPA SMP (2009)
3. Peningkatan Penguasaan Konsep-konsep Dasar Sains Calon Guru SD Melalui
Perangkat Perkuliahan Berbasis Struktur Pembelajaran SEQIP (2009)
4. Deskripsi Hasil Analisis Standar Content dan Pedagogy IPA Jenjang SMP Sebagai
Dasar Pengembangan IPA Terintegrasi (2010)
5. Peningkatan Ranah Kognitif dan Self Efficacy Calon Guru SD Melalui Integrasi
Perangkat Perkuliahan Berbasis Struktur Pembelajaran SEQIP ke dalam Learning
Cycle(2010)
6. Pengembangan IPA Terintegrasi guna Membekali Calon Guru IPA SMP (Disertasi)
7. Ketercapaian kompetensi Pedagogy-Content-Knowledge Integrated Science
Mahasiswa S1 Pendidikan IPA melalui Mata Kuliah IPA Terintegrasi dan
Pembelajarannya (Hibah Doktor)
8. Pengembangan Assesment of Practical Skill in Science and Technology untuk
Meningkatkan Literasi sains dan Keterampilan Praktik Mahasiswa S1 Pendidikan IPA
Kelas Bilingual (2011)
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL
SMP N 2 GODEAN DAN MAHASISWA KKN-PPL TAHUN 2011
Alamat : ........................................................................

SURAT KETERANGAN

Sekolah Menengah Pertama negeri 2 Godean bekerjasama dengan mahasiswa KKN-


PPL UNY Tahun 2011 menerangkan, bahwa:
Nama : Dr. Insih Wilujeng
NIP : 196712021993032001
Jurusan/Prodi : Pendidikan Fisika/Pendidikan IPA
Sebagai Narasumber pada kegiatan Seminar dan Workshop Implementasi pendidikan
Karakter dalam pembelajaran. Kegiatan diselenggarakan pada Sabtu, 23 Juli 2011.
Demikian surat keterangan kami sampaikan, semoga dapat digunakan sebagaimana
mestinya.

Yogyakarta, 23 Juli 2011


Mengetahui Ketua Panitia
Ka. SMP N 2 Godean

(.....................................................). (..............................................)
NIP. ................................. NIM.

Anda mungkin juga menyukai