Segala puja hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Berkat limpahan karunia nikmatNya penulis dapat menyelesaikan makalah yang
bertajuk “E-Plastique : Sebagai Produk Kewirausahaan Ramah Lingkungan
Berbasis Penelitian” dengan lancar. Penyusunan makalah ini dalam rangka
memenuhi tugas Mata Kuliah Kewirausahaan yang diampu oleh Bapak Rijali
Noor S.T.,M.T.
Proses penyusunan makalah ini tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih
atas segala partisipasinya dalam menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa,
maupun isi. Sehingga penulis secara terbuka menerima segala kritik dan saran
positif dari pembaca.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk masyarakat umumnya dan untuk penulis sendiri khususnya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................ 3
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan......................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar E-Plastique .……………………….................... 5
2.2 Cara Mengurangi Limbah Plastik menjadi Wirausaha............... 6
2.3 Manfaat Konversi Energi dari Limbah menjadi Biomassa......... 6
2.4 Penerapan Konsep Konversi Energi dari Limbah Plastik
menjadi Biomassa ……………………………………………. 7
2.5 Konsep Kewirausahaan dari Produk E-Plastique ……………... 8
BAB III METEDOLOGI
3.1 Flowchart………................……………………….................... 9
3.2 Model Alat Pirolisis dan Destilasi……………………............... 10
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningkatnya harga minyak bumi dan kesadaran manusia akan semakin
menipisnya cadangan minyak bumi, maka usaha – usaha mencari dan
mengembangkan energi alternatif baru terus dilakukan, terutama pemenuhan
kebutuhan energi yang memilki hasil yaitu suatu produk dari pengolahan minyak
baru. Energi sangat dibtuhkan untuk keperluan berbagai bidang diantaranya
adalah bidang transportasi, industri dan rumah tangga. Berbicara masalah energi
maka tidak lepas dari pengamanan sumber – sumber energi berbasis fosil
(minyak, gas, dan batubara) yang jumlahnya semakin menipis. Sekalipun tereteksi
sumber baru, biasanya terletak di daerah – daerah yang sulit dijangkau sehingga
tidak mudah dieksplorasi, dan kalaupun ditambang maka membutuhkan biaya
yang besar sehingga diragukan nilai ekonomisnya. Sumber daya alam merupakan
sumber utama energi di dunia saat ini. Pemakaian yang terus menerus
mengakibatkan sumber ini semakin menipis, maka perlu dikembangkan sumber –
sumber yang baru (Parjana et.al., 2013).
Sampah masih menjadi masalah utama di seluruh negara negara di dunia
termasuk Indonesia. Kalau kita perhatikan di lingkungan sekitar kita, persentasi
limbah plastik jumlahnya lebih besar dibandingkan jenis sampah lainnya. Kalau
kita survei dilapangan banyak orang yang mempunyai wawasan kurang terhadap
pemanfaatan limbah plastik tersebut. Ada sebagian yang mengetahui kegunaan
limbah plastik untuk kerajinan dan mempunyai nilai ekonomis, tapi ada juga yang
beranggapan bahwa limbah plastik yang berupa kantong plastik bekas, sisa
kemasan makanan ringan tidak dapat dimanfaatkan lagi atau dengan kata lain
harus dibakar. Itu salah, dibakar dengan suhu rendah limbah plastik akan
menghasilkan asap dan didalam asap tersebut ada senyawa karsinogen. Dimana
senyawa itu dapat mengakibatkan kanker. Berbagai penelitian sebenarnya sudah
dilakukan untuk mengurangi limbah plastik tersebut menjadi material yang
bermanfaat. Salah satunya adalah mengkonversikan limbah plastik menjadi
sumber energi. Selain meminimalisasikan dampak negatif limbah plastik terhadap
lingkungan, mengkonversikan limbah plastik menjadi sumber energi dapat pula
3
mengatasi permasalahan dunia tentang terbatasnya sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui yaitu sumber energi dari Fosil ( Minyak bumi & batu bara) (Stra,
2016).
Oleh karena itu penulis ingin membahas lebih lanjut mengenai metode yang
telah berhasil mengkonversikan limbah plastik menjadi minyak dan sumber energi
alternatif, guna untuk menambah wawasan tentang sumber alternatif baru, dan
diharapkan dapat melahirkan ide atau gagasan untuk menciptakan sumber energi
alternatif lain yang ada disekitar kita. Selain tujuan itu penulis juga ingin
menjadikan itu sebagai peluang usaha yang dapat dikembangkan guna kelestarian
lingkungan kita, sehingga terciptalah E-Plastique yang adalah solusi bagi
pengolahan energi berbasis ramah lingkungan, yang dilakukan dengan cara
pirolisis yang atau adalah dekomposisi kimia bahan organik melalui proses
pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya, di mana material
mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas.
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
2.2 Cara Mengurangi Limbah Plastik menjadi Wirausaha
Menurut Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia No 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah menyebutkan bahwa sampah adalah sisa
kegiatan sehari hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi
padat berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat
terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang ke lingkungan.
Usaha dengan bahan baku barang bekas khususnya limbah plastik masih
sangat minim ditemukan, padahal barang bekas yang kita temui sehari-hari
sebenarnya masih dapat digunakan kembali. Banyak sekali orang yang
memandang sebelah mata pemakaian barang yang terbuat dari barang bekas ini
dapat mengurangi timbunan sampah. Oleh karena itu produk dari barang bekas ini
tergolong bisnis yang cukup menggiurkan.
Plastik adalah bahan yang banyak ditemukan dan dibuang sembarangan
sehingga menumpuk dan tidak memiliki manfaat. Plastik merupakan hal kecil
yang sering dilupakan, namun dapat menjadi masalah yang sangat besar apabila
tidak ditangani secara serius. Sampah plastik yang awalnya hanya mengotori
rumah, dapat diolah menjadi produk yang memiliki fungsi sehingga bisa dipakai
serta mempunyai manfaat bagi lingkungan dan memiliki nilai ekonomis yang
tinggi. Disini penulis mengolah plastik bekas tersebut menjadi biomassa.
Sehingga, kini manusia dapat menemukan solusi yang menjajikan tentang sampah
plastik yang menyebabkan banyak masalah menjadi produk yang bermanfaat. Jika
masyarakat dapat memanfaatkan, mengembangkan, mengaplikasikan, mengolah,
dan mengelola dengan baik maka masalah sampah plastik dapat teratasi.
6
2.4 Penerapan Konsep Konversi Energi dari Limbah Plastik menjadi
Biomassa
Pemanfaatan limbah plastik dengan cara daur ulang umumnya dilakukan oleh
industri. Secara umum terdapat empat persyaratan agar suatu limbah plastik dapat
diproses oleh suatu industri, antara lain limbah harus dalam bentuk tertentu sesuai
kebutuhan (biji, pellet, serbuk, pecahan), limbah harus homogen, tidak
terkontaminasi, serta diupayakan tidak teroksidasi. Untuk mengatasi masalah
tersebut, sebelum digunakan limbah plastik diproses melalui tahapan sederhana,
yaitu pemisahan, pemotongan, pencucian, dan penghilangan zat-zat seperti besi
dan sebagainya (Sasse et al.,1995).
Terdapat hal yang menguntungkan dalam pemanfaatan limbah plastik di
Indonesia dibandingkan negara maju. Hal ini dimungkinkan karena pemisahan
secara manual yang dianggap tidak mungkin dilakukan di negara maju, dapat
dilakukan di Indonesia yang mempunyai tenaga kerja melimpah sehingga
pemisahan tidak perlu dilakukan dengan peralatan canggih yang memerlukan
biaya tinggi. Kondisi ini memungkinkan berkembangnya industri daur ulang
plastik di Indonesia (Syafitrie, 2001).
Pemanfaatan plastik daur ulang dalam pembuatan kembali barangbarang
plastik telah berkembang pesat. Hampir seluruh jenis limbah plastik (80%) dapat
diproses kembali menjadi barang semula walaupun harus dilakukan pencampuran
dengan bahan baku baru dan additive untuk meningkatkan kualitas (Syafitrie,
2001). Menurut Hartono (1998) empat jenis limbah plastik yang populer dan laku
di pasaran yaitu polietilena (PE), High Density Polyethylene (HDPE),
polipropilena (PP), dan asoi.
