Anda di halaman 1dari 17

PETUNJUK PRAKTIKUM

FISIOLOGI TANAMAN

Oleh :

TIM PENGAMPU

PRODI AGROTEKNOLOGI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
PURWOKERTO
2018
KATA PENGANTAR

Praktikum merupakan salah satu bagian dari kegiatan akademik yang


diselenggarakan guna membantu dan melengkapi pemahaman mahasiswa terhadap suatu
mata kuliah. Sesuai dengan kurikulum, Mata Kuliah Fisiologi Tanaman membutuhkan
praktikum yang terdiri atas beberapa mata acara sebagai kegiatan penunjangnya.
Buku petunjuk praktikum Fisiologi Tanaman ini disusun guna membantu
mahasiswa dalam pelaksanaan kegiatan praktikum. Pemilihan acara praktikum
disamping disesuaikan dengan kemampuan labolatorium disesuaikan dengan materi
kuliah yang diberikan dan juga pertimbangan lain.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga buku petunjuk praktikum ini
bermanfaat sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Tim Penyusun
ACARA I.
RESPON TANAMAN TERHADAP DEFISIENSI UNSUR HARA

1. Tujuan praktikum
Pada akhir praktikum diharapkan mahasiswa dapat:
a. Menyebutkan macam unsur hara esensial dan unsur hara bukan esensial
b. Menjelaskan peranan masing-masing unsur hara esensialterhadappertumbuhan
c. Mengetahui respon tanaman terhadap defisiensi unsur hara

2. Landasan teori
Pertumbuhan tanaman tidak hanya dikontrol oleh faktor dalam (internal), tetapi juga
ditentukan oleh faktor luar (eksternal). Salah satu faktor eksternal tersebut adalah unsur hara.
Unsur hara dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu unsur hara esensial dan unsur hara
non esensial.
Unsur hara esensial mutlak dibutuhkan oleh tumbuhan dan harus ada, walaupun dalam
jumlah sedikit. Kekurangan unsur hara tersebut akan mengakibatkan gejala yang disebut
penyakit fisiologis. Peranan unsur hara esensial tidak dapat digantikan oleh unsur hara lain.
Golongan unsur hara esensial meliputi C, H, O, N, S, P, K, S, Ca, Mg, Fe, Mn, Mo, Cu, B, Zn,
dan Cl. Dari unsur hara esensial tesebut yang termasuk unsur hara makro antaralain: C, H, O, N,
P, K, S, Ca, dan Mg, sedangkan yang termasuk unsur haramikro adalah : Fe, B, Mn, Cu, Zn,
Mo, dan Cl.
Peranan unsur hara di dalam tumbuhan antara lain:
a. Sebagai penyusun molekul organik yang komplek, terutama dalam makro molekul
b. Membantu peran enzim, mendekatkan enzim dan substrat dalam pembentukan
komplek enzim-substrat, terutama unsur mikro.
c. Mempertahankan keseimbangan ion, yaitu antara kation-kation bervalensi satu dan dua. Hal
ini penting untuk mempertahankan fungsi dari protoplasma disamping mempertahankan
permeabilitas membran
d. Dalam sistem oksidari-reduksi, karena sifat valensinya yang dapat berubah sebagai contoh
besi dan tembaga.
3. Bahan dan Alat
a. Bahan
1. Benih bayam /kangkung darat
2. Pupuk urea (kangkung/bayam 0,15 g)
3. Pupuk SP-36 (kangkung/bayam 0,15 g)
4. Pupuk KCl (kangkung/bayam 0,9 g)

b. Alat
1. Polybag/pot plastik yang berisi pasir steril sebanyak 30 buah
2. Penggaris
3. Oven
4. Cangkul
5. Pancong
6. Parang

