Anda di halaman 1dari 7

Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa

RS Anutapura Palu
Fakultas Kedokteran Universitas Tadulako

REFLEKSI KASUS

DISUSUN OLEH :
CARMELITA DWI KARTIKA TAMBA
N 111 18 010

PEMBIMBING KLINIK

dr. Andi Soraya Tenri Uleng, M.Kes, Sp.KJ

DIBUAT DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN


KLINIK
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RSU ANUTAPURA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2018
REFLEKSI KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. M
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 17-4-1977 / 41 tahun
Alamat : Ensa Kec. Mori Atas, Kab. Morowali utara
Status pernikahan : Sudah menikah
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : IRT
Tanggal pemeriksa : 26 September 2018
Tempat Pemeriksaan : Paviliun Rajawali Atas RS Anutapura Palu

1. DESKRIPSI
Pasien perempuan berusia 41 tahun dikonsul ke bagian Jiwa RS
Anutapura Palu dengan keluhan sulit tidur serta merasa gelisah yang
dirasakan sejak 8 bulan yang lalu. Keluhan ini mulai dirasakan bersamaan
dengan nyeri perut yang juga dirasakan oleh pasien. Pasien mengatakan
bahwa pasien biasanya gelisah ketika memulai tiddur dan terkadang bisa
tertidur ketika menjelang pagi. Hal ini juga membuat pasien merasa pusing
dikeesokan harinya. Menurut pasien, pasien mudah terganggu tidurnya
ketika mendengar suara-suara, seperti barang terjatuh, ambulans lewat dan
lain sebagainya.
Pasien mengaku sejak dari muda juga terkadang susah tidur karena
senang bekerja sampai jauh malam. Pasien juga mengatakan saat bekerja
senang minum kopi dan merokok, namum menghentikannya sejak 8 bulan
terakhir.
Pasien mengatakan ketika keluahn – keluhannya memberat
membuat pasien mencemaskan anak – anaknya dan membuat pasien
merasa sedih. Ketika hal itu terjadi biasanya passin menangis, dan setelah

2
itu pasien merasa lega. Sejak 8 bulan terakhir ini pasien sudah tidak
bekerja karena berulang kali masuk RS dengan keluhan yang sama. Sejak
saat itu pasien juga sudah mengonsumsi beberapa obat yang diberikan oleh
dokter tempat pasien dirawat, salah satunya alprazolam ketika pasien
susah sekali untuk tidur.

2. EMOSI TERLIBAT
Kasus ini menarik untuk dibahas karena pasien sudah berulang kali
dirawat selama 8 bulan terakhir, namun keluhan pasien masih saja muncul
sehingga perlu dicari solusinya, sehingga hal ini menjadi hal yang menarik
untuk di pelajari lebih lanjut.

3. EVALUASI
a. Pengalaman baik
Pasien cukup kooperatif saat pemeriksaan, dimana pasien menjawab
pertanyaan yang diberikan, serta memiliki sikap terbuka terhadap
pemeriksa.
b. Pengalaman buruk
Tidak ada pengalaman buruk yang dialami selama wawancara.

4. ANALISIS
Berdasarkan deskripsi keseluruhan kasus diatas, kasus ini merupakan
pasien dengan Inomnia.
Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang berarti
tidur, jadi insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Menurut DSM-
V, Insomnia didefinisikan sebagai ketidakpuasan dengan kuantitas tidur
atau kualitas terkait dengan satu atau lebih gejala berikut :
 Kesulitan memulai tidur
 Kesulitan mempertahankan tidur, ditandai dengan sering terbangun
atau masalah kembali tidur setelah terbangun
 Bangun lebih pagi dengan ketidakmampuan untuk kembali tidur

3
Kriteria lainnya adalah sebagai berikut :
 Gangguan tidur menyebabkan distress klinis signifikan atau gangguan
dalam bidang bidang sosial, pekerjaan, pendidikan, akademik,
perilaku, atau lainnya yang penting dari fungsi
 Kesulitan tidur berlangsung minimal 3 malam per minggu
 Kesulitan tidur hadir untuk setidaknya 3 bulan
 Kesulitan tidur terjadi meskipun peluang cukup untuk tidur
 Insomnia tidak dapat dijelaskan oleh dan tidak terjadi secara eksklusif
selama gangguan tidur-bangun yang lain
 Insomnia tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari penyalahgunaan
obat atau obat.
 Berdampingan antara gangguan mental dan kondisi medis tidak
memadai menjelaskan keluhan dominan insomnia.
Menurut The International Classification of Sleep Disorders, insomnia
adalah kesulitan tidur yang terjadi hampir setiap malam, disertai rasa tidak
nyaman setelah episode tidur tersebut.
Masalah tidur ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, daintaranya
karena hormonal, obat-obatan, dan kejiwaan. Bisa juga karena faktor luar
misalnya tekanan batin, suasana kamar tidur yang tidak nyaman atau
perubahan waktu karena harus kerja malam.
Tabel 1. Komorbid Psikiatri dan Gangguan Mental serta Obat-obatan dan
Substansi yang Dapat Mengintervensi Tidur
Gangguan Mental
Gangguan Mood (depresi berat, gangguan distimik, bipolar)
Gangguan anxietas (gangguan cemas menyeluruh, gangguan panik,
gangguan stress pasca trauma
Gangguan psikotik (skizofrenia)
Gangguan penyalahgunaan zat
Gangguan medis dan kondisi
Kardiovaskular (gagal jantung kongestif, penyakit arteri koronaria)

4
Paru (PPOK, asma)
Saraf (stroke, Parkinson, neuropathy, traumatic brain injury, penyakit
cerebrovascular)
Gastrointestinal (GERD)
Ginjal dan genitourinary (gagal ginjal kronik, benign hyperplasia
prostat)
Endokrin dan metabolik (diabetes, hipertiroid, obesitas)
Muskuloskeletal (rheumatoid arthritis, osteoarthritis, fibromyalgia)
Lain-lain (menopause)
Obat-obatan dan Zat
Alkohol (penggunaan akut, withdrawal)
Kafein
Nikotin
Antidepressan (SSRI, Serotononin norepinephrine reuptake inhibitor,
atypical antidepressant)
Dekongestan (phenylpropanolamine, pseudoephedrine)
Kortikosteroid
β-Agonist and theophylline-derivate bronchodilators
β-Antagonist
Stimulants
Statins
Dopamine agonist

Pasien ini memenuhi kriteria umum untuk diagnosis insomnia dan


mmenuhi kriteria insomnia non organic, dimana Kriteria diagnostik di
indonesia menurut PPDG-III Insomnia Non Organik (F 51.0)

 Hal tersebut dibawah ini diperlukan untuk membuat diagnosis pasti :


a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau mempertahankan
tidur, atau kualitas tidur yang buruk;

5
b. Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu selama
minimal satu bulan;
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur (sleeplessness) dan
peduli yang berlebihan terhadap akibatnya pada malam hari dan
sepanjang siang hari;
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau kualitas tidur
menyebabkan penderitaan yang cukup berat dan mempengaruhi
fungsi dalam sosial dan pekerjaan.
 Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi, anxietas, atau obsesi
tidak menyebabkan diagnosis insomnia diabaikan. Semua komorbiditas
harus dicantumkan karena membutuhkan terapi tersendiri
 Kriteria lama tidur (kuantitas) tidak digunakan untuk menentukan
adanya gangguan, oleh karena luasnya variasi individual. Lama
gangguan yang tidak memenuhi kriteria diatas (seperti pada “transient
insomnia”) tidak di-diagnosis disini, dapat dimasukkan dalam Reaksi
Stress Akut (F43.0) atau Gangguan Penyesuaian (F43.2).
Penatalaksaan insomnia terdiri dari non farmakologi berupa cognitive
behavioral therapy atau terapi perilaku, diet dan olahraga, serta
farmakologi berupa obat-obatan antiinsomnia.

5. KESIMPULAN
Gangguan tidur atau insomnia memenuhi kriteria umum diagnosis
insomnia. Insomnia didefinisikan sebagai ketidakpuasan dengan kuantitas
tidur atau kualitas terkait dengan satu atau lebih gejala, seperti kesulitan
memulai tidur, kesulitan mempertahankan tidur, ditandai dengan sering
terbangun atau masalah kembali tidur setelah terbangun, dan lain
sebagainya yang berlangsung minimal 1 bulan. Adanya gejala gangguan
jiwa lain, seprti depresi dan anxietas tidak menyebabkan diagnosis
insomnia diabaikan.

6
DAFTAR PUSTAKA

Buysse D.J. 2012. Chronic Insomnia, Amsterdam Journal Psychiatri, Vol 165 (6),
Amsterdam.
Departemen Kesehatan RI. 2013. Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan
Jiwa (PPDGJ III) Cetakan kedua. Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen
Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta
Elvira SD, Hadisukanto G, 2010, Buku Ajar Psikiatri, Badan Penrbit FKUI:
Jakarta
Kaplan Dan Sadock. 2010. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Ed 2. EGC:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai