Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KE 7

SEJARAH ARSITEKTUR TIMUR

’’PENGARUH ARSITEKTUR INDIA DAN ASIA TENGGARA ’’

DI SUSUN

NAMA : DIKI ARIOH

NRP : 142018019

DOSEN PEMBIMBING : RENY KARTIKA SARY, ST, MT

NIDN : 0228038302

JURUSAN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidaya-
Nya kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalahdengan
judul “Negara India” disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi
Regiona Dunia serta memberikan pengetahuan baru bagi penulis dan pembaca mengenai Negara
India.

Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Sodikin, M.si
selaku dosen pengampu yang telah membantu pada pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat membawa manfaat khususnya bagi saya dan orang lain yang telah membaca makalah saya.

Kami menyadari bahwa makalah ini kami susun masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan dengan tujuan agar makalah
ini selanjutnya akan lebih baik. Semoga bermanfaat.

Palembang, 17 Juni 2019

Penulis
 PERKEMBANGAN ARSITEKTUR INDIA

Arsitektur India memiliki keberagaman dalam sejarah, budaya dan geografi. Hal ini
menyebabkan sulitnya mengidentifikasi karakterisktik bentuk arsitektur India yang dapat
mewakili keseluruhannya. Arsitektur India merupakan hasil paduan berbagai tradisi baik internal
maupun eksternal yang datang dari Eropa, Asia Tengah dan Timur.

Sejarah arsitektur India dimulai dari masa peradaban lembah Indus ( Indus Valley Civilization),
masa Vedik1, hingga masa Maurya-Gupta atau dikenal dengan era perkembangan Budha melalui
arsitektur biara (monastery) dan batu/dinding pahat ( rock cut), kemudian diikuti dengan
kemegahan bangunan kuil pada masa pertengahan. Sementara, penguasa Turki dan Afghanistan
di Utara pada masa pertengahan telah membawa India kepada tradisi arsitektur kubah ( dome dan
vault).

Munculnya arsitektur Mughal pada abad ke-16 menggambarkan penggabungan antara elemen
arsitektur regional India dengan elemen arsitektur Persia dan Asia Barat. Pengaruh Barat
terutama Eropa tak terelakkan pada masa kolonisasi Eropa di India termasuk gaya Manneris,
Barok, Neo-klasik, dan Neogotik mulai dari abad ke-16 hingga akhir abad ke-19, yang kemudian
dikenal dengan gaya Indo Saracenic.

Arsitektur India telah membawa pengaruh yang besar terutama ke Asia Timur sejak kelahiran
dan penyebaran agama Budha. Sejumlah elemen arsitektur India seperti stupa, sikhara, pagoda
(meru), torana (gerbang) telah menjadi simbol terkenal arsitektur Hindu dan Budha yang
berkembang dan digunakan di Asia Timur dan Asia Tenggara seperti yang terdapat pada
bangunan candi Angkor Wat di Kamboja dan Prambanan di Indonesia.

Peradaban Lembah Indus, terdiri dari permukiman perkotaan kuna termasuk kota metropolitan;
Mahenjo Daro dan Harappa dengan berbagai macam karakteristik rumah, tempat pemandian
yang dihubungkan dengan sistem drainase umum yang baik pada masa itu. Struktur kota
berbentuk grid diikuti jalur drainase di sepanjang jalan umum dikelilingi oleh benteng. Tipe
bangunan penting lainnya adalah lumbung, tempat berdagang, pemandian umum yang diyakini
sebagai tempat pemujaan untuk kesuburan. Keseragaman tatanan kota, tipologi bangunan, dan
ukurannya yang terbuat dari batu bata bakar menunjukkan koordinasi yang baik antara sosial dan
politik pada saat itu.
ARSITEKTUR HINDU

Dalam sejarah perkembangan kebudayaan Timur, agama Hindu lahir di lembah sungai Indus
(kawasan Sind dan Punjab ). Agama ini lahir dari perpaduan agama Tuhan Vedis sebagai agama
sukubangsa Aryan (Aria) dengan agama suku bangsa Dravidians (percaya adanya inkarnasi)
yang merupakan daerah invasi dari sukubangsa Aryan pada masa itu. Perpaduan itu tercetus
dalam buku Rig-Veda (kitab agama Veda) yang pada permulaan tahun Masehi disempurnakan
dengan terciptanya kedewaan Trimurti : Brahma, Wisnu dan Siwa.

Arsitektur Hindu dikenal lewat rancangan kuil-kuil sampai ke Asia Tenggara mulai abad ke-5
hingga ke-13. Pada masa itu terdapat beberapa kerajaan yang terbagi dalam wilayah menjadi
utara dan selatan. Dua kutub kerajaan ini mempengaruhi karakteristik kuil-kuil Hindu, seringkali
disebut dengan Kuil Dravida di India Selatan, dan kuil Nagara di India Utara. Selain itu terdapat
style di wilayah Bengal, Kashmir dan Kerala. Umumnya kuil-kuil dengan rancangan terbaik
yang menjadi ikon arsitektur Hindu berada di wilayah Selatan. Arsitektur kuil di India Selatan
tidak menggunakan konsep arsitektur kuil di India Utara yang dipengaruhi oleh Persia, Rajastan
dan langgam Jaina.

Kerajaan yang berpengaruh dalam arsitektur Hindu di India Selatan yaitu:

1. Kerajaan Pallava, memerintah dari abad ke-6-9 Masehi. Kuil besar yang dibangun pada masa
pemerintahannya yaitu kuil Mahabalipuram, Ibukotanya Kanchipuram, sekarang berada di
wilayah Tamilnadu.

2. Kerajan Chola, kerajaan ini berkuasa pada tahun 900-1150 M diperintah oleh Raja Chola I dan
putranya Rajendra Cholaruled dan membangun kuil Brihadeshvara dan kuil Siwa Thanjavur.

3. Kerajaan Chalukya Badami yang disebut Chalukya awal yang diperintah oleh, Badami pada
tahun 543 - 753 M yang kemudian menghasilkan langgam Vesara disebut juga Arsitektur
Chalukya Badami. Contoh yang paling bagus dari seni kuil ini nampak pada kuil Pattadakal,
Aihole dan Badami di Karnataka utara. Leibh dari 150 kuil tertinggal di lembah Malaprabha.
4. Kerajaan Rashtrakuta yang memerintah wilayah Manyakheta, Gulbarga tahun 753-973 M
membangun beberapa kuil Dravida di Ellora (kuil Kailasanatha). Kuil lain yang menarik yaitu
kuil Jaina Narayana di Pattadakal dan kuil Navalinga, Kuknur di Karnataka.

5. Chalukya Barat disebut juga Chalukya Akhir yang memerintah Decca dari tahun 973-1180 M
menghasilkan kembali langgam chalukya dikenal dengan langgam Gadag, yang artinya di dalam
dan antara (in-between). Terdapat lebih dari 50 kuil yang masih bediri di sekitar sungai Krishna,
di tengah Kartanaka. Kuil Kasi Vishveshvara di Lakkundi, Mallikarjuna di Kuruvatii,
Kalleshwara di Bagali dan Mahadeva di Itagi merupakan kuil-kuil yang indah dan menarik yang
dibangun oleh arsitek-arsitek semasa kerajaan Chalukya akhir.

6. Raja Hoysala memerintah India Selatn pada tahun 1100-1343M dan mengembangkan sebuah
konsep arsitektur yang disebut Hoysala Arsitektur id negara Karnataka. Karya arsitektur kuil
yang terbaik yaitu kuil Chennakesava di Belur, kuil Hoysaleswara di Halebidu, dan kuil Kesava
di Somanathapura.

7. Kerajaan Vijayanagar yang memerintah seluruh wilayah India Selatan pada tahun 1343-1565
M membangun sejumlah kuil di ibukota Vijayangar dengan menggabungkan beberapa langgam
yang berkembang di India Selatan pada masa sebelumnya. Beberapa elemen yang dihasilkan dari
karya tersebut yaitu pilar Yali (pillar yang bersimbol kuda), balustrade ( parapets) and pilar
berhias (manatapa). Beberapa raja yang memerintah Vijayanagar membangun kuil-kuil yang
kemudian dikenal sebagai gaya arsitektur Vijayanagar.

Arsitektur hindu di India dibagi atas tiga langgam:1

1. Langgam Hindu Selatan, dipraktekkan oleh bangsa ras Tamil dan seluruh wilayah yang
terletak antara Cape Comorin dan Nerbuddha atau wilayah Vidya.

2. Langgam Utara atau Hindu Arya, ditemukan hanya di wilayah Himalaya yang berbatasan
dengan ras Arya yang berbahasa Sancrit atau dikenal dengan The Bengal Presidency.

3. Langgam Kasmir atau Punjab, berbeda dari kedua diatas, akan tetapi lebih mirip kepada
langgam yang di selatan.
Selama abad pertengahan, kuil Hindu dibuat dari pahatan dinding tebing atau bukit. Hingga saat
ini konsep arsitektural Hindu mempengaruhi bangunan-bangunan atau arsitektur Budha. Konsep
merancang kuil dibuat oleh seorang Brahmin. Brahmin juga menentukan pemilihan tapak dan
menguji keadaan tanah, dan tebalnya sesuatu dinding atau tiang mengikut segi mithologykal dan
astronomikal Hindu yang dikenal dengan formula Vastupurushamandala (tatanan untuk
bangunan sakral). Tantanan ini dituangkan dalam tatanan ilmu arsitektur Hindu dinamakan
vastushastra. Tatanan bentuk manusia dalam posisi semedi di dalam grideon yang secara
konsistens mengatur rancangan bentuk kuil di wilayah India.

Kuil-kuil hindu menggunakan bentuk empat persegi daripada bentuk lingkaran seperti yang
digunakan dalam arsitektur Budha. Bentuk empat persegi ini menyimbolkan kestabilan dan
kekekalan. Beberapa ciri lain dari arsitektur hindu yaitu penggunaan sistem trabeate yaitu
massive block dari batu yang menjadi material dasar dalam pembangunan kuil India. Sistem ini
berupa tiang tegak dengan alang melintang sistem ini digunakan dengan begitu meluas sekali.
Walaupun sistem Arch Vault lebih ekonomis dan digunakan di seluruh dunia. Mandala empat
segi atau charta firasat arsitek Hindu, mengandung 64 atau 81 kotak. Brahma, dewa utama,
pemelihara dan pemusnah menduduki empat segi tengah. Dewa-dewa lain menduduki tempat-
tempat di penjuru.

Kuil hindu memiliki empat ruang prinsip dalam perancangannya yang menjadi konsep arsitektur
Hindu yaitu Garbha griha, Mantapa, Gopura dan Choultri dengan penjelasan sebagai berikut.

1. Garbha griha

Merupakan bagian utama dan terpenting dari kuil dan merupakan inti/induk bangunan yang
disebut vimana (di India Selatan) atau mulaprasada (di India Utara). Denahnya berbentuk
bujursangkar atau persegi, untuk kuil yang kecil biasanya perbandingan antara tinggi dan lebar
bangunan 1:1 atau berbentuk kubus, dan kuil yang besar biasanya tingginya jauh lebih besar
daripada lebarnya. Terdapat bagian yang tegak lurus terbuat dari batu dan granit yang didekorasi
dengan pilaster dan ornamen.

Vimana beratap tingkat seperti pyramid umumnya terbuat dari bata yang diplester dengan semen
kemudian diakhiri dengan ‘dome’ kecil (umumnya di india selatan). Vimana yang terbesar di
Tanjore yang terdiri dari 14 tingkat dengan tinggi hampir 200 ft.
2. Pelataran depan atau Mandapa

Pelataran depan atau Mantapa, ruang bagian luar yang sebagian dilingkupi dinding yang
memiliki pintu. Satu pintu sebagai penghubung ke vimana sedangkan pintu lain sebagai akses
jalan dan masuknya cahaya ke ruang dalam. Ruang mandapa berbentuk bujursangkar atau
persegi, biasanya sama bentuknya dengan bangunan kuil inti (vimana). Beberapa kuil memilki
‘mandapa luar atau Maha Mandapa’ dan ‘mandapa dalam atau Ardha Mandapas’. Ada juga kuil
yang memiliki gabungan dari kedua mandapa, biasanya yang mandapa luar bersifat terbuka dan
mandapa dalam bersifat tertutup. Atapnya berbentuk piramid, tapi jauh lebih rendah dari atap
vimana, sering juga berbentuk flat yang tidak berornamen. Atap ditopang oleh pilar, akan tetapi
sebisa mungkin dikurangi jumlah pilar dengan membuat kotak-kotak pembalokan pada ceiling (
bracketing).

3. Gerbang Piramid ‘ Gopura’

Gerbang atau Gopura adalah jalan masuk kompleks halaman kuil yang berbentuk persegi yang
biasanya mengitari vimana. Jumlah gerbang mengikuti jumlah dinding pagar, kadang-kadang
juga melebihi jumlah dinding pagar. Bentuk gapura indentik dengan vimana, meskipun demikian
terdapat satu sisi yang lebih besar dan lebih panjang. Pada sisi yang panjang terdapat bukaan
yang biasanya 1/4-1/7 dari lebarnya.
Gerbang piramid yang paling besar dimiliki oleh kuil di Combaconum, ibukota Kerajaan Chola
setelah penolakan Tanjore. Terdiri dari 12 tingkat termasuk basemen yang terbuat dari granit dan
datar, sementara keseluruhan piramid terbuat dari batu bata diplester dengan sculpture dan
ornamen.

4. Hall berpilar atau ‘ Choultri’,

Choultri merupakan bangunan extra di sekitar kompleks kuil. Biasanya digunakan untuk
berbagai kegiatan upacara: tarian, nyanyian dan upacara perkawinan. Pada awalnya sebagai
beranda (porches), kemudian berkembang menjadi ruang untuk berbagai kegiatan terutama untuk
upacara yang berhubungan dengan perkawinan. Hall berpilar yang besar yaitu ada di Tinnevelly
yang terdiri dari 100 kolom pada sisi yang panjang dan 10 pada sisi yang lebarnya. Kemudian
hall berpilar di Chillumbrum terdiri dari 24 kolom pada sisi lebar dan 41 kolom pada sisi
panjangnya.

Arsitektur batu (stone architecture) juga telah tumbuh di India terbukti pada Tinggalan sejarah
istana Pataliputra dan juga Ashoka Stambha (prasasti tugu monolitik) yang bertuliskan maklumat
dari raja Ashoka. Pada ujung atas prasasti terdapat ukiran batu berkepala empat singa yang
menjadi simbol dari kerajaan Ashoka. Pada masa Ashoka telah diperkenalkan arsitektur batu
pahat yang mentradisi hingga lebih dari 100 tahun lamanya hingga masa arsitektur Budha, Jaina
dan Hindu, terdapat banyak ruang pemujaan yang dipahat di dinding tebing atau gunung. Konon,
tradisi ini berasal dari Mesir kuna dan Persia. Pada saat yang sama, Viharas (Buddhist
monasteries), mulai dibangun setelah kematian Budha terutama pada masa Kerajaan Mauryan
dengan karakteristik monumen stupa, chaitya; ruang meditasi yang terdapat stupa didalamnya.
Arsitektur Budha berkembang pada masa Pemerintahan Ashoka, terdapat tiga bangunan yang
penting dalam arsitektur Budha yaitu chaitya (ruang meditasi para biksu), vihara (asrama) dan
stupa (monumen budha). Dalam satu lahan paling sedikit terdapat satu chaitya dan beberapa
vihara.
5. Stupa Stupa adalah monumen untuk memperingati Budha dan para pengikutnya. Berbentuk
setengah bulatan yang secara filosofis melambangkan “kubah syurga” (Dome of Heaven) atau
melambangkan struktur kosmik yang menetap terbuat dari batu atau tanah atau material lainnya
dengan struktur dan konsep arsitektural sebagai berikut: Bangunan stupa terdiri dari beberapa
bagian atau elemen yang membentuk satu konsep arsitektur sebagai berikut:

a. Harmika yaitu pagar empat segi stupa memberi peringatan “syurga 33 tahun lambang dari peti
suci Budha dan menjadi sentral dari meditasi

b. Yashti berbentuk tiga Lapis payung yang melambangkan paksi dunia.

c. Stambha, tiang yang bertuliskan ukiran ayat-ayat suci dari kitab Pali berfungsi sebagai alat
sebaran agama Budha

d. Vedik, pagar yang mengelilingi stupa pada mulanya dibuat dari bahan kayu, pada zaman
syuga digantikan dengan bahan batu.

e. Torana, gerbang (jalan/pintu masuk) ke dalam stupa yang berasal dari bahasa Sansekerta.
6. Chaitya Griha

Chaitya griha adalah tempat meditasi para sami Budha dalam mempelajari ajaran Budha, kata ini
berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya tempat suci. Chaitya terdiri dari barisan tiang yang
beratap, di ujungnya yang membentuk membentuk garis keliling melingkari stupa yang ada
didalamnya. Pada beberapa site dari tipikal chaitya ada yang berbentuk sekuen dari bentuk
persegi diakhiri dengan ruang suci tempat stupa. Contoh Chaitya yang paling bagus terdapat
Ajanta and Ellora. Berbagai macam bentuk dan konsep chaitya dapat dilihat pada gambar berikut
ini.

7. Vihara (Monasteries)

Monasteries (Vihara) merupakan asrama atau tempat tinggal para sami Buddha selama mereka
bermeditasi. Vihara terdiri dari ruang-ruang sel kecil yang terisolasi dan ruang bersama berupa
hall yang dikelilingi oleh tiang-tiang ( portico) yang merefleksikan ruang komunal dari asrama,
sehingga vihara dikenal sebagai hall dengan serambi. Orientasi dari vihara bervariasi tidak ada
arah tertentu sebagai patokan. Berbagai macam tipikal dari vihara terdapat pada gambar berikut
ini.
 Macam-Macam Arsitektur India

Cover : Taj Mahal adalah contoh arsitektur tradisional India, terlihat dari kubah dan
pilarnya (Sumber: www.paxtur.pt)

Salah satu peninggalan paling penting dari peradaban India yang tidak dapat kita ragukan
lagi adalah arsitekturnya. Arsitektur India, yang telah berkembang selama berabad -abad,
merupakan hasil dari kondisi sosial-ekonomi dan geografis India. Seperti halnya di negara
lain, arsitektur India memiliki keberagaman sejarah, budaya dan geografi. Hal ini
menyebabkan sulitnya untuk mengidentifikasi karakteristik arsitektur India secara
keseluruhan. Arsitektur India merupakan hasil dari perpaduan berbagai tradisi, baik internal
maupun eksternal yang datang dari Eropa, Asia Tengah dan Timur. Berikut adalah beberapa
kategori arsitektur India:
Victoria Memorial Hall di Kolkata, India (Sumber: commons.wikimedia.org)

Arsitektur Kolonial
Seperti aspek yang lainnya, kolonisasi India juga berdampak pada gaya arsitektur mereka.
Akibat kolonisasi, bab baru dari arsitektur India dimulai. Belanda, Portugis dan Perancis
membuktikan kekuasaanya melalui bangunan yang mereka buat. Namun, Inggris menjadi
negara yang paling berpengaruh pada perkembangan arsitektur India. Sebagian besar
gedung-gedung pemerintah, sistem kereta api dan jalan raya di India dipengaruhi oleh
budaya dan arsitektur Inggris. Gaya Eropa yang dicampur dengan gaya India kuno seperti
atap overhang yang lebar dan paviliun yang berdiri sendiri.

Qutub Minar di New Delhi (Sumber: www.mapsofindia.com)

Arsitektur Indo-Islam
Pada periode abad pertengahan, terjadi perkembangan besar dalam bidang arsitektur.
Kedatangan muslim ke India memperkenalkan fitur baru pada gedung-gedung di India.
Arsitektur India pada saat itu banyak dipengaruhi oleh seni Islam. Gaya Indo-Islam tidak
kental akan Islam ataupun kental akan Hindu. Dalam arsitektur Islam, kuil dan masjid sama -
sama memiliki pekarangan terbuka di depan bangunan. Benteng Qutub Minar Siri dan Alai
Darwaza adalah bukti arsitektur indah dari periode ini. Orang-orang Islam memperkenalkan
penggunaan lengkungan dalam arsitektur. Ciri khas pada periode Muslim adalah
penggunaan kaligrafi di setiap bangunan.

Fatehpur Sikri, peninggalan Kaisar Akbar (Sumber: www.dronestagr.am)

Arsitektur Mughal
Periode Mughal telah menunjukkan perpaduan yang apik dari gaya India dengan gaya Iran.
Kubah ganda, gerbang lengkung yang tersembunyi, marmer putih dan taman menjadi ciri
khas dari arsitektur Mughal. Gaya ini juga menekankan pada bentuk simetris dalam setiap
unsur dekorasi. Arsitektur Mughal mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Kaisar
Akbar. Kota megah Fatehpur Sikri merupakan contoh menakjubkan dari arsitektur Mughal,
sedangkan pada pemerintahan Shah Jahan, kota ini tercatat sebagai keanggunan dan
perbaikan dalam arsitektur. Taj Mahal adalah ciptaan yang paling indah dari Shah Jahan.
Mohenjo-daro, lembah Indus, India (Sumber: theredlist.com)

Arsitektur Kuno
Arsitektur India adalah arsitektur tua yang sama tuanya dengan sejarah dari peradaban
manusianya. Sisa-sisa dari bangunan awal di India dapat kita lihat di kota lembah Indus. Di
antara sisa-sisa arsitektur kuno India, yang paling khas adalah candi, vihara, stupa, dan
struktur keagamaan lainnya.

Gua Ellora, di dalam kuil Kailash (Sumber: realhistoryww.com)

Arsitektur Gua
Arsitektur gua di India diyakini telah dimulai sejak abad ketiga sebelum Masehi. Gua ini
digunakan oleh orang Buddha dan biksu Jain sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal.
Beberapa contoh dari jenis arsitektur gua ini dapat dilihat pada Chaitya dan vihara Buddha.
Kuil Akshardham, New Delhi (Sumber: www.thrillophilia.com)

Arsitektur Kuil
Pada India kuno, arsitektur candi dengan standar yang tinggi dibuat di hampir semua daerah.
Gaya arsitektur yang berbeda-beda adalah hasil dari keanekaragaman geografis, iklim, etnis,
ras, sejarah, dan Bahasa. Kuil di India diklasifikasikan dalam tiga jenis yang luas .
Klasifikasi ini didasarkan pada gaya arsitektur yang berbeda pada setiap bangunan candi.
Pada dasarnya, candi atau kuil di India memiliki ciri khas seperti konstruksi yang megah,
patung yang indah, ukiran halus, kubah tinggi, dan halaman yang luas.

Lotus Temple, New Delhi (Sumber: www.quora.com)

Arsitektur Modern
Arsitektur modern mulai muncul setelah India memperoleh kemerdekaan dari Inggris pada
tahun 1947. Pemerintah Punjab India menugaskn arsitek terkenal dunia Le Corbusier untuk
merancang kota Chandigarh. Terobosan arsitektur baru pun dimulai. Saat ini kita masih
dapat melihat karakter tradisional dari arsitektur India, tetapi dalam bentuk dan gaya
modern.
Rumah orang terkaya di India (Sumber: gambaru.me)

Bangunan tidak lagi memiliki banyak hiasan dan lebih ekspresif. Penggunaan baja dan kaca
pada bangunan sangat populer digunakan. Bangunan tinggi juga sudah sangat umum
didirikan di daerah-daerah perkotaan yang padat, di mana ruang harus dimaksimalkan.
Karakteristik modern lain dalam arsitektur India adalah perhatian terhadap ekologi dan
iklim yang ramah lingkungan.

Ciri Khas Budaya India Di Ruang Keluarga


Dari segi warna, desain interior negara India identik dengan paduan warna-warna cerah. Selain
itu, kesan natural lewat penggunaan warna coklat juga menjadi ciri khas dari gaya arsitektur
yang berkembang di wilayah Asia Selatan ini.
Desain bertema India umunya memiliki daya tarik klasik yang penuh dengan nilai sejarah.
Karena gaya ini didesain berdasarkan peradaban kuno yang khas. Seni Arsitektur India menjadi
salah satu desain yang mampu bertahan dan terus berkembang sesuai zaman. Tampilannya yang
unik dan antik dapat memberikan sentuhan keindahan yang menarik.
Dengan daya tarik khas yang dimiliki, desain interior gaya India bisa Anda jadikan ide untuk
diaplikasikan ke dalam setiap ruangan di rumah Anda. Sehingga muncul nuansa berbeda yang
membuat interior terlihat lebih memikat, unik, antik, dan eksotik. Untuk menghadirkan konsep
yang mencerminkan budaya India, Anda dapat terapkan paduan warna-warna yang menjadi ciri
dari interior negara Asia Selatan ini.
Warna yang bisa Anda coba gunakan yaitu warna merah. Untuk memberi nuansa hangat natural,
sebaiknya merah dikombinasi dengan warna coklat. Tema interior India bisa Anda munculkan
misalnya di ruang keluarga. Pilihlah gradasi warna coklat muda untuk diaplikasikan sebagai
warna dasar pada dinding. Warna ini mampu memberi sensasi kehangatan dan kesan alami yang
ringan.
Warna coklat dapat kembali Anda aplikasikan seperti pada lantai, plafond, dan ornamen sofa,
serta single chair. Pastikan ornamen tersebut berasal dari material kayu berukir gaya India
sehingga kesan etnik khas dapat tercipta. Untuk membuat suasana tampak hidup, cipratkan
warna merah untuk aksesoris bantal-bantal atau kain penutup sofa dan meja.

Ada tiga jenis corak khas India yang sering digunakan dalam desain interior. Tiga corak tersebut
adalah Madhubani, Warli dan Tanjore.
Apa sebenarnya ketiga corak tersebut, dan bagaimana aplikasinya dalam desain interior? Berikut
ulsannya seperti dilansir Furnish Burnish, Sabtu (28/9/2013).
1. Madhubani
Madhubani adalh teknik lukisan atau disebut juga Mithila. Madhubani adalah gaya lukisan India
yang dipraktikkan di wilayah Mithila dari Negara Bagian Bihar, India dan bagian-bagian yang
berdampingan Terai di Nepal.
Lukisan ini dilakukan dengan jari, ranting, kuas, pena-pena, dan korek api, menggunakan
pewarna alami dan pigmen, dan ditandai oleh pola geometris yang eye catching. Ada lukisan
untuk setiap kesempatan dan festival seperti kelahiran, pernikahan, holi, surya shasti, Kali puja,
Upanayanam (upacara benang suci), dan durga puja.

2. Warli
Warli atau Varlis merupakan suku asli atau Adivasis, yang tinggal di daerah pegunungan serta
pesisir perbatasan Maharachtra-Gujarat dan sekitarnya. Mereka memiliki keyakinan mereka
sendiri yaitu animisme, hidup, kebiasaan dan tradisi, karena akulturasi, mereka telah mengadopsi
banyak kepercayaan Hindu.
Ciri khas motif Warli adalah adanya lingkaran, segitiga dan kotak. Lingkaran dan segitiga
berasal dari pengamatan mereka tentang alam, lingkaran mewakili matahari dan bulan, segitiga
yang berasal dari gunung dan pohon.

3. Tanjore
Motif Tanjore merupakan lukisan klasik yang berasal dari India Selatan tepatnya dari kota
Thanniavur di Tamil Nadu, India. Tanjore lukisan dikenal karena kekayaan mereka, warna yang
hidup, komposisi kompak dan terutama foil emas berkilauan yang digunakan untuk memberikan
tampilan agar lukisan maskin kaya.
 ARSITEKTUR ASIA TENGGARA

Macam-macam arsitektur di asia tenggara

Patung Merlion (Singapura)

Kata Merlion berasal dari kata mer (laut) dan lion (singa) yang berarti Singa Laut. Merlion
merupakan suatu binatang dongeng yang memiki kepala singa dan badan ikan. Simbol ini
digunakan sebagai icon dari Singapura. Penggunaan kepala singa karena merepesentasikan kata
singapura atau kota singa. Sedangkan penggunaan simbol badan ikan, karena sebelumnya
wilayah singapura bernama temasek atau kampung ikan.
Simbol Merlion didesain oleh Fraser Brunner, yaitu anggota Souvenir Committee dan kurator
dari Van Kleef Aquarium, untuk kebutuhan logo Singapura yang diselenggrakan oleh Badan
Pariwisata atau Singapore Tourism Board (STB). Penggunaan logo ini digunakan sejak tahun
1964 sebagai logo dari Badan Pariwisata Singapura sampai tahun 1997. Namun setelah itu,
simbol merlion tetap digunakan sebagai trademark singapura. Simbol merlion ini digunakan juga
dalam berbagai macam suvenir yang ada di Singapura.
Pada sekitar abad 11 masehi, dikisahkan seorang raja Sang Nila Utama dari kerajaan Sriwijaya
Sumatera telah menemukan suatu pulau di wilayah Temasek. Pada waktu mendarat di daratan,
raja tersebut menemukan binatang buas yang dikemudian hari merupakan seekor singa. Oleh
karena itu, sejak itu wilayah tersebut disebut sebagai kota singa atau singapura.
Merlion atau Singa laut (Sederhana: 鱼尾狮; pinyin: Yúwěishī) adalah patung yang berkepala
singa dengan badan seperti ikan. Namanya merupakan gabungan dari ikan duyung dan singa.
Merlion dirancang oleh Fraser Brunner untuk Badan Pariwisata Singapura (STB) pada 1964 dan
dipergunakan sebagailogonya hingga 1997. Perdana Menteri saat itu, Lee Kuan Yew,
meresmikan upacara pemasangan Merlion di Singapura pada 15 September 1972. Merlion tetap
menjadi lambang merek dagangnya hingga sekarang. Ia juga seringkali muncul dalam suvenir
yang disetujui oleh STB. Patung asli Merlion berdiri di mulut Sungai Singapura sementara
sebuah replika yang lebih tinggi dapat ditemukan di Pulau Sentosa.
Tinggi Merlion ini 8,6 meter dan beratnya 70 ton. Patung Merlion dibangun dari campuran
semen oleh seniman Singapura, Lim Nang Seng.
Menurut kampanye publikasi Badan Pariwisata Singapura, makhluk berkepala singa dan
bertubuh ikan ini mengingatkan akan kisah tentang Sang Nila Utamayang legendaris, yang
melihat seekor singa selagi berburu di sebuah pulau, dalam perjalanannya ke Malaka. Pulau itu
belakangan dikenal sebagai pelabuhan Temasek, yang kemudian menjadi Singapura.
Menara Kembar Petronas (Malaysia)

Menara Petronas, atau Menara Kembar Petronas (bahasa Malaysia:'Menara Berkembar


Petronas') di Kuala Lumpur, Malaysia adalah sepasang menara kembar yang pernah menjadi
bangunan tertinggi di dunia pada tahun 1998—2004, sebelum dilampaui oleh Taipei 101.
Namun, kedua menara ini masih merupakan pencakar langit kembar tertinggi di dunia pada abad
ke-20. Menara Kembar Petronas memegang gelar sebagai bangunan tertinggi dari tahun 1998
hingga 2004 dari segi ukuran, dari lantai pintu masuk utama hingga lantai atas, yaitu rujukan
ketinggian asli yang digunakan oleh organisasi internasional Dewan Bangunan Tinggi dan
Habitat Urban sejak tahun 1969 (tiga kategori ketinggian tambahan diperkenalkan ketika menara
ini hampir dipersiapkan pada tahun 1996).[3]
Desain
Cesar Pelli juga merancang gedung Miglin-Beitler Skyneedle (atau disebut pula Miglin-Beitler
Tower) setinggi 609,58 m di Chicago, Amerika Serikat yang selesai pada tahun 1988 yang
tampak mempunyai kemiripan dengan Menara Petronas.
Menara Petronas berdiri setinggi 452 meter atau 1483 kaki dihitung sampai paling atas. Bentuk
lantainya berupa dua buah persegi yang berpotongan membentuk bintang berujung delapan dan
pada tiap titik perpotongannya ditambahkan sepotong lingkaran. Desain Cesar Pelli ini
menggunakan motif yang lazim digunakan dalam Seni Islam mengingat budaya Islam sudah
menjadi ciri khas Malaysia.
Di antara kedua menara tersebut, dibangun sebuah jembatan (Skybridge atau Jejantas Udara)
yang menghubungkan kedua menara pada lantai 41 dan 42. Jembatan ini adalah tujuan
kunjungan turis yang datang ke Menara PETRONAS dengan jumlah tiket yang terbatas (sekitar
1200 buah). Selain itu, jembatan ini juga digunakan untuk evakuasi apabila terjadi keadaan
darurat di sebuah menara sehingga penghuninya bisa pindah ke menara yang aman. Sebagaimana
bangunan tinggi lain, Menara PETRONAS pun bisa bergoyang bila diterpa angin sehingga
pembangunan jembatan pun tidak dipasang secara kaku pada kedua menara.
Di bawahnya, terdapat Suria KLCC yang merupakan salah satu pusat perbelanjaan tersibuk

Borobudur (Indonesia)

Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur,Magelang, Jawa Tengah,
Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di
sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini
didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa
pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di
dunia,[1][2] sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.[3]
Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga
pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504
arca Buddha.[4]Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.[3]
Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga
barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk
bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra
mudra(memutar roda dharma).
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk
memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempatziarah untuk menuntun umat manusia
beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[5]
Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari
bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga
tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa
nafsu),Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya
ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari
1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya
pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.[6] Dunia
mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford
Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu
Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek
pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik
Indonesia danUNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan
Dunia.[3]
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha
yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk
memperingati TrisuciWaisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal
di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

Arsitektur Tradisional Thailand

Karakteristik dan keunikan desain arsitektur tradisional Thailand yang mengadaptasi alam
dengan atap yang tinggi dan banyaknya area terbuka.
Apa yang muncul di benak Anda ketika mendengar istilah Thailand? Tentu, sebuah gambaran
yang muncul adalah negara yang menyajikan tempat wisata menarik seperti Bangkok, Phuket,
dan Pattaya, hingga kulinernya yang lezat, salah satunya Tom Yam. Tak hanya itu, negara ini
juga kaya akan keunikan kultural khas Asia Tenggara. Kesan kultural dan etnik yang kental bisa
dilihat dari jenis seni, musik, tarian, pakaian tradisional, ukiran, dan tentu saja, gaya arsitektur
bangunan – bangunannya. Tak jarang, gaya arsitektur ala Thailand ini sering diperlihatkan pada
restoran Thailand yang terdapat di beberapa kota – kota besar di Indonesia.
Tahukah Anda, rumah – rumah yang mengadaptasi gaya arsitektur Thailand ternyata tak hanya
menekankan pada segi artistiknya saja, melainkan juga berfokus pada sustainabilitas alam dan
lingkungan? Ya, bangunan – bangunan ala Thailand, terutama bangunan jaman dulu, dibangun
dengan konstruksi yang mempertimbangkan keberadaan alam sekelilingnya.
Di jaman dahulu, keberadaan kayu cukup melimpah di negeri gajah putih itu. Hal ini cukup
lumrah mengingat negara ini tergolong negara tropis dengan banyaknya hutan. Jenis kayu yang
banyak tumbuh di hutan – hutan di Thailand adalah kayu jati. Tak heran, bangunan ala Thailand
banyak mengeksplorasi penggunaan kayu ini.
Bangunan dengan desain ala Thailand mengoptimalkan keberadaan sirkulai udara melalui
jendela dan dinding – dindingnya. Meski sejatinya desain ala Thailand ini bervariasi yang
tergantung pada masing – masing wilayah, namun secara umum bangunan ala Thailand memiliki
3 prinsip yang sama, yakni lantai yang ditinggikan (elevated floor), atap yang bertumpuk dan
membumbung tinggi ke atas, dan teras yang terbuka dan cukup luas yang berada di bagian pusat.
Untuk lebih mengenal desain ala Thailand, berikut ini akan dijabarkan lebih lanjut mengenai
beberapa aspek dasar pada desain arsitektur ala Thailand.
1. Lantai yang ditinggikan
Rumah dengan lantai yang ditinggikan ini sekilas mengingatkan kita pada rumah – rumah
tradisional di pulau Sumatra. Tujuan dari meninggikan posisi lantai yakni untuk menghindari
banjir di kala musim hujan. Selain itu, karena jaman dulu di negara Thailand masih banyak
terdapat hutan – hutan yang lebat, tak heran banyak binatang buas yang tinggal di dalamnya.
Untuk menangkal agar hewan buas tidak bisa masuk ke dalam rumah, maka lantai didesain agak
tinggi.
2. Pitched Roof
Model pitched roof dengan atap yang dibuat tinggi dan kemiringan yang curam juga diterapkan
di bangunan dengan arsitektur ala Thailand. Dengan adanya pitched roof, maka air hujan akan
dengan mudah turun ke bawah sehingga tidak menumpuk atau menggenang di atas atap yang
bisa berakibat fatal. Model atap seperti ini cukup pas diterapkan pada bangunan di negara
beriklim tropis dengan curah hujan tinggi seperti Thailand. Adanya serambi (overhang) juga
membantu air hujan agar lebih cepat mengalir ke bawah.

Desain Arsitektur Thailand dengan Atap Miring (Pitched Roof) yang Khas
Bentuk desain atap yang unik ini ternyata cukup bervariasi di tiap regional di Thailand. Ada yang
bentuknya menyerupai struktur sayap, ada yang bentuknya lurus menajam ke satu titik, ada juga
yang bentuknya menyerupai huruf V. Semua bentuk atap tersebut tentu menyimbolkan makna
tersendiri yang erat kaitannya dengan agama dan kepercayaan. Simbol atap berbentuk sayap
misalnya. Desain atap ini menandakan keinginan orang – orang untuk mencapai surga.
3. Teras yang terbuka dan luas
Keberadaan teras cukup signifikan pada bangunan – bangunan ala Thailand. Luas dari teras ini
bisa mencapai 40 persen dari luas keseluruhan bangunan. Teras menjadi poin yang sangat
diperhitungkan mengingat area ini biasa digunakan oleh masyarakan Thailand untuk
mengadakan pertemuan, berbincang – bincang, atau aktifitas outdoor yang lain.
Selain melalui teras, kesan terbuka juga ditampilkan di dalam ruangan. Di beberapa sudut
terdapat banyak ventilasi. Keberadaan ventilasi ini cukup membantu mengingat Thailand
memiliki cuaca yang cukup panas dengan kelembaban yang juga cukup tinggi. Dengan
banyaknya ventilasi udara, maka ruangan menjadi lebih sejuk dan siklus udara dalam ruangan
menjadi lebih lancar.
4. Memiliki desain modular
Salah satu karakteristik desain tradisional ala Thailand adalah bentuk konstruksinya yang
modular. Desain seperti ini membuat bangunan menjadi lebih mudah ‘dibongkar-pasang’ bahkan
dipindahkan ke lokasi lain. Sebab dijaman dahulu, keberadaan lahan masih cukup luas, sehingga
memungkinkan orang – orang berpindah lokasi dengan mudah. Maka dari itu, sangat jarang
sebuah keluarga menetap di suatu tempat yang sama selama bertahun – tahun.
Bangunan dengan arsitektur tradisional ala Thailand di era modern ini
Saat ini, cukup sulit menemukan rumah di Thailand dengan arsitektur yang masih tradisional.
Sebab, banyak rumah di Thailand yang mengadaptasi unsur – unsur modern ala barat. Namun
jika Anda ingin melihat bagaimana bentuk desain rumah tradisional ala Thailand, Anda bisa
mengunjungi Siam Niramit, sebuah teater di pusat kota Bangkok. Di sini terdapat variasi
bangunan yang mewakili 4 regional di Thailand, mulai dari wilayah tengah, selatan, timur laut,
dan utara.

Angkor Wat Arsitektur Kamboja


Angkor Wat di Kamboja adalah kompleks candi tua terkenal karena keanggunan dan
keeksotikannya.Angkor Wat adalah salah satu dari banyak candi yang ada di kawasan
Yasodharapura sebuah kawasan peninggalan sejarah di wilayah Siem Reap.
Menurut catatan sejarah, kompleks candi-candi tersebut dibangun antara abad ke-6 sampai ke-
13. Pembangunan kuil Angkor Wat memakan waktu selama 30 tahun. Angkor Wat terletak di
dataran Angkor yang juga dipenuhi bangunan kuil yang indah, tetapi Angkor Wat merupakan
kuil yang paling terkenal di dataran Angkor. Raja Suryavarman II memerintahkan pembangunan
Angkor Wat menurut kepercayaan Hindu yang meletakkan gunung Meru sebagai pusat dunia
dan merupakan tempat tinggal dewa-dewi Hindu.
Angkor Wat berada dalam keadaan yang baik dibandingkan dengan kuil lain di dataran Angkor
disebabkan Angkor Wat telah dialihfungsikan menjadi kuil Buddha dan dipelihara serta
digunakan secara terus menerus ketika agama Buddha menggantikan agama Hindu di Angkor
pada abad ke-13. Kuil Angkor pernah dijajah oleh Siam pada tahun 1431. Nama modern Angkor
Wat, berarti "Kuil Kota", Angkor adalah bentuk perubahan dari kata nokor yang berasal dari kata
nagara dalam bahasa Sansekerta yang berarti ibu kota atau negara.

Wat adalah istilah dalam bahasa Khmer untuk kuil atau candi. Sebelumnya nama asli candi ini
adalah Preah Pisnulok atau Vishnuloka (tempat dewa Wishnu bersemayam), berdasarkan nama
anumerta raja pembangunnya. Angkor Wat adalah pencapaian tertinggi dari arsitektur kuil
Khmer, dan hari ini "flagship" dari kuil di Angkor. Candi adalah struktur piramida yang sangat
besar. Senyawa di Angkor Wat meliputi area seluas 1.500 dengan 1.300 m (4.920 oleh 4.265 ft)
dan dikelilingi oleh parit luas 180 m (590 kaki) lebar.
Sepanjang jalan lintas yang menuju gerbang pintu masuk yang sangat besar adalah langkan
berbentuk seperti ular raksasa, yang diyakini untuk mewakili lambang kesuburan kosmik. Candi
ini terdiri dari sebuah kompleks menjulang teras dan bangunan kecil yang diatur dalam
serangkaian tiga cerita berkurang dan diatasi oleh lima menara. Struktur atap
dan unroofedtertutup dengan band-band patung batu berukir halus. Dinding-dinding ditutupi
dengan relief ukiran yang menggambarkan mitologi Hindu, terutama adegan yang berhubungan
dengan dewa Wisnu.

luang prabang (laos)

Luang Prabang adalah sebuah kota yang terletak di utara Vientiane, ibukota Laos, tepatnya 425
km dari ibukota negara Republik Komunis ini. Kota berpenduduk sekitar 103.000 jiwa ini adalah
salah satu kota dengan kekayaan arsitektur terbaik dunia yang masih terjaga lestari hingga saat
ini.
Sejak ditasbihkan UNESCO menjadi kota warisan dunia pada tahun 1995, Luang Prabang
semakin terkenal sebagai destinasi pelancongan internasional. Menurut sejarahnya, Luang
Prabang adalah sebuah ibukota kerajaan dengan nama yang sama. Sampai pengambilalihan oleh
pemerintahan komunis Laos pada tahun 1975, Luang Prabang adalah ibukota kerajaan dan pusat
pemerintahan dari Kerajaan Laos.
Dahulu kala, Luang Prabang bernama Muang Sua, bersamaan dengan penaklukan kota ini pada
tahun 698 masehi oleh seorang pangeran Thai, Khun Lo. Sang Pangeran lalu mendirikan sebuah
dinasti dan memerintah dengan waktu yang setara dengan lima belas penguasa independen
Muang Sua dalam satu abad. Selama 600 tahun pertama dari sejarah Luang Prabang tidak pernah
bisa berkembang serta tidak mampu memperluas kekuasaan mereka.
Pada tahun 1352, munculah Fa Ngun, seorang kepala bangsa Thai yang berhasil mendirikan
Kerajaan Lan Chang yang kemudian terkenal dengan nama Luang Prabang atau Laos yang
hingga kini berdiri kokoh sebagai negara modern yang mampu berperan dalam dunia
internasional. Kekuasaan Fa Ngun dengan andilnya yang mampu memperluas kekuasaan
kerajaan tersebut meliputi daerah hulu Sungai Mekong.
Pada 1975 kaum komunis Pathet Lao yang didukung Uni Soviet dan komunis Vietnam
menendang pemerintahan kerajaan yang didukung Amerika Serikat dan Perancis. Setelah
mengambil alih negara ini, mereka mengganti namanya menjadi Republik Demokratik Rakyat
Laos yang masih berdiri hingga saat ini.

Luang Prabang masuk ke dalam daftar UNESCO World Heritage Site karena arsitektur
teakwood yang dapat ditemui pada rumah para penduduk. Sebagai ibukota kerajaan, Luang
Prabang memiliki lebih dari 30 bangunan arsitektur kerajaan, sebagian besar dibangun pada abad
ke-14. Luang Prabang juga memiliki sedikitnya 40 pagoda yang dibangun dari berbagai dinasti,
bersama dengan ratusan rumah dari kayu tradisional yang dipadu dengan gaya arsitektur Eropa.
Memang arsitektur yang unik dan terpelihara ini menjadi daya tarik tersendiri bagi turis
mancanegara. Arsitektur menjadi paling menonjol dari kota ini, begitu masuk ke kota ini, kita
akan langsung menemui banyak kuil-kuil otentik berarsitektur Budha. Kuil-kuil ini menjadi salah
satu daya tarik kota yang keasliannya masih dirawat dan dijaga dengan ketat. Selain itu,
bangunan-bangunan di Luang Prabang juga punya keunikan tersendiri.
Arsitekturnya memiliki kombinasi antara gaya arsitektur Laos, dan Eropa. Luang Prabang
menjadi rumah dari pagoda-pagoda beratap emas, bangunan-bangunan kayu jati yang penuh
ukiran khas laos, serta vila-vila mewah bergaya Eropa yang dibangun saat Laos masih berada di
bawah kekuasaan Perancis. selain memiliki bangunan bersejarah yang cantik, Luang Prabang
juga diberkahi dengan alam yang luar biasa indah. Pemandangan gunung melatarbelakangi
bangunan-bangunan eksotis di kota ini.
Meski demikian, belum banyak orang yang familiar dengan kota Budhisme yang terletak di utara
Vientiane, ibukota Laos ini. Luang Prabang atau yang juga dijuluki sebagai mutiara terpendam di
Asia Tenggara ini ternyata punya berbagai daya tarik wisata dengan kombinasi yang unik dan
menarik. Alam yang indah, pengaruh Budhisme yang kuat, belum lagi makanan dan tempat
belanja yang murah meriah, arsitektur yang cantik serta budaya masyarakat Laos yang begitu
kental.
Selain museum istana kerajaan Haw Kham, destinasi menarik lainnya yang wajib dikunjungi
ialah, Wat Xieng Thong. Ini merupakan bangunan penting yang telah menjadi simbol kerajaan,
keagamaan, dan kesenian laos. Yang menarik, di tempat ini kita akan menemukan kompleks luas
berisikan kuil-kuil buddha, paviliun dan rumah tinggal dari kayu jati, taman bunga, dan
pepohonan hias yang dibangun oleh raja Setthathirath pada tahun 1559.
Uniknya lagi, bangunan kuil buddha di Wat Xieng Thong ini dihias dengan ukiran-ukiran rumit
yang menggambarkan perjalanan hidup sang buddha. Sementara itu, dinding bagian luarnya
menampilkan legenda-legenda Laos serta mosaik kaca yang membentuk pohon kehidupan.

Masjid sultan omar ali saifuddin (brunei Darussalam)

Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin di Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam.
Foto: trekearth.com
REPUBLIKA.CO.ID, Bandar Seri Begawan yang merupakan ibukota Kesultanan Brunei
Darussalam adalah kota yang unik. Kota itu terletak di tepian Sungai Brunei yang bermuara ke
sebuah teluk.

Ratusan tahun lalu, Bandar Seri Begawan merupakan bagian dari sebuah pemukiman bernama
Kampong Ayer. Di kota itu berdiri sebuah masjid nan indah, megah, dan mewah bernama Masjid
Sultan Omar Ali Saifuddin.

Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin adalah salah satu masjid paling mengagumkan di Asia Pasifik.
Tak heran jika masjid itu menjadi landmark dan daya tarik wisata utama yang ditawarkan
Brunei.

Masjid yang mendominasi pemandangan Kota Bandar Seri Begawan itu melambangkan
kemegahan dan kejayaan Islam yang menjadi agama mayoritas dan agama resmi negara itu.

Yulianto Sumalyo dalam buku “Arsitektur Masjid dan Monumen Sejarah Muslim”
mengungkapkan, masjid itu dibangun atas prakarsa almarhum Sultan Haji Omar Ali Saifuddin
Sa’adul Khairi Waddien (1950-1967), Sultan Yang Dipertuan Negara Brunei Darussalam ke-28.

Pembangunan Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin, menurut Yoseph R Yogerst dalam bukunya
yang bertajuk “The Golden Legacy”, Brunei Darussalam, dimulai pada 1954. Proses
pembangunannya memakan waktu selama empat tahun. Setelah selesai dibangun, masjid itu
diresmikan oleh Sultan Omar Ali pada Jumat, 26 September 1958.

Masjid Sultan Omar Ali Saifuddin merupakan contoh arsitektur Islam modern. Arsitektur masjid
itu merupakan perpaduan antara Mughal dan Italia.

Bangunan megah dan indah itu dirancang oleh biro arsitektur Booty Edward and Partners
berdasarkan rancangan karya arsitek berkebangsaan Italia, Cavaliere Rudolfo Nolli, yang telah
lama bekerja di Teluk Siam. Sedangkan, sebagai kontraktornya ditunjuk Sino Malayan
Engineers.

Pagoda Shwedagon di Myanmar


Sejumlah pengungjung yang mendatangi Pagoda Shwedagon di Yangon, Myanmar (13/8).
Pagoda Shwedagon dengan tinggi 99 meter didatangi hampir 100 orang setiap harinya.
AP/Khin Maung Win

Setelah menikmati sarapan Mohingar atau bihun kuah khas Myanmar yang segar dan wangi
daun ketumbar, serombongan wartawan dan blogger dari beberapa negara ASEAN pada
pertengahan Februari ini menuju Pagoda Shwedagon. Tempat ibadah umat Budha ini berada di
jantung kota Yangon, Ibu Kota Myanmar.

Rombongan blogger yang mengikuti Familiarization Trip ke Myanmar itu diajak menumpang
becak sepeda melintasi pasar pagi yang meriah dengan warna-warni bunga dan aneka buah.
Pedagang kaki lima tampak berjejer menjual makanan siap santap untuk sarapan. Di kejauhan,
Shwedagon terlihat berkilau dengan stupa utama berwarna keemasan saat tertimpa sinar
matahari pagi.

"Jika berada di Yangon, belum lengkap bila tidak mengunjungi Shwedagon," tutur May Zune
Win, pemrakarsa FAM TRIP bertajuk Marvalous Myanmar kepada 28 tamunya.

Di jalanan mengarah ke pagoda yang memiliki pintu masuk dari beberapa sisi, para peziarah
mulai berdatangan dengan membawa sesaji bunga-bunga potong, aneka buah, dan makanan.

Stupa berupa kubah emas yang menjulang tinggi terlihat anggun. Peziarah dan wisatawan asing
memiliki pintu masuk khusus. Kami wajib membayar tiket masuk seharga US$ 10 atau setara
dengan 10.000 Khat, mata uang Myanmar. Selain tiket, pengunjung mendapat sebotol air
mineral dan tisu basah.

Fasilitas untuk pengunjung sangat memadai, antara lain jalan landai bagi mereka yang berkursi
roda, serta lift untuk memudahkan pengunjung yang sulit menapaki anak tangga dari luar
menuju pelataran pagoda.

Sebelum masuk, para tamu wajib melekatkan stiker tanda masuk dan melepas sepatu serta kaos
kaki. Alas kaki bisa dititipkan pada rak sepatu yang tersedia di depan pintu masuk atau
dikantongi dan dijinjing sendiri.

Para petugas juga akan memeriksa kelayakan berpakaian bagi pengunjung, yaitu untuk pria dan
wanita harus mengenakan busana di bawah lutut, bisa celana panjang atau sarung dan lengan
baju minimal di atas siku. Peziarah lokal rata-rata memakai sarung.
Penyelenggara trip menyediakan busana khas Myanmar untuk kami, berupa sarung dan baju
atasan dengan warna-warni meriah. Tak lupa tas gantung berbahan tenun yang juga dibagikan
ke semua peserta.

Dalam bahasa lokal, Shwedagon disebut Shwedagon Zeddi Daw dan dijuluki sebagai Pagoda
Emas. Menurut situs resminya, pagoda ini dibangun sekitar 2.500 tahun yang lalu dan diduga
sebagai pagoda tertua di dunia.

Pagoda terletak di dekat danau Kandawgyi di bukit Singuttara dengan stupa utama yang
menjulang setinggi 98 meter berlapis warna emas. Stupa ini mudah dilihat dari berbagai
penjuru kota.

Myanmar yang dikenal sebagai negara dengan kekayaan batu permata, menyimpan anugerah
alamnya juga pada stupa puncak Shwedagon itu yang bertahtakan 7.000 batu berlian, rubi, dan
giok. Pengunjung bisa menyaksikan kilauan batu permata memakai teropong yang tersedia di
salah satu dasar pagoda.

Bunyi gong bergaung beberapa kali, ketika seorang peziarah memukulnya sebagai penanda
awal berdoa. Sementara di pelataran dengan lantai marmer dan tegel, beberapa orang lain
sudah khusyuk berdoa menghadap patung-patung Sang Budha yang bertebaran di seluruh
pelataran dengan delapan sudut pagoda.

Bagian dasar pelataran memiliki sudut-sudut dengan nama hari, yaitu sudut Senin, Selasa,
Rabu pagi dan Rabu sore, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu. Biasanya para peziarah akan
berdoa di sudut hari sesuai hari kelahiran. Setiap sudut itu ada patung-patung hewan yang
melambangkan hari-harinya dengan makna khusus.

Pagoda ini juga dikelilingi pagoda-pagoda lain berukuran lebih kecil dan sejumlah patung
Budha dalam berbagai posisi, beberapa tempat pemujaan bagi orang sakit, serta pengunjung
yang ingin memiliki anak.

Pada dinihari sekitar pukul 04.00, pagoda sudah dibuka untuk peziarah dan ditutup pukul
22.00. Namun pada hari-hari khusus, misalnya tahun baru Myanmar, tempat ibadah ini dibuka
sepanjang hari.

Shwedagon bukan sekedar tempat ibadah Budhis, melainkan juga wahana untuk
memperlihatkan keanggunan seni arsitektur Myanmar yang mempesona. Juga sebagai tempat
sejarah yang terjaga dan dirawat dengan baik.

Tempat ini diyakini sebagai tempat ibadah paling suci bagi umat Budha di Myanmar karena
menyimpan delapan helai rambu Budha (Pangeran Sidharta Gautama), gigi, saringan air
Konagamana, potongan tali Kassapa dan tongkat Kakusanda, dan telapak kaki.

Pengunjung tua, muda, hingga anak-anak tampak terus berdatangan. Masing-masing berdoa
secara pribadi ataupun dalam kelompok keluarga. Mereka tidak terganggu oleh lalu-lalangnya
wisatawan yang memotret berbagai objek, termasuk memoto peziarah yang sedang berdoa.
"Saya berdoa untuk mendapat pekerjaan, saya baru lulus kuliah," tutur seorang peziarah muda
setelah selesai berdoa. Dia tidak membawa sesaji melainkan memasukkan uang ke dalam kotak
sumbangan.

Kompleks Monumen Hue (Vietnam)

Kompleks satu ini merupakan bangunan bersejarah di Vietnam dari masa dinasti Nguyen pada
tahun 1802. Terdiri dari berbagai monumen bersejarah dalam satu tempat, lokasi ini masuk
dalam daftar warisan UNESCO yang dilindungi. Monumen Hue berlokasi di kota Hue Vietnam.
Dalam kompleks ini, anda bisa melihat berbagai monumen, mulai dari Forbidden Purple City,
Imperial City, pagoda, menara bendera, hingga makan kerajaan. Ada pula perpusatakaan dan
museum jika anda ingin melihat beberapa dokumentasi dan bukti sejarah tertulis yang bisa
membuat anda lebih paham.
Tak hanya menyimpan berbagai kisah sejarah, arsitektur tiap sudut bangunan juga bisa menjadi
seni yang anda nikmati. Dari lokasi ini anda juga bisa melihat pemandangan alam yang indah
mengelilingi monumen. Naiklah kebeberapa menara untuk melihat pemandangan dengan
maksimal.

Anda mungkin juga menyukai