Edoc - Pub - Microbacterium Leprae Penyebab Penyakit Kusta
Edoc - Pub - Microbacterium Leprae Penyebab Penyakit Kusta
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
MIKROBIOLOGI
yang dibina oleh Bapak Agung
Oleh:
Yoananda Ramadina Ananti (130341614826)
Offering : C /2013
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
1.2.3 Bagaimanakah karakteristik dan klasifikasi dari Mycobacterium leprae?
1.2.4 Bagaimanakah Mycobacterium leprae dapat menyebabkan penyakit kusta?
1.2.5 Bagaimanakah pengobatan penyakit kusta?
4
BAB II
ISI
5
Gambar 1. Struktur umum bakteri
6
d. Berdasarkan tempat dan jumlah flagelnya
- Monotrik = satu flagel di salah satu ujungnya
- Lopotrik
- Ampitrik
- Peritrik
7
b. Fragmentasi
Fragmentasi adalah cara memutuskan bagian tubuh tumbuhan yang kemudian
membentuk individu baru. Fragmentasi terutama terjadi pada Oscillatoria. Pada filamen yang
panjang bila salah satu selnya mati maka sel mati itu membagi filamen menjadi 2 bagian atau
lebih. Masing – masing bagian disebut hormogonium. Fragmentasi juga dapat terjadi dari
pemisahan dinding yang berdekatan pada trikom atau karena sel yang mati yang mngkin
menjadi potongan bikonkaf yang terpisah atau necridia. Susunan hormogonium mungkin
meliputi kerusakan transeluler.
c. Spora
Pada keadaan yang kurang menguntungkan Cyanobacteria akan membentuk spora
yang merupakan sel vegetatif. Spora membesar dan tebal karena penimbunan zat makanan.
8
Terdapat beberapa tanda tertularnya penyakit kusta pada diri seseorang, berikut
adalah tanda penyakit kusta secara umum :
Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia
Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar
dan banyak.
Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus
seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan
mengkilat.
Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yarig tersebar pada kulit
Alis rambut rontok
Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa)
Gejala-gejala umum pada lepra, reaksi :
Panas dari derajat yang rendah sampai dengan menggigil.
Anoreksia.
Nausea, kadang-kadang disertai vomitus.
Cephalgia.
Kadang-kadang disertai iritasi, Orchitis dan Pleuritis.
Kadang-kadang disertai dengan Nephrosia, Nepritis dan hepatospleenomegali.
Neuritis.
Menurut WHO, penyakit kusta diklasifikasikan dalam beberapa tipe yaitu :
a. Tipe PB (Pausibasiler)
Kusta tipe PB adalah penderita kusta dengan Basil Tahan Asam (BTA) pada sediaan apus,
yakni tipe I (Indeterminate), TT (tuberculoid) dan BT (borderline tuberculoid) menurut
kriteria Ridley dan Jopling dan hanya mempunyai jumlah lesi antara 1-5 pada kulit. Kusta
tipe PB adalah tipe kusta yang tidak menular.
b. Tipe MB (Multibasiler)
Kusta MB adalah semua penderita kuta tipe BB (mid borderline), BL (borderline
lepromatous) dan LL (lepromatosa) menurut kriteria Ridley dan Jopling dengan jumlah lesi 6
atau lebih dan skin smear positif. Kusta tipe MB adalah tipe yang dapat menular.
9
Gambar 1. Kusa tipe PB
10
Mycobacterium leprae adalah satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf tepi dan
hampir semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari masuknya bakteri ke dalam
saraf tepi. Bakteri ini tidak menyerang otak dan medulla spinalis. Kemampuan untuk
merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga penderita yang mengalami
kerusakan saraf tepi tidak menyadari adanya lukabakar, luka sayat atau mereka melukai
dirinya sendiri. Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan kelemahan otot yang menyebabkan
jari-jari tangan seperti sedang mencakar dan kaki terkulai. Karena itu penderita lepra menjadi
tampak mengerikan. Penderita juga memiliki luka ditelapak kakinya. Kerusakan pada saluran
udara di hidung bisa menyebabkan hidung tersumbat. Kerusakan mata dapat menyebabkan
kebutaan. Penderita lepra lepromatosa dapat menjadi impoten dan mandul, karena infeksi ini
dapat menurunkan kadar testosteron dan jumlah sperma yang dihasilkan oleh testis.
11
Microbacterium leprae merupakan pathogen intrasel obligat sehingga belum dapat
dibiakkan invitro (media tak hidup). Bakteri sering ditemukan pada sel endothelial pembuluh
darah atau sel mononuclear (makrofag) sebagai lingkungan yang baik untuk bertahan hidup
dan perkembangbiakan. Basil lepra ini tahan terhadap degradasi intraseluler oleh makrofag,
mungkin karena kemampuannya keluar dari fagosom ke sitoplasma makrofag dan
berakumulasi hingga mencapai 1010basil/gram jaringan pada kasus lepratype lepromatus.
Kerusakan syaraf perifer yang terjadi merupakan sebuah respon dari system imun Karena
adanya basil ini sebagai antigen.
Pada lepra type tuberkuloid, terjadi granuloma yang sembuh dengan sendirinya
bersifar berisi sedikit basil tahan asam. Bakteri mycobacterium leprae berbentuk batang,
langsing atau sedikit membengkok dengan kedua ujung bakteri tumpul, tidak bergerak, tidak
memiliki spora dan tidak berselubung. Sel-sel panjang, ada kecenderungan untuk bercabang.
Berukuran 1-7 x 0,2-0,5µm, bersifat gram positif, tahan asam, letak susunan bakteri tunggal
atau sering bergerombol serupa tumpukan cerutu sehingga sering disebut packed of cigarette,
atau merupakan kelompok padat sehingga tidak dapat dibedakan antara bakteri yang satu
dengan yang lainnya, kadang-kadang terdapat granula.
Bentuk-bentuk M. Leprae yang dapat ditemukan dalam pemeriksaan mikroskopis
adalah :
1. Bentuk utuh (solid); dinding sel bakteri tidak terputus, mengambil zat warna
secara sempurna. Jika terdapat daerah kosong/transparan ditengahnya juga dapat
dikatakan solid
2. Bentuk globus ; adalah bentuk solid yang membentuk kelompok, dapat dibagi 2,
yaitu : Globus besar terdiri dari 200-300 bakteri, dan lobus kecil terdiri dari 40-60
bakteri
3. Bentuk pecah (fragmented); dinding bakteri biasanya terputus sebagian atau
seluruhnya, tidak menyerap zat warna secara merata
4. Bentuk berbutir-butir (granuler); tampak seperti titik-titik yang tersusun
5. Bentuk clump; adalah bentuk granuler yang membentuk kelompok tersendiri,
biasanya llebih dari 500 bakteri
12
2.3.2 Siklus Hidup Microbacterium Leprae
Seperti mikobakteri lainnya ( atau bakteri ' acid - fast ' ), Mycobacterium leprae
memiliki waktu yang lama untuk mereplikasi dirinya di luar sel inang. Beberapa peneliti
berpendapat bahwa M. Leprae adalah parasit intraseluler fakultatif, tetapi ada juga yang
mengatakan bahwa bakteri tidak bisa bereplikasi sama sekali di luar sel. Didukung oleh fakta
bahwa M. leprae belum pernah dikultur in vitro. Ketika M. leprae menemukan host yang
tepat maka bakteri ini akan bereplikasi dengan memakan waktu hingga 13 hari untuk
menjalani satu siklus replikasi. Kusta ditandai dengan replikasi bakteri di dalam vesikel
intraseluler makrofag, sel Schwann, dan sel endotel. Secara umum, M. leprae lebih memilih
sel-sel tersebut pada suhu lebih rendah dari tubuh manusia, yang mengapa cenderung
memanifestasikan dirinya di dekat permukaan kulit . Metabolisme Ideal terjadi pada 33 ° C
dan pH antara 5,1 dan 5,6.
13
Untuk makrofag, trisaccharide terminal pada PGL - 1 peptida pada M. leprae
berikatan dengan reseptor komplemen CR1 , dan 4 , dan bagian dari C3 , yang kemudian
memfasilitasi fagositosis oleh jalur klasik komplemen. Namun, asam lemak rantai
samping juga harus hadir pada PGL - 1 molekul untuk mengikat terjadi . Karena spesifik
mengikat komplemen C3 , fagositosis M. leprae menjadi makrofag tidak terkait dengan
ledakan oksidatif ( yang umumnya hadir ketika bakteri phagocytosed oleh monosit ).
Ledakan oksidatif biasanya sinyal kehancuran bakteri - oleh karena itu , kurangnya
meledak oksidatif ini mungkin merupakan tanda bahwa M. leprae entah bagaimana
mampu menghindari respon seluler awal terhadap patogen. Setelah mengikat telah terjadi
, M. leprae diambil ke dalam sel inang oleh fagositosis dan dirumuskan oleh phagosome .
Dari sana , bakteri harus bertahan phagosome - lisosom fusi dan hidup cukup lama untuk
meniru dan kembali keluar dari sel .
b. Replikasi bakteri:
Setelah bakteri melekat pada reseptor permukaan sel, bakteri melakukan gerakan
fagosit. Proses fagositosis tidak seperti peristiwa fagositosis bakteri lain, bahwa protein
aktin-dependent kinase tirosin, tergantung pada kalsium protein kinase dan
phosphatidylinositol 3 - kinase yang memediasi prosesnya. Biasanya, setelah fagositosis
bakteri dibunuh melalui fusi dengan phagolysosome dan pencernaan oleh protease dan
bahan kimia oksidasi. Namun, beberapa peneliti berpikir bahwa M. leprae entah
bagaimana mampu menangkap proses fusi lisosom untuk di mana saja dari 1 sampai 4
14
jam dan mereplikasi dalam phagosome sebaliknya. Saat ini mekanisme spesifik
mencegah fusi belum ditandai. Dengan cara ini proses misterius bakteri mampu
menciptakan daerah aman berbatasan langsung itu sendiri, disebut ' elektron zona
transparan ', untuk transparansi di bawah pencitraan elektron. Namun, setelah periode
tertentu jam ( atau jika makrofag diaktifkan ), makrofag atau sel Schwann kemudian
memperkenalkan protease langsung ke phagosome, di samping sejumlah besar molekul
MHC.
Respon seluler kedua ini merupakan garis pertahanan pertama terhadap M. leprae.
Setelah bakteri telah dipecah menjadi potongan-potongan, molekul MHC kemudian dapat
mengambil potongan-potongan itu dan menyampaikannya kepada setiap limfosit lewat
atau sel mononuklear lain dengan pindah ke membran sel. Jika bakteri mampu
menghindari mekanisme degradasi dan mereplikasi dalam sel, M. leprae membentuk
bundel bakteri yang kemudian keluar dari sel dan menginfeksi jaringan lainnya .
Aspek yang menarik dari siklus hidup M. leprae adalah efeknya pada sel-sel yang
menyerang. Beberapa penelitian awal telah menunjukkan bahwa M. leprae memiliki
kemampuan untuk meningkatkan pembagian sel Schwann menginfeksi, sehingga
memungkinkan proliferasi lebih lanjut dalam host. Ini merupakan mekanisme yang
menarik yang tidak sepenuhnya dipahami, tetapi merupakan mekanisme baru melindungi
diri sendiri untuk M. leprae .
15
selama 24 bulan untuk kusta lepromatosa dengan rifampisin, klofazimin, dan dapson. Yang
kedua adalah pengobatan 6 bulan untuk kusta tuberkuloid dengan rifampisin dan dapson.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bakteri merupakan mikroorganisme yang memiliki karakteristik berbeda dari yang
lain dimana terdapat bakteri yang menguntungkan dan merugikan. Microbacterium leprae
merupakan salah satu contoh bakteri yang merugikan penyebab penyakit kusta pada manusia.
Microbacterium leprae memiliki beberapa karakteristik kusus antara lain berbentuk batang,
terdapat lapisan lilin yang mengelilinginya, merupakan bakteri gram positif, tahan terhadap
asam dan merupakan pathogen intrasel obligat sehingga belum dapat dibiakkan invitro
(media tak hidup).
Mycobacterium leprae memiliki waktu yang lama untuk mereplikasi dirinya di luar
sel inang. Mempunyai gerak fagosit untuk menginfeksi sel inang, dan lebih memilih sel-sel
tersebut pada suhu lebih rendah dari tubuh manusia. Terapi multiobat dan kombinasi tiga obat
pertama kali direkomendasi oleh Panitia Ahli WHO pada 1981 menjadi standar pengobatan
multiobat. Tiga obat ini tidak digunakan sebagai obat tunggal untuk mencegah kekebalan
atau resistensi bakteri. Terdapat dua tipe terapi multiobat standar yaitu yang pertama adalah
pengobatan selama 24 bulan untuk kusta lepromatosa dengan rifampisin, klofazimin, dan
dapson. Yang kedua adalah pengobatan 6 bulan untuk kusta tuberkuloid dengan rifampisin
dan dapson.
3.2 Saran
Dengan terselesaikannya makalah ini, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca, khususnya yang sedang menempuh perkuliahan mikrobiologi materi
mikroorganisme. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kritik dan saran yang
membangun dari pembaca sangat penulis butuhkan untuk penyusunan makalah berikutnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Jameway, C. A., Travers, P., Walport, M., and Shlomchik, M. J. Immuno Biology: the
immune system in health and disease. 6th Ed. Garland Science Publishing, New
York:2005.
Lavanya, M., Deena, V., Sujai, S., Balasubramanian, A., et al. 2001. Biochemical
aspects of mycobacterium leprae binding proteins: A review of their role in
pathogenesis. Int. J Leprosy and Other Mycobacterial Dis. Diakses pada tanggal
10/02/2014.
Hadioetomo, R. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta : Gramedia.
Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta : Rajawali.
18