Anda di halaman 1dari 5

Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015

PERBANDINGAN MUAL – MUNTAH PADA PREMEDIKASI


DENGAN PEMBERIAN ONDANSETRON DAN DENGAN
DEKSAMETASON PASCA OPERASI SECTIO CAESAREA
DENGAN ANESTESI REGIONAL

1
Havriray Tewu
2
Iddo Posangi
2
Lucky Kumaat

1
Kandidat Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Anestesi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Email: havriraytewu@yahoo.com

Abstract: Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) is nausea-vomiting in 24


hours after anaesthesia and surgery procedures. Nausea-vomiting are the side effects
which commonly found after anaethesia and surgery. To prevent the occurence of
these side effects, patients are given premedication of ondansetron or dexamethason
deksametason. This study aimed to obtain the difference of nause-vomiting in
administration of ondansetron and dexamethason post operation. This was an
analytical prospective study. Subjects were 10 people. The results showed that there
was no significant difference between premedication administration of ondansetron
and dexamethason in prevention of nause-vomiting post operation.
Keywords: nause-vomiting, premedication, ondansentron, dexamethason

Abstrak: Post Operative Nausea and Vomiting (PONV) adalah perasaan mual-muntah
yang dirasakan dalam 24 jam setelah prosedur anestesi dan pembedahan. Mual-
muntah ialah efek samping yang sering ditemukan setelah tindakan operasi dan
anestesi. Untuk mencegah terjadinya mual dan muntah diberikan premedikasi
pemberian ondansentron atau deksametason. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan mual-muntah pada pemberian ondansetron dan deksametason
pasca operasi. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode analitik prospektif.
Subyek penelitian berjumlah 10 orang. Hasil penelitian ini didapatkan tidak terdaapt
perbedaan bermakna antara premedikasi pemberian ondansetron dengan deksametason
dalam mencegah mual –muntah.
Kata kunci: mual muntah, premedikasi, ondansentron, deksametason

Post Operative Nausea and Vomiting dehidrasi, gangguan elektrolit, waktu


(PONV) adalah perasaan mual-muntah tinggal di rumah sakit lebih lama, jahitan
yang dirasakan dalam 24 jam setelah luka operasi menjadi tegang, dan
prosedur anestesi dan pembedahan. Mual- kemungkinan terjadi dehisensi, hipertensi,
muntah adalah efek samping yang sering terjadi peningkatan perdarahan di bawah
ditemukan setelah tindakan operasi dan flap kulit, peningkatan resiko terjadinya
anestesi.1 Muntah dapat menyebabkan aspirasi paru Karena menurunnya reflex
800
Tewu, Posangi, Kumaat: Perbandingan mual-muntahpremedikasi dengan ...

jalan nafas, dan terjadi ulserasi mukosa METODE PENELITIAN


lambung.2 Penelitian ini merupakan studi analitik
Terdapat tiga kelompok molekul yang prospektif. Penelitian ini dilakukan pada
memiliki sifat antiemetic yaitu: steroid bulan November 2013 – Januari 2014.
(deksametason), antagonis reseptor yang bertempat di kamar operasi RSUP.
serotonin 5HT3 (Ondansetron) dan Prof. Kandou Manado.
antagonis reseptor dopamin D2 Populasi penelitian adalah pasien yang
(droperidol). Suatu penelitian multisenter di menjalani operasi dengan target populasi
Eropa (Impact) menemukan bukti kuat yang menggunakan anestesia regional,
deksametason dengan dosis 4 mg bersedia menjadi subjek penelitian, dan
merupakan dosis yang effektif PONV. memenuhi criteria penerimaan.
Pemberian pada saat induksi anesthesia Sampel adalah bagian dari populasi
member pencegahan yang lebih efektif yang memenuhi criteria penerimaan
terhadap PONV dibandingkan pada (inklusi). Besar sampel dihitung untuk
pemberian di akhir pembedahan sedangkan mendapatkan perbedaan mual-muntah
kelompok antagonis reseptor serotonin antara ondansetron dibandingkan dengan
terdiri dari ondansetron, tropisetron, deksametason menggunakan uji hipotesis
dolastron dan granisetron. Obat-obatan terhadap rerata dua populasi independen,
antiemetik golongan setron lebih efektif sampel yang dibutuhkan pada penelitian ini
mencegah PONV jika diberikan di akhir adalah 30 orang.
pembedahan.3 Randomisasi untuk alokasi subjek
Dimasa lalu mual-muntah dianggap dilakukan dengan cara randomisasi
sebagai masalah klinis yang tidak sederhana dengan metode amplop acak
bermasalah karena dapat sembuh sendiri, yang disusun secara acak dengan table
dan tidak pernah menjadi kronik dan randomisasi dan diambil oleh residen atau
hamper tidak menyebabkan mortalitas.3 perawat yang melakukan operasi dengan
Kejadian mual-muntah ini lebih sering anestesia regional. Pencatatan data setelah
menyebabkan ketidaknyamanan dibanding- operasi dengan mewawancarai pasien oleh
kan nyeri pasca bedah. Mual-muntah ini peneliti.
dapat terjadi pada 10-80% pasien yang
menjalani pembedahan dan anestesi. Hal HASIL PENELITIAN
itu disebabkan karena besarnya factor Berdasarkan penelitian yang dilakukan
resiko individual dan factor risiko anestesi. secara studi analitik retrospektif di bagian
Mual dan muntah ini jarang bersifat fatal, Anestesi dan Terapi Intensif di RSUP Prof
tetapi tidak menyenangkan dan membuat Kandou Manado periode November 2013 –
pasien merasa tidak puas dengan perawatan Januari 2014, terkumpul 18 pasien dengan
yang dijalaninya.4 sectio caesarea dan yang menjadi sampel
Insiden mual dan muntah yang terjadi penelitian 10 pasien. Tabel 1 menunjukan
dalam waktu 24 jam setelah pembedahan perbedaan umur tidak berpengaruh dalam
ialah 20-30%. Sekitar 70-80% kejadian kejadian mual-muntah pasca operasi sectio
terjadi pada pasien dengan risiko tinggi. caesarea.
Penyebab mual dan muntah diduga bersifat Tabel 2 menunjukkan obesitas
multi faktorial, antara lain meliputi faktor merupakan salah satu risko dalam kejadian
individual, anestesi, dan factor risiko mual – muntah pasca operasi sectio
pembedahan. Teknik anestesi yang ideal caesarea.
dalam mencegah mual-muntah ialah Tabel 3 menunjukkan perbedaan tinggi
menghindari anestesi volatile serta tidak badan tidak berpengaruh dalam kejadian
adanya yeri, kecemasan, hipotensi dan mual-muntah pasca operasi sectio caesarea.
dehidrasi.2

801
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015

Tabel 1. Data berdasarkan umur kelompok, kelompok pertama ialah


kelompok ondansentron dan kelompok
No Umur Mual – kedua ialah kelompok deksametason.
Muntah Berdasarkan Tabel 6, dari sampel
1 37 Ya dengan kelompok ondansentron didapatkan
2 39 Tidak yang masih mengalami mual – muntah 3
3 38 Tidak orang (60%).
4 38 Ya
5 29 Tidak Tabel 4. Data berdasarkan lama operasi
6 42 Ya
7 41 Ya No Lama OP Mual – Muntah
8 26 Ya 1 75 Ya
9 26 Ya 2 80 Tidak
10 40 Ya 3 80 Tidak
4 60 Ya
5 80 Tidak
Tabel 2. Data berdasarkan berat badan 6 70 Ya
7 80 Ya
No BB Mual – muntah 8 90 Ya
1 73,8 Ya 9 75 Ya
2 56,1 Tidak 10 80 Ya
3 60 Tidak
4 63 Ya
5 65 Tidak Tabel 5. Data kasus sectio caesrea dengan
6 71 Ya anestesi regional periode Desember 2013 –
7 72 Ya Januari 2014
8 101 Ya
9 70 Ya No Umur BB TB Lama OP
10 65 Ya
1 37 73,8 156 75
2 39 56,1 151 90
Tabel 3. Data berdasarkan tinggi badan 3 38 60 148 80
4 38 63 157 60
No TB Mual - Muntah
5 29 65 148 80
1 156 Ya
2 151 Tidak 6 42 71 154.5 70
3 148 Tidak 7 41 72 155 80
4 157 Ya 8 36 101 153 90
5 148 Tidak 9 26 70 155 75
6 154,5 Ya 10 40 65 152 80
7 155 Ya
8 153 Ya Tabel 6. Kelompok Ondansentron
9 155 Ya
10 152 Ya No Umur BB TB Lama Efek
OP Mual-
Muntah
Tabel 4 menunjukkan lama opersasi 1 37 73.8 156 75 Ya
tidak berpengaruh dalam kejadian mual – 2 39 56.1 151 90 Tidak
muntah pasca operasi sectio caesarea.
3 29 65 148 80 Tidak
Tabel 5 memperlihatkan jumlah
sampel yang didapatkan di IBS operasi 4 41 72 155 80 Ya
sectio caesarea dengan anestesi regional. 5 26 70 155 75 Ya
Dari keseluruhan sampel didapatkan 2
802
Tewu, Posangi, Kumaat: Perbandingan mual-muntahpremedikasi dengan ...

Berdasarkan Tabel 7, pada sampel menunjukkan tidak terdapat perbedaan


kelompok deksametason didapatkan yang bermakna antara ondansetron dengan
masih mengalami mual – muntah 4 orang deksametason dalam mencegah mual-
(80%). Gambar 1 memperlihatkan bahwa muntah
pada penggunaan deksametason lebih
didapatkan mual – muntah dari pada 4,5
ondansentron. 4
3,5
3
Tabel 7. Kelompok Deksametason 2,5
2 Mual -
1,5 Muntah
No Umur BB TB Lama Efek Mual- 1
OP Muntah 0,5 Tidak Mual -
0
Muntah
1 38 60 148 80 Tidak
2 38 63 157 60 Ya
3 42 71 154.5 70 Ya
4 36 101 153 90 Ya
5 40 65 152 80 Ya
Gambar 1. Grafik Perbandingan
Dari hasil uji statistik dengan Ondansetron Dengan Deksametason Dalam
menggunakan chi square (Tabel 8), di Mencegah Mual – Muntah Pasca Operasi
temukan nilai p 0,490 (>0,05) yang Sectio Caesarea.

Tabel 8. Chi – square test

Value df Asymp. Sig.(2- Exact Sig. Exact Sig.


sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi-Square 476 1 .490


Continuty Correctionb 000 1 1.000

Likelihood Ratio 483 1 487


Fisher’s Exact Test 1.000 .500
N of Valid Cases 10
a. < 0.05 = ada perbedaan
b. >0.05 = tidak ada perbedaan bermakna

BAHASAN kelompok deksametason 5 sampel.


Berdasarkan sampel-sampel yang Pada kelompok ondansentron dari 5
didapatkan di IBS RSUP Prof. Dr. R. D. sampel ditemukan 3 yang mengalami mual
Kandou Manado didapatkan bahwa jumlah - muntah dan 2 yang tidak mengalami mual
operasi section caesaera dari Desember -muntah, sedangkan pada kelompok
2013 – Januari 2014 ada 20 pasien dengan deksametason dari 5 sampel ditemukan 4
anestesi regional; yang menjadi sampel yang mengalami mual – muntah dan hanya
hanya 10 sampel. 1 yang tidak mengalami mual – muntah.
Dari 10 sampel di kelompokkan Hasil penelitian dengan menggunakan
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok Chi square test, di temukan tidak ada
ondansentron dan kelompok deksametason. perbedaan bemakna antara ondansetron
Kelompok ondansentron 5 sampel dan dengan deksametason dalam mencegah
803
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 3, September-Desember 2015

mual – muntah karena nilai P yang didapat 5. USU Institutional Repository. Perbandingan
lebih dari 0,05. ondansetron dan deksametason dalam
Dari penelitian juga didapatkan mencegah mual-muntah. 2010.
obesitas merupakan salah satu faktor risiko 6. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR.
yang menyebabkan mual – muntah pasca Petunjuk praktis Anestesiologi (2nd
ed.). Jakarta: Fakultas Kedokteran
operasi sectio caesarea.
Universitas Indonesia, 2002; p. 31-2.
7. Muhtadi IK. Vomiting dan nausea. 2011 Jul
SIMPULAN 10[cited 2012 oct 24] available from:
Dari hasil penelitian yang didapat di http://indramuhtadi.weebly.com/2/post/
IBS RSU Prof.R.D.Kandou manado, bahwa 2011/10/topik-ke-65-vomiting-
tidak terdapat perbedaan bermakna antara nausea.html.
ondansetron dengan deksametason dalam 8. Nurwinarsih F. Perbandingan efektifitas
mencegah mual –muntah. Obesitas adalah premedikasi ondansetron dan
salah satu risiko yang menyebabkan deksametason dalam mencegah mual
kejadian mual-muntah pasca operasi pasien dan muntah pasca operasi [Skripsi].
sectio caesarea. Surakarta: Fakultas Kedokteran Sebelas
Maret; 2009.
9. Dinda. Mekanisme muntah. 2008 Apr 15
DAFTAR PUSTAKA [cited 2012 Oct 24]. Available from :
1. Ecase. Manajemen pencegahan PONV pada http://medicafarma.blogspot.com/2008/
tindakan ekstirpasi fibroadeno ma
04/mekanisme-muntah.html.
mammae. 2012 Jun 27 [cited 2012 oct
10. Medlinux. Factor resiko mual dan muntah
22]. Available from:
pasca operasi. 2007 Sept 9 [cited 2012
http://www.fkumyecase.net/wiki/index.
Oct 24]. Available from:
php?page=Manajemen+Pencegahan+P
http://medlinux.blogspot.com/2007/09/f
ONV+%28Post+Operative+Nausea+an
aktor-resiko-mual-dan-muntah.html.
d+Vormitting%29+pada+Tindakan+Ek
11. Stoelting R, Hillier S. Pharmacology &
stirpasi+Fibroadenoma+Mammae.
Physiology in Anesthetic Practice (4th
2. Farmacia. Pedoman manajemen muntah ed.). Philadelphia: Lippincott Williams
setelah pembedahan. 2012 Sept [cited & Wilkins, 2006.
2012 Oct 23]. Available from: 12. Farmakologi dan Terapi (4th ed.). Jakarta:
http://www.majalah- Bagian Farmakologi Fakultas
farmacia.com/rubrik/onenews.asp?IDN Kedokteran Universitas Indonesia,
ews=2671. 1995.
3. Siregar D. Perbandingan kombinasi 13. Lobato E, Gravenstein N, Kirby R.
ondansetron 2mg iv dengan Complication in Anesthesiology,
deksametason 4mg iv dan ondansetron Philadelphia: Lippincott Williams &
4mg iv dengan deksametason 4mg iv Wilkins, 2008.
sebagai profilaksis pada pasien resiko 14. Stoelting R, Miller R. Basic of Anesthesia
tinggi mual-muntah setelah operasi (5th ed.). Churchill Livingstone, 2007.
yang menjalani tindakan operasi 15. Gan TJ. Consensus guidelines for
dengan anestesi umum intubasi [Tesis]. managing postoperative nausea and
Medan: Fakultas Kedokteran USU; vomiting. Anesth Analg. 2003;97:62-
2011. 71.
4. Gwinutt CL. Catatan kuliah Anestesi klinis
(3rd ed.). Jakarta: EGC, 2011; p. 97.

804

Anda mungkin juga menyukai