PEMBAHASAN
2.1. SUSU
Pengawetan Susu
Fermentasi bukan hanya berfungsi sebagai pengawet sumber makanan,
tetapi juga berkhasiat bagi kesehatan. Salah satumya fermentasi dengan
menggunakan bakteri asam laktat pada bahan pangan akan menyebabkan nilai pH
pangan turun di bawah 5,0 sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri fekal
yaitu sejenis bakteri yang jika dikonsumsi akan menyebabkanakan muntah-
muntah, diare, atau muntaber. Fermentasi susu menjadi yoghurt menggunakan
beberapa bakteri asam laktat seperti Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus
thermophillus. Lactobacillus lebih berperan dalam pembentukan aroma,
sedangkan Streptococcus lebih berperan dalam pembentukan cita rasa. Bakteri
asam laktat juga dapat menekan pertumbuhan bakteri pembusuk susu, sehingga
yoghurt lebih tahan lama selama masa penyimpanan dibandingkan susu.
2.2. YOGHURT
A. Pembuatan Yoghurt
B. Kerusakan Yoghurt
C. Penyimpanan Yoghurt
Penyimpanan yoghurt pada suhu kamar tidak dapat dianjurkan karena pada
penyimpanan pada suhu kamar terjadi perubahan kualitas dan kerusakan yoghurt
yang cepat sekali. Sebaiknya yoghurt disimpan pada suhu 5°C atau pada suhu
10°C. Pada penyimpanan suhu 5°C atau 10°C ini dianjurkan batas waktu
kelayakan konsumsi yoghurt tidak lebih dari dua minggu (Sugiarto, 1997).
Pengemasan sendiri merupakan bagian dari suatu pengolahan makanan
yang berfungsi untuk pengawetan makanan, mencegah kerusakan mekanis,
perubahan kadar air, sehingga yoghurt bisa tersimpan lebih aman. Teknologi
pengemasan perkembangan sangat pesat khususnya pengemas plstik yang dengan
drastis mendesak peranan kayu, karton, gelas dan metal sebagai bahan
pembungkus primer.
Pendinginan biasanya dapat mengawetkan bahan pangan selama beberapa
hari atau minggu tergantung pada macam bahan panganya, sedangkan pembekuan
dapat mengawetkan bahan pangan untuk beberapa bulan atau kadang beberapa
tahun. Perbedaan lain antara pendinginan dan pembekuan adalah dalam hal
pengaruhnya terhadap keaktifan mikroorganisme di dalam bahan pangan.
Penggunaan suhu rendah dalam pengawetan pangan tidak dapat membunuh
bakteri, sehingga jika bahan pangan beku misalnya di keluarkan dari penyimpanan
dan di biarkan mencair kembali (thawing), pertumbuhan bakteri pembusuk
kemudian berjalan cepat kembali.