Anda di halaman 1dari 9

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Os. Humerus

Gambar 2.1 Anatomi Os. Humerus

Tulang humerus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kaput (ujung atas), korpus, dan ujung

bawah.

1) Kaput

Sepertiga dari ujung atas humerus terdiri atas sebuah kepala, yang membuat sendi dengan rongga

glenoid dari skapla dan merupakan bagian dari banguan sendi bahu. Dibawahnya terdapat bagian

yang lebih ramping disebut leher anatomik. Disebelah luar ujung atas dibawah leher anatomik

terdapat sebuah benjolan, yaitu Tuberositas Mayor dan disebelah depan terdapat sebuahmbenjolan

lebih kecil yaitu Tuberositas Minor. Diantara tuberositas terdapat celah bisipital (sulkus
intertuberkularis) yang membuat tendon dari otot bisep. Dibawah tuberositas terdapat leher

chirurgis yang mudah terjadi fraktur.

2) Korpus

Sebelah atas berbentuk silinder tapi semakin kebawah semakin pipih. Disebelah lateral batang,

tepat diatas pertengahan disebut tuberositas deltoideus (karena menerima insersi otot deltoid).

Sebuah celah benjolan oblik melintasi sebelah belakang, batang, dari sebelah medial ke sebelah

lateral dan memberi jalan kepada saraf radialis atau saraf muskulo-spiralis sehingga disebut celah

spiralis atau radialis.

3) Ujung Bawah

Berbentuk lebar dan agak pipih dimana permukaan bawah sendi dibentuk bersama tulang lengan

bawah. Trokhlea yang terlatidak di sisi sebelah dalam berbentuk gelendong-benang tempat

persendian dengan ulna dan disebelah luar terdapat kapitulum yang bersendi dengan radius. Pada

kedua sisi persendian ujung bawah humerus terdapat epikondil yaitu epikondil lateral dan medial

(Holmes, 2004).

2.1.1 Vaskularisasi

Vaskularisasi regio brachii dijelaskan pada bagian berikut : arteri brachialis merupakan
lanjutan a. Axillaris, dimulai dari tepi inferior m. Teres mayor. arteri ini melanjutkan diri ke fossa
cubiti dan di sini berakhir sebagai dua cabang terminal, yaitu aa. Ulnaris et radialis. Cabang-
cabangnya berada di regio ini adalah aa. Profunda brachii, colaterales ulnares proximal et distalis.
Arteri profunda brachii, collaterales ulnares proximal et distalis. Arteri profunda brachii berjalan
ke posterior bersama n. Radialis. Di sisi lateral regio brachii arteri ini berakhir sebagai dua cabang
terminalnya yaitu a. Collateralis radialis, yang berjalan ke anterior bersama n. Radialis dan a.
Collateralis media, yang menuju sisi posterior epicondylus lateralis humeri.
Arteri collateralis ulnaris proximal berawal di pertengahan regio brachii dan berjalan
bersama n. Ulnaris menuju sisi posterior epicondylus medialis humeri. Arteri collateralis ulnaris
distalis awalnya sedikit di superior dari artikulasicubiti dan berjalan di posterior dari n.
medianus, kemudian cabang-cabangnyamenuju sisi anterior dan posterior epicondylus
medialis humeri. Vena brachialis mengikuti arterinya d an kira-kira di dua pertiga
proksimal regio ini v. basilica berjalan superficial terhadap a. Brachialis (Holmes, 2004).

2.1.2 Innervasi

Persyarafan yang penting pada extreminitas atas ialah N. Musculocutaneus, N. Medianus, N.


ulnaris, N. radialis. N.Musculocutaneus mempesyarafi otot-otot flexor lengan atas yaitu
M.coraccobrachialis, M. biceps bracii dan M. brachialis. Nervus ini akan berakhir sebagai
N.cutaneus antebrachii lateralis yang mengurus kulit sisi radialis lengan bawah. N. Medianus
adalah saraf utama kompartemen anterior. Saraf ini meninggalkan fossa cubitalis dengan melintas
antara caput musculus pronator teres. Lalu nervus medianus inimelintas di sebelah dalam musculus
flexor digitorum superficialis dan melanjutkan ke distal antara otot ini dan musculcus flexor
digitorum profundus N. ulnaris memasuki lengan bawah dengan dengan lintas antara caput
musculus flexor carpi ulnaris. Lalu nervus ulnaris melintas ke distal antara musculus flexor carpi
ulnaris danmusculus flexor digitorum profundus. N. ulnaris menjadi superficialis di pergelangan
tangan danmengurus persyarafan kulit sis bagian medial. N. radialis muncul pada fossa cubiti
antara musculus brachialis dan musculus brachioradialis. Setelah memasuki lengan bawah, nervus
radialis terpecah menjadi ramus. Profundus dan ramus superficialis. Ramus profundus dilepaskan
anterior terhadap epicondiluslateralis humerus, lalu menembus musculus supinator (Holmes,
2004).