4. Prosedur Kerja
a. Mengisi pot atau polibag dengan media pasir
b. Pot atau polibag ditempatkan dalam rumah plastik untuk menghindari hilangnya pupuk
karena air hujan.
c. Membuat perlakuan pada pot :
Pot I = diberi pupuk urea + SP-36 + KCl
Pot II = diberi pupuk urea + SP-36
Pot III = diberi pupuk urea + KCl
Pot IV = diberi pupuk SP -36 + KCl
Pot V = kontrol (tidak diberi pupuk apapun)
d. Benih bayam/kangkung darat ditanam dalam pot plastik berisi pasir steril, dengan jumlah
3 biji setiap pot.
e. Setiap hari tanaman dipelihara, diantaranya dijaga kelembapan tanah dengan cara media
disiram setiap hari dengan menggunakan air secukupnya.
f. Pada umur 5 hari setelah tanam, tanaman dijarangkan dengan menyisakan 1 tanaman
terbaik.
5. Pengamatan
Pengamatan untuk memperoleh data dilakukan setelah tanaman bayam /kangkung
darat berumur 10, 20, dan 30 hari setelah tanam (panen). Hal – hal yang perlu diamati antara
lain:
a. Gejala defisiensi seperti warna daun
b. Bobot segar tanaman, tajuk dan akar
c. Bobot kering tanaman, tajuk dan akar

ACARA II.
PERTUMBUHAN AKAR DAN TAJUK

1. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui fase pertumbuhan pada akar dan tajuk tanaman
b. Mengetahui kurva pertumbuhan tanaman

2. Landasan Teori
Pertumbuhan adalah perubahan volume, jumlah atau ukuran sel, organ maupun individu,
yang dapat diukur menggunakan alat ukur atau bersifat kuantitatif dan dapat dinyatakan dengan
satuan ukuran berat (g, kg) dan satuan ukuran panjang (cm, m). Secara sederhana, pertumbuhan
dapat diartikan sebagai perubahan ukuran organisme dari kecil menjadi besar (Adrian, 2008).
Pertumbuhan tanaman mula-mula berlangsung lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat
sampai tercapai suatu titik maksimum, akhirnya laju pertumbuhan menurun.
Apabila digambarkan dalam grafik, kurva pertumbuhan berbentuk kurva sigmoid
(berbentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi
penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran, rupa
dan bentuk akhir dari tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan
lingkungan (Tjitrosomo, 1999).
Akar merupakan organ vegetatif utama yang memasok air, mineral dan bahan-bahan yang
penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.Pertumbuhan akar yang kuat
diperlukan untuk kekuatan dan pertumbuhan tanaman bagian atas (batang, daun, dan bunga).
Apabila akar mengalami kerusakan karena gangguan secara biologis, fisik, atau mekanis dan
menjadi kurang berfungsi, maka pertumbuhan tanaman bagian atas menjadi kurang optimal
(Fitriaji, 2009).
Fungsi akar pada tanaman antara lain:
1. Penyerapan air dan mineral
2. Penjangkaran tanaman
3. Penyimpanan cadangan makanan
4. Transport
5. Pembiakan
Pertumbuhan akar dan tajuk sangat saling berkaitan. Secara alamiah tanaman menghasilkan
hormon pertumbuhan, seperti auksin dan sitokinin. Auksin merupakan hormon pertumbuhan
yang dihasilkan oleh tajuk tanaman kemudian ditranslokasikan ke bagian akar untuk mengatur
pertumbuhan akar. Sitokinin dihasilkan oleh akar kemudian ditranslokasikan ke bagian tajuk
tanaman untuk mengatur pertumbuhan tajuk tanaman.

3. Bahan dan Alat


a. Benih tanaman bayam, kangkung, dan sawi
b. Pupuk urea
c. Polybag
d. Pasir
e. Label
f. Penggaris

4. Prosedur Kerja
a. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pelaksanaan praktikum.
b. Isi polybag dengan pasir yang telah disediakan.
c. Tanam benih tanaman kedalam polybag dan beri pupuk sebanyak 130 kg/Ha pada saat 2
MST .
d. Tempatkan polybag sesuai dengan perlakuan dan ulangan yang telah ditentukan.
e. Amati pertumbuhan tanaman dan lakukan destruksi tanaman pada hari ke 10, 20, dan 30
hari setelah tanam.
f. Ukur panjang akar dan tajuk tanaman.
g. Timbang bobot segar akar & tajuk, dan bobot kering akar & tajuk.
h. Sesudah pengamatan selesai, buatlah grafik pertumbuhan tanaman.
i. Jelaskan hasil pengamatan dan grafik yang telah dibuat.

5. Variabel Pengamatan
a. Panjang akar tanaman (cm)
b. Tinggi tajuk tanaman (cm)
c. Bobot segar akar & tajuk
d. Bobot kering akar & tajuk

ACARA III.
ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN

A. Perhitungan Luas Daun


1. Tujuan praktikum
a. Mengetahui cara menghitung luas daun bayam, kangkung.
b. Menjelaskan peranan luas daun terhadap pertumbuhan tanaman.

2. Landasan teori
Perhitungan luas daun dapat dihitung dengan metode sebagai berikut :
a. Metode kertas millimeter
Metode ini mengunakan kertas millimeter dan peralatan menggambar utuk mengukur
luas daun. Metode ini dapat diterapkan cukup efektif pada daun dengan bentuk relatif sederhana
dan teratur. Pada dasarnya, daun digambar ada kertas millimeter ang dapat dengan mudah
dikerjakan dengan meletakkan daun diatas kertas millimeter dan pola daun diikuti. Luas daun
ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola daun.
b. Metode gravimetri
Metode ini menggunakan timbangan. Prinsipnya luas daun ditaksir melalui
perbandingan berat (gravimetri). Ini dapat dilakukan pertama dengan menggambar daun yang
akan ditaksir luasnya pada sehelai kertas yang menghasilkan replika daun. Replika daun
kemudian digunting dari kertas yang berat dan luasnya pada sehelai kertas sudah diketahui.
Luas dau kemudian ditaksir berdasarkan perbandingan berat replika daun dengan berat total
kertas.
c. Metode panjang kali lebar
Metode ini dipakai untuk daun yang bentuknya teratur, luas daun dapat ditaksir dengan
mengukur panjang dan lebar daun.

3. Alat dan Bahan


a. Alat
- Penggaris
- Gunting
- kertas millimeterblok
- kalkulator
b. Bahan
- Daun Kangkung
- Daun bayam

4. Prosedur kerja
a. Metode kertas milimeter
- Ambil daun tanaman yang akan dijadikan sampel masing-masing tiga daun
pertanaman (atas, tengah, bawah).
- Daun-daun tersebut digambar diatas kertas millimeter blok.
- Perhitungan luas daun ditaksir berdasarkan jumlah kotak yang terdapat dalam pola
daun yang digambar pada kertas millimeter blok.
b. Metode gravimetri
- Ambil daun tanaman yang akan dijadikan sampel masing-masing tiga daun
pertanaman (atas, tengah, bawah).
- Gambar daun pada kertas polos membentuk replika daun sesuai dengan pola daun.
- Timbang replika daun menggunakan timbangan analitik
- Membuat potongan kertas 10 cm x 10 cm, lalu ditimbang.
- Menghitung luas daun menggunakan rumus :

𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑟𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎 𝑑𝑎𝑢𝑛


𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑑𝑎𝑢𝑛 = × 100 𝑐𝑚²
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑘𝑒𝑟𝑡𝑎𝑠 10 𝑐𝑚 𝑥 10 𝑐𝑚

B. Indeks Luas Daun, Laju Tumbuh Relatif, dan Laju Asimilasi Bersih
1. Tujuan
Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum ini ialah :
a. Mahasiswa mengetahui bagaimana proses laju tumbuh dari tanaman sayurdaun
b. Mahasiswa mengetahui asimilasi bersih tanaman

2. Landasan teori
Pengertian pertumbuhan membutuhkan ukuran secara tepat dan dapat dibaca dengan
bentuk kuantitatif yang dapat diukur. Analisis pertumbuhan merupakan suatu cara untuk
mengikuti dinamika fotosintesis yang diukur oleh produksi bahan kering. Pertumbuhan
tanaman dapat diukur tanpa mengganggu tanaman, yaitu dengan pengukuran tinggi tanaman
atau jumlah daun, tetapi sering kurang mencerminkan ketelitian kuantitatif. Akumulasi bahan
kering mencerminkan kemampuan dalam mengikat energi dari cahaya matahari melalui proses
fotosintesis, serta interaksinya dengan faktor-faktor lingkungan lainnya. Distribusi akumulasi
bahan kering pada bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun dan bagian generatif,
dapat mencerminkan produktivitas tanaman.
Berbagai ukuran dapat digunakan untuk mengetahui laju pertumbuhan tanaman dengan
cara membandingkan bobot bahan kering dan luas daun tanaman dari waktu ke waktu. Dengan
memperhatikan luas daun dan bobot kering dapat diukur laju asimilasi neto. Dengan hanya
memperhatikan bobot kering tanaman dapat diukur laju tumbuh pertanaman dan laju
pertumbuhan relatif (Leopold dan Kriedermann, 1975). Permukaan daun merupakan organ
utama tumbuhan untuk melakukan fotosintesis, sehingga orang sering menyatakan
pertumbuhan berdasarkan luas daun
Laju asimilasi bersih (LAB) merupakan hasil bersih asimilasi persatuan luas daun dan
waktu. LAB merupakan laju penimbunan bobot kering per satuanluas daun per satuan waktu
(g.m-2). LAB tidak konstan terhadap waktu, tetapi mengalami penurunan dengan bertambahnya
umur tanaman (Gardner et al., 1991). Laju asimilasi bersih tanaman umur 4 minggu lebih kecil
dibandingkan laju asimilasi bersih umur 2 minggu. Laju pertumbuhan tanaman dipengaruhi
oleh laju asimilasi bersih dan indeks luas daun. Laju asimilasi bersih yang tinggi dan indeks
luas daun yang optimum akan meningkatkan laju pertumbuhan tanaman (Gardner et al., 1991).

3. Bahan dan alat


Bahan :Sampel tanaman jagung
Alat :
a. Timbangan analitik
b. Mistar
c. Oven
d. Amplop untuk menyimpan daun
e. Alat tulis

4. Prosedur Kerja
a. Menanam bahan tanaman yang akan dijadikan sampel.
b. Sampel tanaman diambil setiap 4, 6, dan 8 minggu setelah tanam
c. Pada saat pengambilan sampel, dilakukan pengukuran tinggi tanaman mulai dari
pangkal tanaman sampai pada ujung tanaman.
d. Bobot tanaman diukur dengan menggunakan timbangan analitik.
e. Potong tanaman menjadi beberapa bagian agar mampermudah dalam pengukuran luas
daun nantinya.
f. Lakukan pengukuran luas daun dengan menggunakan metode panjang x lebar x
konstanta (konstanta jagung = 0.75), kemudian catat bobot basah tanaman tersebut.
g. Sampel tanaman yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam kantong kertas agar
mempermudah dalam pengeringan di dalam oven.
h. Pengeringan sampel ke dalam oven dilakukan selama 24 jam
i. Lakukan pengukuran bobot kembali dan hitung dengan menggunakan rumus.
 Indeks luas daun dihitung menggunakan rumus (Gardner et al. 1991):

LD
ILD=
LT

Keterangan: LD = luas daun (cm2)


LT = luas tanah yang dinaungi daun (cm2)
 Laju Tumbuh Relatif (LTR), dihitung menggunakan rumus (Gardner et al. 1991):
(In W2-In W1)
LTR=
t2-t1

 Laju Assimilasi Bersih (LAB), dihitung menggunakan rumus (Gardner et al. 1991):
(W2-W1)(In L2-In L1)
LAB=
(t2-t1)(L2-L1)

Keterangan: W2 = bobot kering total tanaman pada waktu 6 MST; W1 = bobot kering total
tanaman pada waktu 4 MST; L2 = luas daun tanaman pada waktu 6 MST; L1
luas daun tanaman pada waktu 4 MST; t2 = waktu pengamatan sesudah t1; t1 =
waktu pengamatan tertentu, dan A = luas lahan tempat tumbuh.

ACARA IV.

PENGARUH CEKAMAN CAHAYA TERHADAP PERTUMBUHAN


TANAMAN

A. Pendahuluan

Hall and Rao (1999) menyatakan bahwa cahaya matahari merupakan sumber energi yang
digunakan tanaman untuk berfotosintesis. Pentingnya peran cahaya bagi tanaman dimulai sejak
perkecambahan sampai dengan tanaman dipanen. Lamanya penyinaran, kualitas dan intensitas
cahaya yang diterima tanaman akan menentukan aktivitas fotosintesis. Aktivitas fotosintesis
akan menentukan jumlah fotosintat yang dihasilkan. Levitt (1980) menyatakan bahwa kebutuhan
cahaya dan respon tanaman tergantung jenis tanaman.
Selain berpengaruh terhadap produksi fotosintat, penyinaran juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Pada saat kondisi cahaya optimum, fotosintat yang dihasilkan relatif
tinggi. Selanjutnya pertumbuhan organ dan tanaman secara keseluruhan berjalan optimum.
Namun sebaliknya, pada saat kondisi cahaya di bawah optimum, fotosintat yang dihasilkan
rendah sehingga pertumbuhan tanaman tidak optimal (Martin et al., 2006).
Menurut Martin et al. (2006), terbatasnya lahan menyebabkan penanaman tanaman
seringkali dilakukan pada kondisi lahan yang kurang cahaya. Keterbatasan cahaya diharapkan
tidak mengurangi hasil secara drastis, namun sebaliknya tanaman diharapkan dapat memberikan
toleransi. Ada jenis tanaman yang toleran terhadap cahaya rendah, namun ada tanaman yang
sangat menderita pada saat memperoleh cahaya sedikit (Levitt, 1980). Untuk perlu dilakukan
praktikum pengaruh cekaman cahaya terhadap pertumbuhan tanaman.

B. Tujuan
1. Mengetahui respon pertumbuhan tanaman terhadap cekaman cahaya.
2. Mengetahui respon fisiologis tanaman terhadap cekaman cahaya.

C. Bahan dan Alat

Bahan yang dipakai pada praktikum ini adalah screen house, benih bayam, kangkung,
pasir, air, dan pupuk (urea, SP 36, KCl). Alat yang digunakan antara lain alat penyiram, oven,
kertas label, amplop kertas, plastik, alat tulis, timbangan analitik, penggaris panjang, dan
polibag.

D. Prosedur Kerja

1. Pasir sebagai media disiapkan, dimasukkan ke dalam polibag. Jumlah polibag yang disi
pasir tersebut sebanyak 6 buah. Pasir disiram dengan air hingga kapasitas lapang.
2. Setiap polibag diberi pupuk urea, SP 36, dan KCl masing-masing 0,45 g, 0,19 g, dan 0,72 g
untuk penanaman bayam. Tanaman kangkung dosis pupuknya adalah 0,15 g, 0,12 g, dan
0,90 g.
3. Ke dalam pasir setiap polibag ditanam 3 butir benih yang baik. Selanjutnya polibag
ditempatkan pada kondisi tercekam cahaya.
4. Pada umur 5 hari setelah tanam (hst), tanaman dijarangkan dengan meninggalkan 1 tanaman
terbaik.
5. Pada umur 10, 20, dan 30 hst, tanaman diamati tinggi tanaman, luas daun, warna daun
(kandungan klorofil), bobor segar akar dan tajuk, bobot kering akar dan tajuk.
6. Hitunglah nilai nisbah tajuk : akar, Laju Pertumbuhan Nisbi (LPN), dan Laju Asimilasi
Bersih (NAR)
7. Bandingkan dan bahas semua variabel pengamatan dan nilai antara tanaman yang ditanam
pada kondisi tercekam cahaya dan tanaman pada kondisi cahaya penuh.

ACARA V

TRANSPIRASI

A. Landasan Teori

Transpirasi adalah proses hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman
yang terletak di atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel.
Transpirasi merupakan pengeluaran berupa uap H2O dan CO2, terjadi siang hari saat panas,
melaui stomata (mulut daun) dan lentisel (celah batang). Peristiwa berubahnya air menjadi uap
dan bergerak dari permukaan tanah dan permukaan air ke udara disebut evaporasi (penguapan).
Peristiwa penguapan dari tanaman disebut transpirasi. Kedua-duanya bersama-sama disebut
Evapotranspirasi. Jadi semakin cepat laju transpirasi berarti semakin cepat pengangkutan air dan
zat hara terlarut, demikian pula sebaliknyaAlat untuk mengukur besarnya laju transpirasi melalui
daun disebut fotometer atau transpirometer.
Macam-macam transpirasi terdiri dari:
a. Transpirasi kutikula
b. Transpirasi stomata
c. Transpirasi lentikuler
Mekanisme transpirasi yaitu air diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut
akar, sebagian besar bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh
xilem mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom berlanjut akibat
dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar ion bergerak melalui simplas
dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas melalui arus transportasi.
Faktor-faktor dalam adalah:
• Besar kecilnya daun
• Tebal tipisnya daun
• Berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun
• Banyak sedikitnya bulu di permukaan daun
• Banyak sedikitnya stomata
• Bentuk dan lokasi stomata:
• Sinar matahari
• Temperatur
• Kelembaban udara
• Angin
• Keadaan air didalam tanah
• Mempercepat laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xylem
• Menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal
• Sebagian salah satu cara untuk menjaga stabilitas suhu.
Jika kehilangan air berlangsung terus melalui absorpsi, pengaruh transpirasi yang
merugikan akan kelihtan dengan layunya daun, sebagai akibat hilangnya turgor. Tingkat
kelayuan dan kehilangan air yang diperlukan untuk menimbulkan gejala kelayuan pada
tumbuhan sangat beragam. Daun tipis yang umumnya terdiri dari sel parenkim yang berdinding
tipis akan layu dengan cepat.
Cara Pengukuran Transpirasi
Ada empat cara laboratorium untuk menaksir laju transpirasi :
1. Kertas korbal klorida
2. Potometer
3. Pengumpulan uap air yang ditranspirasi
4. Penimbangan langsung
Pengukuran transpirasi yang paling memuaskan diperoleh dari tumbuhan yang tumbuh
dalam pot yang telah diatur sedemikan rupa sehingga evaporasi dari pot dan permukaan tanah
dapat dicegah. Kehilangan air dari tumbuhan ini dapat ditaksir untuk jangka waktu tertentu
dengan penimbangan langsung.

B. Tujuan.
1. Mengetahui laju transpirasi dari beberapa jenis tanaman
2. Mengetahui pengaruh luas permukaan daun terhadap laju transpirasi
3. Mengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap laju transpirasi

C. Alat dan Bahan


Alat:
1. Botol plastik
2. Timbangan
3. Penggaris
Bahan: Tanaman 1 dan 2
Air.

D. Prosedur Kerja
1. Mempersiapkan alat dan bahan
2. Mengisi botol dengan ¾ bagian
3. Memasukkan tanaman yang berbeda pada masing-masing botol dan diulang sebanyak 3 kali
4. Menimbang bobot masing-masing botol
5. Meletakkan botol pada tempat yang ternaungi dan tidak ternaungi
6. Mengukur intensitas cahaya
7. Menimbang bobot botol setiap 45 menit sebanyak 2 kali
8. Mengukur laju transpirasi dengan metode penimbangan langsung. Lalu dihitung dengan
rumus:
LTn/waktu= Wn-Wn-1
Keterangan
Wn: Bobot botol (air+tanaman) sesudahnya Wn-1:
Bobot botol (air+tanaman) sebelumnya/45 menit
9. Masukkan data ke tabel pengamatan

Selisih Bobot
Jenis Intensitas Pengamatan Luas Daun Laju Tanspirasi
Tanaman Cahaya Ulangan (gram) (cm2) (gr/cm2/45 menit)
I II
Naungan 1

2
3
Non 1

Naungan 2
3
Naungan 1

2
3
Non 1

Naungan 2
3

Jenis Intensitas Laju Transpirasi


Tanaman Cahaya (gr/cm2 /45menit) Rata-rata

(gr/cm2/45menit)
1 2
Naungan

Non Naungan

Naungan

Non Naungan

E. Variabel Pengamatan
1. Berat botol awal (air+tanaman)
2. Luas Daun
3. Berat botol akhir (air+tanaman)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2017. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tanaman. UNSOED.

Djoseputro , Dwi . 1989 . Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta.

Hall, D.O. and K.K. Rao. 1999. Photosynthesis. 6th ed. Cambridge University Press. 214 hal.

Ismal, G.. 1979. Ekologi Tumbuh-tumbuhan dan Tanaman Pertanian. UNAND.


Padang. Lakitan, Benyamin. 1995. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada
Jakarta.

Kimball, John. W. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Leopold, A. C. and P. E Kriedemann. 1975. Plant Growth and Development. Tata Mc Grow Hill
Pub. Co. Ltd.., New Delhi. 545p.

Lerner, H.R. 1999. Plant Responses to Environmental Stresses. Marcel Dekker, Inc. New York,
Basel, 730 hal.
Levitt, J. 1980. Responses of Plants to Environmental Stresses. 2nd edition. Vol. II.

Water, Radiation, Salt, and Other Stresses. Academic Press, New York, London, Toronto,
Sydney, San Francisco. 606 hal.

Loveless , A. R. 1987. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah Tropik 1. PT.


Gramedia, Jakarta.

Martin, J.H., R.P. Waldren, D.L.. Stamp. 2006. Principles of Field Crop Production. Pearson
Prentice Hall. Upper Saddle River, New Jersey. 954 hal.

Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan II. ITB, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai