Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Di dalam bidang pengolahan hasil perikanan yang menyangkut masalah
teknologi hasil perikanan untuk meningkatkan kualitas produksi tidak bisa lepas
dari penelitian dan pengujian. Pengujian tersebut tentunya menggunakan alat-alat
laboratorium yang berteknologi canggih, mulai dari proses pengujian awal
sampai tahap produksi, pengemasan dan penyimpanan. Berawal dari kemajuan
IPTEK maka sangat diharapkan terutama bagi orang-orang yang berkecimpung
di bidang perikanan khusunya industri pengolahan harus benar-benar menguasai
semua jenis teknologi yang berhubungan dengan bidang perikanan demi
mengembangkan potensi dan sumber daya alam Indonesia khusunya sumber
daya perikanan.
Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia memiliki potensi di bidang
perikanan dan sektor kelautan yang sangat besar untuk dikembangkan, akan
tetapi sampai saat ini potensi tersebut belum dimanfaatkan secar optimal bahkan
ada yang belum tereksplorasi. Ditambah lagi kebutuhan akan produk-produk
perikanan belum mampu menyediakan secara optimal untuk negeri dan sampai
sekarang bangsa Indonesia masih mengandalkan impor dari negara lain. Selain
itu, seandainya bisa memproduksi sendiri kualitasnyapun masih cukup rendah.
Itu semua merupakan tanggung jawab bersama terutama orang-orang perikanan
untuk terus mengembangkan dan menciptakan inovasi baru dalam meningkatkan
potensi, kualitas produksi dan sumber daya manusia agar perikanan Indonesia
dapat berkembang pesat dan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri
utamanya.

1.2. Rumusan Masalah

1
1. Apakah yang dimkasud dengan senyawa hidrokarbon?
2. Apakah yang dimaksud dengan kromatografi gas ?
3. Apa kelebihan dan kelemahan dari kromatografi gas ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari senyawa hidrokarbon.
2. Untuk mengetahui pengertian dari kromatografi gas.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan kromatografi gas.

1.4 Manfaat
1. Mampu menganalisis suatu senyawa dengan benar menggunakan
kromatografi gas.
2. Mampu memahami cara kerja kromatografi gas.
3. Mampu memahami prinsip pemisahan dan alat-alat yang digunakan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Senyawa Hidrokarbon


Senyawa hidrokarbon adalah senyawa yang tersusun dari atom unsur karbon
(C) dan hidrogen (H). Plastik seperti LDPE dan HDPE (polietilena) dan PP

2
(polipropilena) terbuat dari etena dan propena yang merupakan hasil olahan gas alam.
Senyawa etena dan propena termasuk ke dalam golongan senyawa hidrokarbon.
2.1.1. Klasifikasi Hidrokarbon
Berdasarkan jenis ikatan antara atom karbon, senyawa hidrokarbon dapat dibedakan
menjadi hidrokarbon jenuh dan tak jenuh. Seluruh ikatan antar atom karbon pada
hidrokarbon jenuh merupakan ikatan kovalen tunggal. Pada hidrokarbon tak jenuh,
terdapat satu atau lebih ikatan rangkap ataupun ikatan rangkap tiga.

Berdasarkan bentuk rantai karbon dan jenis ikatannya, senyawa hidrokarbon


dikelompokkan menjadi:

1. Hidrokarbon alifatik,

yaitu hidrokarbon dengan rantai terbuka dengan ikatan tunggal (jenuh) ataupun
ikatan rangkap (tak jenuh).

2. Hidrokarbon alisiklik,

yaitu hidrokarbon dengan rantai tertutup atau melingkar.

3
3. Hidrokarbon aromatik,

yaitu hidrokarbon rantai melingkar dengan ikatan konjugasi, yaitu ikatan tunggal
dan ikatan rangkap yang berselang-seling.

