Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NN.

POST SC
INDIKASI KALA II TAK MAJU (MEMANJANG)
DIRUANG G II OBSGYN RS BETHESDA
YOGYAKARTA

DISUSUN OLEH:

FRISKILA NOFIASARI

1804040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES BETHESDA YAKKUM

YOGYAKARTA

2018
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Asuhan Keperawatan pada NN.A Post SC dengan Indikasi Kala II tak Maju
(Memanjang) di Ruang G II Obsgyn RS Bethesda Yogyakarta
Ini telah disetujui oleh Preceptor
Akademik dan Klinik

Yogyakarta, Desember 2018

Preceptor Klinik, Preceptor Akademik,

Ika Retnaningsih, S.Kep., Ns Sri Wahyuni, S.Pd., MPH


LAPORAN PENDAHULUAN POST SC
INDIKASI KALA II TAK MAJU (MEMANJANG)

A. MEDIS

1. Definisi Kala II Tak Maju

Kala II adalah persalinan yang berlangsung 30 menit disebut sebgai kala pengeluaran

bayi (Sofian, 2011).

Kala II lama adalah persalinan dengan tidak ada penurunan kepala > 1 jam untuk

multipara dan primipara (Sarwono, 2008).

2. Anatomi Fisiologi Reproduksi Wanita

Menurut Syaifuddin 2011 anatomi fisiologi reproduksi wanita adalah:

a. Genitalia luar

1) Mons pubis : bagian yang menonjol terdiri dari jaringan lemak, area ini dimulai

ditumbuhi bulu pada masa pubertas.

2) Labia mayora: dua lipatan dari kulit diantara kedua bagian atas. Labia mayora

banyak mengandung urat saraf.

3) Labia minora : berada disebelah dalam labia mayora

4) Klitoris : sebuah jaringan ikat erektil kecil kira-kira sebesar kacang hijau yang

dapat mengeras dan tegang (erektil) yang mengandung urat saraf.

5) Vestibulum : merupakan rongga yang berada diantara bibir kecil (labia minora),

dibelakang deibatasi klitoris dan perineum, dalam vestibulum terdapat muara-

muara dari: liang senggama, uretra, kelenjar bartolini, klenjar skene kiri dan

kanan.
6) Hymen : lapisan tipis yang menutupi sebagian besar dari liang senggama,

ditengahnya berlubang supaya kotoran menstruasi dapat mengalir keluar, letaknya

dimulut vagina.

7) Perineum : terletak diantara vulva dan anus, panjangnya kurag lebih 4 cm.

b. Genitalia dalam

1) Vagina: merupakan saluran muskulo membaran dari jaringan epithelium bergaris

dialiri banyak pembuluh darah dari serabut saraf, panjangnya kurang lebih 7,5 cm.

bagian ini merupakan penghubung antara introitus vagina dan uterus. Fungsi

vagina yaitu saluran untuk mengeluarkan lender uterus dan darah menstruasi, alat

hubungan seks, jalan lahir pada waktu persalinan.

2) Uterus : Uterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, terletak di

dalam pelvis antara rektum di belakang dan kandung kencing didepan. Ototnya

disekat miometrium dan selaput lendir yang melapisi sebelah dalamnya disebut

endometrium. Letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi

(meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung

kencing. Panjang uterus adalah 5-8cm dan beratnya 30-60 gram.

Uterus dibagi atas 3 bagian berikut:

a) Fundus, bagian cembung diatas muara tuba uterna

b) Badan uterus, melebar dari fundus ke servix, sedangkan antara badan dan

servix terdapat istmus

c) Bagian bawah yang sempit pada uterus disebut servik.


Uteri interna terdiri dari:

a) Endometrium : terdiri dari jaringan epitel dan kelenjar yang banyak

mengandung pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Pertumbuhan dan fungsi

endometrium dipengaruhi oleh hormon steroid ovarium.

b) Miometrium : lapisan otot yang tersusun sedemikian rupa hingga dapat

mendorong isinya pada waktu persalinan dan dapat mengecil kembali setelah

plasenta keluar.

c) Perimetrium (lapisan luar) : dilapisi oleh peritonium viseral, ditemukan pada

dinding korpus uteri serosa atau peritonium uterus, mendapat darah dari arteri

uterina cabang dari arteri iliaka interna yang menjadi arteri ovarika

3) Tuba valopi : merupakan tulula-maskuler, kea rah kiri dan kanan panjang 12 cm,

diameternya 3-8 mm,. Fungsi untuk menangkap ovum dan melepas saat ovulasi,

sebagai saluran spermatozoa-ovum dan hasil konsepsi sampai mencapai bentuk

blastula yang siap melalkukan implantasi.

4) Ovarium : kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri dan kanan uterus

dibawah tuba uteri dan terikat disebelah belakang ligamentum latum uterus,

tuganya meproduksi ovum, memproduksi hormone estrogen, memproduksi

progesterone.
3. Etiologi

Menurut (Ilmu Kebidanan, 2010):

Etiologi terjadinya kala II lama ini adalah multikomplek dan bergantung pada

pengawasan saat hamil, pertolongan persalinan yang baik dan penatalaksanaannya.

Faktor-faktor penyebabnya antara lain:

a. Kelainan letak janin

b. Kelainan panggul

c. Kelainan kekuatan his dan mengejan

d. Janin besar atau kelainan kongenital

e. Perut gantung, grandemulti

f. Ketuban pecah dini ketika servik masih menutup, keras dan belum mendatar.

4. Tanda dan Gejala Klinis (Mochtar, 2009)

a. Pada Ibu

Gelisah, letih, suhu badan naik, berkeringat, nadi dan pernapasan cepat, edema vulva,

cairan ketuban berbau dan terdapat mekonium.


b. Pada bayi

1) Denyut janin cepat, hebat, tidak teratur bahkan negative. Air ketuban terdapat

mekonium, kental, kehijau-hijauan dan berbau.

2) Kaput sucsedaneum yang besar

3) Molage yang hebat

4) Kematian janin dalam kandungan

5) Komplikasi kala II lama terhadap ibu dan janin


5. Patifisiologi

Persalinan Normal Kala II Pembukaan lengkap

Kekuatan: Faktor jalan lahir: Faktor janin:

1. Inersia uteri primer 1. Malposisi 1. Dispoporsi

2. Inersia uteri sekunder 2. Malpresentasi 2. Malposisi dan

3. Tetania uteri 3. Janin besar malpresentasi

4. Uterus inkoordinasi 3. Persalinan tidak

efektif

4.

Kala II Lama

1. Kelelahan pada ibu, syok

2. Bahaya bagi janin

Gawat Janin Ansietas Kelelahan Indikasi tindakan SC Gangguan suplai O2

Insisi

Luka

Nyeri Risiko Infeksi Gangguan Pola Tidur


Sumber : Hakimi, 2010
6. Pemeriksaan diagnostik

Laboraturium untuk mengetahui hasil hemoglobin.

7. Epidemiologi

Menurut dinkes tahun 2012, kematian ibu hamil sebanyak 9 orang, kematian ibu bersalin

sebanyak 20 orang dan kematian ibu nifas sebanyak 11 orang. Salah satu penyebab

langsung kematian ibu adalah partus lama (8%). Persalinan berlangsung 12 jam, tetapi

bayi belum lahir kerana kelainan his, kelainan janin, kelainan jalan lahir (Wiknjosastro,

2010).

8. Penatalaksanaan

Upaya mengejan ibu menambah risiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen ke

plasenta. Maka dianjurkan mengejan secara spontan dan menahan nafas yang terlalu lama

tidak dianjurkan. Perhatikan denyut jantung janin, bradikardi yang lama mungkin terjadi

karena lilitan tali pusat.dalam hal ini lakukan tindakan frcef/ vakum bila saraf terpenuhi.

Bila malpresentasi dan obstruksi bisa disingkirkan, berikan oksitosin drip, bila setelah 1

jam pemberian oksitosin tetap tidak ada kemajuan persalinan, lahirkan dengan bantuan

vakum, apabila tidak terpenuhi indikasi silakukan sectio saecaria. (Wiknjosastro, 2010)

Menurut Sarwono, 2012:

a. Memberikan rehidrasi pada ibu

b. Berikan antibiotik

c. Bayi harus dilahirkan


Tindakan Sectio Saecaria

a. Definisi

Suatu tindakan pembedahan dengan untuk melahirkan janin dengan membuat sayatan

pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Prawirohardjo, 2009).

b. Patofisiologi
1. Disproporsi kepala panggul
2. Gawat janin
3. Plasenta Previa
4. Letak lintang
5. Incoordinate Uterine Action
6. Preeklamsia
7. Ibu meninggal, sedangkan bayi dikandungan masih hidup
8. Riwayat SC sebelumnya

Tindakan Sectio Caesarea

POST OPERASI SECTIO CAESAREA

Luka Operasi Efek Anestesi


Port de entry
Diskontinuitas jaringan mikroorganisme patogen
Kelemahan

Reaksi Neurosensori Masuk ke dalam area luka


yang terputus Hambatan Mobilitas Fisik

Imunitas menurun
Nyeri Akut
Defisit Risiko Konstipasi
Perawatan Diri
Proses penyembuhan
luka lama
Resiko Infeksi
Sumber : Prawirohardjo, 2009
c. Penatalaksanaan

Menurut Prawirohardjo, 2009 dapat dilakukan dengan 3 jenis pembedahan:

1) Sectio Caesarea Transperitonealis Profunda

Jenis pembedahan yang paling banyak dilakukan dengan cara menginsisi

segmen bawah uterus.

2) Sectio Caesarea Klasik/ Corporal

Insisi bagian tengan korpus uteri sepanjang 10-12 cm ujung bawah di atas batas

plika vesio uterine.

3) Sectio Caesarea Ekstraperitoneal

Insisi pada dinding dan fasia abdomen dan musculus rectus dipisahkan secara

tumpul.

d. Kontraindikasi

Pada prinsipnya dilakukan untuk kepentingan ibu dan janin se4hingga dalam praktik

obstetric ti dak terdapat kontraindikasi. Dalam hal ini ada gangguan sirkulasi pada ibu,

persalinan pervaginam lebih dianjurkan karena insisi yang ditimbulkan dapat

seminimal mungkin ( Cunningham dkk, 2010).

9. Komplikasi

a. Komplikasi pada ibu (Wiknjosastro, 2010)

1) Infeksi Inrapartum: bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janin pada

partus lama, terutama bila diserta pecah ketuban. Pneumonia pada janin akibat

aspirasi cairan amnion yang terinfeksi.


2) Rupture Uteri: penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya

serius selama partus lama. Apabila disproporsi antara kepala janin dan panggul

besar, sehingga kepala tidak mengalami penurunan, segmen bawah akan regang

dan terjadi rupture.

3) Pembentukan fistula: apabila bagian teredah janin menekan kuat ke pintu atas

panggul, tetapi tidak maju untuk jagka waktu yang lama, dinding panggul dapat

mengalami tekanan yang berlebihan. Karena terjadi gangguan sirkulasi, dapat

terjadi nekrosis setelah melahirkan, munculnya fistula vesikovaginal,

vesikoservikal, atau rektovaginal.

4) Cedera otot otot dasar panggul

5) Dasar panggul mendapat tekanan yang kuat, sehingga melebarkan dan

meregangkan dasar panggul, terjadi perubahan fungsional dan anatomic otot,

saraf, dan jaringan ikat.

b. Komplikasi pada bayi

Menurut Oxorn, 2010:

1) Kaput sucsedaneum: kaput ini dapat beukuran besar

2) Molase kepala janin: akibat tekanan his yang kuat, lempeng tengkorak saling

nertumpang tindih antar sutura.

3) Asfiksia

4) Trauma serebri, yang disebabkan oleh penekanan pada kepala janin

5) Pecahnya ketuban menyebakan infeksi pada cairan dan mebawa infeksi ke paru-

paru.
B. KEPERAWATAN

1. Pengkajian menurut Doungoes M. 2012

a. Identitas pasien dan penanggung jawab

b. Keluhan utama saat dikaji, alasan utama masuk rumah sakit, riwayat pernikahan

c. Riwayat haid, riwayat kehamilan dan persalinan, riwayat KB, Riwayat penyakit yang

lalu dan alergi, serta riwayat kesehatan sekarang.

d. Pengkajian Biologis

1) Pola Nutrisi-Metabolik

Peningkatan nafsu makan, karena ada keinginan untuk menyusui bayinya.

2) Pola Eliminasi

Pada pasien post partum SC, biasanya menggunakan kateter sementara untuk BAK,

ada keluhan susah untuk BAB

3) Pola Aktivitas Istirahat Tidur

Pada pasien post SC hari ke 0,1,2 dapat melakukan aktivitas ,dengan bantuan

perawat, selebihnya seperti biasanya, terbatas pada akttivitas ringan, tidak

membutuhkan tenaga banyak, cepat lelah, kelemahan dan nyeri.

4) Pola kebersihan diri

Pasien mampu merawat diri setelah nyeri berkurang

5) Pola reproduksi seksualitas

Terjadinya disfungsi seksual karena adanya proses persalinan dan kehadiran bayi.

