BAB I
PENDAHULUAN
1
Ada berbagai macam definisi agama. Ada kata agama, din (bahasa Arab), religion
(bahasa Inggris), dan ada religie (bahasa Belanda). Ada yang berpendapat bahwa kata agama
berasal dari bahasa Sansekerta : a berarti tidak, dan gama berarti kacau, kocar-kacir. Jadi agama
berarti tidak kacau, kocar-kacir, melainkan teratur. Pendapat lain, walaupun dari segi asal-usul
kata sependapat, berbeda pendapat dari segi akar katanya. Agama berasal dari akar kata gam yang
berarti pergi, kemudian diberi awalan a sehingga menjadi agam yang berarti kebalikan dari pergi,
yaitu datang, kalau diberi akhiran a maka menjadi agama yang mempunyai arti kedatangan.
Pendapat lain lagi mengatakan bahwa agama berasal dari kata a yang berarti tidak, dan gam yang
berarti pergi. Jadi agama berarti tidak pergi. Agama dalam bahasa Arab adalah din yang menurut
seorang ulama Islam berarti : “aturan-aturan yang berasal dari Tuhan yang harus ditaati dan
dikerjakan oleh manusia demi kebahagiaan manusia itu sendiri baik di dunia maupun di akhirat
nanti”. Jadi mesti merupakan aturan Tuhan. Lihat : Endang Sarfuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan
Agama (Surabaya : Bina Ilmu, 1987) hlm. 122-123
2
Jalaludin Rakhmad, Psikologi Agama (Jakarta : Rajawali, 1996) hlm. 154-155
3
Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama (Jakarta : Ghalia Indonesia & UMM Press,
2002) hlm. 29.
2
1. Maraknya kasus balapan yang terjadi pada anak dibawah umur baik
laki-laki maupun perempuan.
1. Interview
2. Studi Pustaka
Mencari informasi dan data melalui buku, jurnal dan website internet.
Makalah ini digunakan sebagai tugas Ujian Akhir Semester dan menjadi
sarana untuk menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan
teori yang telah didapat dari mata kuliah yang telah diterima ke dalam penelitian
yang sebenarnya.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
4
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, Rajawali Pers Citra Niaga Buku Perguruan
Tinggi, Jakarta, 1994, hlm 7.
5
ibid,
6
A.G. Honig, Jr, Ilmu Agama, Badan Penerbit Kristen, Jakarta, 1996, hlm.68
5
Setelah bangsa mendatang tadi menetap di dataran sungai Sindhu yang subur,
bercamurlah mereka lama kelamaan dengan penduduk asli bangsa Dravida.7
Secara historis, kelahiran agama Hindu dilatarbelakangi oleh akulturasi
kebudayaan antara suku Arya sebagai bangsa pendatang dari Iran dan Dravida
sebagai penduduk asli India. Bangsa Arya masuk ke India kira-kira tahun 1500
SM. Dengan segala kepercayaan dan kebudayaan yang bersifat vedawi, telah
menjadi thesa disatu pihak, dan kepercayaan bangsa Dravida yang animis telah
menjadi antitesa di lain pihak. Dari sinkritisme antara keduanya, maka lahir
agama Hindu (Hinduisme) sebagai synthesa. Dibawah ini adalah Tiga Periode
Perkembangan Agama Hindu:
a. Zaman Weda Kuno.
Para ahli sejarah menyatakan bahwa pendatang baru ini adalah Indo-Eropa
yang menyambut diri mereka sebagai bangsa Arya. Untuk mengetahui peradaban
dan agama bangsa Arya ini dapat terlihat dari isi kitab Weda yang merupakan
puji-pujian yang masyhur dan terdiri dari empat yang termasyhur, yakni Reg
Weda, Yajur Weda, Sama Weda Atarwa Weda. 8
1. Rig Weda, berisi mantera-mantera dalam bentuk nyanyian digunakan untuk
mengundang para dewa agar hadir pada upacara-upacara korban yang
dipersembahkan pada mereka (dewa-dewa), Imam-imam atau pendeta yang
mengajukan pujian ini disebut: Hotr.
2. Sama Weda, hampir sama dengan Rig Weda, hanya diberi “sama” atau lagu.
Imam atau pendeta yang menyanyikannya disebut Udgatr.
3. Yayur Weda, yang berisi Yayur atau rapal. Rapal tersebut dipakai untuk
mengubah korban menjadi makanan para dewa. Pendeta atau Imamnya
disebut: Adwaryu.
4. Atharwa Weda, berisi mantera-mantera khusus untuk menyembuhkan orang
sakit, mengusir roh jahat dan sebagainya. Dipimpin oleh Atharwan
(Golongan pendea sendiri).9
7
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, Rajawali Pers Citra Niaga Buku Perguruan
Tinggi, Jakarta, 1994, hlm 8.
8
Khotimah, Agama Hindu dan Jaran-Ajaranya, Daulat Riau Ikatan IKAPI, Pekanbaru-Riau,
2009, hlm.6.
9
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, Rajawali Pers Citra Niaga Buku Perguruan
Tinggi, Jakarta, 1994,hlm.9
6
b. Zaman Brahmana
Seiring dengan berjalannya waktu, kaum indo Arya maju melewati Punjab
dan memasuki lembah Gangga dan Jamuna. Mereka berhasil mengalahkan
peradaban penduduk asli serta diturunkan derajatnya menjadi budak (sudra).
Selama priode ini juga berlangsung pertempuran di dalam masyarkat Indo Arya
sendiri di antara para perwira (kesatria) dan ulama (Brahmana). Pada awanya para
kesatria berada pada kasta teratas, namun pada masa ini justru kaum Brahmana
meningkat sebagai golongan paling tinggi dan paling berkuasa. Lambat laun
mereka mendapat kesenangan, dan hampir mendekati tingkat ketuhanan serta
diberikan kepada mereka kehormatan sebagai kasta yang paling tinggi. 10
Penyebab timbulnya kasta-kasta di dalam agama hindu adalah karena
datangnya bangsa Arya yang datang ke India dari utara yang mengslshksn secara
kultur bangsa Dravida. Mereka bukan saja mengadakan percampuran agama,
tetapi juga mencampurkan adat istiadat dan kebudayaan. Tetapi karena bangsa
Arya memliki kebudayaan yang lebh dominan , maka unsur kebudayaan mereka
itulah yang lebih unggul (dominan) terhadap kebudayaan bangsa Dravida. Dari
bangsa Arya itu pula yang melahirkan golongan pendeta, tentara, raja-raja serta
golongan saudagar atau orangorang kaya. Sedangkan bangsa Dravida, terkecuali
sebagaian kecil yang berhubungan perkawinan dengan bangsa Arya, umunya
membentuk golongan petani miskin dan pekerja kasar, tukang-tukang serta
pesuruh dari ketiga golongan pertama. Dengan demikian terbentuklah empat
macam kasta dalam kehidupan bangsa India yang diperkuat oleh ajaran agama
Hindu, yaitu:
1. Kasta Brahmana
Kelompok ini adalah mereka yang memiliki kecerdasan yang tinggi,
mengerti tentang kitab suci, ketuhanan dan ilmu pengetahuan. Para brahmana
memiliki kewajiban sebagai penasehat pada kaum kesatria dalam melaksanakan
roda pemerintahan. Rsi, pedanda, pendeta, pastur, dan pemuka-pemika agama
lainnya, dokter, ilmuwan, guru dan profesi yang sejenis dapat digolongkan ke
dalam kasta Brahmana.
10
Khotimah, Agama Hindu dan Jaran-Ajaranya, Daulat Riau Ikatan IKAPI, Pekanbaru-Riau,
2009, hlm.9.
7
2. Kasta Ksatria
Yang masuk dalam kelompok ini adalah mereka yang memiliki sikap
pemberani, jujur, tangkas dan memiliki kemampuan managerial dalam dunia
pemerintahan. Mereka yang masuk ke dalam golongan kasta Ksatria ini antara
lain: raja/pemimpin Negara, aparatur Negara, prajurit/angkatan bersenjata.
3. Kasta Waisya
Kelompok Waisya adalah adalah kelompok yang mana mereka memiliki
keahlian berbisnis, bertani dan berbagai profesi lainya yang bergerak dalam
bidang ekonomi. Mereka yang malam dalam kasta ini diantaranya adala
pedagang, nelayan, pengusaha dan sejenisnya.
4. Kasta Sudra
Adalah mereka yang memiliki kecerdasan terbatas, sehingga mereka lebih
cenderung bekerja dengan kekuatan fisik, bukan otak. Contoh profesi sudra adalah
pembantu rumah tangga, buruh angkat barang, tukang becak dan sejenisnya.11
c. Zaman Upanisyad
Zaman Upanisyad adalah zaman dimana ajaaranajaran Hindu telah
berpengaruh pada ajaran filsafat.karena itu wajar jika pada zaman ini banyak
kritikan-kritikan terhadap ajaran-ajaran yang lebih memprioritaskan tentang ajaran
Brahma, apalagi tentang upacara-upacara pengorbanan. Karena itu disebutan
bahwa pada zaman Upanisyad menandakan suatu reaksi terhadap kaum brahmana
yang telah menanamkan suatu system upacara agama yang terlalu sulit dicerna
akal.
Pada zaman Upanisyad ini ajaran-ajaran Agama Hindu telah diwarnai oleh
ajaran-ajaran filsafat, karena itu kritikan-kritikan terhadap zaman Brahma banyak
dilakukan, dengan demikian hal yang terpenting dalam masa ini adalah adanya
perbaikan-perbaikan lebih baik dan sempurna dari zaman-zaman sebelumnya.
Isi kitab Upanishad berbentuk dialog antara guru dan muridnya, atau
antara seorang brahmana dengan brahmana lainya. Di dalamnya terdapat uraian
filosofis tentang Atman, Brahman, Karma, Samsara dan Mokhsa, yang kemudian
dijadikan Pancasradha Hindu. Upanishad sering juga disebut Wedata, artinya
11
ibid, hlm.12-13
8
akhir weda. Ada banyak kitab Upanishad, yang jelas lebih dari 100 buah. Dengan
singkat, masa Upanishad (750-550) ini merupakan permulaan kesuburan filsafat.12
12
ibid, hlm.15-16.
13
Haryanto, Sindung. 2015. Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Post Modern. Yogyakarta: Ar
Ruzz Media. Hal. 41-45
9
BAB III
METODE PENELITIAN
BAB IV
sekolah untuk Umat Hindhu yaitu sekolah Tri Murti baik untuk SMP dan SMA.
Dalam sekoalah ini bukan merta di kususkan pada Umat Hindhu saja melainkan
Agama lain boleh ikut serta bersekolah di sekolah Tri Murti.14
Dampak globalisasi terhadap praktik agama merupakan salah satu isu yang
menjadikajian sosiologi agama selain isu-isu lain, seperti sekulerisasi, ideologi,
solidaritas, identitas, dandiversitas agama. Isu-isu tersebut menjadi bagian dari
dua tema sentral sosiologi agama, yaki peran dan arti penting agama/kepercayaan
serta praktik agama pada komunitas atau kelompoktertentu dimasyarakat.
Terdapat kaitan erat antara globalisasi dan agama. Dalam hal ini menurutBeyer,
isu mengenai globalisasi beriringan dengan munculnya kesadaran mengenai posisi
dan peran agama. Istilah globalisasi itu sendiri baru dikenal dalam perdebatan
ilmiah sejak dekade1980-an. Globalisasi sering dikaitkan dengan sekulerisasi,
tetapi sebenarnya semakin sulit untukmenilai apakah sekulerisai benar-benar
merupakan fenomena yang terjadi saat ini ataumerupakan “masa depan” agama.
Berkembangnya fundamentalisme, misalnya, mengindikasikan bahwa agama
tidak pernah mengalami penurunan atau kemunduran sebagaimana
diperkirakan banyak orang. Justru saat ini berkembang kecenderungan para ahli
untuk mencermati diversitas agama yang sebagian merupakan implikasi langsung
migrasi trans nasional.15
Dalam perspektif global, jika dibandingkan dengan domain institusional
lain, agama modern tampak merupakan institusi yang ganjil atau tidak biasa
karena sangat kompetitif dancepat berubah. Agama merupakan institusi yang
berada dalam kondisi ketidak pastian. Agama merupakan sistim institusi global
yang lebih lekat daripada institusi lain yang non agama. Jika dibandingkan
institusi ekonomi dan politik, agama merupakan institusi yang powerfull. Krisis
yang terjadi pada institusi ekonomi dan politik menyebabkan terjadi banyak
gangguan, bahkan social chaos. Sementara kelemahan dan kekuatan institusi
agama di berbagai tempat tidakmenimbulkan kekuatan serius. Meskipun
14
Hasil Wawancara Dengan Ibu Suwariyati. Pengurus Pura Kahyang Jagad Kendalisodo. Desa
Karangpandan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang Pada Tanggal 11 Mei 2019
15
Ibid.
12
16
Ibid. hal. 47
13
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Dengan adanya era globalisasi dimana segala sesuatu mudah peroleh,
tentuanya hal ini memiliki nilai atau dampak positif maupun negatif. Dalam hal
ini tentu yang dikhawatirkan pasti mengenai dampak negatif yang dipengaruhi
oleh proses globalisasi. Misalnya kasus pergaulan bebas, balapan liar dan segala
bentuk penyimpangan sosial lainnya yang dilakukan oleh kalangan remaja. Oleh
karena itu diperlukan kontrol serta pengawasan dari pihak keluarga, sekolah dan
juga kebijakan pemerintah. Agar terbentuk generasi penerus yang mampu
menggunakan produk globalisasi secara bijak dan terbentuk nilai budi pekerti
serta karakter yang luhur.
14
DAFTAR PUSTAKA
Haryanto, Sindung. 2015. Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Post Modern.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Khotimah. 2009. Agama Hindu dan Jaran-Ajaranya, Daulat Riau Ikatan IKAPI,
Pekanbaru-Riau.
15
LAMPIRAN
16