Cadangan
Cadangan
sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkut
tanah dasar adalah sebagai berikut:
a. Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu
akibat beban lalu lintas.
b. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan
kadar air.
c. Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti
pada daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan
kedudukannya, atau akibat pelaksanaan.
Lapisan perkerasan tersebut antara lain, Lapisan Tanah dasar (sub grade), lapisan
Lapis pondasi bawah (subbase course), Lapisan Lapis pondasi (base course), dan
Lapisan Lapis permukaan / penutup (surface course).
Tanah dasar atau sub grade adalah lapisan tanah paling bawah yang berfungsi
sebagai tempat perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi
perkerasan jalan di atasnya.
Tanah dasar (sub grade) dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah
aslinya baik (baca juga :
Metode Pelaksanaan Penyiapan Badan Jalan ), atau tanah urugan yang
didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi (dengan semen,
kapur dan lain lain).
Ditinjau dari muka tanah asli, maka tanah dasar dibedakan atas :
https://www.kumpulengineer.com/2014/05/tanah-dasar-sub-grade-struktur.html
2. Civil Engineering
Can Change The
World
"One of Good Deeds Which Give Continuous Rewards (Charity) for us Although
We Have Dead Is Benefit Knowledge"
Beranda
WRITING
MY PROFILE
Rabu, 28 September 2016
Perbaikan Tanah Pada Perkerasan Jalan
Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan pengikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai adalah batu
pecah atau batu belah atau batu kali ataupun bahan lainnya. Bahan ikat yang dipakai
adalah aspal, semen ataupun tanah liat. Struktur perkerasan jalan umumnya terdiri
dari beberapa lapisan bahan yang kuat untuk memastikan kekuatannya menahan
baban lalu lintas. Untuk perkerasan lentur yang dibahas pada tugas ini lapisan-
lapisan perkerasan terdiri dari :
a. Lapisan permukaan, terdiri dari wearing course dan binder course. Lapisan
ini berhubungan langsung dengan beban lalu lintas dan umumnya menggunakan
material berkualitas tinggi. Lapisan ini mempunyai karakteristik diantaranya
memberikan gesekan pada lapisan permukaan, lapisan permukaannya halus,
peredam suara, tahanan dorong, dan drainase, lapis permukaan menahan air dari
permukaan agar tidak masuk ke lapisan dibawahnya, (lapisan dasar).
b. Base course, lapisan yang terdiri dari butiran yang berkualitas tinggi atau
material yang mampu menahan tegangan yang tinggi. Lapisan ini merupakan
komponen perkerasan lentur yang paling banyak menahan beban.
c. Subbase, lapisan ini berada di atas lapisan subgrade dan dimaksudkan untuk
mengurangi tegangan yang disalurkan dari lapisan permukaan ke lapisan subgrade.
Jika butiran yang digunakan pada lapisan subgrade memiliki kualitas yang baik dan
diperuntukkan untuk mengantisipasi beban yang kecil, maka
laipsan subbase biasanya tidak digunakan.
d. Subgrade, lapisan subgrade dapat menggunakan material alami di lokasi
pembangunan jalan ataupun menggunakan material yang di datangkan dari tempat
lain untuk di hamparkan pada lokasi pembangunan jalan. Performanceperkerasan
jalan dapat ditinjau dari kualitas material dan juga tebal perkerasannya. Kegagalan
perkerasan umumnya dimulai dari lapisan paling bawah ke lapisan paling atas, yang
biasa digunakan untuk menentukan umur layan.
Meskipun lapisan perkerasan sangat berperan dalam kemampuan layan, akan tetapi
sukses atau gagalnya suatu perkerasan tidak hanya bergantung pada kualitas
material yang berada di atas lapisan subgrade. Kualitas bahan material yang
digunakan bisa bermacam-macam, meskipun disarankan menggunakan kualitas
yang terbaik. Karena kegagalan perkerasan dimulai dari lapisan dasar maka untuk
dikatakan berhasil lapisan subgrade bergantung pada tigakarakteristik dasar
sebagai berikut :
1. Load Bearing Capacity
Lapisan Sub Grade harus mampu menahan beban yang disalurkan oleh struktur
perkerasan, load bearing capacity sering kali dipengaruhi oleh tingkat pemadatan,
kandungan kelembapan tanah, dan jenis tanah. Lapisan subgradeyang dapat
menahan beban dalam jumlah besar tanpa terjadi deformasi berlebihan, maka
lapisan tersebut dikatakan baik.
2. Kelambapan
Kelembapan banyak mempengaruhi karakteristik tanah yang lain termasukload
bearing capacity , kembang, dan susut. Kelembapan dipengaruhi oleh drainase,
tinggi muka air tanah, infiltrasi atau pengaruh retak pada perkerasan.Subgrade yang
memiliki kandungan air tinggi akan mengalami deformasi yang berlebih ketika
menahan beban lalu lintas.
3. Kembang Susut
Kembang dan susut tanah tergantung pada kelembapan tanah. Selain itu, tanah
dengan gradasi butiran yang berlebihan rentan terhadap kembang dan susut ketika
terjadi perubahan suhu yang besar.
Stabilisasi dengan aspal didefinisikan sebagai suatu proses ketika aspal dalam
jumlah tertentu dicampurkan dengan tanah lunak atau agregat untuk membentuk
suatu kondisi tanah yang stabil sesuai yang disyaratkan sebagai lapisan tanah dasar.
Bahan stabilisasi berupa aspal tersebut akan meningkatkan kohesi antar partikel dan
daya dukung tanah serta meningkatkan ketahanan tanah terhadap air.
Lapis pondasi bawah perkerasan suatu ruas jalan yang cukup panjang di daerah
yang relatif terpencil akan dibuat dari bahan setempat. Perbaikan tanah ditujukan
untuk meningkatkan daya dukung tanah (kemampuan mendukung beban) dan
mengurangi kemampuan mampatnya. Metode stabilisasi yang sudah dikembangkan
untuk tanah lempung lunak adalah metode stabilisasi kimia dengan kapur atau
semen. Tanah lempung memiliki karakteristik kembang susut yang tinggi. Jenis
tanah yang perlu diperhatikan salah satunya adalah tanah lempung ekspansif.
Disebut demikian karena tanah jenis ini umumnya mempunyai fluktuasi kembang
susut yang tinggi dan mengandung mineral yang mempunyai potensi mengembang
(swelling potential) yang tinggi, bila terkena air. Untuk tanah lempung ekspansif,
kandungan mineral yang ada adalah mineral montmorillonite yang mempunyai luas
permukaan paling besar dan sangat mudah menyerap air dalam jumlah banyak bila
dibandingkan dengan mineral lainnya, sehingga tanah mempunyai kepekatan
terhadap pengaruh air dan sangat mudah mengembang.
Pada perbaikan tanah menggunakan bahan bitumen sering digunakan tiga jenis
bahan yaitu aspal panas, aspal cair, dan aspal emulsi. Sifat-sifat fisik yang
diperbaiki pada tanah granular yaitu memberikan kohesi dan menambah kekuatan.
Sedangkan pada tanah kohesif pemberian bitumen yaitu tahan terhadap air dan
berkurangnya kekuatan akibat penambahan kadar air menjadi berkurang.
Stabilisasi tanah menggunakan aspal berbeda dengan stabilisasi tanah
menggunakan semen dan atau kapur. Fungsi aspal pada stabilisasi tanah
menggunakan aspal untuk tanah berbutir halus adalah sebagai campuran kedap air,
sedangkan untuk tanah berbutir kasar adalah sebagai campuran kedap air dan
pengikat. Kriteria yang diperlukan untuk suatu perancangan stabilisasi
menggunakan aspal adalah berdasarkan stabilitas dan ukuran butir.
Apabila tanah tersebut dicampur fly ash dengan presentase 25% dan di curing
selama 28 hari maka dapat meningkatkan kekuatan tanah mencapai 300% dari tanah
asli.
Pengaruh pencampuran fly ash terhadap nilai CBR dikarenakan reaksi
pozzolanic, Reaksi ini mengakibatkan meningkatnya daya ikat antar butiran tanah
sehingga membentuk tanah yang lebih keras dan kaku, keadaan tanah yang seperti
ini lah yang menjadikan nilai CBR yang lebih besar dibandingkan tanah asli tanpa
penambahan bahan stabilisasi (fly ash).
Tabel 4. Pengujian CBR Terendam (Unsoaked)
Namun pada campuran tanah asli dengan 20% fly ash nilai CBR lebih kecil
daripada saat kadar fly ash 15%. Hal ini dikarenakan, terlalu banyak nya kadar fly
ashsebagai bahan adiktif atau dengan kata lain, berlebihnya kandungan kalsium
sebagai pengikat sedangkan kandungan alumina dan silikat menjadi lebih sedikit
sehingga ikatan yang terbentuk antar butiran tanah dan butiran fly ash tidak kuat.
Keadaan ini mengakibatkan daya dukung tanah menjadi lebih kecil.
Campuran tanah dan fly ash mempunyai perilaku yang berbeda tergantung variasi
campurannya. Untuk mengetahui pengaruh fly ash terhadap tanah lempung
dilakukan pengujian berat jenis (specivic gravity), batas konsistensi, gradasi
butiran, CBR (calibration bearing ratio) dan kuat tekan bebas.
Hasil uji (Gs) dengan variasi persentase campuran tanah dan fly ash, menunjukkan
adanya kecenderungan kenaikan nilai berat jenis. Pengaruh penambahan
persentase fly ash terhadap nilai batas konsistensi. Berdasarkan hasil uji batas cair
(LL), penambahan fly ash menyebabkan penurunan nilai batas cair. Hal ini
mengindikasikan telah terjadi penyelimutan antara fly ash dengan butiran tanah
lempung, yang mengakibatkan butiran lempung sulit menggelincir saat uji batas
cair, sehingga batas cairnya turun.
Berdasarkan uji batas plastis (PL), penambahan fly ash mempunyai kecenderungan
turun, hal ini disebabkan sifat plastis dan susut tanah lempung dipengaruhi fly ash.
Dari hasil uji CBR diperoleh data, tanah lempung asli dari lapangan memiliki nilai
CBR yang lebih kecil apabila dibandingkan dengan tanah yang telah distabilisasi.
Pada CBR tanpa perendaman persentase nilai tanah asli yaitu 22,2% sedangkan
persentase nilai CBR dengan perendaman yaitu 3,00%. Persentase nilai CBR
teertinggi tanah lempung tercapai pada kondisi penambahan additive 7,5% dengan
masing- masing nilai pada CBR perendaman 8,60% dan CBR tanpa perendaman
yaitu 38,00%.
Hasil uji batas konsistensi (batas – batas atterberg limits) campuran tanah
dengan penambahan persentase fly ash di bandingkan tanah asli menunjukkan batas
cair (LL) mengalami penurunan dan batas plastis (PL) cenderung menurun, maka
Indeks Plastissitasnya (IP) menurun. Penambahan fly ash pada tanah asli
menyebabakan perubahan gradasi butiran yaitu persentase fraksi kasar akan
bertambah. Penambahan fly ash pada tanah ekspansif dengan prosentse fly
ash yang tepat dapat meningkatkan nilai CBR tanah (subgrade). Sehingga tanah
lempung ekspansif dapat dijadikan sebagai lapisan pondasi dasar (subgrade) jalan
apabila terlebih dahulu dilakukan stabilisasi pada tanah tersebut.
http://bungblog7.blogspot.com/2016/09/perbaikan-tanah-pada-perkerasan-
jalan.html
Perkerasan Jalan Lentur
BAB I
PENDAHULUAN
BAB III
RUANG LINGKUP PEMBAHASAN
Gambar
3.1.2 Kantor
lapangan dan
fasilitasnya
3.1.3 Pengaturan Arus Transportasi dan Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, pengaturan arus lalu lintas transportasi
dilakukan dengan pembuatan tanda – tanda lalu lintas yang memadai disetiap
kegiatan lapangan. Bila diperlukan dapat ditempatkan petugas pemberi syarat yang
bertugas mengatur arus lalu lintas pada saat pelaksanaan.
Gambar 3.1.3 Pengaturan Arus Transportasi dan Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu
Lintas
Gambar 3.2.2
c. Water Tank
Truck
d. Vibratory Roller
Vibratory roller adalah alat pemadat yang menggabungkan antar tekanan dan
getaran. Vibratory roller mempunyai efisiensi pemadatan yang baik. Alat ini
memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan.
Akibat sama efek ditimbulkan oleh vibratory roller adalah gaya dinamis terhadap
tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong terdapat diantara butir-butirnya
sehingga akibatnya tanah menjadi padat, dengan susunan yang lebih kompak.
Gambar 3.2.2
e. Motor Grader
f. Pneumatic Tire Roller
Untuk pneumatic tire roller, alat terdiri atas roda-roda ban karet yang dipompa
(pneumatic) maka area pekerjaan juga perlu dibebaskan dari benda-benda tajam
yang dapat merusak roda. Susunan dari roda muka dan roda belakang selang-seling
sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian muka maka akan digilas oleh
roda bagian belakangnya. Alat ini baik sekali digunakan pada penggilasan bahan
yang bergranular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai
“penggilas antara”.
Gambar 3.2.2
f. Pneumatic Tire Roller
g. Tandem roller
Adalah alat penggilas atau pemadat terdiri atas berporos 2 (two axle) dan berporos
3 (three axle tandem rollers). Penggunaan dari penggilas ini umumnya untuk
mendapatkan permukaan yang agak halus, misalnya pada penggilasan aspal beton
dan lain-lain. Tandem roller ini memberikan lintasan yang sama pada masing-
masing rodanya, beratnya antara 8 - 14 ton, penambahan berat yang diakibatkan
oleh pengisian zat cair (ballasting) berkisar antara 25% - 60% dari berat penggilas.
Untuk mendapatkan penambahan kepadatan pada pekerjaan penggilasan biasanya
digunakan three axle tandem roller. Sebaiknya tandem roller jangan digunakan
untuk menggilas batu-batuan yang keras dan tajam karena akan merusak roda-roda
penggilasnya.
Gambar 3.2.2
h. Asphalt
Finisher
i. Alat-alat konvensional
Adalah peralatan sederhana yang digunakan untuk membantu pekerjaan yang
dilakukan oleh para tukang. Alat – alat konvensional tersebut
seperti sekop tangan, sapu lidi, garuk, traffic cone, kereta dorong dan lainnya.
Alat Sand cone adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan kepadatan tanah di
lapangan dengan menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan yang
mempunyai sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat sehingga
dapat mengalir bebas. Pada proyek ini, alat sand cone di datangkan langsung dari
laboratorium milik kontraktor.
a. Tanah Galian
Gambar 3.3.2
c. Water Tank
Truck
d. Vibratory Roller
Vibratory roller adalah alat pemadat yang menggabungkan antar tekanan dan
getaran. Vibratory roller mempunyai efisiensi pemadatan yang baik. Alat ini
memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan.
Akibat sama efek ditimbulkan oleh vibratory roller adalah gaya dinamis terhadap
tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong terdapat diantara butir-butirnya
sehingga akibatnya tanah menjadi padat, dengan susunan yang lebih kompak.
Gambar 3.3.2
f. Pneumatic Tire Roller
g. Tandem roller
Adalah alat penggilas atau pemadat terdiri atas berporos 2 (two axle) dan berporos
3 (three axle tandem rollers). Penggunaan dari penggilas ini umumnya untuk
mendapatkan permukaan yang agak halus, misalnya pada penggilasan aspal beton
dan lain-lain. Tandem roller ini memberikan lintasan yang sama pada masing-
masing rodanya, beratnya antara 8 - 14 ton, penambahan berat yang diakibatkan
oleh pengisian zat cair (ballasting) berkisar antara 25% - 60% dari berat penggilas.
Untuk mendapatkan penambahan kepadatan pada pekerjaan penggilasan biasanya
digunakan three axle tandem roller. Sebaiknya tandem roller jangan digunakan
untuk menggilas batu-batuan yang keras dan tajam karena akan merusak roda-roda
penggilasnya.
Gambar 3.3.2 g. Tandem
Roller
h. Asphalt finisher
Alat ini berfungsi untuk menghamparkan aspal olahan dari mesin pengolah
aspal, serta meratakan lapisannya. Konstruksi Asphalt Finisher cukup besar
sehingga membutuhkan trailer untuk mengangkut alat ini ke medan
proyek. Asphalt Finisher memiliki roda yang berbentuk kelabang atau disebut
dengan crawler track dengan hopper yang tidak beralas. Sedangkan di
bawah hopper tersebut terdapat pisau yang juga selebar hopper. Pada saat proses
penghamparan, awalnya dimulai dengan memasukkan aspal ke hopper. Kemudian
aspal akan langsung turun ke permukaan dan disisir oleh pisau. Untuk mendapatkan
tingkat kerataan yang diinginkan akan diatur oleh pisau tersebut.
Gambar 3.3.2
h. Asphalt
Finisher
i. Alat-alat konvensional
Adalah peralatan sederhana yang digunakan untuk membantu pekerjaan yang
dilakukan oleh para tukang. Alat – alat konvensional tersebut
seperti sekop tangan, sapu lidi, garuk, traffic cone, kereta dorong dan lainnya.
Gambar 3.3.2 i. Alat –
alat Konvensional
j. Termometer inframerah
Alat Sand cone adalah alat yang digunakan untuk pemeriksaan kepadatan tanah di
lapangan dengan menggunakan pasir Ottawa sebagai parameter kepadatan yang
mempunyai sifat kering, bersih, keras, tidak memiliki bahan pengikat sehingga
dapat mengalir bebas. Pada proyek ini, alat sand cone di datangkan langsung dari
laboratorium milik kontraktor.
Gambar 3.4.2
c. Water Tank
Truck
d. Vibratory Roller
Vibratory roller adalah alat pemadat yang menggabungkan antar tekanan dan
getaran. Vibratory roller mempunyai efisiensi pemadatan yang baik. Alat ini
memungkinkan digunakan secara luas dalam tiap jenis pekerjaan pemadatan.
Akibat sama efek ditimbulkan oleh vibratory roller adalah gaya dinamis terhadap
tanah cenderung mengisi bagian-bagian kosong terdapat diantara butir-butirnya
sehingga akibatnya tanah menjadi padat, dengan susunan yang lebih kompak.
Gambar 3.4.2
d. Vibratory Roller
e. Motor Grader
Sebagai bagian dari alat berat, motor grader berfungsi sebagai alat perata atau
penghampar yang biasanya digunakan untuk meratakan dan membentuk
permukaan tanah. Selain itu, dimanfaatkan pula untuk mencampurkan dan
menebarkan tanah dan campuran aspal.
Gambar 3.4.2
e. Motor Grader
f. Pneumatic Tire Roller
Untuk pneumatic tire roller, alat terdiri atas roda-roda ban karet yang dipompa
(pneumatic) maka area pekerjaan juga perlu dibebaskan dari benda-benda tajam
yang dapat merusak roda. Susunan dari roda muka dan roda belakang selang-seling
sehingga bagian yang tidak tergilas oleh roda bagian muka maka akan digilas oleh
roda bagian belakangnya. Alat ini baik sekali digunakan pada penggilasan bahan
yang bergranular, juga baik digunakan pada penggilasan lapisan hot mix sebagai
“penggilas antara”.
Gambar 3.4.2
f. Pneumatic Tire Roller
g. Tandem roller
Adalah alat penggilas atau pemadat terdiri atas berporos 2
(two axle) dan berporos 3 (three axle tandem rollers). Penggunaan dari penggilas
ini umumnya untuk mendapatkan permukaan yang agak halus, misalnya pada
penggilasan aspal beton dan lain-lain. Tandem roller ini memberikan lintasan yang
sama pada masing-masing rodanya, beratnya antara 8 - 14 ton, penambahan berat
yang diakibatkan oleh pengisian zat cair (ballasting) berkisar antara 25% - 60% dari
berat penggilas. Untuk mendapatkan penambahan kepadatan pada pekerjaan
penggilasan biasanya digunakan three axle tandem roller. Sebaiknya tandem roller
jangan digunakan untuk menggilas batu-batuan yang keras dan tajam karena akan
merusak roda-roda penggilasnya.
Gambar 3.4.2
i. Alat – alat
Konvensional
j. Termometer inframerah
Kesimpulan
Perkerasan jalan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam memenuhi
kelancaran pergerakan lalu lintas. Perkerasan jalan yang digunakan pada saat
sekarang ini umumnya terdiri atas tiga jenis, yaitu perkerasan lentur, perkerasan
kaku, dan perkerasan komposit.
Perkerasan lentur merupakan perkerasan jalan yang umum dipakai di Indonesia.
Konstruksi perkerasan lentur disebut “lentur” karena konstruksi ini mengizinkan
terjadinya deformasi vertikal akibat beban lalu lintas yang terjadi. Perkerasan lentur
biasanya terdiri dari 3 lapis material konstruksi jalan diatas tanah dasar, yaitu lapis
pondasi bawah, lapis pondasi atas, dan lapis permukaan. Konstruksi perkerasan
lentur (flexible pavement) adalah perkerasan yang menggunakan aspal sebagai
bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan menyebabkan
beban lalu lintas tanah dasar. Suatu struktur perkerasan lentur biasanya terdiri atas
beberapa lapisan bahan, dimana setiap lapisan akan menerima beban dari lapisan
diatasnya, meneruskan dan menyebarkan beban tersebut ke lapisan dibawahnya.
Jadi semakin ke lapisan struktur bawah, beban yang ditahan semakin kecil.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, S., (1992), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung.
Agus Suswandi, Wardhani S., Hary C., (2012), Evaluasi Tingkat Kerusakan Jalan.
Direktor Jenderal Bina Marga (1997), Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan
Antar Kota no.38/TBM/1997, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan, Jakarta.
http://aboutacik.blogspot.com/2018/02/perkerasan-jalan-lentur.html
juli 2018