Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Hal ini
berarti bahwa manusia mempunyai keistimewaan dibanding dengan makhluk
hidup yang lain. Salah satu keistimewaan yang menonjol adalah perilakunya.
Meskipun semua makhluk hidupn mempunyai perilaku. Namun perilaku
berbeda dengan perilaku makhluk hidup yang lain (Notoatmodjo, 2010).

Menurut pendapat para ahli psikologi modern bahwa manusia sebagai


makhluk ciptaan tuhan, selain dipandang sebagai makhluk biologis, juga
makhluk unik yang berbeda dengan makhluk hidup lainnya dimuka bumi.
Manusia adalah subjek sekaligus objek, serta makhluk individual sekaligus
social. Namun manusia pada umumnya tidak bersifat pasif, yaitu menerimah
keadaan dan tunduk pada suratan tangan atau kodratnya, tetapi secar sadar dan
aktif menjadikan dirinya sesuatu.proses perkembangan perilaku manusia
sebagian ditentuakan oleh kehendaknya sendiri, dan sebagian bergantung pada
alam.

Perilaku manusia melibatkan tiga komponen utama yaitu kondisi lingkungan


tempat terjadinya perilaku tersebut, perilaku itu sendiri dan konsekuensi dari
perilaku tersebut. Berulang atau tidak berulangnya suatu perilaku dipengaruhi
oleh keadaan tiga komponen tersebut. Penjabarannya dalam perilaku
berkendaraan di jalan raya cukup sederhana. Misalkan seorang pengendara
berada di persimpangan jalan yang sepi (kondisi lingkungan) kemudian ia
memutuskan untuk melanggar lampu lalu lintas (perilaku). Konsekuensi dari
perilaku ini adalah perjalanan yang lebih cepat. Selain itu pengendara tersebut
juga tidak ditangkap petugas karena memang tidak ada petugas di
persimpangan jalan tersebut. Perilaku pelanggaran seperti ini akan cenderung

1
diulangi karena mendapat penguatan positif atau hadiah yaitu proses
perjalanan yang lebih cepat dan tidak tertangkap oleh petugas.

Perilaku manusia tidak lepas dari proses pematangan organ-organ tubuh.


Sebagai ilustrasi bahwa seorang bayi belum dapat duduk atau berjalan apabila
organ-organ tubuhnya belum cukup kuat menopang tubuh.oleh karena itu,
perlu pematangan tulang belakng terutama tulang leher, punggung, pinggang,
serta tulang kaki. Selain itu, seorang bayi tidak akan berjalan tidak akan dapat
berjalan telebih dahulu sebelum tengkurap dan sebagainya. Selain itu, perilaku
individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi akibat adanya rangsangan
(stimulus), baik dari dalam dirinya (internal) ataupun dari luar dirinya
(eksternal). Pada hakikatnya perilaku individu mencakup perilaku yang
tampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak tampak (inert behavior atau
covert behavior) (Sunaryo, 2004).

Perilaku tentang bagaimana seseorang menanggapi rasa sakit dan penyakit


yang bersifat respon internal dan eksternal. Respon yang diberikan antara lain
respon pasif berupa pengetahuan, persepsi, dan sikap maupun respon aktif
yang dilakukan sehubungan dengan sakit dan penyakit. Perilaku kesehatan
adalah tanggapan seseorang terhadap rangsangan yang berkaitan dengan sakit
dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan lingkungan.
Rangsangan yang berkaitan dengan perilaku kesehatan terdiri dari empat
unsur yaitu sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan
lingkungan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep prilaku ?
2. Bagaimanakah domain prilaku ?
3. Bagaimanakah teori prilaku ?
4. Bagaimanakah perilaku kesehatan

2
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep prilaku
2. Untuk mengetahui domain prilaku
3. Untuk mengetahui teori prilaku
4. Untuk mengetahui prilaku kesehatan

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Prilaku
1. Definisi prilaku menurut beberapa ahli :
a. Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi
melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian
organisme tersebut merespons, maka teori skiner ini disebut teori
“S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Skiner
membedakannya menjadi dua respon yaitu :
1) Respondent Respons atau reflexsive, yakni respon yang
ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus)
tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting
stimulation karena menimbulkan respon-respon yang
relatif tetap. Misalnya makanan yang lezat
menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang
menimbulkan mata tertutup, dsb. Respondent Respons
ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya
mendengar berita musibah menjadi sedih atau
menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya
dengan mengadakan pesta dsb.
2) Operant Respons atau instrumental respons, yakni
respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti
oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini
disebut organisme reinforcing stimulation atau
reinforcer , karena memperkuat respon. Misalnya
apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan
tugasnya dengan baik (respon terhadap uraian tugasnya

4
atau job skripsi). Kemudian memperoleh penghargaan
dari atasannya (stimulus baru) maka petugas kesehatan
tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan
tugasnya.
b. Robert Kwik ( 1974 ) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan
atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan
dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap adalah
hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap
suatu obyek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-
tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut.
Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.
2. Pembentukan Prilaku
Proses pembentukan prilaku
Perilaku manusia terbentuk karena adanya kebutuhan. Menurut
Abraham Harold Maslow, manusia memiliki 5 kebutuhan dasar, yaitu
:
a. Kebutuhan fisiologis, biologis yang merupakan kebutuhan
pokok utama, yaitu O2, H2O, cairan elektrolit, makanan
dan seks. Apabila kebutuhan ini tidak terpenuhi akan
terjadi ketidakseimbangan fisiologis. Misalnya, kekurangan
O2 yang menimbulkan sesak napas dan kekurangan H2O
dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi.
b. Kebutuhan rasa aman, misalnya :
1) Rasa aman terhindar dari pencurian, penodongan,
perampokan dan kejahatan lain.
2) Rasa aman terhindar dari konflik, tawuran,
kerusuhan, peperangan, dll.
3) Rasa aman terhindar dari sakit dan penyakit
4) Rasa aman memperoleh perlindungan hukum
5) Kebutuhan mencintai dan dicintai, misalnya :

5
6) Mendambakan kasih sayang/ cinta kasih orang lain
baik dari orangtua, saudara, teman, kekasih,dll.
7) Ingin dicintai/ mencintai orang lain.
8) Ingin diterima oleh kelompok tempat ia berada.
c. Kebutuhan harga diri
- Ingin dihargai dan menghargai oranglain.
- Adanya respek atau perhatian dari oranglain.
- Toleransi atau saling menghargai dalam hidup
berdampingan.
d. Kebutuhan aktualisasi diri
- Ingin dipuji atau disanjung oleh orang lain
- Ingin sukses atau berhasil dalam mencapai cita-cita
- Ingin menonjol dan lebih dari orang lain, baik
dalam karir, usaha, kekayaan, dan lain-lain.

Tingkatkan dan jenis kebutuhan tersebut satu dan lainna tidak


dapat dipisahkan karena merupakan satu kesatuan atau rangkaian
walaupun pada hakekatnya kebutuhan fisiologis merupakan faktor
yang dominan untuk kelangsungan hidup manusia dan dalam
memenuhi kebutuhan, tidak dapat dipisah-pisahkan antara satu
dan yang lain.

3. Prosedur pembentukan prilaku


Prosedur pembentukan perilaku menurut Notoamodjo (1997) yang
diambil dari pendapat Skinner sebagai berikut :
a. Langkah pertama : melakukan pengenalan terhadap sesuatu
yang merupakan penguat berupa hadiah.
b. Langkah kedua : melakukan analisis, dipergunakan untuk
untuk mengenal bagian-bagian kecil pembentuk perilaku
sesuai yang diinginkan. Selanjutnya bagian-bagian tersebut

6
disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju pada
terbentuknya perilaku yang diinginkan.
c. Langkah ketiga : menggunakan bagian-bagian kecil
perilaku, yaitu :
1) Bagian-bagian perilaku ini disusun secara urut dan
dipakai untuk tujuan sementara
2) Mengenal penguat atau hadiah untuk masing-
masing bagian tadi.
3) Membentuk perilaku dengan bagian-bagian yang
telah disusun tersebut.
4) Apabila bagian perilaku pertama telah dilakukan
hadiahnya akan diberikan, yang mengakibatkan
tindakan tersebut akan sering dialkukan.
5) Akhirnya akan dibentuk perilaku kedua dan
seterusnya sampai terbentuk perilaku yang
diharapkan.
B. Bentuk prilaku
Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut.
Secara garis besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :
a. Perilaku pasif (respons internal)
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu
dan tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap
belum ada tindakan yang nyata. Contohnya : berpikir, berfantasi,
berangan-angan,dll.
b. Perilaku aktif (respon eksternal)
Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang
dapat diamati langsung, berupa tindakan yang nyata. Contohnya
mengerjakan soal ulangan, membaca buku pelajaran, dll.

7
C. Domain Prilaku
Benyamin Bloom adalah seorang ahli psikologi pendidikan membagi
perilaku itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-
kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas.
Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan.
Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah mengembangkan atau
meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari: a) ranah
kognitif (cognitive domain), b) ranah afektif (affective domain),dan c)
ranah psikomotor (psychomotor domain). Dalam perkembangan
selanjutnya oleh para ahli pendidikan dan untuk kepentingan pengukuran
hasil pendidikan ketiga domain ini diukur dari:
a. Pengetahuan peserta didik terhadap materi pendidikan yang
diberikan (knowledge).
b. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan
yang diberikan (attitude).
c. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik.
Sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice)

Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai


pada bermain kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu yang
berupa materi atau obyek diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan
baru terhadap subyek baru, dan selanjutnya menimbulkan respon batin
dalam bentuk sikap subjek terhadap objek yang diketahui itu.

Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari


sebelumnya akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa
tindakan (action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek
tadi. Namun demikian, dalam kenyataan stimulus yang diterima oleh
subyek dapat langsung menimbulkan tindakan. Artinya seseorang dapat
bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui terlebih dahulu

8
terhadap makna yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan (practice)
seseorang tidak harus didasari oleh sikap atau pengetahuan.

1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui
pancaindra manusi, yakni : indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting terbentuknya tindakan
seseorang (over behaviour). Dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan aka lebih langgeng
daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian
Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan
yakni :
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyedari
dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus
(object)
b. Interest (tertarik), terhadap stimulus atau objek tersebut.
Disni sikap subjek sudah mulai timbul.
c. Evaluation (menimbang-nimbang), terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti
sikap responden sudahlebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan suatu
sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai
denga pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap
stimulus

9
Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Roger
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati
tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau
adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh
pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positive maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila
perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan
tidak berlangsung lama. Suatu contoh dapat dikemukakan disini
ibu-ibu peserta KB yang diperintahkan oleh lurah atau ketua RT,
tanpa ibu-ibu tersebut mengetahui makna dan tujuan KB, mereka
akan keluar dari peserta KB setelah beberapa saat perintah
tersebut diterima. Pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkat yakni :

a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai menginagat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan
tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap
suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima. Contoh seseorang dapat
menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein
pada anak balita.
b. Memahami ( Comprehension)
Memaahami diartiksn sebagai suatu kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan
dapat menginterpretasi materi tersebut dengan benar.
Orang tersebut paham terhadap materi atau objek tersebut.
Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan
makanan yang bergizi.
c. Aplikasi (apllication)

10
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk
menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
sebenarnya (real) aplikasi diartikan sebagai penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya
dalam konteks yang lain misalnya penggunaan rumus
statistik dalam perhitungan hasil penelitian.
d. Analisis ( Analysis)
Adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu
objek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut, dan saling berkaitan.
Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja dapat: menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokan dan
sebagainya.
e. Sintesis (syntesis)
Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu
kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi
yang ada. Misalnya: dapat menyusun, merencanakan,
meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhahadap suatu
teori atau rumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek
terhadap suatu materi atau objek. Penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat
membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan
anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya

11
wabah diare disuatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-
ibu tidak mau ikut KB. Pengetahuan dapat dilakukan
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang
isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden ke dalam pengetahuan yang ingin kita ketahui
atau kita ukur. Dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat
tersebut.
2. Sikap (afektif)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954)
menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :

a. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama membentuk sikap yang utuh


(total atittude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan
berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Contoh
seorang ibu telah mendengarkan penyakit polio (tentang
penyebab, akibat, pencegahan dan sebagainya). Pengetahuan
tersebut akan membawa si ibu untuk berfikir dan berusaha supaya
anaknya tidak terkena polio. Dalam berfikir komponen emosi dan
keyakinan ikut bekerja sehingga si ibu berniat untuk
mengimunisasikan anaknya. Hal ini mencerminkan si ibu
mempunyai sikap tertentu terhadap objek (penyakit polio). Seperti
halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan :

a. Menerima (receiving)

12
Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan. Misalnya sikap orang terhadap
gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap
ceramah.

b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau


mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap menghargai. Misalnya seorang
ibu yang mengajak ibu lain (tetangga atau saudara) untuk
pergi menimbang anaknya ke posyandu adalah suatu
indikasi bahwa ibu tersebut mempunyai sikap positif
terhadap gizi anak.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah


dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap paling
tinggi misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB,
meskipun mendapat tentangan dari mertua atau orang
tuanya sendiri.

3. Praktik atau tindakan (Psikomotor)


Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang

13
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan
(support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil merupakan praktik tingkap
pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan
yang bergizi bagi balitanya.
b. Respon terpimpin (guide response)
Dapat melakukan sesuatu yang benar sesuai dengan contoh
adalah indikator praktik tingkat dua. Misalnya seorang ibu
dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara
mencuci dan memotongnya, lamanya memasak, menutup
pancinya dan sebagainya.
c. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar
secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga
misalnya, seorang ibu yang sudah biasa
menginmunisasikan bayi yang pada umur-umur tertentu,
tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain.
d. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik artinya, tindakan itu sudah
dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran
tindakannya tersebut. Misalnya ibu dapat memilih dan
memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-
bahan yang murah dan sederhana. Pengukuran perilaku
dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall).

14
Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung yakni
dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden

4. Teori Perilaku
a. Teori PRECED-PROCEED (1991)
Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green yang dirintis sejak
1980. Lawrence Green mencoba menganalisa perilaku manusia dari
tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi
oleh 2 faktor pokok, yakni faktor prilaku (behavior causes) dan faktor
diluar perilaku (non-behavior causes). Perilaku dipengaruhi oleh 3
faktor utama, yang dirangkum dalam akronim PRECEDE :
Predispocing, enabling, dan reinforcing Cause in Educatinal and
evaluation. Precede ini merupakan arahan dalam menganalisis atau
diagnosis dan evaluasi perilaku untuk intervensi pendidikan (promosi)
kesehatan. Precede merupakan fase diagnosis masalah sedangkan
PROCEED : Policy, Regulatory, Organizational Construc in
Educational and Environmantal, Development, dan evaluasi
pendidikan kesehatan. Apabila Precede merupakan fase diagnosis
masalah maka proceed merupakan pelaksanaan dan evaluasi promosi
kesehatan .
Lebih lanjut Precede model ini dapat diuraikan bahwa perilaku itu
sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yakni :
1) Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang
terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.
2) Faktor-fakor pemungkin (enabling factor), yang terwujud
dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidaknya tersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarrana-sarana kesehatan, misalnya
puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi dan
sebagainya.

15
3) Faktor-faktor pendorong atau penguat (renforcing factors)
yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
Model ini secara matematis dapat digambarkan sebagai berikut:
PRECEDE MODEL (GREEN, 1990)
B= f(PF, EF, RF)
Keterangan :
B : Behaviour
RF : Reinforcing Factors
PF : Predisposing Factors
EF : Enabling Factors
f : Fungsi

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang


kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi,
dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan.
Disampin itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas
kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat
terbentuknya perilaku.
b. Teori WHO (1984)
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku
tertentu adalah :
1. Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam
bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan
penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau
pengalaman orang lain

16
2. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek,
atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan
keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.
3. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang
terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman
sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat
seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek
lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan
tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung
pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan
mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau
tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang.
Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu
penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat
cenderung untuk dicontoh.
4. Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas,
uang, waktu, tenaga dan sebagainya.
5. Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan
sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan
menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk
dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat
ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia
(Notoatmodjo, 2007).
5. Perilaku Tertutup (convert behavior)
Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam
bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi pada
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan,

17
kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.
6. Perilaku Terbuka (overt behavior)
Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau
terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk
tindakan atau praktek yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat
oleh orang lain.

D. Perilaku Kesehatan
a. Pengertian dan Klasifikasi Perilaku Kesehatan
Skinner mendefinisikan perilaku kesehatan ( Health Behaviour
) adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan
kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan. Dengan
perkataan lain, perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau
kegiatan seseorang baik yang dapat diamati ( observable )
maupun yang tidak dapat diamati ( unobservable ) yang
berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehtan (
Notoatmodjo, 2010).
Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok :
1) Perilaku Pemeliharaan Kesehatan ( Health Maintanance)
Health Maintanance adalah perilaku atau usaha-usaha
seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak
sakit dan usaha untuk menyembuhkan bila sakit. Oleh sebab
itu, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek
yaitu :
Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila
sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari
penyakit.

18
b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan
sehat. Perlu dijelaskan disini , bahwa kesehatan itu sangaty
dinamis dan dan relative, maka dari itu orang yang sehat pun
perludiupayakan sepaya mencapai tingkat kesehatan yang
seoptimal mungkin.
c. Perilaku gizi ( makanan) dan minuman
Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan
kesehatan seseorang tetapi sebaliknya makanan dan minuman
dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan
dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada
perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
d. Perilaku Pencarian dan Penggunaan Sistem atu Fasilitas Pelayanan
Keseshatan / Perilaku Pencarian Pengobatan (Health Seeking
Behaviour). Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan
seseorang pad saat menderita penyakit dan ataui kecelakaan.
Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self
treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri.
e. Perilaku Kesehatan Lingkungan
Bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik linghkungan
fisik maupun lingkungan social budaya, dan sebagainya sehingga
lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan
perkataan lain, bagimana seseorang mengelola lingkungannya
sehingga tidak menggangu kesehatannya sendiri, keluarga, atau
,masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja
, air minum, tempat pembuangan sampa, pembuangan limbah, dan
lainnya.
E. Proses Perubahan Perilaku
Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah
pembentukan dan perubahan perilaku. Perubahan perilaku merupakan
tujuan pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang

19
program- program kesehatan yang lainnya. Banyak teori tentang
perubahan perilaku ini, antara lain diuraikan sebagai berikut:
a. Teori Stimulus-Organisme-Respons (SOR)
Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya
perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang
(stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Artinya
kualitas dari sumber komunikasi (sources) misalnya
kredibilitas, kepemimpinan, gaya berbicara sangat menentukan
keberhasilan perubahan perilaku seseorang, kelompok atau
masyarakat.

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa proses perubahan


perilaku pada hakekatnya sama dengan proses belajar. Proses
perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar
pada individu yang terdiri dari :
1) Stimulus (rangsang) yang diberikan pada organisme
dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut
tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak
efektif mempengaruhi perhatian individu dan berhenti
disini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme
berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut
efektif.
2) Apabila stimulus telah mendapat perhatian dari
organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan
dilanjutkan kepada proses berikutnya.
3) Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut
sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi
stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

20
4) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari
lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek
tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

Selanjutnya teori ini mengatakan bahwa perilaku dapat berubah


hanya apabila stimulus (rangsang) yang diberikan benar-benar
melebihi dari stimulus semula. Stimulus yang dapat melebihi
stimulus semula ini berarti stimulus yang diberikan harus dapat
meyakinkan organisme. Dalam meyakinkan organisme ini,
faktor reinforcement memegang peranan penting.

b. Teori Festinger (Dissonance Theory)


Finger (1957) ini telah banyak pengaruhnya dalam psikologi
sosial. Teori ini sebenarnya sama dengan konsep imbalance
(tidak seimbang). Hal ini berarti bahwa keadaan cognitive
dissonance merupakan keadaan ketidakseimbangan psikologis
yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk
mencapai keseimbangan kembali. Apabila terjadi
keseimbangan dalam diri individu maka berarti sudah tidak
terjadi ketegangan diri lagi dan keadaan ini disebut consonance
(keseimbangan). Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi
karena dalam diri individu terdapat 2 elemen kognisi yang
saling bertentangan. Yang dimaksud elemen kognisi adalah
pengetahuan, pendapat, atau keyakinan. Apabila individu
menghadapi suatu stimulus atau objek dan stimulus tersebut
menimbulkan pendapat atau keyakinan yang berbeda /
bertentangan didalam diri individu sendiri maka terjadilah
dissonance.
Sherwood dan Borrou merumuskan dissonance itu sebagai
berikut :

21
Pentingnya stimulus x jumlah kognitif dissonance
Dissonance = --------------------------------------------------------
Pentingnya stimulus x jumlah kognitif consonance
Rumus ini menjelaskan bahwa ketidakseimbangan dalam diri
seseorang yang akan menyebabkan perubahan perilaku terjadi
disebabkan karena adanya perbedaan jumlah elemen kognitif
yang seimbang dengan jumlah elemen kognitif yang tidak
seimbang serta sama-sama pentingnya. Hal ini akan
menimbulkan konflik pada diri individu tersebut.

Contoh : Seorang ibu rumah tangga yang bekerja di kantor. Di


satu pihak, dengan bekerja ia dapat tambahan pendapatan bagi
keluarganya yang akhirnya dapat memenuhi kebutuhan bagi
keluarga dan anak-anaknya, termasuk kebutuhan makanan
yang bergizi. Apabila ia tidak bekerja, jelas tidak dapat
memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Di pihak yang lain,
apabila ia bekerja, ia kuatir terhadap perawatan terhadap anak-
anaknya akan menimbulkan masalah. Kedua elemen
(argumentasi) ini sama-sama pentingnya, yakni rasa tanggung
jawabnya sebagai ibu rumah tangga yang baik.

Titik berat dari penyelesaian konflik ini adalah penyesuaian


diri secara kognitif. Dengan penyesuaian diri ini maka akan
terjadi keseimbangan kembali. Keberhasilan tercapainya
keseimbangan kembali ini menunjukkan adanya perubahan
sikap dan akhirnya akan terjadi perubahan perilaku.
c. Teori Fungsi
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku
individu itu tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti
bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan perubahan perilaku

22
seseorang apabila stimulus tersebut dapat dimengerti dalam
konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960)
perilaku dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang
bersangkutan. Katz berasumsi bahwa :
1) Perilaku itu memiliki fungsi instrumental, artinya dapat
berfungsi dan memberikan pelayanan terhadap kebutuhan.
Seseorang dapat bertindak (berperilaku) positif terhadap
objek demi pemenuhan kebutuhannya. Sebaliknya bila
objek tidak dapat memenuhi memenuhi kebutuhannya
maka ia akan berperilaku negatif. Misalnya orang mau
membuat jamban apabila jamban tersebut benar-benar
menjadi kebutuhannya.
2) Perilaku dapat berfungsi sebagai defence mecanism atau
sebagai pertahanan diri dalam menghadapi lingkungannya.
Artinya dengan perilakunya, dengan tindakan-tindakannya,
manusia dapat melindungi ancaman-ancaman yang datang
dari luar. Misalnya orang dapat menghindari penyakit
demam berdarah karena penyakit tersebut merupakan
ancaman bagi dirinya.
3) Perilaku berfungsi sebagai penerima objek dan
memberikan arti. Dalam peranannya dengan tindakannya
itu, seseorang senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Dengan tindakan sehari-hari tersebut
seseorang telah melakukan keputusan-keputusan
sehubungan dengan objek atau stimulus yang dihadapi.
Pengambilan keputusan yang mengakibatkan tindakan-
tindakan tersebut dilakukan secara spontan dan dalam
waktu yang singkat. Misalnya bila seseorang merasa sakit
kepala maka secara cepat tanpa berpikir lama ia akan
bertindak untuk mengatasi rasa sakit tersebut dengan

23
membeli obat di warung dan meminumnya, atau tindakan-
tindakan lain.
4) Perilaku berfungsi sebagai nilai ekspresif dari diri
seseorang dalam menjawab suatu situasi. Nilai ekspresif ini
berasal dari konsep diri seseorang dan merupakan
pencerminan dari hati sanubari. Oleh sebab itu perilaku itu
dapat merupakan "layar" dimana segala ungkapan diri
orang dapat dilihat. Misalnya orang yang sedang marah,
senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari perilaku
atau tindakannya.
d. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang
Menurut (Sunaryo.2004), perilaku dipengaruhi oleh faktor endogen
dan faktor eksternal, yaitu :
1. Faktor genetik atau faktor endogen
Faktor genetik atau keturunan merupakan konsepsi
dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan
perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari
dalam diri individu (endogen), antara lain: Jenis ras,
setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik,
saling berbeda satu dengan lainnya. Tiga kelompok ras
terbesar yaitu :
1) Ras kulit putih atau ras Kaukasia. Perilaku yang
dominan yaitu terbuka, senang akan kemajuan,
dan menjunjung tinggi hak azasi manusia.
2) Ras kulit hitam atau ras Negroid. Perilaku yang
dominan yaitu tabiatnya keras, tahan menderita,
dan menonjol dalam kegiatan olahraga keras.
3) Ras kulit kuning atau ras Mongoloid. Perilaku
yang dominan yaitu keramahtamahan, suka

24
bergotong royong, tertutup, dan senang dengan
upacara ritual.
4) Jenis kelamin, perbedaan perilaku pria dan
wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan
melakukan pekerjaan sehari-hari. Perilaku pada
pria disebut maskulin, sedangkan perilaku
wanita disebut feminin.
5) Sifat fisik, kalau diamati perilaku individu akan
berbeda karena sifat fisiknya misalkan perilaku
pada individu yang pendek dan gemuk berbeda
dengan individu yang memiliki fisik tinggi
kurus.
6) Sifat kepribadian, salh satu pengertian
kepribadian menurut Maramis (1999) adalah :
“keseluruhan pola pikiran, perasaan, dan
perilaku yang sering digunakan oleh seseorang
dalam usaha adaptasi yang terus menerus
terhadap hidupnya “. Menurut masyarakat
awam, kepribadian adalah bagaimana individu
tampil dan menimbulkan kesan bagi individu
lainnya. Perilaku individu tidak ada yang sama
karena adanya perbedaan kepribadian yang
dimiliki individu, yang dipengaruhi oleh aspek
kehidupan seperti pengalaman,usia watak,
tabiat, sistem norma, nilai dan kepercayaan
yang dianutnya.
7) Bakat pembawaan, bakat merupakan interaksi
dari faktor genetik dan lingkungan serta
bergantung pada adanya kesempatan untuk
pengembangan.

25
8) Inteligensi, Ebbinghaus mendefinisikan
inteligensi adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi. Dari batasan tersebut dapat
dikatakan bahwa inteligensi sangat berpengaruh
terhadap perilaku individu. Oleh karena itu,kita
kenal ada individu yang intelegen, yaitu
individu yang dalam mengambil keputusan
dapat bertindak tepat, cepat, dan mudah.
Sebaliknya bagi individu yang memiliki
intelegensi rendah dalam mengambil keputusan
akan bertindak lambat.
e. Faktor eksogen atau faktor dari luar individu
1) Faktor lingkungan. Lingkungan disini menyangkut segala
sesuatu yang ada disekitar individu, baik fisik, biologis
maupun sosial. Ternyata lingkungan sangat berpengaruh
terhadap perilaku individu karena lingkungan merupakan
lahan untuk perkembangan perilaku.
2) Contoh : individu yang bergaul dengan individu yang
hidup di lingkungan hitam, perilakunya banyak diwarnai
keadaan tersebut.
3) Pendidikan. Proses dan kegiatan pendidikan pada dasarnya
melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok.
Secara luas, pendidikan mencakup seluruh proses
kehidupan individu dengan lingkungannya , baik secara
normal atau tidak normal.
4) Agama. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk
ke dalam konstruksi kepribadian seseorang sangat
berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, beraksi, dan
berperilaku individu. Seseorang yang mengerti dan rajin

26
melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan, akan
berperilaku dan berbudi luhur sesuai denagn ajaran agama.
5) Sosial ekonomi, telah disinggung sebelumnya bahwa salah
satu lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku
seseorang adalah lingkungan sosial. Lingkungan sosial
dapat menyangkut sosial ekonomi dan sosial budaya.
6) Kebudayaan , menurut Mac Iver sebagaimana telah dikutip
oleh Soerjono S. (2001) “ekspresi jiwa terwujud dalam
cara-cara hidup dan berpikir, pergaulan hidup, seni
kesustraan”. Dalam arti sempit kebudayaan diartikan
sebagai adat-istiadat, atau peradaban manusia. Ternyata
hasil kebudayaan manusia akan mempengaruhi perilaku
manusia itu sendiri. Faktor-faktor lain:
- Susunan saraf pusat, memegang peranan penting
karena merupakan sarana untuk memindahkan
energi yang berasal dari stimulus melalui neuron ke
simpul saraf tepi yang seterusnya akan berubah
menjadi perilaku.
- Persepsi, merupakan proses diterimanya rangsang
melalui panca indera yang didahului oleh perhatian
sehingga individu sadar akan sesuatu yang ada di
dalam maupun luar dirinya. Melalui persepsi, dapat
diketahui perubahan perilaku seseorang.
- Emosi, menurut Maramis (1999) menyebutkan
bahwa emosi adalah “ Manifestasi perasaan atau
afek keluar disertai banyak komponen fisiologik,
dan biasanya berlangsung tidak lama “. Perilaku
individu dapat dipengaruhi oleh emosi. Aspek
psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan
erat dengan keadaan jasmani.

27
F. Konsep Belajar dalam Promosi Kesehatan
a. Proses belajar
Arti dan lingkup belajar
Arti belajar kadang-kadang bahan pengajar disamakan dengan
pendidikan. Belajar adalah usaha untuk menguasai segala
sesuatu yang berguna untuk hidup, akan tetapi konsep Eropa,
arti belajar itu agak sempit hanya mencakup menghapal,
mengingat, memproduksi sesuatu yang dipelajari.
b. Proses belajar
1. Latihan
Latihan adalah penyempurna potensi tenaga-tenaga yang
ada dengan mengulang-ulang aktivitas tertentu
2. Menambah atau memmperoleh tingkah laku baru. Belajar
sebenarnya adalah sesuatu untuk memperoleh hal-hal
(nilai-nilai) dengan aktifitas kejiwaan sendiri.
c. Ciri-ciri Kegiatan Belajar
1) Belajar adalah kegiatan yang menghasilakan perubahan
pada diri individu yang sedang belajar baik actual maupun
potensial.
2) Perubahan tersebut pada pokoknya didapatkan karena
kemampuan baru yang berlaku untuk waktu yang relative
lama
3) Perubaha-perubahan itu terjadi karena usaha, bukan karena
proses kematangan.
d. Beberapa Teori Proses Belajar
Teori stimulus, respon yang kurang memperhitungkan faktor
internal dan transformasi yang memperhitungkan faktor
eksternal. Sedangkan, kelompok teori belajar yang kedua
sudah memperhitungkan faktor internal, maupun eksternal.

28
Para ahli psikologis kognitif juga memperhitungkan faktor
eksternal dan internal di dalam mengembangkan teorinya.
Selanjutnya mereka menjelaskan bahwa perencanaan
pengajaran hendaknya berdasarkan pada pengetahuan tentang
subjek belajar agar dapat dirancang metode pengajaran
berdasarkan teori belajar yang tepat.
e. Teori – teori Belajar Sosial (Social Learning)
Dalam hal ini ada dua macam belajar, yaitu secara fisik,
misalnya menari, olahraga, mengendarai mobil dan
sebagainya.
f. Teori belajar social dan tiruan dari NE Miller dan M. Dollard
1) Tingkah laku sama (same behavior)
2) Tingkah laku tergantung (mached depend behavior)
3) Tingkah laku salinan (copying behavior)
g. Teori Belajar A Bandura dan RH Waller
1) Efek modeling (modeling effect)
Peniru melakukan tingkah lauku-langkah laku model
2) Efek penghambat (inhabitation) dan penghapusan
hambatan (disinhabitations). Tingka-tingkah laku yang
tidak sesuai dengan tingkah laku model dihapuskan
hambatannya sehingga timbul tingkah laku yang dapat
menjadi nyata
3) Efek kemudahan (facilitation effect)
Tingkah laku- tingkah laku yang sudah pernah dipelajari
oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan
mengamati tingkah laku model.
h. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Proses belajar yang mempengaruhinya
Metode- metode pendidikan individu kelompok dan masa
(public)

29
1) Metode Pendidikan Individu
- Bimbingan dan penyuluhan (guidance dan concerning).
Dengan cara ini kontrak antar klien dan tugas lebih
intensif.
- Wawancara (interview)
Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan.
2) Metode Pendidikan Kelompok
Efektifitas suatu metode akan bergantung pula pada besarnya
sasaran pendidikan.
Kelompok besar (15 orang) metode yang baik untuk kelompok
besar.
- Ceramah (peersiapan dan pelaksanaan)
- Seminar
Kelompok kecil (< 15 orang)
- Diskusi kelompok (bebas berpartisipasi dalam diskusi)
- Curah pendapat (brain stroming)
- Bola salju (snow balling)
Kelompok dibagi dalam pasangan-pasangan (1 pasang 2 orang)
kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau masalah
- Kelompok-kelompok kecil (Buzz group)
- Memainkan peran (role play)
- Permaninan simulasi (simulation game)
3) Metode Pendidikan Massa
- Ceramah umum (public speaking), pada cara-cara
tertentu misalnya pada hari kesehatan nasional, dan
lain-lain.
- Pidato-pidato/diskusi tentang kesehatan melalui media
elektronik baik tv maupun radio, pada hakikatnya
merupakan bentuk pendidikan kesehatan.

30
- Simulasi, dialog antar pasien dengan dokter atau
petugas kesehatan lainnya tentang suatu penyakit
- Sinetron dokter Sartika dalam acara TV pada tahun
1990-an juga merupakan bentuk pendekatan
pendidikan kesehatan massa.
- Tulisan-tulisan di majalah atau Koran, baik dalam
betuk artikel maupun tanya jawab/konsultasi tentang
kesehatan
- Billboard
i. Alat Bantu/ Peraga/ Media Belajar
1) Alat bantu pendidikan adalah alat-alat yang digunakan oleh
pendidik dalam menyampaikan bahan
pendidikan/pengajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut
sebagai alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan
memperagakan sesuatu di dalam proses
pendidikan/pengajaran.
2) Faedah Alat
- Menimbulkan minat sasarann pendidikan
- Mecapai sasaran yang lebih banyak
- Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam
pemahaman
- Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-
pesan yang diterima kepada orang lain
- Mempermudah penyampaian bahan pendidika/informasi
oleh para pendidik/pelaku
- Medorong keinginan untuk mengetahui kemudian lebih
mendalami dan akhirnya mendapatkan pengertian yang
lebih baik.
- Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

31
32
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan


respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori skiner ini disebut teori
“S-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Robert Kwik ( 1974 ) menyatakan
bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat
diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak sama dengan sikap. Sikap
adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu
obyek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya tanda-tanda untuk
menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari
perilaku manusia.

Berdasarkan batasan perilaku dari skinner tersebut, maka perilaku kesehatan


adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan
dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman
serta lingkungan. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah
pembentukan dan perubahan perilaku. Perubahan perilaku merupakan tujuan
pendidikan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program- program
kesehatan yang lainnya.

B. Saran

Sebagai mahasiswa keperawatan yang merupakan bagian integral dalam


pelayanan kesehatan seharusnya meningkatkan kemampuan dalam pemahaman
mengenai perilaku manusia sehingga dapat meningkatkan pelayanan yang akan
diberikan kepada pasien nantinya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.

2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Winarto, Joko. 2011. Teori B.F Skinner, (online), diakses 25 November 2011.

(http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner)

34

Anda mungkin juga menyukai