KATA PENGANTAR
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya, dengan judul “administrasi keuangan sekolah”. Penyusunan makalah
ini dalam rangka memenuhi salah satu tugas yang dibimbing oleh Dr.H.Sudirman,
M.Pd.
Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita
semua tentang administrasi keuangan sekolah. Disadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu sangat diharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Setiap kegiatan perlu diatur agar kegiatan berjalan tertib, lancar, efektif dan efisien.
Kegiatan di sekolah yang sangat kompleks membutuhkan pengaturan yang baik.
Keuangan di sekolah merupakan bagian yang sangat penting karena setiap kegiatan
butuh uang. Keuangan juga perlu diatur sebaik-baiknya. Untuk itu perlu manajemen
keuangan yang baik. Kegiatan manajemen keuangan dilakukan melalui proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengawasan atau
pengendalian. Beberapa kegiatan manajemen keuangan yaitu memperoleh dan
menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan dana (Lipham, 1985; Keith,
1991), pelaporan, pemeriksaan dan pertanggung jawaban.
Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai tindakan pengurusan/ ketatausahaan
keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban
dan pelaporan. Sebagai suatu lembaga pendidikan perlu ditingkatkan dan disesuaikan
dengan kebutuhan dan perkembangan pembangunan disegala bidang baik segi sarana
dan prasarana pendidikan, fasilitas kerja maupun kesejahteraan yang layak bagi seluruh
tenaga pendidik. Untuk memenuhi sasaran tersebut sangat diperlukan biaya yang cukup
dan administrasi yang tertib.
Rumusan Masalah
Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
PENGERTIAN ADMINISTRASI KEUANGAN SEKOLAH
Manajemen keuangan merupakan salah satu substansi manajamen sekolah yang akan
turut menentukan berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah. Sebagaimana yang
terjadi di substansi manajemen pendidikan pada umumnya, kegiatan manajemen
keuangan dilakukan melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian, pengawasan atau pengendalian. Beberapa kegiatan manajemen
keuangan yaitu memperoleh dan menetapkan sumber-sumber pendanaan, pemanfaatan
dana, pelaporan, pemeriksaan dan pertanggungjawaban (Lipham, 1985; Keith, 1991).
1. Perencanaan financial, yaitu kegiatan mengkoordinir semua sumber daya yang tersedia
untuk mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematik tanpa efek samping yang
merugikan.
2. Pelaksanaan (implenmentation involves accounting), yaitu kegiatan berdasarkan
rencana yang telah dibuat.
3. Evaluasi, yaitu proses penilaian terhadap pencapaian tujuan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala sekolah dalam
menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam
pembukuan dan pertanggung-jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar
sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
1.Transparansi
Transparan berarti ada keterbukaan. Transparan di bidang pengelolaan berarti adanya
keterbukaan dalam mengelola suatu kegiatan. Di lembaga pendidikan, bidang
pengelolaan keuangan yang transparan berarti adanya keterbukaan dalam pengelolaan
keuangan lembaga pendidikan, yaitu keterbukaan sumber keuangan dan jumlahnya,
rincian penggunaan, dan pertanggungjawabannya yang jelas sehingga memudahkan
pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahuinya.
2.Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kondisi seseorang yang dinilai oleh orang lain karena
kualitas performansinya dalam menyelesaikan tugas untuk mencapai tujuan
yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam pengelolaan keuangan
berarti penggunaan uang sekolah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan. Berdasarkan perencanaan yang telah
ditetapkan dan peraturan yang berlaku, pihak sekolah membelanjakan uang
secara bertanggung jawab. Pertanggungjawaban dapat dilakukan kepada orang
tua, masyarakat, dan pemerintah.
3.Keefektifan
Garner (2004) mendefinisikan “efektivitas” lebih dalam lagi karena sebenarnya
“efektivitas” tidak hanya sampai pencapaian tujuan, tetapi juga pada
kesesuaian kualitas hasil dengan visi lembaga. Effectiveness ”characterized by
qualitative outcomes”. Efektivitas lebih menekankan pada kualita soutcomes.
Pengelolaan keuangan dikatakan memenuhi prinsip keefektifan kalau kegiatan
yang dilakukan dapat mengatur keuangan untuk membiayai aktivitas dalam
rangka mencapai tujuan lembaga yang bersangkutan dan kualitas outcomes-nya
sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
4.Efisiensi
Efisiensi berkaitan dengan kuantitas hasil suatu kegiatan. Efisiensi adalah
perbandingan yang terbaik antara masukan (input) dan keluaran (out put) atau
antara daya dan hasil. Daya yang dimaksud meliputi tenaga, pikiran, waktu, dan
biaya.
