2.

2 Gejala Klinis dan Diagnosa

Gejala klinis yang tampak yakni anjing terlihat kekuarangan energi, lemas,
kesakitan, nafsu makan menurun (anoreksia), terdapat discharge telinga berupa eksudat
purulent yang bau dan juga mengandung darah yang ditemukan pada kanal telinga kiri
yang mengalir ke pipi dan kemudian ke leher. Selain itu canal vertical dari telinga terisi
darah dan cairan serta adanya massa ceruminous kelenjar adenoma pada kanal
horizontal (USUI, 2014).

Diagnosa dilakukan dengan pemeiksaan fisik dimana ditemukan dalanya gejala

klinis seperti yang telah dipaparkan diatas, lalu dilakukan pemeriksaan darah, dimana
hasil yang diperoleh yakni peningkatan White blood cell 14,3 × 103 / μl (nilai normal:
6–10 × 103 / μl), RBC 7.0× 106 / μl (nilai normal: 5.5–8.5 × 106 / μl), Hgb 15.1 g / dl
(nilai normal: 12,0-18,0 g / dl), HCT 47,6% (nilai normal:
37.0–55.0%), MCV 68.0 fl (60.0–77.0 fl), MCH 21.6 pg (nilai normal: 19,5-24,5 pg),
MCHC 31,7l g / dl (normal : 32.0–36.0 g / dl) dan PLT 475 × 103 / μl (nilai normal:
200–500 × 103 / μl). Hasil biokimia termasuk Glu 104 mg /dl (nilai normal: 76-112 mg
/ dl), kolesterol total 244 mg / dl (nilai normal: 81–157 mg / dl), BUN 20 mg / dl (nilai
normal: kurang dari 22 mg / dl), bilirubin total <0,2 mg / dl (nilai normal: 0,2–0,3 mg
/ dl), AST 10 IU / l (nilai normal: 20–30 IU / l), ALT 30 IU / l (nilai normal: 20-46 IU
/ l) dan Cre 1.0 mg / dl (normal: 0,5-0,9 mg / dl).. Tidak terdapat anemia atau tanda
abnormalitas ginajal dan liver yang spesifik. Selain itu dilakukan pula pemeriksaan
kanal telingan dengan video otoskop diamana terlihat adanya otitis media. Dilakukan
pula pemeriksaan sitologi serta dilakukan pula kultur bakteri (USUI, 2014).

2.3 Pseudomonas aeruginosa Pada Telinga

Madigan dkk. (2003) menyatakan bahwa P. aeruginosa merupakan bakteri

Gram negatif, berbentuk batang lurus atau lengkung, berukuran sekitar 0,6 x 2 μm,
ditemukan tunggal, berpasangan, dan kadang-kadang membentuk rantai pendek, tidak
mempunyai spora, tidak mempunyai selubung, serta mempunyai flagel. Namun bakteri
ini kadang-kadang memiliki dua atau tiga flagel sehingga selalu bergerak (Todar,
2004).Isolasi bakteri ini dilakukan dengan menggunakan media agar yang bersifat
umum, yaitu media Tryptic Soy Agar (TSA) (Anonimus, 2000).

Penanaman bakteri P. aeruginosa pada media TSA akan memperlihatkan koloni

berbentuk bulat besar, cembung mengkilat dan terdapat pigmen berwarna hijau
kebiruan. Sesuai dengan pernyataan Todar (2004), P. aeruginosa menghasilkan satu
atau lebih pigmen, yang dihasilkan dari asam amino aromatik seperti tirosin dan
fenilalanin. Beberapa pigmen tersebut antara lain adalah piosianin (pigmen berwarna
biru), pioverdin (pigmen berwarna kuning), piorubin (pigmen berwarna merah), dan
piomelanin (pigmen berwarna coklat). Tidak semua koloni Pseudomonas berpigmen,
ada koloni yang mungkin hampir tidak berwarna, koloni pigmen bewarna kream dan
koloni pigmen bewarna kuning itu umum (United Kingdom Standards for
Microbiology Investigations, 2015). Selain itu koloni P. aeruginosa juga mengeluarkan
bau manis atau menyerupai anggur yang dihasilkan aminoasetafenon (Todar, 2004 dan
Jawetz, 1996).

P. aeruginosa sebagai penyebab infeksi sekunder. P. aeruginosa biasanya

menyertai infeksi pada telinga dengan luka bernanah (otitis interna). Hal ini sesuai
dengan pendapat Todar (2004), infeksi telinga yang disebabkan oleh P. aeruginosa
dapat mengakibatkan gangguan pendengaran, luka, inflamasi, yang akhirnya dapat
menimbulkan infeksi dengan luka yang bernanah dan berwarna hijau kebiruan akibat
pigmentasi piosianin (Todar, 2004).
 DAFTAR PUSTAKA

Madigan M.T., J.K. Martinko, dan J. Parker. 2003. Book Biology of Microorganisms.
5th Edition. Pearson Education, United State of America

USUI, Reiko. 2014. A Canine case Of Otitis Media Examined and Cured Using A
Videon Otoscope. J. Vet Med Sci.

Windian Tajuk Masmah Bengi, et al., 2017. Isolation and Identification Pseudomonas
aeruginosa in the Case of Ear mites of Domestic cat (Felis domesticus). in the
Sub district of Syiah Kuala, Banda Aceh