Penulis menerapkan metode Pirolisis dalam konsep E-Plastique. Proses
pirolisis sampah plastik merupakan proses dekomposisi senyawa organik yang
terdapat dalam plastik melalui proses pemanasan dengan sedikit atau tanpa
melibatkan oksigen. Pada proses pirolisis senyawa hidrokarbon rantai panjang
yang terdapat pada plastik diharapkan dapat diubah menjadi senyawa hidrokarbon
yang lebih pendek dan dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap perolehan minyak hasil
pirolisis, mengetahui pengaruh suhu dan jenis plastik terhadap sifat fisik dan sifat
7
kimia dari minyak hasil pirolisis. Pirolisis sampah plastik ini dilakukan dengan
umpan yaitu sampah plastik jenis PolyPropylene dan sampah plastik jenis Low
Density PolyEthylene (Nego, 2016).
8
BAB III
METEDOLOGI
3.1 Flowchart
E-Plastique
Benefit
Alat
a) Mengurangi dampak negatif
1. Ayakan 60 mesh
dari limbah plastic
2. Kondensor b) Mengurangi kebiasaan
3. Tabung gas LPG (3 Kg) masyarakat dalam penimbunan
4. Pipa besi sampah
Alat dan
5. Tungku Pembakaran c) Memberikan kesadaran
(Kompor Gas Bahan masyarakat bahwa limbah
6. Pompa plastik memiliki banyak
7. Pirolisator manfaat selain untuk
8. Tangki Drum kerajinan
9. Termometer d) Dapat menjadi sumber
(Termokopel) energi alternatif pengganti
10. Alat GC-MS Proses bahan bakar fosil
e) Membuka lapangan kerja
Bahan baru, sehingga
1. Bentonit meningkatkan pendapatan
2. Sampah plastik f) Membantu dalam
penghematan energi fosil
Pemisahan
dengan
destilasi
9
3.2 Model Alat Pirolisis dan Destilasi
Dengan model yang digunakan (Alat Pirolisis), adalah sebagai berikut :
Keterangan Gambar :
1. Tabung Gas 8. Kondensator
2. Tungku Pembakaran 9. Katup pengeluaran
3. Pirolisator 10. Tabung Penampung
4. Termokopel 11. Pipa PVC
5. Baut pengunci tutup pirolisator 12. Pompa
6. Pipa pengeluaran asap 13. Water Tank
7. Penangkap Tar
10
3.3 Penjelasan Proses pada FlowChart
Pengolahan limbah plastik menjadi hidrokarbon cair dengan alat Pirolisis :
Pirolisis plastik pada umumnya terjadi pada temperatur ± 400oC. Pada
temperatur tersebut rantai utama (C-C) dari plastik akan putus sehingga menjadi
rantai yang lebih pendek dan akhirnya menjadi hidrokarbon cair dan gas pada
temperatur ruangan. Rantai utama dapat putus dengan cara dekomposisi acak dan
depolimerisasi. Dekomposisi acak memutus rantai utama secara acak, contohnya
terjadi pada PE dan PP, sedangkan depolimerisasi memutus rantai utama menjadi
monomer awalnya (Mikata, et. al., 1996)
Produk proses pirolisis dapat menjadi bermacam-macam komponen.
Terdapat lebih dari seratus komponen hidrokarbon termasuk paraffin, olefin,
napthene dan senyawa aromatis yang dapat menjadi produk proses pirolisis
plastik. Parafin merupakan hidrokarbon jenuh dengan rantai lurus atau bercabang.
Olefin hampir sama dengan paraffin namun memiliki ikatan rantai rangkap 2
dalam strukturnya. Napthene merupakan hidrokarbon jenuh namun memiliki
gugus cincin dalam strukturnya. Senyawa aromatis mengandung gugus cincin
benzene dalam strukturnya. Secara keseluruhan senyawa tersebut digunakan
sebagai bahan bakar (Scheirs, 2006). Berikut adalah tabel senyawa hidrokarbon di
dalam bahan bakar pada umumnya
11
premiun atau bensin . bensin yang
keluar sebanyak 37,7 liter , setelah
itu tidak keluar lagi , untuk
mendapatkan minyak tanah atau
kerosin api harus di besarkan
sampai temperatur 200-240˚c,
minyak tanah akan keluar
sebanyak 13,5 liter. Setelah
itu tidak keluar lagi. Untuk
mendapatkan solar, temperatur di
naikan lagi sampai 350̊ derajat
celcius , maka akan keluar solar sebanyak 90 liter, air yang berada di dalam bak
harus selalu di ganti dengan air dingin. Jadi dalam 1kg sampah plastik, akan
menghasilkan 37,7 liter bensin, 13,5 liter minyak tanah, dan 90 liter solar, dan
sisanya menjadi residu.
12
BAB IV
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
14