2.2. Pengertian Kromatografi Gas


Kromatografi adalah suatu metode fisika yang merupakan proses pemisahan
dimana komponen-komponen yang terkandung didalam suatu sampel terdistribusi
diantara dua fase, yaitu fase diam (stationery phase) dan fase gerak (mobile phase)
(A.I.M. Kleumans, 1959).
Selain pengertian kromatografi di atas, di lain sumber kromatografi didefinisikan
sebagai suatu metode analiitik untuk pemisahan dan pemurnian senyawa organik dan
anorganik. Metode ini berguna untuk fraksionasi campuran kompleks dan pemisahan
untuk senyawa- senyawa yang sejenis (Konsep Dasar Kimia Analitik, S.M.Khopkor,
2008).
Kromatografi gas adalah suatu proses yang mana suatu campuran menjadi
komponen- komponennya oleh fasa gas yang bergerak melewati suatu lapisan
serapan (sorben) yang stasioner. Jadi teknik ini mirip dengan kromatografi cair
kecuali fasa cair yang bergerak digantikan oleh fasa gas yang bergerak. Kromatografi
dibagi menjadi dua kategori utama yaitu Kromatografi Gas Cair (GLC) dimana
pemisahan terjadi oleh dibaginya contoh antara fasa gas yang bergerak dan lapisan
tipis cair yang tidak atsiri yang disalurkan pada suatu penopang yang tidak aktif, dan

4
Kromatografi Gas Padat (GSC) yang mengutamakan permukaan padat yang luas
sebagai fasa stasioner (Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik,
J.Basset, 1994).

2.3. Prinsip Kerja Kromatografi Gas


Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi lainnya,
tapi memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran dilakukan
antara stasionary fase cair dan gas fase gerak dan pada oven temperatur gas dapat
dikontrol sedangkan pada kromatografi kolom hanya pada tahap fase cair dan
temperatur tidak dimiliki. Kromatografi gas merupakan teknik pemisahan yang mana
solut-solut yang mudah menguap (dan stabil terhadap panas) bermigrasi melalui
kolom yang mengandung fase diam dengan suatu kecepatan yang tergantung pada
rasio distribusinya. Pemisahan pada kromatografi gas didasarkan pada titik didih
suatu senyawa dikurangi dengan semua interaksi yang mungkin terjadi antara solute
dengan fase diam. Selain itu juga penyebaran cuplikan diantara dua fase. Salah satu
fase ialah fase diam yang permukaannya nisbi luas dan fase yang lain yaitu gas yang
mengelusi fase diam. Fase gerak yang berupa gas akan mengelusi solute dari ujung
kolom lalu menghantarkannya ke detector. Prinsip utama pemisahan dalam
kromatografi gas adalah berdasarkan perbedaan laju migrasi masing-masing
komponen dalam melalui kolom. Komponen-komponen yang terelusi dikenali
(analisa kualitatif) dari nilai waktu retensinya (Tr).
Gas pembawa (biasanya digunakan Helium, Argon atau Nitrogen) dengan
tekanan tertentu dialirkan secara konstan melalui kolom yang berisi fase diam.
Selanjutnya sampel di injeksikan kedalam injektor (Injection Port) yang suhunya
dapat diatur. Komponenkomponen dalam sampel akan segera menjadi uap dan akan
dibawa oleh aliran gas pembawa menuju kolom. Komponen- komponen akan
teradopsi oleh fase diam pada kolom kemudian akan merambat dengan kecepatan
berbeda sesuai dengan nilai Kd masing- masing komponen sehingga terjadi
pemisahan. Komponen yang terpisah menuju detektor dan akan terbakar

5
menghasilkan sinyal listrik yang besarnya proporsional dengan komponen tersebut.
Sinyal lau diperkuat oleh amplifier dan selanjutnya oleh pencatat (recorder) dituliskan
sebagai kromatogram berupa puncak. Puncak konsentrasi yang diperoleh
menggambarkan arus detektor terhadap waktu. Secara sederhana prinsip kromatografi
gas adalah udara dilewatkan melalui nyala hydrogen (hydrogen flame) selanjutnya
uap organik tersebut akan terionisasi dan menginduksi terjadinya aliran listrik pada
detektor, kuantitas aliran listrik sebanding dengan ion (Frayekti, 2013)
Campuran gas dapat dipisahkan dengan kromatografi gas. Fasa stationer dapat
berupa padatan (kromatografi gas padat) atau cairan (kromatografi gas cair).
Umumnya untuk kromatografi kromatografi gas padat sejumlah kecil padatan inert
misalnya karbon teraktivasi, silika gel atau saringan molekular diisikan ke dalam
tabung logam gulung yang panjang (2-10 m) dan tipis. Fasa mobil adalah gas
semacam hidrogen, nitrogen atau argon dan disebut gas pembawa. Pemisahan gas
bertitik didih rendah seperti oksigen, karbonmonoksida dimungkinkan dengan teknik
ini. Campuran senyawa yang mudah menguap dicampur dengan gas pembawa
disuntikkan kedalam kolom,dan setiap senyawa akan dipartasi pada fase gas dan fase
cair mengikuti hukum partisi. Senyawa yang kurang larut pada fase diam akan keluar
lebih dahulu. Metode ini sangat baik untuk analisis senyawa organik yang mudah
menguap seperti hidrokarbon dan ester (James, 2003).
2.4. Komponen Utama
Sistem peralatan dari kromatografi gas terdiri dari 7 bagian utama diantaranya
1. Tabung gas pembawa
2. Pengontrolan aliran dan regulator tekanan
3. Injection port (tempat injeksi cuplikan)
4. Kolom
5. Detektor
6. Rekorder (pencatat)

6
Cara pemisahan dari sistem ini sangat sederhana sekali, cuplikan yang akan
dipisahkan diinjeksikan kedalam injektor, aliran gas pembawa yang inert akan
membawa uap cuplikan kedalam kolom. Kolom akan memisahkan komponen-
komponen cuplikan tersebut. Komponen-komponen yang telah terpisah tadi dapat
dideteksi oleh detektor sehingga memberikan sinyal yang kemudian dicatat pada
rekorder dan berupa puncak-puncak (kromatogram).
1. Gas Pembawa
Gas pembawa ditempatkan dalam tabung bertekanan tinggi. Biasanya
tekanan dari silinder sebesar 150 atm.
Adapun persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh gas pembawa
adalah :
1. Inert, agar tidak terjadi interaksi dengan pelarut.
2. Murni, mudah didapat dan murah harganya.
3. Dapat mengurangi difusi dari gas
4. Cocok untuk detektor yang digunakan.
Gas-gas yang sering dipakai adalah : helium, argon, nitrogen, karbon
dioksida dan hidrogen.Gas helium dan argon sangat baik, tidak mudah terbakar,
tetapi sangat mahal. H2 mudah terbakar, sehingga harus berhati-hati dalam
pemakaiannya. Kadang-kadang digunakan juga CO2.

7
Pemilihan gas pengangkut atau pembawa ditentukan oleh detektor yang
digunakan. Tabung gas pembawa dilengkapi dengan pengatur tekanan keluaran
dan pengukur tekanan
2. Tempat Injeksi
Dalam pemisahan dengan GLC cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Gas
dan uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa organik
berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa yang berbentuk
cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini membutuhkan pemanasan
sebelum masuk dalam kolom.
Tempat injeksi dari alat GLC selalu dipanaskan. Dalam kebanyakan alat,
suhu dari tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama untuk pengaturan suhu ini
adalah bahwa suhu tempat injeksi sekitar 50°C lebih tinggi dari titik didih
campuran dari cuplikan yang mempunyai titik didih yang paling tinggi.
Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom dengan cara menginjeksikan melalui
tempat injeksi.Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan jarum injeksi yang
sering disebut "a gas tight syringe". Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh
menginjeksikan cuplikan terlalu banyak, karena GC sangat sensitif. Biasanya
jumlah cuplikan yang diinjeksikan pada waktu kita mengadakan analisa 0,5 -50 ml
gas dan 0,2 - 20 ml untuk cairan.
Ketepatan volum injeksi menjadi sangat penting untuk analisa kuantitatif di
mana jumlah analit yang diukur oleh detektor tergantung pada konsentrasi analit
dalam cuplikan. Apabila prosedur dikehendaki hanya untuk identifikasi (analisis
kualitatif), maka ketepatan volum injeksi menjadi kurang penting.
Untuk mengisi alat injeksi dapat dipakai teknik sebagai berikut:
 Alat injeksi dibersihkan.
 Alat injeksi dikuras dengan menghisap cuplikan beberapa kali (dan
mengeluarkan isinya di luar tempat cuplikan).
 Jumlah cuplikan yang diperlukan dihisap. Cara untuk mengeluarkan
gelembung-gelembung udara yang masih tertinggal pada tabung injeksi adalah

8
dengan jalan menekan torak injeksi secepatnya beberapa kali dan ujung jarum
harus selalu berada di dalam cairan.
 Udara 1/10 dari volum maksimum dihisap lagi.
 Jarum bagian luar dibersihkan dengan kain yang tidak mudah lepas serat-
seratnya.
 Cuplikan diinjeksikan dengan menusukkan jarum menembus septum, dan
menekan penghisap sampai ujungnya dengan gerakan yang cepat dan tidak
terputus-putus, kemudian tarik jarum keluar dari septum.
 Torak injeksi ditarik kembali sedikit dan lihat berapa banyak cairan yang masih
tertinggal.
 Diameter kolom yang digunakan tetap diperhatikan dalam melakukan
pemisahan agar sesuai dengan batasan volum penyuntikan. Kolom yang
memiliki diameter ¼ in. (packed column) maka volum injeksi maksimumnya
100 μl , sedangkan kolom dengan diameter 1/8 in. (packed column) volum
injeksi maksimumnya 20 μl, dan Kapiler (open tubular) volume injeksi
maksimumnya 0,1 μl
3. Kolom
Kolom merupakan jantung dari kromatografi gas. Bentuk dari kolom dapat
lurus, bengkok, misal berbentuk V atau W, dan kumparan/spiral. Biasanya bentuk
dari kolom adalah kumparan. Kolom ini dapat terbuat dari :
a. Tembaga (murah dan mudah diperoleh)
b. Plastik (teflon), dipakai pada suhu yang tidak terlalu tinggi.
c. Baja (stainless steel), (mahal)
d. Alumunium
e. Gelas
Panjang kolom dapat dari 1 m sampai 3 m. Diameter kolom mempunyai
berbagai ukuran, biasanya pengukuran berdasarkan diameter dalam dari kolom
gelas yaitu antara 0,3 mm hingga 5 min. Kebanyakan kolom yang digunakan
berupa stainles steel dengan diameter luar (OD) dari I/S atau 1/4 inch (0,3 atau 0,6

9
cm). Pada GSC kolom diisi dengan penyerap (adsorbent), sedangkan pada GLC
kolom diisi dengan "solid support" (padatan pendukung) yang diikat oleh fase
diam.
Ada 2 jenis kolom yang digunakan dalam kromatografi gas secara umum,
yaitu kolom jejal (packed columns) dan kolom tubuler terbuka (open tubular
columns). Kolom jejal (packed columns) adalah kolom metal atau gelas yang diisi
bahan pengepak terdiri dari penunjang padatan yang dilapisi fase cair yang tidak
menguap (untuk kromatografi gas-padatan). Kolom tubuler terbuka sangat berbeda
dengan kolom jejal, yaitu gas yang mengalir sepanjang kolom tidak mengalami
hambatan, karena kolomnya merupakan tabung tanpa bahan pengisi.
4. Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang telah
dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat melakukan
pada suhu yang lebih tinggi. Fungsi umumnya mengubah sifat-sifat molekul dari
senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus listrik tersebut diteruskan ke
rekorder untuk menghasilkan kromatogram. Detektor yang diinginkan adalah
detektor yang mempunyai sensitifitas yang tinggi, noisenya rendah, responnya
linear, dapat memberikan respon dengan setiap senyawa, tidak sensitif terhadap
perubahan temperatur dan kecepatan aliran dan juga tidak mahal harganya.
Detektor dalam GC digunakan untuk memunculkan sinyal listrik hasil elusi
gas pembawa dari kolom. Berbagai jenis detektor dibuat untuk melakukan deteksi.
Tidak hanya berupa variasi disain, tapi juga variasi sensitivitas dan selektivitas.
Sensitivitas mengacu pada kuantitas terkecil komponen campuran di mana
sensitivitas menghasilkan sinyal yang masih teramati. Sementara, selektivitas
mengacu pada jenis senyawa di mana sinyalnya dapat dimunculkan. Detektor yang
umum digunakan:
 Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD)
Prinsip kerja TCD :

10
TCD berdasar atas prinsip, suatu benda yang panas akan kehilangan
panasnya pada suatu kecepatan yang tergantung kepada komposisi gas di
sekitarnya. Jadi, kecepatan hilangnya panas itu dapat digunakan sebagai ukuran
tentang komposisi gas. Gas pembawa yang mengandung sample atau analit
masuk ke dalam kolom, maka konduktivitas gas akan turun dan suhu filamen
akan meningkat serta resistansi. Lewatnya sampel melalui kolom menyebabkan
Jembatan Wheatstone yang tak seimbang sehingga terjadi signal yang terbaca
pada detektor.
 Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector_ FID)
Prinsip kerja detector FID :
Pada detector ini, komponen-komponen sampel yang keluar dari kolom
dibakar dalam nyala (campuran gas hidrogen dan udara atau oksigen). Sejumlah
besar ion yang terbentuk dalam nyala masuk ke dalam celah elektrode dan
menurunkan tegangan listrik dari celah elektrode mula-mula. Penurunan
tegangan ini yang kemudian dicatat sebagai sinyal oleh rekorder. Intensitas
sinyal ini berbanding lurus dengan konsentrasi solute dalam gas pembawa.
 Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD)
Prinsip kerja detector ECD :
Mekanisme deteksi melibatkan emisi partikel radioaktif (β) dari 63Ni.
Partikel β menghasilkan elektron termal dari gas pembawa. Berdasarkan
penangkapan elektron termal oleh molekul sampel. Pada ECD terdapat
pemancar radioaktif β, seperti 3H atau 63Ni yang akan mengionisasi gas
pembawa. Aliran elektron sebagai hasil ionisasi gas pembawa (nitrogen atau
argon/methan) dalam ECD memberikan sinyal yang berupa baseline suatu
kromatogram. Bila kemudian suatu senyawa masuk ke dalam detektor, sebagian
dari elektron tersebut akan ditangkap oleh senyawa sebelum mereka mencapai
plat detektor. Ini mengakibatkan aliran arus listrik dalam detektor berkurang,
yang oleh rekorder akan dicatat sebagai suatu peak.
 Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)

11
 Detektor nyala alkali
 Detektor spektroskopi massa
Detektor yang peka terhadap senyawa organik yang mengandung fosfor
adalah FID, ECD, dan FPD. Detektor penangkap elektron (Electron Capture
Detector – ECD). Pada penetapan ini, digunakan detektor penangkap elektron.
Detektor ini merupakan modifikasi dari FID yaitu pada bagian tabung ionisasi.
Dasar dari ECD ialah terjadinya absorbsi e- oleh senyawa yang mempunyai
afinitas terhadap e- bebas (senyawa-senyawa elektronegatif). Dalam detektor gas
terionisasi oleh partikel yang dihasilkan dari 3H atau 63Ni. Detektor ini mengukur
kehilangan sinyal ketika analit terelusi dari kolom kromatografi. Detektor ini peka
terhadap senyawa halogen, karbonil terkoyugasi, nitril, nitro, dan organo logam,
namun tidak peka terhadap hidrokarbon, ketone, dan alkohol.
5. Recorder (pencatat)
Recorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang diperkuat
melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari kromatogram yang
diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif
dengan cara membandingkan waktu retensi sampel dengan standar. Analisis
kuantitatif dengan menghitung luas area maupun tinggi dari kromatogram
(Hendayana, 2001). Sinyal analitik yang dihasilkan detektor dikuatkan oleh
rangkaian elektronik agar bisa diolah oleh rekorder atau sistem data. Sebuah
rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas dengan kecepatan tertentu. di atas
kertas tersebut dipasangkan pena yang digerakkan oleh sinyal keluaran detektor
sehingga posisinya akan berubah-ubah sesuai dengan dinamika keluaran penguat
sinyal detektor. Hasil rekorder adalah sebuah kromatogram berbentuk pik-pik
dengan pola yang sesuai dengan kondisi sampel dan jenis detektor yang
digunakan.
Rekorder biasanya dihubungkan dengan sebuah elektrometer yang
dihubungkan dengan sirkuit pengintregrasi yang bekerja dengan menghitung
jumlah muatan atau jumlah energi listrik yang dihasilkan oleh detektor.

12
Elektrometer akan melengkapi pik-pik kromatogram dengan data luas pik atau
tinggi pik lengkap dengan biasnya.
Sistem data merupakan pengembangan lebih lanjut dari rekorder dan
elektrometer dengan melanjutkan sinyal dari rekorder dan elektrometer ke sebuah
unit pengolah pusat (CPU,Central Procesing Unit).

2.4. Metoda Analisis


Bila volum atau konsentrasi dari masing-masing komponen yang terpisah
sudah tertentu, hal itu disebut penentuan volumetrik (volumetric determination).
GC didasarkan pada prinsip bahwa komponen target yang terdeteksi adalah
murni karena sudah dipisahkan dari komponen-komponen lain dalam cuplikan.
Bila pemisahan ini betul-betul sempurna, volumnya (konsentrasinya) dapat
ditentukan dengan tingkat keakuratan yang sangat tinggi.
Berikut 4 pokok metoda analisis (penentuan volumetrik) yang digunakan
dalam GC:
1. Metoda persentase luas permukaan (surface area percentage method)
2. Metoda pengaturan persentase luas permukaan (adjusted surface area
percentage method)
3. Metoda kurva kalibrasi absolut (absolute calibration curve method)
4. Metoda internal standard (internal standard method)
Keuntungan dan kekurangan masing-masing metoda di atas dan pemilihan
metodanya menjadi penting dalam mempertimbangkan analisis yang ingin
dihasilkan

2.5. Cara Kerja Kromatografi Gas

13
A. Mengaktifkan GC
1. Aktifkan Un-Interrupable Power Supply (UPS) jika ada.
2. Buka katup gas (alirka gas ke GC).
 Gas Helium (He) sebagai pembawa.
 Gas Nitrogen (N2) sebagai pembawa (carrier) dan sebagai make up gas.
 Gas Hydrogen (H2) sebagai gas pembakar.
 Gas Compress air sebagai pembakar.
3. Aktifkan komputer.
4. Aktifkan Gas Chromatography (GC) dengan tombol on/off berada di sisi
kiri bawah, tunggu hingga GC selesai initialisasi dan self test (kira-kira 2
menit).
5. Aktifkan software chemstation dengan double Program klik kiri icon
instrument 1 online atau klik start Instrument 1 online chemstation.
6. Pastikan menu berada pada Load Method (Conditioning Methode) Method
“ Method and Run Control” pilih metode yang diinginkan.
7. Sebelum digunakan pastikan column sudah diconditioning dengan suhu 20º
C di bawah suhu maksimum kolom atau di atas suhu operasional tetapi
tidak diperbolehkan melewati suhu maksimum kolom seperti yang tertera
di tag kolom.
8. Conditioning GC selama 30 menit. Pilih metode yang akan digunakan
untuk analisa (Methode and Run Control).
B. Analisis Sampel

14
1. Isi Operator Sampel Info isi identitas sampel melalui : Run Control Name,
Sub Directory (untuk memudahkan pecarian data gunakan tanggal hari ini),
nama signal, nama sampel, komentar bila ada.
2. Apabila menggunakan Sequence, isi identitas sampel melalui : Sequence Isi
Operator Name, sub directory (untuk memudahkan parameter pencarian
data gunakan tanggal hari ini), pastikan data file Prefix/Counter, nama
signal, counter sequence table.
3. Pastikan Part of Methodn to Run berada pada According to Runtime
Checklist : Sequence
 Location : isiskan lokasi via sampel
 Sample Name : sampel yang akan dianalisa
 Method Name : method yang digunakan untuk analisa
 Inj/Location : jumlah injeksi pada satu lokasi vial
 Inj/Volume : jumlah sampel yang diinjeksikan
 Injector : Front atau Back
 Sample Info : apabila diperlukan
 Save Sequence
4. Tunggu hingga status layar di komputer ready (warna hijau) atau pada
dispaly GC : Ready for Injection dan lampu indikator “not ready” (warna
merah) pada panel GC off, Run Sequence.
5. Pastikan icon sequence aktif dengan cara pilih Run Control.
6. Tunggu hingga analisa selesai, hasil analisa kaan tertarik secraa otomatis.
C. Kalibrasi Standar
1. Setelah selesai “Running” standard pada menu View klik menu Data
Analysis, double klik data yang diingikan.
2. Ambil data yang akan dianalisa melalui : File
3. Bila data yang dipilih terdapat “Peak” yang tidak dikehendaki (Autu
Integration), klik Integration, save lalu isi nilai parameter yang cocok
selanjutnya klik Yes.
4. Isi Calibration Table melalui Calibration lalu isi kolom dengan nama “Auto
Calibration Table Concentrasi” masing-masing compound lalu klik Yes.
5. Bila data sudah terkalibrasi dan ingin di edit cukup melalui Replace, bila
pada RT (Waktu retensi) yang berubah ganti dengan RT yang baru.

