Riskfactorsofsoil Transmittedhelminthiasisinpre Schoolchildren
Riskfactorsofsoil Transmittedhelminthiasisinpre Schoolchildren
Abstrak
Pendahuluan:Infeksi parasit usus merupakan masalah kesehatan utama di negara berkembang,
terutama pada anak sering menyebabkan mortalitas dan morbiditas. Penyebab utama infeksi
parasit usus adalah cacing yang ditularkan melalui tanah disebut soil-transmitted helminths
(STH) yaitu cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura) dan
hookworm (Ancylostomaduodenale dan Necatoramericanus).Strategi yang direkomendasikan
oleh World Health Organization (WHO)untuk mengontrol penyakit tersebut pertama kali
difokuskan pada anak usia sekolah, saat ini anak usia pra sekolah juga menjadi salah satu
populasi berisiko tinggi penyakit ini. Oleh karena itu penting diketahui faktor risiko kejadian
kecacingan pada anak usia sekolah.
Kata kunci : faktor risiko, kejadian kecacingan, anak usia pra sekolah
Abstract
Introduction: Intestinal parasite infections are a major health problem in developing countries,
especially in children often causing mortality and morbidity.The main cause of intestinal parasite
infection is a soil-borne worm called soil-transmitted helminths (STH), the roundworm (Ascaris
lumbricoides), the whipworm (Trichuris trichiura) and the hookworm (Ancylostoma duodenale
and Necator americanus).Strategy recommended by World Health Organization (WHO) to con-
trol it was first focused on school aged children, now preschool-aged children also become one of
the high-risk populations of the disease. Therefore it is important to know the risk factors of soil-
transmitted helminthiasis in pre-school children.
Keywords:risk factor, soil transmitted helminth, pre-school children
dan Jawa Barat (91%). Prevalensi cacing tambang (hook- Faktor Risiko
worm) berkisar 30 sampai 50% di berbagai daerah di Indone- Penyakit kecacingan merupakan masalah kesehatan
sia. Prevalensi yang lebih tinggi ditemukan di daerah masyarakat Indonesia, terutama di daerah pedesaan, ada
perkebunan seperti perkebunan karet di Sukabumi, Jawa Barat beberapa faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah
(93.1%) dan di perkebunan kopi di Jawa Timur (80.69%). sanitasi lingkungan yang belum memadai, kebersihan pribadi,
Prevalensi infeksi cacing tambang cenderung meningkat tingkat pendidikan dan sosial ekonomi yang rendah serta
dengan meningkatnya umur. Di daerah kumuh di Jakarta perilaku hidup sehat yang belum memadai.22
infeksi A. lumbricoides dan T. trichiura sudah ditemukan Secara epidemiologik ada beberapa faktor yang
pada bayi berumur kurang dari satu tahun. Pada umur satu mempengaruhi kejadian kecacingan yaitu faktor sanitasi
tahun A. lumbricoides dapat ditemukan 80 sampai 100% lingkungan dan faktor manusia. Dalam penanggulangan
diantara kelompok anak ini, untuk T. trichiura angkanya lebih kecacingan pengawasan sanitasi air dan makanan sangat
rendah sedikit yaitu 70%. Usia anak yang termuda mendapat penting, karena penularan cacing terjadi melalui air dan
infeksi A. lumbricoides adalah 16 minggu, sedangkan untuk makanan yang terkontaminasi. Sanitasi lingkungan
T. trichiura adalah 41 minggu. Hal itu terjadi di lingkungan merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Untuk
anak yang berdefekasi di saluran air terbuka dan di halaman mencapai kemampuan hidup di masyarakat maka harus
sekitar rumah. Kebiasaan defekasi di sekitar rumah, makan memperhatikan penyediaan air bersih, pengelolaan jamban,
tanpa cuci tangan, bermain di tanah di sekitar rumah, akan pengelolaan kamar mandi dan pengelolaan limbah.22
menyebabkan anak terus menerus mendapat reinfeksi. Infeksi Penyebaran penyakit cacing salah satu penyebabnya
hookworm pada bayi dapat mengakibatkan terjadinya neo- adalah kebersihan perorangan yang masih buruk. Faktor yang
natal hookworm syndrome. Dengan demikian, golongan mempengaruhi kecacingan dari faktor manusia adalah higiene
rawan infeksi cacing ini adalah anak usia di bawah lima perorangan, baik higiene dari orang tua atau pengasuh anak
tahun.12,15 usia di bawah lima tahun dan higiene anak. Higiene
Prevalensi tertinggi infeksi kecacingan muncul di negara perorangan sangat berhubungan dengan sanitasi lingkungan,
tropis dan subtropis karena kondisi iklim yang hangat dan artinya apabila melakukan higiene perorangan harus diikuti
lembab dapat meningkatkan penyebaran infeksi kecacingan. atau didukung dengan sanitasi lingkungan yang baik. Kaitan
Prevalensi infeksi A. lumbricoides sebesar 37,8% di Srilanka keduanya dapat dilihat misalnya pada saat mencuci tangan
tahun 2016 dari 258 anak usia 1 sampai 6 tahun.16 Prevalensi sebelum makan dibutuhkan air bersih yang harus memenuhi
infeksi STH sebesar 56% di Kelantan Malaysia pada tahun syarat kesehatan.2,22
1999 dari 259 anak usia pra sekolah 0 sampai 7 tahun dengan Intervensi untuk mencapai pengendalian infeksi STH
infeksi A. lumbricoides sebesar 47,5%, T. trichiura sebesar dengan meningkatkan ketersediaan air bersih, sanitasi dan
33,9% dan hookworm sebesar 6,2%.17 Prevalensi infeksi A. higiene secara terintegrasi sangat diperlukan. Program untuk
lumbricodes sebesar 16,5% di Karachi, Pakistan tahun 2008 memutus siklus penyebaran infeksi parasit usus yaitu
dari 350 anak usia 1 sampai 5 tahun.1Hasil penelitian di WASHED (water, sanitation, hygiene education, and dew-
Gondar, Etiopia tahun 2015 dari 277 anak usia 1 sampai 5 orming):21
tahun didapat prevalensi sebesar 17,3% infeksi satu atau
lebih parasit usus.2 Hasil penelitian di Kota Butajira, Etiopia a. Air. Akses tersedianya air bersih untuk mencuci tangan
tahun 2015 dari 377 anak usia pra sekolah 12 sampai 59 bulan dan membersihkan makanan dan peralatan makan untuk
didapat prevalensi sebesar 23.3% infeksi satu atau lebih meminimalkan reinfeksi.21
spesies dari STH.8 Hasil penelitian di Cina tahun 2012 dari b. Sanitasi. Jamban dan septic tank membantu menjaga
815 anak usia pra sekolah 3 sampai 5 tahun sebesar 21.2% feses manusia yang terinfeksi dari daerah tempat tinggal,
infeksi STH.18 Hasil penelitian di Nairobi, Kenya tahun 2014 bekerja dan bermain, sehingga meminimalkan risiko
dari 692 anak usia pra sekolah didapat prevalensi 40,5% reinfeksi pada individu dan mencegah infeksi baru.21
infeksi STH.7 Hasil penelitian di Nairobi, Kenya tahun 2016 c. Edukasi Higiene. Promosi edukasi tentang higiene
dari 201 anak usia pra sekolah 6 sampai 59 bulan didapat perorangan dan lingkungan di masyarakat daerah
prevalensi infeksi STH sebesar 40,8%.19 Hasil penelitian di endemik STH. Jika masyarakat endemik melakukan
Thailand tahun 2007 dari 472 anak usia pra sekolah didapat higiene yang benar, akan mengurangi risiko reinfeksi dan
3,8% infeksi parasit usus.20 Menurut Pan American Health mencegah infeksi baru.21
Organization (PAHO) tahun 2015 populasi anak berisiko
d. Deworming. Deworming dengan obat cacing
infeksi STH diperkirakan sebesar 49 juta dengan 13,8 juta
broadspectrum seperti albendazole dan mebendazole
anak usia pra sekolah.21 Data epidemiologi infeksi STH dan
membunuh cacing usus pada individu yang terinfeksi,
faktor risiko infeksi pada anak usia pra sekolah diperlukan
sehingga mengurangi jumlah individu terinfeksi dengan
untuk pengendalian infeksi STH karena anak usia pra sekolah
intensitas tinggi yang dapat menyebarkan infeksi kepada
merupakan perantara penting terjadinya infeksi dan berisiko
orang lain.21
terjadi morbiditas.8
pedesaan dan mahal. Lantai rumah di pedesaan adalah tanah Direktorat Jenderal PP dan PL 2012.h.1-54.
biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting adalah tidak 10. Pasaribu S. Penentuan frekuensi optimal pengobatan massal
askariasis dengan albendazole pada anak usia sekolah dasar di desa
berdebu pada musim kemarau dan tidak basah pada musim Suka: Pendekatan model dinamika populasi cacing. [disertasi].
hujan. Lantai yang basah dan berdebu menimbulkan penyakit Medan: Universitas Sumatera Utara, 2004.h.1-160.
salah satunya adalah infeksi STH.31 11. Altiara S. Hubungan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian
Hasil penelitian di Nairobi, Kenya melaporkan bahwa cacingan pada balita di RW03 kelurahan panggung kota Tegal
tahun 2010. [skripsi]. Semarang: Universitas Negeri Semarang,
prevalensi infeksi STH pada anak yang tinggal di rumah 2011.h.1-76.
dengan lantai ubin lebih rendah dibandingkan anak yang 12. Supali T, Margono SS, Abidin SAN. Nematoda. Dalam: Sutanto I,
tinggal di rumah dengan lantai tanah atau pasir.19 Hasil Ismid IS, Sjarifuddin PK, Sungkar S, penyunting. Buku ajar
penelitian di Tegal tahun 2010 dari 65 anak dilaporkan bahwa parasitologi kedokteran. Edisi keempat. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2015.h.6-25.
sebesar 43,8% kejadian kecacingan terjadi pada anak yang 13. Bethony J, Brooker S, Albonico M, Geiger SM, Lukas A, Diemert
tinggal di rumah dengan lantai yang tidak memenuhi D, et al. Soil-transmitted helminth infections: ascariasis, trichu-
syarat.11Data dari penelitian sebelumnya tahun 2004 di desa riasis, and hookworm. Lancet. 2006;367:1521-32.
Suka, kecamatan Tiga Panah, kabupaten Karo, propinsi 14. Hotez PJ, Bundy DAP, Beegle K, Brooker S, Drake L, de Silva N,
et al. Helminth infections: soil-transmitted helminth infections
Sumatera Utara bahwa jenis lantai rumah ubin sebesar 72%.10 and schistosomiasis. In: Jamison DT, Breman JG, Measham AR,
Alleyne G, Claeson M, Evans DB, et al, editors. Disease control
Ringkasan priorities in developing countries. 2nd edition. Washington DC:
New York; 2006.h.467-82.
Infeksi STH pada anak usia pra sekolah merupakan
15. Weatherhead JE, Hotez PJ. Worm infections in children. Pediat-
masalah kesehatan yang memberi dampak buruk jangka rics in Review. 2015;36:341-54.
panjang dan morbiditas kronik. Salah satu cara memutus 16. Galgamuwa L, Iddawela D, Dharmaratne SD. Factors associated
rantai penularan dan penyebaran infeksi STH adalah dengan with the prevalence of Ascaris Lumbricoides infection among
preschool children in a plantation community, Kandy district,
mengetahui faktor risiko yang menyebabkan kejadian
Sri Lanka. Southeast Asian J Trop Med Public Health. 2016;
kecacingan pada anak usia prasekolah. Infeksi STH pada 47;1143-52.
anak usia prasekolah dapat disebabkan oleh berbagai faktor 17. Zulkifli A, Khairul AA, Atiya AS, Abdullah B, Yano A. The preva-
risiko diantaranya adalah higiene dan sanitasi termasuk lence and intensity of soil-transmitted helminthiasis among pre-
school children in Orang Asli resettlement villages in Kelantan.
perilaku ibu ataupun pengasuh anak dan perilaku anak.
Med J Malaysia. 1999; 54:453-8.
18. Wang X, Zhang L, Luo R, Wang G, Chen Y, Medina A, et al. Soil-
Daftar Pustaka transmitted helminth infections and correlated risk factors in
1. Mehraj V, Hatcher J, Akhtar S, Rafique G, Beg MA. Prevalence preschool and school-aged children in rural southwest China.
and factors associated with intestinal parasitic infection among PloS ONE. 2012; 7:1-10.
children in an urban slum of Karachi. PloS ONE. 2008;3:1-6. 19. Worrell CM, Wiegand RE, Davis SM, Odero KO, Blackstock A,
2. Aleka YW, G/egziabher S, Tamir W, Birhane M, Alemu A. Preva- Cuellar VM, et al. A cross-sectional study of water, sanitation,
lence and associated risk factors of intestinal parasitic infection and hygiene-related risk factors for soil-transmitted helminth
among under five children in university of Gondar Hospital, infection in urban school- and preschool-aged children in Kibara,
Gondar, Northwest Ethiopia. Biomedical Research and Therapy. Nairobi. PloS ONE. 2016;11:1-18.
2015;2:347-53. 20. Wongstitwilairoong B, Srijan A, Serichantalergs O, Fukuda CD,
3. Jiero S, Ali M, Pasaribu S, Pasaribu AP. Correlation between Mcdaniel P, Bodhidatta L, et al. Intestinal parasitic infections
eosinophil count and soil-transmitted helminth infection in chil- among pre-school children in Sangkhlaburi, Thailand. Am J Trop
dren. Asian Pac J Trop Dis. 2015;5:813-6. Med Hyg. 2007;76:345-50.
4. Widjana DP, Sutisna P. Prevalence of soil-transmitted helminth 21. Pan American Health Organization. Operational Guidelines for
infections in the rural population of Bali, Indonesia. Southeast the implementation of deworming activities: a contribution to
Asian J Trop Med Public Health. 2000; 31:454-9. the control of soil-transmitted helminth infections in Latin
5. World Health Organization. Soil-transmitted helminthiases: elimi- America and the Carribean. Washington, D.C.: PAHO, 2015.h.3-
nating as public health problem soil-transmitted helminthiases in 18.
children: progress report 2001-2010 and strategic plan 2011- 22. Perubahan perilaku menggigit jari pada anak. In: Priyoto.
2020. Geneva; 2012. Perubahan dalam perilaku kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu;
6. Shumbej T, Belay T, Mekonnen Z, Tefera T, Zemene E. Soil- 2015.h.293-319.
transmitted helminths and associated factors among pre-school 23. Kebutuhan dasar manusia. In: Isro’in L, Andarmoyo S. Personal
children in Butajira Town, South –Central Ethiopia: a commu- hygiene. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2012.h.1-9.
nity-based cross-sectional study. PloS ONE. 2015;10:1-11. 24. Perubahan perilaku mencuci tangan. In: Priyoto. Perubahan dalam
7. Davis SM, Worrell CM, Wiegand RE, Odero KO, Suchdev PS, perilaku kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2015.h.155-75.
Ruth LJ, et al. Soil-transmitted helminths in pre-school-aged and 25. PHBS di rumah tangga. In: Maryunani A. Perilaku hidup bersih
school-aged children in an urban slum: a cross-sectional study of dan sehat. Jakarta: CV. Trans Info Media; 2013.h.57-128.
prevalence, distribution and associated exposures. Am J Trop 26. Mahmud MA, Spigt M, Bezabih AM, Pavon IL, Dinant GJ, Velasco
Med Hyg. 2014;9:1002-10. RB. Efficacy of handwashing with soap and nail clipping on
8. Menzies SK, Rodriguez A, Chico M, Sandoval C, Broncano N, intestinal parasitic infections in school-aged children: a factorial
Guadalupe I, et al. Risk factors for soil-transmitted helminth cluster randomized controlled trial. PLoS Med. 2015;12:1-16.
infections during the first 3 years of life in the tropics; findings 27. Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementerian
from a birth cohort. PloS Negl Trop Dis. 2014;8:1-12. kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar 2013.
9. Pedoman Pengendalian Kecacingan. Kementerian Kesehatan RI Jakarta. 2013.h.1-64.
28. Usaha kesehatan pribadi dalam menunjang perilaku hidup bersih children. Health Sci Indones. 2011;2:81-6.
dan sehat. Dalam: Maryunani A. Perilaku hidup bersih dan sehat. 30. Kesehatan lingkungan. In: Notoatmodjo S. Kesehatan masyarakat.
Jakarta: CV. Trans Info Media; 2013.h.29-56. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.h.165-97.
29. Sofiana L, Sumarni S, Ipa M. Fingernail biting increase the risk of 31. Perilaku pemakaian jamban sehat. In: Priyoto. Perubahan dalam
soil transmitted helminth (STH) infection in elementary school perilaku kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu; 2015.h.1-19.