1. Pemerintah
Sumber dana pendidikan untuk SD dan SMP, saat ini bersumber dari dana BOS yang
dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); disamping
itu terdapat juga dana khusus melalaui pemerintah daerah provinsi dan kabupaten yang
disebut dana khusus dari APBD I dan APBD II. Dana BOS ini, merupakan dana operasi
nonpersonalia sedangkan untuk gaji pendidik dan tenaga kependidikan bersumber dari
dana rutin melalui APBN dan APBD. Sumber-sumber pembiayaan pendidkan dan
alokasinya telah dicantumkan dalam suatu rencana lima tahunan atau repelita, berupa
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN). Sumber dana pemerintah berasal dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah, orangtua siswa, maasyarakat, yayasan,
perusahaaan, dan bantuan luar negeri. Sumber dana dari pemerintah pusat adalah
berasal dari Aggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) baik untuk membiayai
kegiatan rutin yang tercantum dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK) maupun untuk
membiayai kegiatan pembangunan yang tercantum dalam Daftar Isian Proyek (DIP).
Selain itu juga terdapat bantuan dana dari pemerintah pusat berupa Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang sudah ditentukan jumlahnya berdasar pada
karakteristik siswa dan jenjang pendidikanya. Dana dari pemerintah daerah berasal
dari APBD tingkat kabuapten /kota. Dana dari APBD digunakan untuk mendukung
kegiatan-kegiatan bidang pendidikan yang ada didaerah yang bersangkutan baik untuk
kegiatan rutin maupun untuk kegiatan pembangunan. Pemerintah juga memberikan
bantuan dana pendidikan berupa BOS (Biaya Operasional Sekolah). BOS adalah
program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan
pendiidkan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.
1. Menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar dari beban biaya
operasional sekolah, baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta
2. Menggratiskan seluruh siswa SD negeri dan SMP negeri terhadap biaya operasional
sekolah, kecuali pada Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah
Bertaraf Internasional (SBI)
3. Meringankan beban biaya opersional sekolah bagi siswa di sekolah swasta.
Hal tersebut menggambarkan bahwa program BOS bermanfaat pada penuntasan wajib
belajar 9 tahun, yakni sekolah dasar dan sekolah menengah pertama negeri maupun
swasta. Sekolah program kejar Paket A dan B serta SMP terbuka tidak termasuk dalam
sasaran dari PKPS-BBM (Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar
Minyak) bidang pendidikan, karena hampir semua komponen dari ketiga program
tersebut dibiayai oleh pemerintah (Santoso, 2007: 20). Madrasah Diniyah juga tidak
berhak memperoleh BOS, karena siswanya telah terdaftar di sekolah reguler yang telah
menerima BOS.
Setiap tahun anggaran, dana BOS akan diberikan selama 12 bulan untuk periode
Januari sampai Desember, yaitu semester 2 tahun pelajaran 2008/2009 dan semester 1
tahun pelajaran. Penyaluran dana dilakukan setiap periode 3 bulanan, yaitu periode
Januari-Maret, April-Juni, Juli-September dan Oktober-Desember. Penyaluran
diharapkan dilakukan di bulan pertama setiap triwulan. Bos memberi manfaat untuk
membantu peserta didik mandapatkan pendidikan yang bebas biaya dan bermutu.
Masyarakat mempunyai pengharapan yang begitu tinggi dengan adanya pendanaan
biaya operasional pendidikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah dapat
berlangsung dengan semestinya dan pihak-pihak yang terkait bertanggung jawab dalam
pelaksanaannya. Tahap awal penerapan program ini adalah dengan membebaskan
biaya operasional bagi peserta didik yang kurang mampu. Setelah penerapan pertama
berlangsung sukses, pemerintah mengubah tujuan BOS menjadi program pendidikan
gratis bagi peserta didik di sekolah dasar dan menengah pertama negeri dan swasta.
Tujuan tersebut memaksakan sekolah menyelenggarakan pendidikan yang bermutu
tanpa mengurangi mutu pendidikan yang telah dicapai oleh sekolah. Program BOS
dalam pemanfaatannya adalah untuk pemerataan dan perluasan akses, program BOS
juga merupakan program untuk peningkatan mutu, relevansi dan daya saing serta
untuk tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan publik.
Dana ini bisa berasal dari komite sekolah/orang tua siswa atau dari sponsor dan
donator.
3. Sekolah
Beberapa kegiatan yang merupakan usaha mandiri sekolah yang bisa menghasilkan
pendapatan sekolah antara lain : (1) pengelolaan kantin sekolah, (2) pengelolaan
koperasi sekolah, (3) pengelolaan wartel, (4) pengelolaan jasa antar jemput siswa, (5)
panen kebun sekolah, (6) kegiatan yang menarik sehingga ada sponsor yang memberi
dana, (7) kegiatan seminar dengan dana dari peserta yang bisa disisihkan sisa
anggarannya untuk sekolah, (8) penyelenggaraan lomba kesenian dengan biaya dari
peserta atau perusahaan yang sebagian dana bisa disisihkan untuk sekolah.
Menurut Supandi (1985), biaya pendidikan itu terdiri dari jenis-jenis berikut: Pertama,
biaya langsung dan tidak lagsung. Biaya langsung mencakup gaji guru dan
administrator, petugas bimbingan dan penyuluhan, pengadaan dan pemeliharaan
perlengkapan, material, tanah, dan bangunan. Biaya tidak langsung mencakup semua
ongkos dan pengeluaran yang secara tidak langsung dipergunakan untuk kegiatan
proses pendidikan seperti penghapusan dan keausan bangunan, pajak yang harus
dibayar, dan insentif bagi pegawai. Kedua, biaya pribadi dan sosial. Biaya pribadi
pendidikan itu adalah ongkos dan pengeluaran yang dipikul oleh perorangan atau
keluarga untuk mengikuti pendidikannya, antara lain pembelian buku, alat tulis,
angkutan dan pemondokan. Biaya sosial pendidikan ialah biaya pribadi ditambah biaya
yang ditanggung oleh masyarakat, antara lain hasil pemungutan pajak yang
dipergunakan untuk pendidikan, sumbangan, atau hibah dari masyarakat. Ketiga, biaya
moneter dan non moneter Biaya moneter, yaitu biaya yang berbentuk atau dapat
dihitung berdasarkan nilai keuangan. Biaya non moneter, yaitu biaya yang tidak bersifat
keuangan, antara lain adalah pendapatan hilang atau kehilangan kesempatan
memperoleh keuntungan (mendapatkan uang) karena mengikuti kegiatan proses
pendidikan. Jenis biaya pendidikan yang dikelola oleh pemerinah disesuaikan dengan
ketentuan, keperluan, dan undang-undang yang berlaku. Secara garis besarnya biaya
pendidikan dari pemerintah itu terdiri dari dua jenis, yaitu biaya rutin dan biaya
pembangunan.
Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji,
bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak
langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana,
uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. Dengan
berpandangan pada korelasi mutu dengan pembiayaan maka untuk menjaga mutu
pendidikan yang baik maka standar pembiayaan minimal dirumuskan dengan
memperhitungkan seluruh biaya personil (gaji, tunjangan dan faktor yang melekat pada
gaji), biaya alat tulis sekolah, biaya rapat, biaya penilaian, biaya pemeliharaan, biaya
pembinaan serta daya dan jasa yang diperkirakan terpakai. Standar yang dirumuskan
terbatas pada sekolah pendidikan umum (SD, SMP dan SMA), sementara sekolah
kejuruan belum dapat distandarkan dikarenakan keberagaman yang demikian luas dan
waktu pengkajian yang terbatas. Asumsi yang dipergunakan dalam menghitung biaya
rata-rata per murid menyesuaikan dengan standar proses, sehingga untuk SD
ditetapkan minimal ada 6 rombongan belajar dan setiap rombongan belajar terdapat
jumlah siswa 28 orang. Untuk SMP dan SMA masing-masing dengan minimal ada 3
rombongan belajar dengan jumlah siswa 32 orang setiap rombongan belajar. Untuk
membedakan faktor kemahalan dan keunikan setiap daerah maka diberlakukan indeks
kemahalan untuk setiap kabupaten di seluruh Indonesia. Standar pembiayaan tersebut
akan dipergunakan untuk mengukur kelayakan sekolah dalam hal pembiayaan, dan
untuk menjadi pertimbangan kebijakan pendanaan dari berbagai program pemerintah.
Perhitungan yang telah didasarkan kajian audit keuangan yang memerlukan
kompetensi pemahaman perhitungan keuangan tidak banyak dipahami peserta. Diskusi
berpusat pada angka yang dijadikan patokan, yakni pembiayaan tenaga pendidik
dengan golongan III A pada struktur pegawai negeri. Nampaknya perhitungan itu perlu
dikaji lebih lanjut oleh orang yang berkeahlian yang sesuai.
Rencana anggaran pendapatan dan belanja sekolah (RAPBS) pada dasarnya memuat
tentang berbagai program dan kegiatan yang akan dilaksanakan sekolah, untuk
membiayai program tersebut selam 1 tahun anggaran. Penyusunan RAPBS dapat
menempuh beberapa langkah. Sutisna 1989 menyatakan langkah dimaksud sebagai
berikut:
1. Pengawasan umum
2. Pengajaran
3. Pelayanan bantuan
4. Pemeliharaan gedung
5. Operasi
6. Pengeluaran tetap, jasa hutang
PENGELOLAAN DAN PENGGUNAAN KEUANGAN SEKOLAH
1. Merancang suatu program sekolah yang ideal untuk mencapai tujuan yang diinginkan
pada tahun pelajaran yang bersangkutan.
2. Melakukan inventarisasi semua kegiatan dan menghitung perkiraan kebutuhan dana
penunjang.
3. Melakukan peninjauan ulang atas program awal berdasarkan kemungkinan tersedianya
dana pendukung yang dapat dihimpun.
4. Menetapkan prioritas kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun pelajaran yang
bersangkutan.
5. Melakukan perhitungan rinci pemanfaatan dana yang tersedia untuk masing-masing
kegiatan (Depdiknas, 2000 : 178 – 179)
6. Menuangkan perhitungan-perhitungan rinci tersebut ke dalam suatu format yang telah
disepakati untuk digunakan oleh setiap sekolah.
7. Pengesahan dokumen RAPBS oleh instansi yang berwenang
1. Perencanaan anggaran
2. Strategi mencari sumber dana sekolah
3. Penggunaan keuangan sekolah
4. Pengawasan dan evaluasi anggaran
5. Pertanggungjawaban
Menurut Lipham (1985), ada empat fase penyusunan anggaran antara lain:
1. Merencanakan anggaran
2. Mempersiapkan anggaran
3. Mengelola pelaksanaan anggaran
4. Menilai pelaksanaan anggaran
1. Penerimaan
2. Penggunaan
3. Pertanggungjawaban
Depdagri dan depdikbud 1996 menyatakan bahwa dalam administrasi keuangan harus
ada pemisahan tugas dan fungsi otorisator, ordonator dan pembendaharawan.
Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk mengambil tindakan yang
mengakibatkan terjadinya penerimaan atau pengeluaran keuangan. Ordonator adalah
pejabat yang berwenang yang melakukan pengujian dan memerintahkan pembayaran
atas segala tindakan yang dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan.
Bendaharawan adalah pejabat yang berwenang yang melakukan penerimaan dan
pengeluaran uang atau surat-surat berharga lainnya, yang dapat dinilai dengan uang
dan diwajibkan membuat perhitungan dan pertanggungjawaban.
Pada umumnya pengeluaran dana yang dihimpun oleh sekolah mencakup 5 kategori
pembiayaan sebagai berikut :
Penggunaan uang mestinya sesuai dengan alokasi anggaran yang sudah ditetapkan
sebelumnya. Oleh karena itu pengaturan penggunaan dan pembukuan keuangan tidak
dapat dilakukan oleh sembarang orang dan semuanya harus melalui proses dan
prosedur yang berlaku. Berkenaan dengan hal ini, Sutopo dan Sumanto 1982
menyatakan sebagai berikut:
Penanggung jawab biaya pendidikan adalah kepala sekolah namun demikian, guru
diharapkan ikut berperan dalam administrasi biaya ini meskipun menambah beban
mereka, juga memberikan kesempatan untuk ikut serta mengarahkan pembiayaan itu
untuk perbaikan proses belajar mengajar.
Korupsi memang sudah menjamur di mana-mana, baik instansi swasta maupun negeri,
termasuk juga di sekolah. Korupsi adalah tindakan memperkaya diri dengan berbagai
cara yang melanggar aturan hukum. Korupsi di sekolah sebenarnya bisa dilakukan oleh
siapa saja, tetapi yang seringkali terjerat dalam kasus korupsi biasanya adalah kepala
sekolah dan bendahara. Kepala sekolah sebagai manajer memiliki keleluasaan dalam
mengendalikan uang. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan kadang-kadang tidak
sesuai dengan apa yang sudah direncanakan dalam Rencana Anggaran Belanja Sekolah.
Dalam rencana anggaran terkadang masih bersifat umum. Misal, anggaran untuk
membeli buku. Tidak disebutkan buku apa secara pasti. Tetapi manager sekolah harus
arif dalam membelanjakan buku yang memang benar-benar dibutuhkan, bukan
kemudian belanja buku apa saja asalkan diskonnya besar dan kemudian diskon tersebut
masuk kantong sendiri. Masalah-masalah tersebut dapat dihindari apabila ada
pengawasan yang berkesinambungan yang selalu dilaksanakan sehingga dapat
diminimalisir.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Saran
Pendidikan adalah tanggung jawab negara dan masyarakat, tanggung jawab kita
bersama, termasuk dalam hal pembiayaan. Peran masyarakat untuk mendukung biaya
pendidikan sangat penting diantaranya dengan membayar pajak yang dapat
dimanfaatkan untuk membiayai pendidikan, sehingga pendidikan yang dinikmati oleh
generasi selanjutnya lebih baik daripada generasi sekarang ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://artikel-uptd.blogspot.com/2012/09/peranan-guru-dalam-administrasi-
sekolah_19.html. diakses tanggal 13 oktober 2016.
http://masykurpijay.blogspot.com/2011/01/administrasi-keuangan-sekolah-
hubungan.html. diakses tanggal 13 oktober 2016.