6) Pola Kognitif persepsi sensori

Pasien merasakan nyeri pada daerah bekas operasi dan pada saat terjasi kontraksi

uterus
7) Pola konsep diri

Pasien berperan sebagai seorang ibu, pasien bisa mengalami kecemasan beberapa

hari setelah bayi lahir.

8) Pola koping

Penangan nyeri post partum SC dapat dialihkan dengan cara merawat bayi

sehingga nyeri berkurang.

9) Pola pemeliharaan kesehatan

Pasien kurang mengetahui penyebab terjadinya proses kala II tak maju atau lama,

sehingga pasien cemas.

10) Pola peran hubugan

Adanya perubahan pola peran setelah adanya persalinan dan memiliki bayi.

11) Pola nilai Keyakinan

Terganggu karena beberapa aktivitas dan pekerjaan masih dibantu keluarga.

e. Pengkajian Psikologi

f. Pengkajian sosial dan spiritual

g. Pengkajian fisik

h. Program pengobatan

i. Program tindakan dan rencana pulang

2. Diagnosis keperawatan menurut Prawirohardjo, 2009:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera fisik.

b. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan imobilisasi

c. Resiko Infeksi dengan faktor resiko port de entry mikroorganisme pathogen.


3. Rencana Keperawatan menurut Heather, 2018:

DIAGNOSA TINDAKAN KEPERAWATAN INTERVENSI


KEPERAWATAN
Tgl: Jam: Tgl: Jam: Tgl: Jam:
Nyeri akut Label NOC: Label NIC:
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji skala nyeri
agens cedera fisik keperawatan selama….diharapkan pasien
ditandai dengan DS nyeri berkurang dengan kriteria hasil: 2. Observasi tanda vital
dan DO. 1. Pasien melaporkan nyeri 3. Ajarkan klien
berkurang relaksasi nafas dalam
2. Skala nyeri berkurang 0-3 4. Kolaborasi pemberian
3. Tanda vital dalam rentang normal: obat pengurang rasa
Td: 120-139/ 70-89 mmHg nyeri
Suhu : 36,5-37,5 C
RR : 12-20X/menit
Nadi 60-100x/menit
Tgl: Jam: Tgl: Jam: Tgl: Jam:
Resiko Infeksi Label NOC: Label NIC
dengan faktor resiko Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau tanda dan
port de entry keperawatan selama…. Diharapkan gejala infeksi
mikroorganisme resiko infeksi tidak terjadi dengan 2. Observasi keadaan
pathogen ditandai kriteria hasil: luka operasi pasien
dengan DS dan DO. 1. Pasien terbebas dari tanda 3. Ajarkan tanda-tanda
infesi infeksi
2. Tanda vital dalam rentang 4. Kolaborasikan
normal dengan dokter dalam
Td: 120-139/ 70-89 mmHg pemberian antibiotik.
Suhu : 36,5-37,5 C
Nadi 60-100x/menit
RR : 12-20X/menit

DISCHARGE PLANING

1. Anjurkan pasien untuk makan-makanan yang mengandung protein, vitamin A dan C

serta makanan dengan gizi seimbang untuk mempercepat penyembuhan luka serta

mampu untuk meningkatkan ASI.

2. Obat
Anjurkan pasien untuk meminum obat hanya dari yang diresepkan oleh dokter dari

Rumah Sakit.

3. Aktivitas

Anjurkan pasien untuk beraktivitas ringan, olahraga ringan dan teratur untuk

menghindari terjadinya Baby Blues Syndrome.

4. Kontrol

Anjurkan pasien untuk datang kembali dan control luka sesuai jadwal yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Cunningham F.G., 2010. Obstetri Williams. Cetakan 22. Jakarta: EGC

Hakimi, Muhammad. 2010. Ilmu Kebidanan Patologis dan Fisiologis Persalinan. Jakarta:
Yayasan Estensia Medika

Doengoes, M. 2012. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan


pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Heather T, Herdman. 2018. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi &
Klasifikasi 2018-2020 Edisi 11. Jakarta: EGC

Mochtar, Rustam. 2009. Sinopsis Fisiologis dan Obstetri Patofisiologi. Jakarta: EGC

Oxorn. 2010. Fisiologi dan Patologis Persalinan Edisi 3. Jakarta: Esentia Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2008. llmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Srwono


Prawirohardjo

Sofian, Amnu. 2011. Synopsis obstetric: obstetric fisiologis, obstetric patologi, Penerbit
buku kedokteran. Jakarta: EGC

Syaifuddin. 2001. Anatomi Fisiologis. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai