Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal,


dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berpikir dan polapola
perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut “agama” (religious).1 Ellis, tokoh
terapi kognitif behavioral menulis dalam Journal of Counseling and Clinical
Psychology terbitan 1980. Agama yang dogmatis, ortodoks dan taat (yang
mungkin kita sebut sebagai kesalehan) bertoleransi sangat signifikan dengan
gangguan emosional orang umumnya menyusahkan dirinya dengan sangat
mempercayai kemestian, keharusan dan kewajiban yang absolut. Orang sehat
secara emosional bersifat lunak, terbuka, toleran dan bersedia berubah, sedang
orang yang sangat relegius cenderung kaku, tertutup, tidak toleran dan tidak mau
berubah, karena itu kesalehan dalam berbagai hal sama dengan pemikiran tidak
rasional dan gangguan emosional.2 Banyak dari apa yang berjudul agama
termasuk dalam superstruktur, agama terdiri atas tipe-tipe simbol, citra,
kepercayaan dan nilai-nilai spesifik dengan mana makhluk manusia
menginterpretasikan eksistensi mereka, akan tetapi karena agama juga
mengandung komponen ritual maka sebagian agama tergolong juga dalam
struktur sosial.3

1
Ada berbagai macam definisi agama. Ada kata agama, din (bahasa Arab), religion
(bahasa Inggris), dan ada religie (bahasa Belanda). Ada yang berpendapat bahwa kata agama
berasal dari bahasa Sansekerta : a berarti tidak, dan gama berarti kacau, kocar-kacir. Jadi agama
berarti tidak kacau, kocar-kacir, melainkan teratur. Pendapat lain, walaupun dari segi asal-usul
kata sependapat, berbeda pendapat dari segi akar katanya. Agama berasal dari akar kata gam yang
berarti pergi, kemudian diberi awalan a sehingga menjadi agam yang berarti kebalikan dari pergi,
yaitu datang, kalau diberi akhiran a maka menjadi agama yang mempunyai arti kedatangan.
Pendapat lain lagi mengatakan bahwa agama berasal dari kata a yang berarti tidak, dan gam yang
berarti pergi. Jadi agama berarti tidak pergi. Agama dalam bahasa Arab adalah din yang menurut
seorang ulama Islam berarti : “aturan-aturan yang berasal dari Tuhan yang harus ditaati dan
dikerjakan oleh manusia demi kebahagiaan manusia itu sendiri baik di dunia maupun di akhirat
nanti”. Jadi mesti merupakan aturan Tuhan. Lihat : Endang Sarfuddin Anshari, Ilmu Filsafat dan
Agama (Surabaya : Bina Ilmu, 1987) hlm. 122-123
2
Jalaludin Rakhmad, Psikologi Agama (Jakarta : Rajawali, 1996) hlm. 154-155
3
Ishomuddin, Pengantar Sosiologi Agama (Jakarta : Ghalia Indonesia & UMM Press,
2002) hlm. 29.
2

1. Desa Karang Pandan adalah desa yang terletak diKecamatan Pakisaji


Kabupaten Malang, dimana pada Desa tersebut memiliki banyak
kebuidayaan. Hal ini pengaruhi oleh keberadaan agama yang terdapat
didalamnya. Karena di Desa Karang Pandan masayarakatnya terdiri dari
beberapa golongan agama, yaitu agama Islam dan Hindu.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang ditulis, kami memberikan identifikasi masalah


yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut:

1. Maraknya kasus balapan yang terjadi pada anak dibawah umur baik
laki-laki maupun perempuan.

2. Pengaruh konten senonoh, obat-obatan, dan minuman keras terhadap


perilaku remaja.

3. Kurangnya perhatian orang tua dan pemerintah terhadap anak.

1.3 Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal-usul Agama Hindu Desa Karang Pandan Kecamatan


Pakisaji Kabupaten Malang.

2. Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap nilai Agama Hindu di Desa


Karang Pandan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Ingin memahami pengaruh globalisasi terhadap nilai Agama di Desa


Karang Pandan.

2. Ingin memahami pengaruh Agama terhadap kebudayaan di Desa


Karang Pandan.

3. Ingin Mengetahui jenis-jenis kebudayaan yang ada di Desa Karang


Pandan.
3

1.5 Ruang Lingkup Studi

1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah

Lingkup wilayah dalam observasi ini adalah Desa Karang Pandan,


yang terletak di wilayah Kecamatan Pakisaji, Kabupaten Malang Provinsi
Jawa Timur. Di Desa Karangpandan kami melakukan observasi di
beberapa tempat di antaranya, Pura Kahiyangan Jagad Kendalisodo,
tempat sakral atau warga sekitar sering menyebutnya dengan istilah
“Punden.”

1.5.2 Ruang Lingkup Studi

Pencarian fakta dilakukan dengan berbagai cara untuk dapat


mengumpulkan data, fakta dan informasi yang didapat, yaitu:

1. Interview

Wawancara secara langsung untuk mendapatkan bahan terhadap pengaruh


globalisasi terhadap nilai yang ada dimasyrakat

2. Studi Pustaka

Mencari informasi dan data melalui buku, jurnal dan website internet.

1.6 Manfaat Penelitian

Makalah ini digunakan sebagai tugas Ujian Akhir Semester dan menjadi
sarana untuk menambah wawasan dan kemampuan berpikir mengenai penerapan
teori yang telah didapat dari mata kuliah yang telah diterima ke dalam penelitian
yang sebenarnya.
4

BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Agama Hindu di Indonesia

Dalam membicarakan agama Hindu, perlu mengetahui sejarah yang panjang


dari gejala-gejala keagamaan yang telah terlebur di dalam agama Hindu. Dimulai
dari zaman Perkembangan kebudayaan-kebudayaan besar di Mesopotamia dan
Mesir. Karena rupanya antara tahun 3000 dan 2000 sebelum Masehi di lembah
Sungai Sindhu (Indus) sudah ada bangsa-bangsa yang peradabanya menyerupai
kebudayaan bangsa Sumeria di daerah sepanjang pantai dari Laut Tengah sampai
ke Teluk Benggala. Rentangan daerah antara tempat-tempat di sepanjang pantai
dari Laut Tengah samapai Teluk Benggala terdapat peradaban yang sama, yang
sedikit demi sedikit meningkat kepada perkembangan yang tinggi.4
Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa di Punjab dan di sebelah utara
Karachi, ditemukan puing-puing kota yang sangat tua yang berasal dari masa
2500-2000 sebelum Masehi, yang memberikan gambaran tentang suatu
masyarakat yang teratur baik.5Penduduk india pada zaman itu terkenal sebagai
bangsa Dravida. Mula-mula mereka tiggal tersebar di seluruh negeri, tetapi lama
kelamaan hanya tinggal di sebelah selatan dan memeritah negerinya sendiri,
karena mereka di sebelah utara hidup sebagai orang taklukan dan bekerja pada
bangsa-bangsa yang merebut negeri itu. Bangsa Dravida adalah bangsa yang
berkulit hitam dan berhidung pipih, berpawakan kecil dan berambut keriting.6
Antara tahun 2000 dan 1000 sebelum Masehi dari sebelah utara masuk ke
India kaum Ara, yang memisahkan diri dari kaum sebangsanya di iran yang
memasuki India melalui jurang-jurang di pegunungan Hindhu Kush. Bangsa Arya
itu serumpun dengan bangsa Jerman, Yunani, Romawi dan bangsa-bangsa lain di
Eropa dan Asia. Mereka tergolong dalam apa yang kita sebut rumpun bangsa
Indo-Jerman. Mereka berkulit putih dan berbadan tegap, bentuk hidungnya
melengkung sedikit. Namun peradabanya lebih rendah dari bangsa Dravida.

4
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, Rajawali Pers Citra Niaga Buku Perguruan
Tinggi, Jakarta, 1994, hlm 7.
5
ibid,
6
A.G. Honig, Jr, Ilmu Agama, Badan Penerbit Kristen, Jakarta, 1996, hlm.68
5

Setelah bangsa mendatang tadi menetap di dataran sungai Sindhu yang subur,
bercamurlah mereka lama kelamaan dengan penduduk asli bangsa Dravida.7
Secara historis, kelahiran agama Hindu dilatarbelakangi oleh akulturasi
kebudayaan antara suku Arya sebagai bangsa pendatang dari Iran dan Dravida
sebagai penduduk asli India. Bangsa Arya masuk ke India kira-kira tahun 1500
SM. Dengan segala kepercayaan dan kebudayaan yang bersifat vedawi, telah
menjadi thesa disatu pihak, dan kepercayaan bangsa Dravida yang animis telah
menjadi antitesa di lain pihak. Dari sinkritisme antara keduanya, maka lahir
agama Hindu (Hinduisme) sebagai synthesa. Dibawah ini adalah Tiga Periode
Perkembangan Agama Hindu:
a. Zaman Weda Kuno.
Para ahli sejarah menyatakan bahwa pendatang baru ini adalah Indo-Eropa
yang menyambut diri mereka sebagai bangsa Arya. Untuk mengetahui peradaban
dan agama bangsa Arya ini dapat terlihat dari isi kitab Weda yang merupakan
puji-pujian yang masyhur dan terdiri dari empat yang termasyhur, yakni Reg
Weda, Yajur Weda, Sama Weda Atarwa Weda. 8
1. Rig Weda, berisi mantera-mantera dalam bentuk nyanyian digunakan untuk
mengundang para dewa agar hadir pada upacara-upacara korban yang
dipersembahkan pada mereka (dewa-dewa), Imam-imam atau pendeta yang
mengajukan pujian ini disebut: Hotr.
2. Sama Weda, hampir sama dengan Rig Weda, hanya diberi “sama” atau lagu.
Imam atau pendeta yang menyanyikannya disebut Udgatr.
3. Yayur Weda, yang berisi Yayur atau rapal. Rapal tersebut dipakai untuk
mengubah korban menjadi makanan para dewa. Pendeta atau Imamnya
disebut: Adwaryu.
4. Atharwa Weda, berisi mantera-mantera khusus untuk menyembuhkan orang
sakit, mengusir roh jahat dan sebagainya. Dipimpin oleh Atharwan
(Golongan pendea sendiri).9

7
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, Rajawali Pers Citra Niaga Buku Perguruan
Tinggi, Jakarta, 1994, hlm 8.
8
Khotimah, Agama Hindu dan Jaran-Ajaranya, Daulat Riau Ikatan IKAPI, Pekanbaru-Riau,
2009, hlm.6.
9
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, Rajawali Pers Citra Niaga Buku Perguruan
Tinggi, Jakarta, 1994,hlm.9
6

b. Zaman Brahmana
Seiring dengan berjalannya waktu, kaum indo Arya maju melewati Punjab
dan memasuki lembah Gangga dan Jamuna. Mereka berhasil mengalahkan
peradaban penduduk asli serta diturunkan derajatnya menjadi budak (sudra).
Selama priode ini juga berlangsung pertempuran di dalam masyarkat Indo Arya
sendiri di antara para perwira (kesatria) dan ulama (Brahmana). Pada awanya para
kesatria berada pada kasta teratas, namun pada masa ini justru kaum Brahmana
meningkat sebagai golongan paling tinggi dan paling berkuasa. Lambat laun
mereka mendapat kesenangan, dan hampir mendekati tingkat ketuhanan serta
diberikan kepada mereka kehormatan sebagai kasta yang paling tinggi. 10
Penyebab timbulnya kasta-kasta di dalam agama hindu adalah karena
datangnya bangsa Arya yang datang ke India dari utara yang mengslshksn secara
kultur bangsa Dravida. Mereka bukan saja mengadakan percampuran agama,
tetapi juga mencampurkan adat istiadat dan kebudayaan. Tetapi karena bangsa
Arya memliki kebudayaan yang lebh dominan , maka unsur kebudayaan mereka
itulah yang lebih unggul (dominan) terhadap kebudayaan bangsa Dravida. Dari
bangsa Arya itu pula yang melahirkan golongan pendeta, tentara, raja-raja serta
golongan saudagar atau orangorang kaya. Sedangkan bangsa Dravida, terkecuali
sebagaian kecil yang berhubungan perkawinan dengan bangsa Arya, umunya
membentuk golongan petani miskin dan pekerja kasar, tukang-tukang serta
pesuruh dari ketiga golongan pertama. Dengan demikian terbentuklah empat
macam kasta dalam kehidupan bangsa India yang diperkuat oleh ajaran agama
Hindu, yaitu:
1. Kasta Brahmana
Kelompok ini adalah mereka yang memiliki kecerdasan yang tinggi,
mengerti tentang kitab suci, ketuhanan dan ilmu pengetahuan. Para brahmana
memiliki kewajiban sebagai penasehat pada kaum kesatria dalam melaksanakan
roda pemerintahan. Rsi, pedanda, pendeta, pastur, dan pemuka-pemika agama
lainnya, dokter, ilmuwan, guru dan profesi yang sejenis dapat digolongkan ke
dalam kasta Brahmana.

10
Khotimah, Agama Hindu dan Jaran-Ajaranya, Daulat Riau Ikatan IKAPI, Pekanbaru-Riau,
2009, hlm.9.
7

2. Kasta Ksatria
Yang masuk dalam kelompok ini adalah mereka yang memiliki sikap
pemberani, jujur, tangkas dan memiliki kemampuan managerial dalam dunia
pemerintahan. Mereka yang masuk ke dalam golongan kasta Ksatria ini antara
lain: raja/pemimpin Negara, aparatur Negara, prajurit/angkatan bersenjata.
3. Kasta Waisya
Kelompok Waisya adalah adalah kelompok yang mana mereka memiliki
keahlian berbisnis, bertani dan berbagai profesi lainya yang bergerak dalam
bidang ekonomi. Mereka yang malam dalam kasta ini diantaranya adala
pedagang, nelayan, pengusaha dan sejenisnya.
4. Kasta Sudra
Adalah mereka yang memiliki kecerdasan terbatas, sehingga mereka lebih
cenderung bekerja dengan kekuatan fisik, bukan otak. Contoh profesi sudra adalah
pembantu rumah tangga, buruh angkat barang, tukang becak dan sejenisnya.11
c. Zaman Upanisyad
Zaman Upanisyad adalah zaman dimana ajaaranajaran Hindu telah
berpengaruh pada ajaran filsafat.karena itu wajar jika pada zaman ini banyak
kritikan-kritikan terhadap ajaran-ajaran yang lebih memprioritaskan tentang ajaran
Brahma, apalagi tentang upacara-upacara pengorbanan. Karena itu disebutan
bahwa pada zaman Upanisyad menandakan suatu reaksi terhadap kaum brahmana
yang telah menanamkan suatu system upacara agama yang terlalu sulit dicerna
akal.
Pada zaman Upanisyad ini ajaran-ajaran Agama Hindu telah diwarnai oleh
ajaran-ajaran filsafat, karena itu kritikan-kritikan terhadap zaman Brahma banyak
dilakukan, dengan demikian hal yang terpenting dalam masa ini adalah adanya
perbaikan-perbaikan lebih baik dan sempurna dari zaman-zaman sebelumnya.
Isi kitab Upanishad berbentuk dialog antara guru dan muridnya, atau
antara seorang brahmana dengan brahmana lainya. Di dalamnya terdapat uraian
filosofis tentang Atman, Brahman, Karma, Samsara dan Mokhsa, yang kemudian
dijadikan Pancasradha Hindu. Upanishad sering juga disebut Wedata, artinya

11
ibid, hlm.12-13
8

akhir weda. Ada banyak kitab Upanishad, yang jelas lebih dari 100 buah. Dengan
singkat, masa Upanishad (750-550) ini merupakan permulaan kesuburan filsafat.12

2.2 Teori Globalisasi

Globalisasi diartikan sebagai proses yang menghasilkan dunia tunggal.


Masyarakat di seluruhdunia menjadi saling tergantung disemua aspek kehidupan:
politk, ekonomi, sosial dan budaya. Cakupan kesaling ketergantungan ini benar-
benar mengglobal.
Globalisasi merupakan fenomena yang menunjuk pada meleburnya bata-
batas geografisnegara, terutama dari sisi kultural. Suatu negara bisa menjadi tidak
dapat lagi dibendung berkatkemajuan teknologi. Globalisasi meliputi hampir
semua aspek kehidupan ekonomi, politik,sosial, dan budaya. Peristiwa yang
terjadi di suatu tempat tertentu dapat dengan mudah menjadi peristiwa global.
Demikian pula persoalan yang dihadapi suatu komunitas tertentu dapat pula
segera “menguras” emosi global dan menjadi perhatian kalangan luas. Budaya
yang berkembangdisuatu wilayah tertentu dengan mudah menjadi budaya global
berkat kemajuan teknologikomunikasi dan informasi. Metafora yang sering
digunakan untuk menggambarkan situasi iniialah “kampung dunia” (global
Village). Metafora ini untuk menggambarkan seolah-olah seluruh dunia menyatu
dan tidak lagi terkendala dimensi ruang dan waktu.13

12
ibid, hlm.15-16.
13
Haryanto, Sindung. 2015. Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Post Modern. Yogyakarta: Ar
Ruzz Media. Hal. 41-45
9

BAB III
METODE PENELITIAN

3. 1 Metode Pengumpulan Data

Metode dan instrumen yang sering diartikan sama, padahal berbeda.


Metode dan instrumen ini berkenaan dengan cara bagaimana memperoleh data
yang diperlukan. Dalam metode pengumpulan data ini terdapat jenis sumber data.
Jenis sumber data ialah pengambilan data yang dihimpun langsung oleh peneliti
disebut sumber primer, sedangkan apabila melalui tangan kedua disebut sumber
sekunder.

3.1.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan dari hasil


pengamatan secara langsung, yaitu dimana si peneliti langsung turun ke
lapangan untuk menari informasi mengenai objek penelitia. Dan data
informasi dihasilkan melalui beberapa metode diantaranya, wawancara
dengan narasumber dan pengamatan.

3.1.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh


melalui media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku,
catatan, bukti telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang
tidak dipublikasiakan secara umum. Dalam hal ini peneliti memperoleh
data informasi melalui jurnal pendidikan, buku, dan internet.
10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1 Asal-usul Agama Hindu Desa Karang Pandan Kecamatan Pakisaji


Kabupaten Malang.

Untuk sejarah Agama Hindu di Desa Karangpandan sendiri, telah


berkembnag pada masa lampau atau sekitar masa Kerajaan Singosari, hingga
masa sekarang. Masyarakat Hindhu di Desa ini sendiri memiliki kebudayaan
Hindhu yang berbeda dengan Masyarakat Agama hindhu di daerah lain seperti di
Tengger yang berada di Bromo, dan yang paling unik sendiri Agama Hindhu di
Desa ini tidak mengharuskan upacara ngaben untuk orang yang telah meninggal,
melainkan bisa dikubur seperti orang Islam.
Karena budaya Hindhu sangat kental di Desa ini masih ada kepercayaan
yang sering terdengar di Desa ini seperti kata-kata hukum karma ataupun sesajen
yang berada di rumah-rumah, dijalan-jalan dan di pohon-pohon.
Agama Hindhu di Desa ini berdampingan dengan masyarakat muslim atau
kami menyebutnya dengan orang Islam, karena budaya mereka berdampingan
otomatis di Desa ini ketika ada hajatan-hajatan dari orang Hindhu orang islam ikut
serta membantu atau orang Islam ada hajatan orang Hindhu ikut membantu
adanya hajatan tersebut.
Mulanya Agama Hindhu di Desa ini hanya sekitar kurang lebih 50
KK(Kartu Keluarga) dan sekarang berkembang sekitar kurang lebih menjadi 70
lebih KK(Kartu Keluarga). Berkembangnya masyrakat Agama Hindhu juga
dipengaruhi oleh berkembangnya globalisasi seperti internet, jejaring sosial dan
teknologi informasi.
Berkembangnya globalisasi terhadap Agama hindhu juga tidak semua
berpengaruh positif melainkan juga berdampak yang negatif seperti rusaknya
moral kaum muda atau anak muda dan maraknya pelecehan agama-agama yang
lain. Dalam hal ini hasil penelitian yang kami ketahui masyarakat Hindu sekarang
mulai membatasi internet, jejaring sosial dan teknologi informasi. Terutama mulai
adanya penanaman moral yang dilakukan disekolah atau di pura tersebeut, dan
muali menambah ekstrakulikuler di sekolah. Karena di Desa ini mempunyai
11

sekolah untuk Umat Hindhu yaitu sekolah Tri Murti baik untuk SMP dan SMA.
Dalam sekoalah ini bukan merta di kususkan pada Umat Hindhu saja melainkan
Agama lain boleh ikut serta bersekolah di sekolah Tri Murti.14

2.2 Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Agama di Desa Karang Pandan

Dampak globalisasi terhadap praktik agama merupakan salah satu isu yang
menjadikajian sosiologi agama selain isu-isu lain, seperti sekulerisasi, ideologi,
solidaritas, identitas, dandiversitas agama. Isu-isu tersebut menjadi bagian dari
dua tema sentral sosiologi agama, yaki peran dan arti penting agama/kepercayaan
serta praktik agama pada komunitas atau kelompoktertentu dimasyarakat.
Terdapat kaitan erat antara globalisasi dan agama. Dalam hal ini menurutBeyer,
isu mengenai globalisasi beriringan dengan munculnya kesadaran mengenai posisi
dan peran agama. Istilah globalisasi itu sendiri baru dikenal dalam perdebatan
ilmiah sejak dekade1980-an. Globalisasi sering dikaitkan dengan sekulerisasi,
tetapi sebenarnya semakin sulit untukmenilai apakah sekulerisai benar-benar
merupakan fenomena yang terjadi saat ini ataumerupakan “masa depan” agama.
Berkembangnya fundamentalisme, misalnya, mengindikasikan bahwa agama
tidak pernah mengalami penurunan atau kemunduran sebagaimana
diperkirakan banyak orang. Justru saat ini berkembang kecenderungan para ahli
untuk mencermati diversitas agama yang sebagian merupakan implikasi langsung
migrasi trans nasional.15
Dalam perspektif global, jika dibandingkan dengan domain institusional
lain, agama modern tampak merupakan institusi yang ganjil atau tidak biasa
karena sangat kompetitif dancepat berubah. Agama merupakan institusi yang
berada dalam kondisi ketidak pastian. Agama merupakan sistim institusi global
yang lebih lekat daripada institusi lain yang non agama. Jika dibandingkan
institusi ekonomi dan politik, agama merupakan institusi yang powerfull. Krisis
yang terjadi pada institusi ekonomi dan politik menyebabkan terjadi banyak
gangguan, bahkan social chaos. Sementara kelemahan dan kekuatan institusi
agama di berbagai tempat tidakmenimbulkan kekuatan serius. Meskipun

14
Hasil Wawancara Dengan Ibu Suwariyati. Pengurus Pura Kahyang Jagad Kendalisodo. Desa
Karangpandan Kecamatan Pakisaji Kabupaten Malang Pada Tanggal 11 Mei 2019
15
Ibid.
12

demikian ketiga institusi tersebut berada dalam posisisaling ketergantungan.


Buktinya ekonomi kapitalis tidak dapat bekerja tanpa sistem hukum dan negara
yang sah. Ketiganya bergantung pada sistem pendidikan bagi pengembangan
profesional dan keahlian dan sistem media masa untuk marketing produk,
memopulerkan ilmu pengetahuan ilmiah dan dakwah agama.16
Seperti teori yang telah dijelaskan diatas, bahwasannya dampak dari
adanya globalisasi terhadap nilai-nilai agama Hindu di Desa Karangpandan.
Berdasarkan wawancara dengan pengurus Pura Kahyang Jagad Kendalisodo yang
bernama Ibu Suwariyati bahwasannya dampak dari adanya globalisasi bagi umat
Hindhu di Desa Karangpandan, yaitu pada era sebelum adanya globalisasi
terdapat sebuah kitab yang dirahasiakan. Dengan adanya globalisasi dimana
segala bentuk informasi mudah diperoleh, sehingga kitab yang dirahasiakan
tersebut bisa diperoleh melalui akses internet.

16
Ibid. hal. 47
13

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Sejarah Agama Hindu di Desa Karangpandan sendiri, telah


berkembang pada masa lampau atau sekitar masa Kerajaan Singosari,
hingga masa sekarang. Mulanya Agama Hindhu di Desa ini hanya sekitar
kurang lebih 50 KK(Kartu Keluarga) dan sekarang berkembang sekitar
kurang lebih menjadi 70 lebih KK(Kartu Keluarga). Berkembangnya
masyrakat Agama Hindhu juga dipengaruhi oleh berkembangnya
globalisasi seperti internet, jejaring sosial dan teknologi informasi.

2. Dampak dari adanya globalisasi bagi umat Hindhu di Desa


Karangpandan, yaitu pada era sebelum adanya globalisasi terdapat sebuah
kitab yang dirahasiakan. Dengan adanya globalisasi dimana segala bentuk
informasi mudah diperoleh, sehingga kitab yang dirahasiakan tersebut bisa
diperoleh melalui akses internet.

5.2 Saran
Dengan adanya era globalisasi dimana segala sesuatu mudah peroleh,
tentuanya hal ini memiliki nilai atau dampak positif maupun negatif. Dalam hal
ini tentu yang dikhawatirkan pasti mengenai dampak negatif yang dipengaruhi
oleh proses globalisasi. Misalnya kasus pergaulan bebas, balapan liar dan segala
bentuk penyimpangan sosial lainnya yang dilakukan oleh kalangan remaja. Oleh
karena itu diperlukan kontrol serta pengawasan dari pihak keluarga, sekolah dan
juga kebijakan pemerintah. Agar terbentuk generasi penerus yang mampu
menggunakan produk globalisasi secara bijak dan terbentuk nilai budi pekerti
serta karakter yang luhur.
14

DAFTAR PUSTAKA

A.G. Honig, Jr. Ilmu Agama, Badan Penerbit Kristen, Jakarta.

Haryanto, Sindung. 2015. Sosiologi Agama Dari Klasik Hingga Post Modern.
Yogyakarta: Ar Ruzz Media.

Ishomuddin.2002. Pengantar Sosiologi Agama (Jakarta : Ghalia Indonesia &


UMM Press.

Jalaludin Rakhmad. 1996. Psikologi Agama. Jakarta : Rajawali.

Khotimah. 2009. Agama Hindu dan Jaran-Ajaranya, Daulat Riau Ikatan IKAPI,
Pekanbaru-Riau.
15

LAMPIRAN
16

Anda mungkin juga menyukai