Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN ANALISIS DATA EPIDEMIOLOGI

PEMINATAN EPIDEMIOLOGI

“ANALISIS DESKRIPTIF”

Disusun Oleh:

NAMA : CRISTIN WIDIASTUTI

NIM : 1600029083

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN

YOGYAKARTA

2019
A. PENDAHULUAN

Salah satu penyakit menular yang berbahaya yang dapat menimbulkan


kejadian Luar Biasa (KLB) dan juga dapat menyebabkan kematian bagi
penderitanya adalah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Demam Berdarah
Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh nyamuk virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Tri Endah S, 2018).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) menurut WHO (2015) masih


menjadi beban masalah kesehatan masyarakat terutama dinegara tropis dan
subtropis terdapat 128 negara berisiko terinfeksi virus dengue dengan 96 juta kasus.
Kasus DBD di Thailand dilaporkan pada bulan Agustus 2016 lebih dari 136.000
merupakan jumlah kasus tertinggi selama lebih dari 20 tahun. DBD merupakan
masalah besar di Asia Tenggara, karena selama periode 40 tahun terjadi kematian
67.295 dari total kematian di seluruh dunia sebanyak 68.977. Hal ini menunjukkan
bahwa terjadi kematian rata-rata 1682/tahun karena DBD (Sandra, 2019).

Pada tahun 2017 jumlah kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 68.407 kasus
dengan jumlah kasus kematian sebanyak 493 orang (IR/angka kesakitan= 26,12 per
100.000 penduduk dan angka kematian CFR/angka kematian= >1. Dibandingkan
dengan tahun 2019 jumlah penderita DBD di Indonesia per 29 Januari 2019 yang
dilaporkan mencapai 13.683 orang dan angka kematian mencapai 133 orang.
Jumlah kasus DBD tertinggi selama satu bulan terakhir yaitu Jawa Timur 2.657
kasus, Jawa Barat 2.008 kasus dan Nusa Tenggara Timur 1.169 kasus (Kemenkes
RI, 2018).

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai penyakit


DBD berdasarkan karakteristik orang, tempat dan waktu. Selain itu membahas
mengenai tren penyakit dan analisis perbandingan di Puskesmas Harapan Jaya
tahun 2015.

B. METODE

Jenis metode yag digunakan kualitatif deskriptif. Karena menggambarkan


kejadian Demam Berdarah Dengue di Puskesmas Harapan Jaya Tahun 2015.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diperoleh, data kasus Demam Berdarah Dengue


(DBD) pada tahun 2015 di Puskesmas Harapan Jaya sebanyak 42 kasus.

40% L
60% P

Gambar 1. Distibusi Frekuensi penyakit DBD di Puskesmas Berdarkan Jenis


kelamin di Puskesmas Harapan jaya Tahun 2015

Berdasarkan gambar diatas frekuensi penyakit DBD menurut jenis kelamin


di Puseksmas Harapan Jaya tahun 2015 tertinggi terjadi pada perempuan sebanyak
25 kasus (60%). Hal ini sejalan dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Permatasari (2015) ( perempuan memiliki peluang 3,333 kali lebih besar mnederita
DBD daripada laki-laki, karena merupakan salah satu faktor risiko DBD dengan
rentan atau tanpa renjatan. Faktor keturunan terkait jenis kelamin dan faktor
hormonal mempengaruhi angak kematian penderita DBD. Hormon glikoprotein
mempengaruhi perkembangan sel fagosit mononuklear dan sel granulosit sebagai
respon pertahanan tubuh.

39
40
Jumlah (Orang)

30
20
10
3
0

Anak-anak
Remaja

Kategori Umur
Gambar 2. Distribusi Frekuensi Penyakit DBD Berdasarkan kelompok Umur

di Puskesmas Harapan Jaya Tahun 2015

Berdasarkan gambar diatas frekuensi penyakit DBD berdasarkan kelompok

umur di Puseksmas harapan Jaya tahun 2015 tertinggi terjadi pada anak-anak

sebanyak 39 orang. Usia tersebut adalah masuk dalam dalam masa anak lanjut atau

masa anak sekolah. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Tri Endah S (2018) bahwa penderita demam berdarah umumnya adalah anak

sekolah. Maka kemungkinan terkena penyakit DBD di sekolah, karena nyamuk

Aedes aegypti lebih sering mengisap darah di dalam rumah dan gedung, termasuk

sekolah. Kemudian beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa usia 10-19

tahun adalah usia terbanyak terkena kasus DBD. Kelompok usia tersebut

merupakan kelompok usia sekolah yang sebagian besar berada di lingkungan

sekolah pada puku 08.00-10.00 dan 15.00-17.00. Hal ini berarti dapat kemungkinan

penularan DBD bukan berasal dari rumah, melainkan disekolah. Karena waktu

efektif nyamuk Aedes mencari mangsa adalah diwaktu tersebut (Priesley, Reza and

Rusjdi, 2017).

Disamping itu alasan lain mengapa DBD lebih sering menyerang anak-anak

disebabkan karena system imunnya yang masih lemah dan berbeda dengan orang

dewasa. Dimana pembuluh darah anak kecil juga lebih rapuh daripada orang

dewasa (Priesley, Reza and Rusjdi, 2017).


15
12

Jumlah (Orang) 8 11
10 11

0
Karangmojo
Playen
Semanu
Wonosari
Dusun

Gambar 3. Distribusi Frekuensi Penyakit DBD Berdasarkan Dusun

di Puskesmas Harapan Jaya Tahun 2015

Berdasarkan gambar diatas diketahui bahwa Dusun Playen merupakan


wilayah penderita DBD. Hal ini dapat disebabkan karena wilyah tersebut
merupakan padat penduduk. Semakin banyak jumlah penduduk disuatu wilayah
akan meningkatkan kemungkinan pajanan pada banyak orang. Hal lain yang
menyebabkan desa Karangasem penyebaran kasus DBD tinggi yaitu karena
lingkungan yang kurang baik seperti, masih terdapat tempat perindukan nyamuk
penular DBD, kurangnya membersihkan lingkungan melalui kegiatan
Pemberatasan Sarang Nyamuk (PSN), kurangnya perilaku pencegahan yang
seharusnya secara rutin dilakukan tetapi masih kurang diperhatikan dan diabaikan.

12 10
Jumlah (orang)

10
8 5 5
6 4 4 4
3 3
4 2
1 1
2
0

tanggal Mulai Sakit


Gambar 4. Distribusi Frekuensi Penyakit DBD Berdasarkan Tanggal Mulai Sakit

di Puskesmas Harapan Jaya Tahun 2015

Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwa penyakit DBD terjadi

pada tanggal 22 Desember 2015 sebanyak 10 orang. Hal ini bisa disebabkan karena

bulan tersebut adalah musim penghujan. Meningkatnya kasus DBD ini dikarenakan

curah hujan yang tinggi, peningkatan suhu, dan masalah penanganan lingkungan

yang kurang baik. Selain itu tingginya kasus DBD di musim kemarau ini mungkin

karena masih terdapat genangan air sisa musih hujan yang bias menjadi tempat

berkembangbiak nyamuk (Trihastuti, O., 2011).

5
Jumlah (orang)

4
3
2
1
0
Jan Feb Mrt Apr Mei Jun Jul Agt Sept Okt Nov Des
Min 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Max 3 4 2 2 2 0 1 2 1 1 1 1
Diamati 0 1 0 0 4 0 0 0 0 1 0 0
Bulan

Min Max Diamati

Gambar 5. Pola Minimum Maximum kasus DBD di Puskesmas Harapan Jaya


Tahun 2013 – 2016

Gambar 5. Menunjukkan bahwa kejadian DBD di Puskesmas Harapan Jaya


sejak tahun 2013-2016 terjadi peningkatan kasus pada bulan Mei. Karena pada
bulan tersebut masih musim penghujan. Sehingga menyebabkan nyamuk Aedes
aegypti populasinya meningkat. Melihat hal tersebut perlu dilakukan upaya
program pencegahan dan penanggulangan kasus DBD seperti PSN (Pemberantasan
Sarang Nyamuk) yang dilakukan pada bulan sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Priesley, F., Reza, M. and Rusjdi, S. R. (2017) ‘Artikel Penelitian Hubungan


Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan Menutup, Menguras dan Mendaur
Ulang Plus ( PSN M Plus ) terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue ( DBD )
di Kelurahan Andalas’, 7(1), pp. 124–130.

Sandra, T. dkk (2019) ‘Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Demam


Berdarah Dengue pada Anak Usia 6-12 Tahun Di Kecamatan Tembalang’, Jurnal
Epidemiologi Kesehatan Komunitas, 4(1), pp. 1–10.

Tri Endah S (2018) ‘GAMBARAN KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE DI


KOTA BLITAR TAHUN 2015-2017’, Jurnal Berkala Epidemiologi, 6, pp. 260–
267.

Trihastuti, O., M. dkk (2011) ‘Gambaran Epidemiologi Kejadian Demam Berdarah


Dengue di Kecamatan Tembalang pada Tahun 2009-2011 Melalui Pendekatan
Analisis Spasial’, pp. 1–9.

Anda mungkin juga menyukai