1. Fraktur Leher Humeri

Fraktur leher humeri umumnya terjadi pada wanita tua yan telah mengalami osteoporosis

sehingga terjadi kelemahan pada tulang. Mekanisme trauma biasanya penderita jatuh dan terjadi

trauma pada anggota gerak atas.

Klasifikasi: fraktur impaksi dan fraktur dan impaksi,dengan atau tanpa pergeseran.
Pengobatan: pada fraktur impaksi atau tanpa imaksi yang tidak disertai pergeseran dapat

dilakukan terapi konservatif saja dengan memasang mitela dan mobilisasi segera pada gerak

sendi bahu. Bila fraktur disertai dengan pergeseran dapat dipertimbangkan tindakan operatif.

Komplikasi : kekakuan pada sendi ,trauma saraf yaitu nervus axilaris, diselokai sendi bahu.

2. Fraktur tuberkulum mayus humeri

Fraktur dapat terjadi bersamaan dengan dislokasi humeri atau merupakan fraktur tersendiri

akibat trauma langsung di daerah sendi bahu biasanya terjadi pada orang tua dan umumnya

tidak mengalami pergeseran.

Pengobatn fraktur dengan dislokasi humeri direposisi, biasanya fraktur juga terposisi

dengan sendirinya. Pengobtan farktur tanpa pergeseran fragmendengan cara konservatif. Pada

fraktur yang disertai pergeseran fragmen sebaiknya dilakukan operasi dengan memasang screw.

Komplikasi painful syndrome.

3. Fraktur Diafisis

Fraktur diafisis humerus biasanya terjadi pada 1/3 tengah humerus dimana traumaa dapat

bersifat memuntir yang menyebabkan fraktur spiral dan bila traum bersifat langsung dapat

menyebabkan fraktur tranversal, oblik pendek atau komunutif. Fraktur patologis biasanya

terjadi pada 1/3 proksimal humerus.

Gambaran klinis pada fratur humerus ditemukanan pembengkakan, nyeri tekan serta

deformitas pada daerh humerus. Pada setiap fraktur humerus harus diperiksa adanya lesi nervus

radialis terutama pada daerah 1/3 tengah umerus.

Pemeriksaan radiologis dapat ditentukn lokasi dan konfigurasi fraktur. Prinsip pengobatan

adalah konservatif karena angulasi dapat tertutup oleh otot dan secara fungsionl tidak terjdi

gangguan, diseampin itu 1/3 kontak cukup memadai terjadinya union.


Pengobatan konservatif dilakukan dengan pemasangan Uslab atau pemasangan gips

tergantung (hanging cast). Pengobatan operatif dengan pemasangan plate atu screw atau pin

dari Rush atau pada fraktur terbuka dengan fiksasi eksternal.

Indikasi operasi :

- Fraktur terbuka

- Terjadi lesi nervus radialis setelaah dilakukan reposisi (jepitan nervus radialis)

- Nonunion

- Penderita yang ingin segera bekerja secra aktif

4. Fraktur Supracondylar Humerusi

Adalah fraktur daripada os humerus distal pada bagian supracondylar, salah satu fraktur

paling sering pada anak-anak. Fragmen distal dapat displacement baik ke posterior atau ke anterior

(Sjamsuhidajat, 2004).

Mekanisme cedera posterior angulasi atau displacement (95 persen dari semua kasus)

menunjukkan cedera hyperextension, biasanya karena jatuh dengan posisi lengan hyperextensi.

Humerus rusak tepat di atas kondilus. Fragmen distal terdorong ke belakang dan ( lengan bawah

biasanya pronasi) memutar ke dalam. Ujung bergerigi dari fragmen proksimal bersentuhan ke

dalam jaringan lunak anterior, terkadang melukai arteri brakialis atau saraf medianus.

Displacement ke anterior jarang, biasanya dikarenakan kekerasan langsung (misalnya jatuh tepat

pada bagian siku) pada saat keadaan flexi.


Gambar 2.6 Kalsifikasi Gartland

Klasifikasi (Gartland):

Tipe I : adalah patah tulang undisplaced.

Tipe II : adalah fraktur angulated dengan posterior korteks masih dalam kontinuitas.

IIA - cedera kurang parah dengan fragmen distal hanya angulated.

IIB - cedera parah, terjadi baik angulated dan malrotated.

Tipe III : fraktur sepenuhnya terpisah (meskipun periosteum posterior biasanya masih

bertahan, yang akan membantu saat reduksi bedah).


A B

C D

Gambar 2.7 Fraktur Suprakondilar

(a) Undisplaced.

(b) fragmen distal angulasi ke posterior tetapi masih kontak.

(c) Fragmen distal terpisah seluruhnya dan displaced ke posterior.

(d) Jenis yang jarang angulasi ke anterior.

5. Fraktur kondilus humerus

Fraktur kondilus humerus jarang terjadi pada orang dewasa dan sering terjadi paa anak-

anak. Mekanisme traum biasanya terjadi pada saat tangan dalam posisi out stretched dan sendi

siku dalam posisi fleksi dengan trauma pada bagian lateral atau medial. Fraktur ondilus lateralis

sering terjadi dari pada medialis.

Klasifikasi pemeriksaan radiologi

- Fraktur pada satu kondilus

- Fraktur interkondiler (fraktur T/Y)

- Fraktur komunutif
Fraktur kondiler sering bersama-sama dengan fraktur suprakondiler.

Gambaran klinis nyeri dan pembengkakan serta erdarahan subkutan pada daerah sendi

siku. Ditemukan nyeri tekan , ganguan pergeraan serta krepitasi pada daerah tersebut.

Pengobatan farktur tanpa pergeseran fragmen tidak memerlukan reposisi, ukup dengan

peasangan gips sirkuler selama 6 minggu dan dilanjutkan dengan fisioterapi secara hati-hati.

Fraktur kondiler adalah fraktur yang mengenai permukaan sendi sehingga memerlukan reduksi

dengan operasi segera, akurat dan rigid sehingga mobilisasi dapat dilakukan secepatya.

2.4 Gambaran klinis :

1. nyeri terus menerus dan bertambah berat. Nyeri berkurang jika fragmen tulang

dimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah

yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

2. Deformitas dapat disebabkan oleh pergeseran fragmen pada ekstrimitas. Deformitas

dapat diketahui dengan membandingkan dengan ekstrimitas normal. Exstrimitas tidak

dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas

tulang tempat melekatnya obat.

3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan

dibawahtempat fraktur.

4. Krepitasi yaitu pada saat ekstrimitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik pada

tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar feagmen satu dengan lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan

perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau

beberapa hari setelah cedera.

6. Pada pemeriksaan harus diperhatikan keutuhan faal nervus radialis dan arteri

brakhialis. Saat pemeriksaan apakah ia dapat melakukan dorsofleksi pergelangan

tangan atau ekstensi jari-jari tangan (Sjamsuhidajat, 2004).

2.5 Diagnosis
1. Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : hemoglobin, hematokrit sering rendah akibat
perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan lunak sangat luas .
2. Radiologi
Pada rontgen dapat dilihat gambaran fraktur (tempat fraktur, garis fraktur
(transversa, spiral atau kominutif) dan pergeseran lainnya dapat terbaca jelas).
Radiografi humerus AP dan lateral harus dilakukan. Sendi bahu dan siku harus
terlihat dalam foto. Radiografi humerus kontralateral dapat membantu pada
perencanaan preoperative dapat membantu pada perencanaaan perioperative.
Kemungkinan fraktur patologis harus diingat. CT-scan, bone –scan dan MRI jarang
diindikasikan, kecuali pada kasus dengan kemungkinan fraktur patologis.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vaskularisasi. CT-scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang lebih kompleks (Santoso, 2002).

Anda mungkin juga menyukai