15
6. Simpan data yang sudah terkalibrasi.
7. Cetak hasil kalibrasi melalui menu Report.
D. Mematikan GC
1. Turunkan suhu inlet dan detector tanpa mematikan gas carrier.
2. Tunggu hingga suhu di Oven, Inlet dan Detector berada pada suhu di bawah
50º C.
3. Tutup software Chemstation : File.
4. Matikan GC (tekan tombol off).
5. Matikan UPS jika ada..
6. Tutup kembali katup gas Helium (He), Nitrogen (N2), Hydrogen (H2) dan
Compress Air.

3.3 Kelebihan dan Kelemahan Kromatografi Gas


Kelebihan :
1. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman pemisahan yang tinggal.
2. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan efisiensi
pemisahan yang tinggi.
3. Gas mempunyai vikositas yang rendah.
4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat sehingga
analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase
diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala macam
campuran.
Kelemahan :
1. Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang mudah menguap
2. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran
dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan,
pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan dalam
tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode lain.
3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif
terhadap fase diam dan zat terlarut (Frayekti, 2013).

3.4 Penerapan kromatografi gas


1. Untuk identifikasi senyawa

16
Dengan suatu kolom tertentu dan dengan semua variabelnya seperti
temperatur dan laju alir, dikendalikan secara cermat, waktu retensi atau
volume retensi suatu zat terlarut merupakan suatu besaran dari zat terlarut
tersebut, seperti halnya titk didih atau halnya indek bias adalah besaran. Ini
menunjukkan bahwa sifat retensi dapat digunakan untuk mengetahui suatu
senyawa.
2. Analisis kuantitatif
Dengan GC tergantung pada hubungan antara jumlah suatu zat terlarut
dan ukuran dari pita elusi yang dihasilkan. Secara umum dengan detektor
diferensial, ukuran jumlah zat terlarut yang paling baik adalah luas dibawah
pita elusi. Jumlah zat terlarut = faktor kalibrasi x luas dibawah pita elusi.
Keterbasan GC adalah volatilitas sampel itu harus mempunyai tekanan uap
yang cukup pada temperatur kolom tersebut, dan ini segera menghilangkan
banyak jenis sampel. Suatu perhitungan yang aktual tidak mungkin dilakukan
tetapi harus diperkirakan bahwa sekitar 20% senyawa kimia yang diketahui
kurang cukup volatil.kebanyakan sampel organik tidak cukup volatil untuk
memungkinkan penerapan langsung dari GC (Frayekti, 2013).

3.5 Aplikasi Kromatografi Gas


Kromatografi gas telah digunakan pada sejumlah besar senyawa-senyawa
dalam berbagai bidang. Dalam senyawa organic dan anorganik, senyawa logam,
karena persyaratan yang digunakan adalah tekanan uap yang cocok pada suhu
saat analisa dilakukan. Berikut beberapa kegunaan kromatografi gas pada
bidang-bidangmya adalah :

1. Polusi udara
Kromatografi gas merupakan alat yang penting karena daya pemisahan
yang digabungkan dengan daya sensitivitas dan pemilihan detector GLC
menjadi alat yang ideal untuk menentukan banyak senyawa yang terdapat

17
dalam udara yang kotor, KGC dipakai untuk menetukan Alkil-Alkil Timbal,
Hidrokarbon, aldehid, keton SO, H2S, dan beberapa oksida dari nitrogen dll.

2. Klinik
Di klinik kromatografi gas menjadi alat untuk menangani senyawa-
senyawa dalam klinik seperti : asam-asam amino, karbohidrat, CO , dan O
dalam darah, asam-asam lemak dan turunannya, trigliserida-trigliserida,
plasma steroid, barbiturate, dan vitamin

3. Bahan-bahan pelapis
Digunakan untuk menganalisa polimer-polimer setelah dipirolisa,
karet dan resin-resin sintesis.

4. Minyak atsiri
Digunakan untuk pengujian kualitas terhadap minyak permen, jeruk
sitrat, dll.
5. Bahan makanan
Digunakan dengan TLC dan kolom-kolom, untuk mempelajari
pemalsuanatau pencampuran, kontaminasi dan pembungkusan dengan plastic
pada bahan makanan, juga dapat dipakai unutk menguji jus, aspirin, kopi dll.
6. Sisa-sisa peptisida
KGC dengan detector yang sensitive dapat menentukan atau
pengontrolan sisa-sisa peptisida yang diantaranya senyawa yang mengandung
halogen, belerang, nitrogen, dan fosfor.
7. Perminyakan
Kromatografi gas dapat digunakan untuk memisahkan dan
mengidentifikasi hasil-hasil dari gas-gas hidrokarbon yang ringan.
8. Bidang farmasi dan obat-obatan

18
Kromatografi gas digunakan dalam pengontrolan kualitas, analisa
hasil-hasil baru dalam pengamatan metabolisme dalam zat-zat alir biologi
9. Bidang kimia/ penelitian
Digunakan untuk menentukan lama reaksi pada pengujian kemurnian
hasil (Frayekti, 2013)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.1.1. Senyawa hidrokarbon adalah senyawa yang tersusun dari atom unsur karbon
(C) dan hidrogen (H). Plastik seperti LDPE dan HDPE (polietilena) dan PP
(polipropilena) terbuat dari etena dan propena yang merupakan hasil olahan
gas alam. Senyawa etena dan propena termasuk ke dalam golongan senyawa
hidrokarbon.
3.1.2. Kromatografi gas adalah suatu proses yang mana suatu campuran menjadi
komponen- komponennya oleh fasa gas yang bergerak melewati suatu lapisan
serapan (sorben) yang stasioner.
3.1.3. Kelebihan dan Kelemahan Kromatografi Gas
Kelebihan :

19
1. Waktu analisis yang singkat dan ketajaman
pemisahan yang tinggal.
2. Dapat menggunakan kolom lebih panjang untuk menghasilkan
efisiensi pemisahan yang tinggi.
3. Gas mempunyai vikositas yang rendah.
4. Kesetimbangan partisi antara gas dan cairan berlangsung cepat
sehingga analisis relatif cepat dan sensitifitasnya tinggi.
5. Pemakaian fase cair memungkinkan kita memilih dari sejumlah fase
diam yang sangat beragam yang akan memisahkan hampir segala
macam campuran.
Kelemahan :
1. Teknik Kromatografi gas terbatas untuk zat yang
mudah menguap.
2. Kromatografi gas tidak mudah dipakai untuk memisahkan campuran
dalam jumlah besar. Pemisahan pada tingkat mg mudah dilakukan,
pemisahan pada tingkat gram mungkin dilakukan, tetapi pemisahan
dalam tingkat pon atau ton sukar dilakukan kecuali jika ada metode
lain.
3. Fase gas dibandingkan sebagian besar fase cair tidak bersifat reaktif
terhadap fase diam dan zat terlarut (Frayekti, 2013).

20
DAFTAR PUSTAKA
Hendayana, dkk. 2001. Kimia Analitik Instrument. Semarang : IKIP
Khopkar .S.M. 2008. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
Anonim. 2003. Panduan Paraktikum Kimia Fisika, Laboratorium Teknik Gas
Dan Petrokimia Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Jakarta.
Besset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel : Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Terjemahan A. Handayana Pudjaatmaka Dan L. Setiono. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Kenkel. J. 2002. Analytical chemistry for tecnicians, 3th. Edition. CRC Press.
USA.
Grob, R.L.1995.Modern Practice Of Gas Chromatography. 3th Ed. Jhon Wiley
And Sons. New York.
Adamovics. J.A. 1997. Chromatographic Analysis Of Pharmaceuticals. 2nd
Edition. Marcel Dekker. New York

21

Anda mungkin juga menyukai